Anda di halaman 1dari 20

MK : Psikososial dan Budaya

Dosen : Esrom Kanine, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J


Prodi/Kelas : Profesi Ners A & B

MAKALAH
TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN
PENGKAJIAN BUDAYA

Oleh:

Nama Kelompok :
1. Rahmawati Mansur
2. Ramdan Ismunandar Bakari
3. Reka Pramaisela Mamonto
4. Rexy Jose Julio Lasut
5. Rezha Chorneles Yuen Giroth
6. Richela Brenda Langoy

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad
ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran
terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan
practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi
dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh
yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat
memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati
klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang
dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah pengkajian budaya dan aplikasi
teori Transcultural Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita
ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system
gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar
dalam rangka kehidupan masyarakat. (Koentjoroningrat, 1986). Wujud-wujud
kebudayaan antara lain :
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2. Kompleks aktivitas atau tindakan
3. Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang


dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi


dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.

Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan


nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang


difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger
(1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.

Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji,


mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural
dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.
Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal
dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Konsep dalam transcultural nursing adalah :


a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan
keperawatan
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individu  menganggap budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g. Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan
budaya setiap individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang
nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih
tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai 
latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang
digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan
simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti
musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu
sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1991).
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara


sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
melalui asuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip


asuhan keperawatan yaitu:

1. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.
2. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi
tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen
yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:

1. Faktor teknologi (technological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga
tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya


1. Jangan menggunakan asumsi.
2. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang
pelit,orang Jawa halus.
3. Menerima dan memahami metode komunikasi.
4. Menghargai perbedaan individual.
5. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
6. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

D. Instrumen Pengkajian Budaya


Sejalan berjalannya waktu,Transkultural in Nursing mengalami
perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:
l. Sunrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen:
a. Faktor teknbologi (Technological Factors)
1) Persepsi sehat-sakit
2) Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
3) Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
4) Alasan memilih pengobatan alternative
5) Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi
masalah kesehatan
b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)
1) Agama yang dianut
2) Status pernikahan
3) Cara pandang terhadap penyebab penyakit
4) Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
1) Nama lengkap & nama panggilan
2) Umur & tempat lahir,jenis kelamin
3) Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
4) Pengambilan keputusan dalam keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
1) Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
2) Bahasa yang digunakan
3) Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
4) Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan
aktifitas sehari-hari
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya, meliputi:
1) Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
2) Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
3) Cara pembayaran
f. Faktor ekonomi (Economical Factors)
1) Pekerjaan
2) Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
3) Sumber biaya pengobatan
4) Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
5) Patungan antar anggota keluarga
g. Faktor Pendidikan (Educational Factors)
1) Tingkat pendidikan klien
2) Jenis pendidikan
3) Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
4) Pengetahuan tentang sehat-sakit
2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
a. Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan
(pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’
b. Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi
tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.
c. Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu
luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
d. Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk
bekerja dan menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu
dan yang akan datang.
e. Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan
dengan sehat-sakit.
f. Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti;
eksistensi enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi
terntentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola
makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.

3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle


Komponen-komponenya meliputi:
a. Identitas budaya
b. Ethnohistory
c. Nilai-nilai budaya
d. Hubungan kekeluargaan
e. Kepercayaan agama dan spiritual
f. Kode etik dan moral
g. Pendidikan
h. Politik
i. Status ekonomi dan social
j. Kebiasaan dan gaya hidup
k. Faktor/sifat-sifat bawaan
l. Kecenderungan individu
m. Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self


assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan
kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi,
untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan
klien.
E. Contoh Kasus
An. Y 10 tahun suku Minahasa, beragama Kristen Protestan
diantarkan orang tuanya di Rumah Sakit Prof. Kandou dengan keluhan nyeri
pada tulang keringnya. Bpk. R mengatakan nyerinya timbul akibat An.Y
terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang
sekitar An.Y terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.
Menurut cerita yang dikatakan Bp.R, saat anak nya jatuh An. Y langsung
dibawa ke dukun, lalu An.Y dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar
dengan bacaan doa-doa. Bp.R mengatakan An.Y dilarang mengkonsumsi
makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.Y masih tampak lemah,
lesu, dan tampak kesakitan,. Setelah dilakukan pemeriksaan melalui rontgen,
pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang kering
An.Y.
Pengkajian dilakukan tanggal 26 Juli 2021
Jam : 10.00 WITA
Tanggal masuk : 25 Juli 2021             
No. CM : xxxxxxx
Ruangan : A                   
1. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 10 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Minahasa
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan  : Pelajar
Alamat     : Malalayang Dua
Diagnosa Medis            : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)

2. Penanggung Jawab
Nama : Bpk. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah       
Agama :Kristen Protestan
Suku Bangsa : Minahasa
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Malalayang Dua
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang
keringnya. Bpk. R mengatakan nyerinya timbul akibat An.Y terjatuh
dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang
sekitar An.Y terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat
tersebut.
Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki
riwayat kesehatan sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit
apapun sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu
pengobatan dari dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis
dibawa terlebih dahulu ke dukun tersebut.
3. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
a. Faktor Tekhnologi
1) Persepsi Sehat Sakit
Persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya
klien cukup datang ke dukun dalam mengatasi permasalahan
kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi obat tradisional.
2) Alasan mencari bantuan kesehatan
Bpk.R mengatakan bahwa anaknya  didorong oleh pohon
penunggu keramat, sehingga bpk.R mencari bantuan kesehatan
dengan membawa An.Y kedukun, selain itu keluarga bpk. R
mempunyai kebiasaan berobat kedukun

3) Alasan klien memilih pengobatan alternative


Bpk. R sebagai keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien
dibawa ke Rs. Prof.Kandou, saat anak nya jatuh An. Y langsung
dibawa ke dukun, lalu An.Y dipijit menggunakan batang sereh
yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Bpk. R mengatakan An.Y
dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
Alasan keluarga klien memilih pengobatan alternative karena Bpk.
R sebagi ayah klien mempercayai bahawa anaknya yaitu An.Y
terjatuh karena didorong oleh penunggu pohon keramat.
4) Persepsi penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi
1. Hasil pemeriksaan rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa
terdapat adanya retak pada tulang kering An. Y
2. An. Y akan melakukan operasi.
b. Faktor Agama dan Filosofi
a. Agama yang dianut klien adalah islam,
b. klien & keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang
diderita An.Y  akibat gangguan dari makhluk gaib , klien &
keluarga biasanya datang kedukun dan meminta doa-doa agar
penyakitnya berkurang .
c. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan
a. Bpk R yaitu ayah dari An. Y seorang karyawan
b. umur  An.Y 10 tahun
c. Suku bangsa padang
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien
a. Bahasa yang digunakan klien adalah bahasa indonesia
b. An.Y dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan
bacaan doa-doa.
c. An. Y terjatuh karena memanjat pohon
d. An.Y tidak mengosumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur,
karena dukun setempat melarangnya untuk memakan jenis
makanan tersebut
e. Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku
Jam berkunjung Klien pukul 09.00 sampai 17.00, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu hanya kedua orang tua dan kerabat
Klien,cara pembayaran biaya rumah sakit di peroleh dari penghasilan
kedua orang tua klien
f. Faktor Ekonomi
Bpk. R seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Biaya
rumah sakit ditanggung oleh keluarga klien. Keluarga klien juga
menggunakan asuransi.
g. Faktor Pendidikan
An.Y pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar. Tulang
bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di
korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat
dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada kanal
medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan jaringan
tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis
adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika
terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan
tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak
tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-
organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi
histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian
asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan
kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan perilaku sehat
sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai
dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis,
kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan perencanaan prose
keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja
kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang
dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri
sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan traanskultural.

B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa
memahami pengkajian budaya dan aplikasi teori Transcultural
Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai