Disusun oleh :
Ade Zaqiyah 3B
2019720045
Doa Belajar
َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما َوارْ ُز ْقنِ ْي فَ ْه ًما َواجْ َع ْلنِ ْي ِمنَ الصَّالِ ِح ْي
"Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman, Dan
jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang shaleh"
“AllahummaFighfirliiWaLiwaaLidhayyaWarhamHumaaKamaaRabbayaaNiiShag
hiraa”
“Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta
berbelas kasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelaskasih kepada
diriku di waktu aku kecil.”
Strategi belajar
PERSPEKTIF
MATERI II
ANATOMI
a. STRUKTUR JARINGAN
Berat: 300 gr (Sekepalan tangan)
Letak: Mediastinum, apex di kiri
b. LAPISAN JARINGAN
1. Pericardium : Lapisan luar seperti kantung
a. Perikardium Fibrosa : Lapisan paling luar rongga Pericardium untuk
menjaga kedudukan jantung di rongga mediastinum
b. Perikardium Serosa
Lapisan parietalis : Lapisan bagian dalam dari rongga pericardial
Lapisan visceralis / epicardium
c. Rongga Perikardium : Cairan pericardium untuk mengurangi gesekan
saat jantung bergerak/ sebagai pelumas.
2. Myocardium : Otot jantung
3. Endocardium : Lapisan dalam jantung
e. ARTERI CORONER
Fungsi arteri coroner : Untuk mensuplai O2, nutrisi yang ada di dalam darah
masuk ke otot jantung/ myocard.
Letak arteri coroner : Ada di sebelah kanan dan kiri, ujungnya ada di Aorta. Arteri
coroner terbagi 2 :
1. Di sebelah kanan : RCA
2. Di sebelah kiri : LMCA , terbagi dua :
Depan : LAD
Belakang : LCX
INGAT :
Sirkulasi Pulmonal : ke paru-paru
Sirkulasi Siskemik : ke seluruh tubuh
Sirkulasi Coroner : dari sistem pembuluh darah ke otot jantung
Arteri Vena
Mengandung O2 Mengandung CO2
Dapat diraba dan berdenyut Dapat diraba dan terlihat
Arteri mengalir dari jantung Vena menuju ke jantung
Arteri pulmonal : banyak Vena pulmonal : banyak
mengandung CO2 (pengecualian) mengandung O2 (pengecualian)
Darah dari arteri akan memancar Darah dari vena akan merembes
FISIOLOGI
Fungsi Jantung : Untuk memompa darah ke seluruh tubuh untuk metabolisme
( nutrisi dan oksigen yang akan menjadi tenaga )
Dua pompa yang bekerja secara serentak.
Jantung kanan : menghasilkan tekanan mengalirkan darah melalui sirkulasi
pulmonal
Jantung kiri : menghasilkan tekanan mengalirkan darah melalui sirkulasi
sistemik
( Otot Jantung sebelah kiri lebih tebal di bandingkan kanan dikarnakan tekanan
untuk memompa darah ke seluruh tubuh adalah sebelah kiri )
Septum : Pemisah antara jantung kanan dan kiri
(tetapi ketika di dalam perut kandungan ibu, septum itu terbuka antara darah kotor
dan darah bersih. Tapi tidak masalah dikarnakan oksigen dan nutrisi buat si bayi di
dapatkan dari plasenta ).
Curah Jantung : Adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu
satuan waktu/menit.
Volume Sekuncup : Adalah sejumlah darah yang disemburkan setiap denyut atau
berkonraksi.
Heart Rate : Bunyi jantung dalam waktu 1 menit/ denyut jantung
Sistolik : kontraksi / berdenyut (Jantung I )
Membuka : katup seminular dan katup aorta
Menutup : katup trikuspid dan bikuspid
Diastolik : dilatasi / relaksasi
membuka : katup trikuspid dan bikuspid
menutup : katup seminular dan katup aorta
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
MATERI III
A. JUDUL
GANGGUAN HEMATOLOGI AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK
DENGAN LEUKEMIA LIMPOSIK AKUT.
B. PENELITI
1. Pertiwi,N.M.I.
2. Niruri,R.
3. Ariawati,K.
C. TUJUAN
Bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan hematologi akibat
kemoterapi pada anak dengan leukimia limpositik akut.
D. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
Denpasar. Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data rekam medis pasien
anak dengan LLA yang menjalani kemoterapi di RSUP. Data Pasien diambil dari
periode bulan Mei 2011-April 2013. Sanglah. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan
LLA yang menjalani kemoterapi. Semua data yang ada, yang memenuhi kriteria
dimasukkan dalam penelitian.
Kriteria inklusi:
Pasien anak penderita LLA yang telah menjalani kemoterapi pada fase induksi
dan konsolidasi di RSUP Sanglah Kota Denpasar berdasarkan Indonesian Protocol
2006 Unit Kerja Kelompok (UKK) Hematologi-Onkologi Anak Indonesia.
Pasien berusia 0 hingga 12 tahun.
Kriteria eksklusi :
Pasien anak penderita LLA yang telah selesai menjalani kemoterapi berdasarkan
Indonesian Protocol 2006 UKK Hematologi-Onkologi Anak Indonesia.
Pasien anak yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
eksklusi merupakan subyek penelitian Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Indikator gangguan hematologi yang digunakan berdasarkan data
laboratorium yang meliputi penurunan nilai hemoglobin menandakan anemia dan
penurunan nilai platelet mengindikasikan trombositopenia. Penilaian hasil
laboratorium tersebut berdasarkan CTCAE versi 4,0.
E. RESPONDEN
Peneliti memiliki 17 respoden pasien anak dengan usia berusia 0 hingga 12
tahun. Dari 17 pasien yang telah menjalani kemoterapi fase induksi dan
konsolidasi, diperoleh 8 pasien (47,1%) yang mengalami anemia, 6 pasien (35,3%)
mengalami anemia dan trombositopenia, tidak ada pasien (0%) mengalami
trombositopenia saja, serta 3 pasien (17,6%) tidak mengalami gangguan tersebut.
F. HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperoleh 17 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Protokol yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Indonesia Protocol 2006 pada fase induksi dan konsolidasi. Dari 17 pasien
yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi, sebagian
besar berumur 1-10 tahun (88,2%). Pasien lakilaki lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan (58,8%). Pasien mayoritas berasal dari Bali (76,5%).
Adapun karakteristik 17 pasien tersebut dapat dilihat pada apendik B tabel B.1.
Dari 17 pasien yang telah menjalani kemoterapi fase induksi dan konsolidasi, 4
pasien mengalami gangguan hematologi sebelum kemoterapi. Gangguan yang
dialami sebelum kemoterapi tersebut adalah anemia. Pasien tersebut yaitu pasien
dengan kode PA07, PA08, PA11, dan PA13. Dari 17 pasien tersebut, diperoleh 8
pasien (47,1%) yang mengalami anemia saja, 6 pasien (35,3%) mengalami anemia
dan trombositopenia, tidak ada pasien (0%) mengalami trombositopenia saja, serta
3 pasien (17,6%) tidak mengalami gangguan tersebut. Tabel hasil pengamatan
dapat dilihat lebih jelas pada apendik B tabel B.2.
G. PEMBAHASAN
Gangguan hematologi dapat terjadi karena terganggunya proses
hematopoietik dari sel induk darah (Bartucci et al. 2011), yang dapat disebabkan
oleh leukemia itu sendiri dan/atau kemoterapi yang digunakan. Proses
hematopoietik dapat dilihat pada apendik A gambar A.1. Pada LLA, gangguan
hematologi dapat terjadi akibat dari infiltrasi sel leukemik ke sumsum tulang akibat
LLA dan/atau kemoterapi (Rofida, 2012). Gangguan hematologi pada pasien
leukemia dapat disebabkan oleh penyakitnya. Pada pasien dengan LLA, proses
infiltrasi di sumsum tulang mengakibatkan sumsum tulang dipenuhi oleh sel
leukemik sehingga terjadi penurunan jumlah megakariosit yang berakibat
menurunnya produksi trombosit dan eritrosit (Rofida, 2012). Menurut Hoffbrand et
al., (2005) proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis berada di bawah kontrol genetik,
dan leukemia dapat terjadi ketika keseimbangan antara proses tersebut berubah. Hal
umum yang dapat terjadi dari ketidakseimbangan proses tersebut adalah kegagalan
sumsum tulang yang disebabkan akumulasi sel leukemik. Terjadinya kegagalan
sumsum tulang mengakibatkan antara lain anemia (dengan gejala klinis misalnya:
pucat, letargi, dan dispnea) dan trombositopenia (genjala klinis yang dapat terjadi
antara lain: memar spontan, purpura, gusi berdarah). Pada penelitian ini, 4 dari 17
pasien mengalami gangguan hematologi anemia sebelum kemoterapi. Kondisi awal
yang dialami pasien diduga karena sel leukemik yang terakumulasi dalam sumsum
tulang yang menyebabkan gangguan pembentukan sel darah. Pada penelitian lain di
Rumah Sakit Kanker Dharmais diperoleh bahwa 45 dari 69 pasien mengalami
anemia sebelum kemoterapi dengan kadar hemoglobin 5 g/dL hingga10 g/dL (Rini
dkk., 2010). Selain itu, pada penelitian lain di Jakarta dengan jumlah sampel 41
kasus LLA, diperoleh bahwa kadar hemoglobin rata-rata sebelum kemoterapi
kurang dari normal (Ariawati dkk., 2007). Selain karena penyakitnya, gangguan
hematologi pada LLA dapat disebabkan oleh kemoterapi yang digunakan untuk
terapi yang bersifat myelosuppressive (menekan atau mensupresi pertumbuhan sel
induk darah pada sumsum tulang). Kemoterapi yang bersifat myelosuppressive
dapat menginduksi apoptosis dari sel hematopoietik muda. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada sel darah (Bartucci et al. 2011). Hematopoietik
merupakan proses terkontrol dari generasi sel darah pada sumsum tulang. Generasi
sel darah tersebut dapat menghasilkan sel darah normal pada darah perifer antara
lain leukosit (sel darah putih), eritrosit (sel darah merah), dan platelet (Fiedler and
Brunner, 2012). Adanya gangguan hematopoietik oleh kemoterapi berdampak pada
jumlah komponen sel darah perifer. Berdasarkan literatur kemoterapi yang bersifat
myelosuppressive dapat menyebabkan gangguan hematologi sebesar lebih dari
10%. Kemoterapi yang menyebabkan hal tersebut antara lain citarabin,
daunorubisin, doksorubisin, merkaptopurin, metotreksat, siklofosfamid, dan
vinkristin (Solimando, 2003). Kemoterapi tersebut merupakan kemoterapi yang
digunakan untuk terapi LLA berdasarkan Indonesian Protocol 2006 yang
dikeluarkan oleh Unit Kerja Kelompok (UKK) Hematologi-Onkologi Anak
Indonesia. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan jumlah pasien yang mengalami
gangguan hematologi saat menjalani kemoterapi. Adapun gangguan hematologi
yang terjadi yang diperoleh pada penelitian ini yaitu 47,1% (8 pasien) mengalami
anemia saja, 0% (tidak ada pasien) mengalami trombositopenia saja, serta 35,3% (6
pasien) mengalami anemia dan trombositopenia. Pada penelitian ini, anemia yang
dialami pasien paling banyak disebabkan oleh kombinasi kemoterapi vinkristin,
doksorubisin, dan metotreksat. Trombositopenia dapat disebabkan oleh metotreksat
yang dikombinasi dengan vinkristin atau doksorubisin. Pada penelitian ini diperoleh
hasil bahwa mayoritas pasien mengalami anemia dan beberapa pasien mengalami
trombositopenia. Pada penelitian lain dengan jumlah sampel 41 kasus LLA,
diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kadar hemoglobin yang mengindikasikan
anemia dan platelet yang mengindikasikan trombositopenia pada pasien anak
dengan LLA yang menjalani kemoterapi (Ariawati dkk, 2007). Pada penelitian lain
di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta dari 12 kasus LLA, diperoleh hasil
bahwa selama terapi 7 pasien memiliki hemoglobin kurang dari 7 g/dL dan 5 pasien
memiliki hemoglobin lebih dari 7 g/dL. Pada penelitian tersebut, dari 12 pasien 9 di
antaranya memiliki jumlah platelet di bawah normal yaitu kurang dari
100.000/mm3 (Sari dkk., 2010).
