Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA KELUARGA DI DESA GETASREJO KECAMATAN PURWODADI


KABUPATEN GROBOGAN

Oleh

JURUSAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian

Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,

disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah

satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan

meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan

pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga

pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK

dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga,mengutamakan

upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis

masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan

siklus kehidupan..

Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan

komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan

kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan

nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).


2
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi

keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry Efendi dan Makhfudli,

2009).

Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan

kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan

tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi

yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap

penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011).Dari penjelasan diatas maka kelompok

tertarik membahas mengenai konsep dasar keperawatan kounitas.

Indonesia sehat 2025 sebagai visi pembangunan kesehatan pemerintah

Indonesia dijabarkan dalam salah satu misinya adalah memandirikan

masyarakat.Hal ini memerlukan dukungan dari semua unsur yang ada,

termasuk masyarakat sebagai objek dan subjek dari pembangunan kesehatan

itu sendiri. Selama lebih dari lima dekade Indonesia selalu diharapkan dengan

masalah kesehatan yang masih klasik yaitu masih tingginya kekurangan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan perilaku

hidup sehat serta menjaga lingkungan yang baik untuk mendukung kesehatan.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek

pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu

dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan

mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari

3
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan

melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;

keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan

menerapakn konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai

salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai

potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus

dicapai, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Universitas

Muhammadiyah Kudus melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan

Komunitas di desa Getasrejo yang terdiri dari RW 01-RW06 yang terdapat

6666 penduduk dan 2130 keluarga. Pengkajian sendiri dilakukan dengan

menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa

mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia

untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan

komunitad dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat

akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan

komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas

pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan pendekatan

4
proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas,

mahasiswa mampu:

a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas

b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk

komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi

c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi

organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan

kesehatan komunitas

d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor

resiko personal, sosial dan lingkungan

e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk

meningkatkan kesehatan komunitas

f. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk

mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan

g. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,

belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan

kepemimpinan di dalam komunitas.

C. Manfaat

1. Untuk Mahasiswa

a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata

kepada masyarakat.

b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan

5
keperawatan komunitas

c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana

dalam menghadapi dinamika masyarakat

d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan

interpersonal.

2. Untuk Masyarakat

a. Masyarakat desa winong mendapatkan kesempatan seluas-luasnya

untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit.

b. Masyarakat desa winong mendapatkan kemampuan untuk mengenal,

mengerti dan menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara

penyelesaian masalah kesehatan yang di alami masyarakat.

c. Masyarakat desa winong mengetahui gambaran status kesehatannya

dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

3. Untuk Pendidikan

a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi S1 Ilmu Keperwatan

universitas muhammadiyah Kudus.

b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model

praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

4. Untuk Profesi

a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.

b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas

6
sehingga profesi mampu mengembangkannya.

c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai, perhatian, yang merupakan kelompok khusus dengan batas-

batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga

(Sumiyatun dkk, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public

health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan

tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan regabilitatif secara menyeluruh dan

terpadu yang di tujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta

masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu

mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011).

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan

kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan

keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas

menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks

2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen

pelayanan kesehatan

8
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil

pendidikan dan penelitian melandasi praktek.

4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan

komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-

asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:

1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan

2. Meerupakan bidang khusus keperawatan

3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu

sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)

4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.

5. Ruang lingfkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif

dan promotif.

6. Melibatkan partisipasi masyarakat

7. Bekerja secara team (bekerjasama)

8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku

9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah

10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat

kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik

keperawatan komunitas adalah:

9
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat

diterima semua orang

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan

dalam hal ini komunitas

3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima

pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik

4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat

mendukung maupun mengahambat

5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan

6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar

tersebut, maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai

landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan

komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan

spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada

strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang

melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan

yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan

keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang

luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

10
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang

sehat pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan

berlangsung secara berkesinambungan

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam

kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status

kesehatan masyarakat

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan

secara berkesinambungan dan terus menerus

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

11
B. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat

menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka

miliki.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi

b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah

c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah

kesehatan/keperawatan

d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka

hadapi

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah

kesehatan/keperawatan

f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pelayanan kesehatan/keperawatan

g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan,

12
dan

i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas

dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta

diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan

terhadap masalah kesehatan.

C. Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang

mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

1. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena

ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka

akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,

mental maupun sosial.

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas

kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan

tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan

perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan

berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh

13
terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada

disekitarnya.

3. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

Termasuk diantaranya adalah:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan petumbuhannya, seperti:

1) Ibu hamil

2) Bayi baru lahir

3) Balita

4) Anal usia sekolah

5) Usia lanjut

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

1) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS,

penyekit kelamin lainnya.

2) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit

diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan

mental dan lain sebagainya.

c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

1) Wanita tuna susila

14
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu

4) Dan lain-lain

d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

1) Panti wredha

2) Panti asuhan

3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

4) Penitipan balita

4. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan

bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan

kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan

bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama

anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik

permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun

kesehatan khususnya.

D. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

15
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya

(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang

ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan

upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

1. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat

b. Peningkatan gizi

c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan

d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

e. Olahraga secara teratur

f. Rekreasi

g. Pendidikan seks

2. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas

maupun kunjungan rumah

16
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas

ataupun di rumah

d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

3. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-

anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau

masalah kesehatan, melalui kegiatan:

a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas

dan rumah sakit.

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin

dan nifas.

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

4. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-

kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan

b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

17
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

5. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga

dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah

kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita

suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok

masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan

lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk

dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan

tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka

derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau

batasan-batasan yang jeals dan dapat dimengerti (Padila, 2012).

E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat

mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat

pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan

praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,

kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health

nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan

kesehatan masyarakat.

2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah

18
perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi

4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi

5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan

penanganan lebih lanjut

6. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan

amsyarakat

7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan

8. Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah

kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian

kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha

pendekatan ilmiah keperawatan.

9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan

komuniti

10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi

terkait.

11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan

dan kesehatan.

F. Model Pendekatan

pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah

kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah

19
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan

dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya

kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan

dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi

keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya

sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan

pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka

bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke

Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case

approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei

mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community

approach.

G. Proses Keperawatan Komunitas

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,

metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan

ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat

dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,

20
kelompok dan masyarakat adalah:

a. Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan

menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun

informasi.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta

faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut

Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu

meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat

individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan

adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi;

politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;

komunikasi; ekonomi dan rekreasi.

Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai

dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.

b. Jenis data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data

objektif (Mubarak, 2011) :

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang

dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang

21
di ungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan

pengukuran.

c. Analisa Data

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah

diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam

menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor

stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di

komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa

keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:

1) Masalah sehat sakit

2) Karakteristik populasi

3) Karakteristik lingkungan

2. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan

Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan

prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual,

ancaman resiko atau wellness.

Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat

antara lain (Mubarak, 2011):

a. Masalah yang ditetapkan dari data umum

b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan

22
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan

yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam

kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:

a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat

c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat

d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

3. Kriteria skala prioritas:

a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan

emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan

urgensinya untuk segera ditanggulangi.

b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu

kurun waktu tertentu

c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat

menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat

d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan

mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan

masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia

dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).

6. Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan

23
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat

dilakukan berkaitan dengan diagnose keperawatan komunitas yang muncul

di atas (Sulistiyo, 2012) :

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demontrasi ketrampilan cara menangani masyarakat

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang

tepat

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintahan atau aparat setempat untuk

memperbaiki lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

7. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam

hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat

(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009):

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

24
penyakit

d. Advocate komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas

8. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program

kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),

pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan

berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan

dalam melaksanakan penilaian, yaitu:

a. Daya guna

b. Hasil guna

c. Kelayakan

d. Kecukupan

Fokus evaluasi adalah:

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan

pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses

c. Efisiensi biaya

d. Efektifitas kerja

e. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka

waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

25
Keterangan:

: peran masyarakat

: peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien

dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar

daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait


dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan

26
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan

Pelaksanaan kegiatan praktik keperawatan komunitas di awali

dengan kegiatan penerimaan mahasiswa atau MMD 1 (Musyawarah

Masyarakat Desa 1) yang dilaksanakan pada tanggal 27 Julii 2020. Dalam

kegiatan tersebut pihak Institusi Universitas Muhammadiyah Kudus

menyerahkan mahasiswa kepada Kepala desa winong. Selanjutnya, setelah di

terima dan diberikan ijin dari pihak desa,maka mahasiswa menindaklanjuti

dengan melakukan pengkajian kepada RW 01-RW 06 yang telah disepakati

dengan pihak pemerintah desa.

Dalam proses praktik keperawatan komunitas di desa Getasrejo

mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok dimana setiap kelompok mendapatkan

tugas mengelola 1 RT. Jumlah penduduk dari Desa Getasrejo sejumlah 6666

warga yang terdiri dari 2130 keluarga.

Dalam pelaksanaan pengkajian, mahasiswa menggunakan tekhnik

wawancara dan pengambilan data sekunder. Dengan adanya pandemic covid-

19, pengambilan data menggunakan wawancara dilakukan melalui televon.

Untuk survey lokasi juga dilakukan dengan melaksanakan protocol kesehatan.

27
B. Tahap Pelaksanaan

1. Pengkajian
a. Data Demografi
1) Distribusi penduduk berdasarkan kategori umur
Table 3.1
Distribusi Frekuensi kategori umur

100.00%

47.64%

22.14%
12.60% 9.96%
7.65%

0 -4 TAHUN 5-19 TAHUN 20-49 TAHUN 50-60 TAHUN > 60 TAHUN

Berdasarkan tabel di atas, dari 6666 warga, mayoritas

responden berada di rentang umur 20-49 tahun dengan prosentase

47,64%.

2) Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


Tabel 3.2
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
LAKI-LAKI PEREMPUAN

49% 51%

28
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden berjenis kelamin

laki-laki dengan prosentase 51%.

3) Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan


Tabel 3.3
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan

23.28%
16.70%
14.54% 14.99%
9.24% 10.95% 8.49%

0.81% 0.12% 0.75% 0.14%

Berdasarkan tabel di atas, warga desa Getasrejo mayoritas

berprofesi sebagai belum bekerja dan tidak bekerja dengan

prosentase 23.28%.

4) Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan


Tabel 3.4
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan

29
40.91%
24.18%
18.11% 13.97%
2.84%

tidak sekolah/belum sekolah Tamat SD tamat SLTP tamat SLTA tamat akademi/universitas

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas warga desa Getasrejo

merupakan tamatan SD dengan prosentase 40.91%.

b. Data PIS-PK
1) Frekuensi mengikuti program KB
Tabel 3.5 frekuensi program KB

93.10%

6.90%

MENGIKUTI TIDAK MENGIKUTI

Berdasarkan tabel data di atas, mayoritas keluarga desa Getasrejo

sudah mengikuti program KB dengan prosentase 93.10%.

2) Frekuensi ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan


Tabel 3.6
Frekuensi ibu melakukan persalinan

30
97% 3%

DILAKUKAN DI FASKES TIDAK DILAKUKAN DI FASKES

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas keluarga di desa Getasrejo

melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dengan prosentase 97%

3) Frekuensi bayi mendapatkan air susu ibu


Tabel 3.7
Frekuensi bayi mendapatkan asi
Mendapatkan 6 bulan mendapatkan kurang dari 6 bulan
Tidak mendapatkan

4%

23%

73%

Dari tabel di atas,mayoritas bayi dalam keluarga mendapatkan ASI

selama 6 bulan dengan prosentase 73%.

4) Frekuensi balita mendapatkan pantauan pertumbuhan


Tabel 3.8
Frekuensi balita terpantau pertumbuhan

31
77.61%

22.39%

pertumbuhan terpantau tidak terpantau

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas balita dalam keluarga

terpantau pertumbuhannya dengan prosentase 77.61%.

5) Frekuensi pemberian imunisasi


Tabel 3.9
Frekuensi pemberian imunisasi

72.25%

25.12%

2.63%

Lengkap tidak lengkap tidak pernah

Berdasarkan tabel di atas,mayoritas bayi di desa rejosarai

mendapatkan program imunisasi lengkap dengan prosentase

72.25%.

6) Frekuensi pengobatan TB sesuai standart


Tabel 3.10
Frekuensi pengobatan TB sesuai standart

32
100.00%

0.00%

dilakukan sesuai standart tidak dilakukan sesuai standart

Berdasarkan tabel di atas, warga di desa Getasrejo yang mengalami

TB PARU mendapatkan pengobatan sesuai standart seluruhnya.

7) Frekuensi pengobatan hipertensi teratur


Tabel 3.11
Frekuensi pengobatan hipertensi teratur

51.74%

48.26%

Dilakukan teratur tidak dilakukan teratur

Berdasarkan tabel di atas, warga di desa Getasrejo yang mengalami

hipertensi tidak melakukan pengobatan hipertensi dengan teratur

dengan prosentase 51.74%.

33
8) Frekuensi penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan
Tabel 3.12
Frekuensi penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan

90.00%

10.00%

MENDAPATKAN PENGOBATAN TIDAK MENDAPATKAN GANGGUAN

Berdasarkan tabel di atas, warga di desa Getasrejo yang mengalami

gangguan jiwa mendapatkan pengobatan sejumlah 90%. Artinya

mayoritas mendapatkan pengobatan dan tidak terlantar.

9) Frekuensi kepersertaan asuransi kesehatan


Tabel 3.13
Frekuensi kepersertaan asuransi kesehatan

62.35%

28.54%

3.76% 5.35%

BPJS Kesehatan BPJS Kis Jamsostek Tidak ada

Berdasarkan tabel di atas,mayoritas keluarga di desa Getasrejo

sudah mengikuti program asuransi kesehatan. Dimana mayoritas

34
keluarga mengikuti program BPJS kesehatan dengan prosentase

62.35%.

10) Frekuensi kelaurga mendapatkan akses airbersih


Tabel 3.14
Frekuensi keluarga mendapatkan air bersih

72.25%

25.12%

2.63%

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas keluarga di desa Getasrejo

sudah mendapatkan akses air bersih dengan prosentase 72.25%.

c. Pengkajian pada Lansia


1) Distribusi frekuensi kemampuan lansia dalam melakukan ADLs
Tabel 3.15
Distribusi frekuensi kemampuan lansia dalam pemenuhan ADLs

35
Mandiri Dibantu sebagian Dibantu total

17%

33%

50%

Berdasarkan tabel di atas,mayoritas lansia di desa Getasrejo perlu

dibantu dalam melakukan pemenuhan ADLs dengan prosentase 50%.

2) Distribusi frekuensi kelainan yang meresahkan lansia

Tabel 3.16

Distribusi frekuensi penyakit yang sering di derita

Nyeri tulang Inkontensia Pusing

47%
50%

3%

36
Berdasarkan tabel di atas, kelainan yang sering muncul pada lansia

adalah nyeri tulang dengan prosentase 50%.

d. Data penyakit yang meresahkan


Tabel 3.17
Frekuensi penyakit yang meresahkan
NAMA PENYAKIT

64.91%

12.18% 13.97%
6.11% 2.84%

DIABETES MELLITUS COVID-19 HIPERTENSI ASAM URAT DIARE

Berdasarkan tabel diatas, warga di desa Getasrejo sejumlah 64.91%

berpendapat saat ini penyakit yang meresahkan adalah COVID-19.

e. Data lingkungan fisik

Kondisi masyarakat di Desa Getasrejo secara umum ramah dan

religious. Kuesioner pengkajian permasalahan lingkungan difokuskan

pada beberapa aspek yaitu kondisi perumahan yang meliputi jenis

bangunan rumah, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, jenis sumber air,

kepemilikan WC, dan pembuangan sampah.

1) Jenis rumah
Tabel 3.18
Distribusi jenis rumah responden

37
KONTRUKSI RUMAH

71.36%

25.49%

3.15%

Permanen Semi Permanen Tidak Permanen

Tabel 3.18 merupakan tabel jenis kontruksi rumah warga

desa Getasrejo. Dari tabel tersebut diketahui mayoritas rumah

sejumlah 71.36% berjenis semi permanen. Dan terdapat 5.15%

warga yang memiliki kontruksi rumah tidak permanen.

2) Ventilasi dan pencahayaan


Tabel 3.19
Frekuensi ventilasi dan pencahayaan
Baik Cukup Kurang

4%

24%

72%

Tabel 3.20 merupakan tabel frekuensi ventilasi dan pencahayaan

pada rumah warga. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa

terdapat 72% rumah yang memiliki ventilasi dan pencahayaan

baik.

3) Pembagian ruangan rumah


Tabel 3.20
Tabel frekuensi pembagian ruang rumah

38
66.67%

22.49%
10.85%

Tabel 3.20 merupakan tabel pembagian ruangan rumah. Dari tabel

tersebut menunjukan mayoritas rumah warga terdapat pembagian

ruangan sebagian yang di bagi sesuai dengan fungsinya dengan

prosentase 66.67 %.

4) Keadaan dapur
Tabel 3.21
Frekuensi keadaan dapur

90.09%

9.91%
Bersih Kotor

Tabel 3.21 merupakan tabel frekuensi keadaan dapur responden.

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 90.09% rumah

warga yang memiliki dapur bersih.

5) Keberadaan sampah
Tabel 3.22
Keberadaan sampah

39
67.70%

23.62%
3.76% 4.93%

Tabel 3.22 merupakan tabel keberadaan sampah pada rumah

warga desa Getasrejo. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa

terdapat 467.70% rumah warga yang memiliki sampah namun

tidak memenuhi syarat. Dan hanya terdapat 23.62% rumah warga

yang memiliki tempat sampah sesuai dengan syarat.

6) Penanganan sampah
Tabel 3.23
Penanganan sampah

66.38%

20.80%
12.82%

dikelola, memenuhi syarat dikelola, tidak memenuhi syarat tidak dikelola

Tabel 3.23 merupakan tabel frekuensi penanganan sampah. Dari

tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 56.38% tempat sampah

yang dikelola namun tidak sesuai standart aturan yang berlaku.

40
7) Kepemilikan jamban
Tabel 3.24
Kepemilikan jamban
Ada Tidak ada
2%

98%

Tabel 3.24 merupakan tabel kepemilikan jamban dirumah warga

desa Getasrejo. Dari tabel tersebut menunjukan terdapat 98%

warga yang memiliki jamban.

8) Kondisi jamban
Tabel 3.24
Frekuensi kondisi jamban warga
Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

46%

54%

Tabel 3.24 merupakan tabel frekuensi kondisi jamban warga. Dari

tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 54% warga yang

memiliki jamban tidak memenuhi syarat.

9) Kondisi pembuangan air limbah

41
Tabel 3.25
Frekuensi kondisi pembuangan air limbah
Ada, memenuhi syarat Ada, kurang memenuhi syarat tidak ada

14%

34%

52%

Tabel 3.25 merupakan tabel pembuangan air limbah. Dari tabel

tersebut menunjukan bahwa terdapat 52% rumah yang memiliki

pembuangan air limbah namun tidak memenuhi syarat.

10) Keberadaan kandang


Tabel 3.26
Frekuensi keberadaan kandang
ada, di dalam rumah ada, diluar rumah
ada, diluar rumah, kotor tidak ada

5%

24%

7%

64%

Tabel 3.26 merupakan tabel frekuensi keberadaan kandang. Dari tabel

tersebut menunjukan bahwa terdapat 64% keberadaan kandang yang

diluar rumah dengan keadaaan kotor.

f. Data umum
1) Pengambilan keputusan

42
Tabel 3.27
Distribusi frekuensi pengambilan keputusan
Musyawarah Otoriter

47%
53%

Tabel 3.27 merupakan tabel distribusi frekuensi pengambilan

keputusan pada warga di desa Getasrejo. Dari tabel tersebut

menunjukan bahwa terdapat 53% warga yang mengabil keputusan

dalam masalah dengan bermusyawarah.

2) Penghasilan keluarga

Tabel 3.28

Frekuensi penghasilan keluarga

< 300.000 300.000 - 500.000 > 500.000

100%

Tabel 3.28 merupakan tabel frekuensi penghasilan perbulan. Dari

tabel tersebut menunjukan bahwa 100% kepala keluarga memiliki

43
penghasilan di atas 500.000.

3) Aktivitas keluar kota


Tabel 3.29
Frekuensi aktivitas keluar kota dalam 2 minggu
tidak ada anggota keluarga yang dari/ke ada anggota keluarga yang dari/ke

22%

78%

Tabel 3.30 merupakan tabel frekuensi aktivitas keluar kota dalam

2 minggu. Dari tabel tersebut menunjukan terdapat 78% kepala

keluarga yang mengaku tidak ada anggota keluarga yang dari atau

ke luar kota.

4) Aktivitas cuci tangan


Tabel 3.31
Frekuensi aktivitas cuci tangan

55.87%

31.13%

13.00%

Selalu Kadang tidak pernah

Tabel 3.31 merupakan tabel frekuensi aktivitas cuci tangan warga.

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 55.87% warga

44
yang mencuci tangan dengan frekuensi kadang-kadang. Dan

hanya terdapat 31.13% warga yang selalu cuci tangan.

5) Frekuensi tingkat pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan


Tabel
Frekuensi tingkat pengetahuan pentingnya cuci tangan
sangat mengerti cukup mengerti tidak mengerti

13%
21%

67%

Berdasarkan tabel di atas, warga di desa Getasrejo yang sangat

mengerti tentang pentingnya cuci tangan hanya sebesar 21%,

dimana mayoritas keluarga hanya cukup mengerti denggan

prosentase 66%.

6) Aktivitas pemakaian masker


Tabel 3.36
Frekuensi pemakaian masker

66.62%

20.66%
12.72%

Selalu Kadang tidak pernah

Tabel 3.36 merupakan tabel aktivitas memakai masker. Dari tabel

tersebut menunjukan bahwa terdapat 66.62% warga yang

45
memiliki aktivitas memakai masker kadang-kadang.

7) Frekuensi tingkat pengetahuan pentignya masker

Tabel

Frekuensi pentahuan pentingnya penggunaan masker

sangat mengerti cukup mengerti tidak mengerti

20%

35%

45%

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas keluarga yang sangat

mengerti pentingnya penggunaan masker hanya 35%, mayoritas

warga sejumlah 45% tidak cukup mengerti tentang pentingnya

penggunaan masker.

8) Frekuensi tingkat pengetahuan tentang covid-19

Tabel

Frekuensi tingkat pengetahuan tentang covid-19

46
PENGETAHUAN PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN COVID-19

45.16%
37.46%

17.37%

sangat mengerti cukup mengerti tidak mengerti

Berdasarkan tabel di atas, warga di desa Getasrejo yang sangat

mengerti tentang pencegahan dan penyebaran covid-19 hanya

sejumlah 17.37%, mayoritas responden tidak cukup mengerti

tentang pencegahan dan penyebaran covid-19 dengan prosentase

45.16%.

2. Analisa data

No Data Problem
1 DS: Deficit tingkat
1. Berdasarkan hasil wawancara di pengetahuan
dapatkan bahwa beberapa warga tidak
mengerti pentingnya cuci tangan
2. Berdasarkan hasil wawancara di
dapatkan bahwa beberapa tidak
mengerti pentingnya penggunaan
masker
3. Berdasarkan hasil wawancara di
dapatkan beberapa warga yang tidak
mengerti penyebaran dan pencegahan
covid-19
4. Berdasarkan hasil wawancara di
dapatkan bahwa banyak warga yang
tidak mengerti bahaya merokok
Data objektif :
1. Hasil angket di dapatkan mayoritas
responden tidak cukup mengerti
tentang pencegahan dan penyebaran

47
covid-19 dengan prosentase 45.16%
2. Hasil angket di dapatkan mayoritas
warga sejumlah 45% hanya sebatas
cukup mengerti tentang pentingnya
penggunaan masker
3. Hasil angket didapatkan terdapat
66.62% warga yang memiliki aktivitas
memakai masker kadang-kadang.
4. Hasil angket di dapatkan mayoritas
keluarga hanya cukup mengerti
denggan prosentase 66%
5. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 55.87% warga yang mencuci
tangan dengan frekuensi kadang-
kadang
6. Hasil angket di dapatkan mayoritas
warga desa Getasrejo merupakan
tamatan SD dengan prosentase 40.91%
2 Data subjektif Ketidakefektifan
1. Hasil wawancara di dapatkan bahwa manajemen
penderita hipertensi tidakmelakukan kesehatan
pengobatan dengan teratur
2. Hasil wawancara di dapatkan bahwa
kepala keluarga tidak menyediakan
tempat sampah sesuai dengan standart
3. Hasil wawancara di dapatkan bahwa
kepala keluarga tidak memiliki
jambanyang sesuai dengan syarat jamban
sehat
4. Hasil wawancara di dapatkan bahwa
kepala keluarga tidak dapat mengelola
sampah dan limbah dengan benar
Data objektif
1. Hasil angket di dapatkan di desa
Getasrejo yang mengalami hipertensi
tidak melakukan pengobatan
hipertensi dengan teratur sebesar
51.74%
2. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 467.70% rumah warga yang
memiliki sampah namun tidak
memenuhi syarat.
3. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 56.38% tempat sampah yang
dikelola namun tidak sesuai standart
aturan yang berlaku.

48
4. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 54% warga yang memiliki
jamban tidak memenuhi syarat.
5. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 52% rumah yang memiliki
pembuangan air limbah namun tidak
memenuhi syarat
6. Hasil angket menunjukan bahwa
terdapat 64% keberadaan kandang
yang diluar rumah dengan keadaaan
kotor

3. Prioritas Masalah

Diagnose Keperawatan Manajemen kesehatan Defisit tingkat


pengetahuan
tidak efektif

Sesuai CHN 5 4
Resiko terjadi 4 5
Potensial pendidikan 5 5
kesehatan
Minat masyarakat 4 5
Sesuai Program pemerintahan 4 5
Kemungkinan untuk diatasi 4 5
Tempat 4 5
Dana 4 5
Sumber Waktu 5 4
Fasilitas 4 5
Petugas 4 5
Total 42 54

1. Diagnose keperawatan

49
a. Deficit tingkat pengetahuan

b. Manajemen kesehatan tidak efektif

50
2. Intervensi

DX Temp Evaluasi
No Tujuan Sasaran Strategi Intervensi TGL Kriteria Standart
Keperawatan at
1 Deficit Setelah dilakukan Warga Hari pertama

tingkat asuhan keperawatan desa 1. Bina hubungan saling

pengetahuan selama 3x pertemuan Getasrejo percaya dengan keluarga.

diharapkan warga 2. Lakukan kontrak waktu

mampu: untuk melakukan

1. Memanajeme pendidikan kesehatan

n kesehatan Hari kedua

keluarga  Lakukan pendidikan

dengan baik kesehatan tentang covid-

2. Memahami 19

cara  Lakukan penjelasan

51
penyebaran mengenai pentingnya

virus covid- memakai masker

19  Lakukan penjelasan

3. Memahami mengenai pentingnya

cara cuci tangan

penyegahan Hari ketiga

covid-19 1. Lakukan simulasi cuci

4. Mengerti tangan yang benar

pentignyacuc 2. Lakukan simulasi

i tangan memakai masker yang

5. Mengerti benar

pentignya 3. Pemasangan poster

penggunaan tentang covid-19 di

masker balaidesa
2 Manajemen Setelah dilakukan Warga Demontr Hari pertama

52
kesehatan asuhan keperawatan desa asi dan 1. Bina hubungan saling

tidak efektif selama 3x pertemuan winong pendidik percaya dengan keluarga.

diharapkan warga an 2. Lakukan kontrak waktu

mampu: kesehata untuk melakukan

1. Memahami n pendidikan kesehatan

pengelolaan Hari kedua

sampah  Lakukan pendidikan

2. Memahami kesehatan tentang

pengelolaan pengobatan hipertensi

sampah dan  Lakukan pendidikan

limbah kesehatan tentang

3. Memahami pengelolaan sampah,

anjuran limbah dan pentingnya

pembuangan jamban sehat

53
limbah Hari ketiga

4. Memahami  Lakukan simulasi

pentingnya pengelolaan sampah dan

memakai limbah

masker  Lakukan simulasi senam

5. HT

 Lakukan simulasi

pengelolaan sampah dan

limbah

3. Plan of action

No Masalah Rencana Kegiatan Penanggung Waktu Tempat Kegiatan Dana Sumber

54
Jawab Kegiatan
1 Deficit tingkat Hari pertama Kepala desa 1. Untuk Iuran Mahasiswa

pengetahuan 3. Bina hubungan saling pendidikan Kelompok

percaya dengan keluarga. kesehatan

4. Lakukan kontrak waktu dilakukan

untuk melakukan dengan media

pendidikan kesehatan video

Hari kedua 2. Simulasi

 Lakukan pendidikan dilakukan

kesehatan tentang covid- dengan

19 protocol

 Lakukan penjelasan kesehatan ketat

mengenai pentingnya

memakai masker

 Lakukan penjelasan

55
mengenai pentingnya

cuci tangan

Hari ketiga

1. Lakukan simulasi cuci

tangan yang benar

2. Lakukan simulasi

memakai masker yang

benar

3. Pemasangan poster

tentang covid-19 di

balaidesa
2 Manajemen Hari pertama Kepala desa 1. Untuk Iuran Mahasiswa

kesehatan 3. Bina hubungan saling pendidikan Kelompok

tidak efektif percaya dengan keluarga. kesehatan

4. Lakukan kontrak waktu dilakukan

56
untuk melakukan dengan

pendidikan kesehatan media video

Hari kedua 2. Simulasi

 Lakukan pendidikan dilakukan

kesehatan tentang dengan

pengobatan hipertensi protocol

 Lakukan pendidikan kesehatan

kesehatan tentang ketat

pengelolaan sampah,

limbah dan pentingnya

jamban sehat

Hari ketiga

 Lakukan simulasi

pengelolaan sampah dan

57
limbah

 Lakukan simulasi senam

HT

 Lakukan simulasi

pengelolaan sampah dan

limbah

58

Anda mungkin juga menyukai