Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN STASE KOMUNITAS

HASIL TABULASI DI RT 39 KELURAHAN LEGOK KOTA JAMBI

Dosen Pembimbing :
Ns. Maimaznah, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Ns. Vevi Suryenti Putri, M. Kep
Ns. Fithriyani, M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK MODERNA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun juga meliputi
keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya. Paradigma pelayanan keperawatan
yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan preventif semakin menekankan
peran perawat yang tidak hanya membantu seorang individu untuk bebas dari penyakit yang
diderita namun juga lebih pada menstimulasi tumnbuhnya kemandirian masyarakat dalam
melaksanakan upaya preventif dan promotif yang pada akhirnya mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Perawat sebagai pemberi asuhan yang
komprehensif mampu menekan stresor dan meningkatkan peran komunitas dalam mengatasi
stresor melalui upaya pencegahan primer. sekunder dan tersier. Upaya ini dilakukan dengan
memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan sekaligus memberikan perhatian
kepada masyarakat serta memberi kemampuan pada masyarakat untuk mampu
mempertimbangkan pengaruh masalah kesehatan masyarakat terhadap kesehatan individu,
keluarga atau kelompok. Kesadaran yang dimiliki masyarakat akan memunculkan upaya
untuk menyumbangkan tenaga, dana. pikiran dan kemampuan untuk melaksanakan upaya
kesehatan. (Kartiningrum, dkk, 2017).

Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pengetahuan dari
ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari
keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status
kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitative. Perawat dengan keberadaannya
di masyarakat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam asuhan keperawatan
meliputi peran klinik. edukator, advokator, konselor, manager, kolaborator, leadership dan
peneliti. Dimana semua perannya itu dilaksanakan saling mendukung satu sama lain untuk
mencapai kesehatan masyarakat yang lebih baik (Widagdo, 2016).

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan


praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu
balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut. penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas.
Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Harnilawati, 2013).

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh


organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American Nurses Association
(2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan
ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik (Effendi &
Makhfudli. 2010). Tuiuan keperawatan komunitas menurut Widagdo (2016) ada tiga yaitu
promosi Kesehatan. proteksi kesehatan dan pencegahan penyakit dan penyembuhan.

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi. balita dan ibu
hamil (Nofalia & Nurhadi, 2018).

Pada lansia di RT 39 didapatkan data melalui wawancara, dari hasil survey


pengkajian 40 % RT 39 Kelurahan Legok memiliki riwayat penyakit hipertensi, 35 %
mengalami rematik, dan 25 % mengalami diabetes melitus. Keluarga lansia yang
diwawancarai mengatakan, lansia makan dengan makanan yang sama di makan oleh
keluarga. Sebagian keluarga juga mengatakan lansia juga tidak rutin untu mengkonsumsi
obat, dari wawancara dengan pihak Puskesmas Putri Ayu mengatakan Kelurahan Legok
Khususnya RT 39 belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi.
Berdasarkan kuesioner terdapat 40 % lansia penderita hipertensi. Setelah dilakukan
pengukuran tekanan darah kepada 10 lansia, hasilnya menunjukkan tingginya persentase
tekanan darah tinggi (100 %). Berdasarkan data puskesmas Putri Ayu tahun 2021 didapatkan
jumlah penderita hipertensi di Kelurahan Legok sebanyak 3549 iiwa.
Keperawatan sebagai bagian dari kesehatan dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dan masyarakat, dalam penyelengaraan upaya kesehatan masyarakat yang
mencakup keperawatan komunitas. Penerapan ilmu kesehatan dapat dilakukan dengan
melakukan pendekatan dikelompok kerja pada masyarakat untuk masalah-masalah kesehatan
yang ada diwilayah binaan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja untuk individu,
keluarga, dan masyarakat ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan
konsep kesehatan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga
perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan
kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Profesi Ners STIKes Baiturrahim Jambi
melaksanakan praktek keperawatan komunitas di RT 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan
Legok Kecamatan Danau Sipin dengan mengunakan praktek kelompok dan masyarakat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum di lokasi masyarakat tersebut dan menilai tingkat
kesehatan di wilayah tersebut serta menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada
setiap area pelayanan keperawatan di masyarakat dengan pendekatan proses keperawatan
dan pengorganisasian komunitas.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek siklus keperawatan komunitas, mahasiswa


mampu :

a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji masalah kesehatan komunitas

b. Melakukan penepisan data dengan tepat sehingga dihasilkan analisa data yang sesuai
dengan keperluan komunitas

c. Menentukan diagnosis keperawatan komunitas dan prioritas masalah keperawatan


berdasarkan kriteria tertentu menetapkan

d. Merencanakan tindakan keperawatan sehingga masyarakat mampu mengenal masalah


kesehatan yang terjadi

e. Melakukan implementasi dan melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang


telah dibuat.
f. Melaksanakan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah diterapkan sesuai
dengan kriteria hasil yang ditetapkan.

C. Manfaat

a. Untuk mahasiswa

1) Dapat mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas secara nyata kepeda masyarakat

2) Belaiar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas

3) Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi


dinamika masyarakat

4) Meningkatkan ketrampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan interpersonal

b. Untuk masyarakat

1) Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya


meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2) Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari masalah


kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada dimasyarakat

3) Mayarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya


peningkatan status kesehatan tersebut

c. Untuk pendidikan

1) Salah satu tolak ukur keberhasilan praktek Profesi Ners khususnya dibidang
keperawatan komunitas

2) Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengembangkan model praktek


keperawatan komunitas selanjutnya.

d. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika laporan hasil akhir praktek siklus keperawatan komunitas


adalah sebagai berikut:
1. Bab I : Pendahuluan

2. Bab II : Tinjauan pustaka

3. Bab III : Tijaun Kasus

4. Bab IV : Pembahasan

5. Bab V : Kesimpulan dan Saran

6. Lampiran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

1. Pengertian

Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun juga meliputi
keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya. Paradigma pelayanan keperawatan
yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan preventif semakin menekankan
peran perawat yang tidak hanya membantu seorang individu untuk bebas dari penyakit
yang diderita namun juga lebih pada menstimulasi tumnbuhnya kemandirian masyarakat
dalam melaksanakan upaya preventif dan promotif yang pada akhirnya mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Perawat sebagai pemberi
asuhan yang komprehensif mampu menekan stresor dan meningkatkan peran komunitas
dalam mengatasi stresor melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya
ini dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan sekaligus
memberikan perhatian kepada masyarakat serta memberi kemampuan pada masyarakat
untuk mampu mempertimbangkan pengaruh masalah kesehatan masyarakat terhadap
kesehatan individu, keluarga atau kelompok. Kesadaran yang dimiliki masyarakat akan
memunculkan upaya untuk menyumbangkan tenaga, dana, pikiran dan kemampuan untuk
melaksanakan upaya kesehatan. (Kartiningrum, dkk, 2017).

Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pengetahuan
dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari
keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk
meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitative.

Perawat dengan keberadaannya di masyarakat sebagai tenaga kesehatan memiliki


peran penting dalam asuhan keperawatan meliputi peran klinik, edukator, advokator,
konselor, manager, kolaborator. leadership dan peneliti. Dimana semua perannya itu
dilaksanakan saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kesehatan masyarakat
yang lebih baik (Widagdo, 2016).
Menurut Sumijatun dkk (2006) dalam Harnilawati (2013) komunitas (community)
adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values). perhatian
(interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya di dalam kesehatan dikenal
kelompok ibu hamil. kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok l…

Mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan


masyarakat yang optimal.

2. Tujuan

Tujuan keperawatan komunitas menurut Widagdo (2016) adalah sebagai berikut:

a. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti adalah suatu
upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka schat optimal.
Kesehatan yang optimal di definisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi,
sosial, spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan tidak sekadar mengubah gaya
hidup, tetapi mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat adalah tujuan yang
akan dicapai pula.

b. Proteksi kesehatan

Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok masyarakat


terhadap terpaparnya suatu penyakit.

c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan

pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya penyakit


pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan adalah upaya yang dilakukan
pada kelompok masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya penyembuhan
bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi.
3. Sasaran

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk bayi, balita dan ibu
hamil (Nofalia & Nurhadi, 2018).

Menurut Anderson (1988) dalam Nofalia & Nurhadi (2018). Sasaran


keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai


masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil dll) yang dijumpai di poli
klinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan
pemecahan masalah kesehatan individu.

b. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai


masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh
mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga vaitu mengenal masalah kesehatan.
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan
kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas
pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neonatusnya. balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang
Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates
BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan
bunuh diri.
3) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.

1) Pembinaan kelompok khusus

2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

4. Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok. yaitu


manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins (1987) dalam
Nofalia & Nurhadi (2018). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan
menjadi individu, keluarga dan masyarakat, yaitu sebagai berikut : (Nofalia & Nurhadi,
2018).

a. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan. utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi.
sosial. psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien

b. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu vang berhubungan erat secara terus


menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai. harga diri
dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah
satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:

1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah. memperbaiki
ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita
salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga
tersebut.
c. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif
dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
vaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah,
iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit
kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada
diri manusia yang dibawanya seiak lahir. misalnya penyakit asma. Keempat faktor
tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu. keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga,
dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang itujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi
status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis.
sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
5. Peran Perawat Komunitas
Peran perawat komunitas yaitu sebagai berikut: Nofalia & Nurhadi (2018)
a. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan
klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji
dan memotivasi belajar klien.
b. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
c. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi. serta meningkatkan kualitas
hidup klien.
d. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
e. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang
diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta
mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik
keperawatan.
g. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap
individu, keluarga, kelompok. dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku
dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu. keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis. social ekonomi. maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu: pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat
dan prioritas masyarakat. Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan
objektif. Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran (Nofalia & Nurhadi, 2018).
Di dalam pengkajian komunitas penting bagi perawat komunitas mengutamakan
pengumpulan data komunitas dibanding hanya berfokus pada pengkajian individu
sehingga demikian dapat menyimpulkan kondisai kesehatan komunitas. Perawat
komunitas memberikan gambaran situasi dan kondisi yang terjadi di komunitas melalui
pengkajian yang telah dilakukan terhadap komunitas baik secara individu, keluarga,
agregat dan komunitas secara menyeluruh Sumber data terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya. misalnya: kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, (2005) dalam Nofalia & Nurhadi
(2018)).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase
dan pengamatan (Kartiningrum, dkk, 2017).
a. Pengumpulan data
1) Inti (Core) meliputi: Sejarah yang dimaksud yaitu kapaan terbentuknya
komunitas, bagaimana perkembangan komunitas dan perubahan apa yang terjadi
di komunitas. Data demografi kelompok atau komunitas vang terdiri atas usia
yang beresiko, angka kematian dan angka kelahiran dan penyebabnya,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan. agama, etnik. nilai-nilai dan keyakinan.
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a) Lingkungan fisik, bagaimana lokasi komunitas: batas wilayah, urban dan rural.
berapa luas wilayah dan kepadatan penduduk. bagaimana kondisi iklim cuaca
dan air, bagaimana perumahannya, tipe, penerangannya, sirkulasi, sanitasi,
jumlah anggota, bagaimana pembuangan limbahnya.
b) Kesehatan dan pelayanan sosial, apa masalah kesehatan dan penyakit yang
pernah terjadi 3-6 bulan terakhir, bagaimana status imunisasi komunitas.
bagaimana pelayanan kesehatan komunitas seperti klinik, puskesmas,
posyandu bayi dan lansia, rumah sakit, bidan, dokter dan perawat.
c) Ekonomi, apakah ada tempat perindustrian di komunitas seperti pabrik. toko
dan mini market. apakah terdapat kantor.
d) Transportasi dan keamanan, bagaimana alat transportasi vang digunakan
apakah umum atau pribadi, bagaimana keadaan jalan di lingkungan komunitas.
bagaimana pelayanan masyarakat. apakah terdapat polisi, satpam, pos
kamling, pemadam kebakaran, dan petugas kebersihan. Bagaimana kulaitas
udara apakah baik atau buruk. Apakah terdapat kriminalitas di lingkungan
komunitas
e) Politik dan pemerintahan, apakah terdapat kegiatan politik seperti pertemuan
politik. kampanye dll, apakah ada kebijakan kebijakan pemerintahan di
lingkungan komunitas.
f) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan vang terkait dengan gangguan
penyakit. apakah terdapat fasilitas komunikasi seperti wartel, internet dll,
apakah terdapat tempat berkumpul masyarakat di lingkungan komunitas,
apakah terdapat tempat informasi seperti koran, spanduk, dan poster, apakah
komunitas memiliki televisi atau radio.
g) Pendidikan, apakah terdapat fasilitas pendidikan, seperti sekolah dan
bimbingan belajar. apakah terdapat perpustakaan di lingkungan komunitas.
h) Rekreasi. apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saia dibuka. apakah biayanya
dapat dijangkau masyarakat.
3) Persepsi
a) Persepsi penduduk di wilayah binaan
Bagaimana perasaan masyarakat tentang komunitas, apa perencanaan
masyarakat terhadap identifikasi suatu komunitas, dan bagaimana pendapat
masyarakat terhadap kelompok vang berbeda-beda.
b) Persepsi Perawat
Apa pernyataan perawat tentang sehat dan sakit, bagaimana kekuatan
masyarakat dalam mengatasi masalah Kesehatan. Apakah terdapat masalah yang
mungkin teridentifikasi.
b. Cara Pengumpulan Data
1) Wawancara, yaitu kegiatan timbal balik berupa tanya jawab.
2) Pengamatan, yaitu melakukan observasi dengan panca indra.
3) Pemeriksaan fisik, yaitu melakukan pemeriksaan pada tubuh setiap individu.
c. Pengelolaan Data
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
2) Perhitungan persentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
d. Analisis Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan
atau masalah keperawatan. Tujuan analisa data adalah:
1) Menetapkan kebutuhan komunity
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon komunity
4) Mengidentifikasi pola kecenderungan kesehatan
e. Perumusan Atau Penentuan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin
dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu perlu diprioritaskan masalah.
f. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria. diantaranya adalah:
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumber daya masyarakat
6) Aspek politis

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu. keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan, resiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa keperawatan komunitas akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata
dan yang mungkin terjadi. Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa,
dimana nantinya akan ditemukanlah masalah keperawatan. Menurut Mucke (2004) dalam
Nofalia & Nurhadi (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia dibagi atas:
a. Diagnosis Aktual : menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan nya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan,
dimana tanda dan gejala mayor minor dapat ditemukan dan divalidasi pada pasien.
b. Diagnosis resiko: menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah
kesehatan, tidak ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor pada klien, namun
klien memiliki faktor resiko mengalami masalah kesehatan.
c. Diagnosis Promosi Kesehatan : diagnosis ini menggambar ada nya keinginan dan
motivasi klien untuk meningkatkan kondisi Kesehatan ke tingkat yang lebih baik
atau optimal.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana keperawatan harus
mencakup: Perumusan tujuan. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan,
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tuiuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Formulasi kriteria tujuan: T-S+P+K.1+K.2. S: Subjek. P: Predikat. K.1: Kondisi.
K.2: Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
1) Dibuat berdasarkan goal: sasaran dibagi hasil akhir vang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) Spesifik
4) Measurable atau dapat diukur
5) Attainable atau dapat dicapai
6) Relevant/realistic atau sesuai
7) Time-Bound atau waktu tertentu
8) Sustainable atau berkelanjutan
b. Rencana Tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan perawatan kesehatan melalui
kegiatan :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan 3) Melibatkan peran serta
masyarakat dalam menyusun perncanaan melalui kegiatan: musyawarah
masyarakat desa atau lokakarya mini
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistis
8) Disusun secara berurutan
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah


sebagai berikut :

1) Menggunakan kata kerja yang tepat

2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik:

a) Siapa yang melakukan.

b) Apa yang dilakukan.

c) Dimana dilakukan.

d) Kapan dilakukan.

4. Pelaksanaan

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan implementasi pada keperawatan


komunitas adalah: 12RMU.

a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan berdasar pada iman dan takwa
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya. rencana
program yang telah disusun.
d. Mampu dan Mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta komponen.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai

5. Evaluasi

a. Fokus Evaluasi

1) Relevansi

Apakah program yang diperlukan, Yang ada atau yang terbaru.

2) Perkembangan Kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana, Bagaimana staf, fasilitas dan jumlah
peserta
3) Cost Efficiency (Efisien biaya)
Bagaimana biaya, apa keuntungan program
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai. Apakah klien puas. Apakah focus pada formulative dan
hasil jangka pandek
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang. Apakah perubahan perilaku dalam 6 bulan atau 1
tahun. Apakah status Kesehatan meningkat.
b. Kegunaaan Evalusi
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat
yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun rencana dalam proses keperawatan.
c. Hasil Evaluasi
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah menunjukkan
kemajuan sesuai denga kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari
penyebab dan cara memperbaiki atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak menunjukkan
perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis,
diagnosis, tindakan dan faktor-faktor yang lain tidak sesuai sehingga menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Tahap Persiapan
Pelaksanaan kegiatan praktek profesi ners keperawatan komunitas bertujuan untuk
membantu pelayanan kesehatan di komunitas dan memberdayakan masyarakat (community
empowerment) dalam mengidentifikasi dan menanggulangi masalah kesehatan yang ada di
komunitas.
Sebagai tahap awal untuk memulai pelaksanaan praktek profesi ners keperawatan di
komunitas, maka terdapat beberapa hal persiapan yang dilakukan yaitu:
1. Serah terima pada tanggal 13 Oktober 2022 secara resmi mahasiswa profesi ners di Kantor
Kelurahan Legok dari pembimbing akademik ke pembimbing klinik. Selanjutnya
mahasiswa diserah terimakan ke pihak Kelurahan Legok dan diorientasikan secara umum
gambaran daerah tempat mahasiswa praktek, khususnya di RT 39 Kampung Pulau Pandan
Kelurahan Legok Kecamatan Danau Sipin.
2. Pada tanggal 13 Oktober 2022 membentuk struktur organisasi dan pembagian tugas.
3. Pada tanggal 20-22 Oktober 2022 melakukan pengkajian, tabulasi, analisa data, skoring,
rencana keperawatan dan POA serta menyusun pre planning MMR 1 (Lokmin 1). Setelah
itu bimbingan dengan dosen pembimbing dan perbaikan pre planning MVR 1. Selanjutnya
penyebaran undangan MMR di RT 28 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok.
4. Pada tanggal 24-26 Oktober 2022 Persiapan SAP 3 masalah kesehatan di RT 39 Kampung
Pulau Pandan Kelurahan Legok serta bimbingan SAP, PPT dan leaflet dengan dosen
pembimbing.
5. Pada tanggal 03-05 November 2022 menyusun pre planning MMR II (Lokmin ID. Setelah
itu bimbingan dengan dosen pembimbing dan perbaikan pre planning MMR II.
Selanjutnya penyebaran undangan MMR II di RT 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan
Legok
B. Tahap Pelaksanaan
1. Pengkajian
a. Core
1. Sejarah
Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok pada tahun 1980 merupakan hutan
belantara yang kaya akan pepohonan dan terkenal pula dengan peninggalan
sejarahnya. Hal itu yang membuat warga pendatang (imigrasi) Pulau Pandan
berpindah dari rumah rakit ke daratan, dan menetap disana. Sebagian besar warga
pendatang berasal dari Sumatra Bagian Selatan. Daerah tersebut disulap menjadi
pemukiman padat penduduk dengan kejayaan perekonomian balok kayu dan
kerambah ikan. Hingga kini wilayah ini tetap menjadi pemukiman yang masih
padat penduduk.
2. Demografi
Warga RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini didiami oleh
66 KK dengan jumlah masyarakat 313 orang. Yang terdiri dari 162 orang laki-laki
dan 151 orang perempuan. Dengan usia 0-5 tahun sebanyak 46 orang, usia 6-12
tahun sebanyak 34 orang, usia 13-18 tahun sebanyak 61 orang, usia 19-55 tahun
sebanyak 127 orang dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 45 orang. Yang terdiri
dari keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak. Dengan tingkat pendidikan yaitu
sebanyak 41 orang berstatus belum sekolah, tamatan SD sebanyak 71 orang,
tamatan SMP sebanyak 89 orang, tamatan SMA sebanyak 36 orang dan tamatan
Perguruan Tinggi sebanyak 16 orang.
Warga RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok juga memiliki
jenis pekerjaan berbeda yaitu terdiri dari 98 orang pelajar/belum bekerja. 36 orang
tidak bekerja, 13 orang PNS, 8 orang tni polri, pensiunan 19, 139 orang swasta,
Dengan keseluruhan warga beragama Islam.
3. Etnik
Sebagian besar penduduk berasal dari daerah Sumatra Bagian Selatan dan
sebagian lagi merupakan warga asli Jambi. Terlihat dari cara bahasa (logat) yang
mereka ucapkan saat berkomunikasi dengan anggota keluarga maupun masyarakat
sekitar. Warga juga biasa berkumpul didepan pekarangan rumah untuk berbincang
bincang di sore hari hal ini sudah menjadi budaya turun menurun dengan
latarbelakang untuk mempererat silahturahmi.
4. Nilai dan keyakinan
Mayoritas warga RT 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini 100%
beragama Islam dan terdapat rumah ibadah Masjid dilingkungan sekitar
pemukiman warga.
b. 8 SUB SISTEM
1) Lingkungan fisik
Batas wilayah RT.39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini berbatasan
dengan sebelah utara yaitu Sungai Batang Hari, sebelah selatan yaitu RT 42.
sebelah barat yaitu RT. 23 kelurahan Legok dan sebelah timur yaitu RT 38
kelurahan Legok. yang didiami olek 66 KK dengan jumlah penduduk 313.
Wilayah RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini beriklim tropis
dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan posisi wilayah
yang diapit oleh danau dan sungai membuat dearah ini lembab yang membuat
daerah ini menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Sehingga mayoritas rumah
penduduk memiliki rumah panggung yang mayoritas masih terbuat dari kayu.
Posisi rumah yang berdekatan serta tidak adanya saluran limbah (Drainase) yang
baik, membuat genangan-genangan air disekitar rumah warga. Kondisi wilayah
dirasa cukup tenang dan aman bagi warga.
2) Kesehatan dan pelayanan sosial
Wilayah RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok merupakan daerah
binaan PUSKESMAS Putri Ayu yang berada tidak jauh dari pemukiman warga.
Warga juga menyatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit mereka
membawanya ke pelayanan kesehatan (PUSKESMAS) untuk mendapatkan
pengobatan dan ada juga yang membawa anggota keluarga yang sakit ke
bidan/perawat yang ada di dekat pemukiman mereka. Untuk kesehatan bayi dan
balita juga telah disediakan POSYANDU balita yang dilakukan satu kali sebulan,
Untuk kesehatan Lansia disediakan POSYANDU lansia untuk satu kelurahan
legok yang dilakukan satu kali di minggu pertama setiap bulan.

3) Ekonomi
Wilayah RT.38 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini terletak di
tengah Kota Jambi. Akses untuk ketempat perindustrian seperti pasar, toko, mini
market, serta perkantoran relatif dekat dengan pemukiman warga maka dari itu
mayoritas masyarakat kampung pulau pandan mayoritas bekerja swasta.
4) Transportasi dan keamanan
Alat transportasi yang biasa digunakan warga mayoritas menggunakan
sepeda motor, sebagai memakai mobil pribadi dan juga angkutan umum seperti
angkutan kota (angkot). Terdapat jalan aspal dan jalan cor semen pada jalan utama
maupun gang/jalan kecil. Terdapat tempat pelayanan masyarakat seperti kantor
polisi yang dekat, dengan kualitas udara vang cukup baik yang dirasa cukup tenang
dan aman bagi warga.
5) Politik dan pemerintahan
Kebijakan – kebijakan pemerintahan tetap berjalan, serta pengambil
keputusan diarea kampung tersebut diambil berdasarkan musrawarah masyarakat
dengan dipimpin oleh perangkat rt setempat.
6) Komunikasi
Komunikasi warga terdapat komunikasi langsung dan tidak langsung.
Komunikasi tidak langsung warga biasa menggunakan handpone untuk menjadi
media komunikasi jarak jauh dan dari handpone warga bisa mengakses berita yang
mereka butuhkan melalui internet, Sebagian lagi juga terlihat menonton televisi
atau pun mendengarkan radio dikediamannnya masing-masing.. Komunikasi
Langsung warga biasa berkumpul didepan pekarangan rumah untuk berbincang-
bincang di sore hari dan bermusyawarah saat dibutuhkan.
7) Pendidikan
Terdapat fasilitas pendidikan disamping RT daerah pemukiman warga
yang memiliki hubungan baik dengan masyarakat yang juga memiliki fasilitas
Perpustakaan dan UKS untuk siswanya.
8) Rekreasi
Wilayah RT.39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok sebagian
memilih untuk mengajak keluarga mereka ke Mall untuk berekreasi. Dan sebagian
anak-anak disekitar sekitaran Danau Sipin bersama teman-teman sebayanya.
c. Persepsi
1) Persepsi Penduduk Di Wilayah Binaan
Masyarakat RT.39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok menyatakan
bahwa komunitas merupakan suatu kelompok (orang dan sebagainya) yang hidup
saling berinteraksi dalam derah tertentu. Sama halnya dalam hidup bermasyarakat
khususnya daerah RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini. Masyarakat
juga menyatakan bahwa setiap warga memiliki sifat dan watak yang berbeda namun
harus tetap menjaga kekompakan dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
memajukan daerahnya. Masyarakat juga menyadari bahwa dalam suatu wilayah juga
terdiri dari balita, anak remaja, dewasa maupun lansia yang memiliki perannya
masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
2) Persepsi Perawat
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan
bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit
dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali
sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita
rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan
mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat
misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang
yang sehat.
Kekuatan warga RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini yaitu
masih memiliki kesadaran diri untuk sehat. Yang terbukti dalam penyataan warga
yang bila sakit mereka akan pergi ke pelayanan kesehatan guna mendapatkan
perawatan. Dari pendataan yang ditemukan di lokasi banyak lansia yang menderita
hipertensi. Namun, lansia tersebut sebagian tidak rutin mengontrol tekanan darah ke
fasilitas kesehatan, serta tidak mengkonsumsi obat secara rutin.
2. Berdasarkan Kuesioner
Di RT. 39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok Kecamatan Danau Sipin adalah
wilayah yang dijadikan sebagai target sasaran dan pengkajian asuhan keperawatan
komunitas. Batas wilayah RT.39 Kampung Pulau Pandan Kelurahan Legok ini
berbatasan dengan sebelah utara yaitu Sungai Batang Hari, sebelah selatan yaitu RT 42.
sebelah barat yaitu RT. 23 kelurahan Legok dan sebelah timur yaitu RT 38 kelurahan
Legok. yang didiami olek 66 KK dengan jumlah penduduk 313.
Setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 20 s.d 22 Oktober tahun 2022 dengan
teknik wawancara dan observasi didapatkan data sebagai berikut :
a. Distribusi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin

Jenis kelamin
No Umur
Laki-laki % Perempuan % Total %
1 0-5 Tahun 20 43.5 26 56.5 46 100
2 6-12 Tahun 21 61.8 13 38.2 34 100
3 13-18 Tahun 26 42.6 35 57.4 61 100
4 19-55 Tahun 68 53.5 59 46.5 127 100
5 > 55 Tahun 19 42.2 26 57.8 45 100
Total 154 49.2 159 50.8 313 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk RT


39 Kelurahan Legok Kota Jambi berusia 19-55 tahun sebanyak 127 orang dan
sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan 159 orang (50,8%).

b. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan


No Pendidikan Frekuensi %
1 Belum sekolah 41 13.10
2 Tidak sekolah 21 6.71
3 TK 39 12.46
4 SD 71 22.68
5 SMP 89 28.43
6 SMA 36 11.50
7 Perguruan Tinggi 16 5.11
Total 313 100.00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi berpendidikan SMP sebanyak 89 orang (28,43%), pendidikan SD
sebanyak 71 orang (22,68%), belum sekolah sebanyak 41 orang (13,10%),
pendidikan TK sebanyak 39 orang (12,46%), pendidikan SMA sebanyak 36 orang
(11,5%), tidak sekolah sebanyak 21 orang (6,71%) dan pendidikan perguruan tinggi
sebanyak 16 orang (5,11).
c. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan
No Jenis pekerjaan Frekuensi %
1. Pelajar/belum bekerja 98 31,31
2. Tidak bekerja 36 11,50
3. PNS 13 4,15
4. TNI/POLRI 0 0,00
5. Pensiunan 15 4,79
6. Swasta 74 23,64
7 Buruh Harian Lepas 77 24,60
Total 313 100,00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi pelajar/belum bekerja sebanyak 98 orang (31,31%), Buruh harian
lepas sebanyak 77 orang (24,60%), swasta sebanyak 74 (23,64%), tidak bekerja
sebanyak 36 orang (11,5%), pensiunan sebanyak 15 orang (4,79%), PNS sebanyak
13 orang (4,15%).
d. Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama yang dianut Frekuensi %
1. Islam 307 98,08
2. Kristen 0 0,00
3. Hindu 0 0,00
4. Budha 0 0,00
5. Konghucu 6 1,92
Total 313 100,00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi sebanyak 307 orang (98,02%) beragama Islam, sebanyak 6 orang
(1,92%) beragama konghucu.
1. Data Lingkungan Fisik
a. Perumahan
1) Tipe perumahan
No Tipe Rumah Frekuensi %
1. Permanen 34 50.75
2. Semi permanen 23 34.33
3. Tidak permanen 10 14.93
Jumlah 67 100.00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi sebanyak 34 KK (50,75%) memiliki rumah permanen, sebanyak
23 KK (34,33%) memiliki rumah semi permanen dan sebanyak 10 orang (14,93%)
memiliki rumah tidak permanen.
2) Status kepemilikan rumah
No Kepemilikan Frekuensi %
1. Milik sendiri 39 58.21
2. Numpang 18 26.87
3. Sewa 10 14.93
Jumlah 67 100.00
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan
Legok Kota Jambi sebanyak 39 KK (58, 21%) status kepemilikan rumah milik
sendiri, sebanyak 18 KK (26,87%) status kepemilikan rumah menumpang, dan
sebanyak 10 KK (14,93%) status kepemilikan rumah sewa.
3) Jenis lantai
No Lantai Frekuensi %
1. Tanah 7 10.45
2. Papan 19 28.36
3. Semen 41 61.19
Jumlah 67 100.00
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan
Legok Kota Jambi sebanyak 41 KK (61,19%) jenis lantai semen, sebanyak 19 KK
(28,36%) jenis lantai papan, sebanyak 7 KK (10,45%) jenis lantai tanah.
4) System ventilasi rumah
No Kepemilikan Frekuensi %
1. Ada 67 100.00
2. Tidak ada 0 0.00
Jumlah 67 100.00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi sebanyak 67 KK (100,0%) memiliki ventilasi rumah.
5) System pencahayaan rumah pada siang hari
No Kepemilikan Frekuensi %
1. Terang 35 52.24
2. Remang-remang 26 38.81
3. Gelap 6 8.96
Jumlah 67 100.00

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan


Legok Kota Jambi sebanyak 35 KK (52,24%) pencahayaan rumah terang, sebanyak
26 KK (38,81%) pencahayaan rumah remang-remang, dan sebanyak 6 KK (8,96%)
pencahayaan rumah gelap.
6) Jarak rumah dengan tetangga
No Jarak rumah Frekuensi %
1. Bersatu 12 17.91
2. Dekat 33 49.25
3. Terpisah 22 32.84
Jumlah 67 100.00
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan
Legok Kota Jambi sebanyak 33 KK (49,25%) memiliki jarak rumah dekat, sebanyak
22 KK (32,84%) memiliki jarak rumah terpisah, dan sebanyak 12 KK (17,91%)
memiliki jarak rumah bersatu.
7) Halaman disekitar rumah
No Halaman Frekuensi %
1. Ada 46 68.66
2. Tidak ada 21 31.34
Jumlah 67 100.00
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan
Legok Kota Jambi sebanyak 46 KK (98,66%) memiliki halaman rumah dan
sebanyak 21 KK (31,34%) tidak memiliki halaman rumah.
8) Pemanfatan pekarangan rumah
No Pemanfaatan pekarangan Frekuensi %
1. Kebun 7 10.45
2. Kolam 0 0.00
3. Kandang 3 4.48
4. Tidak dimanfaatkan 57 85.07
Jumlah 67 100.00
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk RT 39 Kelurahan
Legok Kota Jambi sebanyak 57 KK (85,07%) tidak memamfaatkan perkarangan
rumah, sebanyak 7 KK (10,45%) memiliki kebun di pekarangan rumah dan
sebanyak 3 KK (4,48%) memiliki kandang di pekarangan rumah.
b. Sumber air bersih
1) Sumber air untuk memasak dan minum

No Sumber air Frekuensi %


1 PAM 21 31.34
2 Sumur 34 50.75
3 Air Mineral 12 17.91
Jumlah 67 100.00

2) System pengolahan air minum


No Pengolahan Frekuensi %
1 Dimasak 67 100
2 Tidak dimasak 0 0
Jumlah 67 100

3) Sumber air untuk mandi dan mencuci


No Sumber air Frekuensi %
1 PAM 21 31.34
2 Sumur 34 50.75
3 Air sungai 12 17.91
Jumlah 67 100

4) Jarak sumber air dengan septic tank


No Jarak Frekuensi %
1 Kurang dari 10 meter 27 40.30
2 Lebih dari 10 meter 40 59.70
Jumlah 67 100.00

5) Tempat penampungan air sementara


No Penampungan Frekuensi %
1 Bak 14 20.90
2 Ember 23 34.33
3 Gentong 26 38.81
4 Lain-lain 4 5.97
Jumlah 67 100.00

6) Kondisi tempat penampungan air


No Kondisi tempat Frekuensi %
1 PAM 21 31.34
2 Sumur 34 50.75
3 Air Mineral 12 17.91
Jumlah 67 100

7) Kondisi air
No Sumber air Frekuensi %
1 Tertutup 23 34.33
2 Terbuka 44 65.67
Jumlah 67 100

c. System pembuangan sampah


1) Pembuangan sampah
No Sistem pembuangan Frekuensi %
1 Tempat pembuangan umum 17 25.37
2 Disungai 6 8.96
3 Ditimbun 21 31.34
4 Dibakar 23 34.33
5 Di sembarang tempat 0 0.00
Jumlah 67 100

2) Tempat penampungan sampah sementara


No Penampungan sementara Frekuensi %
1 Ada 67 100
2 Tidak ada/sembarangan 0 0
Jumlah 67 100

3) Kondisi tempat penampungan sampah sementara


No Kondisi penampungan Frekuensi %
1 Terbuka 67 100
2 Tertutup 0 0
Jumlah 67 100

4) Jarak tempat penampungan sampah dengan rumah


No Jarak dengan rumah Frekuensi %
1 Kurang dari 5 meter 29 43.28
2 Lebih dari 5 meter 38 56.72
Jumlah 67 100

d. System pembuangan kotoran rumah tangga


1) Kebiasaan keluarga buang air besar
No System pembuangan Frekuensi %
1 WC 65 97.01
2 Sungai 2 2.99
3 Sembarang tempat 0 0.00
Jumlah 67 100

2) Jenis jamban yang digunakan


No Jenis jamban Frekuensi %
1 Cemplung 55 82.09
2 Plengsengan 12 17.91
3 Leher angsa 0 0.00
Jumlah 67 100.00

3) System pembuangan air limbah


No Tempat pembuangan Frekuensi %
1 Resapan 33 49.25
2 Selokan 24 35.82
3 Sembarang tempat 10 14.93
Jumlah 67 100.00

e. Hewan peliharaan
1) Kepemilikan hewan ternak di rumah
No Hewan peliharaan Frekuensi %
1 Ada 16 23.88
2 Tidak ada 51 76.12
Jumlah 67 100

2) Letak kandang
No Letak kandang Frekuensi %
1 Dalam rumah 0 0
2 Luar rumah 16 100
Jumlah 16 100

3) Kondisi kandang
No Kondisi kandang Frekuensi %
1 Terawat 16 100.00
2 Tidak terawat 0 0.00
Jumlah 16 100
1. Kondisi kesehatan umum
a. Pelayanan kesehatan
1) Sarana kesehatan yang paling dekat
No Sarana kesehatan terdekat Frekuensi %
1 Puskesmas 1 25.00
2 Praktik swasta 1 25.00
3 Balai pengobatan 0 0.00
4 Lain-lain 2 50.00
Jumlah 4 100
2) Tempat berobat keluarga
No Tempat berobat keluarga Frekuensi %
1 Puskesmas 26 38.81
2 Rumah sakit 8 11.94
3 Dokter praktik swasta 4 5.97
4 Bidan/perawat 27 40.30
5 Balai pengobatan/poliklinik 2 2.99
Jumlah 67 100.00

3) Kebiasaan sebelum berobat


No Kabiasaan sebelum berobat Frekuensi %
1 Beli obat bebas 31 46.27
2 Jamu 15 22.39
3 Tidak ada 21 31.34
Jumlah 67 100.00

4) Sumber pendanaan kesehatan keluarga


No Pendanaan kesehatan Frekuensi %
1 Askes /astek 18 26.87
2 Dana sehat 0 0.00
3 JPS/Askin/Jamkesmas 29 43.28
4 Umum 20 29.85
Jumlah 67 100

5) Penyakit yang sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir


No Jenis penyakit Frekuensi %
1 Batuk pilek 9 13.43
2 Asma 0 0.00
3 TBC 0 0.00
4 Typoid 0 0.00
5 Asam urat 5 7.46
6 Hipertensi 6 8.96
7 Lain-lain 15 22.39
8 Tidak ada 32 47.76
Jumlah 67 100

b. Ibu hamil dan menyusui


1) Jumlah pasangan usia subur
No PUS Frekuensi %
1 Ya 67 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 67 100

2) Pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB


No Akseptor KB Frekuensi %
1 Ya, menggunakan KB 21 31.34
2 Tidak, menggunakan KB 46 68.66
Jumlah 67 100

3) Jenis kontrasepsi yang digunakan


No Jenis kontrasepsi Frekuensi %
1 IUD 3 14.29
2 Suntik 14 66,66
3 Pil 4 19.05
4 Susuk 0 0.00
5 Tubektomi 0 0.00
6 Kalender 0 0.00
Jumlah 21 100

4) Jumlah ibu hamil


No Jumlah bumil Frekuensi %
1 Ya (hamil) 5 8.47
2 Tidak (tidak hamil) 54 91.53
Jumlah 59 100

5) Usia kehamilan
No Usia kehamilan Frekuensi %
1 Trimester I 2 40
2 Trimester II 3 60
3 Trimester III 0 0
Jumlah 5 100

6) Frekuensi kehamilan
No Kehamilan keberapa Frekuensi %
1 I 1 20
2 II 0 0
3 III 3 60
4 Lebih dari III 1 20
Jumlah 5 100

7) Usia ibu hamil


No Usia bumil Frekuensi %
1 25-35 tahun 4 80
2 Lebih dari 35 tahun 1 20
Jumlah 5 100

8) Tempat periksa kehamilan


No Tempat periksa kehamilan Frekuensi %
1 Puskesmas 2 40
2 Bidan 3 60
3 Lainnya 0 0
Jumlah 5 100

9) Frekuensi periksa kehamilan


No Periksa kehamilan Frekuensi %
1 2 kali 3 60
2 4 kali 2 40
Jumlah 5 100

10) Imunisasi tetanus toksoid (TT)


No Imunisasi TT Frekuensi %
1 Lengkap 5 100
2 Tidak lengkap 0 0
Jumlah 5 100

11) Penyakit yang diderita ibu hamil


No Penyakit yang diderita Frekuensi %
1 Hipotensi 0 0
2 Anemia 1 20
3 Bengkak 0 0
4 Mual/muntah 4 80
5 Varises 0 0
6 Tidak ada keluhan 0 0
Jumlah 5 100

12) Jumlah ibu menyusui


No Jumlah buteki Frekuensi %
1 Ya meneteki 13 59.09
2 Tidak meneteki 9 40.91
Jumlah 22 100

13) Lama ibu menyusui


No Lama menyusui Frekuensi %
1 Kurang dari 1 bulan 2 15.38
2 1-4 bulan 1 7.69
3 5-12 bulan 8 61.54
4 Lebih dari 12 bulan 2 15.38
Jumlah 13 100

c. Balita
1) Jumlah balita
No Balita Frekuensi %
1 Ya, tergolong balita 46 14.70
2 Tidak, tergolong balita 267 85.30
Jumlah 313 100
2) Kebiasaan ke posyandu
No Kebiasaan Frekuensi %
1 Ke posyandu 46 100
2 Tidak ke posyandu 0 0
Jumlah 46 100
3) Imunisasi balita
No Imunisasi Frekuensi %
1 Lengkap 43 93.48
2 Belum lengkap 3 6.52
3 Tidak lengkap 0 0.00
Jumlah 46 100

4) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat


No KMS Frekuensi %
1 Ya memiliki 43 93.48
2 Tidak memiliki 3 6.52
Jumlah 46 100

5) Hasil penimbangan balita


No Hasil penimbangan KMS Frekuensi %
1 Hijau 44 95.65
2 Dibawah hijau kuning 2 4.35
3 Dibawah titik-titik 0 0
4 Dibawah merah 0 0
Jumlah 46 100

d. Remaja
1) Kegiatan remaja di luar sekolah
No Kegiatan di luar sekolah Frekuensi %
1 Keagamaan 16 26.23
2 Karang taruna 0 0.00
3 Olah raga 12 19.67
4 Lain-lain 33 54.10
Jumlah 61 100

2) Penggunaan waktu luang


No Penggunaan waktu luang Frekuensi %
1 Music/TV 33 54.10
2 Olah raga 12 19.67
3 Rekreasi 0 0.00
4 Keagamaan 16 26.23
Jumlah 61 100

3) Kebiasaan remaja
No Kebiasaan Frekuensi %
1 Merokok 22 36.07
2 Alcohol 0 0.00
3 Tidak ada atau lainnya 39 63.93
Jumlah 61 100

e. Lansia
1) Keluhan lansia
No Keluhan penyakit lansia Frekuensi %
1 Ya mengeluh 20 44.44
2 Tidak ada keluhan 25 55.56
Jumlah 45 100

2) Jenis penyakit yang diderita lansia


No Jenis penyakit Frekuensi %
1 Asma 0 0
2 TBC 0 0
3 Hipertensi 7 35
4 DM 5 25
5 Rematik 8 40
6 Katarak 0 0
7 Lain-lain 0 0
Jumlah 20 100

3) Penanganan penyakit lansia


No Penanganan penyakit Frekuensi %
1 Sarana kesehatan 6 30
2 Non medis 4 20
3 Diobati sendiri 10 50
Jumlah 20 100
4) Penggunaan waktu senggang
No Waktu senggang Frekuensi %
1 Berkebun 8 17.78
2 Rekreasi 0 0.00
3 Senam 0 0.00
4 Lain-lain 37 82.22
Jumlah 45 100
Lampiran 5. Analisa data
NO Data Masalah Penyebab

1 Ds : Resiko Penurunan kurangnya


Derajat Kesehatan pengetahuan
- Ketua RT mengatakan lansia
Lansia masyarakat dalam
mengatakan tidak tahu bagaimana
memilihara
menjaga kesehatan dan cara menangani
kesehatan lansia
penyakit seperti : hipertensi, rematik, dan
asam urat.
Do :

 7 (35%) Lansia mengalami Hipertensi


 5 (25%) Lansia mengalami DM
 8 (40%) Lansia mengalami Rematik

2. Ds : Resiko Penurunan Kurangnya


Derajat Kesehatan Pengetahuan Dan
- Kepala Desa mengatakan banyak
Umum Kesadaran
warganya membeli obat bebas di
Masyarakat
warung, karena lebih murah dan mudah
di jangkau.
Do :

 31 (46.27%) masyarakat konsumsi obat


bebas di warung,
 15 (22,39%) mengkonsumsi jamu
sebelum pergi ke pelayanan kesehatan,
sisanya memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Lampiran 6. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Data NOC NIC
(NANDA/ IACP)

Ds : Resiko Penurunan Setelah di lakukan 1) Berikan


Derajat Kesehatan tindakan keperawatan penyuluhan tentang
- Dari hasil wawancara Lansia sebanyak 1 kali kegiatan terjadinya proses
dengan warga RT 39 manua dan
di harapkan masyarakat
mengatakan lansia tidak hipertensi.
mampu memberikan 2) Aktifkan posyandu
tahu bagaimana menjaga perawatan pada lansia. lansia
kesehatan dan cara
3) Lakukan senam
menangani penyakit lansia.
seperti : hipertensi, 4) Berikan kenang-
rematik, dan asam urat. kenangan alat
Do : posyandu lansia.
5) Berikan
 8 (40%) Lansia reinforment kepada
mengalami Hipertensi lansia dan kader
 5 (25%) Lansia posyandu lansia
mengalami DM
 7 (35%) Lansia
mengalami Rematik
Resiko Penurunan Setelah dilakukan 1. Berikan
Derajat Kesehatan tindakan keperawatan penyuluhan tentang
Ds : Umum selama 1 kali pertemuan dampak konsumsi
diharapkan masyarakat obat tanpa resep
- Dari hasil wawancara RT 39 Kelurahan Legok dokter.
dengan warga RT 39 mampu memahami dan 2. Diskusikan dengan
mengatakan banyak warga tentang
menghindari obat tanpa
warganya membeli obat konsumsi obat
resep dokter tanpa resep dokter.
bebas di warung, karena
3. Berikan
lebih murah dan mudah reinforcement
di jangkau. terhadap
Do : kemampuan
memahami
 31 (46.27%) pentingnya resep
masyarakat konsumsi obat dari dokter
obat bebas di warung,
 15 (22,39%)
mengkonsumsi jamu
sebelum pergi ke
pelayanan kesehatan,
sisanya memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
Lampiran 7. Plan of Action (POA)
Diagnosa Evaluasi
No Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Hari/Tgl Tempat Kriteria Standar
Komunitas
1 Resiko Penurunan Setelah di lakukan Lansia RT K.I.E 1) Berikan penyuluhan Jumat Rumah Pak Verbal 1. Proses
Derajat Kesehatan tindakan 39 Kel. tentang terjadinya proses 28-10-22 RT 39 terjadinya
Lansia di RT 39 keperawatan Legok manua dan hipertensi. Kelurahan manua.
Kelurahan Legok sebanyak 1 kali 2) Aktifkan posyandu Legok 2. Hipertensi,
berhubungan kegiatan di harapkan lansia Psiko Rematik,
dengan kurangnya masyarakat mampu 3) Lakukan senam lansia. motor DM
pengetahuan memberikan 4) Berikan kenang- 3. Aktif
masyarakat dalam perawatan pada kenangan alat posyandu posyandu
memilihara lansia. lansia. lansia.
kesehatan lansia 5) Berikan reinforment 4. Kader
kepada lansia dan kader posyandu
posyandu lansia. lansia aktif.

2 Resiko Penurunan Setelah dilakukan Warga K.I.E 1) Berikan penyuluhan Jumat Rumah Pak Verbal 1. Dampak
Derajat Kesehatan tindakan masyarakat tentang dampak 28-10-22 RT 39 pembelian
Umum keperawatan selama konsumsi obat tanpa Kelurahan obat tanpa
berhubungan 1 kali pertemuan resep dokter. Legok resep dokter.
dengan Kurangnya diharapkan 2) Diskusikan dengan P
Pengetahuan Dan masyarakat RT 39 warga tentang konsumsi si
Kesadaran Kelurahan Legok obat tanpa resep dokter. k
Masyarakat mampu memahami 3) Berikan reinforcement o
dan menghindari terhadap kemampuan m
obat tanpa resep warga dalam memahami ot
dokter pentingnya resep obat o
dari dokter. r

Anda mungkin juga menyukai