Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN


PNEUMONIA DI RUANG ICU
1. DESTYANA WAHYUWANTARI 10. NUR AINIYYAH R.
2. ELA NURLAELA 11. NURLELI RINDAR
3. ENI CASWATI 12. RATRI PUSPANINGSIH
4. IBNU ABAS 13. ROSWATI HANDAYANI
5. IRIANI UTAMI R. 14. SOFIE YULIANI
6. ISMI NURAZIZAH 15. WAHYUDIAN K.
7. LIA YULIA RAHMA W. 16. WEGA SARI
8. MEIGY TRI A. 17. YAYAN FERRIYANA
9. MUNAWAR HOLIL
PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya


adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
dan bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia
disebabkan oleh Bakteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia,
sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses,
Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza
(Athena & Ika, 2014)
Etiologi

Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:


 Bakteri
 Virus
 Jamur
 Protozoa
KLASIFIKASI

Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)


Berdasarkan anatomi:
 Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh atau sebagian besar dari lobus paru. Di
sebut pneumonia bilateral atau ganda apabila kedua paru terkena.
 Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung bronkhiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen dan membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
 Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar dan
interlobular.
Berdasarkan inang dan lingkungan
 Pneumonia komunitas
 Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai penyakit penyerta kardiopulmonal.
 Pneumonia aspirasi
 Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan toksik, dan akibat aspirasi cairan dari
cairan makanan atau lambung.
 Pneumonia pada gangguan imun
 Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, parasite, virus, jamur dan cacing
PATOFISIOLOGI
 Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus dan alveolus. Setelah Bakteri masuk
dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
 Kuman pneumokokusus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit dan
leukosit mengalami peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak
berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan
leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
 Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang akan
masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus Sehingga membran dari
alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi
osmosis oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
 Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga
penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
 Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di paru akan
menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal ini
mengakibatkan terjadinya peningkan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia
sehingga timbul reflek batuk.
KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal


respiratorik, effusi pleura, empyema, abses paru, dan
bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh
lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan
pericarditis (Paramita 2011).
PENGERTIAN GAGAL NAFAS

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen


terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia)
Manifestasi Klinis

Gagal nafas total


 Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar / dirasakan.
 Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga
serta tidak ada perkembangan dada pada inspirasi.
 Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan.
Gagal nafas parsial
 Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing, dan
whizing.
 Ada retraksi dada
 Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran
 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO 2
menurun)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)


 Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, sitologi,
urinalisis, bronkogram, bronkoskopi
 Pemeriksaan rontgen dada
 Pemeriksaan sputum, fungsi paru, angiografi,
pemindahan ventilasi - perfusi
 Hemodinamik
 EKG: mungkin memperlihatkan bukti-bukti adanya
disritmia
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung di
tujukan untuk memperbaiki pertukaran gas, yaitu:
 Atasi Hipoksemia : terapi Oksigen
 Atasi Hiperkarbia
Perbaiki ventilasi
Perbaiki jalan nafas
Bantuan ventilasi : face mask, ambu bag
 Terapi supportif lainnya
Fisioterapi dada
Bronkodilator. (agonis beta-andergenik/simpatomimetik)
Antikolinergik/parasimpatolitik
Teofilin
Kortikosteroid
Ekspektoran dan Nukleonik
KASUS

I . Identitas Klien
Nama : Tn. S
Usia : 42 tahun
No RMK : 202109824
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
Hari Rawat Ke : 1
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl, kebon bawang 2
BB/TB : 84 kg/170 cm
Diagnosa Medis : Pneumonia
II. Alasan masuk ICU/ICCU (termasuk riwayat sakit)

 Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 23 November 2021 pukul 09.50


pasien datang ke IGD RSUD Tanjung Priok dengan keluhan tidak sadar. Hasil
pemeriksaan yang didapatkan yaitu nafas tidak adekuat, pernafasan kusmaul
dengan Tanda Tanda Vital: Tekanan Darah 140/90 mmhg, Nadi 60x/menit, Suhu
36,8 oC, kesadaran Soporkoma GCS E1 M4 V1. Telah diberikan terapi injeksi
Ranitidin 25 mg, Manitol 200 cc, Infus NacL 0,9 % 20 tpm dan telah dilakukan
pemasangan NGT dan DC.
 Kemudian pada pukul 12.30 pasien dipindah keruang ICU dikarenakan pasien
mengalami gagal nafas. Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien
mengalami gagal napas sehinggal dilakukan tindakan pemasangan intubasi dan
ventilator. Hasil foto thorax didapatkan hasil adanya pneumonia. Keluarga pasien
mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu dan belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien memiliki riwayat merokok
aktif. Pasien tidak memiliki riwayat DM, TB, Jantung atau pun Hepatitis.
Keluarga pasien mengatakan ada riwayat penyakit Hipertensi dari keluarga ibu
kandung pasien. Keluarga pasien mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih
dan rapi
III Pengkajian Fisik Umum
Bentuk mesochepal, kulit kotor berketombe, rambut bersih
Kepala (dicukur)
Palpebra tidak oedem, konjungtiva an anemis, sklera non ikterik, pupil an isokor,
Mata diameter kanan 3 kiri 2, reflek terhadap cahaya baik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
Terpasang NGT
Hidung, Mulut Terpasang ET Ventilator, terdapat sekret, mukosa bibir kering
Bersih, lengkap
Gigi, Telinga, Tidak ada serumen berlebih
Tidak ada penonjolan vena jugularis
Leher
Terpasang Ventilator mode VC PEEP 6, RR 28 x/menit, SaO2 100 %, FiO2 60%,
Pernafasan terpasang SIMV rate 12 RR 23 x/menit ventilator 5-43, menggunakan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada, menggunakan nafas cuping hidung,
suara ronkhi terdengar di paru kanan, nafas kusmaul
Tidak ada jejas, simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan otot
Paru-paru bantu pernafasan Ekspansi paru kanan kiri sama Redup Terdapat suara ronkhi
dilobus kanan
Bentuk simetris, ictus cordis tidak Nampak Ictus cordis teraba di ICS 5 Pekak
Kardiovaskuler Terdengar suara lub dub, tidak ada suara tambahan
Tidak ada jejas, tidak ada luka, bentuk simetris Bising usus 15x/menit
Abdomen Bunyi kuadran I pekak, II, III, IV tympani Tidak ada nyeri tekan

Tidak dikaji
Genito Urinaria
Atas :
Muskulo Skeletal Kekuatan otot dan ROM kanan kiri tidak terkaji, Capilary Refile Time >2
detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat
Bawah :
Kekuatan otot dan ROM kanan kiri tidak terkaji, Capilary Refile Time >2
detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat

Turgor kulit tidak elastis, akral dingin, CRT > 2dtk, tidak ada lesi
Integumen
Tidak ada mual atau muntah
Nutrisi
Intake : 2000 ml
Cairan Output : 2263 ml
Balance : -263 ml
Tidak ada masalah
Istirahat –tidur
Kesadaran : Soporcoma
Psikososial
Tidak dapat dinilai/kaji
Spiritual
Hasil Laboratorium LAB Acid/Base 38,4oC
/diagnostik Hemoglobin 13,0 g/dL pH 7,48
Eritrosit 4,05 10ˆ6/ul PCO2 21 mmHg
Lekosit 14,6 10ˆ3/ul PO2 203 mmHg
Trombosit 267 10ˆ3/ul BE -5,6 mmol/L
Hematokrit 37% tCO2 16,3 mmol/L
MCV 91,4 fL HCO3 15,6 mmol/L
MCH 32 Fl st HCO3 19,7 mmol/L
MCHC 35 g/dL Na+ 133 mmol/L
Neutrofil 88,8% K+ 3,5 mmol/L
Limfosit 5,6% Cl- 108 mmol/L
MXD 5,6% Angap 13,1 mmol/L
RDW 16,5% Alkalosis Respiratorik
Ureum 76,6 mg/dL Hasil Foto Thorax :
Creatinin 0,75 mg/dL Tanggal 23 November 2021
Bun 35,8 mg/dL Oedem Pulmonal Mixed
Natrium 126,6 mmol/L Pneumonia
Kalium 4,56 mmol/L
Chlorida 93,5 mmol/L
GDS 120 mg/dL
ALT (GPT) 276,7 u/L
AST (GOT) 171,2 u/L
Parenteral
Program Terapi Ranitidin 50 mg/12 jam
Paracetamol 1 gr/8 jam
Acetozolamide 250 mg/12 jam
Levoflaxcyn 750mg/24jam
Cairan IV
NaCl 0,9 % 20 tpm
Manitol 125 mg/6 jam
ANALISA DATA

Tgl Data Fokus Problem Etiologi


1. Data Subyektif : - Gangguan Perubahan membran
Data Obyektif :
pertukaran alveolar-kapiler
23-11  Jalan nafas dibantu ventilator mode VC gas
2021  RR : 28 x/menit,
 Nadi 150 x/menit
 SPO2 100%
 Kesadaran DPO (dalam pengaruh obat)
 Fase ekspirasi memanjang, nafas kusmaul
 Tidak ada sianosis
 Leukosit 14.600
 pH : 7,48
 PCO2 : 21 mmHg
 PO2 : 203 mmHg
 BE : -5,6 mmol/L
 tCO2 : 16,3 mmol/L
 HCO3 : 15,6 mmol/L
 st HCO3 : 19,7 mmol/L
 Na+ : 133 mmol/L
 K+ : 3,5 mmol/L
 Cl- : 108 mmol/L
 Hasil foto thorax : Oedem Pulmonal Mixed
Pneumonia
2. Data Subyektif : - BERSIHAN SEKRESI YANG
23-11 JALAN TERTAHAN
2021 Data Obyektif : NAFAS TIDAK
 RR : 28 x/menit, EFEKTIF
 Kesadaran DPO (dalam
pengaruh obat)
 Lekosit 14,6 10ˆ3/ul
 Terdapat suara ronkhi
dilobus kanan
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN

Tgl Diagnosa Kep Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen asam basa:
pertukaran gas keperawatan selama 3x alkalosis respiratori
23-11 b.d. perubahan 12jam diharapkan gangguan (1914)
2021 membran pertukaran gas dapat  Monitor pola nafas
alveolar-kapiler teratasi  Monitor analisa gas darah
dan urine elektrolit
Kriteria hasil:  Kolaborasi dengan dokter
- Gas darah arteri dalam untuk pemberian obat
rentang normal parenteral klorida
- Tidak ada distress Manajemen ventilasi mekanik
pernafasan non invasif (3302)
- Nadi dalam batas normal  Monitor status
60-100x/mnt hemodinamik
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN

Tgl Diagnosa Kep Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


2. Bersihan jalan setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Monitor suara nafas
nafas tidak bersihan jalan nafas meningkat 2. Monitor sputum
23-11 efektif b.d dengan kriteria hasil : 3. Berikan pre oksigenasi 100%
2021 sekresi yang • Produksi sputum menurun selama 30 detik (3-6 kali
tertahan • Ronchi menurun ventilasi) sebe;um dan setelah
penghisapan
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Kolaborasi
5. Berikan terapi antibiotik
meropenem 3x 1 gram,
lefovloxacin 1x 750 mg
IMPLEMENTASI
Implementasi/Resspon Evaluasi/SOAP
DX Tgl/jam

1. 23-11 Memonitoring status himodinamik Tanggal 23-11-2021


DS:- Pukul 16.00 WIB
2021 DO:
Pukul  TD: 140/98 mmHg, ND: 162 x/menit, RR: 26x/menit SH: 39 S :-
13.00 oC, SPO2: 100% Kesadaran DPO, Jenis ventilator VC PEEP
WIB 6, VT/PS: 8 FiO2: 50% O:
Mengobservasi jalan nafas - RR: 30x/menit,
DS:- - Nadi 150 x/menit
DO: - Kesadaran DPO,
 Terdapat sekret dimulut pasien, suara nafas gargling, - Tidak ada sianosis
terpasang ventilator, terdengar ronkhi dilobus bawah
kanan A:
Auskultasi suara nafas Masalah belum teratasi
DS:-
DO: P:
 Terdengar suara ronkhi di lobus bawah kanan Lanjutkan intervensi
Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit - Monitor status himodinamik
DS:- - Observasi dan auskultasi suara napas
DO: - Monitor analisa gas darah dan urine
 pH : 7,48 , Na+ : 133 mmol/L elektrolit
 PCO2 : 21 mmHg , K+ : 3,5 mmol/L
 PO2 : 203 mmHg , Cl- : 108 mmol/L
 BE : -5,6 mmol/L, Angap 13,1 mmol/L
 tCO2 : 16,3 mmol/L , st HCO3 : 19,7 ol/L
 HCO3 : 15,6 mmol/L , Alkalosis Respiratorik
Implementasi/Resspon Evaluasi/SOAP
DX Tgl/jam

2. 23-11 Monitor suara nafas Tanggal 23-11-2021


DS:- Pukul 16.00 WIB
2021 DO:
Pukul  Ronchi + di lobus kanan S :-
13.00
WIB Melakukan penghisapan lendir (suction) O:
DS:- - RR: 30x/menit,
DO: - Tidak ada sianosis
 Gurgling berkurang, ronchi berkurang - Ronchi berkurang
Memberikan terapi antibiotik
DS:- A:
DO: Masalah belum teratasi
 Levofloxaciyn diberikan 750 mg
P:
Lanjutkan intervensi
PENGARUH CLAPPING, VIBRASI DAN SUCTION TERHADAP TIDAL VOLUME
PADA PASIEN PNEUMONIA YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR DI
RUANG ICU ROYAL PRIMA MEDAN

ABSTRAK

Melihat dampak yang bisa terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator dan kemampuan
pasien untuk mengeluarkan sekret sangat terbatas, maka sangat perlu sekali membantu pasien
dalam menjaga kebersihan jalan napasnya, sehingga pernapasan berjalan lancar. Salah satu upaya
yang dapat dilaksanakan yaitu melakukan clapping, vibrasi dan suction sesuai dengan standar
operasional prosedur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh clapping,
vibrasi dan suction terhadap tidal volume pada pasien pneumonia yang menggunakan ventilator di
ruang ICU Rumah Sakit Royal Prima Medan. Desain penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimen. Sampel pada penelitian ini sebanyak 10 orang berdasarkan total populasi selama 2
minggu dari tanggal 1 sampai 15 Juli 2019 dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi pada pasien pneumonia yang menggunakan ventilator. Uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji T-dependen untuk melihat adanya pengaruh clapping,
vibrasi dan suction terhadap tidal volume dengan nilai signifikan (p< 0,05). Saran penelitian ini
adalah diharapkan kepada pihak rumah sakit khususnya petugas kesehatan lebih memperhatikan
kebersihan jalan napas dengan melakukan tindakan claping, vibrasi dan suction khususnya pada
pasien yang terdiagnosa pneumonia yang sedang dirawat menggunakan ventilator.
 Kata kunci : clapping, vibrasi, suction, tidal volume, pneumonia
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
SUCTION VIA ETT (ENDOTRACEAL TUBE)
NO STANDART
OPERASIONAL ETT (ENDOTRACEAL TUBE)
PROSEDUR

1 Pengertian Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau intubasi adalah memasukan pipa jalan nafas
buatan kedalam trachea melalui mulut. Tindakan intubasi baru dapat dilakuakn bila:
cara lain untuk membebaskan jalan nafas (Airway) gagal, perlu memberikan nafas
buatan dalam jangka Panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi baru.

2 Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas


2. Untuk pemberian pernafasan mekanik (dengan ventilator)
3. bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan
mencegah infeksi paru.

3 Indikasi 1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen
arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen
melalui masker nasal.
2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan
karbondioksida di arteri.
3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai
bronchial toilet.
4. Menyelenggarakan proteksi terhadap klien dengan keadaan yang gawat atau klien
dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi
4 Kebijakan Tindakan pemasangan ETT (Endotracheal Tube) dilakukan
apabila terjadi kegawatan atau komplikasi pada tindakan
anestesi

peralatan 1. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan


siap pakai
2. Sarung tangan
3. Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa
4. Pinset steril atau sarung tangan steril
5. Cuff inflator atau spuit 10 cc
6. Klem arteri
7. Alas dada atau handuk
8. Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam alat
9. Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter
10. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam
kateter yang telahdigunakan
11. Ambubag/ air viva dan selang O2
12. NaCl 0,9 %
5 Prodesur 1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi : Memutar tombol oksigen menjadi100% 4)
Menggunakan air viva dengan memompa 4-5 kali dengan oksigen 10liter/menit
4. Menghidupkan mesin penghisap sekresi
5. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian perlahan-lahan
dimasukkan ke dalam selang pernapasan melalui selang endotrakeal (ETT)
6. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateterdimasukkan keETT
7. Menarik kateter penghisap kira-kira 2 cm pada saat ada rangsangan
batukuntukmencegah trauma pada carina\Menutup lubang dengan melipat pangkal
kateter penghisap kemudian kateterpenghisap ditarik dengan gerakan memutar
8. Mengobservasi hemodinamik pasien
9. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara bagging
10. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernapas 3-7 kali
11. Melakukan bagging
12. Mengempiskan cuff, sehinggaa sekresi yang lengket disekitar cuff dapatterhisap
13. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff inflator
setelahventilatordipasang kembali
14. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan
cairandesinfektan dalam tempat yang telah disediakan
15. Mengobservasi dan mencatat :
a. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan
b. Hipoksia
c. Tanda perdarahan, warna bau, konsentrasi
d. Disritmia
6 Pendokumentasian 1. Catat hasil pemasangan
2. Catat respon klien dalam waktu pemasangan
3. Catat nama pemeriksa secara waktu pemasangan

7 Unit terkait 1. Intalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Tumbuh Kembang Anak

8 Komplikasi/ bahaya 1. Hipoksemia


yang mungkin 2. Trauma Jaringan : Suncioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi
terjadi dan pendarahan
3. Atelektasis : dapat terjadi bila pemakaian kateter sunction yang terlalu
besar dan vacuum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi collaps paru
(atelektasis)
4. Hipotensi : biasanya terjadi karena vagal stimulasi, batuk dan hypoxemia
5. Airways Contriction : terjadi karena adanya rangsangan mekanik langsung
dari suction terhadap mukosa saluran nafas

9 Daftar pustaka 1. Brunner & Suddarth, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Jakarta : EGC
2. Maggiore, S.M. et al,. 2013. Decreasing the Adverse Effects of
Endotracheal Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing
Practice. Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.

Anda mungkin juga menyukai