Anda di halaman 1dari 21

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KORBAN TRAFFICKING


KEPERAWATAN JIWA II

OLEH : KELOMPOK 4

KELAS : A/Tk.3

NAMA ANGGOTA :

1. NI PUTU AYU RATNA DEWI (17C10026)


2. NI PUTU EMA PRAMESTI (17C10027)
3. NI KOMANG AYU APRILIANI (17C10028)
4. LUH PUTU CAHYANI KURNIA PARAMITHA (17C10029)
5. ENDANG AYU PUTRI KERMANA (17C10030)
6. PUTU MITHA FRIANCA WULANDEWI (17C10031)
7. ANAK AGUNG PUTRI KUSUMA DEWI (17C10032)

SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2019
A. KASUS
Trafficking human

B. DESKIRPSI KASUS
Nn. Y berumur 17 tahun mengalami eksploitasi dan perdagangan seksual oleh
pasangannya sendiri (Mr. X) dikarenakan alasan untuk hidup. Berawal dari 3 bulan yang
lalu saat Mr. X mengajak kencan Nn. Y ke suatu tempat dan ternyata disitulah Mr. X
sudah merencanakan untuk menjual Nn. Y kepada Mr. M temannya sendiri. Mr. X pun
diberi upah 1 juta rupiah. Nn. Y pun dibuat tidak sadar dan mengalami kekerasan
seksual. Setelah mengetahui kejadian tersebut keluarga Nn. Y pun melaporkan kejadian
tersebut ke polisi. Setelah kejadian tersebut, kondisi Nn. Y sekarang menjadi wajah
terlihat murung, sedih dan depresi, takut pada setiap laki-laki yang baru ia kenal,
mengalami mimpi buruk dan sulit tidur karena selalu terbayang-bayang wajah pelaku.
Setelah tersebut klien menjadi pendiam, sulit berinterkasi dengan orang lain serta bila
teringat kejadian tersebut Nn. Y sering marah, gelisah, cemas dan takut akan kejadian
tersebut terulang kembali pada dirinya. Karena tidak ingin Nn. Y semakin parah setelah
kejadian tersebut, keluarga membawa Nn. Y ke RSJ pada tanggal 11 Mei 2016.
(RR=20x/menit, N=90x/menit, T=36,70C, TD=110/70mmHg).

C. DESKRIPSI MASALAH
Masalah yang dihadapi oleh N.Y:

1. wajahnya menjadi mudah murung, sedih dan depresi


2. merasa takut pada setiap laki-laki yng baru ia kenal.

3. sering mengalami mimpi buruk dan sulit untuk tidur dikarenakan selalu terbayang-
bayang dengan wajah pelaku.

4. Nn. Y menjadi pendiam serta sulit berinteraksi dengan orang lain.

5. Ketika Nn. Y teringat akan kejadian tersebut, ia tiba-tiba marah, gelisah, cemas dan
takut jika kejadian tersebut terulang kembali pada dirinya.

Resiko yang mungkin dialami:

1. Gangguan sindrom pasca trauma


2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn. Y
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Diagnosa medis : PTSD
Alamat : Surabaya
Tanggal masuk RS : 11 Mei 2016
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Surabaya
Hubungan dengan klien : Ibu
c. Alasan masuk RS
Berawal dari 3 bulan yang lalu saat Mr. X mengajak kencan Nn. Y ke suatu
tempat dan ternyata disitulah Mr. X sudah merencanakan untuk menjual Nn. Y
kepada Mr. M temannya sendiri. Mr. X pun diberi upah 1 juta rupiah. Nn. Y pun
dibuat tidak sadar dan mengalami kekerasan seksual. Setelah mengetahui
kejadian tersebut keluarga Nn. Y pun melaporkan kejadian tersebut ke polisi.
Setelah kejadian tersebut, kondisi Nn. Y sekarang menjadi wajah terlihat murung,
sedih dan depresi, takut pada setiap laki-laki yang baru ia kenal, mengalami
mimpi buruk dan sulit tidur karena selalu terbayang-bayang wajah pelaku.
Setelah tersebut klien menjadi pendiam, sulit berinterkasi dengan orang lain serta
bila teringat kejadian. Pasien sering marah, gelisah, cemas dan takut akan
kejadian tersebut terulang kembali pada dirinya. Karena tidak ingin Nn. Y
semakin parah setelah kejadian tersebut, keluarga merujuk Nn. Y ke RSJ terdekat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan kejadian tersebut.
e. Faktor predisposisi
Tidak ada
f. Faktor presipitasi
3 bulan yang lalu saat Mr. X mengajak kencan Nn. Y ke suatu tempat dan
ternyata disitulah Mr. X sudah merencanakan untuk menjual Nn. Y kepada Mr. M
temannya sendiri. Mr. X pun diberi upah 1 juta rupiah. Nn. Y pun dibuat tidak
sadar dan mengalami kekerasan seksual.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Apatis
1. Tanda-tanda vital
TD : 110/70mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,70C
2. Status gizi
BB : 41 kg
TB : 148 cm
IMT : 41 kg/2,19 m2 = 18,7 kg/m2 (normal)
3. Keluhan fisik
Tidak ada keluhan.
h. Psikososial
Genogram

Pasien

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
i. Pola Kebiasaan
1. Aktivitas atau istirahat
Klien mengatakan mengalami mimpi buruk dan sulit tidur karena terbayang-
bayang wajah pelaku dan kejadian tersebut.
2. Integritas ego
Klien mengatakan ia takut pada setiap laki-laki yang baru ia kenal maupun
yang sudah ia kenal. Setelah 1 bulan pasca kejadian klien mengatakan masih
merasa gelisah dan takut karena masih mengingat kejadian tersebut. Wajah
klien pun terlihat murung, sedih dan depresi.
3. Neurosensori
Klien mengatakan takut pada laki-laki dan bila mengingat kejadian tersebut
klien mulai gelisah dan cemas. Klien terlihat murung dan depresi.
4. Nyeri atau ketidaknyaman
Klien mengalami kekerasan seksual
5. Keamanan
Klien tidak mengalami marah dan perilaku kekerasan terhadap lingkungan
maupun gagasan tentang bunuh diri. Klien hanya mengalami takut, cemas dan
gelisah.
6. Seksualitas
Klien mengalami kekerasan seksual
7. Interaksi sosial
Klien menjadi pendiam, sulit berinterkasi dengan orang lain setelah kejadian
tersebut.
j. Konsep diri
1. Gambaran diri
Pasien membenci semua bagian tubuhnya.
2. Identitas
Pasien menyadari dirinya sebagai seorang anak dan anak perempuan satu-
satunya di keluarganya.
3. Peran
Pasien mengatakan dirinya berperan untuk membantu ayah dan ibunya yang
sudah tua. Pasien mengatakan tidak mau merepotkan kedua orang tuanya.
4. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang karena sudah merasa bosan berada di
rumah sakit dan rindu dengan keluarganya.
5. Harga diri
Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna. Pasien
mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan menjadi aib dalam kelurga.
6. Hubungan sosial
- Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
- Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan aktif mengikuti organisasi di SMA
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien merasa malu dengan keadaanya dan merasa diri tidak berguna lagi.
Setelah kejadian tersebut, kondisi pasien sekarang menjadi murung, sedih
dan depresi, takut pada setiap laki-laki yang baru ia kenal, mengalami
mimpi buruk dan sulit tidur karena selalu terbayang-bayang wajah pelaku.
Setelah tersebut pasien menjadi pendiam, sulit berinterkasi dengan orang
lain serta bila teringat kejadian tersebut pasien sering marah, gelisah,
cemas dan takut akan kejadian tersebut terulang kembali pada dirinya.
Sehingga pasien tidak hanya terdiam didalam kamar.
7. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam.
- Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sering beribadah shalat.
k. Status Mental
1. Penampilan
Pasien menggunakan seragam RSJ dengan rapi. Penampilan pasien baik dan
bersih. Pakaian sesuai.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan lambat. Blocking.
3. Aktivitas motorik
Pasien terlihat lesu. Pasif. Pasien banyak berdiam diri di tempat tidur.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan pasien terus teringat
dengan kejadian yang dialaminya.
5. Afek
Tumpul.
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif. Kontak mata selama wawancara kurang. Pasien pergi
menghindar dan menolak secara verbal apabila diajak bercerita mengenai
kehidupan pribadinya (blocking).
7. Persepsi
Selama di rumah, keluarga pasien mengatakan pasien. Keluarga pasien
mengatakan pasien menjadi pendiam, sulit berinterkasi dengan orang lain serta
bila teringat kejadian tersebut pasien sering marah, gelisah, cemas dan takut
akan kejadian tersebut terulang kembali pada dirinya.
8. Proses Pikir
Koheren. Tidak ada masalah.
9. Isi pikir
Pasien tidak mengalami disorientasi. Pasien terlihat stabil dan tidak bingung.
10.Tingkat kesadaran
Orientasi pasien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
11.Memori
Ingatan jangka pendek dan panjang pasien baik.
12.Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien baik.
13.Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian pasien baik.
14.Daya tilik diri
Pasien mengetahui dirinya dirawat di RSJ

l. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Core Problem Sindrom pasca trauma

Koping individu tidak efektif

Etiologi Perilaku Kekerasan Seksual

2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas
1. Sindrom pasca trauma
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Koping individu tidak efektif
5. Perilaku kekerasan seksual
Analisa data
Data Etiologi Diagnosa
Data subyektif: Sindrom pasca trauma Sindrom pasca
 Klien mengatakan trauma
mengalami mimpi buruk Koping individu tidak
dan sulit tidur efektif
 Klien mengatakan
merasa gelisah dan takut Perilaku Kekerasan
bila mengingat kejadian Seksual
tersebut
Data obyektif:
 RR=20x/menit,
N=90x/menit
 Klien terlihat murung
dan depresi
 Klien menjadi pendiam
dan sulit berinteraksi
dengan orang lain
3. Intervensi
Hari/Tgl/ Diagnosa Rencana Tujuan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Jam
Rabu, 18 Sindrom TUM : Setelah diberikan asuhan BHSP Hubungan saling percaya
Mei pasca Klien mau berbicara keperawatan jiwa selama 1 kali a. Sapa klien dengan ramah sebagai dasar interaksi
2016, trauma dan dekat dengan kunjungan selama 20 menit b. Perkenalkan diri dengan sopan selanjutnya
pukul perawat diharapkan : c. Tanyakan nama lengkap klien
10.00 TUK: a. Ekspresi wajah bersahabat dan nama panggilan yang
Wita 1. Klien dapat b. Menunjukan rasa senang disukai klien
membina c. Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan d. Mau berjabat tangan e. Jujur dan menepati janji
hubungan saling e. Mau menyebutkan nama f. Tunjukan sikap empati dan
percaya f. Mau menjawab salam menerima klien apa adanya
g. Klien mau duduk g. Berikan perhatian kebutuhan
berhadapan dasar klien
Kamis, Sindrom 2. Klien mampu Setelah diberikan asuhan SP 1 P 1. Mengetahui kejadian
19 Mei pasca mengatasi keperawatan jiwa selama 1 kali a. Diskusikan kejadian traumatis traumatis yang dialami
2016, trauma sindrom pasca kunjungan selama 20 menit yang dialami klien
pukul trauma dengan diharapkan : b. Diskusikan tanda dan gejala 2. Mengetahui tanda
10.00 verbal a. Klien mampu mengatasi sindrom yang terjadi gejala traumatis yang
Wita sindrom pasca trauma c. Diskusikan cara mengatasi dialami klien
dengan latihan verbal sindrom pasca trauma (verbal) 3. Melatih kemampuan
d. Anjurkan memasukan ke dalam klien menceritakan
jadwal harian trauma yang dialami

Jumat, Sindrom 3. Klien mampu Setelah diberikan asuhan SP2P 1. Mengetahui


20 Mei pasca mengatasi keperawatan jiwa selama 1 kali a. Evaluasi jadwal kemampuan klien
2016, trauma sindrom pasca kunjungan selama 20 menit b. Latih pasien mengatasi trauma menceritakan trauma
pukul trauma dengan diharapkan : dengan melakukan latihan fisik yang dialami
10.00 latihan fisik b. Klien mampu mengatasi (jogging) 2. Latihan fisik mampu
Wita sindrom pasca trauma c. Latih distraksi dan relaksasi mengalihkan pikiran
dengan latihan fisik d. Anjurkan memasukan ke dalam klien mengenai trauma
c. Klien mampu melakukan jadwal harian yang dialami
distraksi dan relaksasi 3. Distraksi dan relaksasi
untuk mengatasi saat
klien mulai cemas
kembali
Sabtu, 21 Sindrom 4. Klien mampu Setelah diberikan asuhan SP3P 1. Mengetahui
Mei pasca mengatasi keperawatan jiwa selama 1 kali a. Evaluasi jadwal kemampuan klien
2016, trauma sindrom pasca kunjungan selama 20 menit b. Latih pasien mengatasi trauma mengatasi trauma
pukul trauma dengan diharapkan : dengan cara sosial dengan latihan fisik
10.00 cara sosial a. Klien mampu mengatasi c. Anjurkan memasukan ke jadwal yang dilakukan
Wita sindrom pasca trauma harian sebelumnya
dengan cara sosial 2. Sosialisasi mampu
b. Klien mampu berinteraksi mengalihkan pikiran
dengan orang lain klien mengenai trauma
yang dialami dan klien
dapat berbagi perasaan
dengan orang lain
Minggu, Sindrom 5. Klien mampu Setelah diberikan asuhan SP4P 1. Mengetahui
22 Mei pasca mengatasi keperawatan jiwa selama 1 kali a. Evaluasi jadwal kemampuan klien
2016, trauma sindrom pasca kunjungan selama 20 menit b. Latih pasien mengatasi trauma mengatasi trauma
pukul trauma dengan diharapkan : dengan cara spiritual dengan cara sosial yang
10.00 cara spiritual a. Klien mampu c. Anjurkan memasukan ke jadwal dilakukan sebelumnya
Wita mengatasi sindrom harian 2. Spiritual mampu
pasca trauma dengan mengalihkan pikiran
cara spiritual dan memeberikan
b. Klien mampu ketenangan pada klien
meningkatkan mengenai trauma yang
spiritualitasnya dialami dan klien dapat
berbagi perasaan
dengan Tuhan
Senin, 23 Sindrom 6. Klien dapat Setelah diberikan asuhan SP5P 1. Mengetahui
Mei pasca memanfaatkan keperawatan jiwa selama 1 kali a. Evaluasi jadwal kemampuan klien
2016, trauma obat dengan baik kunjungan selama 20 menit b. Latih klien menggunakan terapi mengatasi trauma
pukul diharapkan : obat sesuai terapi dengan dengan cara spiritual
10.00 a. Tingkat kecemasan klien program terapi dokter yang dilakukan
Wita berkurang c. Bantu klien menggunakan obat sebelumnya
b. Klien dapat dengan prinsip benar obat 2. Program pengobatan
mendemonstrasikan dapat berlangsung
penggunaan obat secara sesuai rencana
benar 3. Dengan mematuhi
c. Klien dapat informasi prinsip penggunaan
tentang efek samping obat obat maka kemandirian
d. Klien memahami akibat klien untuk pengobatan
berhenti minum obat dapat ditingkatkan
secara bertahap

4. Implementasi
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Rabu, 18 Mei Sindrom pasca BHSP S : klien mengatakan senang
2016, pukul trauma a. Menyapa klien dengan ramah berkenalan dan
10.00 Wita b. Memperkenalkan diri dengan sopan menyebutkan nama
c. Menanyakan nama lengkap klien dan nama “nama saya Nn. Y umur
panggilan yang disukai klien 18 tahun
d. Menjelaskan tujuan pertemuan O: klien mau berjabat tangan
e. Jujur dan menepati janji dan memperkenalkan diri,
f. Menunjukan sikap empati dan menerima klien tampak tenang
klien apa adanya A: BHSP tercapai
g. Memberikan perhatian kebutuhan dasar P: lanjutkan SP1P
klien
Kamis, 19 Sindrom pasca SP 1 P S : klien mengatakan sedih dan
Mei 2016, trauma e. Mendiskusikan kejadian traumatis yang takut saat menceritakan
pukul 10.00 dialami kejadian yang
Wita f. Mendiskusikan tanda dan gejala sindrom dialaminya
yang terjadi O: klien mau menceritakan
g. Mendiskusikan cara mengatasi sindrom trauma yang dimiliki
pasca trauma (verbal) secara perlahan
h. Menganjurkan memasukan ke dalam jadwal A: SP1P tercapai
harian P: lanjutkan SP2P

Jumat, 20 Sindrom pasca SP2P S : klien mengatakan senang


Mei 2016, trauma e. Mengevaluasi jadwal melakukan latihan fisik
pukul 10.00 f. Melatih pasien mengatasi trauma dengan dan membuatnya lupa
Wita melakukan latihan fisik (jogging) dengan kejadian yang
g. Melatih distraksi dan relaksasi dialami
h. Menganjurkan memasukan ke dalam jadwal O: klien mau melakukan
harian latihan fisik dengan baik,
klien mengikuti latihan
dengan baik, klien tampak
tenang
A: SP2P tercapai
P: lanjutkan SP3P
Sabtu, 21 Sindrom pasca SP3P S: klien mengatakan malu dan
Mei 2016, trauma d. Evaluasi jadwal takut saat bersosialisasi
pukul 10.00 e. Latih pasien mengatasi trauma dengan cara dengan orang lain
Wita sosial O: klien nampak sedikit takut
f. Anjurkan memasukan ke jadwal harian namun klien dapat
melakukannya dengan
baik, klien dapat
bersosialisasi dan
menceritakan perasaannya
kepada orang lain
A: SP3P tercapai
P: lanjutkan SP4P
Minggu, 22 Sindrom pasca SP4P S: klien mengatakan lebih
Mei 2016, trauma d. Evaluasi jadwal dapat mengontrol
pukul 10.00 e. Latih pasien mengatasi trauma dengan cara emosinya
Wita spiritual O: klien nampak tenang, tidak
f. Anjurkan memasukan ke jadwal harian cemas, tidak depresi, klien
menerima trauma yang
dialaminya
A: SP4P tercapai
P: lanjutkan SP5P
Senin, 23 Sindrom pasca SP5P S: klien mengatakan sudah
Mei 2016, trauma d. Evaluasi jadwal melakukan apa yang
pukul 10.00 e. Latih klien menggunakan terapi obat sesuai diajarkan perawat, klien
Wita terapi dengan program terapi dokter mengatakan sudah
f. Bantu klien menggunakan obat dengan paham tentang manfaat
prinsip benar obat obat, klien mengatakan
jika tidak minum obat
maka depresinya
kambuh lagi, klien
mengatakan minum obat
O: klien tampak dapat
menyebutkan nama dan
jadwal minum obatnya,
klien tampak sudah paham
tentang manfaat obatnya
A: SP5P tercapai
P: pertahankan kondisi klien

5. Evaluasi
Hari/ Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
Senin, 23 Mei Sindrom pasca trauma S:
2016, pukul 10.00 BHSP : klien mengatakan senang berkenalan dan
Wita menyebutkan nama “nama saya Nn. Y
umur 18 tahun
SP1P : klien mengatakan sedih dan takut saat
menceritakan kejadian yang dialaminya
SP2P : klien mengatakan senang melakukan
latihan fisik dan membuatnya lupa dengan
kejadian yang dialami
SP3P : klien mengatakan malu dan takut saat
bersosialisasi dengan orang lain
SP4P : klien mengatakan lebih dapat mengontrol
emosinya
SP5P : klien mengatakan sudah melakukan apa
yang diajarkan perawat, klien mengatakan
sudah paham tentang manfaat obat, klien
mengatakan jika tidak minum obat maka
depresinya kambuh lagi, klien mengatakan
minum obat
O:
BHSP: klien mau berjabat tangan dan
memperkenalkan diri, klien tampak tenang
SP1P : klien mau menceritakan trauma yang
dimiliki secara perlahan
SP2P : klien mau melakukan latihan fisik dengan
baik, klien mengikuti latihan dengan baik,
klien tampak tenang.
SP3P : klien nampak sedikit takut namun klien
dapat melakukannya dengan baik, klien
dapat bersosialisasi dan menceritakan
perasaannya kepada orang lain
SP4P : klien nampak tenang, tidak cemas, tidak
depresi, klien menerima trauma yang
dialaminya
SP5P : klien tampak dapat menyebutkan nama dan
jadwal minum obatnya, klien tampak
sudah paham tentang manfaat obatnya
A : BHSP, SP1P, SP2P, SP3P, SP4P, SP5P
P : Petahankan kondisi klien
E. KESIMPULAN
Definisi trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdagangan
perempuan dan anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia (trafficker)
dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan,
penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalah gunaan kekuasaan atau kedudukan
rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh
persetujuan dari orang yang menguasai orang lain untuk tujuan ekploitasi.
Jenis-jenis trafficking meliputi perkawinan traninternasional, eksploitasi seks
pedhophillia, pembantu rumah tangga dala kondisi buruk, penari eksotis. Faktor utama
maraknya kasus trafficking terhadap perempuan dan anak-anak adalah kemiskinan
(Rahmalia, 2010).
Faktor lain menurut Mashud (2006), yakni pendidikan, kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang dialami sebelumnya, seksual perkawinan usia muda, kondisi
sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia sebagian besar yang patrialis.Dampak
psikososial pada korban trafficking diantaranya adalah post trauma stress disordes
(PTSD), kecemasan, serta ketidakberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta:
EGC
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika
Niko, Nikodemus. 2016. Kemiskinan Sebagai Penyebab Strategis Praktik
Humman Trafficking Di Kawasan Perbatasan Jagoi Babang
(Indonesia-Malaysia) Kalimantan Barat.
(http://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/INDOCOMPAC/article/view/1625/
pdf ). Diakses pada 3 Oktober 2019.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Satriani ,Rizka Ari. 2013. Studi Tentang Perdagangan Manusia (Human Trafficking)
Pada Remaja Putri Jenjang Sekolah Menengah Di Kota Surabaya. Jurnal BK
UNESA.(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/6121 ). Diakses pada 3 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai