Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/status kesehatan penduduk (Rezky,2013).  Komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembag
(Mubarak, 2015)
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010). Perawatan kesehatan komunitas merupakan perpaduan antara praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan (Rezky, 2013). Hal
ini sesuai dengan tujuan pencegahan penularan Covid-19 yaitu dengan
promosi kesehatan dan pencegahan dari lingkup invividu, keluarga dan
masyarakat. Dengan dilaksanakannya PHBS pada setiap rumah tangga seperti
menerapkan kebiasaan cuci tangan akan mencegah penyebarannya Covid-19.
Tercapainya standar PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dalam kelurga
sangat berperan dalam tercapainya kesehatan dalam komunitas. Komunitas
merupakan acuan dimana didalamnya terdapat kelompok-kelompok sosial
yang saling berinteraksi secara terus menerus. Komunitas terbentuk akibat
kesamaan sikap, minat, kegemaran antara individu yang kemudian
diapresiasikan dengan membuat suatu wadah (Yudha, 2013).
Keberdayaan masyarakat penting dalam pembangunan kesehatan, itu
dapat dicapai dengan memajukan partisipasi masyarakat. Partisipasi diartikan
sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Dalam hal ini, menggerakkan partisipasi masyarakat merupakan
usaha untuk melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Pemberdayaan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari mengambil
lingkungan tempat tinggal sebagai tolak ukurnya atau arah strategi
pelaksanaannya. Seperti halnya Indonesia yang merupakan kepulauan
maritim, sehingga fokus arah pembangunan tidak hanya dilihat dari
masyarakat di dataran rendah atau arah pegunungan tetapi juga pada
masyarakat pesisir pantainya (Hendra, 2017).
Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang
kesehatan tersebut maka Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu
sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab
dalam rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang berkualitas
dimasa depan melalui praktik keperawatan komunitas dan kegawatdaruratan
pesisir pantai.. Kegiatan ini merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu
bidang pengabdian masyarakat (Bambang, 2015).
Pengabdian masyarakat yang dituangkan Praktik keperawatan
komunitas merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktik d4
keperawatan bagi mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata
penerapan Primary Health Care (PHC). Pengabdian masyarakat tahun 2022
mahasiswa Prodi DIV Poltekkes Kemenkes Palu dilaksanakan di Wilayah
Desa Lero, yang merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan
Sindue Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Hal ini sejalan dengan arah pembangunan kesehatan masyarakat
melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang diharapkan
mampu menanggulangi faktor risiko masalah kesehatan setempat.
Disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola perilaku kebiasaan
hidup sehat pada masyarakat setempat, dengan tujuan untuk merubah perilaku
dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu
menjadi tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam
bentuk penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan umum
Menerapkan proses keperawatan komunitas dan keluarga dengan
bekerja sama dengan keluarga/kelompok/masyarakat dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan serta mencegah timbulnya
penyakit dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan Khusus.
Dalam prodi d4 keperawatan komunitas diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan kelompok/
masyarakat.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok/masyarakat
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan komunitas dalam rangka
mengembangkan kemampuan klien/keluarga/kelompok dan
komunitas untuk mengatasi masalah kesehatannya. Menetapkan
prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan
kriteria tertentu.
d. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan kelompok/
masyarakat.
e. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga/kelompok/masyarakat.
f. Menetapkan rencana asuhan keperawatan baik keluarga maupun
komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan klien/
keluarga/kelompok dan komunitas untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
g. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan
berdasarkan kriteria tertentu.
h. Melaksanakan rencana keperawatan melalui pendekatan
pengorganisasian masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna,
menggalang kerja sama lintas sektoral dan program, melaksanakan
aktifitas pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dan masalah kesehatan
i. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standar dan kriteria
yang ditetapkan.
j. Mencatat dan melaporkan data atau informasi yang tepat berbagai
aktifitas asuhan keperawatan pada keluarga, kelompok dan
komunitas. Dalam program profesi keperawatan
Manfaat
Laporan hasil praktik keperawatan komunitas ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
a. Pengembangan kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang ditandai dengan terciptanya perilaku hidup
bersih dan sehat serta memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan
konsep-konsep keperawatan komunitas yang diperoleh pada
perkuliahan untuk memfasilitasi masyarakat dalam memecahkan
berbagai masalah kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi
kesehatan dan perawatan kesehatan anggota keluarganya.
d. Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan
keperawatan, institusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan.
e. Sebagai masukan bagi Prodi d4 Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Palu dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
penerapan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
Praktek mahasiswa Sarjana Terapan keperawatan komunitas
gerontik dan keluarga dilaksanakan di Desa Lero Kecamatan Sindue
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
2. Metode pengumpulan data dan pendekatan pemecahan masalah
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, observasi
kondisi lingkungannya dengan berpedoman pada format pengkajian
keperawatan keluarga dan komunias dan mempelajari berbagai sumber
literatur dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan
komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Pengertian Keperawatan Komunitas
 Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2006).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah Desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer,
sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam
mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian
akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2005).
2. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga
dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai
dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang
menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan
keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
c. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga,
diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada
empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh
di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada
pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi,
sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
3. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
a. Upaya Promotif
Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat dengan jalan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur
5) Rekreasi
6) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluaga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah
c. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan
melalui:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari
puskesmas dan Rumah Sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di
rumah maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.
5) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan
6) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk
melalui fisioterafi
d. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok
khusus kedalam pergaulan masyarakat.
5. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan
komunitas, yaitu:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta
dapat di terima oleh semua orang.
b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an
kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.
e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan berkesinambungan.
f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
6. Filosofi Keperawatan Komunitas
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi
sebagai berikut:
a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang
b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan
c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat
membantu meningkatkan kesehatannya
d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat
bagi dirinya
e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki
prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda
f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung
pada latar belakang budaya, agama dan sosial klien
g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda
h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan
rangsang internal dan eksternal
i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan
j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan
lingkungannya
k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada
waktu yang berbeda
l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu
klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan
dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik
m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang
waktu akan merubah kebutuhan kesehatan
7. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga
serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan
pembinaan dan asuhan keperawatan
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal
c. Fungsi
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
8. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari
tiga tingkat yaitu:
a. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu
yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu
hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari
keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang
dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga
dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi,
hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan
neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga
dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan Desa atau masyarakat bermasalah
9. Strategi Keperawatan Komunitas
Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas
perlu digunakan strategi sebagai berikut:
a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta
masyarakat dan masyarakat terlibat langsung dalam proses
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi
c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada
masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk
perubahan yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi
strategi:
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui
kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.
3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga,
memberikan bimbingan teknis dalam bidang kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.
4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
5) Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang
dapat dipengaruhi oleh 4 faktor:
a) Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling
keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini
mencakup lingkungan. Fisik, social budaya, dan biologi.
b) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil
dalam masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota
keluarga tersebut.
c) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga
baik sebagai upaya professional maupun sebagai upaya
pelayanan swadaya masyarakat dan atau keluarga sendiri.
d) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan
kepada keluarga
10. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan
bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program
dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan
upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas (Mubarak, 2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
11. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang
telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang
terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai
pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan
cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan
(Mubarak, 2005).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim
kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan
keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan
bagian dari peran perawat komunitas.

B. Konsep Lansia di desa lero


BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Tahap Persiapan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa
Lero Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah maka
mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep keperawatan
komunitas dan keperawatan keluarga, yang ada. Kegiatan praktik
keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali dengan pertemuan
dengan Camat, Kepala Desa, Kepala Puskesmas, kepala dusun, kader
kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama di kelurahan Taipa. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilaporkan meliputi tahap-tahap persiapan dan
pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan persiapan
teknis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian,perencanaan,
implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.
Pada tahap ini, mula-mula kelompok melakukan kegiatan
pengidentifikasian tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, dan
organisasi kemasyarakatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2021.
Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat, maka dilakukan pendekatan
membina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang tujuan Praktek Keperawatan Komunitas dan
Keperawatan Keluarga, di Desa Lero Kecamat Sindue Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah.
Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan dengan kepala dusun 1,
kepala dusun 2, kepala dusun 3, kepala dusun 4 dan kepala dusun 5 untuk
rencana pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader
kesehatan tentang rencana pertemuan pertama dan pertemuan selanjutnya dari
kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas gerontik dan Keperawatan
Keluarga mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu tersebut.
Tanggal 06 Juni 2022 diadakan pertemuan pertama. Pertemuan
tersebut, dimulai dengan perkenalan dengan perangkat Desa, Pihak
Puskesmas dan masyarakat, tujuan dan maksud keberadaan mahasiswa di
Desa Lero dijelaskan. Pertemuan diakhiri dengan rencana pendataan dari
rumah ke rumah dan kesepakatan untuk melakukan Musyawarah Masyarakat
Desa Lero untuk membahas hasil pendataan berupa masalah kesehatan yang
ada di masyarakat dan program kerja untuk mengatasinya.
Pada tanggal 08 Juni s/d 10 Juni 2022 diadakan pengumpulan data oleh
mahasiswa, diambil dari data observasi langsung, data dari Desa serta
puskesmas dilanjutkan dengan tabulasi dan analisis data sampai tanggal 12
Juni 2022.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Lero adalah salah satu Desa di kecamatan Sindue, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Sebagian besar
penduduk Desa Lero menggunakan Bahasa Kaili. Lero memiliki sarana
dan prasarana pertanian yang cukup memadai untuk mendukung program
pembangunan pertanian. .

Luas daratan Desa lero yaitu 11,67 km² terdiri dari 5 dusun
dengan batas wilayah sebelah utara Toaya Vunta, Kumbasa Taripa,
sebelah selatan Desa Lero Tatari, Labuan, sebelah barat Selat Makassar,
dan sebelah timur Desa Pantai Timur.
Jumlah kepala keluarga yang berhasil terdata sebanyak 339 KK
yang dijadikan sampel. Proses pendataan belum bisa dilakukan secara
maksimal, hal ini disebabkan oleh warga yang tidak menetap di Desa
Lero dan beberapa rumah yang setiap kali didata tidak ada
penghuninya.
Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di
Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
Jenis kelamin
No Umur
P % L % Jumlah %
1 0- 28 hari

2 1 bln- 12 bln

3 >1 thn-3 thn

4 >3 thn- 5 thn

5 >5 thn- 12 thn


>12 thn- -17
6
thn
7 >17 thn-35 thn

8 >35 thn- 59 thn

9 ≥ 60 thn
Jumlah

N= (Jiwa)

Berdasarkan tabel 3.1, umur penduduk terbanyak adalah perempuan


umur >35-59 tahun yaitu 167 jiwa (%). Sedangkan untuk laki-laki
terbanyak pada umur >17-35 tahun yaitu 151 jiwa (%). hal ini menunjukan
bahwa penduduk diwilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) yang
terbanyak adalah di usia dewasa tua.
Tabel 3.2 .Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wilayah
Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Tingkat pendidikan Frekuensi %
1 Belum Sekolah

2 Tidak pernah sekolah

3 PAUD/Play grup

4 TK
5 SD/Sederajat

a. Tamat

b.Tidak tamat

c. Sementara

6 SMP/Sederajat

a. Tamat

b.Tidak tamat

c. Sementara

7 SMA/Sederajat

a. Tamat

b.Tidak tamat

c. Sementara

8 D3

a. Tamat

b.Tidak tamat

c. Sementara

8 S1

a. Tamat
b.Tidak tamat
c. Sementara
9 S2
Jumlah
N= 1023 (Jiwa)
Berdasarkan tabel 3.2 ,distribusi penduduk yang paling banyak
mempunyai pendidikan di tingkat SMA/Sederajat yaitu berjumlah 236 jiwa
(%), sedangkan penduduk yang mempunyai pendidikan S2 menempati
jumlah yang terkecil yaitu 1 jiwa (0,19%).

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Desa


Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Jenis Pekerjaan Frekuensi %
1 Belum Bekerja
2 Tidak Bekerja (Usia Produktif)
3 PNS
4 TNI/POLRI
5 Pensiunan
6 Swasta/wiraswasta
7 Petani
8 Buruh
9 IRT
10 Honorer
11 lainnya/nelayan
Jumlah
N= 1023 (KK)
Berdasarkan tabel 3.3, sebagian besar penduduk Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) bekerja disektor Pertanian yaitu sebagai petani dengan
jumlah 55 jiwa (%).

Tabel 3.4. Distribusi Frekuensi Berdasakan Agama Di Wilayah Desa Lero


(Dusun I,II,III,IV dan V).
No Agama Frekuensi %
1 Islam
2 Kristen
4 Hindu
5 Budha
6 Aliran kepercayaan
Jumlah
N= 1023 (Jiwa)
Berdasarkan tabel 3.4, semua penduduk Desa Lero (Dusun I,II,III,IV
dan V) menganut agama Islam yaitu sebanyak 1149 jiwa (98,59 %).
b. Data Lingkungan Fisik
1) Perumahan
Tabel 3.5. Distribusi FrekuensiBerdasarkan Status Kepemilikan Rumah Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Kepemilikan Frekuensi %
1 Milik Sendiri/pribadi
2 Menumpang
3 Sewa/Kontrak/Kost
4 Asrama
5 Lainnya (Rumah Dinas)
Jumlah
N= 255 ( KK )

Berdasarkan data tabel 3.5 didapatkan data bahwa status


kepemilikan rumah sebagian besar adalah milik sendiri dengan jumlah
123 Kepala Keluarga dengan persentase (77,84%).

Tabel 3.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Type Perumahan Di Wilayah


Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Type Perumahan Frekuensi %
1 Permanen
2 Semi Permanen
3 Panggung/Kayu
4 Lain-lain
Jumlah
N= 227 (Rumah)

Berdasarkan data dari tabel 3.6 bahwa sebagian besar type rumah
penduduk adalah rumah permanen dengan jumlah 94 rumah dengan
persentase (73,43 %)

Tabel 3.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Lantai Di Wilayah Desa


Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Lantai Frekuensi %
1 Tanah
2 Papan
3 Tegel/Keramik
4 Semen/plester
Jumlah
N= 227 (Rumah)

Berdasarkan data dari tabel 3.7 didapatkan jenis lantai dirumah


penduduk sebagian besar adalah berlantai semen/plester dengan jumlah
72 rumah dngan persentase (56,25%).

Tabel 3.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sistem Ventilasi Di Wilayah


Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).

No Ventilasi Frekuensi %
1 Memenuhi syarat kesehatan
2 Tidak memenuhi syarat kesehatan
Jumlah
N= 227 ( Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.8 didapatkan bahwa sebagian besar
memiliki sistem ventilasi rumah yang memenuhi syarat kesehatan dengan
jumlah 123 rumah dengan persentase (96.09%) sehingga sirkulasi udara
dalam rumah menjadi lebih segar.

Tabel 3.9. Distribusi Kondisi/keadaan Dalam Rumah Di Wilayah Desa


Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Kondisi Rumah Frekuensi %
1 Bersih
2 Tidak Bersih
Jumlah
N= 227 (Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.9 didapatkan bahwa sebagian besar
kondisi/keadaan dalam rumah di Wilayah Desa Lero kecamatan sindue
kabupaten donggala (Dusun I,II,III,IVdan V) Bersih dengan jumlah 109
rumah dengan persentase (%).

Tabel 3.10. Distribusi Penyebab Kondisi Rumah Tidak Bersih Di Wilayah


Desa lero kecamatan sindue, kabupaten Donggala (Dusun I,II,
III,IV dan V).
No Kondisi Tidak Bersih Frekuensi %
1 Sisa Makanan
2 Sampah
3 Pasir
4 Debu
5 Lain-Lain
Jumlah
N= 128 (Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.10 didapatkan bahwa sebagian besar
penyebab kondisi rumah tidak bersih di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) Debu dengan jumlah 10 dengan persentase (%).

Tabel 3.11. Distribusi Frekuensi Kebersihan Halaman Rumah Di Wilayah


Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Halaman Rumah Frekuensi %
1 Bersih
2 Tidak Bersih
Jumlah
N= 227 (Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.11 didapatkan bahwa sebagian besar
kebersihan halaman rumah penduduk Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah bersih dengan jumlah 121 rumah dengan
persentase (%) dan rumah yang halamannya tidak bersih sebanyak 7
rumah dengan presentase (%).
Tabel 3.12. Distribusi Pemanfaatan Pekarangan Rumah Di Wilayah Desa
Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi %
1 Kebun/Toga
2 Kolam Ikan
3 Kandang Ternak
4 Tidak Dimanfaatkan
5 Tanaman Hias
Jumlah
N= 227 (Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.12 didapatkan bahwa sebagian besar
pemanfaatan pekarangan rumah penduduk Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah kebun/toga sejumlah 57 rumah dengan
persentase (%).
Tabel 3.13. Distribusi Vektor yang Banyak Disekitar Rumah Di Wilayah
Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Nama Vektor Frekuensi %
1 Lalat
2 Nyamuk
3 Kecoa
4 Ayam
5 Burung
6 Kucing
7 Tikus
8 Anjing
9 Monyet
Jumlah
N= 227 (Jumlah Vektor)
Berdasarkan data dari tabel 3.13 didapatkan bahwa sebagian besar
vector yang banyak disekitar rumah penduduk Di Wilayah Desa Lero
(Dusun I,II,III,IV dan V) adalah Nyamuk yang terdapat di 121 rumah
dengan persentase (%).

2) Sumber Air Bersih

Tabel 3.14. Distribusi frekuensi berdasarkan sumber air untuk minum Di


Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V)
No Sumber air Frekuensi %
1 Sumur pompa
2 Sumur Gali
3 Mata Air
4 Sungai
5 PAM
6 Air hujan
7 Depot/Air isi ulang Galon
8 Lain-lain
Jumlah
N = 158 (KK)

Berdasarkan data dari tabel 3.14 didapatkan bahwa sebagian besar


sumber air untuk minum penduduk di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah PAM dengan jumlah 77 KK dengan persentase
(%).
Tabel 3.15. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sistem Pengolahan Air
Minum Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Pengolahan Frekuensi %
1 Dimasak
2 Tidak Dimasak
3 Lain-lain
Jumlah
N= ( KK )
Berdasarkan data dari tabel 3.15, didapatkan sebagian besar
pengolahan air minum setiap kepala keluarga di Wilayah Desa Lero
(Dusun I,II,III,IV dan V) adalah dimasak dengan jumlah 110 kepala
keluarga dengan persentase (%).

Tabel 3. 16. Distribusi frekuensi sumber air untuk mandi dan mencuci
No Sumber air Frekuensi %
1 Sumur pompa
2 Sumur Gali
3 Mata Air
4 Sungai
5 PAM
6 Air hujan
7 Air isi ulang/Galon
8 Lain-lain
Jumlah
N = (KK)

Berdasarkan data dari tabel 3.16, didapatkan sebagian besar sumber


air untuk mandi dan mencuci setiap kepala keluarga di Wilayah Desa
Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) adalah PAM dengan jumlah 108 kepala
keluarga dengan persentase (%).

Tabel 3.17. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Sumber Air Dengan


Septik tank/MCK Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan
V).
No Jarak Frekuensi %
1 Kurang (<) 10 meter
2 Lebih (>) 10 meter
Jumlah
N= Rumah
Berdasarkan data dari tabel 3.17, didapatkan sebagian besar Jarak
Sumber Air Dengan Septik tank/MCK Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah lebih (>) 10 meter dengan jumlah 100 rumah
dengan persentase (%).
Tabel 3.18. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Penampungan Air
Sementara Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Penampungan Frekuensi %
1 Bak

2 Ember

3 Gentong

4 Lain-lain

Jumlah
N= 227 Rumah
Berdasarkan data dari tabel 3.18, didapatkan sebagian besar
tempat penampungan air sementara Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah Bak dengan jumlah 86 rumah dengan persentase
(%).
Tabel 3.19. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Tempat
Penampungan Air Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan
V).
No Keadaan Tempat Penampungan Air Frekuensi %
1 Berlumut
2 Tidak berlumut
3 Ada jentik nyamuk
4 Bersih
Jumlah
N= 227 Rumah
Berdasarkan data dari tabel 3.19, didapatkan sebagian besar Jarak
Sumber Air Dengan Septik tank/MCK Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) adalah lebih (>) 10 meter dengan jumlah 127 rumah
dengan persentase (%).
Tabel 3.20. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Tempat
Penampungan Air Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan
V).
N0 Kondisi tempat Frekuensi %
1 Tertutup
2 Terbuka
Jumlah
N= 227 (Rumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.20, didapatkan sebagian besar
penduduk dengan tempat penampungan air dalam kondisi terbuka dengan
jumlah 77 Rumah dengan persentase (%) dan yang kondisi tempat
penampungan air tertutup dengan jumlah 51 rumah (%) sehingga masih
memungkinkan terjadinya perkembangbiakan nyamuk aedes aegepty.
Tabel 3.21. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Air Di Wilayah
Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Kondisi air Frekuensi %
1 Berwarna
2 Berbau
3 Berasa
4 Bersih
Jumlah
N=128 (Rumah)

Berdasarkan data dari tabel 3.21, didapatkan kondisi air di Wilayah


Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) pada 128 rumah bersih (100%). Hal
ini sesuai dengan syarat kesehatan.
Tabel 3.22. Distribusi frekuensi membersihkan penampung air
No Frekuensi membersihkan Frekuensi %
1 1 minggu/sekali
2 2 minggu/sekali
3 3 minggu sekali
Jumlah
N= 227 (Rumah)

Berdasarkan data dari tabel 3.22, didapatkan sebagian besar


frekuensi membersihkan penampungan air di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) sejumlah 1 minggu/sekali sebanyak 114 dengan
presentasi (%).
3) Pengelohan Sampah
Table 3.23. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Sistem pembuangan Frekuensi %
1 Dikumpul dan dibakar
2 Di sungai
3 Di Timbun dalam tanah
4 Dilaut
5 Disembarang Tempat
6 Diselokan
7 Diangkut dinas kebersihan
Lain-lain (Dibuang di tempat
8
sampah pembuangan umum)
Jumlah
N= 128 (Rumah)

Berdasarkan data dari tabel 3.23, didapatkan sebagian besar


pembuangan sampah adalah di kumpul dan dibakar dengan jumlah 116
rumah dengan persentase (90,63), hal ini sebenarnya tidak memenuhi
syarat kesehatan karna akan menimbulkan dampak lingkungan berupa
asap yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Sedangkan,
masih ada yang membuang sampah di sungai sebanyak 2 rumah dengan
presentasi (1.56%) serta yang membuang sampah di laut sebanyak 7
rumah dengan presentasi (5.47%).
Tabel 3.24. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Penampungan
Sampah Sementara Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan
V).
No Penampungan sementara Frekuensi %
1 Ada
2 Tidak ada / Sembarangan
Jumlah
N=128 (Rumah )

Berdasarkan data dari tabel 3.24, didapatkan sebagian besar


penduduk Tempat Penampungan Sampah Sementara Di Wilayah Desa
Sabang didapatkan 99 rumah dengan persentase 77.34% ada tempat
sampah penampungan sementara dan ada 29 rumah dengan persentase
(22,66%) yang tidak memiliki tempat penampungan sampah sementara
dan membuang sampahnya di pinggiran sungai dan laut.

Table 3.25. Distribusi Kondisi Tempat Penampungan Sampah Sementara


Di Wilayah Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten
Donggala (Dusun I,II,III, IV dan V)
No Kondisi penampungan Frekuensi %
1 Banyak Lalat
2 Banyak kecoa
3 Bau busuk
4 Terpelihara
Jumlah
N = 99 (Adanya tempat Penampungan sampah sementara)

Berdasarkan data dari tabel 3.25, didapatkan sebagian besar


penduduk kondisi Tempat Penampungan Sampah Sementaranya
didapatkan terpelihara sebanyak 85 dengan persentasi (85.86%) serta
kondisi tempat penampungan sampah sementara yang banyak lalat
sejumlah 11 (11.11%) dan bau busuk sejumlah 3 (3.03).

4) Sistem Pembuangan Tinja

Tabel 3.26. Distribusi Frekuensi kepemilikan jamban Di Wilayah Desa


Lero, Kecamatan Sindue kabupaten Donggala (Dusun I,II,III,IV
dan V)
No Kepemilikian Jamban Frekuensi %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah
N= (KK)

Berdasarkan data dari tabel 3.26, didapatkan sebagian besar


frekuensi kepemilikan jamban di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV
dan V) yang menjawab ya sebanyak 118 rumah dengan persentasi
(92.19%) dan menjawab tidak sebanyak 10 rumah dengan persentasi
(7.81)
Tabel 3.27. Distribusi Frekuensi Jenis Jamban Di Wilayah Desa Lero
(Dusun I,II,III,IV danV)
No Jenis Jamban Frekuensi %
1 Cemplung
2 Leher Angsa
Jumlah
N= 118 (Kepemilikan Jamban)

Berdasarkan data dari tabel 3.27, didapatkan semua jenis jamban


di wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) adalah leher angsa
sejumlah 118 dengan persentasi (100%).

Tabel 3.28. Distribusi Frekuensi status kepemilikan jamban Di Wilayah


Desa Lero kecamatan sindue kabupaten donggala (Dusun I,II,
III,IV dan V)
No Status kepemilikan Frekuensi %
1 Milik sendiri
2 Milik bersama
3 Menumpang
Jumlah
N= 158 (KK)

Berdasarkan data dari tabel 3.28, didapatkan sebagian besar


penduduk dengan status kepemilikan jamban milik sendiri dengan jumlah
121 Kepala keluarga (76.58), status kepemilikan bersama dengan jumlah
13 kepala keluarga (8.23%) dan dengan status kepemilikan menumpang
24 kepala keluarga (15.19%)
Tabel 3.29. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Pembuangan Tinja
Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Tempat pembuangan Frekuensi %
1 Wc
2 Sembarang
Jumlah
N = 128 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3.29, didapatkan sebagian besar tempat
pembungan tinja penduduk tempat pembuangan tinja Di Wilayah Desa
Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) adalah wc dengan jumlah 152 kepala
keluarga dengan persentase (97,67%). Dan yang membuang tinja
sembarangan ada 6 kepala keluarga dengan persentase (2.33%).

Tabel 3.30. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sistem Pembuangan Air


Limbah Di Wilayah DesaLero (Dusun I,II,III,IV dan V)
No Tempat pembuangan Frekuensi %
1 SPAL system peresapan tertutup
2 Sistem Peresapan terbuka
3 Selokan
4 Sungai
Jumlah
N= 128(rumah)

Berdasarkan data dari tabel 7.03, didapatkan sebagian besar Sistem


Pembuangan Air Limbah Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III, IV dan
V) penduduk yang membuang air limbahnya di selokan sebanyak 128
Rumah dengan persentase (100.00%).
5) Sumber Pencemaran (Air Limbah, Kotoran Ternak)
Tabel 3.31. Distribusi Frekuensi Hewan Ternak Dirumah Di Wilayah Desa
Lero (Dusun I,II,III,IV dan V)
No Hewan Peliharaan Frekuensi %
1 Ada
2 Tidak ada
Jumlah
N= 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 31.01, sebagian besar penduduk Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) tidak memiliki hewan ternak
dirumah dengan jumlah 109 Kepala keluarga dengan persentasi (68.99%)
dan yang memiliki hewan ternak di rumah dengan jumlah 49 kepala
keluarga (68.99).

Tabel 3.32. Distribusi Frekuensi Letak Kandang Hewan Peliharaan Di


Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V)
No Letak Kandang Frekuensi %
1 ≤ 25 meter
2 ≥ 25 meter
Jumlah
N= 49 (Kepemilikin hewan ternak dirumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.32, sebagian besar letak kandang Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III) ≤ 25 meter dengan jumlah 38 Rumah
dengan persentasi (77.55%).

Tabel 3.33. Distribusi Frekuensi Kondisi Kandang Di Wilayah Desa Lero


(Dusun I,II,III,IVdan V)
No Keadaan Kandang Ternak Frekuensi %
1 Menyatu dengan rumah
2 Terpisah dengan rumah
3 Menempel dirumah
4 Dikolong rumah
Jumlah
N= 49 (Kepemilikan hewan ternak dirumah)
Berdasarkan data dari tabel 3.33, sebagian besar kondisi kandang Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) terpisah dengan rumah
dengan jumlah 47 Rumah dengan persentasi (95.92%).
6) Ekonomi
Tabel 3.34. Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga Di Wilayah Desa
Sabang (Dusun I,II dan III)
No Penghasilan Frekuensi %
1 < Rp.500.000
2 Rp.500.000 - Rp.1.000.000
3 > Rp.1.000.000 – Rp.2.500.000
4 > Rp2.500.000
Jumlah
N= 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3.34, sebagian besar penghasilan
keluarga Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V) Rp.500.000 -
Rp.1.000.000 dengan jumlah 58 Kepala keluarga dengan persentasi
(36.71%).

Tabel 3.35. Distribusi Frekuensi Alokasi dana untuk pemeliharaan


kesehatan Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,I,III,IV dan V)
No Alokasi Dana (BPJS dll) Frekuensi %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah
N= 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3.35, sebagian besar penduduk
mengalokasi dana untuk pemeliharaan kesehatan Di Wilayah Desa Lero
(Dusun I,II,III,IV dan V) yang menjawab ya dengan jumlah 139 Kepala
keluarga dengan persentasi (87.97%).
7) Kesehatan Bayi Dan Balita
a. Status Gizi Bayi Dan Balita
Tabel 3.36. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Kartu Menuju
Sehat (KMS) pada Bayi/Balita Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II, III, IV dan V).
No Kartu Menuju Sehat (KMS) Frekuensi %
1 Memiliki
2 Tidak Memiliki
Jumlah
N= 35 (jumlah neonates + bayi + Batita + balita)
Berdasarkan data dari tabel 3.36, didapatkan hanya sebagian
kecil bayi/balita yang memiliki KMS yaitu (100%) , sementara yang
tidak memiliki KMS (0%). Hal ini sudah sesuai dengan standar
kesehatan.
Tabel 3.37. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Grafik KMS
Pada Bayi/Balita Setiap Bulan Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III, IV dan V).
No Grafik KMS Frekuensi %
1 Meningkat / bulan
2 Menurun / bulan
3 Tetap / bulan
4 Lain-lain (Belum
mengisi KMS)
Jumlah
N= 36 (Jumlah neonatus+bayi+batita+balita)
Berdasarkan dari dari tabel 3.37, didapatkan sebagian besar
(86,11%) grafik KMS pada bayi/balita meningkat/bulan, dan ada
beberapa grafik KMS yang menurun sebanyak 2 (5,72%) serta untuk
grafik KMS tetap sebanyak 2 (5,72%). Hal ini menandakan masih
adanya masalah gizi di Desa Lero.
Tabel 3.38. Distribusi Status Gizi Pada Bayi dan Balita Setiap Bulan Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V).
No Status Gizi Frekuensi %
1 Gizi Lebih
2 Gizi Baik
3 Gizi Kurang
4 Bawah Garis Merah
5 Stunting (Pendek)
Jumlah
N= 36 (Jumlah neonatus+bayi+batita+balita)
Berdasarkan dari dari tabel 3.38, didapatkan status gizi pada
bayi dan balita setiap bulan di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV
dan V) sebagian besar Gizi Baik 32 orang (88,89%) dan stunting
sebanyak 4 orang (11.11%)

Tabel 3.39. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif


Pada Bayi Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Pemberian ASI ekslusif Frekuensi %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah
N= 17 Jumlah Bayi 6 bln-3 Tahun)

Berdasarkan data dari tabel 3.39, didapatkan setengah dari bayi


sudah diberikan ASI Ekslusif sebanyak (52,94%), dan setengahnya
lagi belum diberikan ASI Ekslusif sebanyak (47,06%).
Tabel 3.40. Distribusi Frekuensi Penyebab Bayi Tidak Diberikan ASI Di
Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan V)
No Alasan Tidak Diberikan Asi Frekuensi %
1 Produksi ASI berkurang
2 Bayi tidak mau makan
3 Ibu Bekerja
4 Putting Mamae tidak normal
5 Ibu Sakit
6 Estetika
7 Lain-lain
Jumlah
N= 8 (Bayi yang tidak diberikan ASI Ekslusif)
Berdasarkan data dari tabel 3.40, didapatkan sebagian besar
penyebab bayi tidak diberikan ASI adalah produksi asi berkurang
sebanyak 6 (75%).

Tabel 3.41. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian Vitamin A Pada


Bayi/BalitaDi Wilayah Desa Lero (Dusun I,II, III, IV dan V)
N0 Pemberian Vitamin A Frekuensi %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah
N= 36 (Neonatus+Bayi+batita+balita)

Berdasarkan data dari tabel 3.41, didapatkan seluruh bayi/balita


diberikan vitamin A yaitu 36 bayi dan balita dengan persentase
(100%). Hal ini disebabkan karena wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V) berada sangat dekat dengan puskesmas Toaya dan
semua ibu telah terpapar informasi mengenai pentingnya pemberian
vitamin A.
Tabel 3.42. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit Yang Sering Di
Derita Pada Bayi/Balita Di Wilayah Desa Lero (Dusun
I,II,III,IV dan V).
No Penyakit Frekuensi %
1 Demam/Panas
2 Penyakit kulit (kudis, kurap,gatal-
gatal, bisul, dan lain-lain)
3 Kejang
4 ISPA
5 Diare
6 Demam berdarah dengue
Jumlah
N= 36 (Neonatus+Bayi+batita+balita)

Berdasarkan data dari tabel 3.42, ditemukan penyakit yang


sering dialami bayi/balita adalah demam dengan jumlah 23 bayi dan
balita dengan persentase (63,88%).

8) Masalah anak dan remaja


a. Kesehatan Anak
Tabel 3.43. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anak Yang Mengalami
Kesulitan Makan Di Wilayah Desa Lero (Dusun I,II,III,IV dan
V)
No Kesulitan Makan Frekuensi %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah
N= 55 (Anak 6-12 thn)

Berdasarkan data dari tabel 3.43, didapatkan Anak Yang tidak


mengalami Kesulitan Makan Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan
III) sejumlah 49 anak (90.57%) dan yang mengalami kesulitan makan
sebanyak 6 anak (10.91%). Berdasarkan hasil pendataan penyebab
anak kesulitan makan yaitu banyak bermain sebanyak 5 anak dan 1
orang anak malas makan.
b. Kesehatan Remaja
Tabel 3.44. Distribusi Frekuensi Masalah yang Sering Dialami Anak
Remaja Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Masalah Remaja Frekuensi %
1 Kesulitan Belajar
2 Kurang Bisa Bergaul
3 Begadang
4 Kurang Percaya Diri
5 Tidak ada masalah
6 Lain-lain
(Pembelajaran via
daraing)
Jumlah
N= 56 (Remaja 13-17 thn)

Berdasarkan data dari tabel 3.44, didapatkan masalah yang


sering dialami anak remaja Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan
III) yaitu begadang sejumlah 16 reamaja (28.57%).
Tabel 3.45. Distribusi Frekuensi cara remaja mengatasi masalah Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Masalah Remaja Frekuensi %
1 Bercerita pada teman
2 Bercerita pada orang
tua
3 Bercerita pada saudara
4 Marah dan Mengamuk
5 Mengurung diri
6 Lari dari rumah
Jumlah
N= 36 (Remaja yang bermasalah)

Berdasarkan data dari tabel 3.45, didapatkan sebagian besar cara


remaja mengatasi masalah Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan
III) yaitu bercerita pada orang tua sejumlah 28 remaja (77.77%).
Tabel 3.46. Distribusi Frekuensi Kegiatan Remaja Pada Waktu Luang Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Kegiatan Frekuensi %
1 Kegiatan Keagamaan
2 Membantu Orang Tua
3 Berolahraga
4 Karang Taruna
5 Main Gadget/Play
Games
6 Lain-lain
Jumlah
N= 56 (Remaja 13-17 thn)

Berdasarkan data dari tabel 3.46, didapatkan kegiatan remaja


pada waktu luang yang paling banyak Di Wilayah Desa Sabang
(Dusun I,II dan III) yaitu main gadget/play games sejumlah 25
reamaja (44.64%).
9) Sarana Pendidikan
Tabel 3.47. Distribusai frekuensi sarana pendidikan di wilayah Desa
Sabang (Dusun I,II dan III)
No Sarana Pendidikan Frekuensi
1 PAUD/Play Group
2 TK
3 SD
4 SMP
5 SMU
6 Lain-lain
Jumlah
Berdasarkan data dari tabel 3.47, didapatkan di wilayah Desa
Sabang (Dusun I,II dan III) memiliki 3 fasilitas pendidikan yaitu Taman
kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
10) Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Tabel 3.48. Distribusai frekuensi Keluarga Mendapat Informasi Kesehatan
Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Sarana Informasi Frekuensi %
1 Radio
2 Televisi
3 Koran/majalah
4 Papan Pengumuman RW/Desa
5 Penyuluhan Puskesmas/Posyandu
6 Medsos dan media lain
Jumlah
N = 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3.48, didapatkan sebagaian besar
mendapat Informasi Kesehatan Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan
III) dari penyuluhan Puskesmas/Posyandu sejumlah 118 Kepala keluarga
(96,90).

Tabel 3.49. Distribusi Frekuensi kebiasaan keluarga melakukan


pemeriksaan kesehatan
No Tempat Pemeriksaan Frekuensi %
1 Puskesmas
2 Rumah Sakit
3 Dokter Praktek
4 Perawat/Bidan Desa
5 Balai Pengobatan
6 Posyandu/Poskedes
7 Dukun
8 Pengobatan alternative
Jumlah
N = 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3.49, didapatkan sebagaian besar
kebiasaan keluarga melakukan pemeriksaan kesehatan Di Wilayah Desa
Sabang (Dusun I,II dan III) di Puskesmas sejumlah 153 Kepala keluarga
(96,83).
Table 3.50. Distribusi Frekuensi Tanggapan Keluarga Terhadap Petugas
Kesehatan Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Tanggapan Keluarga Frekuensi %
1 Baik
2 Kurang Baik
Jumlah
N = 158 (KK)
Berdasarkan data dari tabel 3,50, didapatkan semua Tanggapan
Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan Di Wilayah Desa Sabang (Dusun
I,II dan III) adalah Baik sejumlah 158 Kepala keluarga (100,00%).
11) Komunikasi
Tabel 3.51. Distribusi Frekuensi sarana komunikasi yang digunakan
keluarga
No Sarana Komunikasi Frekuensi %
1 Telephone/Handphone
2 Koran/majalah
3 Radio
4 Papan Pengumuman dusun/Desa
Jumlah
N= 158 ( KK )
Berdasarkan data dari tabel 3.51, sarana komunikasi yang
digunakan keluarga di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
seluruhnya menggunakan telephone/handphone sejumlah 158 (KK)
dengan persentase (100.00%).
12) Maternal dan KB
a. Kesehatan Ibu Hamil
Tabel 3.52. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu Hamil Dalam
Keluarga Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III).
No Ibu Hamil Frekuens %
i
1 Ya
a. Usia < 20 tahun
b. Usia 20 – 35 tahun
c. Usia >35 tahun
2 Tidak
Jumlah
N=66 (PUS)
Berdasarkan data dari tabel 3.52 jumlah ibu hamil dengan usia
PUS sebanyak 1 orang dengan persentase (1.52%)
Tabel 3.53. Distribusi Frekuensi berdasarkan Umur Kehamilan Ibu Yang
Sekarang Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III).
No Umur Kehamilan Frekuensi %
1 Triwulan I (1 – 3 bulan )
2 Triwulan II (4 – 6 bulan )
3 Triwulan III (7 – 9 bulan )
Jumlah
N=1 (Ibu Hamil)

Berdasarkan data dari tabel 3.53, didapatkan semua ibu hamil


memiliki usia kehamilan pada trimester 1 sebanyak 1 orang (100.00%).
Tabel 3.54. Distribusi Frekuensi tempat pemeriksaan kehamilan Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III).
No Tempat Pemeriksaan Frekuensi %
1 Dokter Praktek
2 Puskesmas/Poskesdes
3 Rumah Sakit
4 Bidan Praktek
5 Tidak Periksa
6 Dukun
Jumlah
N=1 (Ibu Hamil)

Berdasarkan data dari tabel 3.54, didapatkan semua ibu hamil


memeriksakan kehamilannya di Puskesmas/Poskesdes dengan jumlah 1
orang (100%). Berdasarkan hasil pendataan penyakit yang menyertai
kehamilan yaitu sakit gigi. Serta informasi pendidikan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil terkait perawatan payudara, persiapan
persalinan, perawatan bayi baru lahir (perawatan tali pusat), gizi ibu
hamil dan ASI Esklusif.
Tabel 3.55. Distribusi Frekuensi Cakupan Pertolongan Persalinan Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III).
No Pertolongan Persalinan Frekuensi %
1 Tenaga Kesehatan
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
2 Non Tenaga Kesehatan
a. Dukun Terlatih
b. Dukun Tidak Terlatih
Jumlah
N=11 (Ibu Nifas)

Berdasarkan data dari tabel 3.55, cakupan pertolongan persalinan di


Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III) sebagian besar ditolong oleh
bidan sebanyak 8 (72.73%).
b. Keluarga Berencana
Tabel 3.56. Distribusi Frekuensi berdasarkan Peserta Akseptor KB Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Akseptor KB Frekuensi %
1 Peserta
2 Tidak Peserta
Jumlah
N= 66 (PUS)

Berdasarkan data dari tabel 3.56, didapatkan peserta akseptor KB di


Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III) dengan jumlah 41 peserta
(62.12%) dan yang tidak menjadi peserta akseptor KB ada 25 peserta
(37.88%).
Tabel 3.57. Distribusi Frekuensi Alasan Tidak Menjadi Peserta KB di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Tidak Menjadi Peserta Frekuensi %
1 Agama
2 Sakit

3 Takut
4 Dilarang Suami
5 Ingin mempunyai Anak
6 Tidak tahu tentang KB
Lain-Lain (tidak ingin
7
menggunakan KB)
Jumlah
N = 25 (PUS yang bukan menjadi peserta KB)
Berdasarkan data dari tabel 3.57, didapatkan alasan tidak
menjadi peserta akseptor KB di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan
III) dengan jumlah terbanyak yaitu ingin mempunyai anak 19 peserta
(76%).

13) Status kesehatan


a) Kesakitan
Tabel 3.58. Distribusi Frekuensi Penyakit Terbanyak yang diderita
keluarga 1 tahun terkahir Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II
dan III)
No Jenis Penyakit Frekuensi %
1 Hipertensi
2 Febris
3 Asam Urat
4 Rheumatik
5 Gastritis
6 ISPA
7 Vertigo
8 Astma
9 TB Paru
10 Diabetes Mellitus
Jumlah
N=86 (KK yang Mengalami yang menderita penyakit 1 tahun terakhir)

Berdasarkan data dari tabel 3.58, didapatkan penyakit terbanyak


yang diderita keluarga 1 tahun terakhir adalah Hipertensi dengan
jumlah 22 (25.58%).
b) Kematian
Tabel 3.59. Distribusi Kematian Dalam Periode Satuan Terakhir Di
Desa Sabang (Dusun I,II dan III).

No Umur Frekuensi

1 0- 28 hari (Neonatus)
2 1 bln- 12 bln (Bayi)
3 >1 thn-3 thn (Batita)
4 >3 thn- 5 thn (Balita)
5 >5 thn- 12 thn (Anak)
6 >12 thn- -17 thn (Remaja)
7 >17 thn-35 thn (Dewasa Muda)
8 >35 thn- 59 thn (Dewasa Tua)
9 ≥ 60 thn (Lansia)
Jumlah
N= 5 (Jiwa Meninggal)
Berdasarkan data dari tabel 3.59, didapatkan Kematian Dalam
Periode Satuan Terakhir Di Desa Sabang (Dusun I,II dan III) yang
terbanyak adalah 1 bln- 12 bln (Bayi) dengan jumlah 2 jiwa.
14) Lansia
Tabel 3.60 Distribusi Frekuensi Penyakit yang Sering Diderita Lansia Di
Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Jenis Penyakit Frekuensi %
1 Hipertensi
2 Jantung
3 Kolestrol
4 Rheumatik
5 Gastritis
6 Astma
7 Lain-Lain
Jumlah
N=54 (Lansia yang menderita penyakit)

Berdasarkan data dari tabel 3.60, didapatkan penyakit terbanyak


yang diderita lansia di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III) adalah
Hipertensi dengan jumlah 29 (53.70%).
Tabel 3.61 Distribusi Frekuensi Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan
Lansia Di Wilayah Desa Sabang (Dusun I,II dan III)
No Kunjungan Frekuensi %
1 1 kali/tahun
2 2 kali/tahun
3 3 kali/tahun
4 Bila sakit saja
Jumlah
N=66 (Lansia)
Berdasarkan data dari tabel 3.61, didapatkan kunjungan
pemeriksaan kesehatan lansia terbanyak di Wilayah Desa Sabang
(Dusun I,II dan III) adalah Bila sakit saja dengan jumlah 47 (71.21%).
2. PENGUMPULAN DATA
a. Distribusi vektor terbanyak disekitar rumah adalah nyamuk sebanyak
30.17%
b. Kondisi/keadaan dalam rumah yang tidak bersih sebanyak 14.48%
c. Kondisi kebersihan halaman rumah tidak bersih sebanyak 12.5%
d. Kondisi tempat penampungan air terbuka sebanyak 60.15%
e. Kondisi tempat penampungan sampah sementara didapatkan banyak lalat
11.11% dan bau busuk sebanyak 3.03%
f. Tempat pembuangan tinja disembarang tempat sebanyak 3.79%
g. Pemberian ASI ekslusif pada bayi (6 bulan-2 tahun) tidak diberikan ASI
ekslusif sebanyak 47.05%
h. Status gizi pada bayi/balita didapatkan stunting sebanyak 11.11%
i. Penyakit paling banyak pada bayi dan balita yaitu demam sebanyak
63.88%, ISPA 16.66% dan diare sebanyak 16.66%
j. Penyebab bayi tidak diberikan ASI yaitu produksi ASI yang berkurang
sebanyak 75%
k. Penyakit terbanyak pada lansia yaitu hipertensi sebanyak 33.70%
l. Kunjungan pemeriksaan kesehatan lansia bila sakit saja sebanyak 71.21%
3. ANALISA DATA
Tabel 3.62 Analisa Data
NO Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan
1. Lingkungan fisik: 1. Distribusi vektor Ketidakefektifan
Lingkungan yang terbanyak disekitar pemeliharaan
tidak sehat di rumah adalah nyamuk kesehatan
Dusun I, II dan III sebanyak 30.17% lingkungan
di Desa Sabang. 2. Kondisi/keadaan dalam berhubungan
rumah yang tidak dengan kurangnya
bersih sebanyak pengetahuan
14.48% masyarakat dalam
3. Kondisi kebersihan memelihara
halaman rumah tidak lingkungan yang
bersih sebanyak 12.5% memenuhi syarat
4. Kondisi tempat kesehatan dan
penampungan air penerapan PHBS di
terbuka sebanyak Dusun I, II dan III
60.15% Desa Sabang.
5. Kondisi tempat
penampungan sampah
sementara didapatkan
banyak lalat 11.11%
dan bau busuk
sebanyak 3.03%
6. Tempat pembuangan
tinja disembarang
tempat sebanyak
3.79%
2 Kesehatan anggota 1. Pemberian ASI ekslusif Resiko
keluarga: bayi dan pada bayi (6 bulan-2 ketidakefektifan
balita yang tahun) tidak diberikan peemeliharaan
mengalami ASI ekslusif sebanyak kesehatan pada
gangguan 47.05% bayi dan balita
kesehatan 2. Status gizi pada berhubungan
bayi/balita didapatkan dengan kurangnya
stunting sebanyak kesadaran
11.11% komunitas terhadap
3. Penyakit paling banyak kesehatan bayi dan
pada bayi dan balita balita di Dusun I, II
yaitu demam sebanyak dan III Desa
63.88%, ISPA 16.66% Sabang.
dan diare sebanyak
16.66%
4. Penyebab bayi tidak
diberikan ASI yaitu
produksi ASI yang
berkurang sebanyak
75%
3 Usia lanjut: 1. Penyakit terbanyak Resiko penurunan
sebagian besar dari pada lansia yaitu derajat kesehatan
jumlah lansia hipertensi sebanyak lansia berhubungan
mengalami 33.70% dengan kurangnya
berbagai keluhan 2. Kunjungan partisipasi lansia
penyakit pemeriksaan kesehatan dalam
lansia bila sakit saja pemeliharaan
sebanyak 71.21% kesehatan di Dusun
I, II dan III Desa
Sabang.
Setelah teridentifikasi beberapa masalah keperawatan komunitas, selanjutnya dilakukan penapisan untuk menetukan
prioritas masalah yang dilakukan oleh mahasiswa, perangkat Desa, Kepala Dusun dan Tokoh – tokoh masyarakat.

4. PENAPISAN MASALAH
Tabel 3.63 Penapisan Masalah Komunitas Di Desa Sabang (Dusun I, II dan III) Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala

Kriteria penapisan

Tersedia sumber daya

Sesuai dengan program


Jumlah yang beresiko

pendidikan kesehatan
Sesuai dengan peran

Kemungkinan untuk

Kemungkinan untuk
Minat masyarakat

Jumlah skore
Sumber daya tempat
Besarnya resiko

Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Sumber daya dana
pemerintah
komunitas
Diagnosa keperawatan komunitas

Sumber daya
perawat

diatasi

peralatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 5 3 4 5 3 4 5 5 4 4 5 5 52
lingkungan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan
penerapan PHBS di Dusun I, II dan III Desa
Sabang.
Resiko ketidakefektifan peemeliharaan kesehatan 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 51
pada bayi dan balita berhubungan dengan
kurangnya kesadaran komunitas terhadap kesehatan
bayi dan balita di Dusun I, II dan III Desa Sabang.
Resiko penurunan derajat kesehatan lansia 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 50
berhubungan dengan kurangnya partisipasi lansia
dalam pemeliharaan kesehatan di Dusun I, II dan
III Desa Sabang.
5. PRIORITAS MASALAH
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan lingkungan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan penerapan PHBS di
Dusun I, II dan III Desa Sabang.
b. Resiko ketidakefektifan peemeliharaan kesehatan pada bayi dan balita
berhubungan dengan kurangnya kesadaran komunitas terhadap
kesehatan bayi dan balita di Dusun I, II dan III Desa Sabang.
c. Resiko penurunan derajat kesehatan lansia berhubungan dengan
kurangnya partisipasi lansia dalam pemeliharaan kesehatan di Dusun I,
II dan III Desa Sabang.
6. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.64 Rencana Keperawatan Komunitas Di Desa Sabang (Dusun I, II dan III) Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Rencana kegiatan
Komunitas
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Warga di Ceramah 1. Diskusikan bersama warga tentang
pemeliharaan kesehatan keperawatan 1 kali Dusun I, II dan tanya tindakan yang dapat dilakukan oleh
lingkungan pertemuan diharapkan dan III Desa jawab, warga bila ada anggota keluarga yang
berhubungan dengan masyarakat di Dusun I, II Sabang Praktek sakit.
kurangnya pengetahuan dan III Desa Sabang mampu: 2. Diskusikan cara pengelolaan sampah
masyarakat dalam a. Memelihara kesehatan yang sehat
memelihara lingkungan rumah dan lingkungan. 3. Lakukan kerja bakti masal bersama
yang memenuhi syarat b. Mampu memahami dan dengan seluruh warga di Dusun I, II
kesehatan dan menerapkan 3M untuk dan III Desa Sabang
penerapan PHBS di pencegahan masalah 4. Berikan penyuluhan PHBS Rumah
Dusun I, II dan III Desa kesehatan yang Tangga
Sabang. ditimbulkan lingkungan 5. Berikan penyuluhan tentang 3M
c. Mampu memahami cara dalam mencegah masalah kesehatan
pengelolaan sampah yang ditimbulkan oleh lingkungan
d. Mampu memahami
pentingnya penerapan stop
BAB sembarangan
2. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Warga di Ceramah 1. Diskusikan tentang cara-cara
peemeliharaan keperawatan 1 kali Dusun I, II dan tanya perawatan bayi dan balita di rumah
kesehatan pada bayi pertemuan diharapkan dan III Desa jawab, 2. Berikan penyuluhan tentang gizi
dan balita berhubungan masyarakat di Dusun I, II Sabang Praktek pada bayi dan balita
dengan kurangnya dan III Desa Sabang mampu: 3. Berikan penyuluhan tentang ASI
kesadaran komunitas a. Memahami tentang esklusif dan perawatan payudara
terhadap kesehatan bayi pentingnya pemberian pada ibu hamil dan menyusui
dan balita di Dusun I, II ASI esklusif dan 4. Mendemonstrasikan makanan
dan III Desa Sabang. perawatan payudara dengan gizi seimbang pada bayi/
e. Memahami dan balita yang mengalami stunting
menerapkan pemeliharaan
status gizi yang baik pada
bayi dan balita

3. Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan Lansia dan Ceramah 1. Berikan penyuluhan tentang
derajat kesehatan lansia keperawatan 1 kali warga di dan tanya penyakit dan gangguan kesehatan
berhubungan dengan pertemuan diharapkan dusun I, II jawab yang dapat timbul pada lansia
kurangnya partisipasi masyarakat di Dusun I, II dan III Desa 2. Diskusikan tentang cara-cara
lansia dalam dan III Desa Sabang mampu: Sabang perawatan lansia di rumah
pemeliharaan kesehatan a. Mengidentifikasi penyakit 3. Berikan penyuluhan tentang
di Dusun I, II dan III dan gangguan kesehatan Hipertensi pada lansia
Desa Sabang. yang dapat timbul pada 4. Berikan penyuluhan tentang
lansia pentingnya kontrol kesehatan pada
b. Memahami dan mampu lansia
mempraktekkancara-cara 5. Mengajak lansia di dusun I, II dan
perawatan lansia III Desa Sabang untuk mengikuti
c. Memahami pentingnya posyandu lansia secara rutin
pemeriksaan kesehatan bagi
lansia
7. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tabel 3.65 Implementasi dan Evaluasi Komunitas Di Desa Sabang (Dusun I, II dan III) Kecamatan Dampelas Kabupaten
Donggala

No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Ketidakefektifan 1. Tanggal 05 Juli 2021 pukul 07.00 – 10.00 WITA, a. Evaluasi Struktur :
pemeliharaan kesehatan melakukan kerja bakti di Dusun 1 dan sekitar 1) Rencana kegiatan telah
lingkungan tempat wisata Pantai Bambahano dilakukan satu hari sebelum
berhubungan dengan 2. Tanggal 07 Juli 2021 pukul 08.45 – 10.00 WITA kegiatan dilaksanakan
kurangnya pengetahuan a. Melakukan penyuluhan kesehatan PHBS 2) Pemberitahuan penyuluhan
masyarakat dalam tentang pengolahan sampah yang sehat, telah dilakukan satu hari
memelihara lingkungan meliputi sebelum acara dilaksanakan
yang memenuhi syarat 1) Pengertian sampah b. Evaluasi Proses :
kesehatan dan 2) Jenis-jenis sampah 1) Kerja bakti dilakukan oleh
penerapan PHBS di 3) Sumber-sumber sampah mahasiswa profesi ners, karang
Dusun I, II dan III Desa 4) Cara pengelolaan sampah taruna, dan warga sekitar
Sabang. 5) Bahaya sampah bagi kesehatan 2) Warga yang hadir dalam
6) Perilaku membuang sampah yang benar penyuluhan sebanyak 20 orang
b. Melakukan penyuluhan kesehatan PHBS 3) Penyuluhan dilaksanakan di
tentang rumah dan lingkungan yang sehat, Balai Pertemuan Desa Sabang
meliputi 4) Warga cukup antusias
1) Pengertian Rumah Sehat dan Lingkungan mendengarkan pemaparan
yang Sehat materi mengenai PHBS
2) Pengertian PHBS (Pengolahan sampah yang
3) Indikator PHBS sehat, rumah dan lingkungan
4) Manfaat PHBS yang sehat, 3M, serta stop BAB
c. Melakukan penyuluhan kesehatan PHBS sembarangan)
tentang 3M, meliputi c. Evaluasi Hasil :
1) Pengertian 3M plus 1) Lingkungan Dusun I, II dan III
2) Gerakan 3M plus serta sekitar tempat wisata
3) Tujuan 3M plus Pantai Bambahano bersih dari
4) Dampak tidak melakukan Gerakan 3M plus sampah terutama sampah
5) Manfaat 3M plus anorganik
d. Melakukan penyuluhan kesehatan PHBS 2) Masyarakat mengatakan
tentang stop BAB sembarangan, meliputi memahami tentang PHBS
1) Dampak BAB Sembarangan terkait pengolahan sampah
2) Alasan harus stop BAB Sembarangan yang sehat, rumah dan
3) Kemana tinja harus di buang lingkungan yang sehat, 3M,
4) Dampak lingkungan yang dapat di serta stop BAB sembarangan
timbulkan dari BAB Sembarangan 3) Masyarakat mengatakan paham
3. Tanggal 10 Juli 2021 pukul 06.30 – 09.00 WITA, dan akan mempraktekan PHBS
melakukan kerja bakti di Dusun II dan Dusun III. dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga.
2 Resiko ketidakefektifan 1. Tanggal 08 Juli 2021 pukul 15.30 - 17.00 WITA, a. Evaluasi Struktur :
peemeliharaan melakukan demonstrasi makanan tentang gizi 1) Rencana kegiatan telah
kesehatan pada bayi seimbang pada bayi dan balita yang mengalami dilakukan satu hari sebelum
dan balita berhubungan stunting kegiatan dilaksanakan
dengan kurangnya 2) Pemberitahuan penyuluhan dan
kesadaran komunitas 2. Tanggal 12 Juli 2021 pukul 08.00 – 10.00 WITA demonstrasi telah dilakukan
terhadap kesehatan bayi a. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang gizi satu hari sebelum acara
dan balita di Dusun I, II bayi dan balita, meliputi: dilaksanakan
dan III Desa Sabang. 1) Pengertian Gizi b. Evaluasi Proses :
2) Manfaat makanan bagi bayi dan balita 1) Demontrasi makanan tentang
3) Makanan bayi usia 0-6 bulan gizi seimbang pada bayi dan
4) Cara mengatur makanan anak usia 1-5 balita yang mengalami stunting
tahun diberikan door to door, kepada
5) Zat gizi yang terkandung dalam makanan 4 balita
6) Tanda dan gejala kurang gizi 2) Orang tua bayi/ balita yang
7) Dampak dari kekurangan gizi hadir dalam penyuluhan
8) Cara memasak yang tepat sebanyak 25 orang
9) Stunting (Pengertian, Penyebab, Dampak 3) Penyuluhan dilaksanakan di
dan Pencegahan) Posyandu Desa Sabang
10) Cara pengukuran TB/ PB yang benar 4) Orang tua bayi/ balita cukup
(Khusus Kader Kesehatan) antusias mendengarkan
b. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang ASI penyuluhan kesehatan terkait
eksklusif, meliputi: gizi pada bayi dan balita, ASI
1) Pengertian ASI. eksklusif dan perawatan
2) Kandungan dari ASI eksklusif payudara
3) Manfaat ASI eksklusif c. Evaluasi Hasil :
4) Waktu pemberian ASI ekslusif 1) Ibu bayi/ balita yang
5) Faktor yang mempengaruhi pemberian mengalami stunting sudah
ASI memahami tentang pemberian
6) Menjelaskan cara pemberian dan makanan pada stunting dan
penyimpanan ASI untuk ibu yang bekerja bagaimana cara memasaknya
c. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang 2) Orang tua bayi/ balita
perawatan payudara, meliputi: mengatakan memahami tentang
1) Pengertian perawatan payudara penyuluhan yang diberikan
2) Manfaat perawatan payudara terkait gizi pada bayi dan
3) Persiapan alat-alat untuk perawatan balita, ASI eksklusif dan
payudara Perawatan Payudara
4) Teknik atau cara perawatan payudara

3 Resiko penurunan 1. Tanggal 07 Juli 2021 pukul 06.30 - 07.10 WITA, a. Evaluasi struktur :
derajat kesehatan lansia melakukan senam lansia pada lansia yang berada 1) Rencana kegiatan telah
berhubungan dengan di Dusun I, II dan III dilakukan satu hari sebelum
kurangnya partisipasi 2. Tanggal 12 Juli 2021 pukul 08.00 – 10.00 WITA kegiatan dilaksanakan
lansia dalam a. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang 2) Pemberitahuan penyuluhan
pemeliharaan kesehatan hipertensi pada lansia dan masyarakat umum, dan kegiatan senam telah
di Dusun I, II dan III meliputi: dilakukan satu hari sebelum
Desa Sabang. 1) Pengertian Hipertensi acara dilaksanakan
2) Etiologi Hipertensi b. Evaluasi Proses :
3) Klasifikasi Hipertensi 1) Lansia yang hadir dalam senam
4) Penatalaksanaan kategori Hipertensi lansia sebanyak 21 orang
5) Patofisiologi Hipertensi 2) Lansia yang hadir dalam
6) Tanda dan gejala Hipertensi penyuluhan sebanyak 21 orang
7) Pentalaksanaan Hipertensi 3) Penyuluhan dilaksanakan di
b. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Balai Pertemuan Desa Sabang
kontrol kesehatan pada lansia dan cara 4) Lansia cukup antusias selama
perawatan lansia dirumah, meliputi: senam lansia dan
1) Pengertian Lansia mendengarkan pendidikan
2) Pentingnya kontrol kesehatan pada lansia kesehatan mengenai Hipertensi
3) Manfaat Pemeriksaan Kesehatan Bagi pada lansia serta kontrol
Lansia kesehatan pada lansia dan cara
4) Macam-Macam Penyakit Yang Sering perawatan lansia dirumah.
Dialami Lansia Dan Pemeriksaan c. Evaluasi Hasil :
Kesehatan Yang Harus Dilakukan Oleh 1) Semua lansia tampak
Lansia mengikuti semua gerakan
5) Cara perawatan lansia di rumah senam
2) Lansia dan warga mengatakan
paham tentang penyuluhan
kesehatan yang diberikan
terkait Hipertensi pada lansia
serta kontrol kesehatan pada
lansia dan cara perawatan
lansia dirumah.
BAB IV
APLIKASI PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT
KEGAWATDARURATAN MASYARAKAT
PESISIR PANTAI DI DESA SABANG

A. Tahap Persiapan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa
Sabang maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep – konsep
keperawatan Gawat darurat yang ada. Kegiatan praktik keperawatan ini
dilaksanakan oleh mahasiswa diawali dengan pertemuan Ke Kepala Desa,
Kepala Puskesmas, Kader kesehatan, di Desa Sabang. Adapun kegiatan –
kegiatan yang dilaporkan meliputi tahap – tahap persiapan dan pelaksanaan.
Persiapan meliputi kemasyarakatan dan persiapan teknis sedangkan tahap
pelaksanaan terdiri dari studi awal, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
rencana tindak lanjut.
Pada tahap ini, mula – mula kelompok melakukan kegiatan
pengidentifikasian tokoh masyarakat, maka dilakukan pendengkatan membina
hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan
tentang tujuan Praktek Keperawatan Kegawatdaruratan Pesisir Pantai di Desa
Sabang .
B. Studi Awal
Masyarakat Desa Sabang Dusun I, II dan III berjumlah ±158 KK, dengan
jumlah Jiwa kebanyakan Masyarakat Desa Sabang Dusun I, II dan III
memiliki pekerjaan yang beragam, sebagian besar kepala keluarga bekerja
disektor Pertanian yaitu 55 KK (34,81%), namun sebagian masyarakat
memiliki pendapatan sebagai seorang nelayan yang keseharian penduduk
sering mencari ikan dilaut pada waktu tertentu .
Kehidupan masyarakat Desa Sabang kesehariannya diisi dengan hiruk
pikuk aktivitas masyarakat dengan berbagai macam profesi yang ada di
masyarakat, kebanyakan masyarakat yang berada di pesisir pantai memiliki
pekerjaan sebagai nelayan yang sehari-harinya mencari ikan di laut, di Desa
Sabang memiliki jalur transportasi darat berupa motor dan mobil.
Daerah Sabang merupakan daerah yang mayoritas penduduknya berada
di pesisir pantai yang berprofesi sebagai nelayan, sehingga keseharian dari
masyarakat merupakan kontak dengan laut dan merupakan masyarakat yang
memiliki angka kemungkinan kejadian tenggelam lebih tinggi, masyarakat
pesisir pantai di Sabang belum pernah mendapatkan pelatihan tentang
penanganan korban tenggelam.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu sebagai institusi
pendidikan kesehatan negeri di Sulawesi Tengah merasa turut andil dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Penciri dari institusi ini ialah
kegawatdaruratan peisir pantai, sehingga upaya preventif dan promotif melalui
berbagai program pengabdian masyarakat yang dijalankan oleh sivitas
akademik dan mahasiswa diharapkan mampu membantu masyarakat pesisir
dalam peningkatan derajat kesehatan.
Pengabdian masyarakat yang direncanakan dijalankan pada Minggu Ke-
II yaitu pada tanggal 12 Juli 2021
C. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan.
a. Tujuan Umum
Diharapkan mayarakat mampu memahami pentingnya
meningkatkan derajat kesehatan serta tehnik penanganan sedarhana
saat terjadi trauma di daerah pesisir pantai
b. Tujuan Khusus
1) Masyarakat mampu memahami penanganan korban dengan kasus
tenggelam
2) Masyarakat dapat memahami tehnik Bantuan Hidup Dasar pada
korban dengan henti napas /henti jantung
2. Rencana Tindak Lanjut
a. Berikan pendidikan kesehatan tentang penanganan korban tenggelam,
penanganan pada pasien dengan gigitan, sengatan dan tusukan hewan
laut, serta penanganan Barotrauma.
b. Berikan pelatihan tentang bantuan hidup dasar (BHD) pada masyarakat
sekitar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat di Dusun I, II dan III
Desa Sabang masih perlu ditingkatkan khususnya dalam pengelolaan
sampah, kebiasaan BAB sembarangan, dan 3M sebagai bentuk
pencegahan dari penyakit infeksi/ menular maupun tidak menular.
2. Pentingnya kesehatan bayi/ balita perlu ditingkatkan khususnya dalam
penanganan gizi bayi dan balita terutama pada bayi/ balita yang
mengalami stunting di Dusun I, II dan III Desa Sabang serta kesadaran
akan pentingnya ASI Eksklusif dan perawatan payudara pada ibu hamil
dan ibu menyusui untuk memperlancar keluarnya ASI
3. Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan lansia di Dusun I, II dan
III Desa Sabang masih perlu dicanangkan lebih baik lagi dalam program-
programnya, seperti peningkatan jumlah kunjungan lansia secara teratur
untuk melakukan kontrol kesehatan.
4. Sebagian masyarakat masih belum memahami seputar bantuan hidup dasar
(BHD), penanganan korban tenggelam, penanganan pada pasien dengan
gigitan, sengatan dan tusukan hewan laut, serta penanganan Barotrauma.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Sabang
Diharapkan dapat membuat modifikasi dalam menjalankan program
yang ada sehingga dapat menarik minat masyarakat, baik untuk pelaksana-
an Posbindu, Posyandu, Promosi kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Bagi Instansi Pemerintah
Diharapkan pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang di-
laksanakan secara lintas sektor dapat dipertahankan sehingga semua pihak
dapat berkontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
3. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan media yang ada untuk
mencari lebih banyak informasi seputar kesehatan serta memotivasi diri
dan keluarga agar mengambil peran dalam peningkatan derajat kesehatan
seperti memperhatikan perihal hidup bersih dan sehat.
4. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Diharapkan bagi institusi pendidikan kesehatan terkhusus yang
berada di Kota Palu, dapat membantu petugas kesehatan yang ada di
puskesmas setempat dalam merencanakan program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat baik dalam bentuk pengabdian masyarakat atau
pratek lapangan bersama mahasiswa.
5. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat membantu program Puskesmas setempat sebagai
pelayanan kesehatan dasar masyarakat sebagai bentuk belajar lapangan,
berbagi pengalaman, dan pengabdian kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi, Yudha. 2013. Merancang Media Promosi Unik dan Menarik. Yogyakarta:
Bintang Pustaka Abadi.
Bambang, 2015. Asuhan Keperawatan Komunitas.Palembang; LIPI
Benny,2010. Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta; TIM.
Jaji, 2012. Asuhan Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Fakultas
Keperawatan; Universitas Indoensia. Diakses dari Http;/umc.ac.id pada
tanggal 28 November 2019.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian RI.
Rezky, 2013. Asuhan Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Desa Tinggadek,
kabupaten Mulyorejo 2017. FKIK; Universitas Airlangga. Diakses dari
Http;umc.ac.id Pada Tanggal 28 November 2019.
Tim PISPK. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Sabang: Data PISPK.
Sabang:Puskesmas Sabang.
Tim Puskesmas Sabang. 2015. Profil Kesehatan Sabang. Sabang:Puskesmas
Sabang.
Umar dkk. 2020. Panduan Profesi Keperawatan Keluarga dan Keperawatan
Komunitas. Palu: Poltekkes kemenkes Palu.

Anda mungkin juga menyukai