Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK 3

KEBIJAKAN (TREND DAN ISSUE

KEPERAWATAN GERONTIK)

Disusun Oleh :

Bintang Yudha Perwira

Dyah Putri Azhari

Elisa Mar'atus Sholihah

Intan Rahmawati Salsalbilla

M. Rezza Januar Saputra

Mocafiani Sinar Rizki

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13

tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan

nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia

harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin

bertambah.

Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahaplanjut

dari suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai

penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan

penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat

atau sakit.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah

diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya

telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia,


kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana

pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama

(sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan

yang terjadi pada lansia.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

“keperawatan gerontik” dan juga bertujuan untuk memberikan

informasi, gambaran, keterangan serta penjelasan mengenai trend dan

issue dalam keperawatan gerontik.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep keperawatan gerontik ?

2. Bagaimanakah kebijakan keperawatan gerontik ?

3. Bagaimankah trend dan issue kebijakan keperawatan gerontik ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Fenomena Lansia

Menurut pasal UU No.13 tahun1998 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang

kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia

lebih dari 60 tahun.

Menurut Wirakartakusumah lansia adalah seorang pria atau wanita yang

berusia enam puluh tahun keatas baik secara masih berkemampuan atau pun

karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan.

B. Teori-teori Proses Menua

1. Teori Biologi

a. Teori seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah

tertentu dan kebanyakan sel- sel tubuh di program untuk membelah

50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh da dibiakkan

dilaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan

membelah,jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit.

b. Teori Genetik

Teori ini menyebutkan manula telah diprogram secara

genetik untuk spesies tertentu yang mempunyai di dalam nuclei

(inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu

replikasi tertentu.

c. Sintesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya

pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan

adanya perubahan kimia pada komponen protein daalam jaringan.

d. Sistem Imun

Imununitas mengalami kemunduran pada masa penuaan.

2. Teori Psikologis

a. Aktivitas atau Kegiatan

Seorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara

keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang di bangun di

masa mudanya tetap terpelihara di masa tua.

b. Kepribadian berlanjut

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia

lanjut. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam

memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan

masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.

3. Teori Pembebasan

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya.

C. Fenomena Demografi

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah

tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses

penuaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan

dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup

(AHH), yaitu:
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun

AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the

Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh

pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang

menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang

lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020

diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total

populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).

Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:

1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya

sendiri.

2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.

3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.

4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

D. Permasalahan Pada lansia

1. Permasalahan Umum

a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga

yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah

baik fisik, mental, maupun sosial.

b. Rendahnya produktifitas kerja lansia.

c. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

d. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

e. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.

A. Pendekatan Keperawatan Gerontik

1. Pendekatan fisik

Perawatan dengan pendekatan fisik adalah perawatan yang memperhatikan

kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia

semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan

yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyaki yang dapat

dicegah dan ditekan progresivitasnya.

Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Perawatan pada lansia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya msih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya

sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.

b. Perawatan bagi lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang

kedaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga


memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya

sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-

hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk

mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus

mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat

penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat

sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat

perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan

dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari

luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai

pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit

dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta

posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah

dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan

secara rutin akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan

melihat kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan

atropi otot dan penurunan fungsi.

2. Pendekatan sosial

Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial

sebagai salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul

dengan sesama lansia. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran

dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau

bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil


kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah

makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.

3. Pendekatan psikologis

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi,

memerlukan bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter,

interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia

pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu

pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang memiliki

kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima

berbagai keluhan agar para usila merasa puas. Pada dasarnya pasien lansia

membutuhkan rasa aman dan cinta kasih lingkungannya, termasuk

perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman, tenang dan

membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi

sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator atau

membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa

putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini

perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi

perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa

yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk

tiduran di siang hari dan pengeseran libido. Mengubah tingkah laku dan

pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat ndilakukan seketika.

Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap

serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga


seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap

memberikan rasa puas dan bahagia.

4. Pendekatan spiritual

Peraawat harus bisa memberikan ketenangan atau kepuasan btain dalam

hunbugannya dengan Tuhan atau agam yang dianutnya truatam jika klien

dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

B. Masalah Kesehatan Gerontik

1. Mudah jatuh

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya

multifaktor. Dari faktor intrinsik nisalnya gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekdtremitas bawah, kekuatan sendi, dan pusing. Untuk

faktor ekstrinsik misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda,

penglihatan yang kurang karena cahaya kurang terang sehingga dapat

menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.

2. Mudah lelah

Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan

atau depresi dan penyebab lainnya adalah :

a. Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada

tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme

(diabetes melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia,

gangguan faal hati, gangguan sistem peredaran darah dan jantung.

b. Pengaruh otot misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang

melelahkan daya kerja otot.


c. Berat badan menurun

Berat badan menurun disebabkan oleh :

1) Pada umumnya napsu makan menurun karena kirang adanya gairah

hidup atau kelesuan serta kemmapuan indera perasa menurun

2) Adanya penyakit kronis

3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan

terganggu

4) Faktor sosio-ekonomi (pensiunan)

3. Gangguan Kardiovaskuler

a. Nyeri dada

b. Sesak napas pada kerja fisik

c. Palpitasi

d. Edema kaki

4. Nyeri atau ketidaknyamanan

a. Nyeri punggung

b. Nyeri sendi pinggul

5. Keluhan pusing

6. Kesemutan pada anggota badan

7. Berta badan menurun

8. Gangguan eliminasi

a. Inkontinensia urin atau ngompol

b. Inkontinensia alvi

9. Gangguan ketajaman penglihatan

10. Gangguan pendengaran


11. Gangguan tidur

12. Mudah gatal

C. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis

pelayanan yang diterima.

1. Azas

Menurut WHO (1991) Azas adalah to Add life to the Years taht Have Been

Added to life dengan psinsip kemerdekaan (independence), partisipasi

(participation), perawatan (cre), pemenuhan diri (self fulfilment), dan

kehormatan (dignity). Azas yang danut oleh Departemen Kesehatan RI

dalah Add life to the Years, Add Health to life, and Add Years to life yaitu

meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan

memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Mneurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

a. Menikmati hsil pembangunan(sharing the benefits of social

development)

b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging

persn)

c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondepende)

d. Lansia turut mmilih kebijakan (choice)

e. Mmeberikan perawtan di rumah ( home care)

f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accesibility)


g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok / antar generasi (enganging

teh aging)

h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia

(mobility)

i. Para lansia dapat terus berguna dalam mengfhasilkan karya

(productivity)

j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help

care and family care)

3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya

kesehatan, yaitu promotif, prevention, diagnosa diri dan pengobatan,

pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

H. Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia

1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.

2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian 7

7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun

10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan


11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga

Sejahtera

12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran

negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang

Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo. UU No. 13 tahun 1998 ini

berisikan antara lain :

a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat,

dan kelembagaan.

b. Upaya pemberdayaan

c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak

potensial

d. Pelayanan terhadap lansia

e. Perlindungan social

f. Bantuan social

g. Koordinasi

h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi

i. Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :

a. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)

b. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia

c. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)

d. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)


I. Peran Perawat

Peran biasa dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai,

dan sikap yang diharapkan oleh masyarakat hal ini menandai seseorang sesuai

kedudukannya dalam kehidupan sosial (Sudarma, 2008). Peran perawat terdiri

dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik,

koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2007). Adapun

peran-peran perawat menurut Mubarak & Chayati, (2009) sebagai berikut:

1. Pemberi perawatan (Care Giver)

Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk :

a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada kelompok, keluarga,

individu, dan masyarakat sesuai dengan diagnosis permasalah yang

terjadi, mulai dari masalah yang bersifat sederhanadan mudah

ditangani, sampai masalah yang tergolong kompleks;

b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan yang klien

alami. Perawat harus memerhatikan klien berdasarkan kebutuhan

signifikannya;

c. Ketika mengidentifikasi diagnosis keperawatan dapat menggunakan

proses keperawatan, mulai dari masalah fisik hingga psikologis.

2. Konselor (Counsellor)

Konseling adalah proses untuk membantu klien agar klien dapat

menyadari dan mengatasi tekanan masalah sosial ataupupsikologis, untuk

membangun hubungan interpersonal yang baik, serta untuk meningkatkan

perkembangan seseorang di dalamnya diberikan dukungan emosional dan

intelektual. Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk:


a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan

sehat sakitnya;

b. Perubahan pola interaksi adalah dasar dalam merencanakan metode

guna meningkatkan kemampuan adaptasinya;

c. Memberikan bimbingan atau konseling penyuluhan kepada individu

atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan

sekarang dengan pengalaman yang lalu;

d. Pemecahan masalah akan difokuskan pada masalah keperawatan;

e. Mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

3. Advokat (Advocate)

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan

keluarganya dalam memahami dan mengerti berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

keputusan serta persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan

kepada klien. Selain itu juga dapat berperan dalam mempertahankan serta

membantu melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan

yang sebaik-baiknya, hak atas informasi mengenai penyakitnya, hak atas

privasi klien, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan dari tenaga medis maupun

institusi rumah sakit.

4. Edukator (Educator)

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang


diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan

pemberian pendidikan kesehatan.

5. Koordinator (Coordinator)

Peran ini terlaksana karena adanya pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

yang mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi, sehingga

pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan

klien.

6. Kolaborator (Collaborator)

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri

atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboraboratium, dan lain-lain

dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan, termasuk diskusi atau tukarpendapat dengan tenaga kesehatan

lain dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

7. Konsultan (Consultant)

Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi

mengenai masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi menenai

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

8. Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan,perubahan yang sistematis,kerja sama dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

J. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa tujuan

Program Kesehatan Lanjut Usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut

usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban

bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat untuk menunjang

pembangunan program peduli usia lanjut Kemenkes sudah memiliki komitmen

yang kuat untuk upaya meningkatkan derajat

Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam Undang –

Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Undang –

Undang Nomor 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Sosial, Undang –

undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI

Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan

Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun

2010-2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi

Kesejahteraan Rakyat dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52.

Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia

Adapun Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk

meningkatkan status kesehatan para lanjut usia adalah peningkatan dan

pemantapan upaya kesehatan para Lanjut Usia di pelayanan kesehatan dasar,

khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut Usia melalui konsep Puskesmas

Santun Lanjut Usia. Saat ini data yang masuk di Kementerian Kesehatan baru

terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia, Peningkatan upaya rujukan

kesehatan bagi Lanjut Usia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di

Rumah Sakit, Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi

kesehatan dan gizi bagi Usia Lanjut dan sudah disosialisasikan Program
Kesehatan lanjut usia ini ke semua provinsi, pemberdayaan masyarakat melalui

pengembangan dan pembinaan Kelompok Usia Lanjut/Posyandu Lansia di

masyarakat. Hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu bagian dari kegiatan di

desa siaga. Saat ini sudah ada lebih kurang 69.500 Posyandu lanjut usia yang

tersebar di beberapa kabupaten/kota di Indonesia, dan peningkatan mutu

perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia dalam keluarga (Home Care). Home

care dilaksanakan secara terintegrasi dengan program Perawatan Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas maupun di RS. ujar Menkes.

Tantangan yang kita hadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan

kesejahteraan lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan yang memberikan layanan kesehatan yang ramah dan

mudah diakses oleh lanjut usia. Di samping itu juga belum memiliki data yang

memadai dan data terbaru tentang masalah kesehatan pada lanjut usia ini.

Survey dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

UU No. 13 Tahun 1968 tentang Keejahteraan Lansia menjelaskan bahwa

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun disebut lansia. Proses

ini merupakan proses degeneratif yang pasti akan terjadi pada setiap manusia.

Eka A. Kiswanto (2009) menjelaskan lansia mengalami pembatasan fisik,

kemunduran fisik, dan perubahan peran sosial yang menimbulkan

ketergantungan. Oleh karena itu, kelompok ini perlu mendapat perhatian

khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Upaya pemerintah dalam

hal ini diantaranya adalah pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan

lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan baik lansia individu,

kelompok, maupun keluarga. Sarana dan prasarana layanan kesehatan pun

disediakan untuk kelompok ini dari primer, sekunder, maupun tersier untuk

menangani permasalahan yang terjasi pada lansia. Salah satu contohnya

adalah Panti Sosial Tresna Wreda.

B. SARAN

1. Kepada Pemerintah

Untuk dapat memeratakan program yang ada, agar seluruh lansia dapat

merasakan upaya khusus yang pemerintah buat untuk kelompok ini.

2. Kepada Tenaga Kesehatan

Untuk senantiasa memperhatikan kelompok lansia ditengah trend dan

issue yang berkembang diantara mereka.

3. Kepada Masyarakat
Diharapkan masyarakat menjadi lebih mengerti dan paham terkait

dengan perawatan pada lansia.


DAFTAR PUSTAKA
Agustina dan Endang. 2018. Modul Pembelajaran Keperawtan Gerontik.
Jombang : Icme Press
 Mubarak, W, I & Chayatin, N (2019). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatan gerontik. Penerbit


Andi.

Sunaryo, M. K., Rahayu Wijayanti, S. K., Kep, M., Kom, S., Kuhu, M. M., SKM,
M., ... & Kuswati, A. (2016). Asuhan keperawatan gerontik. Penerbit
Andi.

Anda mungkin juga menyukai