Anda di halaman 1dari 5

H.

Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia


1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian 7
7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor
3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang
Jompo. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan
kelembagaan.
b. Upaya pemberdayaan
c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
d. Pelayanan terhadap lansia
e. Perlindungan social
f. Bantuan social
g. Koordinasi
h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i. Ketentuan peralihan
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
a. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
b. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
c. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
d. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)

I. Peran Perawat
Peran biasa dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang
diharapkan oleh masyarakat hal ini menandai seseorang sesuai kedudukannya dalam
kehidupan sosial (Sudarma, 2008). Peran perawat terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti
(Hidayat, 2007). Adapun peran-peran perawat menurut Mubarak & Chayati, (2009) sebagai
berikut:
1. Pemberi perawatan (Care Giver)
Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk :
a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada kelompok, keluarga, individu, dan
masyarakat sesuai dengan diagnosis permasalah yang terjadi, mulai dari masalah
yang bersifat sederhanadan mudah ditangani, sampai masalah yang tergolong
kompleks;
b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan yang klien alami. Perawat
harus memerhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikannya;
c. Ketika mengidentifikasi diagnosis keperawatan dapat menggunakan proses
keperawatan, mulai dari masalah fisik hingga psikologis.
2. Konselor (Counsellor)
Konseling adalah proses untuk membantu klien agar klien dapat menyadari dan
mengatasi tekanan masalah sosial ataupupsikologis, untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik, serta untuk meningkatkan perkembangan seseorang di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual. Pada peran ini perawat diharapkan
mampu untuk:
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya;
b. Perubahan pola interaksi adalah dasar dalam merencanakan metode guna
meningkatkan kemampuan adaptasinya;
c. Memberikan bimbingan atau konseling penyuluhan kepada individu atau keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan sekarang dengan pengalaman yang
lalu;
d. Pemecahan masalah akan difokuskan pada masalah keperawatan;
e. Mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
3. Advokat (Advocate)
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarganya dalam memahami
dan mengerti berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan keputusan serta persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan dalam mempertahankan serta
membantu melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-
baiknya, hak atas informasi mengenai penyakitnya, hak atas privasi klien, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian
tindakan dari tenaga medis maupun institusi rumah sakit.
4. Edukator (Educator)
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.
5. Koordinator (Coordinator)
Peran ini terlaksana karena adanya pelayanan kesehatan dari tim kesehatan yang
mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi, sehingga pemberian pelayanan
kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.
6. Kolaborator (Collaborator)
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri atas
dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboraboratium, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau
tukarpendapat dengan tenaga kesehatan lain dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
7. Konsultan (Consultant)
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi mengenai masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi menenai tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
8. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,perubahan
yang sistematis,kerja sama dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

J. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa tujuan Program
Kesehatan Lanjut Usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat,
mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga
maupun masyarakat untuk menunjang pembangunan program peduli usia lanjut Kemenkes
sudah memiliki komitmen yang kuat untuk upaya meningkatkan derajat
Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam Undang – Undang Nomor
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009,
tentang Kesejahteraan Sosial, Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun
2010-2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat
dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia
Adapun Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia adalah peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Lanjut
Usia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut Usia melalui
konsep Puskesmas Santun Lanjut Usia. Saat ini data yang masuk di Kementerian Kesehatan
baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia, Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi
Lanjut Usia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit, Peningkatan
penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi Usia Lanjut dan sudah
disosialisasikan Program Kesehatan lanjut usia ini ke semua provinsi, pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan Kelompok Usia Lanjut/Posyandu Lansia
di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu bagian dari kegiatan di desa siaga.
Saat ini sudah ada lebih kurang 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar di beberapa
kabupaten/kota di Indonesia, dan peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia
dalam keluarga (Home Care). Home care dilaksanakan secara terintegrasi dengan program
Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas maupun di RS. ujar Menkes.
Tantangan yang kita hadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lanjut
usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memberikan
layanan kesehatan yang ramah dan mudah diakses oleh lanjut usia. Di samping itu juga belum
memiliki data yang memadai dan data terbaru tentang masalah kesehatan pada lanjut usia ini.
Survey dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.

 Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai