Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA,

JIWA DAN GERONTIK STIKES MAJAPAHIT MOJOKERTO DI DESA


SUMBERPORONG RT 04 RW 13 KECAMATAN LAWANG

OLEH KELOMPOK V :

1. M. Nadhir S.Kep ( 2014901095 )


2. Arista Wulandari, S.Kep (2014901101 )
3. Nike Wardani, S.Kep (2014901107 )
4. Wening Trifina Anggraeni, S.Kep (2014901113 )
5. Hedy Ariawan, S.Kep (2014901119 )
6. Tantri Safitri, S.Kep (2014901125 )
7. Winda Arifani, S.Kep (2014901131 )
8. Dayat Sulistyono, S.Kep (2014901136 )
9. Hendro Subagio, S.Kep (2014901143)
10. Nur Qur’Aini Purwanto, S.Kep (2014901146)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2020
BAB 1
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama
petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23
tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Studi Ners STIKES Majapahit Mojokerto
melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di Kelurahan
Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dengan
menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan
komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian
komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa
mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk
komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan
kesehatan komunitas
d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor
resiko personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas
f. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
g. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara
nyata kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
2. Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Pendidikan
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Ners STIKES
Majapahit Mojokerto khususnya di bidang keperawatan
komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah
terwujudkan.
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di
kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan(Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai
kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006)
C. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka
lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual
tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu,maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental
dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial”.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik, akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerjasama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
d. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
1. Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan
meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat
kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawat yang bekerja di
sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus
penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batuk dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan
yang lebih spesifik.
2. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
3. Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali
membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan
secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat
yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten
4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

D. Bentuk –Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan.
Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan
keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang
melakukan kegiatan-kegiatan seperti: 1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB,
(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi
dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003). Pelayanan yang
diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap
pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan
posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,
manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk: (1)
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat
penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6)
meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.
Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan
Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2. Meja I
a. Penimbangan Balita dan ibu hamil
3. Meja III
a. Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi:
1) Kesehatan ibu dan anak :
 Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
 Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada
bulan Februari dan Agustus)
 PMT
 Imunisasi.
 Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau
kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap
bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada
kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV


dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan
oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi.
Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5
dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa
posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan
pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja dimasyarakat.
Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

E. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati
kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari
sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep
yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri,
baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009). Menurut
Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan
yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengan keperawatan komunitas adalah :
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Optimum health incipient lines over ilnes very serious ilnes

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang


keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat menurut Neuman adalah
suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis
pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat
dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normallywell, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan
lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan
masyarakat.
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan.
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis
dan sosial.

F. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan


Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009). Selain menjadi subjek,
masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat.
Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972
dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai kliendikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model
komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan
primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan sebagai
berikut:
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,
penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.
Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan
berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal
ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien
dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan
kelompok dengan kerjasama lintas sektoral dan lintas program.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang
terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih
dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut
ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian
masyarakat (Mubarak, 2009):
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan
prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma
keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu;
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998)
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan
sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial
berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak,
2009).Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
1. Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan
langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
4. Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
5. Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.
6. Tahap akhir
Suvervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk
kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya
G. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapatmengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan
komunitas merupakanPelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui
beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada
proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai
klien yang dimulai dengan pembuatan kontrakpartner shipdan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi,
2009).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok
adalah (Mubarak, 2005):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
1) Inti (Core) meliputi: Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara
lain:
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk.
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakah sering mengalami stres akibat keamanan
dan keselamatan yang tidak terjamin
d) Kualitas kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk deteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi.
f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit.
h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

2. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2005):
a. Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu, keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab.
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indera.
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu.
4. Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tabel atau
diagram
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
6. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
7. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan.
 Keadaan yang mengancam kesehatan.
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
8. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), Etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
 Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
 Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan. Symptom: tanda
atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
9. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
diatas adalah (Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit.
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit.
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit.
d. Lakukan kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang
tepat.
e. Lakukan olahraga secara rutin.
f. Lakukan kerjasama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas.
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
10. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit.
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
11. Penilaian / Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau
rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat
dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah
dilakukan intervensi.
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RT 04 RW13
KELURAHAN SUMBERPORONG KECAMATAN LAWANG
KABUPATEN MALANG

A. Aspek Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Dilaksanakan mulai tanggal 8-12 Februari di RT/RW 004/013 Desa
Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang terhadap 20 KK dengan
jumlah penduduk sebanyak 59 orang. Sebenarnya jumlah KK dalam wilayah
tersebut sebanyak 55 KK. Namun karena dalam masa pandemi agar tidak
berisiko meningkatkan penularan covid-19, maka jumlah KK yang dikaji
dibatasi. Teknik dalam pengambilan data ialah secara acak dengan cara
wawancara dan observasi.
Sedangkan letak secara geografis dari wilayah tersebut ialah:
Utara : RT 001/ RW 014
Selatan : RT 001/ RW 013
Timur : RT 002 RW 013
Barat : RW 008
2. Data Demografi
Data demografi yang dikaji pada pengumpulan data ini meliputi struktur
keluarga, daftar anggota keluarga dan data sosial ekonomi. Struktur keluarga
meliputi nama KK, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa.
Sedangkan daftar anggota keluarga meliputi nama, umur, jenis kelamin,
hubungan keluarga, agama, pendidikan, pekerjaan, kondisi kesehatan dan
riwayat pengobatan. Dan untuk data sosial ekonomi meliputi penghasilan rata-
rata perbulan dan kebiasaan menabung.
3. Data Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik meliputi:
1. Perumahan
2. Pekarangan
3. Pembuangan
4. Sumber air
5. Tempat penampungan air
6. Pembuangan sampah dan limbah
7. Kandang ternak
4. Data Status Kesehatan
Data status kesehatan yang dikaji pada keperawatan komunitas ini meliputi:
1. Sarana kesehatan
2. Masalah kesehatan
3. Kematian
4. Pokja KIA/KB
5. Pokja Remaja
6. Pokja Usia Lanjut (lansia)
7. Pokja Jiwa

B. Data Hasil Pengkajian


1. Data Demografi
a. Usia

Balita(1-5th)
8,4%
Manula(>65th)
18,6%
Remaja awal(12-16th)
16,9%

Remaja akhir(17-25th)
Lansia akhir(56-65th) 3,3%
20,3%

Dewasa awal(26-35th)
15,2%

Lansia awal(46-
55th)
8,4% Dewasa akhir(36-45th)
16,9%

Gambar 3.1 Jumlah penduduk berdasarkan usia di wilayah RT/RW 004/013


Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK (59 orang


penduduk) di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang memiliki usia pada lansia akhir (56-65 tahun) ,
yaitu sebanyak 12 orang (20,3%) dan usia manula ( >65 tahun), yaitu
sebanyak 11 orang ( 18,6 %)

b. Jenis kelamin

Laki-laki
47,5%
Perem
puan
52,5%

Gambar 3.2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah RT


004/RW 013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK (59 orang


penduduk) di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang sebagian besar memiliki jenis kelamin
perempuan, yaitu sebanyak 31 orang (52,5%).

c. Pendidikan
SLB PAUD TK
S1 1,7% 3,3%
13,5% 3,3% SD
8,4%

D3
15,2%
SMP
18,6%

SMA
35,6%
Gambar 3.3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah
RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK (59 orang


penduduk) di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan
SMA, yaitu sebanyak 21 orang (35,6%).

d. Pekerjaan
IRT Pelajar
15,2% 23,7%

Pensiunan
16,9%

PNS
10,1%

Wiraswasta
Swasta
11,8%
20,3%

Gambar 3.4 Jumlah penduduk berdasarkan peekerjaan di wilayah RT/RW


Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK (59 orang


penduduk) di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang hampir setengahnya memiliki pekerjaan swasta
yaitu 12 orang (20,3%) dan pelajar sebanyak 14 orang (23,7 %)
e. Kondisi kesehatan
IMA dan asam urat
1,8%
Hipertensi
Diabetes 13,6%
5,1%

Sehat
79,7%

Gambar 3.5 Jumlah penduduk berdasarkan kondisi kesehatan di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK (59 orang


penduduk) di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang sebagian besar memiliki kondisi kesehatan yang
sehat, yaitu sebanyak 47 orang (79,7%).

2. Data Lingkungan Fisik


a. Perumahan
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
hampir seluruh (90%) rumah yang ditempati adalah milik sendiri, jenisnya
permanen dan lantainya dari tegel/semen.
Ventilasi
Kurang
5%

Baik
95%

Gambar 3.6 Jumlah perumahan berdasarkan ventilasi di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang hampir seluruhnya memiliki rumah dengan ventilasi yang baik, yaitu
sebanyak 19 rumah (95 %). Warga yang memiliki ventilasi buruk
mengatakan keterbatasan keuangan dan kondisi kesehatan yang
menyebabkan rencana renovasi belum terlaksana.

Penerangan
Kurang
5%

Baik
95%

Gambar 3.7 Jumlah perumahan berdasarkan penerangan di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah
RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang hampir seluruhnya memiliki rumah dengan penerangan yang baik,
yaitu 19 rumah (95 %).

Luas Kamar Tidur

Kurang
10%

Baik
90%

Gambar 3.8 Jumlah perumahan berdasarkan luas kamar tidur di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang hampir seluruhnya memiliki rumah dengan luas kamar tidur yang
memenuhi syarat, yaitu 18 rumah (90 %).

b. Pekarangan

Tidak punya
30%

Punya
70%
Gambar 3.9 Jumlah perumahan berdasarkan pekarangan di wilayah RT/RW
004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013


Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
sebagian besar (70%) memiliki pekarangan yang dipergunakan untuk
menanam tanaman, sayur maupun buah.

c. Pembuangan
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruhnya (100%) BAB di WC milik sendiri dengan menggunakan septik
tank, seluruh kondisi jamban terawat dan jarak antara sumber air dengan
jamban >10 meter.

d. Sumber air
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruhnya ( 100 %) menggunakan PDAM dalam menyediakan air bersih.

Penyediaan air minum

Beli
35%

PDAM
65%

Gambar 3.10 Jumlah perumahan berdasarkan penyediaan air minum di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah
RT/RW Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
sebagian besar menggunakan air PDAM dalam menyediakan air minum,
yaitu sebanyak 13 rumah (65%).

Pengelolaan air minum

Tidak
masak
35%

Masak
65%

Gambar 3.11 Jumlah perumahan berdasarkan pengelolaan air minum di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang sebagian besar dimasak dalam menyediakan air minum yaitu
sebanyak 13 rumah (65 %).

e. Tempat penampungan air


Ember
15%

Bak
85%
Gambar 3.12 Jumlah perumahan berdasarkan jenis tempat penampungan air
di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang sebagian besar menggunakan bak untuk menampung air, yaitu
sebanyak 17 rumah (85%). Selain itu, pada pengkajian ini juga didapatkan
seluruh rumah memiliki tempat penampungan air dalam kondisi terbuka, dan
dilakukan pengurasan setiap 2 kali/minggu, seluruh kondisi airnya tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

f. Pembuangan sampah dan limbah


Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruh rumah membuang sampah dengan cara diambil petugas kebersihan,
yaitu sebanyak 20 rumah (100%).

Binatang Yang Sering Berkeliaran Di Sekitar Tempat Sampah

Lalat
15%

Lalat,kecoa
k,kucing
45%

Lalat,kucing
40%

Gambar 3.13 Jumlah perumahan berdasarkan binatang yang sering


berkeliaran di sekitar tempat sampah di wilayah RT/RW
004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang sebagian besar binatang yang sering berkeliaran di sekitar tempat
sampah adalah lalat, kecowak dan kucing, yaitu sebanyak 9 rumah (45%).
Berdasarkan hasil pengkajian juga didapatkan bahwa seluruh rumah memiliki
tempat pembuangan sampah dengan kondisi tertutup, seluruh rumah
membuang limbah ke got dengan kondisi saluran yang lancar. Wilayah ini
tidak pernah banjir meskipun hujan deras sekalipun. Hal ini karena wilayah
ini ditunjang dengan drainase yang baik, tanahnya miring karena area lereng
bukit dan terdapat sungai yang besar.

g. Kandang ternak
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruhnya (100%) tidak memiliki kandang ternak, dikarenakan wilayah ini
merupakan area perumahan.

3. Data Status Kesehatan


a. Sarana kesehatan
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruhnya dekat dengan rumah sakit dan jika sakit seluruhnya menggunakan
sarana kesehatan.

b. Masalah kesehatan

ISPA DM
10% 10%

Tidak
masalah
50%

Hipertensi
30%
Gambar 3.14 Jumlah perumahan berdasarkan masalah kesehatan di wilayah
RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang setengahnya tidak memiliki masalah kesehatan, yaitu sebanyak 10
KK (50%), Berdasarkan hasil pengkajian juga didapatkan hampir seluruhnya
beli obat bebas sebelum dibawa ke pusat kesehatan jika ada anggota
keluarganya yang sakit, seluruhnya membawa ke rumah sakit jika ada
anggota keluarga yang sakit.

Mobil pribadi
17%

Sepeda
motor
83%

Gambar 3.15 Jumlah KK berdasarkan sarana transportasi menuju pusat


kesehatan di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang sebagian besar menggunakan sepeda motor untuk menuju pusat
kesehatan ketika ada anggota keluarganya yang sakit, yaitu sebanyak 15 KK
(75%). Hal ini dikarenakan jarak dari rumah ke rumah sakit sangat dekat.

c. Kematian
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 20 KK di wilayah RT/RW 004/013
Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
seluruhnya tidak memiliki anggota keluarga yang meninggal dalam 1 tahun
terakhir.

d. Pokja KIA/KB

Ada PUS
40%

Tidak ada PUS


60%

Gambar 3.16 Jumlah KK berdasarkan pasangan usia subur di wilayah


RT/RW RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 20 KK di wilayah


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang hampir setengahnya memiliki PUS, yaitu sebanyak 8 KK (40%).

Jenis kontrasepsi
Suntik
KB kalender 25%
25%

IUD Pil
25% 25%

Gambar 3.17 Jumlah KK berdasarkan jenis kontrasepsi di wilayah RT/RW


RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang
Berdasarkan hasil pengkajian, dari 8 KK yang memiliki PUS, sebagian besar
yaitu 6 KK merupakan akseptor KB yang menggunakan jenis kontrasepsi
IUD, pil dan suntik masing- masing 25%, sedangkan 2 KK menggunakan KB
kalender. Beberapa akseptor KB mengatakan kurang begitu paham kelebihan
dan kekurangan masing-masing metode KB.

Lama Penggunaan Kontrasepsi

3-5
th
33,3
%

>5th
66,7
%

Gambar 3.18 Jumlah KK berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa dari 6 KK pengguna


kontrasepsi di wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang sebagian besar lama penggunaan kontrasepsi
antara > 5 tahun, yaitu sebanyak 4 orang (66,7%).

Ibu Hamil
Berdasarkan hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa dari 20 KK di
wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang seluruhnya tidak ada yang memiliki ibu hamil, memiliki 1
ibu habis persalinan dan ibu menyusui.
Balita

Punya
15%

Tidak punya
85%

Gambar 3.19 Jumlah KK berdasarkan anak balita di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang

Berdasarkan hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa dari 20 KK di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang hampir seluruhnya tidak memiliki balita, yaitu sebanyak
17 KK (85%), sebagian besar balita telah diimunisasi lengkap, sebagian
belum lengkap karena usianya masih kurang dari 1 tahun, seluruh anak
memiliki KMS, seluruh orang tua balita dapat membaca hasil KMS, sebagian
balita dibawa ke posyandu tiap ada posyandu, sebagian lagi tidak rutin
dibawa ke posyandu, seluruh balita berat badannya naik turun setiap
posyandu, seluruh balita memiliki status gizi yang baik, seluruh balita
mendapatkan makanan tambahan dan vitamin A.
e. Pokja Remaja

Punya
35%

Tidak punya
65%

Gambar 3.20 Jumlah KK berdasarkan anak remaja di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang

Berdasarkan hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa dari 20 KK di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang sebagian kecil memiliki anak remaja, yaitu sebanyak 7
KK (35%), seluruh anak remaja tidak memiliki kebiasaan buruk seperti
merokok, minum minuman keras dan penggunaan narkoba. Seluruh anak
remaja menggunakan waktu luang untuk rekreasi, sebagian besar anak remaja
memiliki kegiatan olahraga (57,1%).

Keagamaan
28,6%

Olahraga
57,1%

Karang taruna
14,3%

Gambar 3.21 Jumlah anak remaja berdasarkan kegiatan di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang
Dari data didapatkan remaja di wilayah tersebut aktif dalam kegiatan olah
raga karena dekat dengan sarana olahraga. Selain itu ada juga kegiatan
Remaja Masjid, serta karang taruna yang mengadakan pertemuan 1 bulan
sekali. Beberapa remaja mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang bahaya merokok

f. Pokja Usia Lanjut (lansia)

Ada lansia
40%

Tidak ada lansia


60%

Gambar 3.22 Jumlah KK berdasarkan usia lanjut di wilayah RT/RW


004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang

Berdasarkan hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa dari 20 KK di


wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang hampir setengahnya memiliki lansia sebanyak 8 KK
(40%). Dari 8 KK yang memiliki usia lanjut sebagian besar menderita
penyakit hipertensi dan Diabetes. Keluarga membawa lansia ke rumah sakit
jika mengalami kekambuhan. Di wilayah ini sudah ada kelompok usia lanjut,
kader poksila dan setiap bulannya aktif mengadakan kegiatan senam lansia
dan juga tahlilan. Kegiatan rutin yang dilakukan lansia ialah menonton
televisi dan berkebun.

g. Pokja Jiwa
Berdasarkan hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa dari 20 KK di
wilayah RT/RW 004/013 Desa Sumberporong Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang hampir seluruh anggota keluarganya dalam kondisi sehat,
yaitu sebanyak 100% Hasil dari pengkajian ini didapatkan pula tidak ada
satupun anggota keluarga yang mengalami ODGJ. Di wilayah tersebut sudah
ada kader kesehatan jiwa sebanyak 3 orang. Seluruh kader aktif melakukan
upaya peningkatan kesehatan jiwa melalui pelaksanaan posyandu jiwa,
screening dan penyuluhan.

C. Analisis Masalah dan Diagnosa Keperawatan


Data Etiologi Masalah
1. Lingkungan
Data Subyektif: Ketidakmampuan Manajemen
- Warga yang memiliki ventilasi buruk sumber daya kesehatan tidak
mengatakan keterbatasan keuangan (misal: keuangan, efektif
dan kondisi kesehatan yang fasilitas)
menyebabkan rencana renovasi belum
terlaksana.

Data Objektif:
a. hampir seluruhnya memiliki rumah
dengan ventilasi yang baik (95%) dan
sebagian kecil memiliki ventilasi
rumah yang buruk (5%).
b. hampir seluruhnya memiliki rumah
dengan penerangan yang baik (95%)
dan sebagian kecil memiliki
penerangan yang buruk (5%).
c. hampir seluruhnya memiliki rumah
dengan luas kamar tidur yang
memenuhi syarat (90%) dan sebagian
kecil memiliki luas kamar tidur yang
tidak memenuhi syarat (10%).
d. Seluruh rumah memiliki pekarangan
yang digunakan untuk menanam
tanaman, buah dan sayuran.
e. Seluruhnya memiliki jarak antara
sumber air dengan jamban >10 meter.
f. Seluruhnya menggunakan PDAM
dalam menyediakan air bersih
g. Sebagian besar menggunakan air
PDAM dalam menyediakan minum
(65%) dan sebagian beli air mineral
(35%)
h. Sebagian besar dimasak dalam
menyediakan air minum (65%), dan
sebagian tidak dimasak karena beli air
mineral.
i. Seluruhnya membuang sampah
dengan cara diambil petugas
kebersihan (100%)
j. sebagian besar binatang yang sering
berkeliaran di sekitar tempat sampah
adalah lalat, kecowak dan kucing
(45%).
k. Seluruhnya tidak mempunyai kandang
ternak.

2. Pokja KIA/KB
Sebanyak 3 orang ibu yang memiliki Kurangnya Resiko tumbuh
balita hanya 2 yang setiap bulan ke pengetahuan kembang kurang
posyandu masyarakat optimal pada
mengenai tumbuh balita
kembang balita.
Data Objektif:
a. sebanyak 3 KK (15%) memiliki balita,
2 balita telah diimunisasi lengkap, 1
balita belum lengkap, seluruh anak
memiliki KMS, 1 orang balita tidak
dibawa rutin ke posyandu dan tidak
ada alas an seluruh orang tua balita
dapat membaca hasil KMS, 3 balita
berat badannya naik turun.
3. Pokja Remaja
Data Subyektif: Kurang terpapar Defisit
Beberapa remaja mengatakan belum informasi pengetahuan
pernah mendapat penyuluhan tentang tentang bahaya
bahaya merokok. rokok

Data Objektif:
a. Hanya sebagian kecil yang memiliki
anak remaja, yaitu sebanyak 7 KK
(35%),
b. seluruh anak remaja tidak memiliki
kebiasaan buruk seperti merokok.
minum minuman keras dan
penggunaan narkoba.
c. seluruh anak remaja menggunakan
waktu luang untuk rekreasi.
d. sebagian besar anak remaja memiliki
kegiatan olahraga (57,1%)
4. Pokja Usia Lanjut (lansia)
Data Subyektif: Keterbatasan Defisit
Keluarga lansia mengatakan membawa sumber daya Kesehatan
lansia ke rumah sakit jika mengalami komunitas
kekambuhan, dan rutin kontrol tiap bulan. lansia
Data Objektif:
a. Hampir separuh memiliki usia lanjut,
yaitu sebanyak 8 KK (40%). Dari 8
KK yang memiliki usia lanjut,
sebagian besar menderita penyakit
hipertensi.
b. Di wilayah ini sudah ada kelompok
usia lanjut, kader poksila dan setiap
bulannya aktif mengadakan kegiatan
senam lansia juga tahlilan. Kegiatan
rutin yang dilakukan lansia seluruhnya
ialah menonton televisi dan berkebun.

5. Pokja Jiwa
Data Subyektif: Kesiapan
- peningkatan
Data Objektif: koping
a. seluruh anggota keluarganya dalam komunitas
kondisi sehat, yaitu sebanyak 20 KK
(100%).
b. Tidak ada satupun anggota keluarga
yang ODGJ
c. sudah ada kader kesehatan jiwa
sebanyak 3 orang. Seluruh kader aktif
melakukan upaya peningkatan
kesehatan jiwa melalui pelaksanaan
posyandu jiwa, screening dan
penyuluhan

Diagnosa Keperawatan Komunitas:


1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakcukupan
sumber daya (misal: keuangan, fasilitas)
2. Resiko tumbuh kembang kurang optimal pada balita berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tumbuh kembang balita.
3. Defisit kesehatan komunitas lansia berhubungan dengan keterbatasan sumber
daya
4. Kesiapan peningkatan koping komunitas
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Sasaran Tempat Penanggung
jawab
Manajemen Meningkatkan 1. Kesiapan 1. Lakukan screening 20 KK hasil Rumah masing- Wening,
kesehatan perubahan komunitas risiko gangguan pengkajian di masing warga Hendro
tidak efektif perilaku agar untuk tanggap kesehatan lingkungan RT 4
berhubungan memiliki krisis lingkungan RW 13 sumber
dengan kemauan dan 2. Ketersediaan 2. Identifikasi faktor porong
ketidakmampu kemampuan yang sumber daya risiko kesehatan
an sumber kondusif bagi untuk yang diketahui
daya (misal: kesehatan secara memenuhi 3. Libatkan partisipasi
keuangan, menyeluruh baik kebutuhan dasar masyarakat dalam
fasilitas) lingkungan atau 3. Persiapan memelihara
masyarakat komunitas keamanan
sekitar untuk lingkungan
menghadapi 4. Berikan pendidikan
tantangan di kesehatan kepada
masa depan kelompok risiko
Resiko Keluarga dapat 1. Seluruh warga 1. Penyuluhan pada 3 KK yang Rumah Arista, Nike
tumbuh mengatasi sadar tentang keluarga yang memiliki balita masing-
kembang kemungkinan pentingnya gizi mempunyai bayi dan di RT 4 RW 13 masing warga
kurang masalah tumbuh pada balita untuk balita tentang penting sumber porong
optimal pada kembang. tumbang gizi untuk tumbang.
balita Seluruh bayi dan 2. Seluruh warga 2. Pemantauan
berhubungan balita memiliki membawa anak kesehatan balita
dengan KMS. balitanya ke melalui KMS
kurangnya Seluruh keluarga posyandu 3. Mengadakan lomba
pengetahuan membawa balita sehat
masyarakat anaknya ke
mengenai fasilitas kesehatan
tumbuh yang ada.
kembang
balita

Defisit Masyarakat 1. Masyarakat 1. Identifikasi kesiapan 7 KK yang Rumah masing- Nadhir,


Pengetahuan memahami memahami dan kemampuan memiliki masing Dayat
tentang bahaya tentang bahaya tentang bahaya menerima informasi remaja di RT 4
rokok rokok rokok 2. Identifikasi faktor- RW 13
berhubungan 2. Masyarakat faktor yang dapat Sumberporong
dengan mampu meningkatkan prilaku
Kurang menjelaskan merokok
terpaparin tentang bahaya 3. Berikan penyuluhan
formasi rokok Masyarakat bahaya
rokok
4. Memberikan leaflet
tentang bahaya rokok

Defisit Mengurangi 1. Lansia sadar 1. Mengembangkan 8 KK yang Rumah masing- Aini, Hedy
kesehatan angka kesakitan akan pentingnya kesehatan memiliki lansia masing
komunitas lansia dengan memeriksakan masyarakat dengan di lingkungan
lansia meningkatkan kesehatan melibatkan RT 04 RW 13
berhubungan pengetahuan secara rutin. komunitas lansia Desa
dengan pentingnya 2. Lansia dalam jejaring Sumberporong
keterbatasan kesehatan dan mengetahui dan kesehatan
sumber daya kesejahteraan memahami pola masyarakat
lansia hidup sehat 2. Melibatkan
komunitas lansia
dalam perencanaan,
implementasi dan
evaluasi kegiatan
promosi kesehatan
3. Memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya menjaga
pola hidup sehat di
masyarakat

Kesiapan Setelah dilakukan 1. Ketersediaan 1. 1. Identifikasi masalah 2 20 KK hasil RT Rumah masing- Tantri,
peningkatan tindakan program yang sebenarnya 4 RW 13 Desa masing Winda
koping keperawatan promosi dialami kelompok Sumberporong
komunitas diharapkan kesehatan 2. 2. Identifikasi hambatan
kesehatan meningkat menghadiri sesi
komunitas 2. Partisipasi kelompok
meningkat dalam program 3. 3. Bangun rasa
promosi tanggungjawab pada
kesehatan kelompok
meningkat 4. 4. Diskusikan
3. Kepatuhan penyelesaian masalah
terhadap standar dalam kelompok
kesehatan 5. 5. Anjurkan anggota
lingkungan kelompok
meningkat mendengarkan dan
4. Tidak adanya
memberi dukungan
angka gangguan
kesehatan saat mendiskusikan
mental maslah dan perasaan

6. 6. Anjurkan bersikap
jujur dalam
menceritakan
perasaan dan masalah

7. 7. Anjurkan setiap
anggota kelompok
mengemukakan
ketidakpuasan,
keluhan, kritik dalam
kelompok dengan
cara yang santun

8. 8. Anjurkan kelompok
untuk mnuntaskan
ketidakpuasan,
keluhan. Kritik

9. 9. Ajarkan relaksasi
pada setiap sesi, jika
perlu
BAB 4
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

A. POKJA LANSIA
a) Perencanaan
a. Penyuluhan Pola Hidup Sehat Lansia
Waktu Pelaksanaan : Senin-Selasa/01-02 Maret 2021
b. Pemeriksaan Kesehatan dan Lomba Lansia
Waktu Pelaksanaan : Senin-Selasa/01-02 Maret 2021 Jam 08.00
b) Implementasi
a. Penyuluhan Pola Hidup Sehat Lansia
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre planing. Tempat dan
alat dan matei disiapkan olek pokja lansia, sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing. Menyerahkan proposal dan Kerangka Acuan Kegiatan pada
kader posyandu lansia serta berkoordinasi dengan kader terkait penentuan
tempat serta pembagian undangan.
2) Tahap Pelaksanaan
Mahasiswa melakukan penyuluhan terhadap lansia yang akan mengikuti
senam. Tema penyuluhannya adalah pola hidup sehat pada lansia pada jam
08.00 wib sampai selesai. Pelaksannaan penyuluhan selama 30 menit dengan
metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Semua lansia aktif dan antusian
mengikuti penyuluhan sampai selesai
3) Tahap Evaluasi
a) Struktur
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan, Media dan alat
memadai, Setting sesuai dengan kegiatan dan Suasana tenang
b) Proses
Selama proses berlangsung lansia dapat mengikuti seluruh kegiatan
dan Selama kegiatan berlangsung diharapkan lansia aktif
c) Hasil
 Peserta mampu menjawab 100% pertanyaan yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi
 100 % mampu aktif menjawab pertanyaat yang di ajukan

b. Pemeriksaan Kesehatan dan Lomba Lansia


1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre planing. Tempat dan
alat dan matei disiapkan olek pokja lansia, sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing. Menyerahkan proposal dan Kerangka Acuan Kegiatan pada
kader posyandu lansia serta berkoordinasi dengan kader terkait penentuan
tempat serta pembagian undangan.
2) Tahap Pelaksanaan
Acara ini diawali dengan pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan
tekanan darah, gula darah dan asam urat sampai selesai. Kemudian peserta
duduk di kursi sambil mendengarkan penyuluhan tentang pola hidup sehat
pada lansia dan penyakit hipertensi. Semua lansia aktif dan antusian
mengikuti penyuluhan sampai selesai kemudian di lanjutkan dengan
penyerahan hadiah untuk lansia dengan tensi darah paling stabil. Para lansia
senang dan bahagia mengikuti kegiatan ini
3) Tahap Evaluasi
a) Struktur
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan, Media dan alat
memadai, Setting sesuai dengan kegiatan dan Suasana tenang
b) Proses
Selama proses berlangsung lansia dapat mengikuti seluruh kegiatan dan
Selama kegiatan berlangsung diharapkan lansia aktif
c) Hasil
• , Semua lansia mengerti tentang pola hidup sehat dan hipertensi • 100 %
mampu aktif menjawab pertanyaa yang di ajukan
 4 orang lansia mengalami kestabilan tekanan darah setelah dilakukan
tindakan, sisanya masih mengalami kenaikan tensi namun tidak
terlalu signifikan.

B. POKJA KESLING

a) Perencanaan
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Sehat
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 27 Februari 2021 jam 08.00
b. Kerja Bakti
Waktu Pelaksanaan : Minggu, 28 Februari jam 06.00
b) Implementasi
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Sehat
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre-planning, tempat
dan alat-alat lainnya disiapkan oleh pokja kesling sesuai dengan tanggung
jawab masing-masing. Pemberitahuan penyuluhan dilakukan dengan
mendatangi rumah warga RT 04/ RW 13 Desa Sumberporong.
2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan dengan mendatangi ke rumah warga RT 04/ RW 13 Desa
Sumberporong dan tetap sesuai PROKES. dilaksanakan penyuluhan dengan
judul “PERILAKU SEHAT” pada pukul 08.00 WIB tanggal 27Februari 2021
mencakup pengertian perilku sehat, cuci tangan, waktu mencuci tangan,
manfaat mencuci tangan, langkah cuci tangan, pengertian etika batuk, penyebab
terjadinya batuk, kebiasaan batuk yang salah, etika batuk yang baik dan benar.
3) Tahap Evaluasi
a) Struktur
Peserta yang mengikuti penyuluhan sebanyak 35 orang. Peran mahasiswa
sesuai dengan perencanaan, fasilitator sesuai dengan perencanaan.
b) Proses
Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB sesuai dengan jadwal yang
direncanakan.
c) Hasil
• 95% warga dapat mengerti dan mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji tentang perilaku sehat
 95% warga dapat mengerti dan mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji tentang batuk efektif
 95% warga dapat mengerti dan mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji tentang cuci tangan

C. POKJA REMAJA

a) Perencanaan
a. Penyuluhan Bahaya Merokok
Waktu Pelaksanaan : Minggu, 28 Februari 2021 jam 07.00

A. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre-planning, tempat dan alat-alat
lainnya disiapkan oleh pokja remaja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
B. TAHAP PELAKSANAAN
Acara ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2021 pada pukul 07.00 WIB.
Mahasiswa mendatangi rumah warga yang memiliki anak remjanya, dan mahasisiswa
melakukan penyuluhan bahaya merokok. Dengan tetap memperhatikan PROKES yang ketat.

C. TAHAP EVALUASI
a. Struktur
Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ada 5 remaja. Tugas saat kegiatan sesuai
dengan perencanaan dan sesuai PROKES.
b. Proses
Pelaksanaan kegiatan pukul 07.00 WIB sesuai dengan jadwal yang direncanakan dan
sesuai PROKES.
c. Hasil
 Seluruh remaja mengerti dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
mahasiswa tentang bahaya merokok
 Seluruh remaja mengerti bagaimana cara menghindari merokok

D. POKJA KIA
a) Perencanaan
. Penyuluhan Gizi Seimbang Balita
Waktu Pelaksanaan : Minggu, 28 Februari 2021 Jam 08.00
b) Implementasi
Penyuluhan Gizi Seimbang Balita
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre planing. Tempat dan alat
dan matei disiapkan olek pokja KIA, sesuai dengan tanggung jawab masing-
masing. Menyerahkan proposal dan Kerangka Acuan Kegiatan pada kader
posyandu serta berkoordinasi dengan kader terkait penentuan tempat serta
pembagian undangan.
2) Tahap Pelaksanaan
Mahasiswa melakukan penyuluhan terhadap ibu balita. Dengan cara mendatangi
kerumah warga yang memiliki Balita. Tema penyuluhannya adalah gizi seimbang
pada balitapada jam 08.00 wib sampai selesai. Pelaksanaan penyuluhan selama 30
menit dengan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Semua ibu balita aktif dan
antusian mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3) Tahap Evaluasi
a) Struktur
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan, Media dan alat memadai,
Setting sesuai dengan kegiatan dan Suasana tenang
b) Proses
Selama proses berlangsung ibu balita dapat mengikuti seluruh kegiatan dan
Selama kegiatan berlangsung ibu balita aktif
c) Hasil
• Peserta mengetahui pengertian gizi seimbang
 Peserta mengetahui pengaturan makan untuk balita
 Peserta mengetahui ciri-ciri perkembangan balita sehat
E. POKJA JIWA
a) Perencanaan
. Penyuluhan Dementia (pikun)
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 27 Februari 2021 Jam 08.00
b) Implementasi
Penyuluhan Dementia (pikun)
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pertemuan pre planing. Tempat dan alat
dan matei disiapkan olek pokja jiwa, sesuai dengan tanggung jawab masing-
masing..
2) Tahap Pelaksanaan
Mahasiswa melakukan penyuluhan terhadap Lansia Dengan cara mendatangi
kerumah warga yang memiliki Lansia. Tema penyuluhannya adalah dementia pada
lansia pada jam 08.00 wib sampai selesai. Pelaksanaan penyuluhan selama 30 menit
dengan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Semua lansia aktif dan antusias
mengikuti penyuluhan sampai selesai
3) Tahap Evaluasi
a) Struktur
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan, Media dan alat memadai,
Setting sesuai dengan kegiatan dan Suasana tenang
b) Proses
Selama proses berlangsung lansia dapat mengikuti seluruh kegiatan
c) Hasil

 Lansia (pikun)mahasiswa mampu berinteraksi dan menjalin kerja sama dengan


masyarakat di desa Sumberporong RW 13
 Masyarakat dapat menjelaskan pengertian demensia, menjelaskan tanda dan
gejala demensia (pikun), menjelaskan tentang pencegahan demensia
 Masyarakat memahami tentang cara mencegah kepikunan
BAB 5

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktik lapangan keperawatan komunitas, keluarga dan jiwa yang
dilaksanakan program profesi Ners STIKes Majapahit Mojokerto dapat disimpulkan
bahwa:
1. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas,
keluarga dn jiwa berdasarkan analisa epidemologi.
2. Mahasiswa mampu menerapkan Pendidikan kesehatan dan strategi organisasi
komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan kesehatan komunitas,
keluarga dan jiwa.
3. Mahasiswa mampu mengkoordinasi sumber – sumber yang ada di komunitas
guna meningkatkan kesehatan komunitas.
4. Mahasiswa mampu menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
5. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan karakteristik peran professional, berfikir
kritis, mandiri dengan komunikasi yang efektif dan kepemimpinan di dalam
komunitas.
6. Respon tokoh masyarakat yang diwakili oleh Ibu ketua RW 013 menyampaikan
sangat berterimakasih kepada mahasiswa STIKes Majapahit Mojokerto karena
pada saat kondisi pandemi covid 19 bisa memberikan bantuan baik berupa ilmu
maupun dengan diberikan alat pengukur tekanan darah ke masing-masing lansia
di RT 004. Harapan Masyarakat Sumberporong nantinya ada mahasiswa yang
praktek lagi supaya ada tindak lanjut tentang apa yang sudah dilaksakan saat ini.

KESIMPULAN TIAP POKJA

POKJA LANSIA
Selama pelaksanaan penyuluhan ke masing-masing rumah warga, tingkat
antusiasme peserta cukup tinggi, hal ini dikarenakan semangat dari para peserta di
RW 13 Kelurahan Sumberporong untuk membentuk relawan lansia yang dapat
meningkatkan kesehatan diri mereka. Secara keseluruhan partisipasi dan tanggapan
peserta sangat baik selama mengikuti kegiatan yang diadakan.
POKJA KESLING
Dengan adanya kegiatan Pokja Kesling ini memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan, seperti kegiatan yang dilakukan
mahasiswa yaitu mengadakan penyuluhan tentang cara hidup sehat dengan tetap
memperhatikan PROKES yang ketat.
POKJA REMAJA
Selama pelaksanaan kegiatan penyuluhan ke masing remaja diharapkan remaja
RT 004 RW 013 Desa Sumberporong mengetahui bahaya merokok dan mampu
berprilaku yang positif dan tidak mencoba prilaku merokok karena sangat
berbahaya untuk masa depan remaja.
POKJA KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembanng optimal yang merupakn landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Dari hasil kegiatan diperoleh seluruh peserta sangat antusias dan aktif selama
proses penyuluhan dan mampu mengungkapkan pentingnya gizi seimbang pada
balita.

POKJA JIWA
a) Berdasarkan hasil dari kegiatan Pokja Jiwa yang dilakukan, ada sebagian besar
keluarga yang memiliki lansia dan dimentia adalah sering terjadi pada lansia
sehngga diharapkan warga RT 004 RW 013 mampu memhami tentang
dimentia dan cara mencegah terjadi dimentia.
B.SARAN
1. Bagi Masyarakat RW 13 Kelurahan Sumberporong
b) Lansia dapat termotivasi untuk mengikuti Posyandu di RW lainnya yang
diadakan 1 bulan sekali karena di RW 13 belum ada posyandu lansia.
c) Masyarakat dapat menciptakan rumah yang sehat dan lingkungan yang sehat.
d) Remaja dapat mengurangi aktivitas merokok dan dapat meningkatkan kegiatan
positif, seperti olahraga
e) Ibu balita memahami tentang gizi seimbang pada balita, dan balita dapat
mengikuti kegiatan posyandu di RW 13 yang dilaksanakan setiap bulan.
f) Masyarakat mampu memhami tentang dimentia dan cara mencegah terjadi
dimentia.
2. Bagi Kader – Kader Kesehatan
Mampu mengadakan kegiatan Posyandu maupun Posbindu secara rutin satu bulan
sekali.

3. Bagi Puskesmas Lawang


Memberikan pendampingan kepada kader - kader Posbindu dan Posyandu setiap
satu bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. D. (2015). Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit


Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten banyuwangi. Jurnal Kesehtan
Masyarakat.

Ayuningtyas D, Misnaniarti, Rayhani M. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental


pada Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Ilmu Kesehatan
Masyarakat.

Hartono RK. (2018). Global Stakeholders Schemes for Preventing Burden Non-
Communicable Disease, Lesson Learnt for Indonesia. Proc Int Conf Soc Sci. 1(1).

Keliat Budi, Ana. (1995). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. EGC.

Keliat Budi, Ana, dkk. (1987). Proses Keperawatan Jiwa. EGC.

Kementerian Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. (2015). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Nuugraheni WP, Hartono RK. Catastrophic Health Spending Determinants of


Indonesian Houshold in the First Year Implementation of JKN Program. Bul Penelitian
Kesehatan.

Stuart and Sunden. (1998). Pocket Guide to Psyschiatric Nursing. EGC.

Anda mungkin juga menyukai