Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh bata-batas
wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainya (Word Health
Organization, 1974).
Pembangunan kesehatan kabupaten Kampar secara umum bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya kualitas
sumber daya manusia, meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur
harapan hidup, meningkatnya kesejahteraan keluarga, dan meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat. Pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Profil Dinkes Kampar, 2013).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Logan dan Darkwin, 2005).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan baik dirumah sakit, puskesmas, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan di masyarakat atau komunitas merupakan bidang khusus
dalam ilmu keperawatan. Perawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran aktif masyarakat. Peran serta masyarakat itu diartikan sebagai suatu
proses dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatan
sendiri berdasarkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan
perawatan kesehatan masyarakat dimana perawatan masyarakat itu sendiri adalah bidang
khusus ilmu keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat yang
didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
2

secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara


menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peran serta aktif masyarakat itu
diartikan sebagai suatu proses dimana individu keluarga dan masyarakat bertanggung
jawab atas kesehatan sendiri berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan upaya masyarakat dalam
uaya mewujudkan kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah
kesehatan.
Mahasiswa keperawatan program profesi ners Ilmu Keperawatan STIKes Tengku
Maharatu Pekanbaru, sebagai calon tenaga kesehatan profesional, berkewajiban untuk
berperan serta mewujudkan tercapainya pembangunan nasional khususnya pembangunan
di bidang kesehatan yaitu indonesia sehat tahun 2017. Dalam pelaksanaan perannya
dititik beratkan kepada usaha promotif, preventif dengan tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif dalam setiap tindakan keperawatan. Peran srta mahasiswa tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan program profesi ners dalam bidang keperawatan komunitas
dan keluarga di masyarakat.
Program profesi keperawatan komunitas dan keluarga merupakan pengalaman
belajar lapangan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa meningkatkan
kemampuan menganalisa serta mensintesa berbagai ilmu pengetahuan didalam
memberikan pelayanan keperawatan untuk memantapkan profesionlisme keperawatan.
Program profesi ini dilakukan di RW 04 Desa Pandau Jaya di kampung bendungan
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain : observasi
fisik lingkungan (winshield survey), musyawarah masyarakat Pandau Jaya yang pertama
untuk menindaklanjuti hasil survey, penyebaran angket untuk memperoleh data
kesehatan masyarakat, musyawarah masyarakat kedua untuk menyusun rencana kegiatan
mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan masyarakat dan menyepakati
pembentukkan kelompok kerja kesehatan, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah disepakati.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh mahasiswa bersama
masyarakat dapat dilaksankan sesui perencanaan dengan bantuan dan dukungan berbagai
pihak meskipun ada berbagai kendala yang dihadapi.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyajikan hasil kegiatan program profesi keperawatan komunitas oleh
mahasiswa program ners ilmu keperawatan STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru
kepada masyarakat RW 04 Desa Pandau Jaya di kampung bendungan Kecamatan
Siak Hulu Kabupaten Kampar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data yang diperlukan dari RW 04
b. Mengumpulkan data dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai
c. Menganalisa data yang diperlukan memalui RT, RW, Puskesmas kader dan
masyarakat RW 04
d. Menentukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
e. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan
kriteria
f. Melaksanakan rencana keperawatan
g. Melakukan evaluasi keperawatan
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa dapat dijadikan ilmu tambahan dan pengalaman serta
menambah wawasan bagi mahasiswa tentang praktek komunitas dan keluarga
STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan pedoman
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan di RW 04
Desa Pandau Jaya dikampung bendungan Kecamatan Siak Hulu serta dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan secara
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan laporan hasil kegiatan ini menjadi bahan
perbandingan untuk profesi berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap program
atau kurikulum keperawatan komunitas yang telah di tetapkan.
4

4. Bagi Pelayanan Kesehatan


Bagi pelayanan kesehatan dapat memberikan gambaran keadaan kesehatan
masyarakat RW 04 Pandau Jaya dan membantu program kesehatan yang belum
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terkait.
D. Waktu Pelaksanaan Praktik
Pelaksanaan praktik dimulai pada 17 desember 2018 – 20 januari 2019.
E. Tempat Pelaksanaan Praktik
Praktik Perawatan Komunitas di tempatkan di Desa Pandau Jaya RW 04 dikampung
bendungan Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Defenisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
5

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,


atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif
masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok
dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat
5 mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
2. Defenisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan  profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
6

keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam


mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Efendi, 2009). Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan
tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi
stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu
proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta
mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan
masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang
menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian
dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan
menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya
untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
7

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
a. Prinsip Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1) Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2) Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan
serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3) Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4) Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

5) Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2005).
b. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian langsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat danmempertimbangkan masalah atau isu
8

kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta


masyarakat.
1) Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh
dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal secara mandiri.
2) Tujuan khusus
a) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah
keperawatan.
c) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
d) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan
asuhan keperawatan di rumah.
f) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
Puskesmas.
g) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.

c. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
9

dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin


hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2) Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya,
yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas
dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status
kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian
masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
3) Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai
peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi
pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi
dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk
mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth,
2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan
kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat  (Elisabeth, 2007).
10

d. Sasaran Praktik Keperawatan Komunitas


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
1) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.
2) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup
kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow
yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga
diri dan aktualisasi diri.
3) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok khusus adalah:
a) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti:
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Lansia
b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
11

2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes


mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
a) Wanita tunasusila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
d) Lembagasosial, perawatan dan rehabilitasi,
Diantaranya adalah:
e) Panti werdha
f) Panti asuhan
g) Pusat-pusatrehabilitasi
h) Penitipan balita
4) Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktekkeperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan
menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
a) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian klien (Riyadi, 2007).
b) Keluarga sebagai klien
12

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat


secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri
atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
c) Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas
bersama (Riyadi, 2007).
3. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut
American Nurses Associati (ANA)
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
4. Paradigma Dan Falsafah Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
13

Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai


kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut
Hendrik L ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik
seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh, di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya
sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan
saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial
dan budaya dan lingkungan spiritual.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
14

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima


oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.Individu dalam suatu masyarakat ikut
bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong,
mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
5. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
15

kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah
pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit
akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
16

pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.


Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan
dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak, 2005).
k. Mengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider
and Researcher)
17

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada


masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian
atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari
peran perawat komunitas.
6. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan
serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
18

c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila
(WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka
derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
7. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
a. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang
19

secara langsung maupun tidak langsung serta ikut mempengaruhi tingkat


kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan
yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO
(2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
(Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas
sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
1) Tidak BAB sembarangan
2) Mencuci tangan pakai sabun
3) Mengelola air minum dan makanan yang aman
4) Mengelola sampah dengan benar
5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:

1) Penyediaan air minum


2) Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan sampah padat
4) Pengendalian vector
5) Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
20

10) Pengendalian kebisingan


11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
17) Tindakan pencegahan  yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat
delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
b. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan ,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon
dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok,
yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
21

1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar


2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat
bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang
disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi
M, 2010).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui langkah-
langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dalam
penerapan proses keperawatan (nursing process), terjadi proses alih peran dari tenaga
keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai
kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS,
2012).
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses pengumpulan data
yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas dan merupakan sumber data
untuk perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian komunitas merupakan suatu
upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji
komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat diperoleh
dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. Data obyektif yaitu data
ayang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan
sumber data dapat diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan
kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
pengkaji berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh dari
sumber lain yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang dapat dilakukan
yaitu: wawancara informan (informan interview), analisis sekunder, observasi atau
pengamatan (windshield survey) (Herawati & Neny FS, 2012). Salah satu model
22

pengkajian yang dapat digunakan adalah “Betty Neuman”. Pada model ini terdapat 8
komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti dari masyarakat itu sendiri
(community core).
a. Community Core (data inti)
1) Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.
2) Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras, tipe keluarga,
status perkawinan.
3) Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
4) Agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
1) Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah,
bahasa), fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam maupun di luar
komunitas.
3) Keamanan dan transportasi: Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress. Transportasi apa
yang tersedia di komunitas.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan, jenjang pemerintahan, kebijakan depkes.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit. Misalnya televisi, radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.
7) Sistem ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah
sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas
UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada anjuran dapat
dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status
ekonomi tersebut.
23

8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk membantu mengurangi stressor.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan
imunisasi.Pengkajian atau tahap pengkosepan adalah mengidentifikasi masalah
masalah yang terdapat dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi
dan penyebaran questioner. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, rumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005)
Pengkajian tersebut mencakup :
1) Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai satu sama lainnya, dan
mempunyai peran masing-masing. Individu mempunyai pola pertahanan dan
koping dalam menghadapi satu masalah.
2) Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga,
sosial budaya, lingkungan, riwayat kesehatan dan Dpemeriksaan fisik.
3) Komunitas
Core = Inti = Komunitas

Tabel 2.1
Data Pengkajian Keperawatan Komunitas

No. Kegiatan Sumber informasi

1 Riwayat atau sejarah terjadinya perkembangan Sejarah, perpustakaan

2 Demografi dan penduduk Sensus penduduk atau rumah


tangga

3 Karakteristik Local, kotam provinsi, Negara


24

4 Umur dan jenis kelamin Kelurahan, kecamatan

5 Distribusi suku bangsa Kontak langsung/pribadi

6 Tipe keluarga Kontak langsung/pribadi

7 Status perkawinan Kontak langsung/pribadi

8 Vital statistic : angka kelahiran, angka kematian Puskesmas


dan penyebabnya

9 Nilai, kepercayaan dan agama Kontak langsung/pribadi

Sumber : Standhope & Lancaster, 2016


4) Lingkungan fisik
Kualitas air, pembangungan limbah, kualitas udara, flora, ruang
terbuka,perumahan, daerah hijau, musim, binatang,kualitas makanan dan akses.
5) Pelayanan kesehatan dan sosial / fasilitas pelayanan kesehatan
Puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen pelayanan,
kesehatan dirumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut atau
kronis.
6) Ekonomi
Karakteristik, keuangan keluarga dan individu, status pekerjaan, kategori
pekerjaan, jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat
bisnis.

7) Transportasi dan keamanan


Alat transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi umum
( bus, taksi, angkot dan lain-lain) , tranportasi privat ( sumber transportasi untuk
penyandang cacat), layanan perlindungan kebakaran, polisi, sanitasi, kualitas
udara.
8) Politik dan pemerintahan
a) Pemerintah
25

Pemerintah (RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, dan sebagainya),


kelompok pelayanan masyarakat, (posyandu, PKK, karang taruna,
posbindu, poskesdes, panti, dan lain-lain)
b) Politik
Kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut, peran peserta partai politik
dalam pelayanan kesehatan.
9) Komunikasi
a) Komunikasi formal
Surat kabar, radio, dan televisi, telepon, internet dan hotline.
b) Komunikasi non formal
Papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari masjid, dan
lain-lain
10) Pendidikan
Sekolah yang ada dikomunitas, tipe pendididkan, perpustakaan,
pendidikan khusus, pelayanan kesehatan disekolah, program makan siang
disekolah, akses pendidikan yang lebih tinggi
11) Rekreasi
Taman,area bermain, perpustakaan,rekresi umum, dan privat, fasilitas
khusus.
12) Persepsi
a) Persepsi masyarakat
Bagaimana perasaan masyarakat tentang kehiodupan bermasyarakat
yang dirasakan dilingkungan tempat tinggal mereka,apa yang menjadi
kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam
kelompok yang berbeda (misalnya: lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu
rumah tangga).

b) Persepsi perawat
Pertanyan umum tentang kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apakah masalahnya atau potensial masalah yang dapat
identifikasi.
2. Pengumpulan data
26

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai


masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis,
sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,
2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya
jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan
dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa
dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan
yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara
Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
3. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
4. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
27

5. Penentuan Masalah Atau Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin
diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah  (Mubarak, 2005).
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada
saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi
(Mubarak, 2009). Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen: Problem,
Etiologi, Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat disampaikan dalam
pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya Musyawarah Masyarakat Desa/RW
(MMRW).
Data dari hasil pengkajjian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana nantinya akan
ditemukan masalah keperawatan serta etiologi dari masalah tersebut. Menurut mucke,
diagnose keperawatan dibagi atas:
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan >> nyata, resiko, potensial
d. Rumusan :
Resiko (masalah) diantara (populasi/komunitas) b.d (karakteristik komunitas dan
lingkungan) yang dimanifestasikan dengan (indicator kesehatan atau analisa data).
7. Prioritas Masalah
Kriteria prioritas masalah (Stanhope & Lancaster, 2016)
1) Kesadaran masyarakat akan masalah
2) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3) Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
28

4) Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah


5) Beratnya konsekwensi jika masalah tidak terselesaikan
6) Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
Rentang Nilai :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat tinggi
8. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009).
Tahap berikutnya dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang
harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan
dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan
diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan
dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat
seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
29

kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di


wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan
fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan
atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
Ada 4 strategi intervensi :
a. KIM (komunikasi informasi motivasi) keluarga binaan
b. Penyebaran informasi
1) Penyuluhan
2) Penyebaran pamphlet
3) Penyebaran leaflet
c. Pendidikan dan pelatihan
1) Pelatihan / penyebaran kader
2) Supervise kader
d. Penggerakan massa
1) Kesling : kerja bakti
30

2) Kunjungan balita ke posyandu


3) Kunjungan lansia ke posyandu
9. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini
melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak,
2009).Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah:
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang
telah disusun (Mubarak, 2009).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak,
2009).

e. Tindakan Keperawatan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program
kesehatan komunitas dengan strategi : komunitas organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
31

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab untuk


melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi,
simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan
kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
10. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan
yang dilakukan dalam penilaian:
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
32

b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
d. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap implementasi yang telah
dilakukan.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
meliputi :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan perencanaan, peran staf
atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta
keuntungan program.
d. Efektifitas kerja : Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak : Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
1) Tujuan jangka panjang
Perubahan perilaku masyarakat:
a) Status kesehatan meningkat
b) Masalah teratasi
2) Tujuan jangka pendek
Setelah 6 minggu tindakan:
a) 50 % warga masyarakat mendapat informasi tentang masalah kesehatan
yang ada
b) 50 % kader mampu memberikan penyuluhan
c) Jumlah kader terlatih bertamb

BAB III
HASIL PENDATAAN

A. Pengkajian
1. Wawancara
33

Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa/i profesi ners


STIKes TENGKU MAHARATU kepada ketua RW 04 masyarakat RW 04 ini terdiri
lebih kurang 287 KK yang terdata, belum termasuk warga yang datang maupun pergi
tanpa melapor, menurut wawancara ketua RW 04 kegiatan masyarakat yang sering
dilakukan di RW 04 adalah gotong royong, senam, dan wirid.
Berdasarkan oleh wawancara kepada petugas kesehatan puskesmas siak hulu
1 penyakit atau kasus tertinggi dan paling sering terjadi adalah asam urat dan
hipertensi dalam 3 bulan terakhir, menurut kader setempat petugas kesehatan atau
bidan desa aktif dalam melaksanakan posyandu hanya saja mereka masih gabung di
RW 05, keadaan gizi balita di masyarakat RW 04 menurut kader cukup, masyarakat
RW 04 memiliki motivasi ingin memiliki anak sesuai keinginan, untuk itu banyak
yang mengikuti program KB.
2. Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa profesi ners, kawasan
RW 04 memiliki perumahan sekitar 400 perumahan termasuk dengan rumah yang
tidak ditempati. Untuk posyandu masyarakat RW 04, RT 1, RT 2 dan RT 3 biasanya
melakukan posyandu di RW 05, Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah ini adalah
SD O17. Masyarakat RW 04 rata rata memiliki kendaraan roda 2 walaupun sebagian
sudah ada yang memiliki kendaraan roda 4. RW 04 memiliki 3 pos keamanan yang
ada di RT 01, RT 02 dan RT 03 tempat rekreasi yang ada di wilayah RW 04 adalah
wisata alam taman pancing sei tangon, memiliki 1 masjid dan 1 mushalla, di wilayah
terdapat industri rumah tangga seperti pabrik kerupuk. Salah satu dampak dari pabrik
pembuatan kerupuk adalah polusi udara (asap).
Kondisi lingkungan cukup bersih, walaupun masih ada sebagian kecil sampah
yang kurang dikondisikan oleh masyarakat, selain itu terdapat kandang kambing dan
kandang ayam juga terdapat kolam ikan di wilayah di RW 04 ini, selama ini
masyarakat RW 04 mengeluh untuk sumber air bersih karena agak berbau dan
berwarna, sehingga tidak bisa digunakan untuk minum dan masak biasanya
masyarakat menggunakan air galon. Kondisi geografis yang RW 04 sangat strategis,
karena dekat dengan jalan lintas timur, dekat dengan pasar serta banyak perusahaan-
perusahaan besar yang tidak jauh dari wilayah RW 04. Hanya saja jalan yang ada di
RW 04 masih banyak yang rusak.
3. Data Inti
a. Data Demografi
34

Desa Pandau Jaya merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten
Kampar, merupakan bagian dari Pemerintahan Kecamatan Siak Hulu.Kecamatan
Siak Hulu terdiri dari : Tanah Merah dan Pandau Jaya.
Desa Pandau Jaya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Pada Tahun 1999 Tentang Pengesahan Desa Tanah Merah dan Desa
Pandau Jaya. Desa Pandau Jaya mempunyai luas wilayah Pemerintahan seluas 15
km yang terdiri dari empat dusun antara lain.
Dusun I : Pandau Makmur
Dusun II : Pandau Jaya
Jarak antara Desa Pandau Jaya dengan Pemerintahan Ibukota Kecamatan lebih
kurang 30 km, sedangkan dengan Pemerintahan Ibukota Kabupaten lebih dari
kurang 72 km, kemudian jarak dari ibukota Provinsi lebih kurang 16 km. Adapun
batas wilayah Pandau Jaya sebagai berikut :
 Sebelah Utara desa tanah merah
 Sebelah Selatan lubuk siam tanjung balam
 Sebelah Barat Bersebelahan dengan Desa Baru
 Sebelah Timur Kota Pekanbaru
Setelah dilakukan pendataan yang dilakukan dari tanggal 21 desember 2018
didapatkan distribusi jenis kelamin yang ditampilkan dalam diagram dibawah ini.

a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kuesioner, terdapat kategori jenis
kelamin, adalah sebagai berikut :

Diagram 3.1
Distribusi Jenis Kelamin
35

Dari diagram diatas diketahui distribusi berdasarkan jenis kelamin


dilingkungan Rw.04 adalah kategori jenis kelamin laki-laki 49,1%,
perempuan 50,9%.
b. Agama
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kuesioner, terdapat kategori agama,
adalah sebagai berikut:
Diagram 3.2
Distribusi Agama

Dari diagram diatas diketahui distribusi berdasarkan agama dilingkungan


Rw.04 adalah kategori agama islam 89,1%, hindu 7,5%, Kristen 2,2%,
katolik 1,2%.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kuesioner, terdapat kategori agama,
adalah sebagai berikut :
36

Diagram 3.3
Distribusi Pendidikan

Dari diagram diatas diketahui distribusi berdasarkan pendidikan dilingkungan Rw.04


adalah kategori SD 23,0%, SMP 21,4%, SMA 37,0%, diploma 4,7%, belum sekolah
3 %..
4. Data Subsistem Komunitas
a. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai keadaan lingkungan yang ada di
wilayah RW 04 didapatkan hasil sebagai berikut :

Diagram 3.4
Distribusi Keadaan Kondisi Pembuangan Air Limbah/Got
37

Dari diagram di atas diketahui distribusi berdasarkan kondisi pembuangan air


limbah/got RW 04 terbuka dan mengalir sebesar 86,6%, terbuka dan tidak
mengalir sebesar 6,1%, tertutup dan mengalir sebesar 6,1% dan tertutup tidak
mengalir sebesar 1,2%.
b. Jenis Pekerjaan
Pendapatan ekonomi sebahagian besar warga setempat didapat dari kegiatan
wiraswasta yaitu sebagai wiraswasta. Setelah dilakukan pendataan didapatkan
distribusi hasil jenis pekerjaan yang ditampilkan dalam diagram dibawah ini.
Diagram 3.5
Diagram Jenis Pekerjaan

Dari diagram diatas diketahui distribusi pekerjaan Wiraswasta sebanyak


43,3%, Karyawan sebanyak 27,8%, Buruh sebanyak 18,9%, TNI sebanyak 1,1%,
Honor sebanyak 1,1&, IRT sebanyak 3,3%, Pedagang sebanyak 3,3% dan
Manager sebanyak 1,1% terbanyak adalah distribusi tidak bekerja/belum bekerja
sebanyak 40% (119 jiwa).
38

c. Politik dan Pemerintahan


1. Politik dan Pemeintahan
RW 04 diketuai oleh seorang ketua RW dibantu oleh 3 orang RT, yaitu RT
01 RT 02 RT 03 Sedangkan kelompok pelayanan masyarakat terdapat
posyandu.
2. Politik
Berdasarkan hasil observasi terdapat kegiatan politik kampanye sebelum
diselenggarakannya pilkades demi mendapatkan suara terbanyak pada saat
pemilu, salah satunya melakukan voging yang di gagas oleh salah satu calon.
d. Komunikasi
1. Komunikasi formal : Komunikasi formal yang tersedia di lingkungan RW 04
yaitu mayoritas masyarakat menggunakan handphone,televisi, internet dan
online.
2. Komunikasi non formal : Masyarakat menggunakan pengeras suara dari
masjid, Musholla dan poster untuk memberikan pengumuman kemasyarakat.
e. Pendidikan
Berdasarkan observasi dan hasil kuesioner yang diberikan kemasyarakat RW
04 terdeapat beberapa fasilitas pendidikan yaitu 1 buah SDN, 1 buah MDA dan 1
buah tempat pengobatan Tradisional.
f. Rekreasi
Berdasakan observasi wilayah RW 04 memiliki rekreasi seperti wisata alam
sungai tangon yang berda di jalan purwosari, sungai tangon ini terbuka untuk
siapa saja.
g. Persepsi
1. Persepsi masyarakat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa masyarakat
mengatakan bahwa kehidupan bermasyarakat di lingkungan RW 04 cukup
harmonis, dimana setiap masyarakat memiliki sikap saling menghargai dan
menghormati serta menjunjung tinggi nilai norma dalam kehidupan
bermasyarakat meskipin berbeda-beda suku dan agama.

2. Presepsi perawat
Dari hasil wawancara dengan beberapa petugas kesehatan tidak ada
masalah di wilayah RW 04, kesadaran masyarakat juga sangat tinggi terhadap
39

kondisi kesehatannya, hanya saja masih ada sebagian kecil masyarakat yang
belum proaktif sehingga memerlukan pendidikan kesehatan mengenai
pentingnya memeriksakan kondisi kesehatannya.
h. Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan merupakan suatu program dimana seseorang yang ikut
serta mendapat jaminan kesehatan ketika dia berobat kerumah sakit ataupun
fasilitas kesehatan yang terkait sehingga dia tidak perlu mengeluarkan biaya
apabila memiliki jaminan kesehatan ini. Kepemilikan jaminan kesehatan ini
tergambar dari diagram dibawah ini.
Diagram 3.6
Distribusi Jaminan Kesehatan di Wilayah RW 04

Dari diagram diatas diketahui distribusi jaminan kesehatan terbanyak


adalah yang tidak menggunakan BPJS 60,0%, uang pribadi 35,6%, asuransi 2,2%
dan lain lain 2,2%.
i. Merokok
Merokok merupakan kegiatan yang selama ini sangat sulit diatasi terbukti
dengan meningkatnya pengkonsumsi rokok di segala umur, hal ini sungguh
memprihatinkan karena bukan saja berdampak pada diri sendiri, bahkan
berdampak pada keluarga maupun orang terdekat yang terkena asap dari rokok
tersebut. Berdasarkan hasil kuesioner didapati pengonsumsi rokok di wilayah RW
04 sebagai berikut.
Diagram 3.7
Distribusi Merokok di Wilayah RW 02
40

Dari diagram di atas diketahui bahwa jumlah perokok aktif yang ada di
wilayah RW 04 berdasarkan jumlah responden 71,1% dan yang tidak perokok
sebesar 28,9%.

5. Penyakit
a) Penyakit Kronis
Berdasarkan hasil pengolahan pada kuesioner, didapatkan penyakit kronis yang
ada pada masyarakat RW 04, adalah sebagai berikut:

Diagram 3.8
Distribusi Penyakit Kronis

Berdasarkan diagram di atas distribusi responden berdasar Penyakit kronis


yang diderita Hipertensi sebesar 37,8%, Asam urat sebesar 12,2%, tidak ada sebesar
41

25,6%, Diabetes Mellitus sebesar 4,4%, Reumatik sebesar 3,3 dan lain lain sebesar
12,2%.
6. Penggunaan KB
Berdasarkan hasil pengolahan pada kuesioner, didapatkan KB yang ada pada
masyarakat RW 04, adalah sebagai berikut :
Diagram 3.9
Distribusi Pengguna KB di RW 04

Berdasarkan diagram di atas distribusi responden penggunaan KB di RW 04


yaitu, keluarga yang menggunakan KB atau kategori “Ya” sebanayak 28 keluarga
(31,1%) dan yang tidak menggunakan KB atau kategori “Tidak” sebanyak 62
keluarga (68,9%)
7. Pasangan Usia Subur
Berdasarkan data yang diambil dari kuesioner, didapatkan jumlah pasangan
usia subur di wilayah RW 04.

Diagram 3.10
Distribusi jumlah PUS di RW 04 2018
42

PUS

November
Desember

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa PUS pada bulan November


sebanayak 11 orang (60%) dan pada bulan Desember sebanyak 10 orang (40%).
8. Sumber Air Bersih
Sumber air bersih merupakan sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktifitas
mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Berdasarkan hasil observasi
selama penyebaran kuesioner tidak ditemukan warga yang menggunakan air yang
tidak bersih. Seluruh warga memperoleh air bersih dari sumur galian terlindungi dan
PDAM. Hasil penyebaran kuesioner juga menunjukkan 100% warga memiliki
sumber air bersih yang sudah sesuai dengan standar kesehatan. Hasil wawancara
dengan Ketua RW menyebutkan bahwa warga di lingkungan RW 04 memang sudah
menggunakan sumber air yang sehat.
Diagram 3.11
Jarak sumber air bersih dengan septic tank
43

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jarak sumber air bersih dengan
septic tank paling banyak <10 meter sebanyak 60.0% sedangkan >10 meter
sebanyak 40,0%.
9. Tempat Pembuangan Sampah
Tempat pembuangan sampah adalah tempat untuk menimbun sampah dan
merupakan tempat yang digunakan oleh produsen. Berdasarkan hasil observasi
dilapangan menemukan bahwa sampah dari rumah tangga diangkut oleh petugas
kebersihan setiap hari sekali, namun disebagian tempat disekitar RW 04 masih
terdapat sampah yang bertumpik dan dibiarkan berserakan di tepi jalan, hal ini
menurut warga disebabkan karena di wilayah mereka tidak ada tempat
penampungan atau pembuangan sampah akhir (TPA)

Gambar 3.1
Sampah berserakan di tepi jalan RW 04

10. Sarana MCK


Sarana mck adalah mandi cuci kakus untuk di pakai oleh warga di gunakan
secara bersama. Berdasarkan hasil observasi di lapangan tidak di temukan sarana
mck di lingkungan sekitar dan hasil wawancara dari beberapa warga mengatakan di
wilayah RW 04 memang tidak ada sarana mck, namun mayoritas masyarakat RW 04
sudah memiliki kamar mandi dirumah masing-masing.
44

11. Saluran Pembuangan Limbah


Saluran pembuangan limbah adalah sisa limbah yang di buang berasal dari
rumah tangga industri maupun tempat lain-lainya . Dari observasi di dapatkan bahwa
sebagian warga membuang limbah rumah tangga pada septic tank dan got.
B. Analisa Data
Tabel 3.1
ANALISA DATA

No Data Problem Etiologi


1 Resiko peningkatan Kurangnya pengetahuan
 Dari data kuesioner yang didapat, tekanan darah pada masyarakat mengenai
terdapat jumlah kejadian penyakit masyarakat RW 04 hipertensi
Hipertensi 1 tahun terakhir dengan
persentase 37,8%
 Salah satu petugas puskesmas
mengatakan bahwa jumlah
kunjungan dengan kasus hipertensi
cukup tinggi.
 Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa warga, bahwa
banjir yang terjadi pada tahun 2018
menjadi salah satu pemicu stressor
warga.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan
pada saat dilakukan mahasiswa
menunjukkan sebagian dari
masyarakat RW 04 mengalami
tekanan darah tinggi (Hipertensi)
 masyarakat acuh tak acuh dengan
resiko hipertensi yang bisa didapat
 Banyak masyarakat belum
mengetahui gejala hipertenai dan
penanganannya
45

Ds. Resiko Kurangnya pengetahuan


 Warga RW 04 desa Pandau jaya meningkatnya warga RW 04 tentang
mengatakan masalah kesehatan penderita asam urat asam urat dan penanganan
yang dihadapi terutama pada usia dilingkungan RW dari penyakit asam urat
dewasa mengeluh sakit pada bagian 04
pesendian tangan dan kaki.
 Dari data kuesioner yang didapat
distribusi penyakit pada 3 bulan
terakhir didapat bahwa 16,7 %
warga menderita asam urat.
 Dari hasil yang dilihat beberapa
warga tampak adanya
pembengkakan pada daerah
persendian terutama anggota gerak
bawah (kaki)

Resiko terjadinya kurangnya menjaga


1. Sebagian warga di RW 04 penurunan perilaku kebersihan
mengatakan aktivitas membersihkan hidup sehat
got hanya dilakukan apabila air
menggenang
 Beberapa warga di RW 04
mengatakan tidak rutin melakukan
kebiasaan mencuci tangan memakai
sabun.
 Di wilayah Rw 04 masih terlihat
sampah yang berserakan di
pinggiran got
 Di wilayah RW 04 didapatkan
pembuangan air limbah di selokan
 Di Wilayah RW 04 masih ada
sampah yang dibiarkan bertumuk
46

menutupi selokan/got

C. Prioritas Masalah
Dalam suatu komunitas, terkadang ditemukan beberapa masalah keperawatan yang
di angkat. Untuk menentukan masalah mana yang terlebih dahulu diatasi, perlu dilakukan
penentuan prioritas masalah dengan memperhatikan kriteria penafsiran. Kriteria penafsiran
menurut Mueke (1988) terdiri dari:
a. Resiko terjadi
b. Resiko parah
c. Potensi untuk pendidikan kesehatan
d. Minat masyarakat
e. Kemungkinan diatasi
f. Sesuai dengan Program Pemerintah
g. Tempat
h. Waktu
i. Dana
j. Fasilitas kesehatan
k. Sumber daya
Jumlah skor untuk masing-masing kriteria antara rentang 1-5 dengan skala 0 paling
rendah dan 5 paling tinggi.
Tabel 3.2
Skoring Diagnosa Komunitas

DIAGNOSA KRITERIA PENAFSIRAN JUMLAH


KOMUNITAS SKOR
A B C D E F G H
Diagnosa 1 3 2 3 4 4 2 3 3 22
Diagnosa 2 3 2 3 3 3 2 2 2 20
Diagnosa 3 2 2 2 2 2 2 2 2 16
47

Keterangan : Keterangan :

1. Sangat Rendah A. Resiko Keparahan sangat rendah F. Fasilitas


2. Rendah B. Minat masyarakat rendah G. Sumber daya
3. Cukup C. Kemungkinan diatasi cukup H. Tempat
4. Tinggi D. Waktu tinggi
5. Sangat Tinggi E. Dana sangat tinggi
( Depkes, 2003)
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan suatu pernyataan hasil sintesa pengkajian data. Diagnosis
merupakan suatu label yang mendeskripsikan situasi atau kondisi dan mengundang etiologi
(penyebab), problem (masalah) dan Sign atu symptom (tanda dan gejala).
Pada pengkajian yang dilakukan selama lebih kurang 1 minggu, didapatkan prioritas
masalah yang akan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan skoring, didapat:
1. Resiko peningkatan tekanan darah pada masyarakat RW 04 berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi
2. Resiko meningkatnya penderita asam urat dilingkungan RW 04 berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan warga RW 04 tentang asam urat dan penanganan dari penyakit
asam urat
3. Resiko terjadinya penurunan perilaku hidup sehat berhubungan dengan kurangnya
menjaga kebersihan
48

BAB IV
PEMBAHASAN

Praktik keperawatan komunitas merupakan bagian aplikasi dari keperawatan komunitas


yang diadakan sejak tanggal 27 Februari – 01 April 2023 atau selama lima minggu, yang
telah dilakukan pada praktik profesi keperawatan komunitas wilayah kerja RT 02 RW 03
Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka. Praktik keperawatan ini merupakan
bagian dari praktik keperawatan yang memiliki beberapa tahapan proses keperawatan, yaitu
proses pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

A. Tahap Persiapan
Praktik profesi keperawatan komunitas, keluarga merupakan kegiatan yang
berorientasi pada kesehatan masyarakat. Tahap persiapan yang dilalui oleh mahasiswa
meliputi administrasi, persiapan lokasi praktik lapangan, izin pemakaian lokasi praktik
lapangan, izin dan koordinasi dari pihak Kelurahan, puskesmas dan pihak kelurahan,
pembuatan kuesioner Winshield Survey untuk pendataan serta acara pembukaan sekaligus
serah terima mahasiswa dengan pihak Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak
Serka
Setelah lahan praktik ditinjau, mahasiswa mulai melakukan Winshield Survey yaitu
melihat secara garis besar situasi dan keadaan Wilayah RT 02 yang berkoordinasi dengan
pihak RW 03. Hal ini sesuai dengan teori yang didapat dimana sebelum melakukan
kegiatan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana keadaan lingkungan, kemudian
melibatkan orang-orang yang cocok serta membuat komitmen untuk bekerjasama
( Stanhope, 2002).
Persiapan masyarakat dilakukan untuk mengetahui secara langsung karakteristik
wilayah daerah binaan. Kegiatan dalam perencanaan ini antara lain dengan mencari
informasi kebagian informasi. Sumber informasi yang digunakan adalah Bapak Camat
KelurahanTeluk Pinang, Puskesmas Teluk Pinang, Ketua RT dan RW, kader dan tokoh
masyarakat. Dari sumber-sumber tersebut mahasiswa mendapat hasil tentang gambaran
umum Wilayah RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang, berkaitan dengan luasnya wilayah
binaan kelancaran dalam teknis pelaksanaan parktik keperawatan komunitas memerlukan
upaya pendekatan oleh mahasiswa terhadap Ketua RT yang berada di RW 03, Kader, dan
tokoh masyarakat, serta tokoh agama untuk membina dan mempertahankan hubungan
saling percaya dan dapat menjadi motor penggerak dalam kegiatan penyelesaian masalah
49

kesehatan yang ada di RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak


Serka.
Dalam proses persiapan ini mahasiswa masih mendapatkan beberapa faktor
pendukung dan faktor penghambat antara lain:
1. Faktor Pendukung
a) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa untuk mempersiapkan kegiatan
secara bersama-sama dengan masyarakat, lintas program dan lintas sektoral.
b) Adanya bimbingan penuh yang diberikan oleh koordinator praktik profesi komunitas
dan pembimbing praktik lapangan komunitas dan keluarga.
c) Lokasi dan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh kendaraan bermotor.
d) Dapat diterimanya hasil Wishield Survey
2. Faktor Penghambat
Adanya tanggapan yang salah dari beberapa warga terhadap Wisheald Survey yang
dilakukan oleh mahasiswa. Dimana ada beberapa masyarakat beranggapan bahwa
dengan adanya Wishield Survey akan merubah sarana prasarana yang tidak memadai.
B. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
pisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan (Mubarak,
2005).
Pada tahap pengkajian telah dilakukan kegiatan Wishield Survey, Wishield Survey
yaitu survey yang dilakukan melalui pengamatan sekilas dijalan-jalan utama untuk
mengobservasi kondisi lingkungan yang mungkin dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Dari proses Wishield Survey tersebut didapatkan data bahwa, RW 04 RT 02
RW 03 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka. Kelurahan Teluk Pinang
sudah mempunyai akses transportasi yang baik. Sebagian besar warga RW 03 masih
mempunyai kebiasaan membuang sampah dilingkungan sekitar rumah dan membuang
sampah disungai , masih terdapat tumpukan sampah di area sekitar rumah warga, sampai
diselokan-selokan yang membuat air tersumbat, genangan air pembuangan warga di
selokan, drainase tersumbat, banyak terdapat rumput liar tidak terawat, serta rawa-rawa
yang kurang terawat. Pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan tekhnik
kuesioner yang disebarkan sebanyak 52 kepala keluarga yang terdata dari total jumlah
penduduk 185 jiwa di RW 03 Kelurahan Teluk Pinang kuesioner ini dilakukan dengan
50

cara wawancara dan observasi setelah data terkumpul, lalu dilakukan tabulasi data yang
meliputi pengelompokan data sesuai dengan kriteria pertanyaan kuesioner sehingga
tersusun. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data, kemudian melakukan
perumusan masalah, dan menyusun rencana kegiatan (POA) bersama masyarakat pada
saat Musyawarah Masyarakat Desa I (MMD I) pada tanggal 01 April 2023
Pada saat penyebaran kuesioner, metode yang digunakan oleh mahasiswa adalah
stratified randem sampling, dimana tiap RT yang ada di RW 03 memiliki persentase
jumlah sampel yang berbeda rumus yang digunakan adalah

N
n= 2
1+ N (d )

(Hidayat, 2007)

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh sampel sebanyak 52 KK, dengan


menggunakan stratified randem sampling, maka diperoleh jumlah sampel yang berbeda
ditiap KK di RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang

Dalam melaksanakan proses pengkajian mahasiswa mendapat beberapa faktor


pendukung dan penghambat, antara lain:

1. Faktor pendukung
a. Mayoritas masyarakat berpartisifasi aktif dalam memberikan informasi selama
pengumpulan data.
b. Adanya dukungan positif dari aparat Kelurahan (Bapak Camat, Ketua RW, Ketua
RT) Tokoh masyarakat yang kooperatif, dan tokoh agama di RW 03 Kelurahan
Teluk Pinang.
c. Tersedianya alat pengumpulan data berupa koesioner yang dirancang oleh
mahasiswa berdasarkan winsheild survey.
2. Faktor penghambat
b. Adanya kendala yang ditemukan mahasiswa antara lain kesulitan menemui warga
pada pagi hari dan siang hari warga bekerja, dan pada malam hari warga gunakan
untuk beristirahat, adanya warga tidak berada ditempat saat pendataan.
c. Minoritas masyarakat masih beranggapan bahwa pelaksanaan kegiatan
sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa.
51

d. Masih ditemukan beberapa masalah kesehatan yang kurang disadari oleh


masyarakat seperti membuang sampah sembarangan dan selokan yang kurang
bersih.
C. Diagnosa keperawatan.
Menurut Elisabeth T Anderson dan Judith Mc Farlane (2007), diagnosa
keperawatan komunitas adalah suatu pernyataan hasil sintesis pengkajian data dan
merupakan suatu label yang mendiskripsikan situasi atau kondisi dan mengandung
etiologi atau sebab. Diagnosa keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas
yang biasanya didefinisikan sebagai suatu kelompok, populasi atau kumpulan orang-
orang dengan sekurang-kurangnya memiliki karakteristik tertentu. Ada tiga jenis tiga
diagnosa keperawatan yaitu: aktual, resiko, dan potensial. Diagnosa keperawatan
dinyatakan aktual jika masalah dirasakan risiko jika masalah belum terjadi tetapi telah
ditemukan data yang mendukung untuk timbulnya masalah, sedangkan diagnosa
keperawatan yang bersifat potensial adalah diagnosa keperawatan yang mengacu
kepada peningkatan derajat kesehatan.
Penapisan masalah keperawatan (prioritas) dilakukan bersama warga RW 03
RT 02 Kelurahan Teluk pinang dalam acara Musyawarah Masyarakat Desa I (MMD
I). Dalam proses penapisan masalah ini, mahasiswa masih mendapatkan beberapa
faktor pendukung dan penghambat antara lain:
a. Faktor pendukung
Faktor pendukung yang dalam ini yaitu sebagian besar warga sangat antusias
dengan acara yang diadakan, penggunaan media yang menarik perhatian warga,
penguasaan materi yang sangat menarik oleh mahasiswa.
b. Faktor penghambat
Waktu pelaksanaan MMD I yang dilaksanakan pada pagi hari sehingga jumlah
warga yang hadir kurang dari harapan (undangan) karena bekerja.
Masalah keperawatan yang ditemukan di RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk
Pinang dapat dirumuskan dengan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1) Resiko peningkatan tekanan darah pada masyarakat RW 03 RT 02 berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Hiipertensi
2) Resiko meningkatnya penderita Asam urat dilingkungan RW 03 RT 02
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga RW 03 RT 02 tentang Asam
urat dan penanganan dari penyakit Asam urat.
52

3) Resiko terjadinya penurunan perilaku hidup sehat berhubungan dengan


kurangnya menjaga kebersihan.
D. Tahap Intervensi
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang ditemukan pada
masyarakat di wilayah RT 02 RW 03 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan gaung anak
serka Kabupaten Indragiri Hilir, maka dilanjutkan dengan kegiatan menyusun rencana
atau intervensi keperawatan, komunitas mulai dari memprioritaskan masalah,
menetapkan tujuan dan rencana intervensi.
Rencana kegiatan keperawatan komunitas dalam bentuk planning of action
(POA) disusun bersama-sama masyarakat pada kegiatan MMD I. Kegiatan ini
dihadiri oleh Bapak camat, Lurah Teluk Pinang, Kepala Puskesmas Teluk Pinang,
Ketua RW, Ketua RT, Bidan Desa, Kader, Dosen Pembimbing, tokoh masyarakat dan
masyarakat RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka
Pada perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan dan diintervensi oleh
mahasiswa dan masyarakat perlu adanya penyusunan rencana yang matang seperti
merancang kegiatan yang akan dilakukan, strategi yang akan digunakan, ssasaran dan
target intervensi serta peralatan yang dibutuhkan. Ada beberapa strategi intervensi
keperawatan komunitas, yaitu pendidikan kesehatan, proses kelompok, kerja sama
lintas program dan lintas sektoral pemberdayaan masyarakat dan intervensi
profesional keperawatan (Mc.farlane & andersoon, 2004). Penyusunan rencana
intervensi berdasarkan pada prinsip intervensi dalam model pendekatan keperawatan
komunitas menurut Neumen yaitu memperkuat garis pertahanan diri melalui tiga level
frepentif yaitu primer, skunder, dan tersier menurut (Mc.farlane & andersoon, 2004).
Adapun faktor pendukung, penghambat, dan rencana tindak lanjut yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Faktor pendukung
a) Masyarakat menyadari bahwa masalah kesehatan yang ditemukan harus
diatasi segera dengan melibatkan mahasiswa sebagai fasilitator untuk
kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama berdasarkan prioritas
masalah.
b) Adanya kerjasama yang baik dengan lintas program (dinas kesehatan dan
puskesmas) dan lintas sektotral (desa). Yang mendukung dalam pelaksanaan
kegiatan dimasyarakat RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang, Kecamatan Gaung
Anak Serka
53

2. Faktor penghambatan
a) Kurang tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan
b) Adanya kesibukan yang berbeda-beda dari masing-masing keluarga sehingga
membuat pelaksanaan kegiatan terkadang menjadi terlambat dari waktu yang
telah direncanakan
3. Rencana tindak lanjut
a. Pihak desa/Kelurahan diharapkan dapat mendukung dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi dan tenaga kesehatan yang ada di
Wilayah RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang
b. Pihak puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan diharapkan lebih
memperhatikan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat agar masalah
kesehatan yang ada dapat diatasi dengan segera
c. Pihak RT dan RW mampu bekerja sama dalam mempertahankan status kesehatan
masyarakat yang optimal dan tanggap terhadap masalah kesehatan yang terjadi
dilingkungan sekitarnya
d. Pihak RW 03 RT 02 dan Kader diharapkan bisa menjalankan fungsinya sebagai
wadah untuk memandirikan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan dan
mempertahankan status kesehatan masyarakat yang optimal.
e. Mahasiswa mampu menyiasati waktu dalam melaksanakan kegiatan yang
direncanakan

Adapun rencana intervensi dari kegiatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa


yang telah di tetapkan adalah:

1. Resiko peningkatan tekanan darah pada masyarakat RW 03 RT 02 berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi.
a. Intervensi
1) Melakukan penyuluhan tentang Hipertensi.
2) Penyebaran lifleat tentang Hipertensi dengan menggunakan strategi
pendidikan kesehatan.
3) Mengadakan pemeriksaan tekanan darah secara geratis.
2. Resiko meningkatnya penderita Asam urat dilingkungan RW 03 RT 02
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga RW 03 RT 02 tentang Asam
urat dan penanganan dari penyakit Asam urat.
54

a. Intervensi
1) Melakukan penyuluhan mengenai Asam urat
2) Penyebaran lifleat tentang Asam urat dengan menggunakan strategi
pendidikan kesehatan.
3) Mengadakan pemeriksaan Asam urat secara geratis

Dalam proses perencanaan tindakan keperawatan komunitas ini


mahasiswa masih mendapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat antara
lain.

3. Faktor pendukung
a. Sebagian besar warga sudah mempunyai kegiatan yang terjadwal sehingga dapat
digunakan untuk tempat memberikan penyuluha kegiatan
b. Antusias warga yang baik untuk melakukan kegiatan kebersihan lingkungan dapat
mempermudah proses perencanaan kegiatan
c. Jadwal kegiatan posyandu yang ada dapat mempermudah dalam menentukan
waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang ada akan dilakukan
d. Pengetahuan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan dan POA.
e. Dukungan dan lintas program dan lintas sektoral dalam pelaksanaan kegiatan
f. Dukungan dari aparat desa/Kelurahan (kepala desa/Lurah, ketu RW, ketua RT).
Tokoh masyarakat, dan tokoh agama di RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang
g. Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dengan
mahasiswa.
h. Adanya tenaga kesehatan, kader, lintas program dan lintas sektoral yang membantu
dalam pelaksanaan kegiatan
4. Faktor penghambat
a. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menyusun rencana tindakan.
b. Kurangnya dana yang dimiliki oleh mahasiswa dan masyarakat sehingga
mengancam pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Kelompok masyarakat tertentu dan pihak terkait seperti puskesmas yang ada
diharapkan memahami masalah kesehatan yang ada di RW 03 RT 02 yang kurang
koordinasi tentang program yang akan dilaksanakan
d. Kurangnya pemahaman warga tentang kegiatan yang akan dilaksanakan membuat
warga kurang termotifasi untuk menyampaikan pendapat tentang rencana yang
akan dilakukan.
55

E. Implementasi
Setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh masyarakat maka
dilakukan tahapan implementasi dari rencana tersebut. Pelaksanaan kegiatan tahap ini
dilakukan selama lebih kurang lima minggu ke depan partisipasi masyarakat. Menurut
Mc Farley & Anderson(2006), bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya
perurusan strategi kegiatan serta bagaimana tindakan yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan, pelayanan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan kelompok kerja.
Berikut ini akan diuraikan faktor pendukung, faktor penghambat, dan rencana
tindak lanjut dari setiap diagnosa keperawatan yang telah dilakukan implementasi dalam
upaya menyelesaikan masalah yang telah ditemukan di masyarakat, yaitu:
1. Resiko peningkatan Tekanan darah pada masyarakat RW 03 RT 02 berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi.
a. Kegiatan yang telah dilakukan
1) Penyuluhan mengenai Hipertensi dan Asam urat
Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi dan Asam urat
dilaksanakan di Rumah Ketua RT pada hari Sabtu 18 Maret 2023 pukul
09.00 WIB dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan dengan
media leafleat kegiatan ini dihadiri kurang lebih 54 orang peserta. Adapun
tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah setelah diberikan penyuluhan
kesehatan tentang Hipertensi dan Asam urat diharapkan masyarakat mampu
memahami tentang penyakit Hipertensi dan Asam urat.
b. Faktor pendukung
1) Tingginya antusias dan partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan
yang diadakan oleh mahasiswa dan masyarakat.
2) Adanya dukungan dari pihak desa yang diberikan pada mahasiswa dimana
pihak desa bersedia memfasilitasi tempat untuk pelaksanaan kegiatan.
3) Adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan yang telah direncanakan.
c. Faktor penghambat
1) Kurangnya kesadaran dan motivasi beberapa masyarakat dalam mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
56

2) Pelaksanaan kegiatan selalu mundur dari jadwal yang telah direncanakan


karena mahasiswa harus menunggu kehadiran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan.
3) Kurang tersedianya dana atau sponsorshif dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan.
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Pihak desa/Kelurahan diharapkan dapat mengkoordinir dan memfasilitasi
setiap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di wilayah RW 03 RT 02.
Selain itu pihak desa/Kelurahan juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi di bidang kesehatan sehingga dapat mempertahankan serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2) Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan diharapkan lebih
meningkatkan upaya promotif dan preventif serta pendidikan kesehatan
melalui penyuluhan tentang Hipertensi dan Asam urat sehingga
pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya di RW 03 RT 02
meningkat.

Implementasi keperawatan komunitas yang lainnya dilakukan oleh mahasiswa


praktek profesi keperawatan komunitas.

1. UKK (Upaya Kesehatan Kerja)


a. Melakukan kegiatan Upaya Kesehatan Kerja (UKK) pada hari Sabtu 16 Maret
2023 pukul 09:00 WIB sampai dengan selesai di Pos UKK Kelapa Gading
Kelurahan Teluk Pinang. Kegiatan ini diikuti oleh 34 peserta dari pekerja
Buruh Pasar.
b. Faktor pendukung
Adanya antusias para Buruh/pekerja mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
tentang UKK (Upaya Kesehatan Kerja) dan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Faktor penghambat
Tidak ditemukan kendala yang berarti dalam kegiatan ini, hanya saja waktu
mulainya mundur dari perencanaan karena menunggu kumpulnya para pekerja/
Buruh.
57

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan
serta memelihara kesehatan penduduk.
Asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan di RW 03 RT 02
Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka dari tanggal 27 Februari 2023
sampai 01 April 2023 yang dimulai dari tahapan persiapan sampai dengan tahapan
evaluasi dan rencana tindak lanjut.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan atas beberapa tahapan : tahapan
yang pertama yaitu pengkajian, tahapan yang kedua yaitu menegakkan diagnosa
keperawatan, tahapan ketiga yaitu pembuatan perencanaan kegiatan, tahapan keempat
pelaksanaan kegiatan dan tahapan terakhir yaitu evaluasi kegiatan yang dilaksanakan
untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang
telah disepakati sebelumnya.
1. Pengumpulan data melalui kuesioner, dengan menggunakan metode observasi
dan wawancara terhadap masyarakat setempat sebanyak 52 Kepala Keluarga
yang berada di RW 3 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang oleh mahasiswa program
profesi ners STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru. Ruang lingkup pengkajian
terhadap masyarakat dilakukan sesuai dengan masalah yang didapat saat
winsheld survey. Pengkajian menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan
metode penyebaran kusiner dari rumah kerumah. Pengkajian meliputi data
umum, status sosial ekonomi, transportasi, rekreasi, dan kesehatan yang meliputi
lingkungan rumah, air bersih PHBS dan sebagainya
2. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat diangkat beberapa
permasalahan kesehatan di RW 03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang yaitu:
a. Resiko peningkatan tekanan darah pada masyarakat RW 03 RT 02 Kelurahan
Teluk Pinang berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai hipertensi.
b. Resiko meningkatnya penderita Asam urat dilingkungan RW 03 RT 02
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga RW 03 RW 02 tentang
Asam urat dan penanganan dari penyakit Asam urat
58

c. Resiko terjadinya penurunan perilaku hidup sehat dengan kurangnya


menjaga kebersihan.
3. Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat Desa didapatkan hasil yang sesuai
dan disepakati oleh Ketua RW 03 RT 02 didapatlah 2 prioritas masalah
keperawatan komunitas yang akan dilakukan implementasi kegiatan yang
meliputi:
a. Penyuluhan Kesehatan
1. Penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi dan Asam urat serta penyebaran
leaflet.
2. Penyuluhan tentang penanganan Hipertensi dan Asam urat serta penyebab
Hipertensi dan Asam urat.
3. Melakukan pembinaan Upaya Keselamatan Kerja (UKK) di wilayah RW
03 RT 02 Kelurahan Teluk Pinang
4. Melakukan bakti sosial dengan melakukan Senam, pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan Trigliserida secara geratis.
Setelah melakukan kegiatan implementasi keperawatan komunitas mahasiswa
melakukan evaluasi secara umum dari implementasi yang telah dilakukan oleh
mahasiswa bersama masyarakat.
a. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Masyarakat yang hadir pada pelaksanaan yang telah ditentukan dan
direncanakan 72% hadir dengan tepat waktu dan acara yang dilakukan
tepat waktu.
b) Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana, baik itu tempat untuk melakukan penyuluhan.
c) Perlengkapan pada saat mendemonstrasikan dan untuk penyuluhan juga
tersedia dengan baik.
d) Peran serta mahasiswa maupun perangkat desa/Kelurahan sesuai dengan
yang direncanakan dan bekerja sesuai tugas kegiatannya.

2) Evaluasi Proses
a. Masyarakat ikut serta mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa, lebih kurang 72% kehadiran.
59

b. Masyarakat yang hadir dalam setiap kegiatan sangat berantusias dan


berperan aktif selama kegiatan berlangsung.
3) Evaluasi hasil
a. Masyarakat aktif dalam mengikuti kegiatan baik penyuluhan maupun
kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa dan mampu mengulang
kembali apa yang disampaikan oleh mahasiswa.
b. Semua rencana keperawatan yang disusun oleh mahasiswa bersama
masyarakat, telah dapat dilaksananakan sesuai dengan rencana keperawatan
dan dapat dilaksanakan antara mahasiswa dan masyarakat, tokoh
masyarakat, pejabat setempat, Puskesmas, serta dukungan dan peran aktif
dari semua masyarakat RT 02 di RW 03 Kelurahan Teluk Pinang
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Laporan hasil kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengalaman serta
menambah wawasan bagi mahasiswa tentang praktek komunitas dan keluarga
komunitas STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru.
2. Bagi Masyarakat
Laporan hasil kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan di RW 03
RT 02 Kelurahan Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak Serka
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
untuk profesi berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap program atau
kurikulum keperawatan komunitas dan keluarga yang telah di tetapkan.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Laporan hasil kegiatan ini diharapkan dapat membantu program kesehatan
yang belum dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terkait.
60

Anda mungkin juga menyukai