H. LINK
https://media.neliti.com/media/publications/279793-gangguan-hematologi-akibat-
kemoterapi-pa-4ef1daca.pdf
MATERI IV
ASKEP CARDIOVASKULER
Kita berprinsip pada system holistic atau universal bersifat social, spiritual, dan curtural
Secara umum ASKEP yang di dalam nya itu 5 proses keperawatan yang diawali
PENGKAJIAN, lalu di teruskan diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi
Kita bahas PENGKAJIAN : Masih SECARA UMUM
PENGKAJIAN yaitu proses pengumpulan data-data di kaji mulai dari
wawanara, pemeriksaan fisik, dan observasi, pemeriksaan diagnostic atau
penunjang.
Setelah data dikumpulkan yaitu dilanjut dengan KLASIFIKASI
KLASIFIKASI :
1. Data Subjektif : data yang dikeluhkan pasien
Contoh : saat pasien mengatakan, menjelaskan
2. Data Objektif : Data hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
Contoh : pasien mengeluh tak nafsu makan DO : BB & TB
(IMT), porsi makan (harus diliat), hasil lab (hb, elektrolit,
albumin)
VALIDASI DATA
Contoh : suhu pasien 39℃, apakah infeksi? Normal / tidak?
(Normalnya 36℃ - 37℃). Nafasnya 30x (Normalnya 16-24),
berarti nafasnya cepat => tachypnea. Hasil lab Hb nya : wanita 10
(Normalnya 12) berarti Hb nya rendah , berarti pasien ini kurang,
lebih atau normal?
ANALISA DATA
Yaitu mengelompokan data berdasarkan masalah Contoh : saya
lihat tadi pasien tidak nafsu makan berarti kelompok tentang apa ?
misalnya oohh ini untuk kelompok masalah nutrisi. Pasien
mengeluh nyeri, skala nyeri berarti masuk no berapa ? berarti itu
masuk nyaman atau nyeri. Pasien mengeluh sesak nafas, rr
sekian…. Pasien masuk ke dalam masalah pernafasan. Pasien
dehidrasi, BAK berlebih, turgor kulit jelek, tensi turun berarti
KEKURANGAN CAIRAN.
Conroh kasus : pasien tidak nafsu makan, BB turun, mual,muntah di analisa
pertama di data dulu
DS : …….
Rumus ABCD
Baru cari :
E : Etiology => contoh : nutrisi kurang karena apa … karena inteks atau asupan
nya sedikit = berhubungan dengan inteks yang tidak adekuat
A. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
1. PENGKAJIAN SISTEM CARDIOVASKULAR
Pengkajian tepat dasar anfis
Fungsi utama sistem kardiovaskuler:
1. Transportasi nutrisi dan oksigen bagi tubuh
Sistem respirasi dimana ada mekanisme ventilasi, difusi. Saat mekanisme
difusi, oksigen yang dihirup tidak hanya sebatas sampai alveoli tapi
dilanjutkan ke kapiler pulmonal dengan diikat ᵒ/Hb (1Hb=4oksegen)
selanjutnya dibawa ke vena pulmonal dan berakhir di jantung atrium kanan.
Lalu dari jantung dipompa ke seluruh tubuh. Nutrisi yang dialirkan ᵒ/darah itu
berasal dari sistem pencernaan. Makanan yang dimakan akan dicerna sampai
ke usus halus dan melakukan proses absrobsi yaitu menyerap zat-zat yang
dibutuhkan tubuh lalu dialirkan ke pembuluh darah kecil yang ada di usus
halus dan usus besar (jonjot), lalu ke Vena Porta (vena yang ada di hati)
ᵏ/dekat dengan hepar lalu ke vena cava inferior lanjut ke atrium kanan dan
jantung mengalirkan keseluruh tubuh.
2. Pengeluaran zat sisa dan karbondioksida
3. Pertahanan perfusi yang adekuat pada organ dan jaringan
A. Riwayat
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnesis di awali dengan pertanyaan terbuka
1. Nyeri dada kekurangan O2 padad otot-otot jantung
Onset waktu awal nyeri s.d saat dikaji ᶜᵒ/’sejak kapan nyeri ini timbul?’
Onset juga digunakan untuk penatalaksanaan tindakan yang akan
dilakukan dan untuk perawat mengambil darah ᵘ/ensim jantung setelah 3-
4jam
Lokasi daerah/letaknya
Durasi berapa lama nyerinya
Characteristic nyeri yg dirasakan seperti apa
ᶜᵒ/’nyeri seperti apa yg dirakan Pak? Seperti tertekan benda berat atau
seperti terbakar?’
Associated manifestasion tanda gejala
Aggraviting factor faktor lain pemicu nyeri
ᶜᵒ/’saat melakukan aktivitas atau saat beristirahat Pak?’
Relieving vactor hal apa yg dilakukan pasien ᵘ/meredakan tanda
&gejala
Palpitasi : berdebar-debar, Heart Rate biasanya lebih dari 100x/menit
Sinkop : pingsan
Dyspnoe : sulit napas/ berat saat napas (sesak)
Keletihan
Odema : penumpukan cairan berlebih pada sela-sela jaringan atau rongga
cairan ada di ekstra sel dan intra sel. Jika cairan interstitial banyak, maka
akan menyebabkan odem
Odem Arasarka : semua tubuh bengkak ᵏ/semua cairan
PND : pasien terbangun pada malam hari karena sesak
4. Riwayat Sosial
a. Gaya hidup ( Diet, latihan, kebiasaan merokok )
b. Pekerjaan
c. Stress
d. Mekanisme koping (cara menyelesaikan masalah)
Catatan :
Pemeriksaan fisik
FIVE KEY LANDMARK
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting
terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk
mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.
Kecepatan /menit
Kuat/lemah
Teratur atau tidak
Isi tiap denyut kuat atau tidak
Inspeksi jantung
a. Bentuk prekordium
b. Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
c. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun,
fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis
d. Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung,
efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum
Denyut Apeks jantung
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang
atau berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra, Pada anak-anak iktus tampak
pada ruang interkostal IV
Sifat iktus :
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta.
Aukultasi jantung
Bunyi jantung
Bunyi jantung I (S1)
Adalah bunyi yang terdengar waktu menutupnya katup mitral dan
trikuspid pada saat mulainya sistol ventrikel. Paling baik terdengar pada area
mitaral dan apical
Bunyi jantung II (S2)
Dihasilkan oleh timbulnya getaran oleh penutupan katup semilunar aortic
dan pulmonic dan terdengar paling jelas pada dasar jantung. Bunyi ini
menunjukkan diastole ventrikel.
Gallop
Suara pengisian diastolic atau Gallop (S3 dan S4) terjadi selama 2 fase
dari pengisian ventrikel, perubahan mendadak pada aliran darah menyebabkan
vibrasi katup dan struktur ventrikel, menghasilkan suara yang terjadi lebih awal
( S3) atau kemudian (S4) pada saat diastolic. Suara yang terjadi pada awal
diastolic yang berfrekwensi rendah selama pasif pengisian cepat ventrikel dikenal
sebagai bunyi jantung III, terjadi akibat gangguan fungsi jantung terutama
kegagalan ventrikel. Suara ini paling baik didengar dengan menggunakan bell
stethoscope pada bagian apex jantung dan dengan posisi klien left lateral
recumbent.
Bunyi jantung IV (S4)
Adalah bunyi jantung frekuensi rendah yang jauh sebelum bunyi S1.
Bunyi ini terdengar bila resistensi ventrikel terhadap pengisian atrium meningkat
sebagai akibat berkurangnya peregangan dinding ventrikel atau peningkatan isi
ventrikel, terjadi pada kondisi hipertropy ventrikel, ischemic dan fibrosis. S4
paling baik didengar dengan bell stethoscope pada area apex dengan posisi klien
supine dan lateral kiri.
Friction Rub
Dapat didengar ketika permukaan pericardial mengalami inflamasi.
Memiliki nada tinggi dan kasar yang dihasilkan oleh gesekan bersama lapisan
yang meradang. Paling baik dideteksi dengan menggunakan diafragma
stethoscope pada apex jantung dan sepanjang batas sternum kiri.
Perbedaan pericardial friction rub dengan pleural friction rub adalah
pericardial friction rub dapat didengar pada satu siklus pernafasan sedangkan
pleural friction rub didengar selama inspirasi.
Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan Diagnostik:
1. Sinar -X
2. Elektrokardiografi:
3. Uji Latih Jantung (Treadmil Exercise Test)
3. Ekokardiografi
4. Multi Slice CT
5. Kateterisasi/angiografi coroner
6. MRI
Radiologi
Morfologi jantung, pembuluh darah dan parenkim paru
Foto torak …bayangan geometrik dinding luar jantung dan pembuluh darahnya.
Lumen dan dinding dalam tidak tampak
Kelainan : Dilatasi ventrikel dan atrium, aorta, pulmonal
Elektrikardiografi
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman
listrik jantung.
Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda – elektroda yang
dipasang pada permukaan tubuh.
Ingat !!!
Hasil EKG normal belum tentu jantungnya normal.
Kontraindikasi Uji Latih Jantung:
1. IMA < 2 hari
2. UAP dengan nyeri
3. Aritmia yg berbahaya
4. Gagal jantung kongesti
5. Blok AV
6. Miokarditis dan perikarditis akut
7. Stenosis aorta bergejala
8. Kardiomiopati obstruktif hipertrofi
9. Emboli paru akut
10. Diseksi aorta akut
11. Penyakit sistemik akut
Pemeriksaan laboratorium
MATERI V
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Ingat !!!
1. Listrik SA node
2. Mekanik ketika atrium berdenyut
Kedua mekanisme diatas dapat direkam melalui EKG karena adanya arus
listirk didalam jantung. Adanya gelombang dikarenakan kondisi jantung.
PERJALANAN IMPULS
SA node AV node Berkas HIS/Bundle of branche Serabut
purkinje
Di gambar pertama implus itu masih ada di SA Node, dan SA Node akan siap2
melakukan aktivitasnya dan lihat gambaran ekgnya ada gelombang dan sudah
siap2 yang dinamakan Gelombang P.
Jika sudah masuk ke AV Node lalu akan dialurkan ke Serabut purkinje melalui
bundle of his yang tidak ada implusnya hanya menghantarkan saja, lalu gambar
ekgnya akan terlihat berbeda Ketika AV Node ini akan memasuki ke serabut
purkinje sudah ada warna kuning yg defleksi ke bawah itu adalah gelombang Q
defleksinya kebawah negative.
Kalium (K+).
Natrium (Na+).
Kalsium (Ca2+).
Klorida (Cl-).
Aksi Potensial:
Rangsangan listrik yang tiba-tiba Na dari luar ke dalam Muatan dalam
sel menjadi lebih positif
Fase 0
- Disebut fase depolarisasi cepat.
- Peristiwa masuknya ion natrium yang cepat ke dalam sel.
- Muatan di dalam sel menjadi lebih positif.
Fase 1
- Disebut fase repolarisasi lambat.
- Peristiwa masuknya ion klorida ke dalam sel
Fase 2
- Disebut periode plateu.
- Peristiwa masuknya ion kalsium.
Fase 3
- Disebut fase repolarisasi cepat.
- Peristiwa keluarnya ion kalium dari dalam ke luar sel.
Fase 4
- Disebut fase istirahat.
- Bagian dalam sel bermuatan negatif, diluar sel bermuatan positif.
Sandapan (lead) EKG
1. Sandapan Bipolar.
Sandapan (lead) I
- Merekam perbedaan potensi listrik antara ekstremitas kiri atas dengan
kanan atas.
- Hasilnya : Ekstremitas kiri atas lebih positif dari kanan atas.
Sandapan (lead) II
- Merekam perbedaan potensi listrik antara ekstremitas kanan atas dengan
ekstremitas kiri bawah.
- Hasilnya : Ekstremitas kiri bawah lebih positif dari kanan atas.
Sandapan (lead) III
- Merekam perbedaan potensi listrik antara ekstremitas kiri atas dengan
ekstremitas kiri bawah.
- Hasilnya : Ekstremitas kiri bawah lebih positif dari kiri atas.
2. Sandapan Unipolar.
a. Ekstremitas
Sandapan (lead) aVR. - Tangan kanan dan kaki kiri
- Merekam potensi listrik pada membentuk elektroda
tangan kanan (RA). indiferen.
- Tangan kanan bermuatan (+).
Kertas EKG
Kertas grafik yang terdiri dari bidang horizontal (mendatar) dan vertikal
(keatas), yang berjarak 1 mm (satu kotak kecil).
Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik,
sedangkan 5 mm = 0.2 detik.
Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0.1 mV,
sedangkan 10 mm = 1 mV.
Pada perekaman normal sehari-hari, kecepatan kertas dibuat 25 mm/detik,
kalibrasi pada 1 mV. Bila dirubah harus dicatat pada setiap sandapan
(lead).
Kurva EKG
Menggambarkan proses listrik pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik tersebut antara lain :
Depolarisasi atrium.
Repolarisasi atrium.
Depolarisasi ventrikel.
Repolarisasi ventrikel.
Terdiri dari gelombang : P, Q, R, S, T, dan kadang-kadang U.
Gelombang P
Merupakan proses depolarisasi atrium.
Gelombang “P”normal, bila :
Lebar kurang dari 0.12 detik (3 kotak kecil).
Tinggi kurang dari 0.3 mV (3 kotak kecil).
Selalu positif di lead II.
Selalu negatif di lead aVR.
Kompleks QRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel.
Kompleks “QRS” normal, bila :
Lebar 0.06 – 0.12 detik.
Tinggi tergantung lead.
Gelombang T
Merupakan gambaran
proses repolarisasi
ventrikel.
Umumnya positif di lead I, II, V3 - V6 dan negative pada aVR
Interval PR
Diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Nilai normal : 0.12 – 0.20 detik
Segmen ST
Diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
Segmen ST yang naik disebut ST Elevasi, segmen ST yang turun disebut
ST Depresi.
Cara Menilai EKG
Tentukan irama jantung (Rhytme).
Tentukan frekuensi.
Tentukan sumbu jantung.
Tentukan ada tidaknya hipertropi.
Tentukan ada tidaknya iskemik atau infark.
Tentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan elektrolit.
Menentukan frekuensi , dapat dilakukan dengan 3 cara :
300
1500
(EKG)
3. Irreguler :
Setiap 6 detik pada garis horizontal terdapat 30 kota besar
7 x 10 = 70 x/ menit
4. Gelombang P :
- Lebar 0,08 detik : (2kotak kecil) normal
- Tinggi 0,1 mv : ( 2 kotak kecil )
MATERI VI
1. Hidung
2. Faring
5. Bronchus
a. Bronchus broncheolus
Otot berbentuk sirkuler, berperan: bronchokontriksi dan broncho dilatasi.
Mukosa saluran nafas: sel bersilia berfungsi membersihkan mendorong
lendir kearah faring.
b. Bronchus dan bronchiolus
6. Alveolus
Dinding dalam mengandung survaktan merendahkan tegangan permukaan
bila mengempis tidak kolaps, bila mengambang tidak pecah.
Jumlah alveoli dewasa: 300 jt (kedua paru)
Jumlah kapiler 280.00 juta
Otot-otot pernapasan
a. Otot-otot Inspirasi
Diafragma membatasi rongga dada dan perut
Inspirasi berkontriksi (berkerut) datar
Ekspirasi mencembung
Pernafasan perut
Nafas tenang 70% kontraksi diafragma
1. Otot Interkostalis eksternus
Kontriksi: rongga dada membesar
Pernafasan dada
2. Otot-otot inspirasi tambahan
Ketika olah raga, meniup balon, sesak napas
Mekanisme pernapasan
1. Ventilasi: Pertukaran gas antara paru dan udara luar melaui inspirasi dan
ekspirasi
2. Difusi: O2 berdifusi dari alveoli kapiler paru dan Co2 dari kapiler alveoli
3. Perfusi: Transport O2 dari paru sel/ jaringan dan CO2 dr sel/jaringan paru
Pernapasan dada – inspirasi
Kontraksi otot antar tulang rusuk tulang rusuk terangkat rongga dada
membesar paru-paru mengembang tekanan udara dalam paru rendah
udara luar masuk ke paru-paru.
Pernapasan perut – ekspirasi
Relaksasi otot diafragma diafragma melengkung rongga dada dan
paru mengecil tekanan udara dalam paru tinggi udara keluar dari
paru-paru.
Inspirasi Proses aktif (kontraksi otot inspirasi)
Tekanan intra pleura 2,5 mmHg -6 mmHg udara mengalir kedalam
paru-paru.
Ekspirasi tekanan didalam saluran pernafasan positif udara keluar dari
paru-paru.
Volume Tidal: volume sekali inspirasi atau ekspirasi: 0,5 L (frekwensi nfas 12-
20x/mnt)
Volume cadangan inspirasi: volume setelah inspirasi tenang 3L.
Kapasitas inspirasi: Volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Volume cadangan ekspirasi: setelah ekspirasi tenang, 1 L.
Volume residu: setelah ekspirasi maksimal, 1,2 L tidak dapat diukur spiromatri
Kapasitas residu fungsional: Tidal volume + volume cadangan ekspirasi
Kapasitas vital: Seluruh volume dapat diukur dengan spirometer. kecuali
volume residu
Kapasitas total: kapastas vital + volume residu
Kontrol pernapasan
Sistem Buffer
Catatan tambahan
Jika ada kuman masuk ke saluran pernapasan akan dibersinkan jika ukurannya
10 mikro, kalau lebih kecil kuman dapat lolos dan akhirnya akan dibatukkan.
Alveoli dalam satu paru berjumlah 3 juta.
Untuk orang dewasa, sekali hembusan napas 500 ml.
Letak paru-paru: apex paru-paru berada di atas clavicula – ICS 1-3.
Tekanan terbesar berada di apex paru, karena sesuai dengan hukum tentang udara.
Bronkiolus terbentuk dari otot bisa melebar dan mengkerut karena pengaruh
saraf otonom (simpatis, parasimpatis).
Cairan surfaktan yang ada di alveoli membantu kembang kempisnya paru-paru
(terbentuk sempurna saat janin berusia 7 bulan).
Di alveoli juga terdapat cairan imun.
Difusi: pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dengan kapiler.
Ventilasi: pertukaran O2 dan CO2 dengan udara luar (atmosfer).
Perfusi: pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler dan sel.
Pleura juga berfungsi untuk menstabilkan tekanan di paru.
Cairan pleura 10 cc yang terdapat juga imun.
Pusat pernapasan: medula oblongata, khususnya di pons.
Udara berpindah dari tekanan tinggi ke rendah (hukum Boyle).
Inspirasi: terjadi karena kontraksi otot utama pernapasan rongga torax
membesar paru-paru mengembang tekanan rendah udara masuk ke paru.
Ekspirasi: otot pernapasan relaksasi rongga torax kembali seperti semula
paru-paru mengempis udara keluar.
Skalenus atau trapesius adalah otot bantu napas yang berada di bahu.
Otot sternokledomastoideus otot bantu napas.
2 hal penting yang menyebabkan inspirasi – ekspirasi: adanya kontraksi dan
relaksasi otot dan adanya perbedaan tekanan.
Kadar kimia dalam tubuh dapat memengaruhi proses pernapasan.
Takipnoe pernapasan pendek tapi cepat (> normal).
98,5% O2 diikat oleh Hb, 1,5% O2 berada di plasma
Oxyhemoglobin ikatan antara O2 dan Hb.
Anemia defisiensi zat besi ada Hb.nya tapi tidak ada tempat untuk mengangkut
O2.
Mitokondria: tempat pembakaran O2 di sel.
23% CO2 dibawa oleh Hb. 77% CO2 berikatan dengan bikarbonat (H2CO3).
Hipoksia: kekurangan O2 di jaringan.
MATERI VII
HIPERTENSI
1. Tekanan Darah
Tekanan darah arterial adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah
yang menampungnya.
Karena jantung terus menerus mempompa darah ke aorta, maka tekanan aorta
rata-rata 100 mmHg.
Karena pompa jantung terputus-putus, tekanan berfluktasi antara 120 mmHg
(sistolik) dan 80 mmHg (diastolic).
Sewaktu darah mengalir melalui sistemik, tekanan turun secara progresif hingga
mencapai 0 mmHg pada saat mencapai atrium dekstra.
Penurunan tekanan arteri sebanding dengan kekuatan pompa jantung dan tahanan
(resistensi) vascular.
Jantung merupakan pompa yang berdenyut sehingga darah yang memasuki arteri
terputus-putus → denyut tekanan dalam arteri.
Factor genetic
Aktivasi simpatis
Factor hemodinamik
Metabolisme natrium dalam ginjal
Gangguan mekanisme pompa natrium, renin, angiotensin, aldosterone
Factor lingkungan: stress psikososial, obesitas, kurang olahraga, rokok, alcohol
5. Pendahuluan
Tekanan darah berhubungan dengan morbiditas penyakit kardiovaskular
Penurunan TD akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
Prevalensi hipertensi dalam masyarakat: 8 – 18% (WHO, 1978) sebagian besar
merupakan hipertensi primer/asensial
Di Indonesia prevalensi hipertensi 6 – 15%, tertinggi di Silungkang (Sumbar) dan
terendah di Baliem (Papua)
6. Riwayat Alamiah
Penderita hipertensi bila tidak diobati maka tekanan darah akan terus meningkat
dengan pertambahan umur.
Factor risiko hipertensi: umur, berat badan, frekuensi jantung, glukosa plasma,
asam urat serum, dll.
Sebagian besar tanpa keluhan dan tidak tahu menderita hipertensi sampai terjadi
komplikasi.
7. Etiologi
Etiologi hipertensi merupakan interaksi bermacam factor: “mosaic theory”,
masing-masing factor tidak sama kuat untuk dapat menimbulkan hipertensi.
Factor yang dapat menimbulkan hipertensi: keturunan, obesitas, konsumsi garam,
factor sosial budaya, factor geografi.
Bila hipertensi lama, terjadi penebalan tunika intima dan hipertrofi tunika media.
Akibatnya kerja jantung meningkat.
Terjadi hipertrofi ventrikel kiri dan hyperplasia otot jantung → sirkulasi darah
dalam otot jantung tidak mencukupi → anoksia relative (diperparah oleh adanya
aterosklerosis pembuluh darah coroner).
Berakhir dengan dekompensasi jantung kiri → dekompensasi jantung kanan.
Catatan Tambahan
Syok hipovolemik: darah banyak keluar sehingga otak dan jantung tidak
maksimal terisi oleh darah
Aterosklerosis: tunika intima menebal, spasme, sempit
Natrium meningkat, cairan tertarik (yang di luar intravaskuler masuk ke pembuluh
darah, jadi tekanan naik) terjadi hipertensi jadi kurangi gram (NaCl), daging
kambing juga menandung banyak natrium
Morbiditas: kematian
Hipertensi: silent killer karena tanda gejala tidak terasa
Hipertropi ventrikel kiri: kemampuan pompa menurun (tidak maksimal)
PJH (Penyakit Jantung Hipertensi)
CHF (Cronic Heart Failure) gagal jantung
Hipertensi itu dapat dikontrol
MATERI VIII
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
Dalam melakukan proses keperawatan di atas harus saling berkesinambungan
satu sama lain, jadi setiap Tindakan yang kita lakukan atas dasar masalah yang kita
dapatkan dan masalah yang kita dapatkan adalah kesimpulan dari pengkajian yang
kita lakukan.
1. PENGKAJIAN
Melakukan anamnesa (wawacara) kepada seluruh asien untuk mendapatkan
data dari Riwayat kesehtannya, melakuakan pemeriksaan fisik, dan mengkonfirmasi
data yang kita dapatkan dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan atas kolaborasi
dengan tim medis.
Riwayat Kesehatan
a. Demografi
Data demografi yang harus diperhatikan: nama, usia (terkait
masalah pernapasan, karena berbeda tiap usia, berhubungan dengan
imunologi), jenis kelamin (kapasitas vital paru laki-laki > dari
perempuan), pendidikan (berkolerasi dengan perilaku, pengetahuan,
agama, lingkungan data ini bisa dilihat dari status pasien (untuk rawat
inap) untuk mengonfirmasi dikomunikasikan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama: keluhan yang sering muncul/ ditemui. Meliputi:
batuk, sesak, nyeri dada padap penyakit pernapasan.
1. Batuk : mekanisme tubuh ketika ada benda asing/ proses iritasi di
saluran pernapasan. Sebagai proteksi dari benda asing/ sebagai
pertanda bahwa di saluran napas ada proses iritasi.pengkajian yang
dilakukan untuk pasien batuk : sejak kapan, kapan sering timbul,
apa yang biasa mendahului batuk, berdahak/tidak, bagaimana
kemampuan batuk. Cairan/ mukus di saluran napas, selain
melembabkan juga sebagai sistem imun (perlindungan diri). Batuk
> 2 minggu infeksi (misalnya TB). Batuk bisa berasal dari
rangsangan di dalam atau karena perubahan tekanan udara. Batuk
yang khas pada iritasi biasanya kering (tidak ada benda yang
keluar). Batuk yang mengeluarkan lendir hasil sekresi biasanya
pada pasien infeksi/ inflamasi.
Sputum: cairan yang dikeluarkan lewat saluran napas. 1
sendok teh = 5 ml/ 5 cc, 1 sendok makan = 10 ml/ 10 cc
sputum (sendok sebagai takaran seberapa banyak sputum).
Jenis sputum :
Yang perlu ditanyakan pada ketiga keluhan utama pada system repirasi adalah :
Keluhan sekunder
A. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik adalah salah satu bagian dari pengkajian dimana data yang di
peroleh behubungan dengan kondisi fisik pasien. Seiep segala sesuatu yang di keluhkan
oleh pasien harus dikonfirmasi dengan keaadaan fisiknya apakah yang dikeluhkan pasien
sesuai dengan apa yang dikelukannya.
Merupakan bagian dari pengkajian
- melengkapi temuan data saat wawancara
- mengkonfirmasi dari keluhan pasien
Syarat
memahami anatomi & fisiologi
memahami nilai normal & abnormal
memahami tehnik pemeriksaan
memperhatikan universal precaution(pencegahan terhadap bahaya selama
pemeriksaan fisik baik untuk pasien maupun untuk perawat)
Dilakukan pada semua tubuh kita khususnya bagian dada. Bagian pemeriksaan
fisik: anterior (depan), posterior (belakang), lateral ( samping).
Paru paru itu apexnya (puncak) diatas klavikula ICS 1 dan basic (ujung) ada ICS
7. Garis garis imagjner : garis midsternal, garis midclavicular kanan, garis
midclavicular kiri (anterior/depan). Rongga dada: rongga kosong yang terdapat
celah iga sejati dan melayang, terdapat jantung dan paru-paru.
Garis Scapula kanan, garis skapula kiri, garis midspinal (posterior/belakang).
Saat auskultasi/ perkusi di bagian midscavula arah medial sampai ke thorakal 7,
lalu ke bawah lumbal, baru lateral.
Letaral (samping) paru-parujuga dpat di lakukan pemeriksaan melalui bgaian
lateral. Rontgen thorax ap lateral maksudnya, paru-paru bisa dilihat dari anterior,
posterior, dan lateral.
Pada sistem pernafasan mana dulu yang akan dilakukan, idealnya saat kita
melakukan wawancara kita sudah mulai mengamati perubahan-perubahan fisik.
1. Inpeksi :
irama nafas, perubahan kulit, nafas melalui
Kulit dada : warna, keutuhan kulit
Bentuk dada : diameter transversal (permukaan depan) : AP :2:1 kalau anak
anak 1:1 AP(anterior posterior). Simetrisitas dada,deformitas(kelainan bentuk
dada)
Otot pernafasan : penggunaan otot aksesoris/bantu nafas, gerakan
Respirasi : frekuensi, melihat iramanya, kedalamannya
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
5. Olfaktori : pada gangguan pernafasan , ada perubahan bau dari tubuh pasien.
Langkah awal
General survey :.
Bentuk dada :
Pola pernafasan :
Eupnea : pernafasan normal, iramanya pada dewasa 12-20x/menit
Apnea : tidak ada pernafasan atau henti nafas (hanya beberapa saat), tetapi jika
terlalu lama tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan menyebabkan
meninggal dumia.
Dispnea : susah bernafas yang menunjukkan adanya retraksi dada
Apneustic : pernafasan gasping, inspirasinya pendek dan ekspirasinya juga tidak
efektif
Bradipnea : nafas yang lambat, tetapi teratur, frekuensi nafas < 12x/menit
Takipnea : nafas cepat, frekuensi nafas > 20x/menit
Hiperventilasi : irama normal, bernafas dalam >20x/menit
Cheyne-stokes : Pernapasan bertahap, cepat, dan lebih dalam kemudian menjadi
lambat berbeda dengan apnea
Kussmaul's : pola cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolik
Biot's : Pernapasan cepat dan dalam dengan periode berhenti tidak teratur yang
menunjukan adanya kerusakan otot bagian bawah dan depresi pernafasan, contohnya
nafas orang yang ketakutan.
4. Auskultasi
Abnormal:
Stridor: suara yang terdengar karna ada benda padat yang menghambat jalan
nafas (ngorok), suara nafas yang tertutup sebgaian. Suara ini seperti suara
gargling, bisa berubah dan bisa berenti karna perubahan posisi saat tidur.
Bagi pasien yang mengalami penurunan kesadara stidor ini sangat
berbahaya karana akan menutupi saluran nafas Sebagian dan bisa
menyebabkan henti nafas.
Ronchi : suara udara yang keluar masuk melewati cairan dan ini terjadi pada
bagian pernafasan bagian bawah, jadi suaranya seperti Ketika kita meniup
air.
Wheezing : suara nafas yang terjadi karna adanya udara yang melewati jalan
yang sempit dan biasanya karana penyempitan pada bronkus.
Krekers : suara nafas pada pasien dengan ADM pulmonal.
MATERI X
BERHENTI MEROKOK
Efek Nikotin
1. Memberi efek stimulan dan sedasi (efek nyaman).
2. Bersifat adiktif.
3. Menyebabkan :
Penyempitan pembuluh darah. Nikotin dapat menyebabkan
penimbunan dalam waktu yang lama di dalam pembuluh darah.
Jika terjadi di jantung maka dapat menyebabkan penyakit jantung
coroner dan jika di otak dapat menyebabkan stroke.
Peningkatan denyut jantung
Pengerasan pembuluh darah
Penggumpalan darah
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi
b. Cara 2 : Penundaan
Menunda saat menghisap rokok pertama 2 jam dari waktu
biasanya, selanjutnya tiap hari 2 jam diundurkan dari hari
sebelumnya.
Pada bulan ramadhan, orang berpuasa sudah melakukan penundaan
merokok selama 12 jam.
c. Cara 3 : Pengurangan
Dihitung jumlah rokok yang dihisap dan dikuraangi secara
berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang
perhari.
Misalnya jumlah rokok setiap hari rata-rata 30 batang.
Direncanakan waktu berhenti merokok dalam 7 hari. Waktu
merokok tinggal 6 hari, jadi pengurangan 5 batang/hari.
Hari I : 30 batang
Hari II : 25 batang
Hari III : 20 batang
Hari IV : 15 batang
Hari V : 10 batang
Hari VI : 5 batang
Hari VII : 0 batang (stop merokok)
Persiapan berhenti merokok :
1. Tekadkan niat untuk berhenti merokok, karena walaupun dibantu oleh
fasilitator atau dokter atau keluarga tidak akan berhasil kalau tidak ada niat
untuk berhenti merokok.
2. Buat daftar penyakit akibat rokok.
3. Buang asbak, puntung rokok dan bungkus rokok yang ada.
Gejala ketagihan merokok
1. Gejala ketagihan hampir selalu mengikuti proses berhenti merokok. Gejala
ini disebabkan karena penurunan kadar nikotin di dalam darah.
2. Kalau sudah ketagihan, maka hari-hari pertama berhenti merokok adalah
yang paling berat.
3. Gejala ini akan hilang sendiri dalam 2-3 minggu.
4. Kalau tidak hilang atau keluhannya tidak tertahankan, hubungi fasilitator
atau dokter.
Mengatasi gejala ketagihan merokok
1. Rasa ingin merokok: cara mengatasinya dengan bernafas Panjang dan
dalam, alihkan perhatian, ingat akan bahaya merokok.
2. Pusing kepala atau rasa mabuk: istirahat di tempat yang sejuk, minum obat
untuk sakit kepala .
3. Batuk-batuk berdahak: minum obat batuk untuk untuk meredakan
tenggorokan, dan minum air putih yang banyak.
4. Rasa gemetar di tangan dan kaki: akan hilang dalam waktu 2 minggu.
5. Gelisah, susah tidur, sulit konsentrasi: lakukan olahraga atau jalan-jalan di
udara yang segar.
6. Susah buang air besar, diare, atau mual-mual: perbanyak makan sayur,
buah-buahan dan minum banyak air putih.
7. Rasa lapar dan berat badan naik: kendalikan dengan diit dan olahraga yang
teratur.
Gejala kebiasaan :
Merasa kehilangan benda yang dimainkan di tangan: gantikan dengan
pensil atau yang lainnya.
Keinginan merokok setelah makan: segera lakukan kegiatan lain sebagai
gantinya.
Merokok sambil minum kopi: ganti kopi dengan jus buah atau air putih.
Mempertahankan keberhasilan merokok :
1. Hadapi godaan untuk merokok dengan cara :
- Sibukkan tangan dengan pekerjaan, permainan atau hobi.
- Ingatkan diri tentang alasan mengapa ingin berhenti merokok.
- Alihkan perhatian dengan mendengarkan musik, berjalan-jalan
atau kegiatan lain yang dapat mengalihkan perhatian.
2. Nyatakan pada lingkungan anda bahwa anda sudah berhenti merokok.
3. Mintalah bantuan orang lain untuk mengingatkan kalau anda lupa (tiba-
tiba merokok lagi).
4. Bentuk Paguyuban mantan perokok.
5. Tolak tawaran rokok dari siapapun. Katakan “Terima Kasih, saya sudah
berhenti merokok”
Catatan Tambahan
TB paru merupakan salah satu jenis pneumonia dengan penyebabnya kuman atau
bakteri tuberculosis. TBC yaitu infeksi pada organ paru – paru penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) . Infeksi ini tidak hanya
menyerang paru-paru, organ lain :
- Tulang sering menyerang pada tulang panjang (tempat produksinya sel darah
merah) karena O2 lebih tinggi.
- Pencernaan (usus), area yang terkena intima usus yaitu lapisan usus yang banyak
mengandung arteri.
- Ginjal, merupakan organ yang banyak kapilernya, glumerolus merupakan
rangkaian kapiler di dalam system perkemihan.
- Otak, yang terkena awal adalah lapisan otaknya terutama aranoid nya karena
mengandung O2.
Yang paling banyak terserang di paru – paru karena kadar O2 yang tinggi tempat masuk
mycobacterium ini melalui pernafasan yang mempunyai tekanan tinggi adalah area apex
paru.
Part 1
Geographically, most TB cases in 2018 were in the World Health Organization (WHO)
regions of
ini data dari situs kemenkes pada tahun 2020 permaret di hari tb nasional
yang berarti dilihat dari segi estimasi jumlah kasus nya menurun, pada 2019
sebanyak 845.000 dan 2020 menurun menajdi 842.000.
Faktor terkena tb
1. Usia :
anak-anak dan lansia
2. Daya tubuh rendah :
pasien dengan malnutrisi, pasien penyakit kronis, pasien dengan
immunokompromised seperti HIV
3. penykit DM :
di indonesia ada penyakit degeneratif yang kemudian menjadi kronis lalu
dalam perjalanannya akhirnya juga akan multifaktor dan pada akhirnya
menyebabkan mudah menjadi kelompok resiko, yang salah satunya ialah
penyakit DM, karena Diabetes ini seringkali di sandang orang dengan usia
lanjut kemudian setelah itu ini menjadi penyakit Kronis karena terjadi
dalam janagka waktu lama dan semakin kondisinya tidak membaik. Dan
multifaktor inilah yang kemudian bisa menyebabkan penyandang diabetes
juga merupakan kelompok beresiko yang menjadi perhatian saat ini
terhadap penularan kasus TB
4. Lingkungan :
Penyakit tb akan mati oleh paparan sinar matahari, maka jika melihat
khusunya dilingkungan kota besar dimana lingkungan itu biasanya sangat
padat kemudian paparan sinar matahari sangat kurang kemudian kita lihat
rumah orang menengah kebawah dan mereka itu hanya mempunyai
ventilasi dari pintu dan jendela di samping pintu yang dimana
pencahayaannya sangat minim, dan kuman tb pun sangat mudah
berkembang. Lalu dengan kepadatan penduduk juga menjadi faktor
timbulnya penularan.
TUBERCULOSIS
Bakteri aerob, gram-positif
Mempunyai dinding sel yang tebal, sehingga akan tahan Asam atau
dikenal Basil Tahan Asam (BTA) basil itu batang, tahan asam itu
berarti kebal dengan pemeriksaan Asam
Spesies lain: M. bovis, M. avium
Penyebarannya melalui : droplet infection
KANDUNGAN DROPLET
Bicara : 0-210 partikel
Batuk : 0-3500 partikel
Bersin : 4500-1 juta partikel
Penularan TB
tempat yang biasanya jadi kerumunan orang misalnya stasiun atau
terminal
tempat dengan wilayah penduduk padat
Droplet Nuclei
Sekali batuk akan menghasilkan 500 droplets. Rata rata pasien TB
memproduksi 75,000 droplets per hari sebelum pengobatan.
Dalam 2 minggu pengobatan yang efektif jumlah terjadi penurunan sampai
25 droplet
Penyebaran bakteri TBC
Ketika ada seseorang penderita TB batuk atau bersin dan partikelnya
keluar mungkin langsung oleh orang sehat atau partikel-partikel itu jatuh
ketanah atau ada di udara yang kemudian karena adanya udara yang
bergerak dan kemudian terhirup oleh orang yang belum terinfeksi pada
akhirnya si mycobacterium TBC ini akan masuk kedalam tubuh orang
tersebut melalu tempat masuknya yaitu saluran pernapasan dan akan hidup
atau bermuara di paru-paru bagian apex yang sebagai reservoirnya kuman
TB, ketika masuk ada sistem imun atau ada respon imun yang bekerja lalu
si mycobacterium ini mampu membuat pertahanan diri dengan
menyelimuti dirinya dengan dinding lipoprotein yang tebal kemudian
membentuk kapsul dan kemudian dengan perlindungannya ini kuman TB
tetap hidup teteapi pada akhirnya Makrofag dan Fagosit didalam tubuh
kita tidak mampu atau tidak mengenali dia sebagai mycobacteriium yang
aktif, padahal si mycobacteirum masih hidup didalam pelindungnya dalam
waktua berbulan-bulan sepanjang daya tahan tubuh kita normal, maka sifat
dimana mycobacterim ini berdiam diri yang lama tanpa menginfeksi
dalam tubuh seseorang itu dikenal dengan sifat DORMAN. Pada satu
kondisi dimana daya tubuh menurun maka dia akan membuka diri dan
kemudian berkembang biak dan pada akhirnya merusak jaringan-jaringan
paru, dan tidak pada paru-paru saja, yang kemungkinan bisa menyebar dari
sattu lobus ke lobus lain, kemudian dari alveoli, pleura dan karena alveoli
yang banyak mengalami kerusakan, pembuluh darahnya terbuka maka
melalui aliran darah mycobacterium TBC ini bisa menyebar ke seluruh
bagian tubuh terutama dengan organ-organ yang kaya oksigen.
Penyebaran infeksi TB diluar paru dikenal TB Extra Paru.
Dari mulai masuknya mycobacterium tb ke saluran pernapasan hingga
menginfeksi sekitar 4-6minggu, proses makrofag atau sistem imun kita
untuk bekerja didalam tubuh dan karena ada sifat dorman dari
mycobacterim ini bahkan pada akhirnya mampu menimbulkan infeksi
hinga sakit bisa 6 bulan berikutnya. Jadi Dari mulai awal masuknya TB
ke saluran pernapasan kemudian sampai dengan meginfeksi bisa 6 bulan.
Setelah 5 tahun :
• 50% pend akan meninggal
• 25% akan sembuh sendiri (daya tahan tubuh baik)
• 25% pend akan kronis dan tetap menular.
Sangat ditentukan oleh :
• Banyaknya kuman BTA Positif
• Konsentrasi percikan dlm udara
• Daya tahan tubuh (gizi buruk)
• Infeksi HIV / AIDS
Bagaimana mengetahui seseorang mengalmi gejala TB.
WHO menetapakan jika didapatkan batuk berdahak kemudin dahaknya
purulen atau berwarna kuning kehijauan lebih dari 3 minggu maka bisa
dicurigai suspek TB dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apalagi
didapatkan keluhan lain seperti nyeri dada, sesak napas, kemudian ada
batuk berdarah terus ada penurunan nafsu makan ataupun penurunan BB
akan sangat mungkin itu terinfeksi TB. Dilanjut dengan pemeriksan
dahak dalam 3x dalam 2 hari yang dikenal dengan pemeriksaan s-p-s
(sewaktu-pagi-sewaktu) artinya ketika orang datang dengan keluhan
batuk lebih dari 3 minggu kemudian ada temuan lain misal ada penderita
TB, lingkungan padat atau pada kelompok imun-imunnya rendah maka
saat itu pasien diminta periksa dahak itu adalah S (sewaktu) kemudian
setelah periksa dahak saat itu, pasien dibawakan pot sputum untuk
menampung dahaknya buat besok pagi ketika terbangun tidur maka saat
itu juga pasien harus batuk ke tempat pot sputum tadi itu adalah P (pagi)
karena kualitas dahak setelah bangun tidur pagi itu lebih akurat dan lebih
banyak. Setelah itu dibawalah ke tempat pemeriksaan (pelkes) ketika
dibawa dan sampai ke pelkes dan kemudan pada saat itu juga pasien
diminta batuk lagi di sebut S (sewaktu) yang kedua. Jadi ada 2hari
pemeriksan dahak dalam 3x pemeriksaan. Jika pemeriksaan dahak ini
ditemukan 2x positif dari 3x pemeriksaan, pasien dinyatakan posistif TB,
tapi kalau dari 3x pemeriksaan hanya 1 yang positif maka harus dilihat
dengan gejala klinis kemudian bisa dilihat dengan pemeriksaan penunjang
yang lain. Kalau seandainya tiga-tiga nya negatif tapi ada gejala klinis
yang berat misal ada batuk berdarah dan seterusnya maka bisa dilakukan
dengan pemeriksaan penunjang lain.
Pemanfaatan teknologi diagnosis TB dengan metode tes cepat berbasis
molekuler (Tes Cepat Molekuler / TCM TB) merupakan terobosan dalam
percepatan penanggulangan TB di Indonesia. Penggunaan TCM TB
tersebut dapat mempercepat diagnosis terduga TB dan TB resisten obat
(TB RO) sehingga pasien dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin.
TCM TB dapat mendeteksi M. tuberculosis dan resistensi terhadap
rifampisin sebagai salah satu Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang utama
hanya dalam waktu 2 jam. Dengan demikian jauh lebih cepat bila
dibandingkan dengan metode biakan dan uji kepekaan dengan metode
konvensional menggunakan media padat yang memerlukan waktu 3
sampai 4 bulan.
Patofisiologi
Mycobacterium masuk ke saluran pernapasan melalui droplet kemudian
bersarang di paru-paru, lalu ada respon imun maka proses peradangan
akan terjadi, keluhan seperti demam, malaise dan mungkin ada
peningkatan sekresi itu terjadi di fase-fase awal selama 3 hari. Kemudian
ketika sistem imun mampu memusnahkan mycobacterium tersebut lalu
mycobacteriumnya mati atau bahkan menjadi tidak aktif dengan sifat
DORMANnya yang bisa menyelimuti diri/ melindungi diri, kemudian
ketika sudah 6 bulan masa inkubasi dari sifat DORMANnya itu dan si
mycobacterium tetap tidak aktif atau mati atau hancur inilah yang dikenal
dengan infeksi PRIMER, yang berarti kita pernah terpapar
mytcobacterium TBC namun dengan sistem imunnya bekerja pada
akhirnya infeksi mycobacterium ini tidak terjadi sembuh dengan sedirinya.
Namun demikian dalam tubuh kita itu terbentuk imun yang spesifik
terhadap mycobacterium TBC, Suatu saat ada mycobacterium masuk lagi
kedalam tubuh kita maka kita sudah mempunyai imun yanag spesifik, nah
inilah yanag kemudian menjadi dasar ketika dilakukan pemeriksaan
mantuk test atau pemeriksaan hipersensifitas terhadap protein dari
mycobacterium TBC ini, bisa saja pada test mantuk pada orang itu positif
tapi ternyata karena didalam pada tubuhnya itu sudah terbentuk imun,
karena sudah sering terpapar dan kebetulan imunnya bagus, terbentuk
imun alamiah didapat. Kemudian juga pada beberapa orang yang pernah
mendapatkan vaksin BSG, ini juga bisa dikuatkan dengan adanya
immunitas buatan yang didapat sehingga kalau kemudian di test
immunitas bisa saja POSITIF bukan berarti dia dalam kondisi infeksi
tetapi dia mempunyai immun terhadap mycobacterium TBC. Nah
kemudian ketika ternyata disuatu saat kondisi imunnya rendah atau
koloninya lebih banyak daripada kemampuan immunitas kita maka ini
proses infeksi terjadi, disebut infeksi terjadi ketika mycobacterium TBC
ini berkembang biak kemudian merusak jaringan bahkan menimbulkan
gejala-gejala infeksi, gejala infeksi yang khas pada psien TB paru-paru
diantaranya batuk berdahak yang kental dan berwarna keruh lebih dari 3
minggu, kenapa berwarna keruh karena sel makrofag atau fagosit terjadi
menghsilkan sel-sel debris atau sel-sel yang mati yang kemudian
peningkatan jumlah sekresi dalam rangka untuk memusnahkan
mycroorganisme ini bercampurlah dengan sel-sel debris tadi pada akhirnya
membuat warnanya menjadi keruh dan menjadi kental karena bercampur
dengan pertikel-pertikel yang lebih besar. Kemudian dengan adanya
peningkatan jumlah sekresi dan kental mudah menempel dijalan nafas,
ketika menempel dijalan napas direspon sebagai bentuk benda asing maka
respon batuk aka muncul pada infeksi tb ini. Kemudian ketika dilakukan
pemeriksaan fisik dahaknya itu menempel lalu ada udara yang melewati
cairan didalam daluran pernapasan bisa didapatkan adanya suara
RONCHI. Kemudian dengan adanya batuk terus suara ronchi dan ventilasi
menjadi terhambat atau tidak adekuat maka bersihan jalan napas bisa
terjadi, nah kemudian ketika kerusakan lobus-lobus atau alveoli menjadi
lebih luas dan kapiler banyak yang rusak atau pecah maka menimbulkan
perdarahan dan ini akan menimbulkan batuk darah, batuk darah ini kalau
jumlahnya berlebihan pasti aka membuat kebutuhan cairan berkurang.
Ketika kita menegakkan diagnosa keperawatan kurang volume cairan
maka yang terjadi adalah jika pengeluaran cairan lebih dari 500cc.
Kemudian dampak dari proses infeksi lalu batuk berdahak yang terus
menerus dan sesak napas pasti membutuhkan energi yang lebih, tanda
bahwa energi ini dibutuhkan lebih adalah terjadi peningkatan metabolisme
yang dimana cadangan lemak diotot menjadi digunakan kemudian keringat
dimalam hari itu menunjukan bahwa metabolisme didalam tubuh
meningkat karena metabolisme secara normal terjadi dimalam hari maka
akan terjadi penurunan masa otot dan kemudian akan menggangu pada
kebutuhan nutrisi secara umum, nah inilah yang akhirnya akan muncul
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Part 2
KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE-TIPE PASIEN
1. Kasus Baru :
Pasien yang belum pernah sama sekali diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT tapi < 1 bulan
2. Kasus Kambuh :
Pasien TBC yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TBC
dan telah dinyatakan sembuh atau dengan pengobatan lengkap
ketika saat berobat lagi didiagnosis kembali dengan BTA positif
3. Kasus putus berobat (default) :
Pasien yang sudah menjalani pengobatan > 2 bulan lalu berhenti
mengonsumsi obat nya selama > 2bulan juga maka BTA nya bisa
positif lagi
4. Kasus Gagal (failure) :
Pasien yang sudah menjalani pengobatannya sesuai dengan
ketentuan misalnya 6 bulan dan saat akhir dari 6 bulan, hasil BTA
nya tetap positif
5. Kasus Kronik atau Resisten Obat :
Ketika ada pasien yang ternyata sudah positif lalu diberi OAT dan
tetap positif kemudian diberi pengobatan tambahan juga tetap
positif, maka harus dicurigai kalau pasien ini ternyata resisten
terhadap OAT yang berarti si mycobacterium ini sudah kebal,
mempan atau sudah kenal dengan OAT.
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk :
1. menyembuhkan pasien,
2. mencegah kematian,
3. mencegah kekambuhan,
4. memutuskan rantai penularan dan
5. mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Sesuai dengan logo hari TB Nasional yaitu TOSS
Prinsip pengobatan
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
o dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan.
o Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
o Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Ada Pengawasan Menelan Obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan
pasien menelan obat
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
o tahap intensif : pada pasien baru adalah 2 bulan pertama/ 56 hari
pertama. Pada tahapa ini berguna untuk mengatasi infeksi nya
o Tahap lanjutan : 4 bulan berikutnya. Pada tahap ini berguna untuk
mencegah terjadinya kekambuhan dan resistensi obat, karena
pasien pada umumnya sudah merasa sembuh padahal kuman masih
menetap didalam tubuhnya lalu terjadi kekambuhan, jadi dengan
adanya fase lanjutan ini bisa mengatasi kekambuhan tersebut.
Part 3
ASKEP PD KLIEN TB
1. Pengkajian
Riwayat sakit saat ini
o Batuk lebih dari 2 minggu, produktif, sputum purulen sampai
haemaptue
o Keluhan nyeri dada, sesak
o Keluhan keluaqr keringat malam
o Penurunan nafsu makan, BB yang turun
Riwayat sakit sebelumnya
o putus pengobatan OAT
o Gagal pengobatan
o Mengalami penyakit HIV, DM, kanker.
Riwayat Keluarga
o Ada penderita disekitarnya
Gaya hidup & lingkungan
o Tinggal di lingkungan padat
o Tidak memperhatikan kesehatan
o Alkoholisme, perokok, nutrisi yang tidak adekwat
Psikososial
o Perasaan ditolak karena penyakit menular
o Masalah finansial
Pengetahuan
o Pemahaman cara penularan & pencegahan , pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
o Inspeksi ; frekuensi nafas yang cepat
o Palpasi ; taktil fremitus yang melemah
o Perkusi : suara yang lebih redup, pada tahap awal dan jika
terdapat banyak kavitas di dapatkan suara hypersonor
sampai dengan timpani
o Auskultasi : suara Ronchi kasar & nyaring terutama pada
lobus atas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o LAB : BTA (SPS), LEUKOSIT, AGD,
o ROUNGENT
o MANTOX
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. peningkatan sekresi
akumulasi sekret, penurunan kemampuan batuk
2) Gangguan pertukaran Gas b.d. kerusakan area paru
3) Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d.
pepingkatan metabolisme, asupan yang tidak adekwat
4) Resiko penyebaran/perluasan infeksi b.d. penurunan daya tahan
tubuh, kurang pengetahuan
5) Kurang pengetahuan ttg kondisi, pengobatan, penularan &
pencegahan
3. RENCANA KEPERAWATAN
DX KEP 1 :
Kaji fungsi pernafasan
Beri posisi postural drainage, latihan batuk efektif & nafas dalam
Pertahankan intake cairan 2500cc/hr
Berikan mukolitik, expektoran sesuai program
DX KEP 2 :
Kaji : dyspnea, takhipnea, bunyi pernafasan abnormal
Evaluasi TK kesadaran, catat tanda sianosis, & perubahan warna kulit
Batasi aktifitas
Kolaborasi dlm monitor AGD
DX KEP 3
Kaji status nutrisi : adanya mual muntah, BB
Kaji pola diit; kebiasaan makan,makanan disukai
Anjurkan makan sedikit sering dengan TKTP
Kolaborasi untuk pemberian suplemen maka
MATERI XII
A. Darah
Darah cairan khusus yang termasuk dalam jaringan ikat
Darah mengandung sel-sel yang ‘terkurung’ dalam cairan
Maksud dari terkurung disini adalah, darah mengandung sel-sel seperti sel
darah merah, sel darah putih dll nya yang berada di dalam plasma
FUNGSI DARAH
C. 3 Karakteristik Darah
1. Suhu normal : 38ᵒc
2. Kekentalan darah
Contoh penyakit darah kental adalah DM karena mengandung
glukosa yang tinggi, TD juga naik ᵘ/mendorong si darah
3. Sedikit basa pH 7,35 – 7,45
D. Volume Darah
Volume darah (liter) = ±7% dari berat badan (kilogram)
a. adult male: 5 to 6 liters
A. Plasma
Lingkungan sel-sel dari darah utuh
Beratnya paling ringan
Merupakan 50-60% dari volume darah
Lebih dari 90% plasma merupakan air
Komposisi Plasma
B. Cairan Ekstaseluler
Terdiri dari Interstitial fluid (IF) dan
plasma
Kandungan plasma dan IF yang bertukaran
melalui dinding kapiler:
a. Air
b. Ion-ion
c. Zat terlarut kecil
PERBEDAAN PLASMA DAN CAIRAN INTERSISIAL
Red blood cells (RBCs) merupakan 99.9% dari formed element darah
Menghitung RBCs :
1. Sel darah merah (RBCs) count Jumlah RBCs dalam 1 microliter whole
blood
2. Hematokrit (packed cell volume, PCV) Hasil dari pengukuran yang
menyatakan perbandingan sel darah merah terhadap volume darah
NOTE !!!
HEMOGLOBIN (Hb)
ANEMIA
- Pengurangan jumlah RBC, kuantitas Hb, & volume RBC (Hematokrit) per
100 ml darah (Anderson, 2000)
- Disebabkan bermacam-macam kondisi
- Proses Daur Ulang Komponen dari RBCs yang rusak dan tua
Proses Daur Ulang Komponen dari RBCs yang rusak dan tua
Recycling RBCs
- 1% dari RBCs yang beredar, mati per harinya sekitar 3 juta RBCs per
detik
o Memonitor RBCs
o Menelan RBCs sebelum ruptur membran (hemolyze)
Hemoglobin Recycling
Heme protein dalam SDM yang dipecah jadi biliverdin atau Besi
- Bilirubin lalu:
Diluarkan hati
Jaundice atau penyakit kuning disebabkan penumpukan bilirubin
Dirubah oleh bakteri intestinal menjadi urobilins dan stercobilins
yang berpengaruh pada warna kuning kecoklatan atau coklat pada
feses
RBC MATURATION
2.Eritroblast
Hari ke-2 : Basofilik Eritroblast/Prorubrisit
Ciri-cirinya:
• Anak inti menghilang/tidak nampak
• Sitoplasma sedikit mengandung Hb sehingga warna biru dari
sitoplasma jadi sedikit kemerahan
• Ukuran lebih kecil dari Proeritroblast
ERITROPOESIS
HEMOCYTOBLASTS
- Proerythroblast
- Erythroblasts
- Reticulocyte
- Mature RBC
Hormon yang Menstimulus
Hormon adalah senyawa kimia yang dikeluarkan sistem endokrin (yang larut dalam darah)
untuk melakukan sesuatu.
2) Tipe Darah
• Ditentukan secara genetik
• Dengan ada atau tidaknya surface antigen A, B, Rh pada RBC
E. CROSS REACTION
• Disebut juga reaksi transfusi
• Antibodi plasma memenuhi antigen permukaan spesifiknya
• Darah akan menggumpal dan mengalami hemolisis
• Jika golongan darah donor dan penerima tidak cocok
Fungsi Leukosit :
Aksi Neutrofil :
◼ Membentuk pus/nanah
b) Eusinofil
Disebut juga acidophils
2–4% beredar WBCs
Menyerang parasit besar
Mengeluarkan senyawa racun: Nitric Oxide dan Cytotoxic Enzymes
Aksi Eusinofil :
c) Basophil
Kurang 1% beredar di WBCs
Kecil
Terakumulasi di jaringan rusak
Aksi Basophil :
Mengeluarkan histamine:
Aksi Makrofag :
1. SEL T
Cell-mediated immunity
Secara langsung menyerang sel asing
2. SEL B
Kekebalan humoral
Berdiferensiasi menjadi sel plasma (sel B tereaktivasi yang mengeluarkan
antibody)
Mensintesis antibodi
3. NK SEL
Mendeteksi dan menghancurkan sel jaringan abnormal (kanker)
PLATELETS
Sirkulasi Trombosit
Jumlah Trombosit :
FUNGSI TROMBOSIT
PRODUKSI TROMBOSIT
HEMOSTASIS
Penghentian pendarahan:
Fase vascular : pembuluh darah jadi lebih kaku
Fase platelet : berkumpul dan saling berikatan
Fase koagulasi : mengeras lalu menutup
ASKEP HEMATOLOGI
A. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan kulit dan selaput lendir (seperti permukaan bagian dalam kelopak
mata atau mulut), melihat pucat atau tidak, pembuluh darah abnormal
(telangiectasias), memar, bintik merah atau ungu kecil, atau ruam merah.
Pemeriksaan area leher, ketiak, dan selangkangan untuk pembesaran kelenjar
getah bening.
Pemeriksaan persendian untuk melihat apakah persendian itu lunak atau
bengkak.
Pemeriksaan perut, merasakan pembesaran limpa atau hati.
Pemeriksaan rektal untuk memeriksa tinja untuk darah.
B. HISTORY TAKING/ANAMNESA/WAWANCARA
Tanyakan keluhan utama.
Detail keluhan utama: kapan muncul, keparahan, area keluhan, durasi, dll.
Riwayat penyakit sebelumnya terutama yang berkaitan dengan masalah
hematologi.
Riwayat tranfusi dan atau transplantasi
Riwayat pengobatan
Riwayat keluarga
Riwayat sosial (pekerjaan, bepergian)
Tambahan (kebiasaan minum minol)
MATERI XIII
PRESENTASI KELOMPOK
KELOMPOK 3
A. Konsep Dasar
2.1 Pengertian
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu
kelainan dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversible Pada klien PPOK paru-paru klien
tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya
sumbatan dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru.
(Lyndon Saputra, 2010).
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (GOLD, 2009). Selain itu menurut Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan satu kelompok penyakit
paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten
dari jalan napas di dalam paru, yang termasuk dalam kelompok
ini adalah : bronchitis, emfisema paru, asma terutama yang
menahun, bronkiektasis. Arita Murwani (2011)
1. Asap Rokok
Dari berbagai partikel gas yang noxius atau berbahaya, asap rokok
merupakan salah satu penyebab utama, kebiasaan merokok merupakan
faktor resiko utama dalam terjadinya PPOK. 3 Asap rokok yang dihirup
serta merokok saat kehamilan juga berpengaruh pada kejadian PPOK
karena mempengaruhi tumbuh kembang paru janin dalam uterus. Sejak
lama telah disimpulkan bahwa asap rokok merupakan faktor risiko
utama dari bronkitis kronis dan emfisema. Serangkaian penelitian telah
menunjukkan terjadinya percepatan penurunan volume udara yang
dihembuskan dalam detik pertama dari manuver ekspirasi paksa (FEV1)
dalam hubungan reaksi dan dosis terhadap intensitas merokok, yang
ditunjukkan secara spesifik dalam bungkus-tahun (rata-rata jumlah
bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah total
tahun merokok). Walaupun hubungan sebab akibat antara merokok dan
perkembangan PPOK telah benar-benar terbukti, namun reaksi dari
merokok ini masih sangat bervariasi. Merokok merupakan prediktor
signifikan yang paling besar pada FEV1, hanya 15% dari variasi FEV1
yang dapat dijelaskan dalam hubungan bungkus-tahun. Temuan ini
mendukung bahwa terdapat faktor tambahan dan atau faktor genetik
sebagai kontributor terhadap dampak merokok pada perkembangan
obstruksi jalan nafas.
2. Paparan Pekerjaan
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara dapat
diakibatkan oleh paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan
pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan
emas, dan debu kapas tekstil telah diketahui sebagai faktor risiko
obstruksi aliran udara kronis.
3. Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang-
orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan
mereka yang 5 tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan
meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan. Pada wanita bukan
perokok di banyak negara berkembang, adanya polusi udara di dalam
ruangan yang biasanya dihubungkan dengan memasak, telah dikatakan
sebagai kontributor yang potensial.
1. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi
paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddart, 2002)
2. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddart, 2002)
3. Asma
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Bruner & Suddart,
2002)
4. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronik yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus,
aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan
tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus
limfe. (Bruner & Suddart, 2002)
2. Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab utama timbulnya 80-90%
kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial-ekonomi dan status
pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif atau terkena polusi udara dan konsumsi alkohol yang
berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita
PPOK.
3. Manifestasi Klinis
1. Batuk yang sangat produktif, puruken dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalan, udara dingin atau infeksi
2. Sesak nafas dan dipsnea
3. Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
4. Hipoksia dan hiperkapnea
5. Takipnea
6. Dipsnea yang menetap (corwin, 2000)
4. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel
goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat.
Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk
fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting
dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi
lebih rentan terhadap infeksi pernafasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi
sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan nafas. Pada waktunya
mungkin terjadi perubahan paru yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan
emfisema dan bronkiektasis.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b. Corakan paru yang bertambah.
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
7. Komplikasi
Masalah kolaboratif/Potensial komplikasi yang daapt terjadi termasuk:
Gagal/insufisiensi pernapasan
1. Hipoksemia
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumotoraks
5. Hipertensi paru
6. Gagal jantung kanan
2. Sirkulasi :
Gejala :
Pembengkakan pada ekstrimitas bawah Tanda :
Tanda :
- Mual atau muntah.
- Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
- Penurunan berat badan menetap (emfisema),
peningkatan
- berat bada menunjukkan edema (bronchitis).
-
5. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehai-hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
kemampuan membaik.
Tanda :
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen.
5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi.
7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.
9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,
ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk
bekerja.
10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumber informasi.
9. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan: Pencapaian bersihan jalan napas klien
Intervensi keperawatan:
a. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor
pulmonal.
b. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
diafragmatik dan batuk.
c. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur,
atau IPPB
d. Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi
hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
e. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok,
aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
f. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan
pada dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna
sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak
didada, keletihan.
g. Beriakn antibiotik sesuai yang diharuskan.
h. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi
terhadap influenzae dan streptococcus pneumoniae.
1. PENGERTIAN
TBC, sangat penting untuk menjaga pola makan yang sehat yang pada
akhirnya dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan
memberikan kekuatan yang diperlukan untuk pulih kembali.
Vitamin A, E, C:
Beberapa makanan terbaik untuk penderita TBC termasuk buah dan
sayuran berwarna kuning-oranye seperti jeruk, mangga, pepaya, labu manis,
dan wortel yang kaya akan vitamin A, sementara Vitamin C ditemukan
dalam buah-buahan segar seperti jambu biji, jeruk , tomat, jeruk nipis, lemon, dan
capsicum. Vitamin E biasanya dapat ditemukan dalam bibit gandum, kacang-
kacangan, biji-bijian dan minyak nabati.
Vitamin B-kompleks:
Sebagian besar vitamin B kompleks dapat ditemukan dalam sereal dan
kacang-kacangan utuh, kacang-kacangan dan biji-bijian. Untuk non-
vegetarian, B kompleks dapat diperoleh dari telur, ikan (terutama ikan laut
seperti salmon, tuna, mackerel dan sarden), ayam, dan daging tanpa lemak.
Selenium dan seng:
Kacang brazil adalah sumber selenium terbaik. Jamur dan sebagian besar
kacang- kacangan dan biji-bijian, termasuk biji bunga matahari, biji chia,
biji labu, wijen dan rami, juga merupakan sumber selenium dan seng yang
baik. Pilihan non-vegetarian dapat termasuk tiram, ikan, dan ayam.
4. PATOFISOILOGI
5. KLASIFIKASI
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
6. MANIFESTASI KLINIS
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3 Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai
pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan
jarang ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin
berat dan hilang timbul secara tidak teratur
7. DEFINISI DIET
Diet dalam kamus pelengkap kesehatan keluarga tahun 2009 memiliki arti
sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman
yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan
jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau
penurunan berat badan.
Penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diit Tinggi Energi
TinggiProtein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita.Untuk memudahkan diet
Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP), penambahankonsumsi kalori dan protein
dilakukan dengan memberikan penambahan lauk dansusu. Sumber
protein hewani yang baik diberikan adalah ayam, daging, hati, telur, susu, dan
keju, sedangkan sumber protein nabati adalah kacang- kacangan dan hasilnya
seperti tahu, tempe dan oncom. Makanan yang terlalu manis dan gurih
yangdapat mengurangi nafsu makan, seperti gula-gula, dodol, kue, tarcis dan
sebagainya,adalah bahan makanan yang harus dihindari.
SYARAT DIET
Energi tinggi
Karbohidrat cukup (60-70% total energi)
Protein tinggi (75-100 gr/hari)/ 2-2.5 gr/kg BBI
Lemak cukup (20 ± 25% total energi)
Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin C dan Fe
Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien
Makanan mudah cerna
PERENCANAAN JADWAL MAKAN
Jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah yang sedikit
tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak
teratur. Berikut merupakan hitungan kasar memakai standar diet agar
memenuhi program diet TETP I. Ketika makan pagi, usahakan perbanyak
asupan karbohidrat, jika memungkinkansumbernya dari tepung gandum,
seperti roti. Ditambah dengan protein hewani sepertiikan laut sebanyak
1,5 porsi, juga sayur kira-kira 0,3 mangkok. Nabati dari kacang-kacangan,
tahu tempe 1,5 potong, tapi hindari kacang merah karena bergas. Selingan
jam 10 bisa jus, dan usahakan memakan roti, minimal 1 porsi, lebih
baguslagi ditambah putih telur. Makan siang, karbohidrat 2 porsi, daging-
dagingan 1 potong, nabati 2 potong. Sayur sebanyak 0,3 mangkok, buah 1
pors, kira-kira seharga Rp. 2.000,- .Jam 4 sore, harus ada karbohidrat plus
telur, bisa juga kue dan buah. Malam, Karbohidrat 2 porsi, ikan-ikanan 1
porsi, nabati 1 porsi, buah 1 porsi. Makanan tersebut diusahakan jangan
digoreng dan juga jangan memakai santan. Makanannya merupakan
tumis-tumisan, masakan yang direbus atau yang dipanggang.
Sayuran
Nama Masakan Berat (gr) Kalori Unit