Anda di halaman 1dari 64

ANATOMI FISIOLOGI, PENGKAJIAN, DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM

MUSKULOSKELETAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

KOORDINATOR MATA AJAR

Ns. Diana Irawati., M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh :

Anisa Fitriani Nana Trihandika

Destyana Wahyuwantari Nia Ayu Puspitasari

Diyah Nur Latifah Septiana Arliasari

Endang Sunarti Sri Mulyani

Eni Caswati Sualistiarini

Jihan Sartika Wafda Kamila

Meigy Tri Apriani Wega Sari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal-
Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik pada Sistem Muskuloskeletal” yang penulis sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta , Oktober 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia meruapakan ilmu yang
mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan mengurai-uraikannya ke dalam bagian-
bagiannya. Anatomi khusus adalah anatomi yang mempelajari tentang manusia dengan
berbagai macam pendekatan yang berbeda. Dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai
pengetahuan tentang bentuk , letak ukuran dan hubungan sebagai struktur dari tubuh manusia
sehat sehingga sering di sebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis. Sedangkan fisiologi
ialah ilmu yang memepelajari faal atau pekejaan dari tiap tiap jaringan tubuh atau bagian dari
alat-alat tubuh.
Anatomi dan Fisiologi penting untuk mengenal dan mengerti cara kerja organ-organ
tubuh manusia. Otot, tulang, dan sendi bekerja sama dalam proses bergerak. Seperti yang
telah kita pelajari bahwa otot terlekat pada tulang, dan otot dapat berkontraksi (tertarik), otot
ini akan melekat pada sisi-sisi sendi dalam tubuh kita, jadi saat terjadi gerakan,otot pada sisi
tertentu pada sendi menyesuaikan perintah yang kita berikan untuk menggerakkan tulang
sehingga kita bisa bergerak. Untuk menyesuaikan gerakan yang kita inginkan otot akan
berkontraksi dan sendi akan membantu menggerakkan tulang.Persendian sebagai satu
kesatuan individu termasuk di dalamnya sistem rangka dan otot disebut dengan sistem
muskuloskeletal.
Manusia dapat melakukan pergerakan tubuh karena adanya rangka dan otot atau
sendi. Tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak, bila tidak digerakkan oleh otot dan sendi.
Dengan adanya kerjasama antara rangka dan sendi manusia dapat melompat, berjalan, berlari,
dan melakukan aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang anatomi fisiologi system muskuloskeletal
tubuh manusia
1.1 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian skeletal
b. Memahami pengertian sendi dan klasifikasinya serta mekanisme gerak tubuh
BAB II
TINJAUAN TEORI

1) ANATOMI DAN FISIOLOGI


Pengertian Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan kata skeletal
yang berarti tulang.Muskulo atau muskular adalah jaringan otototot tubuh.Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah myologi.Skeletal atau
osteo adalah tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi.Ilmu yang
mempelajari tentang skeletal atau osteo tubuh adalah osteologi. Muskulus (muscle) otot
merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka,
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot disebut alat gerak aktif karena
mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakkan tulang.semua sel- sel otot
mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. otot membentuk 40- 50% berat badan,
kira-kira sepertiganya merupakan protein tubuh dan setengahnya tempat terjadinya
aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh
manusia.Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh,
dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. Gabungan otot berbentuk
kumparan dan terdiri dari 1) fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat
jaringan lunak. Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot,
memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat peredaran darah
dan saraf; 2) ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung; dan 3)
tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat dan
bersifat liat.
2) Sistem Muskuler
A. Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih
dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot- otot tersebut dilekatkan
pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di
bawah permukaan kulit. Sistem muskuler terdiri dari otot, tendon dan ligamen.
a. Fungsi Sistem Muskuler
Adapun fungsi sistem muskuler/otot meliputi hal berikut ini.

1) Pergerakan, Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut


melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.

2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur, Otot menopang rangka dan


mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.

3) Produksi panas, Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk


mepertahankan suhu tubuh normal.

b. Ciri-ciri Sistem Muskuler

Sistem muskuler memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.

2) Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh
impuls

3) Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi


panjang otot saat rileks.

4) Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi


atau meregang.
c. Jenis-jenis Otot

Jenis-jenis Otot Otot dibedakan menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung.

1) Otot Rangka

Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Karakteristik otot rangka sebagai berikut.
• Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
• Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
• Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

Struktur mikroskopis otot rangka adalah sebagai berikut.

Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut
berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/serabut otot.

• Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus di tepinya.

• Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-
macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut
dengan myofibril.

• Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda- beda


ukurannya, yaitu yang kasar terdiri dari protein myosin yang halus terdiri dari
protein aktin/actin.
2) Otot Polos

Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus
sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat
dan lamban.Struktur mikroskopis otot polos adalah sarcoplasmanya terdiri dari
myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen. Ada dua kategori otot
polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi, yaitu sebagai
berikut:
a) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor vili rambut.
b)Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.

3) Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, yang disebut juga otot serat lintang
involunter.Karakteristik otot ini hanya terdapat pada jantung.Otot jantung
mempunyai sifat bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung
juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.Struktur
mikroskopis otot jantung mirip dengan otot skelet.Memilki banyak inti sel yang
terletak di tepi agak ke tengah.Panjang sel berkisar antara 85-100 mikron dan
diameternya sekitar 15 mikron.
Berdasarkan gerakannya otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot
sinergis.
1) Otot Antagonis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya bertolak
belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan. Contohnya:
a) Ekstensor (meluruskan) dengan fleksor (membengkokkan), misalnya
otot bisep dan otot trisep.
b) Depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke atas),
misalnya gerak kepala menunduk dan menengadah.
2) Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya
pronator teres dan pronator kuadrus.
Berdasarkan letaknya, otot dapat ditemukan di berbagai daerah bagian tubuh
dengan nama-nama otot tertentu. Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan
teori kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini
menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen di
dalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin. Ketika otot
berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama
lain, sehingga sarkomer pun juga memendek. Dalam otot terdapat zat yang
sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin.Otot yang terangsang
menyebabkan asetilkolin terurai
membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin.Hal ini
menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang
bergerak.Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan oksigen.Oksigen
diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh dari penguraian ATP
(adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat.ATP terurai menjadi ADP (adenosin
difosfat) + Energi.Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP (adenosin
monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi kreatin + fosfat + energi.
Energi-energi ini semua digunakan untuk kontraksi otot.

Mekanisme Kerja Otot. Berikut ini beberapa mekanisme kerja otot.

1) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan).

2) Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup).

3) Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan).

4) Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan).

5) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).

6) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh).

b. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot
dengan otot. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai
berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Inersio, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot
berkontraksi
c. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen.Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.Beberapa tipe ligamen adalah sebagai berikut.

a) Ligamen Tipis

Ligamen pembungkus tulang dan kartilago.Merupakan ligamen kolateral yang


ada di siku dan lutut.Ligamen ini memungkinkan terjadinya gerakan.

Gambar 5. Ligamen Kolateral di Lutut

b)Ligamen jaringan elastik kuning

Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan


memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

d. Kartilago
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi fleksibel
dan avaskuler. Zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang berada di
perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial.
Yang membentuk kartilago adalah fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut putih yang menutupi
permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan pada telinga luar.
e. Fascia

Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus


otot saraf, dan pembuluh darah. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas
otot yang dibungkus jaringanikat yang disebut endomycium. Beberapa endomycium
disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh
jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).

f. Bursa

Bursa adalah suatu kantong kecil dari jaringan konektif lokal yang mempunyai tekanan
dimana membantu dalam pergerakan. Bursa dibatasi dengan membran sinovial dan
mengandung cairan sinovial.

g. Sistem persendian

Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang tersebut
dapat bergerak satu sama lain maupun tidak. Hubungan antar tulang (artikulasi),
berdasarkan geraknya sendi dapat dibedakan atas :
a. Sinartosis (sendi mati/ tidak memungkinkan adanya gerak).

b. Amifiartosis (sendi kaku/ memungkinnkan sedikit gerak).

c. Diartosis (sendi gerak/ memungkinkan adanya gerak).

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi,
abduksi, rotasi, sirkumduksi, supinasi, pronasi, inversion, eversio.

3) Sistem Skeletal atau Rangka (Tulang)


Dalam Risnanto dan Uswatun (2014) tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang
melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Sistem
rangka ini dipelihara oleh sistem haversian yaitu sistem yang berupa rongga yang
ditengahnya terdapat pembuluh darah.
Tulang sendiri terbagi menjadi dua bagian besar:

a. Tulang Axial (tulang pada kepala dan badan), seperti : tulang kepala (tengkorak), tulang
belakang (vertebrae) atau tulang rusuk dan sternum.
b. Tulang Appendicular (tulang tangan dan kaki), seperti ektermitas atas (scapula,
klavikula, ulna, radius dll), ekstermitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula).

Terdapat 206 jumlah tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya; Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit
mineral. Yang Tulang panjang terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan
dua ujung yang disebut epifisis. Disebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis.
Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh yang disebut
lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbu karena akumulasi
tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Hormon
pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen,
bersama testosteron, merangsang fusi lempengan epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis meduralis berisi sumsum tulang.

1. Tulang pendek

Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan lar dari
tulang yang padat. Contoh tulang pendek adalah carpals.

2. Tulang pendek datar

Terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
Contoh: tulang tengkorak.

3. Tulang yang tidak beraturan dimana sama dengan tulang pendek, contoh : vertebrata.
4. Tulang sesamoid
Merupakan tulang kecil yang terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian
dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misal : patella.
Jaringan tulang berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya dibedakan menjadi
tulang rawan dan tulang sejati.
1) Tulang rawan

Tulang Rawan (kartilago) terdiri dari 3 macam yaitu

a) Tulang rawan hyalin, bersifat kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa;
b) Tulang rawan fibrosa yaitu memperdalam rongga dari cawan-cawan (tulang
panggul) dan rongga glenoid dari scapula;
c) Tulang rawan elastik yaitu terdapat dalam daun telinga, epiglottis, dan faring.
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan
berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka yang pertama kali terbentuk
adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan mesenkim. Kemudian akan
terbentuk osteoblas atau sel-sel pembentuk tulang. Osteoblas ini akan mengisi rongga-
rongga tulang rawan. Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam keluar, atau
proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang mengelilingi suatu
pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem Havers.
Disekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang.
Kelak di dalam senyawa protein ini terdapat pula kapur dan fosfor sehingga matriks
tulang akan mengeras. Proses ini disebut osifikasi.

Gambar 7. Tulang Rawan


2) Tulang Sejati (osteon)

Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum).Lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.Secara
mikroskopis tulang terdiri dari beberapa komponen berikut ini.
a) Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe).
b) Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).

c) Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang


mengandung sel tulang).
d) Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke
osteon).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Yang terdiri dari tiga jenis
dasar sel yaitu : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas sendri berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang dimana matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% substansi dasar (Glukosaminoglikan, asam polisakarida, dan
proteoglikan). Oseosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon. Sedangkan osteoklas adalah sel multnuclear yang berperan
dalam penghancura, reorpsi dan remodeling tulang.

Fungsi dari sistem skeletal/rangka adalah:

1) Penyangga berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen- ligamen, otot, jaringan


lunak dan organ. Membentuk kerangka yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan
otot-otot yang melekat pada tulang.

2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow) atau
hemopoesis.

3) Produksi sel darah (red marrow).

4) Pelindung yaitu membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, serta
memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.

5) Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak karena
adanya persendian.
Tulang Tengkorak

Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun rangka kepala. Tulang


tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas tulang
ynag menyusun bagian wajah. Tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai
pelindung dari otak.

Jenis-jenis tulang tengkorak adalah :

a. Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:

 bagian parietal --> tulang dahi


 bagian temporal --> tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga
 bagian occipitas --> daerah belakang daritengkorak
 bagian spenoid --> berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji
 bagian ethmoid --> tulang yang menyususn rongga hidung
Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati yang
disebut sutura.
b. Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari :

 rahang bawah --> menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. hal tersebut
merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas
 Rahang bawah --> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
 palatinum (tulang langit0langit) --> menyusun sebagian dari rongga hidung dan
bagian atas dari atap rongga mulut
 zigomatik --> tulang pipi
 tulang hidung
 Tulang lakrimal --> sekat tulang hidung
Rangka Dada
Tulang kerangka dada meliputi:

a. Columna vertebralis (ruas tulang belakang) terdiri dari:


1. Vertebra servikalis 7 ruas.
2. Vertebra torakalis 12 ruas.
3. Vertebra lumbalis 5 ruas.
4. Vertebra sakralis 5 ruas.
5. Vertebra koksigis 4 ruas.

b. Os costalis (tulang iga).


Terdiri dari:

- Costa vera (iga sejati) 7 pasang.

- Costa spuria 2 pasang.

- Costa fluitantes (iga melayang) 2 pasang.

c. Os sternum (tulang dada)


Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
- hulu (os manubrium sterni)
- badan (os corpus sterni)
- taju pedang (os xiphoid prosesus

d. Tulang Panggul

Tulang panggul ada 2 bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama laindigaris medianus
persambungan tulang rawan yang disebaut OS SIMPISIS PUBIS, sehngga membuat
gelang panggul yang disebut SINGULUM dan ekstremitas inferior.Dibelakang tulang
kedua tulang panggul terdapat persendian yang tidak begerak yang disebut
AMFIARTOSIS SAKRO ILIAKA.
Os sacrum dibentuk oleh:
- Os Ilium (tulang usus)
- Os Pubis (tulang kemaluan)
- Os Iskii (tulang duduk).
Ketiga tulang bersatu pada lekuk sendi yang disebut ACETABULUM

a. EKSTREMITAS ATAS
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

- Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung
atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah
memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
- Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar
dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius
memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
- karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan
oleh ligament
- metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)
- Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas
tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
b. EKTREMITAS BAWAH

Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:


- Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang
panggul sampai ke lutut.
- Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan dengan
lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih
besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat
tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot
- Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela
berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang
membentuk lutut
- Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang
dengan salah satunya adalah tulang tumit.
- Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar.
- Palanges / tulang jari-jari tangan. Tersusunetiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali
tulang ibu jari atas 14 tulang.
FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. Proses Pembentukan Tulang dan Hormon

Komponen yang menjadi pondasi dasar tubuh manusia agar dapat


memiliki kekuatan dan dapat berdiri tegak adalah tulang, maka dari itu kita
perlu menjaga tulang anda agar proses dan pembentukan nya berjalan lancar.
Proses penulangan atau proses
 pembentukan tulang bisa di sebut Osifikasi.

Tulang yang terbentuk pertama kali adalah tulang rawan (kartilago)


yang berasal dari jaringan masenkin (jaringan embrional). Segera setelah
tulang rawan (kartilago) tersebut berbentuk, di dalam nya akan berongga dan
berisi sel-sel pembentuk tulang. Sel- sel pembentuk tulang menempati
jaringan pengikat sekelilingnya dan membentuk sel-sel tulang pula.setiap
satuan-satuan sel-sel tulang ini melingkari suatu pembuluh darah dan saraf,
membentuk saluran yang disebut havers. Pada setiap kelompok lapisan
terdapat sel tulang yang berada pada tempat yang disebut lakuna. Pada
saluran Havers terdapat
 pembuluh darah yang berhubungan dengan pembuluh daran dan periosteum,
yang

 bertugas memberikan zat makanan ke bagian-bagian tulang. Sekeliling sel-


sel tulang ini terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang.
Kelak ke dalam senyawa
 protein ini terdapat pula zat kapur (kalsium) dan fosfor, sehingga matriks
tulang akan mengeras. Makin keras suatu tulang, makin berkurang pula zat
perekatnya. Bahkan pada tulang pipa yang keras sel-sel tulangnya telah mati
sehingga yang tampak hanyalah lakunanya saja.

Untuk lebih jelasnya berikut proses pembentukan tulang :

1. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama pada


bagian tengah epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada jaringan ikat
pembungkus tulang rawan.
2. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk sistem
Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang banyak
mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.

3. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks


tulang. Setelah mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat
tulang akan mengeras.
4. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk
daerah antara yang tidak mengalami pengerasan, disebut
cakraepifisis. Bagian ini berupa tulang rawan yang mengandung
banyak osteoblas.
5. Bagian cakraepifisis terus mengalami penulangan. Penulangan
bagian ini menyebabkan tulang memanjang.
6. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak
tulang sehingga tulang menjadi berongga kemudian rongga tersebut
terisi oleh sumsum tulang.
Sel-sel yang bertanggung jawab atas metabolisme tulang dikenal
sebagai osteoblast, yang mensekresikan tulang baru dan osteoklas yang
memecahkan tulang. Struktur tulang serta suplai kalsium memerlukan
kerjasama erat antara kedua jenis sel. Hal ini bergantung pada jalur sinyal
kompleks untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan diferensiasi yang tepat.
Jalur sinyal ini termasuk tindakan beberapa hormon, termasuk hormon
paratiroid (PTH), vitamin D, hormon pertumbuhan, steroid, dan kalsitonin,
serta
 beberapa sitokin. Dengan cara ini tubuh dapat mempertahankan tingkat
kalsium yang tepat yang diperlukan untuk proses fisiologis.

Struktur dan Fungsi SSP terhadap Muskuloskeletal


Struktur system saraf pusat

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP dibungkus
oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi otak dan
medula spinalis dari benturan atau trauma. Meningen terdiri atas tiga
lapisan yaitu durameter, arachnoid dan piamater.

1. Rongga Epidural
Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi
pembuluh darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan. Bila
cidera mencapai lokasi ini akan menyebabkan perdarahan yang hebat
oleh karena pada lokasi ini banyak
 pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan epidural.

2. Rongga Subdural
Berada diantara durameter dan arachnoid, rongga ini berisi berisi cairan
serosa.

3. Rongga Sub Arachnoid


Terdapat diantara arachnoid dan piameter. Berisi cairan
cerebrospinalis yang salah satu fungsinya adalah menyerap guncangan
atau shock absorber. Cedera yang
 berat disertai perdarahan dan memasuki ruang sub arachnoid yang akan
menambah volume CSF sehingga dapat menyebabkan kematian sebagai
akibat peningkatan tekanan intra kranial (TIK).

Fungsi system saraf pusat

Sistem saraf pusat pada dasarnya adalah unit pengolahan sistem


saraf kita, di mana semua informasi dari sistem saraf perifer dikumpulkan
dan diproses. Bersama- sama, otak dan sumsum mengendalikan berbagai
fungsi fisiologis dan psikologis tulang belakang tubuh kita, termasuk
gerakan, sensasi, pikiran, memori, dan berbicara.

B. Struktur dan susunan Saraf Perifer (Tepi)

Sistem saraf terdiri dari dua bagian utama  –   sistem saraf pusat
dan Sistem Saraf Perifer. Sedangkan sistem saraf pusat memungkinkan kita
untuk berpikir, alasan, belajar dan menjaga keseimbangan, Sistem Saraf
Perifer membantu kita untuk melaksanakan tindakan sengaja dan tidak
sengaja, dan juga merasakan melalui indera kita.
Sistem saraf adalah sistem master yang mengontrol fungsi semua
sistem yang berbeda dari tubuh manusia. Hal ini terdiri dari sel yang disebut
neuron yang menghasilkan dan melakukan impuls (pesan) antara berbagai
bagian tubuh. Ini terdiri dari otak, sumsum tulang belakang dan saraf.
Sementara otak dan sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat
(SSP), sistem saraf perifer mencakup semua saraf di luar SSP. Otak
dilindungi oleh tengkorak dan saraf tulang belakang tertutup dalam tulang
belakang tulang. Namun, Sistem Saraf Perifer tidak memiliki pelindung
tersebut, sehingga rentan terhadap cedera mekanik

Komponen
Berdasarkan lokasi saraf, sistem saraf perifer terdiri dari saraf berikut:

31 pasang saraf spinal yang menghubungkan sumsum tulang belakang dengan


seluruh tubuh.
12 pasang saraf kranial yang menghubungkan otak dengan organ-
organ vital tubuh. Atas dasar fungsi saraf, sistem saraf perifer terdiri
dari saraf berikut:
saraf Somatik

yang membawa informasi sensori dari kulit dan otot, dan perintah motorik ke
otot rangka.

Saraf otonom

yang membawa sinyal antara SSP dan otot-otot halus, kelenjar, otot jantung
dan organ internal.

Fungsi

Saraf sistem saraf perifer menghubungkan SSP ke otot, kelenjar, pembuluh


darah dan semua organ tubuh termasuk organ-organ indera. Fungsi dari
sistem saraf adalah untuk membawa pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh
yang lain, dan kembali dari bagian-
 bagian ini ke otak dan sumsum tulang belakang
Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron
dengan neuron lain. Sinapsis dibentuk oleh terminal akson yang
membengkak. Di dalam sitoplasma sinapsis, terdapat vesikula sinapsis.
Ketika impuls mencapai ujung neuron, vesikula akan
 bergerak, lalu melebur dengan membran pra-sinapsis dan melepaskan
asetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel
pada reseptor di membran. pasca-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf

 berikutnya. Enzim asetilkolinesterase menguraikan asetilkolin yang tugasnya


sudah selesai.
Pada setiap bagian otak, terdapat jutaan neuron yang saling terhubung
lewat sinapsis. Anak-anak memiliki sekitar 1016 sinapsis (10 quadrillion).
Jumlah ini
 berkurang seiring bertambahnya usia. Orang dewasa memiliki 1015 sampai 5
× 1015 (1-5 quadrillion) sinapsis.
System muscular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung
jawab atas gerakan tubuh. Otot-tot volunteer melekat pada tulang, tulang
rawan, ligament, kulit atau otot lain melalui struktur vibrosa yang di sebut
tendon dan aponeurosis. Serabut- serabut otot volunteer, bersama selubung
sarkulema, masing masing tergabung dalam kumparan oleh endomisium dan
di bungkus oleh perimisium. Kelompok serabut tersebut (vasikulus) di
gabungkan oleh selubung yang lebih padat, yang di sebut epimisium dan
gabungan vasikulus ini membentuk otot volunteer badan individual. Semua
otot memiliki suplay darah yang baik dari arteri-arteri di dekatnya. Arteriol
pada perimisium member cabang kapiler yang berjalan dalam endomisium
dan melintasi serabut-serabut. Pembuluh darah dan saraf memasuki otot
bersama-sama di daerah hilum.
Kebanyakan otot mempunyai tendon pada salah satu atau ke dua
ujungnya. Tendon terdiri dari jaringan vibrosa dan biasanya berbentuk
seperti tali (cord), meskipun
 pada beberapa otot yang pipih tali tersebut di gantikan oleh suatu lembaran
vibrosa kuat yang di sebut aponeurosis. Jaringan vibrosa juga membentuk
lapisan pelindung atau selubung otot, yang di kenal sebagai vasia. Bila satu
otot menempel pada otot lain, serabut-serabut otot ini bisa saling memilih
(interlace), perimicium otot yang satu bersatu dengan perimicium otot yang
lain, atau ke duanya bisa menggunakan tendon yang sama. Jenis hubungan
yang ke tiga terdapat pada otot-otot dinding abdomen, di mana serabut-
serabut aponeurosis saling menyilang, membentuk linea alba yang dapat
terlihat sebagai cekungan dangkal di atas umbilicus.

C. Mekanisme Kontraksi Otot

Otot terbagi kepada 3 yaitu otot lurik (rangka), otot polos dan otot
jantung. Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh yang tugas
utamanya kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-
bagian tubuh & substansi dalam tubuh.
Otot lurik terdiri dari sel- sel yang dilindungi oleh membrane yang
dirangsang listrik yang disebut sarkolema. Sel serabut otot terdiri dari
myofibril. Unit serat otot yang dapat berfungsi adalah sarkomer.

Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan


dalam keadaan yang relatif dari filamenfilamen aktin dan myosin. Selama
kontraksi otot, filamen- filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang
bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah
banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan
 perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau
seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat
dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang
sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin
miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
D. Lintasan dan Mekanisme Refleks

Bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia).


Inilah yang memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot
kerangka maupun otot jantung. Garis melintang ini dapat diamati pada:

1. Otot kerangka yang masih hidup


2. Otot segar tanpa menggunakan pewarnaan

3. Otot setelah mengalami fiksasi dan di warnai

Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril,


sedangkan tiap myofibril memiliki ratusan myofilamen yang bersifat
submikroskopis. Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:
Filament Miosin Sering disebut filament kasar (coarse filaments),
berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk
daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun pararel dan berenang bebas
dalam matriks.

Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin
adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi
ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi.

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan
neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak
refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu
neuron sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya


mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara
otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi
ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa
disadari. Brikut skema gerak refleks:

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf


sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron
penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan ekanisme gerak biasa.

Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan


kemudian disampaikan langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan
perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak
biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu
gerak biasa adalah gerak yang disadari.
E. Impuls Saraf
Impuls saraf atau rangsang saraf adalah pesan saraf yang dialirkan
sepanjang akson dalam bentuk gelombang listrik. Bila sebuah saraf tidak
menghantarkan impuls, maka serabut saraf tersebut dalam keadaan
istirahat. Salah satu sifat neuron yaitu
 permukaan luarnya bermuatan positif, sedangkan bagian dalamnya
bermuatan negatif. Bila neuron mendapat rangsangan, maka akan terjadi
perubahan muatan pada kedua
 permukaannya, yaitu permukaan luar bermuatan negatif sedangkan
bagian dalamnya

 bermuatan positif, keadaan ini disebut


depolarisasi. Alur impuls saraf adalah:
1. Saraf dalam keadaan istirahat (tidak menghantarkan impuls),
serabut saraf dalam keadaan polarisasi yaitu permukaan membran
luar bermuatan positif, sedangkan membran dalam bermuatan
negatif.
2. Saraf dirangsang disuatu tempat tertentu sehingga terjadi depolarisasi,
yaitu

 permukaan luar bermuatan negatif, sedang permukaan dalam bermuatn


positif.

3. Antara daerah yang mengalami depolarisasi dengan daerah yang


mengalami

 polarisasi timbul aliran listrik. Aliran listrik ini disebut arus lokal.
Adanya arus lokal menyebabkan depolarisasi didaerah sebelahnya,
kemudian diikuti arus lokal dan
4. depolarisasi didaerah sebelahnya demikian seterusnya.

F. Sinaps

Pada setiap neuron, terminal aksonnya membengkak membentuk


suatu tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan membran
tombol sinapsis ini dinamakan membran prasinapsis yang menghantarkan
impuls dari terminal sinapsis menuju dendrit atau badan sel berikutnya.
Impuls tersebut akan diterima oleh permukaan membran dendrit atau badan
sel yang dituju. Membran yang demikian dinamakan membran
pascasinapsis. Di antara kedua membran ini dipisahkan oleh suatu celah
yang disebut celah sinapsis.

Di dalam tombol sinapsis terdapat suatu zat kimia yang dapat


menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Zat yang demikian dinamakan
neurotransmiter. Saat menghantarkan implus, dalam sitoplasma
neurotransmiter dibawa oleh banyak kantung dalam sitoplasma, yang disebut
vesikula sinapsis. Ada berbagai macam jenis neurotransmiter, contohnya
asetilkolin, dopamine, noradrenalin, dan serotonin. Asetilkolin berada pada
seluruh sistem saraf; sementara noradrenalin berada pada sistem saraf
simpatik; sementara dopamine dan serotonin terdapat pada otak. Asetilkolin
dan noradrenalin merupakan salah dua neurotransmiter utama yang terdapat
pada mammalia.

1. Penghantaran Impuls Melalui Sinaps

Rangsang yang merambat disebut impuls. Impuls diterima oleh reseptor


kemudian akan dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf. Saat impuls
sampai pada akson, impuls akan diteruskan ke dendrit neuron lain.
Dalam sel saraf terjadi proses penghantaran impuls secara konduksi. Apabila
tidak adarangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan istirahat. Dalam
keadaan ini saraf tidak menghantarkan impuls. Membran luar sel saraf
bermuatan positif karena kelebihan kation atom Na+. Membran dalam sel saraf
bermuatan negatif karena banyak ion K+   yang keluar akson.
Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian karena
  – 
 

peran pompa Na  K dan sifat membran akson yang lebih permeabel terhadap
K+ dan kurang permeabel terhadap Na+. Na+ dipompa ke luar. K+  dipompa ke
dalam karena sifat membran akson yang permeabel terhadap K, maka K + dapat
keluar lagi.

2. Mekanisme Kerja Sinapsis

Apabila impuls sampai pada tombol sinapsis, segera neuron mengirimkan


neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmiter dibawa oleh vesikula sinapsis
menuju membran prasinapsis. Kedatangan impuls tersebut membuat
permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion Ca2+ meningkat (terjadi
depolarisasi). Sehingga, ion Ca2+ masuk dan merangsang vesikula sinapsis
untuk menyatu dengan membran

 prasinapsis. Bersama kejadian tersebut, neurotransmiter dilepaskan ke dalam


celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis, neurotransmiter ini
berdifusi menuju membran pascasinapsis.

Setelah impuls dikirim, membran pascasinapsis akan mengeluarkan enzim


untuk menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya senzim
asetilkolineterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam
etanoat. Oleh vesikula sinapsis, hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan
disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali.

G. Neurotransmitter

 Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesa oleh sel


syaraf, disimpan dalam vesikel sekretorik dan dilepaskan ketika ion kalsium
membanjiri vesikel. Efek neurotransmitter thd sel syaraf post sinaps bisa
eksitasi atau inhibisi. contoh transmitter diantaranya adalah Asetil kolin,
GABA (Gamma-aminobutyric acid),

Glutamat, aspartat, Glycin, Dopamin, Histamin, NE, Seratonin, Somatostatin,


Endoprin, Enkephalin, Subtansi P.

H. Refleks
Refleks merupakan cara tubuh kita untuk menjaga dan melindungi diri dengan
cepat dan aman. Gerak ini terjadi pada bagian tubuh yang terlibat, sehingga
bagian tubuh tersebut bergerak secara otomatis. Refleks sentakan lutut
misalnya, merupakan respons sederhana. Satu ketukan pada lutut akan
menyebabkan tarikan pada tendon yang berkaitan dengan otot paha (otot
kuadrisep). Akibatnya, kaki bagian bawah ikut tertarik. Reseptor regangan
yang merupakan reseptor sensorik menerima tarikan itu. Kemudian, reseptor
sensorik mengirimkan informasi ke sinapsis dengan neuron motorik pada
sumsum tulang belakang. Selanjutnya, neuron motorik mengirimkan impuls /
sinyal menuju otot kuadrisep untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan
kaki bagian bawah tersentak ke arah depan Sebenarnya, sentakan lutut hanya
melibatkan dua neuron, yakni neuron sensorik dan neuron motorik. Namun,
neuron sensorik pada kuadrisep berkomunikasi pula dengan interneuron pada
sumsum tulang belakang. Interneuron ini menghambat neuron motorik yang
mengirimkan sinyal ke otot fleksor (otot kaki yang berbeda), sehingga otot
tersebut tidak berkontraksi. Secara sederhana, mekanisme penghantaran
sinyal/impuls pada gerak refleks dapat kalian lihat pada skema berikut.

Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua yaitu


refleks spinalis dan refleks kranialis.

a. Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor terdapat di


sumsum tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh
benda panas atau kaki terkena duri.

 b. Refleks otak  (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat di


otak. Contoh: gerakan mata terpejam karena kilat.

Rangsangan → reseptor →neuron sensorik →


sumsum tulang belakang → neuron motorik → efektor
B. Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan
dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan
psikososial pasien.Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-
hari, pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan
nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

1. Anamnesa / Wawancara
a. Keluhan Utama (PQRST)
1. Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang sering ditemukan pada masalah sistem


muskuloskeletal yang perlu diketahui secara lengkap tentang sifa-sifat nyeri.
Kebanyakan klien dengan penyakit atau kondisi traumatik, baik yang terjadi
pada otot, tulang, dan sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang biasanya
di gambarkan sebagai nyeri dalam tumpul yang bersifat menusuk sedangkan
nyeri otot di gambarkan sebagai adanya rasa pegal. Nyeri fraktur bersifat tajam
dan menusuk dan dapat di hilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam juga di
timbulkan oleh infeksi nyeri tulang akibat spasme otot atau penekanan pada
syaraf sensoris.

Kebanyakan nyeri muskuloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Memar


sendi atau otot menimbulkan nyeri akan bertambah karena aktivitas. Nyeri
pada satu titik yang terus bertambah menunjukan proses infeksi osteomielitis
tumor ganas, atau komplikasi faskula nyeri menyebar terdapat pada keadaan
yang menimbulkan tekanan pada serabut syaraf nyeri bisa
berbeda-beda dan pengkajian maupun penanganan keperawatannya harus
di bedakan pula untuk masing-masing klien.
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain
berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing klien sifat-
sifat nyeri perlu diketahui dapat dikaji menggunakan PQRST.

2. Deformitas

Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu keluhan


yang menyebabkan klien meminta pertolongan layanan kesehatan.
Perawat perlu menanyakan berapa lama keluhan di rasakan kemana klien
pernah meminta pertolongan sebelum ke rumah sakit apakah pernah ke
dukun urut atau patah tulang pada beberapa kasus iyang menyebabkan
deformitas setelah terjadi trauma atau patah tulang adalah karena
intervensi dukun patah, atau apakah tidak ada tindakan setelah
mengalami trauma pengkajian juga untuk mengetahui apakah keadaan
atau masalah kelainan bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan citra
diri klien.

Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor


penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri
bertambah berat bila beraktifitas, pada aktivitas mana nyeri bertambah
(apakah pada saat batuk, bersin, berdiri, dan berjalan). Pada umumnya
nyeri akan bertambah berat apabila ada gerakan setempat dan berkurang
apabila beristirahat.

Pada kondisi nyeri otot, tulang dan sendi biasanya disebabkan


oleh adanya kerusakan jaringan saraf akibat suatu trauma atau merupakan
respon dari peradangan local.

Quality off paint : seperti apa rasa nyeri dirasakan / digambarkan


klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam, / menusuk

Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apa maksud dari
keluhan-keluhannya. Apakah keluhan nyeri bersifat menusuk, tajam, atau
tumpul menusuk. Ingat : Bahwa kebanyakan deskripsi sifat dari nyeri
sulit ditafsirkan oleh karena itu pengkaji harus bisa menerangkan dalam
bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh pasien sehingga pasien akan
lebih mudah mendeskripsikan rasa nyeri tersebut.

Region, radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukan


dengan tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar / menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi tekanan pada saraf /
radiks saraf akan memberi gejala nyeri yang disebut radiating paint,
misalnya pada skiatika yang nyerinya menjalar mulai dari bokong sampai
anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang
disebut nyeri kiriman / referred paint adalah nyeri pada suatu tempat yang
sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain, misalnya nyeri lutut akibat
kelainan pada sendi panggul.

Severity (scale) off pain :seberapa hebat rasa nyeri yang


dirasakan klien, dapat berdasarkan scala nyeri / gradasi dan klien
menerangkan seberapa hebat rasa sakit mempengaruhi fungsinya.
Pengkajian ini juga menjadi parameter penting dalam menentukan
keberhasilan suatu intervensi. Sebagai contoh : pasien yang mengalami
fraktur sebelum dilakukan intervensu imobilisasi mempunyai derajat
skala nyeri 3 (0-4) atau nyeri berat, maka setelah mendapat intervensi
apakah skala nyeri mengalami penurunan, misalnya 1(0-4) atau nyeri
ringan. Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat subjektif oleh karena
itu pada pengkajian tersebut estimasi harus ditentukan oleh pasien
sendiri. Teknik pengkajian dilakukan dengan cara; Pasien bisa ditanya
dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh
rasa nyeri yang dirasakan. 0 = tidak nyeri 1 = nyeri ringan 2 = nyeri
sedang 3 = nyeri berat 4 = nyeri berat sekali

Time : beberapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah


bertambah buruk pada malam hari / siang hari. Sifat mula timbulnya
(onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan, atau
seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala- gejala timbul secara terus
menerus atau hilang timbul (Intermiten). Tanyakan apa yang sedang
dilakukan pasien saat gejala timbul. Lama timbulnya (durasi). Tanyakan
kapan gejala tersebut pertama kali timbul dan usahakan menghitung
tanggalnya seteliti mungkin.
3. Kekakuan/ ketidakstabilan sendi

Kekakuan/ ketidakstabilan sendi suatu keluhan yang dirasakan klien


menggunakan aktivitasnya sehari-hari dan menyebabkan klien meminta
pertolongan kesehatan. Perawat perlu menanyakan berapa lama keluhan
dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan pada
aktivitas klien.
Kelainan ini bisa bersifat umum (misalnya pada artritis reumatoid,
spondilitis ankilosan) atau bersifat lokal pada sendi-sendi tertentu locking
merupakan suatu kekauan sendi yang terjadi secara tiba-tiba akibat block
mekanis pada sendi oleh tulangj rawan atau meniskus. Perlu diketahui
apakah kelainan pada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan diteluri
pula penyebabnya apakah karean kelemahan otot atau kelemahan atau
robekan pada ligamen dan selaput sendi.

4. Pembekakaan atau benjolan

Keluhan adanya pembengkakaan ekstrmitas merupakan suatu


tanda adanya bekas trauma yang terjadi pada klien. Pembekaan dapat
terjadi pada jaringan lunak sendi atau tulang hal yang perlu ditanyakan
adalah lokasi spesifik pembekaan sudah berapa lama proses terjadinya
trauma sudah meminta pertolongan kepada siapa saj untuk mengatasi
keluhan, dan apakah terjadi secara perlahan misalnya pada hematoma
progresif pembekakaan juga dapat disebabkan oleh infeksi tumor jinak
atau ganas.

5. Kelemahan otot
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum
(misalnya pada peyakit distrofi muskular) atau bersifat lokal karena gangguan
neurologis gangguan otot (misalnya pada morbushansen, peroneaparalisis, atau
pada penyakit poliomielitis).

1. Waktu dan sifat kemampuan otot, apakah keluhan terjadi secara


bertahap atau tiba-tiba tanpa adanya sebab.
2. Lokasi bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot, apakah keluhan
kelemahan otot mengenal seluruh badan atau hanya ekstremitas bawah,
apakah keluhan dirasakan sebagian atau bilateral.
3. Apakah disertai dengan kelainan sensorik, misalnya parastesia,
hipoestesia, atau hipersetesia.
4. Adanya riwayat kelemahan otot akibat pengobatan sebelumnya.
6. Gangguan sensinilitas

Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi


kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron, baik bersifat total
maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada
trauma atau penekanan pada syaraf. Gangguan sensorik sering
berhubungan dengan masalah muskuluskeletal. Klien mungkin
menyatakan mengalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan)
dan kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut
saraf ataupun gangguan peredaraan darah. Pembengkakan jaringan lunak
atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat menganggu
fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf
dan peredaraan darah yang terletak sepanjang sistem muskuluskeletal.
Status neurofaskular di daerah muskuluskeletal yang terkena harus dikaji
guna memperoleh informasi untuk perencanaan intervensi. Hal ini yang
perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami perasaan yang tidak
normal atau kebas; apakah gangguan ini bertambah berat atau malah
makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada saat
wawancara,apakah keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema;
apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang terkena
seperti pucat atau sianotik.

7. Gangguan atau kehilangan fungsi

Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi organ muskulskeletal


merupakan gejala yang sering menjadi keluhan utama. Gangguan atau
hilangnya fungsi baik pada sendi maupun anggota gerak mungkin
disebabkan oleh nyeri, kekakuan sendi, atau kelemahan otot. Anamnesis
yang dilakukan perawat untuk menggali keluhan utama klien adalah
berapa lama keluhan muncul, lokasi atau organ yang mengalami
gangguan atau kehilangan fungsi, dan apakah ada keluhan lain yang
menyertai.
No. Teknik/ Temuan Normal Temuan abdormal
1. Pengkajian gaya berjalan dan postur tubuh
- Kekakuan sendi, nyeri, deformitas
- Inspeksi postur tubuh dan gaya berjalan
dan kelemahan otot dapat
Postur tubuh harus tegak, gaya berjalan harus halus dan
menyebabkan perubahan pada gaya
mantap
berjalan dan postur
- Inspeksi spina untuk kurvatura - Dengan diskus lumbal herniasi,
Minta pasien untuk berdiri dan bungkuk kebelakang kurva lumbal datar dan mobilitas
secara perlahan sejauh mungkin, bengkokkan secara spinal menurun
perlahan ke kanan dan kemudian kekiri sejauh - Peningkatan kurva lumbal disebut
mungkin, kembali secara perlahan dan kekiri pada lordosis, dapat dilihat pada obesitas
gerakan memutar dan bungkuk kedepan secara atau kehamilan
perlahan dan coba untuk menyentuh jari hingga jari - Lateral, kurvatura berbentuk S pada
kaki. Ketika dilihat dari belakang, tulang servikal dan spina disebut skoliosis. Skoliosis
lumbal konkaf, tulang toraks konveks dan spina lurus. fungsional biasanya merupakan
respons kompensasi terhadap otot
paravertebra yang nyeri, diskus
herniasi, atau diskrepsi pada panjang
tungkai. Menghilang dengan fleksi
kedepan. Skoliosis struktural sering
kali kongenital dan cenderung
tampak selama remaja. Menonjol
ketika bungkuk kedepan
- Kifosis adalah kurvatura toraks
berlebihan pada spina yang umum
terjadi pada lansia

2. Pengkajian sendi
- Inspeksi sendi mengenai adanya deformitas, - Penyakit sendi dapat
pembengkakan dan kemerahan. Seharusnya tidak ada dimanifestasikan dengan beberapa
deformitas yang tampak, pembengkakan atau deformitas seperti kerusakan
kemerahan sendi jaringan, pertumbuhan berlebihan
- Palpasi sendi untuk nyeri tekan, kehangatan krepitasi, jaringan, kontraktur, atau
konsestensi, dan massa otot. Sendi seharusnya tidak pemendekan otot dan tendon yang
nyeri dan konsisten secara bilateral dan tanpa hangat, bersifat ireversibel
krepitasi atau masa berlebihan yang tampak atau - Edema pada sendi dapat
terpalpasi menyebabkan pembengkakan yang
nyata
- Kemerahan, bengkak dan nyeri
merupakan bukti inflamasi atau
infeksi pada sendi
- Inflamasi dan cedera menyebabkan
nyeri sendi
- Artritis, bursitis, tendonitis dan
osteomielitis (infeksi tulang)
menyebabkan nyeri, sendi panas
- Krepitasi (suara memarut) ada dalam
sendi ketika permukaan berartikulasi
kehilangan kartilago, seperti pada
artritis

3. Pengkajian Rentang Gerak Sendi


- Kaji ROM sendi dengan meminta pasien untuk - Suara klik atau meletus, penurunan
melakukan aktivitas spesifik untuk setiap sendi, seperti ROM, sendi dan pembengkakan
berikut ini: semua sendi bilateral harus bergerak dapat mengindikasikan sindrom
melalui seluruh rentang gerak sendi sendi temporomandibular atau pada
- Sendi temporomandibular: “Buka mulut anda lebar- kasus yang jarang osteoartritis
lebar dan kemudia tutup mulut”. (karena pasien
membuka dan menutup mulut, palpasi sendi
temporomandibular dengan jari telunjuk dan jari
tengah)

4. Spina Servikal
- Fleksi 40 derajat “sentuh dagu ke dada anda” - Nyeri leher dan ekstensi terbatas
- Ekstensi 55 derajat “lihat langit-langit” dengan menekuk lateral terlihat
- Menekuk lateral 38 derajat “coba untuk menyentuh dengan diskus servikal herniasi dan
telinga kanan hingga bahu kanan anda” ulangi sisi kiri
- Rotasi 70 derajat “coba untuk menyentuh dagu anda pada spondilosis servikal
untuk setiap bahu” - Leher imobile dengan kepala dan
leher terdorong kedepan terlihat pada
orang yang mengalami spondilitis
ankilosis

5. Spina Lumbal
- Fleksi 75 hingga 90 derajat “sentuh jari kaki anda - Penurunan pergerakan atau nyeri
dengan jari tangan” saat bergerak dapat
- Ekstensi 30 derajat “tekuk kebelakang secara mengidentivikasikan kurvatura
perlahan” spinal abnormal, artritis, diskus
- Tekuk lateral 35 derajat “tekuk kanan dan kiri” herniasi, atau spasme otot
- Rotasi 30 derajat “pelitir bahu anda ke kanan dan kiri” paravertebral

6. Jari - Fleksi dan ekstensi jari berkurang


- Fleksi “membuat kepalan tangan” pada artritis
- Ekstensi “membuka tangan anda” - Nodus Heberden dan Bouchard
- Abduksi “buka jari anda” merupakan nodus keras, tidak lunak
- Abduksi “rapatkan jari anda” pada bagian dorsolateral sendi
interfalangeal distal dan proksimal,
berturut-turut. Kondisi ini umum
pada osteoartritis
- Sendi jari kaku, nyeri, bengkak
terlihat pada artitis reumatoid akut
- Deformitas Boutonniere dan leher
angsa terlihat pada artritis
reumatoid kronik
- Sendi jari membengkak dengan
rabas berwarna putih kapur dapat
terlihat pada gout kronik.

7. Pergelangan tangan
 Pembengkakan kronik bilateral
 Fleksi 90 derajat ; “tekuk pergelangan tangan
pada pergelangan tangan terlihat
kebawah”.
artritis.
 Ekstrnsi 70 derajat ; “tekuk pergelangan tangan ke
atas”.
 Deviasi ulna 55 derajat ; “tekuk pergelangan tangan
kea rah jari kelingking”.
 Deviasi radial 20 derajat ; “tekuk pergelangan tangan
kea rah ibu jari”.
8. Siku
 Fleksi 160 derajat ; “ sentuh tangan hingga bahu  Siku yang bengkak, nyeri, inflamasi
anda”. tampak pada artritis gout dan artritis
 Ekstensi 180 derajat ; “ luruskan siku anda”. rheumatoid.

 Supinasi 90 derajat ; “ tekuk siku anda 90 derajat dan  Nyeri dan nyeri tekan pada
putar telapak ke atas”. epikondil lateral terjadi pada siku

 Pronasi 90 derajat ; “ tekuk siku anda 90 derajat dan tenis

turunkan kepalan tangan ke bawah”.


9. Bahu
 Fleksi 180 derajat: “tahan lengan anda lurus ke atas  Nyeri dan nyeri tekan di atas tendon
dan keluar”. bisep terjadi dengan tendonitis
 Hiperekstensi 50 derajat :“Letakkan lengan lurus anda (inflamasi tendon).
di belakang punggung”.  Lengan tidak dapat diabduksi penuh
 Rotasi internal 90 derajat : “letakan lengan bawah di Ketika tendon suprasintus bahu
belakng punggung bawah” rupture.

 Abduksi 180 derajat : “angkat lengan lurus ke atas dan  Nyeri dan abduksi terbatas juga
keluar sisi” . terlihat dengan bursitis (inflamasi

 Adduksi 50 derajat: “Letakkan lengan lurus anda bursa) dan cadangan kalsium di area

melewati dada”. ini.

10. Jari kaki


 Fleksi 90 derajat: “berjalan dengan jari kaki anda”.  Jempol kaki mengalami abduksi
secara berlebihan pada hallux
valgus.
 Sendi jempol kaki membengkak,
inflamasi, dan nyeri pada artritis
gout.
 Terdapat hiperekstensi sendi dan
fleksi metatarsophalangeal pada
sendi interphalangeal proksimal
dengan jari palu (hammer toe).
11. Pergelangan kaki
 Dorsi fleksi 20 derajat ; “arahkan kaki anda ke langit-  Kontraktur tendon Achilles dapat
langit”. terjadi pada pasien dengan setelah
 Plantar fleksi 45 derajat ; “arahkan kaki anda ke tirah baring yang lama
lantai”.
 Inversi 30 derajat ; “berjalan pada sisi luar kaki anda”
 Eversi 20 dderajat ; “berjalan pada sisi dalam kaki
anda”.
12. Lutut
 Fleksi 30 derajat ; “lekuk lutut”.  Pembengkakan di atas kantong
 Ekstensi 180 derajat ; “duduk dan bahan kaki kurus di suprapatellar terlihat saat inflamasi
depan anda dan cairan pada kapsula articular
sendi. Synovitis merupakan
inflamasi membrane synovial yang
melapisi kapsula articular sendi.
Umum terjadi dengan trauma lutut
 Pembengkakan di atas patella
terlihat pada bursitis

13. Pinggul (pasien berbaring)


 Fleksi 120 derajat ; “tekuk lutut hingga menyentuh  Gerakan pinggul terbatas dan atau
dada”. nyeri pada artritis.
 Hiperekstensi 30 derajat ; “berbaring telentang dan
angkat satu kaki”
 Abduksi 45 derajat ; “tahan tungkai anda tetap lurus
dan pindah ke samping”.
 rotasi internal 38 derajat ; “tekuk lutut dan putar kea
rah tungkai anda yang lain”.
 Rotasi eksternal 45 derajat ; “tekuk lutut dan putar ke
samping luar”
14. Pengkajian khusus
 Lakukan pemeriksaan phalen. Minta pasien untuk  Baal dan sensasi terbakar pada jari
menahan pergelangan tangan pada posisi fleksi akut selama pemeriksaan phalen dapat
selama 60 detik. Seharusnya tidak ada kesemutan, mengindikasikan sindrom Lorong
baal, atau nyeri kapal (carpal tunnel syndrome)

 Periksa sedikit ciran pada lutut dengan melakukan  Pembengkakan cairan


pemeriksaan pembengkakan (bulge). Peras ke atas mengindikasikan peningkatan
pada sisi medial lutut dan kemudian ketuk sisi lateral cairan pada sendi lutut daripada
patella. Tidak ada pembengkakan cairan harus pembengkakan jaringan lunak.
tampak pada sisi medial lutut.

 Periksa untuk jumlah cairan yang banyak dengan


melakukan pemeriksaan ballottement untuk mendeteksi
cairan yang banyak di lutut. Beri tekanan ke bawah
pada lutut dengan satu tangan seraya menekan patella
ke belakang melawan femur dengan tangan yang lain.
Seharusnya tidak ada Gerakan patella. Patella harus
istirahat dengan kuat di atas femur.

 Lakukan pemeriksaan McMurray. Ketika berbaring,  Nyeri, mengunci (ketidakmampuan


minta pasien untuk menurunkan lutut yang fleksi kea untuk melakukan ekstensi penuh
rah pusat tubuh. Stabilkan lutut dengan satu tangan, lutut), atau suara meletus dapat
dan berikan tekanan pada tungkai lain. Seharusnya mengindikasikan cedera pada
tidak ada nyeri atau bunyi klik meniscus, diskus jaringan kartilago
pada lutut.

 Lakukan pemeriksaan Thomas, minta pasien berbaring  Kontraktur fleksi pinggul akan
dan melakukan ekstensi satu tungkai seraya membawa menyebabkan tungkai ekstensi
lutut tungkai yang berlawanan ke dada, tungkai yang terangkat.
diekstensi seharusnya tidak terangkat.
2. Riwayat Kaesehatan

Pengkajian selanjutnya adalah mengenai riwayat kesehatan klien. Dalam wawancara


awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan klien.
Perawat memperoleh data subjektif dari klien mengenai awitan masalahnya dan ada
penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan klien sehubungan dengan
masalah kesehatan dapat mempengaruhi perbaikan kesehatan.

a) Identitas klien

Meliputi nama, usia (pengkajian usia klien) gangguan muskulusekeletal penting karena
berhubungan dengan status anastesi dan pemeriksaan diagnostik tambahan, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan , asuransi kesehatan, agama,bahasa yang
dipakai, status perkawinan,suku bangasa,tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS),
nomor register,diagnosis medis, dan golongan darah.
b) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang mencakup masalh klien mulai awitan keluhan utama sampai
pengkajian. Keluhan utama nyeri dapat dikaji dengan menggunakan metode PQRST.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit, penting untuk ditanyakan apakh keluhan utama
masih sama seperti pada saat masuk rumah sakit, kemudian tindakan yang sudah
dilakukan terhadapnya. Perawat mengetahui apakh klien pernah mengalami trauma
yang menimbulkan gangguan muskuluskeletal, baik berupa kelainan maupun
komplikasi yang dialami saat ini. Pengkajian lainnya yang juga penting adalah
pengkajian status kesehatan secara umum saat ini.
c) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya kemungkinan
mempunyai hubungan dengan masalah klien sekarang, seperti apakah klien pernah
mengalami fraktur atau trauma, apakah klien pernah mengalami peningkatan kadar gula
darah, apkah klien pernah mempunyai tekanan darah tinggi.
d) Riwayat opreasi klien perlu ditanyakan karena kemungkinan mempunyai hubungan
dengan keluhan sekarang seperti opresi kasdinoma prostat, karsinoma mamae yang
dapat bermetastasis ketulang dengan segala komplikasinya.
Hal yang lain perlu ditanyakan adalah pengunaan obat-obatan sebelumnya oleh
klien karena dalam menimbulkan komplikasi, misalnya pemakaian kortisem dapat
menimbulkan negrosis avaskular pada panggul. Selain itu ditanyakan pula pada
klien tentang adanya riwayat alergi terhadap obat- obatan.

e) Riwayat penyakit keluarga


Penulusuran riwayat keluarga sangat penting karena beberapa penyakit muskuluskeletal
berkaitan dengan kelainan genetik dan dapat diturunkan. Perlu ditanyakan apakah pada
generasi terdahulu ada yang mengalami keluhan sama dengan keluhan klien saat ini.

f) Pengkajian psikosial spiritual


Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien. Perawat melakukan pemeruiksaan klien tentang kapasitas fisik dan intelektual
saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososial spiritual yang
seksama. Suatu pemeriksaan mental meliputi penampilan, perilaku, afek, suasana hati,
lafal, isi dan kecepatan berfikir, persepsi, dan kognitif. Pengkajian status emosi dan
mental yang terkait dengan fisik termasuk pengkajian fungsi serebral (tingkat kesadaran
klien, perilaku dan penampilan, bahasa, fungsi intelektual, termasuk ingatan,
pengetahuan, kemampuan berfikir abstrak, asosiasi, dan penilaian) sebagian besar
pengkajian ini dapat dilakukan ketika interaksi dengan klien dalam pengkajian lain.

g) Kemampuan koping
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga peting di nilai untuk
mengetahui respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah
muncul dampak seperti takut cacat, cemas, ketidak mampuan melakukan aktivitas
secara optimal, dan gangguan citra.
tubuh. Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa digunakan klien semala
stress meliputi :
a. Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini.

 Apakah klien mengalami situasi krisis atau kehilangan?

 Adakah penerimaan atau penolakan terhadap hal tersebut?

 Apakah klien bertanya atau meminta informasi mengenai masalah?


 Apakah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah?
b. Perubahan perilaku akibat stress

 Apakah efek atau mood klien menujukkan kecemasan (gelisa, insomnia, kontak
mata kurang, gemetar, wajah tegang) atau depresi (afektumpul, tidak berdaya,
rasa bersalah, ketidakmampuan berbicara, apatis, kemampuan harga diri)?
 Apakah telah ada perubahan dalam kebisaan makan, tidur, dan beraktivitas?
 Apakah klien mengalami kesulitan berkosentrasi terhadap tugas, tetap produktif,
atau menyelesaikan hal-hal kecil?
 Apakah klien mempunyai kecenderungan menunjukkan ledakan emosi tanpa
alasan?
c. Sumber koping

 Apakah klien mampu meminta pertolongan?

 Pada siapa klien bergantung selama krisis? Adakah orang tersebut?

 Metode kopping apakah yang terbaik bagi klien selama stress ?

 Berapa lama klien secara normal mengatasi suatu krisis?

h) Pengkajian sosioekonomispiritual

Bila klien dirawat inap, apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien
karena perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga
memasukkan pengkajian fungsi neurologis dengan dampak neurologis yang akan terjadi
pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua aspek keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi terhadap gangguan neurologis dalam
sistem pendukung individu.
Pertanyaan-petanyaan berikut dapat membantu perawat mengkaji lebih lanjut :
a. Kesehatan spiritul meliputi konsep klien mengenai Yang Mahakuasa.

 Apakah klien mempunyai sumber pengharapan, kenyamanan,


kekuatan?
 Ibadah spiritual apa yang penting menurut klien?

 Apakah klien melihat hubungan antara kepercayaan


spiritualnya denga kesehatan atau situasi hidup saat ini?
 Apakah klien membicarakan pentingnya hadir ketempat
ibadah atau melaksaan acara ritual lain?
 Apakah klien mempunyai kitab suci atau benda relijius dalam
ruanganya?
b. Identivikasi ras, budaya, dan suku bangsa

 Apakah latar belakang budaya


klien?

 Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia


(nasional) atau perlu penerjemah?
 Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan?
 Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?

 Aps sistem sehat-sakit (dokter, ahli neuralogi, kebatinan,


dukun) atau kepercayaan rakyat yang klien gunakan?
 Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan dirumah sakit
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti norma
budaya?
c. Pekerjaan

 Apakah pekerjaan klien?


 Adakah asuransi kesehatan untuk keluarganya?
 Apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit mengancam
pekerjaan klien?

 Sampai timgkat mana klien senang terhadap perkerjaannya?


 Seberapa berat stres yang dialami klien ditempat kerja?
d. Hubungan keluarga

 Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?

 Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua,


saudara, dan teman?
 Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?

 Bagaimana status pernikahan klien?

 Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?

 Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?

 Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap


anggota lainnya?

5. Pengertian klien tentang masalah kesehatan

Hal ini memperlihatkan tingkat penerimaan tingkat intelektual dan


kemampuan untuk melakukan perewatan mandiri klien.
a. Persepi klien tentang masalah kesehatan

 Apakah klien mempunyai pengertian yang akurat mengenai


masalah kesehatan?
 Apakah klien memahami beratnya masalah?

 Bagaimana pemahaman klien tentang perawatan sekarang dan


yang akan dilakukan?
b. Perilaku terhadap tim perawatan kesehatan

 Siapakah pemberi perawatan kesehatan utama klien?

 Bagaimana penilaian dan perilaku klien terhadap


pembeli perawatan kesehatan?
 Apakah klien melakukan pencegahan?
 Seberapa sering klien melakukan pemeriksaan kesehatan

c. Kepatuhan terhadap terapi

 Apakah terapi kesehatan untuk klien saat ini? Apakah klien


mengikuti rangkaian terapi?

 Apakah klien mampu membayar terapi?

 Apakah ada alat transportasi ke tempat terapi tersebut?

 Apakah klien menderita gangguan kognitif atau fisik yang


menghalangi pemenuhan terapi?
c. Pertimbangan pediatik. Perawat harus melakukan pertimbangan
pediatik yang mencakup :
 Dampak hospitalisasi pada anak

 Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat


mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi
dengan orang tua
 Orang tua biasanya merupakan sumber terbaik untuk
menggambarkan perubahan perilaku
 Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan
mereka dan cenderung memperlihatkan masalah mereka
melalui tingkah laku
 Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatik (kehilangan
orang tua, binatang peliharan, sahabat dekat) dapat mengalami
masa depresi akut
 Anak-anak yang mengalami masalah pikososial mungkin
mengalami kesulitan di sekolahnya
d. Pertimbangan gerontologik. Perawat harus melakukan
pertimbangan gerontik yang mencakup :
 Pengkajian psikososial pada lansia meliputi pembedaan antara
karakteristik normal yang menyimpang dari proses penuaan
dan kondisi patologis
 Pertimbangan bidang kepuasan sehari-hari klien
 Siapakah sumber pendukung utuma klien?

 Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi klien


mengenai peristiwa saat ini
 Tanyakan harapan atau aspirasi klien yang tidak terpenuhi

 Kumpulkan data pengkajian melalui pertemuan yang singkat


dan terus-menerus
A. Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal
Tidak ada peralatan khusus yang diperlukan bagi pemeriksaan system
musculoskeletal.
Tujuan pemeriksaan musculoskeletal oleh ahli penyakit dalam adalah sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gangguan fungsional pada system
musculoskeletal. Pemeriksaan ini seharusnya hanya memakan waktu beberapa menit
dan harus menjadi bagian pemeriksaan rutin semua pasien. Jika menemukan keainan atau
pasien mempunyai gejala spesifik yang berkaitan dengan sendi tertentu, pemeriksaan
yang lebih rinci di daerah itu perlu dilakukan. Uraian lengkap mengenai pemeriksaan
tiap sendi diberikan setelah pembahasan mengenai pemeriksaan penyaring.
1. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring harus memberikan perhatian khusus kepada hal-hal berikut:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Rentang gerak pasif dan aktif
d. Kekuatan otot
e. Fungsi terpadu
1) Prinsip umum
Selama inspeksi, setiap asimetri harus dicatat. Nodulus, pelayuan, massa,
atau deformitas dapat menjadi penyebab tidak adanya kesimetrisan. Apakah
ada tanda – tanda peradangan? Bengkak, hangat, kemerahan, atau nyeri tekan
mengarah kepada peradangan. Untuk menentukan perbedaan suhu, pakailah
punggung tangan anda untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang
lainnya.
Palpasi mungkin memperhatikan daerah nyeri tekan atau diskontinuitas
suatu tulang. Apakah ada krepitasi? Krepitasi adalah sensasi berderak yang
teraba dan sering ditemukan pada tulang rawan sendi yang menjadi kasar.
Penilaian rentang gerak sendi tertentu dilakukan setelah itu. Anda harus
menyadari sendi yang meradang atau arthritis mungkin nyeri. Gerakkan sendi
ini dengan perlahan-lahan. Fungsi otot dan fungsi terpadu biasanya diperiksa
selama pemeriksaan neurologi, dan topic ini dibicarakan dalam bab
berikutnya.
2. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan
otot dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot
menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia
grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks
digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan
dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus
otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan metode berikut :

Priharjo R. (1996),
Skala. Reeves (2001) Berger, dan Williams
(1999)

0 Tidak Tidak terdapat 0 % Paralisis total


ada kontraktilitas

1 Sedikit. Ada bukti sedikit 10 % Tidak ada gerakan,


kontraktilitas tanpa teraba/terlihat adanya
adanya gerakan sendi kontraksi otot

2 Buruk. ROM (rentang gerak) 25 % Gerakan otot penuh


komplit dengan batasan menentang gravitasi,
gravitasi dengan sokongan

3 Sedang. ROM komplit terhadap 50 % Gerakan normal


gravitasi menentang gravitasi

4 Baik. ROM komplit terhadap 75 % Gerakan normal penuh


gravitasi dengan menentang gravitasi
beberapa resisten dengan sedikit
penahanan.

5 Normal ROM yang komplit 100 % Gerakan normal penuh,


. terhadap gravitasi menentang gravitasi
dengan resisten penuh dengan penahanan penuh
3. Pemeriksaan Berjalan
Bagian pertama pemeriksaan penyaring terdiri dari inspeksi gaya gaya berjalan
sikap tubuh. Mintalah pasien untuk membuka pakaian dan hanya mengenakan
pakaian dalam saja, dan berjalan dengan kaki telanjang untuk menentukan kelainan
gaya berjalan. Mintalah pasien untuk berjalan menjauhi anada, kemudian mendekati
anda dengan berjalan di ujung jari kaki, menjauhi anda dengan berjalan diatas tumit,
dan akhirnya kembali kepada anda dengan gaya berjalan dua – dua (tandem). Jika
ada kesulitan dalam gaya berjalan, harus dilakukan perubahan dalam tindakan
pemeriksaan ini.

4. Pemeriksaan Tulang Belakang


Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada
sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi
meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan
kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura
tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien
osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat
kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada
penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat
gaya beratnya. 
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang
belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan
lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi
bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul
serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan
membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura
lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak
simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk
kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang
rawan dan tulang belakang.
5. Pemeriksaan Sendi Temporomandibular
Pasien dengan gangguan sendi temporomandibular (TMJ) mungkin mengeluh nyeri
rahang unilateral atau bilateral. Nyeri memburuk dipagi hari dan setelah makan.
Pasien mungkin mengeluh “bunyi klik’ pada rahangnya.
Untuk memeriksa sendi, letakkan jari telunjuknya didepan tragus dan menyuruh
pasien untuk membuka dan menutup mulutnya dengan perlahan.
6. Pemeriksaan Bahu
Inspeksi bahi untuk melihat adanya defrmitas, pelayuan, atau asimetri. Bahu
harus dipalpasi untuk menemukan daerah nyeri tekan setempat. Rentang gerak
untuk abduksi, aduksi, rtasi eksternal dan internal, dan fleksi diperiksa dan
dibandingkan dengan sisi lainnya. Catatlah kalau ada nyeri.

7. Pemeriksaan Siku
Palpasi siku untuk mengetahui adanya pembengkakan, massa, nyeri tekan atau
nodulus. Untuk memeriksa pronasi dan supinasi siku harus difleksikan 90 0 dan
diletakan diatas meja. Tennis elbow, yang dikenal sebagai epikondilitis lateral,
merupakan penyakit yang lazim dijumpai dan ditandai dengan nyeri di daerah
epikondilus lateral humerus.
8. Pemeriksaan Pergelangan Tangan
Palpasi sendi pergelangan tangan di antar ibu jari dan jari telunjuk, dengan
memperhatikan adanya nyeri tekan, bengkak, atau kemerahan.
Kalau mencurigai diagnosis carpal tunnel syndrome, ketukan tajam atau tekanan
langsung diatas nervus medianus dapat menyebabkan timbulnya parestesi seperti
pada carpal tunnel syndrome. Tanda ini disebut tanda Tinel.
9. Pemeriksaan Tangan
Palpasi sendi metakarpofalangeal dan perhatikan setiap pembengkokan,
kemerahan, nyeri tekan.
10. Pemeriksaan Pinggul
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berdiri dan berbaring telentang.
Inspeksi puinggul dan gaya berjalan telah diuraikan diatas. Pasien diminta untuk
berdiri di atas tungkai yang baik, maka akan memperlihatkan pelvis pada sisi yang
berlawanan terangkat naik, dan jika buruk maka pelvis sisi yang berlawanan akan
turun.
11. Pemeriksaan Lutut
Pemeriksaan lutut dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan berbaring
telentang.
Ketika berdiri, perhatikan adanya deformitas varus atau valgus. Apakah ada
pembengkakan lutut? Tanda dini pembengkakan sendi lutut adalah hilangnya
cekungan ringan pada sisi lateral patella.
Pasien kemudian diminta berbaring telentang, patella dipalpasi dengan posisi
ekstensi untuk melihat adanya nyeri tekan. Dengan menekan ke kvndilus femoralis,
mungkin akan timbul nyeri. Pemeriksaan efusi sendi lutut dilakukan dengan menekan
cairan tadi keluar dari kantng suprapatela kebawah dan dibelakang patella.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh dengan
baik secara keseluruhan maupun bagian – bagian serta hubungan alat tubuh yang
satu dengan yang lain.Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan
dari tiap – tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat – alat tubuh dan sebagainya.
Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai
dekade kedua dalam susunan yang teratur. Manusia bisa bergerak karena ada
rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu
oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka & otot, manusia dapat
berjalan, melompat, berlari dan sebagainya.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah
tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,
tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengukur pergerakan.Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain
dalam berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi system muskuloskeletal yang
optimum. Aktivitas gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi
antara sendi yang normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya.
Elemen-elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik
ke jaringan sekitar sendi. Otot, ligamen, rawan sendi dan tulang saling
bekerjasama dibawah kendali sistem saraf agar fungsi tersebut dapat berlangsung
dengan sempurna
Mempelajari Sistem Kerangka & Otot Kerangka. Osteologi : cabang ilmu
anatomi yang mempelajari tulang. Tulang atau rangka adalah penopang tubuh
manusia. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai
terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua
dalam susunan yang teratur.
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami sistem muskuloskeletal diharapkan
perawat mampu mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.


Jakarta.

Evelyn C. Pearce (2016). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Keperawatan Medikal Bedah


II. Jakarta : Penerbit TIM P2PM.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08

/KMB-2-Komprehensif.pdf

Priscilla, Karen dan Genere. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan

Respirasi Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Risnanto dan Uswatun. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :
Sistem Mus kuloskeletal. Yogyakarta : Deepublish

Rudi Haryano dan Maria Putri Sari Utami (2019). Keperawatan Medikal Bedah II.
Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.

Syaifuddin , 2011. Anatomi & Fisiologi : kurikulum berbasis kopetensi untuk


keperawatan dan kebidanan edisi 4. EGC, Jakarta.

Zairin Noor Helmi. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal. PT Salemba


Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai