MAKALAH
TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN
PENGKAJIAN BUDAYA
Oleh:
Nama Kelompok :
1. Rahmawati Mansur
2. Ramdan Ismunandar Bakari
3. Reka Pramaisela Mamonto
4. Rexy Jose Julio Lasut
5. Rezha Chorneles Yuen Giroth
6. Richela Brenda Langoy
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad
ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran
terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan
practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi
dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh
yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat
memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati
klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang
dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah pengkajian budaya dan aplikasi
teori Transcultural Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita
ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system
gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar
dalam rangka kehidupan masyarakat. (Koentjoroningrat, 1986). Wujud-wujud
kebudayaan antara lain :
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2. Kompleks aktivitas atau tindakan
3. Benda-benda hasil karya manusia
1. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.
2. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi
tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
2. Penanggung Jawab
Nama : Bpk. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama :Kristen Protestan
Suku Bangsa : Minahasa
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Malalayang Dua
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang
keringnya. Bpk. R mengatakan nyerinya timbul akibat An.Y terjatuh
dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang
sekitar An.Y terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat
tersebut.
Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki
riwayat kesehatan sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit
apapun sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu
pengobatan dari dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis
dibawa terlebih dahulu ke dukun tersebut.
3. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
a. Faktor Tekhnologi
1) Persepsi Sehat Sakit
Persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya
klien cukup datang ke dukun dalam mengatasi permasalahan
kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi obat tradisional.
2) Alasan mencari bantuan kesehatan
Bpk.R mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon
penunggu keramat, sehingga bpk.R mencari bantuan kesehatan
dengan membawa An.Y kedukun, selain itu keluarga bpk. R
mempunyai kebiasaan berobat kedukun
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa
memahami pengkajian budaya dan aplikasi teori Transcultural
Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.