Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

”MANAJEMEN PUTUS ZAT”

Dibuat Oleh :

KELOMPOK 6

Dadang Djenaan
Muhammad Fikri Puluhulawa

Program Studi Ners Lanjutan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Manado
I. Mengidentifikasi semua diagnosa keperawatan jiwa pada empat kategori diagnose dalam
buku SDKI (kategori psikologi, kategori perilaku, kategori rasional, kategori lingkungan),
buat dalam bentuk table, lengkap dengan kodenya.

A. Diagnosa Keperawatan Jiwa Kategori Psikologis

No Sub kategori Kode Diagnosa ket


Diagno
sa
1 1. Nyeri dan kenyamanan

D.0074 Gangguan rasa nyaman


D.0075 Ketidaknyamanan pasca partum
D.0076 Nauesa
D.0077 Nyeri akut
D.0078 Nyeri kronis
D.0079 Nyeri melahirkan
2. Integritas Ego
D.0080 Ansietas
D.0081 Berduka
D.0082 Disteres spiritual
D.0083 Gangguan citra tubuh
D.0084 Gangguang identitas diri
D.0085 Gangguan persepsi sensori
D.0086 Harga diri rendah kronis
D.0087 Harga diri rendah situasional
D.0088 Keputusasaaan
D.0089 Kesiapan peningkatan konsep diri
D.0090 Kesiapan peningkatan koping keluarga
D.0091 Kesiapan peningkatan koping komunitas
D.0092 Ketidakberdayaan
D.0093 Ketidakmampuan Koping keluarga
D.0094 Koping defisiensi
D.0095 Koping komunitas tdiak efektif
D.0096 Koping tidak efektif
D.0097 Penurunan koping keluarga
D.0098 Penyangkalan tidak efektif
D.0099 Perilaku kesehatan cenderung berisiko
D.0100 Risiko diestres spiritual
D.0101 Risiko harga diri rendah kronis
D.0102 Risiko harga diri rendah situasional
D.0103 Risiko ketidakberdayaan
D.0104 Sindrom pasca trauma
D.0105 Waham
3. Pertumbuhan dan
perkembangan
D.0106 Gangguan tumbuh kembang
D.0107 Risiko gangguan perkembangan
D.0108 Risiko gangguan pertumbuhan

B. Diagnosa Keperawatan jiwa Kategori Perilaku

2 1. Kebersihan diri

D.0109 Defisit perawatan diri

2. Penyuluhan dan
pembelajaran
D.0110 Defisit kesehatan komunitas

D.0111 Defisit pengetahuan

D.0112 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

D.0113 Kesiapan peningkatan pengetahuan

D.0114 Ketidakpatuhan

D.0115 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


D.0116 Manajemen kesehatan tdiak efektif

D.0117 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

C. Diagnosa keperawatan Jiwa Kategori Rasional

4 1. Interkasi Sosial

D.0118 Gangguan interaksi social

D.0119 Gangguang komuniaksi verbal

D.0120 Gangguan proses keluarga

D.0121 Isolasi social

D.0122 Kesiapan peningkatan menjadi orang tua

D,0123 Kesiapan penoingkatan proses keluarga

D.0124 Ketegangan peran memberi asuhan

D.0125 Penampilan peran tidak efektif

D.0126 Pencapaian peran menjadi orang tua

D.0127 Resiko gangguan perlekatan

D.0128 Risiko proses pengasuhan tidak efektif

D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan

D. Diagnosa Keperawatan Jiwa Kategori Lingkungan

5 1. Keamanan dan proteksi


D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan

D.0130 Hipertermia

D.0131 Hipotermia

D.0132 Perilaku kekerasan

D.0133 Pertambatan pemulihan pasca bedah

D.0134 Risiko alergi

D.0135 Risiko bunuh diri

D.0136 Risiko cedera

D.0137 Risiko cedera pada ibu

D.0138 Risiko cedera pada janin

D.0139 Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

D.0140 Risiko hipotermia

D.0141 Risiko hipotermia perloperatif

D.0142 Risiko infeksi

D.0143 Risiko jatuh

D.0144 Risiko luka tekan

D.0145 Risiko mutilasi diri

D.0146 Risiko perilaku kekerasan

D.0147 Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah

D.0148 Risiko termoregulasi tidak efektif

D.0149 Termoregulasi tidak efektif

II. Buat intervensi yang terkait dengan diagnosa (No. 1) dalam bentuk table

No Kode intervensi/definisi Tindakan SP intervensi (minimal 3)


I.09292 Observasi : 1. Terapeutik :
Mengelola dan merawat pasien - Monitor sistem respiratori Ciptakan lingkungan
yang mengalami detokfikasi zat dan jantung (mi. dengan stimulasi rendah
hipertensi, takikardia, (mis, berbicara dengan
bradipnea) suara rendah dan pelan,
- Monitor perubahan yakin pasien aman,
tingkat kesadaran ciptakan lingkungan
- Monitor intake dan output nyaman, tenang dan
cairan tidak berbahaya)
- Monitor gejala putus zat 2. Edukasi :
(mis, kelelahan, gangguan Anjurkan berpartisipasi
sensorik, iritabel, depresi, pada dukungan tindak
serangan panic, ketagihan, lanjut (mis. Terapi
insomnia, agitasi, nyeri kelompok, konseling
otot, menguap, individu atau kelaurga,
kelemahan, sakit kepala, program pemulihan zat)
pilek, pupil melebar, 3. Kolaborasi :
menggigil, ansietas, Kolaborasi pemberian
keringetan, mual, muntah, obat (mis.
tremor, psikosis, dan Benzondiazepin,
ataksia) klorpromazin, diazepam,
Terapeutik : subsitusi nikotin,
- Lakukan perawatan fenobarbital, klonidin,
terhadap gejala putus zat trazodone, metadon,
- Berikan nutrisi agonis alfa-2 adrenal,
adekuat(mis. Asupan oral dan antipsikotik)
sedikit tapi sering)
- Ciptakan lingkungan
dengan stimulasi rendah
(mis, berbicara dengan
suara rendah dan pelan,
yakin pasien aman,
ciptakan lingkungan
nyaman, tenang dan tidak
berbahaya)
- Rekomendasi realitas
- Fasilitas kegiatan sehari-
hari
- Fasilitas dukungan
keluarga
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur manajemen
putus zat
- Anjurkan berpartisipasi
pada dukungan tindak
lanjut (mis. Terapi
kelompok, konseling
individu atau kelaurga,
program pemulihan zat)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat (mis.
Benzondiazepin,
klorpromazin, diazepam,
subsitusi nikotin,
fenobarbital, klonidin,
trazodone, metadon,
agonis alfa-2 adrenal, dan
antipsikotik)

A. Strategi pelaksanaan manajemen putuz zat

1. Ciptakan lingkungan dengan stimulasi rendah (mis, berbicara dengan suara rendah dan
pelan, yakin pasien aman, ciptakan lingkungan nyaman, tenang dan tidak berbahaya) :
“Assalamualaikum pak selamat pagi, perkenalkan saya fikri. saya adalah perawat yang
bertugas untuk mengontrol kegiatan bapak setiap hari. Nama bapak siapa? Senangnya
dipanggil apa? Oh iya pak, Baiklah pak disini saya akan mengajarkan bagaimana cara
melakukan pemberhentian mengonsumsi obat-obatan atau bahan yang mengandung zat
narkoba ya pak, caranya dengan mengubah lingkungan social bapak, seperti berkomunikasi
dengan keluarga, tetangga atau kerabat bapak. atau bisa juga bapak rilekskan tubuh bapak
seperti duduk-duduk di tempat yang bapak rasa nyaman seperti ini (sambil
mencontohkannya) agar tidak dapat memicu terjadinya rasa ingin mengonsumsi barang
yang haram tersebut”

2. Anjurkan berpartisipasi pada dukungan tindak lanjut (mis. Terapi kelompok, konseling
individu atau kelaurga, program pemulihan zat) :
“Assalamualaikum pak selamat pagi, bagaimana keadaan bapak sekarang? Apa sudah
mendingan dari hari kemarin? Oh iya Alhamdulillah kalau rasa lebih baik dari kemarin.
Baiklah pak pada kesempatan kali ini saya akan mengajari cara menghindari mengonsumsi
bahan-bahan yang mengandung zat adiktif yaitu dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan
yang positif ya pak, seperti berolahraga atau pun mengikuti kegiatan kegiatan organisasi
yang memberikan pengaruh positif baik kepada bapak. Kemudian memilih pergaulan yang
baik ya pak agar tidak mempengaruhi bapak untuk kembali memakai narkoba.”

3. Kolaborasi pemberian obat (mis. Benzondiazepin, klorpromazin, diazepam, subsitusi


nikotin, fenobarbital, klonidin, trazodone, metadon, agonis alfa-2 adrenal, dan
antipsikotik):
”Assalamualikum pak selamat pagi, bagaimana keadaannya pak? Oh iya pak syukur kalau
sudah lebih baik dari hari hari kemarin. Baiklah pak ketika bapak sudah melakukan semua
tindakan atau kegiatan yang saya sudah ajarkan, alangkah baiknya juga di selingi dengan
mengonsumsi obat-obat penenang pemberian dokter seperti obat diazepam ini. Caranya
diminum 3 kali sehari dengan dosis 2 mg sesuai anjuran dokter ya pak. Efeknya ini pak
bisa membuat bapak tertidur dengan rileks dan nyaman pak.”

Daftar Pustaka
PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1, Cetakan III, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Cetakan II, Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai