Anda di halaman 1dari 12

A.

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA USIA REMAJA


Peran Anggota Kelompok:
Rangga : Narator
Cep Rohmat : Pasien ( Doni ),
Memiliki karakter yang masih labil, berputus asa, tertutup.
Denden Gemaloka : Ayah Pasien ( Ayah )
Memiliki karakter yang bijaksana, penyabar, tegas menyampaikan pendapatnya
Nela Puri Handayani : Ibu Pasien ( Ibu )
Memiliki karakter yang penyayang, gampang panik dan khawatir
Gina Anggraeni : Perawat 1 ( Zr Gina )
Memiliki karakter yang ramah, teliti, cepat tanggap, berempati
Ahmad Gaos : Setan
Memiliki karakter jahat, suka menghasut
Rohmat Rohwandi : Perawat 2 ( Br Rohmat )
Memiliki karakter ramah, teliti, cepat tanggap, berempati
Imam Nurdiansyah : Perawat UGD ( Br Imam )
Nurlela : Perawat 3 ( Suster Lele )
Memiliki karakter yang cuek, judes, tidak berempati
Nana Sutisna : Dokter UGD ( dokter Nana )
Memiliki karakter yang cepat tanggap, lincah
Riyana Setiadi : Malaikat
Memiliki karakter baik, suka mengingatkan akan kebaikan

Durasi : 20 Menit

Kasus

Pasien Remaja berusia 17 tahun bernama Doni telah satu kali melakukan usaha bunuh diri
dengan cara menyayat pergelangan tangannya dan berhasil diselamatkan tepat pada
waktunya. Alasan bunuh dirinya, disebabkan pasien tersebut mengalami depresi karena ia
tidak bisa masuk ke universitas yang di cita-citakannya setelah mencoba tesnya berkali-kali.
Pasien tersebut merasa sangat putus asa dan kehilangan harapan. Padahal kedua orang
tuanya sudah memberikan dukungan yang sudah maksimal, baik itu dukungan mental,
material dan maupun pendidikannya. Karena perasaan bersalah yang ditimbulkan dan
mengecewakan orang tuanya, tidak berhasil atas kemampuannya sendirilah yang
mengakibatkan pasien tersebut melakukan tindakan bunuh diri.

1
Skenario Jalannya Cerita:
Dirumah Pasien...

Doni : “Akhhh!! Tak lulus lagi. Udah berapa kali aku gagal ? Bikin malu terus bisa
nya aku ini... Udahlah duit habis, waktu habis, yang lebih penting Ibu sama
Ayah pasti sedih.. Mau jadi apa aku nanti... Ih, bodoh amat yah otak ni”
(sambil menjenggut-jenggut rambut).

Setan : “Hihihi... Bodoh, bodoh. Tak ada gunanya kau hidup, bawa malu saja
bisanya. Sudahlah, bunuh diri saja, semua masalah langsung beres.
Hahahahaha.... “

Doni : (muka sedih dan hampir menangis) ” Kasian Ibu sama Ayah... memang anak
tak berguna... emang ada kayak aku ni, lebih baik aku mati”.

Malaikat : “Sudahlah Doni, ingat Tuhan mu ingat ke dua orang tua mu.. apa kau mau di
lemparkan ke neraka jika kau mati bunuh diri. Iiii sungguh miris nasib mu jika
begitu jadinya”.

Doni : “Alaaa sediiih nya rasa hati ni.. pengen mati saja rasanya” (sambil
membentur-benturkan kepala ke tembok )

Setan : “Ah, betul tu. Mati saja lah kau sana... Pasti beban orang tua kau itu langsung
hilang. Plong rasanya. Coba kau ambil cutter di meja sana tu. Kau sayat tangan
kau, tapi jangan setengah-setengah. Sayat kira-kira sampai kau pingsan lah.
Jadi tak letih lagi orang tua kau bayar rumah sakit kalo seandainya kau tu
masih selamat”.

(Doni lalu memandang cutter yang berada di atas meja dengan ragu..)

Malaikat : “Astaghfirullah Doni, ingat sama yang diatas, ingat sama Allah. Jangan,
Jangan Doni. Itu dosa besar”.

Setan : “Sudahlah Doni, cepat sedikitlah. Kalo kau mikir lama-lama, nanti muncul
pula setan yang cegah kau”.

(Doni pun kemudian beranjak pergi dan mengambil cutter. Tanpa pikir
panjang lagi, Doni pun lalu menyayat pergelangan tangannya)

Beberapa Menit kemudian...

Ayah : ( Menggedor pintu) “Nak, nak... Doni, bangun nak, sudah pagi nak. Cepat
bangun nak, bantu bapak betulkan atap kita yang bocor yok nak.
(Merasa tidak ada yang menjawab, ayah pun lalu membukan pintu)
(Ekspresi kaget dan panik) “Doni..., kau kenapa ni nak? Nak, nak, bangun nak.

2
Doni, Doni... Ya ampun nak, kenapa lah kau kayak gini...
(sedih dan kemudian memanggil Ibu) “Bu, bu, oo bu!! Coba kesini bentar,
coba kau liat anak kita bu”.

Ibu : (Datang sambil tergopoh-gopoh) “Kenapa sih pak? Astaghfirullah, nak, kau
kenapa nak?? Pak, kenapa dia ni pak??”

Ayah : “Lihatlah tangannya tu.. udah berdarah-darah dah. Nak, nak kenapa lah kau
kayak gini, cepat telpon ambulans bu”.

Ibu : “Iy, Pak. Tunggu bentar, Ibu ngambil Hp lok..”


(Setelah mengambil Hp dan menelpon ambulans, Doni pun dibawa ke rumah
sakit terdekat)

Setelah percobaan bunuh dirinya, remaja tersebut dibawa kerumah sakit


untuk dilakukan tindakan medis. Di ruangan IGD sudah langsung ditangani
oleh dokter jaga IGD dan perawat IGD telah terpasang infus ditangan kanan
dan oksigen

Dr Nana : “ Selamat siang Ibu dan Bapak, anak anda membutuhkan 2 kantong darah,
dikarenakan kandungan hemoglobin di dalam darahnya kurang akibat banyak
kehabisan darah...”

Ayah : “ Baik dok... saya ingin yang terbaik untuk anak saya... saya ingin anak saya
sadar...”

Dr Nana : “ Baiklah pak... saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak
bapak, sekarang bapak tolong bantu mendoakannya”

Ibu : “Nak... sadar nak” (sambil menangis tersedu-sedu)

Setelah pasien mendapat kan penanganan transfusi, penjahitan luka,


penanganan kegawat daruratan, observsi dan dilihat dari keadaan umum
dan pemeriksaan fisiknya akhirnya kondisinya pun stabil

Br Imam : “ Selamat siang,... ”

Datanglah perawat Imam yang bertugas shift siang, setelah operan dengan
shift pagi mengenai semua pasien yang ada di IGD. Dan Imam pun bertemu
dengan keluarga Doni

Br Imam : “ Selamat siang pak bu perkenalkan nama saya imam, perawat yang jaga
siang, bagaimana kabarnya hari ini ?” (tersenyum) (Teknik broad opening)

Ayah : (Tampak kebingungan) “Saya bingung pak, bagaimana apakah saya bisa
menggunakan BPJS disini, saya akan menyuruh saudara saya untuk
mebuatnya ke kantor BPJS”

3
Br Imam : “Oh... karena itu bapak merasa bingung ?” (kontak mata lebih dalam)
(Teknik Reflekting)

Ayah : “Iya pak.. saya mohon penjelasannya, tadi di pendaftaran tidak


menjelaskannya”

Br Imam : “Baik pak, saya akan menjelaskan mengenai prosedur BPJS, bagaimana kalau
selama 5 menit dan kita bisa duduk di ruang sebelah untuk mejelaskannya ?”

Ayah : “Baik pak... saya setuju”

Mereka pun berlalu dan duduk di ruang sebelah

Br Imam : “Begini pak, BPJS kesehatan itu nama tempatnya dan nama programnya itu
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terdiri dari dua peserta yaitu bayar iur
terdiri dari Jamkesmas, Jamkesda, SKTM yang dibayarkan pemerintah dan non
iur pembayaran secara mandiri. Dan menurut peraturan yang ada bila kita
membuat kartu BPJS mandiri itu bisa aktif digunakan setelah 7 hari dari
pendaftaran dan untuk yang ditanggung pemerintah bisa aktif setelah 1 bulan
terdaftar. Pendaftarannya pun tak bisa diwakilkan oleh orang, lain dan semua
anggota keluarga harus ikut terdaftar” (Teknik giving information)

Ayah : “Oh begitu ya pak... terima kasih infonya, saya membuat pun tidak bisa
langsung digunakan...”

Br Imam : “Benar pak, namun jika bapak ingin membuatnya tetap ajukan saja dari
sekarang, kita tidak tahu kan.. keadaan kita bila tiba-tiba sakit atau kondisi
yang tak diinginkan...” (dengan nada sedikit tegas dan meyakinkan) (Teknik
assertive)

Ayah : “Baiklah pak terima kasih banyak, besok saya sendiri akan ke kantor BPJS
untuk mendaftarkan semua keluarga saya..”

Br Imam : “Iya pak, saya setuju sekali kalau bapak mau mendaftar ke BPJS (Teknik
offering general leads) “jika bapak sudah paham... sekarang saya akan
memeriksa tekanan darah anak bapak, jika ada hal yang kurang dimengerti,
bapak jangan segan panggil saya... mari”

Setelah melakukan observasi beberapa jam kondisi pasien pun dinyatakan


stabil, meskipun belum sadar, dan bisa dipindahkan ke ruangan perawatan.
Perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah
mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik,
psikologis pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam
dirinya sebelum menghadapi pasien.

4
Di Ruang perawatan ....

Ibu : “Aduh, nak, nak. Kasian dirimu.. pasti sakit kan nak. Janganlah kayak gitu
lagi”.

Ayah : “Sudahlah bu. Anak kita lagi nggak sadar. Nggak mungkin dengar suara ibu”.

Ibu : “Iy pak, tau. Tetap aja sedih ngeliatnya kayak gitu”. (menutup muka dan
mata berkaca-kaca)

Zr Gina : “Assalamualaikum. Selamat Pagi Pak, Bu...” (tersenyum)


Br ohmat : “Assalamualaikum... (tersenyum)
Zr Lele : (hanya diam sambil meletakkan tangan kanan dan kiri ke dalam saku baju
dengan muka yang ketus)

Ayah & Ibu : “Waalaikumsalam, Selamat pagi....” (tersenyum)

Zr Gina : ”Perkenalkan pak, nama saya perawat Gina dan ini ada perawat Rohmat dan
perawat Lele, saya yang akan bertugas melakukan perawatan kepada anak ibu
dari jam 8 sampai dengan jam 2 siang nanti bu.
Bagaimana bu keadaan anak ibu? Apa belum masih menunjukan tanda –
tanda akan sadar? (Teknik broad opening)

Ayah : “Kata dokter tadi sih anak saya sudah tidak dalam kondisi kritis. Tapi, dari
tadi anak saya masih belum sadar juga. Kenapa ya ?”

Zr Gina : (Diam mendengarkan penuh perhatian) (Teknik diam) “Oh, baguslah kalau
begitu. Anak bapak sudah melewati kondisi kritisnya. Anak bapak masih
belum sadar mungkin karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh tim
medis tadi saat penjahitan lukanya. Baiklah pak bu, izinkan saya untuk
memeriksa tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu anak ibu kurang
lebih selama 7 menit ke depan. Bolehkah bu?. (Teknik active listening, Teknik
giving information)

Ibu : “Oh, ya. Silahkan ....”

Zr Lele : ( Tergesa-gesa mengangkat handphone di saku baju yang berdering)


“Hallo mas Bram, aku tunggu di airport ya nanti sore, dah...“
(sambil berlalu meninggalkan kamar pasien)

Ibu : “Bagaimana ? Tanda-tanda vitalnya bagaimana? “

Zr Gina : “Oh, iya bu. Tadi saya sudah menghitung denyut nadi, tekanan darah, suhu
tubuh dan napas anak ibu. Semuanya normal kecuali tekanan darah anak ibu
yang masih agak rendah akibat kehilangan darah sewaktu dia terluka tadi.
(Teknik giving information)

5
Ayah : ”Wah gawat dong ya?”

Br Rohmat : “Tenang saja. Karena tadi telah melakukan transfusi darah, tidak lama lagi
tekanan darah anak ibu akan kembali normal kok pak”. (Teknik klarifikasi)

Ayah : “Oh, begitu ya.. Syukurlah”

Br Rohmat : “Iya, pak. Kalau begitu kami permisi dulu ya pak. Jika pasien atau keluarga
ada perlu, silahkan hubungi saya di ruangan perawat dengan menggunakan
bel disamping tempat tidur atau langsung datang keruangan, kami ingin bapak
dan keluarga merasa nyaman disini”. (Teknik offering sel)

Tak beberapa lama kemudian...

Ibu : (memencet bel berulang-ulang) sudah selama 3 menit

Zr Lele : ( mendengar bunyi bel dari ruang 4, namun perawat Lele memutus colokan
kabelnya karena merasa berisik dan dia meneruskan membuat lipatan
kassa sambil mengomel ) “ini pasien baru saja masuk sudah pencet-pencet
bel, rese.....!”

Ayah : ( bergegas ke ruang perawat, karena merasa perawat tidak ada yang datang
juga ke kamar) “ Permisi sus... bisa ke ruangan anak saya dulu untuk melihat
kondisinya ?”..

Zr Lele : “ Baik... pak, saya akan ke sana nanti “ (sambil pandangan mata ke bawah
dan tetap melanjutkan melipat kassa )

Waktu sudah berlalu 10 menit, namun perawat Lele tetap saja tidak kunjung
ke kamar pasien, dia tetap saja melanjutkan melipat kasa dan menonton
televisi.. Kemudian Ayah yang tidak sengaja bertemu perawat Gina dan
perawat Rohmat yang baru keluar dari kamar lain dan segera
memanggilnya..

Ayah : “Permisi ..., bisa lihat keadaan anak saya sebentar...

( Perawat Gina dan Rohmat pun segera bergegas...)

Ayah : “Ini anu... alhamdulillah anak saya sudah sadar”.

Zr Gina : “Oh, baguslah Pak.. Selamat siang saudara Doni, bagaimana kabarnya ?”
(tersenyum). (Teknik broad opening)

Doni : (Diam, dengan tatapan kosong)

Br Rohmat : “Bagaimana keadaan mu ?”

6
Doni : “Akkkkkkkhhhhhhh... jangan dekati aku. Aku tak mau diganggu (berontak)

Br Rohmat : “Tenang, tenang (sambil mengusap punggung Doni )


Saya tidak akan menyakiti mu...”

Doni : “Tidaaak!! Jangan sentuh aku. Keluar! Keluar dari ruangan ini sekarang...”

Ibu : “Tenang nak, tenang.... perawatnya hanya mau bicara.”

Zr Gina : “Iya betul. Kami cuma mau tahu kabar mu...” (lebih mendekat kepada
pasien)

Doni pun menjadi sedikit tenang.

Br Rohmat : “Baiklah, karena saudara Doni sudah tenang, perkenalkan nama saya
perawat Rohmat dan ini perawat Gina.., di sini kami yang akan merawat
saudara Doni. Jangan segan sama saya, jika ada yang ingin saudara ceritakan
keluh kesahnya silahkan cerita kepada kami, kami siap mendengarkan dan
semoga kami bisa membantu” ( senyum ) (Teknik broad opening, Teknik
exploring)

Karena keramahan perawat, perasaan Doni pun menjadi lebih tenang

Doni : “Begini, saya depresi karena saya tidak pernah lolos di universitas yang saya
favoritkan, saya sangat sedih sus, rasanya saya tidak akan bisa menggapai cita
cita saya, saya sangat berambisi untuk dapat menggapai cita cita saya. Saya
stress....

Zr Gina : “Memangnya apa cita-cita Doni ?”(Teknik exsploring)

Doni : “Saya ingin menjadi Pilot sus. Karena biaya kuliahnya mahal, jadi saya coba
ikut tes di beberapa universitas yang menyelenggarakan beasiswa. Udah
berapa kali, Cuma gagal terus. Emang nasib, nasib”.

Zr Gina : “Oooh.. Doni ingin menjadi Pilot.. Kenapa? Apa alasannya? (Teknik
exploring)

Doni : “Begini sus, saya ingin membantu perekonomian keluarga. Dari kabar yang
saya dengar, katanya pilot lebih mudah dapat uang banyak. Lagipula, saya
juga bisa sekalian mengajak keluarga saya jalan-jalan karena kami jarang
berpergian. Itu cita-cita saya dari kecil sus”.

Ibu : “Benar sus. Dari kecil anak saya memang bercita-cita jadi pilot. Mungkin
terpengaruh oleh pamannya yang telah sukses menjadi pilot”.

7
Ayah : “Iya, betul. Tapi ayah nggak nyangka kalo samapai segitunya kamu kepingin
jadi pilot. Sampai mau bunuh diri gitu, Nak...”

Br Rohmat : “Iya, Doni, cita-cita mu sangat bagus (Teknik giving recognition). Apa yang
kamu lakukan bukanlah jalan keluar yang terbaik. Walaupun itu cita-cita mu,
tetap saja hal itu hanya akan membuat kamu dan kedua orang tua mu
menjadi lebih susah. Sebaiknya, jika ada masalah, Doni dan keluarga harus
bicara baik-baik, dan Doni belajar untuk berpikir panjang atas resiko tindakan
yang dilakukan..”(Teknik giving information, Teknik menyimpulkan)

Doni : “Tapi sus, saya hanya ingin membahagiakan kedua orang tua saya. Pasti Ibu
dan Ayah kecewa sekali sama Doni”. ( sambil menunduk dan penuh
penyesalan)

Ayah : “Jangan salah paham dulu nak. Ayah dan ibu, hanya menginginkan yang
terbaik buat Doni”.

Ibu : “Iya, betul nak. Jalan untuk menjadi sukses bukan cuma menjadi pilot saja.
Orang sukses adalah orang yang telah diridhoi oleh orang tuanya. Mungkin
Doni kali ini gagal, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan.

Doni : “Iya, Bu. Doni sudah sadar. Maafkan Doni ya Bu, Yah. Doni janji tidak akan
mengulangi perbuatan ini lagi dan akan terus berusaha untuk
membahagiakan Ayah dan Ibu. Walaupun tidak dengan menjadi pilot. Terima
kasih sus, atas nasehatnya”.

Zr Gina : “Iya, saudara Doni, sama-sama (tersenyum) Kalau begitu kami permisi dulu.
Semoga cepat sembuh. Dan untuk Bapak sama Ibu tolong awasi keadaan
Doni, dan apabila ada keperluan, silahkan pencet bel disamping tempat tidur,
saya ingin semuanya merasa nyaman disini ” (Teknik offering sel)

Ayah : “ Iya terimakasih sus.. oh iya sus, saya kurang suka sama perawat Lele.. dia
acuh tak acuh sama kami “. (dengan nada sedikit kesal) “ Kami memencet bel,
dan saya ke ruang perawat ternyata ada suster Lele tapi dia tak kunjung juga
ke ruangan kami, malah asik menonton TV ”

Zr Gina : “ Oh.. begitu ya Pak, baik Pak nanti kami akan bicarakan dengan perawat
Lele, dan sebelumnya kami minta maaf atas sikap perawat Lele itu. Permisi
semuanya... “

Malam harinya di rumah sakit...

Doni : “Aduh, belum ngantuk pula ni. Ibu lagi tidur, nggak usah dibanguninlah”.
( sambil mondar mandir melihat pemandangan di kaca jendela)
“ Alhamdulillah aku masih selamat. Coba aku pikir panjang ya, orang tua aku

8
gak perlu khawatir, uang gak habis buat biaya rumah sakit, aku gak perlu sakit
lagi...”

Setan : “Bagaimana kalo coba bunuh diri lagi? Inikan di lantai 3. Loncat saja dari
jendela tu.. pasti langsung mati”.

Doni : “Apa aku bunuh diri lagi ya?? Aku keluar dari rumah sakit mungkin sekitar
beberapa hari lagi. Pasti menghabiskan banyak biaya lagi”. (sambil terus
menatap ke luar jendela )

Malaikat : “Jangan Doni.. jangan... Coba pikirkan lagi kedua orang tuamu... Kau terluka
saja, mereka sudah sangat bersedih. Apalagi bila kau mati?? Mereka bisa ikut
hancur. Ditambah lagi kau anak satu-satunya dan kesayangan mereka.
Cobalah perbaiki pemikiranmu itu..”

Doni : “Ah, tidak tidak. Aku harus berubah. Aku harus lebih memantapkan niatku
untuk bisa membahagiakan mereka. Aku tidak boleh tergoda lagi!”

Setan : “Akh!!! Tidakkk!! Aku gagal! Dasar Bodoh! Padahal tinggal sedikit lagi..”

Malaikat : “Rasain lu... Emang enak..”

Setelah 2 hari kemudian, saudara Doni pun diperbolehkan oleh tim medis
untuk pulang kerumahnya. Perawatan berjalan dengan baik, discharge
planing sudah dipersiapkan perwat dan dijalankan sesuai perencanaannya.
Sementara suster Lele dipanggil oleh kepala ruangan dan komite karena
banyak pasien dan keluarga yang mengeluhkan mengenai sikapnya, suster
Lele pun menceritakan semua hambatannya dan dibantu oleh rekan-rekan
kerjanya akhirnya suster Lele dapat memperbaiki sikapnya

9
B. PEMBAHASAN
Pada percakapan mengenai role play komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja
di atas, terdapat tahap-tahap komunikasi terapeutik, mulai dari pra interaksi, interaksi
(orientasi, fase kerja), terminasi. Dimana pada tahap prainteraksi perawat yang bertugas di
ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana
kesiapan fisik, psikologis, pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam
dirinya sebelum menghadapi pasien. Pada fase interaksi, tahap orientasi dimana perawat
sudah melakukan membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka, merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama, menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka,
merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Kemudian pada tahap kerja perawat sudah
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan
kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang
disampaikan klien, mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya, menyimpulkan percakapannya dengan
klien. Pada tahap terminasi dilakukan terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali
pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.

Adapun dalam komunikasinya, karena pasien yang dihadapi adalah usia remaja maka
pada percakapan di atas, perawat sudah menyesuaikan dengan tahap perkembangan dan
emosi klien yang berumur 17 tahun dimana pasien menampakkan pengungkapan kebebasan
diri, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya bahwa dia ingin
bersikeras menjadi pilot, perlu adanya arahan dan dampingan atas emosi dan pola pikir
remaja yang masih labil sehingga dapat berpikir panjang atas resiko perbuatan yang
dilakukannya. Perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal, sementara itu
teknik-teknik yang digunakan dalam percakapan di atas adalah :

Teknik broad opening


Memberikan pertanyaan terbuka, mendorong  klien untuk menyeleksi topik yang akan
dibicarakan. Kegiatan ini bernilai   terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan
nilai dari inisiatif   klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi  
interaksi dan menolak respon klien, (Stuart Sundeen, cit, Nurjanah, 2001).

10
Teknik Reflekting
Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang penilaian atau kesetujuannya.
Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara  pendekatan yang tidak menilai,
( Boyd & Nihart, cit, Nurjanah)

Teknik assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan
diri   dengan tetap menghargai hak orang lain, (Nurjanah, 2001).

Teknik offering general leads


Memberikan petunjuk umum, mendukung klien untuk meneruskan, (Schultz & Videbeck cit,
Nurjanah, 2001).

Teknik active listening


Proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi   seseorang terhadap pesan
yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

Teknik giving information


Menyediakan   tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.  
Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi   komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk   mengambil keputusan,
(Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).

Teknik diam
Memelihara ketenangan, digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum
menjawab   pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan
klien   untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam   Suryani,
2005)

Teknik klarifikasi
Menanyakan   kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang
ada,atau   menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta   klien
untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani,   2005).

Teknik exsploring
Mempelajari   suatu topik lebih mendalam. Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau
menggali   lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam  
Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat   pada tahap
kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang   dialami klien.

Teknik offering sel


Menawarkan diri, menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang
diharapkan, (Schultz &   Videbeck.cit. Nurjanah, 2001)

Teknik giving recognition

11
Memberikan pengakuan atau penghargaan, memberi   penghargan merupakan tehnik untuk
memberikan pengakuan dan menandakan   kesadaran, (Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah,
2001).

Pada percakapan di atas terdapat sikap perawat Gina dan Rohmat yang
menggunakan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk kesembuhan pasien, sedangkan
perawat Lele merupakan gambaran perawat yang tidak responsif dan tidak menggunakan
komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal secara baik sehingga akan
menimbulkan komplain dari pasien atau keluarga, bahkan menghambat kerjasama dengan
rekan kerjanya.

12

Anda mungkin juga menyukai