Anda di halaman 1dari 18

ANSIETAS ADALAH

Ansietas didefinisikan sebagai kondisi kejiwaan di mana adanya perasaan subjektif berupa
kegelisahan, ketakutan, atau firasat-firasat buruk. Ansietas, atau dikenal juga sebagai
gangguan cemas, merupakan gejala kejiwaan atau psikiatri yang paling sering muncul di
masyarakat. Sekitar 15-20% ansietas terjadi di masayarakat, dimana perempuan lebih sering
menderita ansietas.

PENYEBAB
Ansietas dapat disebabkan oleh penyakit medis ataupun ganggusan jiwa itu sendiri. Penyebab
ansietas yang murni kelainan jiwa masih belum pasti. Beberapa faktor yang berperan
menyebabkan terjadi ansietas antara lain faktor genetik, gangguan neurotransmitter (zat
penghantar sinyal antar sel saraf), dan lingkungan sosial.

GEJALA
Ansietas terdiri dari dua komponen gejala, yaitu gejala somatis (timbul gejala pada tubuh)
dan rasa gugup atau ketakutan. Sesuai dengan definisi, ansietas disertai perasaan gelisah atau
ketakutan. Gejala somatis yang dapat muncul pada ansietas seperti:

Diare;
Kepala terasa pusing atau ringan;
Berkeringat;
Kesulitan bernapas;
Mual dan muntah;
Hipertensi;
Palpitasi atau berdebar-debar;
Pupil melebar atau midriasis;
Gelisah, tidak bisa diam;
Pingsan;
Tremor atau gemetaran;
Gangguan buang air kecil.

Ansietas tidak hanya menyebabkan gejala-gejala diatas, namun juga mempengaruhi proses
berpikir, persepsi, dan proses belajar. Ansietas juga dapat menyebabkan gangguan orientasi
tempat, waktu, orang atau kejadian, sehingga terlihat seperti orang kebingungan (confusion).
Gangguan proses belajar yang terjadi meliputi penurunan kopnsentrasi, dan pengulangan.

Ansietas dapat menyebabkan perubahan perilaku pasien. Beberapa pasien dengan ansietas
mengalami ketakutan tertentu yang disebut fobia. Jenis-jenis fobia yang bisa terjadi antara
lain agoraphobia (ketakutan akan tempat dimana pasien sulit melarikan diri, seperti
keramaian, jembatan, terowongan, atau ruang tertutup), fobia social (ketakutan berada di
depan umum), atau fobia spesifik lainnya (terbang, darah, binatang, ketinggian, dan lain-
lain).
PENGOBATAN
Pengobatan utnuk ansietas dapat dilakukan dengan kombinasi intervensi psikoterapi, obat-
obatan (farmakoterapi), dan pengobatan suportif. Intervensi psikoterapi yang dilakukan
seperti terapi perilaku dan kognitif dengan cara relaksasi.

Obat-obatan untuk ansietas berlangsung dalam jangka waktu panjang dan mungkin
berlangsung seumur hidup. Alasan ini yang menyebabkan pengobatan ansietas tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Beberapa jenis obat yang digunakan untuk ansietas, yaitu
golongan benzodiazepine, SSRI (serotonin-specific reuptake inhibitors), buspirone, dan
venlafaxine.

Daftar pustaka:
Psychiatric disorders. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS,
Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrisons principles of internal medicine.
18th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.
Anxiety disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks synopsis of
psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 10th ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,gelisah dan perasaan-perasaan lain yang


kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya
diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.

B. Tanda dan Gejala kecemasan

Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih, pegal,
sakit kepala, sakit leher.

Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis


ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia dll.

Khawatir

Rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi seperti
mau mendapat musibah

Kewaspadaan berlebihan.

Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit berkonsentrasi,


mudah terkejut, tidak bisa santai dll.

C.Tingkat Kecemasan

Cemas Ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.


Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk
dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.

Cemas Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada
hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah,
lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak.
Cemas Berat

Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang


cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu
berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
pengarahan / tuntunan.

Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat
sempit,tidakmampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman
meningkat.

D. Cara mengurangi cemas

Teknik relaksasi segitiga pernapasan


(Triangle Breathing):

o Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,

o Tahan napas selama 3 detik

o Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui


mulut

o Ulangi selama 3 kali

Teknik guided imagery:

o Diri dalam keadaan rileks

oTeman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal (bicara perlahan dan
lembut)

o Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh suara hatinya.

o Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai, dan akan mempunyai
persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani, atau lebih siap menghadapinya.

Hindari kafein, alkohol dan rokok

Tertawa dan olahraga

Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas

Bersantai
Dengar musik.

Renungan : Allah tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang
tertimpa musibah, melainkan karena Allah akan memberimu sesuatu yang lain.
Allah hanya mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah hanya
memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki
pasti akan datang. Allah berfirman:
Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisi Allah.
(Huud: 6

ASUHAN KEPERAWATAN

Rabu, 05 Juni 2013


ASKEP CEMAS (ANSIETAS)

BAB I

PEMBAHASAN

A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam
hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah
tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas
merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek,
mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat,
tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido
turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi
adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.

Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:

1. konsentrasi dan perhatian berkurang;


2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya
depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada
cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding
ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.

Tingkat ansietas sebagai berikut:

1. Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu
sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

B. RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C. TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:

1. Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3. Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu
sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID
mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik
dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial
yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Neuromuskular Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Afektif Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.
Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.
4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa
yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme
ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk
mengatasi ansietas :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).


Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor
yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau
kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau
pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan.
Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan
terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme
ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan
yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog
represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
Membina hubungan saling percaya.
Melakukan aktifitas sehari-hari.
Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak tenang.
ansietas normal dimana b) Gelisah. b) Perhatikan tanda
motivasi individu pada c) Insomnia ringan. peningkatan ansietas.
keseharian dalam batas d) Perubahan nafsu makan c) Bantu klien menyalurkan
kemampuan untuk ringan. energi secara konstruktif.
melakukan dan memecahkan
e) Peka. d) Gunakan obat bila perlu.
masalah meningkat. f) Pengulangan pertanyaan. e) Dorong pemecahan masalah.
g) Perilaku mencari perhatian.f) Berikan informasi akurat dan
h) Peningkatan kewaspadaan. fuktual.
i) Peningkatan persepsi g) Sadari penggunaan
pemecahan masalah. mekanisme pertahanan.
j) Mudah marah. h) Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil.
i) Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu.
j) Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi.

2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a) Perkembangan dari ansietasa) Pertahankan sikap tidak
cemas yang mempengaruhi ringan. tergesa-gesa, tenang bila
pengetahuan baru dengan b) Perhatian terpilih dari berurusan dengan pasien.
penyempitan lapangan lingkungan. b) Bicara dengan sikap tenang,
persepsi sehngga individu c) Konsentrasi hanya pada tegas meyakinkan.
kehilangan pegangan tetapi tugas-tugas individu. c) Gunakan kalimat yang
dapat mengikuti pengarahand) Suara bergetar. pendek dan sederhana.
orang lain. e) Ketidaknyamanan jumlah d) Hindari menjadi cemas,
waktu yang digunakan. marah, dan melawan.
f) Takipnea. e) Dengarkan pasien.
g) Takikardia. f) Berikan kontak fisik dengan
h) Perubahan dalam nada menyentuh lengan dan
suara. tangan pasien.
i) Gemetaran. g) Anjurkan pasien
j) Peningkatan ketegangan menggunakan tehnik
otot. relaksasi.
k) Menggigit kuku, memukul- h) Ajak pasien untuk
mukulkan jari, mengungkapkan
menggoyangkan kaki dan perasaannya.
mengetukkan jari kaki. i) Bantu pasien mengenali dan
menamai ansietasnya

3. Ansietas Berat.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat lapangan
a) Perasaan terancam. a) Isolasi pasien dalam
persepsi menjadi sangat b) Ketegangan otot yang lingkungan yang aman dan
menurun. Individu berlebihan. tenang.
cenderung memikirkan hal c) Diaforesis. b) Biarkan perawatan dan
yang sangat kecil saja dan d) Perubahan pernapasan. kontak sering sampai
mengabaikan hal yang lain. e) Napas panjang. konstan.
Individu tidak mampu berfikir
f) Hiperventilasi. c) Berikan obat-obatan pasien
realistis dan membutuhkan g) Dispnea. melakukan hal untuk dirinya
banyak pengarahan, untuk h) Pusing. sendiri.
dapat memusatkan pada i) Perubahan gastrointestinalis.
d) Observasi adanya tanda-
daerah lain. j) Mual muntah. tanda peningkatan agitasi.
k) Rasa terbakar pada ulu hati.e) Jangan mennyentuh pasien
l) Sendawa. tanpa permisi.
m) Anoreksia. f) Yakinkan pasien bahwa dia
n) Diare atau konstipasi. aman.
o) Perubahan kardivaskuler. g) Kaji keamanan dalam
p) Takikardia. lingkungan sekitarnya.
q) Palpitasi.
r) Rasa tidak nyaman pada
prekokardia.
s) Berkurangnya jarak persepsi
secara berat.
t) Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
u) Rasa terbakar.
v) Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan.
w) Aktivitas yang tidak berguna.
x) Bermusuhan.

4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana a) Hiperaktif / imobilitasi berat.a) Tetap bersama pasien ;
individu berada pada bahaya
b) Rasa terisolasi yang ekstrim. minta bantuan.
terhadap diri sendiri dan c) Kehilangan desintegrasi b) Jika mungkin hilangkan
orang lain serta dapat kepribadian. beberapa stressor fisik dan
menjadi diam atau d) Sangat goncang dan otot- psikologisdari lingkungan.
menyerang dengan cara otot tegang. c) Bicara dengan tenang, sikap
kacau. e) Ketidakmampuan untuk meyakinkan, menggunakan
berkomunikasi dengan nada suara yang rendah.
kalimat yang lengkap. d) Katakan pada pasien bahwa
f) Distori persepsi dan penilaian anda (staf) tidak akan
yang tidak realistis terhadap membahayakan dirinya
lingkungan dan ancaman. sendiri atau orang lain.
g) Perilaku kacau dalam usaha e) Isolasikan pasien pada
melarikan diri. daerah yang aman dan
h) Menyerang. nyaman.
f) Lanjut dengan perawatan
ansietas berat.

DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai