Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL PADA PASIEN POST PARTUM

OLEH KELOMPOK 5

1.Nopia Indah Lestari ( 20210910170085 )

2.Nova Mirnawati ( 20210910170016 )

3. Putri rahmi Gusrial ( 20210910170057 )

4. Raynaldi ( 20210910170086 )

5. Risa Ari Mulyani ( 20210910170040 )

6. Sally Savitri ( 20210910170058 )

7. Selvi Kusuma Dewi ( 20210910170041 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


TAHUN 2021
Contoh Kasus Transkultural Keperawatan pada Ibu Post Partum

Klien bernama Ny.D, berusia 21 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA. Klien
adalah seorang ibu rumah tangga. Suami klien Tn. G berumur 24 tahun, pendidikan terakhir
SMK, bekerja di pabrik. Suku sunda, dan keluarga klien terutama mertua klien sangat kental
dengan adat dan budaya sunda, Tn. H adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. Selain
tinggal dengan Tn. H klien juga tinggal dengan mertuanya.
Seminggu yang lalu klien telah melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan
dengan berat 3600 gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit,
sehingga di perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit B. Klien merasa
melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum menjadi seorang wanita yang
sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara normal. Setelah pulang dari rumah sakit, atas
perintah mertuanya setiap pagi klien jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur mulai
pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat dan tidak kuning. Serta setelah
melahirkan ibu di haruskan memakai stagen, Penggunaan stagen ini dipercaya akan membuat
perut tidak bergelambir dan perut kembali langsing. Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-
temurun. Selain itu klien diharuskan minum jamu setiap pagi agar cepat pulh setelah melahirkan.
Klien datang ke poli KIA RS. B untuk kontrol. Dari hasil kontrol pertama di poli, luka
klien dinyatakan mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas sectio caesaria masih
terlihat basah. Setelah mendengar pernyataan dari dokter, klien terlihat cemas.
Kemudian dilakukan pengkajian oleh perawat untuk mengetahui penyebab luka yang tidak
kunjung mengering. Dari hasil pengkajian ternyata didapatkan hasil bahwa klien mempunyai
pantangan makan ikan dan telur karena ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal pada luka bekas
jahitan dan klien hanya diperbolehkan makan-makanan sayur saja. klien tidak boleh minum air
terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah ( luka tidak cepat kering ) serta klien
menggunakan stagen yang terlalu kencang.
Perawat memberikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah
makanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka. Makanan
pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti tahu, tempe, sari kedelai,
kacang-kacangan, dll dan air merupakan bagian penting dari struktur sel dan jaringan sehingga
dapat mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan luka. Sementara
dokter memberikan rawat luka dan terapi oral antibiotik.
Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaannya
terhadap budaya turun menurunnya. Saat klien kontrol hari ke tiga sebelum pasien pulang pun
sama belum ada perubahan dari klien karena klien belum mengikuti edukasi dari perawat, maka
setelah tindakan dokter , perawat memberikan edukasi kembali ke klien dan mertua klien bahwa
makanan yang menjadi pantangan klien adalah makanan yang mengandung tinggi protein yang
baik untuk proses penyembuhan luka. Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan
sumber protein lain seperti tahu, tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air merupakan
bagian penting dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan
baru dalam proses penyembuhan luka.
Hari ke 14. kontrol luka klien mengalami perubahan walaupun tidak terlalu signifikan
tetapi luka pasca operasi Caesar sudah mengering, setelah dilakukan pemeriksaan klien pun
mengatakan bahwa klien sekarang rutin makan-makanan yang mengandung tinggi protein dan
minum air putih yang banyak.
Asuhan Keperawatan Transkultural Keperawatan Pada Ibu Post Partum

A. Pengkajian
Klien melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan berat 3600 gram,
panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit, sehingga di perut klien
terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit B
Klien datang ke poli KIA RS. B untuk kontrol.

1. Faktor agama dan falsafah hidup


a. Agama yang dianut yaitu agama islam
b. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum menjadi seorang
wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara normal
c. Klien percaya seorang bayi perempuan disunat karena atas dasar syariat dalam agamanya

2. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan


a. Nama : Ny. D
b. Umur : 21 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Status : sudah menikah
e. Kelahiran : anak pertama
f. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada pihak laki-laki

3. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup


a. Setiap pagi klien jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur, serta setelah melahirkan ibu
di haruskan memakai stagen, meminum jamu setiap pagi dan diharuskan Penggunaan stagen
serta hanya diperbolehkan makan sayur hijau saja ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot
rahim dan mengencangkan otot perut sehingga perut terlihat langsing,
b. Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen Penggunaan
stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan mengencangkan otot perut
sehingga perut terlihat langsing, Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun.
c. Klien mempunyai pantangan makan ikan, daging, telur karena ditakutkan akan menimbulkan
rasa gatal pada luka bekas jahitan
d. Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah ( luka tidak cepat
kering )

4. Faktor politik
Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:
a. Alasan mereka datang ke RS
Klien datang ke poli KIA RS. B untuk kontrol. Selain itu klien juga membawa bayinya untuk di
tindik dan disunatkan.
b. Kebijakan yang didapat di RS
Dokter memberikan tindakan rawat luka dan terapi oral antibiotik.

5. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien sebagai ibu rumah tangga.
b. Sumber biaya pengobatan
Klien mendapatkan sumber pembiayaan dari JKN/BPJS
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien memanfaatkan penghasilan suami.
d. Jumlah anak yang di tanggung satu

6. Faktor pendidikan
a. Pendidikan akhir klien SMA
b. Klien selalu mendapat nasehat dari mertuanya.
c. Klien masih sangat mempercayai adat dan budaya sunda
B. Diagnosa
1. Data :
Setiap pagi klien mempunyai kebiasaan jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur, mulai
pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat dan tidak kuning
Masalah :
Potensial Peningkatan Kesehatan
2. Data :
Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen Penggunaan
stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan mengencangkan otot perut
sehingga perut terlihat langsing, Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun. Klien
mempunyai pantangan makan ikan dan telur karena ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal
pada luka bekas jahitan
Klien Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.
Masalah :
Keyakinan klien yang tidak sesuai dengan anjuran medis
3. Data :
Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah ( luka tidak cepat
kering )
Masalah : Lamanya proses penyembuhan luka karena pembatasan minum

C. Intervensi
 Dx 1 : Potensial peningkatan kesehatan
 Intervensi :
 Mempertahankan budaya Cultural Care Preserventation/ Maintenance
1. Berikan penjelasan pada klien bahwa kebiasaan klien untuk jalan-jalan pagi dan membawa bayi
untuk berjemur adalah baik untuk kesehatan. Jalan-jalan pagi dapat mengurangi kekakuan atau
penegangan otot-otot di seluruh tubuh, memperlancar sirkulasi darah dan mempercepat
penyembuhan luka.
2. Dukung kebiasaan ibu membawa bayi berjemur pada pagi hari dibawah jam 7, tujuannya untuk
menghindarkan bayi dari penyakit kuning dan mengaktifkan vitamin D yang membuat tulang
bayi lebih kuat.
Dx 2 : Keyakinan klien tidak sesuai dengan anjuran medis
Intervensi :
 Negosiasi budaya Cultural Care Accomodation/ Negotiation
1. Berikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah makanan yang
mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka. Makanan pantangan
tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti tahu, tempe, sari kedelai, kacang-
kacangan, dll dan air merupakan bagian penting dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat
mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan luka.
2. Berikan penjelasan pada klien bahwa dari segi medis pemakaian stagen pada post SC tidak di
anjurkan, dan sebenarnya pemakaian stagen tidak ada pengaruhnya pada proses pengecilan
uterus dan bergelambirnya perut tetapi justru penggunaan stagen pada ibu post SC dapat
memperlambat proses penyembuhan luka, tetapi jika klien ingin tetap memakai, di sarankan
lebih baik memakai gurita dengan catatan tidak terlalu kencang, dan beri penjelasan bahwa saat
ibu menyusui bayi nya dapat merangsang kontraksi otot uterus sehingga mempercepat proses
pengecilan uterus.

Dx 3 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi


Intervensi :
 Restrukturisasi budaya Cultural Care Repartening / Reconstruction
1. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa mungkin maksud sebenarnya adalah ingin memberikan
yang terbaik selama perawatan namun terkadang harus di pahami bahwa hal tersebut tidak sesuai
dengan kesehatan yang semestinya.
2. Berikan penjelasan kepada klien bahwa pemahaman tentang klien tidak boleh minum air terlalu
banyak karena akan membuat luka tetap basah, pemahaman tersebut justru membuat
penyembuhan luka menjadi lama, karena air merupakan bagian penting dari struktur sel dan
jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan
luka.
Evaluasi
 ada perubahan dari klien karena untuk mengikuti edukasi dari perawat, yaitu pasien mau makan
makana yang mengandung tinggi protein seperti telur ikan tahu tempe kacang-kacanga dll
 kontrol luka klien mengalami perubahan walaupun tidak terlalu signifikan tetapi luka pasca
operasi Caesar sudah mengering, setelah dilakukan pemeriksaan klien pun mengatakan bahwa
klien sekarang rutin makan-makanan yang mengandung tinggi protein dan minum air putih yang
banyak.

Kesimpulan
 Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup
budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara
hidupnya atau kondisinya.
 Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada klien/ keluarga klien
akan membantu kelancaran pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Margaret M Andrews and Joyceen S Boyle, 2014. Transcultural Concepts In Nursing Care

Include Bibligrophical References and Index. ISBN 978-140831-075-3 (pbk: alk.paper)

Rumdasih, Yuyum. (2005). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Swasono, Mutia F. (2011). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks
Budaya. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai