Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia akan mencapai usia dewasa, dan mempunyai kemampuan reproduksi serta melahirkan
anak. Ketika kondisi hidup seseorang mulai mengalami perubahan, maka seseorang akan kehilangan
tugas dan fungsi tersebut, kemudian memasuki fase selanjutnya, yaitu lansia. Bagi manusia yang
normal tentunya telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2010).

Lansia merupakan fase terjadinya penurunan fisik seseorang, atau dapat pula diartikan sebagai
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, yang di tandai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Pada lansia terjadi sebuah proses yang disebut penuaan,
proses tersebut bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Azizah, 2011).

Pada umumnya manusia bertahan dari tantangan kehidupan dimulai dari proses kelahiran hingga
melewati setiap masa perkembangan untuk hidup lebih lama mencapai umur yang panjang. Hal ini
dapat dikatakan sebuah keberhasilan, akan tetapi di sisi lain dapat berpengaruh pada peningkatan
populasi lansia di dunia. Diperkirakan jumlah penduduk lansia yang berumur 60 tahun atau lebih,
dalam populasi dunia akan meningkat dari 800 juta penduduk menjadi 2 milyar penduduk, atau
mengalami lonjakan dari 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

Di negara maju pertambahan populasi lansia telah diantisipasi. Tidak dipungkiri bila masyarakat di
negara maju sudah lebih siap menghadapi peningkatan populasi lansia dengan berbagai
permasalahannya. Pada saat ini negara berkembang juga memiliki permasalahan dengan
peningkatan populasi lansia. Bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan
menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain, kesehatan fisik, mental, sosial, psikologis,
sosial ekonomi dan keuangan, serta masalah keperawatan seperti kesepian, merasa tidak
berguna, tidak produktif dan kelainan degeneratif (Nugroho, 2008).

Kekerasan terhadap usia lanjut pada umumnya adalah mengacu pada salah satu tindakan dari
beberapa bentuk penganiayaan dari seseorang yang memiliki hubungan khusus dengan usia
lanjut seperti pasangan, saudara, anak, teman atau pengasuh di rumah, menurut (Mcdonald
2000). Apalagi untuk pasangan muda atau orang dewasa dengan tanggung jawab keuangan dan
tanggung jawab pada keluarga yang berat, maka akan menyebabkan tingkat stress yang tinggi
dalam menjalankan tugas perawatan terhadap usia lanjut dan menjadi penyebab untuk
melakukan pelecehan awal atau penelantaran.

Perhatian keluarga untuk melayani lansia semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya
aktivitas keluarga dan adanya pergeseran pola kerja dari suami-istri yang bekerja akibat
meningkatnya kebutuhan hidup. Dengan kondisi yang demikian akan berdampak pada
meningkatnya jumlah lansia yang dikategorikan sebagai lansia telantar (Sumarno, S et al., 2011).

Peningkatan jumlah lansia telantar merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia telah melakukan berbagai
bentuk pelayanan sosial terhadap lansia termasuk di dalamnya lanjut usia telantar yaitu melalui
pelayanan sosial dalam panti dan pelayanan sosial luar panti. Pelayanan sosial dalam panti terdiri
dari asistensi sosial melalui lembaga kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial lanjut usia melalui
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Pelayanan sosial luar panti terdiri dari asistensi sosial lanjut usia telantar, pendampingan dan
perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga lanjut usia, pelayanan harian lanjut usia, dan
pelayanan lanjut usia dalam situasi darurat (Kemensos RI & BPS RI, 2013).

Dengan adanya data tersebut, sehingga kami menilai perlunya pembahasan mengenai apasaja
upaya penanganan dan pencegahan penelantaran yang dapat dilakukan pada lansia, dan
apasajakah peran perawat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis ingin mengetahui “Penelantaran Terhadap


Lansia Serta Upaya Pencegahan dan Upaya Penanganannya”

Tujuan

Tujuan Umum

Untuk pemenuhan tugas keperawatan gerontik mengenai penelantaran terhadap lansia serta upaya
pencegahan dan upaya penanganannya.

Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penelantaran pada lansia

Mahasisawa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi penelantaran pada lansia

Untuk mengetahui upaya pencegahan penelantaran pada lansia

Untuk memahami upaya penanganan penelantaran pada lansia

Manfaat

Untuk Mahasiswa

Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang penelantaran terhadap lansia
serta upaya pencegahan dan upaya penanganannya untuk mahasiswa. Dan dapat dijadikan referensi
bagi mahasiswa apabila mendapat tugas untuk membuat makalah tentang judul tersebut.

Untuk Kampus

Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan.

Dan dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk mencari referensi tentang keperawatan
gerontik tentang penelantaran terhadap lansia serta upaya pencegahan dan upaya penanganannya

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Penelantaran Pada Lansia

Penelantaran pada lansia menurut INIA, (United Nations Malta,2007) yaitu suatu keadaan atau
tindakan yang menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan,
pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun pendapatnya. Lansia yang
terlantar mereka tidak memiliki sanak saudara/ punya anak saudara tetapi tidak mau
mengurusinya.

Penelantaran pada lansia menurut (Kozier,2009) yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih karena factor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani, maupun social. Lansia telantar adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke
atas, mengalami ketelantaran, miskin, tidak ada yang mengurus, tidak memiliki kemampuan baik
fisik maupun ekonomi, tidak mendapatkan pensiun, tidak memiliki aset, sehingga mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak (Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia,
2013).

Faktor Yang Mempengaruhi Penelantaran Pada Lansia

Kerap terjadi penelantaran terhadap orang tua yang dilakukan oleh anak secara sengaja. Orang tua
ketika memasuki usia lanjut harus dijaga dan dilindungi oleh anaknya, karena itu merupakan
tanggungjawab anak terhadap orang tua sebagai balas budi karena telah dibesarkan oleh orang
tuanya. Orang tua yang ditelantarkan tidak tau harus mengadu ke siapa dan harus kemana. Sudah
sepatutnya anak tidak menelantarkan orang tuanya karena telah diatur didalam Pasal 5 Undang-
undang tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga tahun 2004 yang memuat aturan
mengenai larangan penelantaran dalam rumah tangga terhadap orang rumah tangganya.

Dalam kasus ini merupakan hal yang perlu disorot dalam sistem hukum Indonesia, karena
penelantaran orang tua yang dilakukan oleh anak telah banyakterjadi, karena dengan sengaja
menelantarkan orang tua tanpa mengetahui adanya peraturan yang telah menjelaskan tidak boleh
menelantarkan anggota keluarganya terdapat didalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 23 Tahun
2004 oleh anaknya sendiri dan banyak masyarakat tidak mengetahui adanya peraturan yang
mengatur tentang penelantaran terhadap anggota keluarganya. Perbuatan penelantaran terhadap
orang tua yang dilakukan oleh anak, merupakan ketidak tanggungjawaban sebagai anak karena
didalam teori tanggung jawab anak terhadap orang tua terdapat didalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur bahwa anak wajib
menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik dan jika telah dewasa, anak wajib
memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus keatas, bila mereka
itu memerlukan bantuannya.

Orang tua memiliki tanggungjawab terhadap anak, begitupun anak memiliki tanggung jawab
terhadap orang tua. Karena anak adalah seorang yang telah dilahirkan dari perkawinan orang
tuanya. Pada saat ini, orang tua yang ditelantarkan tidak pernah melakukan penuntutan terhadap
anaknya ke pengadilan, karena kasih sayangnya yang begitu besar terhadap anaknya walaupun
anaknya telah menelantarkan mereka dengan sengaja. Dan dapat kita ketahui didalam Undang-
undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga telah
mengatur terkait penelantaran terhadap anggota keluarga dan dapat dikenakan sanksi pidana 3
tahun penjara atau denda maksimal sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Tetapi naluri
orang tua tidak sampai hati untuk melaporkan anaknya terhadap apa yang telah dilakukan terhadap
mereka para orang tua. Walaupun anak mereka telah menelantarkan mereka dengan sengaja.
Orang tua yang ditelantarkan telah ikhlas atas perbuatan anaknya, sehingga mereka menerima
kenyataan berada dan di rawat di Panti Sosial Tresna Werdha.

Penyebab penelantaran lansia menurut International Institute on Agening,2006:

Ketiadaan sanak keluarga

Kesulitan hubungan antara pasien dan keluarga

Ketiadaan kemampuan ekonomi/keuangan

Kebutuhan tidak dapat dipenuhi melalui lapangan pekerjaan yang ada

Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah terlalu berat

Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia dan keluarganya

Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya

Penyebab lain penelantaran lansia dalam keluarga:

Perlakuan salah terhadap lanjut usia

Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat lanjut usia

Konflik lama diantara lanjut usia dan keluarganya

Tidak adanya dukungan masyarakat

Keluarga mengalami pemutusan hubungan pekerjaan/kehilangan pekerjaan

Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga

Upaya Pencegahan Penelantaran Pada Lansia Menurut Soerjono Soekanto Faktor-faktor yang
Mempengaruhi dalam upaya pencegahan penelamntaran pada lansia yakni:

Undang-undang

Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah jaminan yang dibuat oleh
pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak para pelaku
kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. Didalam
Pasal 5 Undangundang

Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, telah dikatakan
sangat jelas bahwa tidak boleh menelantarkan anggota keluarga, tetapi pada kenyataannya masih
ada masyarakat yang menelantarkan anggota keluarganya dan tidak menaati peraturan yang
mengatur tentang penelantaran anggota keluarga, seperti anak menelantarkan orang tuanya.
Perbuatan tersebut telah sangat jelas bertolak belakang dengan Pasal 5 Undangundang Nomor 23
tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga.

Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah tangga juga dilaksanakan berdasarkan atas
terdiri dari beberapa asas, yakni: berdasarkan asas penghormatan hak asasi manusia, keadilan dan
kesetaraan gender, nondiskriminasi, dan perlindungan korban. Asas-asas ini juga perlu diperhatikan
dengan baik dan dijalankan oleh masyarakat.

Penegak Hukum

Penegak hukum yang terkait dalam penelantaran anggota keluarga adalah polisi tetapi polisi
hanya mengamankan korban dan selanjutnya akan diserahkan ke Dinas Sosial yang dimana dibawah
naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Satpol PP, karena dalam perkara ini yang
memiliki tugas untuk mengamankan adalah Dinas Sosial dan Satpol PP. Polisi hanya memberikan
arahan ke masyarakat untuk tidak menelantarkan anggota keluarganya karena ada Undang-undang
yang mengatur tentang penelantaran anggota keluarga.

Kementrian Sosial Republik Indonesia telah memberikan progam-progam bantuan terhadap para
orang tua yang ditelantarkan dan untuk antisipasi terjadinya penelantaran terhadap lansia
pemerintah memberikan bantuan

Anda mungkin juga menyukai