Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan
upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat
kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud Undang-Undang Dasar 1945.
Arah  kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran
menuju paradigm sehat. Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang
lebih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan tidak mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat adalah suatu kebijakan
pembangunan kesehatan dalam  rangka mencapai visi Indonesia sehat dimana
diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan
yang sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat
kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan
di Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan
terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui paradigm sehat
menuju visi Indonesia sehat.Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas
merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan memulihkan kesehatan
populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas
pada sekelompok  umur dan diagnose tertentu serta dilaksankan secara
berkelanjutan.

1
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai upaya
kesehatan telah diselengarakan. Salah satu bentuk  upaya kesehatan tersebut
adalah pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit sebagai
tempat  rujukan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan
mayarakat  dan mendorong kearah kemaandirian dalam memecahkan kesehatan
dengan penuh tanggung jawab.
Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang
kesehatan tersebut maka Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Gorontalo sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung
jawab dalam rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/ keperawatan yang
berkualitas dimasa depan melalui praktik keperawatan komunitas. Kegiatan
merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu bidang pengabdian masyarakat.
Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk
pengembangan dari praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa yang diarahkan
pada pengalamannya penerapan Primary Health Care.
Dipilihnya Desa Talumelito sebagai tempat keperawatan komunitas
karena merupakan salah satu bentuk aplikatif mata ajaran Asuhan Keperawatan
Komunitas pada Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Gorontalo
disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola perilaku kebiasaan hidup
sehat pada masyarakat, dengan tujuan untuk merubah perilaku dan
meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu menjadi
tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk
penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung  bagaimana cara
mengatasi penyakit yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang tidak
sehat, penyakit infeksi yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
sendiri.

2
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan laporan ini agar mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan komunitas dan keluarga sesuai konsep dan teori
keperawatan komunitas
B. Tujuan Khusus
Dalam program Profesi Ners  Stase komunitas diharapkan mahasiswa mampu
1. Mengidentifikasi data yang diperlukan
2. Mengumpulkan data dengan menggunkan metode/ strategi yang sesuai
3. Menganalisa data yang diperlukan
4. Menentukan masalah kesehatan  dan masalah keperawatan
5. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan
berdasarkan kriteria tertentu
6. Melaksanakn rencana keperawatan
7. Melakukan evaluasi keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan praktek keperawatan
komunitas ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


A. Karakteristik Komunitas Sebagai Fokus Dari Tindakan Perubahan yang
Dilakukan
1. Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatundkk, 2006).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya, (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan, (Mubarak, 2006).

4
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
(Wahyudi, 2010)
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1) Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2) Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan. (Mubarak, 2006)
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang merekalakukan.
Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual
tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

6
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan
melalui proses kelompok.
2) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya,
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
3) Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerjasama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks. Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyaki takut
yang bukan kasus ke daruratan misalnya penyakit influensa, batu dll.

7
Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. (Mubarak,
2006)
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya : perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home
care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan
mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di

8
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun
lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan
perawatan yang berkualitas, (Mubarak, 2006).
5. Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat
Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu sebagai
berikut :
1) Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu.Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan
dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan
Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana
kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa,
yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti :
1) Kesehatan ibu dan anak
2) KB
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi dasar
7) Penyediaan obat esensial, (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini
bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi
masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh
karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu
untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan

9
status gizi dan kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan
ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan
fungsi posyandu. (Zulkifli, 2003)
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :
1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3) Mempercepat penerimaan NKKBS
4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan
kemampuan hidup sehat
5) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi
6) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi untuk kelola usaha kesehatan masyarakat.
Menurut Nasru Effendi (2000), untuk menjalankan kegiatan Posyandi
dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1) Meja I
a) Pendaftaran
b) Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2) Meja II
Penimbangan Balita dan ibu hamil
3) Meja III
Pengisian KMS
4) Meja IV
a) Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

10
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5) Meja V
a) Pemberian iminisasi
b) Pemeriksaan Kehamilan
c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada
bulan Februari dan Agustus)
c) PMT
d) Imunisasi. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai
pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan
setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik
pada kartu KMS setiap bulan.
e) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
f) Pemberian Oralit dan pengobatan.
g) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
Menurut Nasrul Effendi (2000), untuk meja I sampai meja IV
dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan
oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi.
Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5
dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa

11
posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan
pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat.
Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang
mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan
pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik. (Riehl & Roy, 1980 dalam
Sumijatun, 2006). Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas
yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972).
Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress
dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat
fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas, (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006), teori Neuman berpijak pada meta
paradigm keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep
utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari
variabel yang utuh, yaitu : fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan dan spir itual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau system klien

12
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan
kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang
menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek
psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural
dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan
fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan
tahapan, yaitu:
a. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
b. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, raguakan kesehatannya, dan
lain-lain)
c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan
masyarakat
d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan
e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
sosial.

13
B. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan
Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan
peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan
tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehinggadiharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara
kesehatannya. (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien
yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu
dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2012) untuk melihat masalah pasien,
model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas
sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang
menjadi landasannya.
Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,
penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.

14
Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan
berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan
keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi
diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang
anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerjapuskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas
yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses
individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas
program. Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu :
1. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.

15
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen
spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
2. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko diklasifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian
masyarakat (Mubarak, 2011) :
1. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan
prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma
keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

16
2. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant)
dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action). (Mubarak,
2011)
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan
berikut :
1. Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas,
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari
dan bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan
pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja
kesehatan.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatanpertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada
individu, keluarga dan masyarakat.
4. Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan
yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
5. Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.

17
6. Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan
balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan
kelompok kesehatan kerja selanjutnya. Klasifikasi Usia Menurut
Depkes RI (2009)
a. Masa Balita 0-5 ahun
b. Kanak-kanak 5-11 tahun
c. Remaja awal 12-16 tahun
d. Masa remaja akhir 17-25 tahun
e. Masa dewasa awal 26-35 tahun
f. Masa dewasa akhir 36-45 tahun
g. Masa lansia awal 46-55 tahun
h. Masa lansia akhir 66-65 tahun
i. Masa manula 65 –sampai atas
2.2 Kosnep Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan
lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2012).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

18
kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.
Perawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada
proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien
yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. (Effendi, 2010).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah
(Mubarak, 2011):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
2. Pengumpulan data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

19
3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan
tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag
sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak
terjamin
4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau
gangguan yang terjadi
6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan
merawat atau memantau gangguan yang terjadi
7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang
terkait dengan gangguan penyakit
8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah
Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah
biayanya dapat dijangkau masyarakat
c. Jenis data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
1) Data subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
2) Data objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.

20
3) Sumber data
a) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
d. Cara pengumpulan data
1) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
2) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
3) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
e. Pengelolaan data
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
f. Analisa data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu
masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
g. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan
masalah kesehatan.

21
h. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan
memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S). (Mubarak,
2011)
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
4. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005) :

22
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
5. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan
pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2011).
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2010), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
6. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

23
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan
dalam melakukan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

24
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DUSUN
WUABU DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

3.1 Geografis
1. Wilayah : Desa Talumelito, Kecamatan Telaga Biru
2. Luas wilayah : 1000 Ha
3. Batas Wilayah
a. Batas utara : berbatasan dengan Dulamayo Barat
b. Batas selatan : bertbatasan dengan Desa Pentadio Barat dan Pentadio
Timur
c. Batas timur : berbatasan dengan Desa Ulapato B
d. Batas Barat : berbatasan dengan Kecamatan Limboto
3.2 Sejarah / Riwayat Daerah Komunitas
Desa Talumelito terletak di kecamatan Telag Biru, Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo. Sebagai salah satu desa yang ada di kecamatan Telaga Biru,
Desa Talumelito memiliki potensi untuk menjadi desa mandiri yang dapat
menjadi acuan bagi desa-desa lain di cakupan kecamatan telaga biru maupun
cakupan kabupaten dan propinsi gorontalo. Desa Talumelito memiliki potensi
sumberdaya alam hayati dan non hayati yang kaya dan tersebar di wilayah Desa
Talumelito. Potensi tersebut dapat di kelola lebih lanjut oleh masyarakat guna
menghasilkan produk berupa bahan makanan pokok atau bentuk olahan hasil
yang bernilai ekonomi dan memajukan kesejahteraan desa Talumelito.
Secara Definitif, desa Merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwewenang untuk mengaturdan mengurus
kepentingan masyarakat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat. Dalam
rangka penyediaan informasi dan data desa yang sesuai dengan fakta
perencanaan pembangunan desa, pemerintah Desa Talumelito melaksanakan

25
penyusunan profil desa tentunya dapat memberikan akses yang jelas terhadap
informasi menyeluruh tentang karakter desa, mencakup data potensi desa
baiksumber daya alam, manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana, serta
perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. Akses tersebut
diharapkan mampu menjadi landasan dalam rangka pengembangan Desa
Talumelito.
Profil dessa yang ada tentu melingkupi berbagai informasi yang lengkap
terkait pengembangan Desa Talumelito yang bertujuan mempermudah
penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Untuk itu dibuat media
komunikasi berupa peta tematik, agar seluruh keputusan terkait pengembangan
DEsa Talumelito dapat efektif baik dari segi biaya, tenaga, maupun waktu.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan di dusun dua
desa talumelito terdiri dari beberapa tahap kegiatan meliputi, survei wilayah
binaan, pengkajian awal (pengumpulan data dan pengolahan data), yang bekerja
aparat desa dan pustu yang nantinya akan bersama-sama dengan mahasiswa
melaksanakan kegiatan keperawatan komunitas.
Kegiatan praktek profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas yang akan
dilaporkan adalah tahap persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi
persiapan kemasyarakatan dan persiapan teknis, sedangkan tahap pelaksanan
terdiri dari pengkajian, perencanaan, implemenasi, evaluasi dan rencana tindak
lanjut.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan di Dusun II
Desa Talumelito terdiri dari beberapa tahap kegiatan meliputi, survey wilayah
binaan, pengkajian awal (pengumpulan data dan pengolahan data), yang bekerja
aparat Desa yang nantinya akan bersama-sama dengan mahasiswa melaksanakan
kegiatan keperawatan komunitas.
Kegiatan praktek profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas yang akan
dilaporkan adalah tahap persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi
persiapan kemasyarakatan dan persiapan teknis, sedangkan tahap pelaksanan

26
terdiri dari pengkajian, perencanaan, implemenasi, evaluasi dan rencana tindak
lanjut.
A. Persiapan
1. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap awal, mahasiswa mengidentifikasi tokoh masyarakat, tokoh
agama, kader kesehatan, dan aparat desa. Setelah diidentifikasi, kelompok
mahasiswa melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya
dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Kegiatan praktek
profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas.
Pada hari Selasa 7 Desember 2021, mahasiswa mengadakan pertemuan
MMD 1 (Musyawarah Masyarakat Desa) dengan aparat desa guna
bersosialisasi dengan masyarakat yang bertempat di Posko Covid-19 (Posko
Kelmpok 3).
B. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang dilakukan meliputi:
1) Melakukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi masing-masing
rumah penduduk, wawancara langsung kepada pihak keluarga, serta
observasi kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan dimulai
pada tanggal 8 – 10 desember 2021
2) Melakukan tabulasi data dari hasil pengumpulan data yang telah
dilakukan pada tanggal 10 – 12 desember 2021
2. Hasil Tabulasi Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut akan ditabualsi dalam
bentuk table. Adapun hasil tabulasi disajikan dalam bentuk table dan presentasinya
sebagai berikut

27
a. Data Demografi
1) Distribusi penduduk berdasarkan usia
Usia Frekuensi Presentase (%)
Masa Remaja Akhir 4 5.6
Masa Dewasa Awal 12 16.7
Masa Dewasa Akhir 18 25.0
Masa Lansia Awal 14 19.4
Masa Lansia Akhir 16 22.2
Masa Manula 8 11.1
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan usia


remaja akhir berjumlah 4 jiwa (5.6%), dewasa awal berjumlah 12 jiwa
(16.7%), dewasa akhir berjumlah 18 jiwa (25.0%), lansia awal berjumlah
14 jiwa (19.4%), lansia akhir berjumlah 16 jiwa (22.2%), manula
berjumlah 8 jiwa (11.1%). Kelompok usia ini dibuat berdasarkan Depkes
2007

28
2) Distribusi agama
Agama Frekuensi Presentasi (%)
Islam 72 100.0

Berdasarkan tabel dan diagram di atas di dapatkan bahwa 72 jiwa


(100%) beragama islam
3) Distribusi tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi (%)
Tidak Sekolah 1 1.4
SD 35 48.6
SMP 10 13.9
SMA 23 31.9
Diploma 2 2.8
Sarjana 1 1.4
Total 72 100.0

29
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas di dapatkan bahwa
penduduk yang tidak sekolah berjumlah 1 jiwa (1.4%), lulusan SD
berjumlah 35 jiwa (48.6%), lulusan SMP berjumlah 10 jiwa (13.9%),
lulusan SMA berjumlah 23 jiwa (31.9%), lulusan diploma berjumlah 2
jiwa (2.8%), dan lulusan sarjana berjumlah 1 jiwa (1.4%)

4) Distribusi berdasarkan jenis pekerjaan


Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentasi (%)
TANI 21 29.2
POLISI 1 1.4
PNS 4 5.6
SWASTA 13 18.1
PADAGANG 3 4.2
ASN 4 5.6
IRT 3 4.2
SUPIR 7 9.7
TUKANG KAYU 4 5.6
TUKANG LISTRIK 1 1.4
TUKANG BATU 1 1.4
BURUH 2 2.8
MEKANIK 1 1.4
PENSIUNAN 1 1.4

30
TIDAK BEKERJA 6 8.3
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk yang bekerja sebagai tani berjumlah 21 jiwa (29.2%), bekerja
sebagai polisi berjumlah 1 jiwa (1.4%), bekerja sebagai PNS berjumlah 4
jiwa (5.6%), pekerjaan swasta berjumlah 13 jiwa (18.1%), bekerja
sebagai pedagang berjulah 3 jiwa (4.2%), bekerja sebagai ASN berjumlah
4 jiwa (5.6%), bekerja sebagai IRT berjumlah 3 jiwa (4.2%), bekerja
sebagai supir berjumlah 7 jiwa (9.7%), bekerja sebagai tukang kayu
berjumlah 4 jiwa (5.6%), bekerja sebagai tukang listrik berjumlah 1 jiwa
(1.4%), bekerja sebagai tukang batu berjumlah 1 jiwa (1.4%), bekerja
sebagai buruh berjumlah 2 jiwa (2.8%), bekerja sebagai mekanik
berjumlah 1 jiwa (1.4%), dan yang tidak bekerja berjumlah 6 jiwa (8.3%).

31
5) Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi (%)
LAKI-LAKI 65 90.3
PEREMPUAN 7 9.7
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan dari 72


kepala keluarga, terdiri dari jenis kelamin laki-laki berjumlah 65 jiwa
(90.3%) dan perempuan berjumlah 7 jiwa (9.7%)

6) Distribusi berdasarkan suku


Suku Frekuensi Persentasi (%)
GORONTALO 72 100.0

32
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa suku yang ada di dusun
wuwabu yang berjumlah 72 jiwa (100%) merupakan suku asli gorontalo
b. Data Keluarga
1) Distribusi Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Frekuensi Persentasi (%)
INTI 41 56.9
BESAR 9 12.5
DYAD 10 13.9
SINGLE 12 16.7
Total 72 100.0

Berdasarkan tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa dari 72


kepala keluarga terdapat tipe keluarga inti berjumlah 41 kepala keluarga
(56.9), keluarga dengan tipe keluarga besar berjumlah 9 kepala keluarga
(12.5%), keluarga dengan tipe keluarga dyad berjumlah 10 kepala
keluarga (13.9%), keluarga dengan tipe keluarga single berjumlah 12
kepala keluarga (16.7%)

33
c. Data Lingkungan
1) Distribusi Sumber Air
Jenis air Frekuensi Persentasi (%)
TIDAK BERASA/
72 100.0
BERWARNA

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


jenis sumber air di dusun wuwabu yaitu tidak berasa/berwarna

2) Distribusi Pembuangan Limbah


Pembuangan limbah Frekuensi Persentasi (%)
RESAPAN 24 33.3
SELOKAN 40 55.6
SEMBARANGAN
8 11.1
TEMPAT
Total 72 100.0

34
Berdasarkan tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa
pembuangan limbah dengan resapan berjumlah 24 jiwa (33.3%),
pembuangan limbah di selokan berjumlah 40 jiwa (55.6%), pembuangan
limbah di sembarangan tempat berjumlah 8 jiwa (11.1%)

3) Distribusi Pembuangan Sampah


Pembuangan Sampah Frekuensi Persentasi (%)
SUNGAI 6 8.3
SEMBARANGAN
5 6.9
TEMPAT
DITIMBUN 12 16.7
DIBAKAR 5 6.9
LAIN-LAIN 44 61.1
Total 72 100.0

35
Berdasarkan distribusi pada tabel dan diagram di atas didapatkan
bahwa yang membuang sampah di sungai berjumlah 6 jiwa (8.3%), yang
membuang sampah di sembarangan tempat berjumlah 5 jiwa (6.9%, yang
sampahnya ditimbun sebanyak 12 jiwa (16.7%), yang membakar sampah
sebanyak 5 jiwa (6.9%) dan lain-lain seperti membuang diselokan lalu
dibakar sebanyak 44 jiwa (61.1%)

4) Distribusi Kualitas Udara


Kualitas Udara Frekuensi Persentasi (%)
TERCEMAR 40 55.6
TIDAK
32 44.4
TERCEMAR
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi pada tabel dan diagram di atas didapatkan


bahwa kualitas udara di dusun wuwabu sebanyak 40 jiwa (55.6%) yang
mengatakan bahwa kualitas udara tercemar karena adanya kendaraan
proyek (Truk dan eskapator) yang sering melewati jalanan dan berdebu
dan dekat dengan lokasi pengambilan pasir dan sebanyak 32 jiwa (44.4%)
yang mengatakan tidak tercemar karena jauh dari lokasi proyek.

36
5) Distribusi Tipe Rumah
Tipe Rumah Frekuensi Persentasi (%)
PERMANEN 55 76.4
SEMI PERMANEN 17 23.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk yang memiliki tipe rumah permanen sebanyak 55 jiwa (76.4%)
dan yang memiliki tipe rumah semi permanen sebanyak 17 jiwa (23.6%)

6) Distribusi Kepemilikan Rumah


Kepemilikan Frekuensi Persentasi (%)
MILIK SENDIRI 53 73.6
NUMPANG 19 26.4
Total 72 100.0

37
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penduduk dusun wuwabu sebanyak 53 jiwa (73.6%) memiliki rumah
sendiri dan sebanyak 19 jiwa (26.4%) yang tidak memiliki rumah sendiri
atau masih bergabung dengan kepala keluarga lainnya

7) Distribusi Jenis Lantai


Jenis Lantai Frekuensi Persentasi (%)
TEGEL 57 79.2
SEMEN 15 20.8
Total 72 100.0

38
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penduduk dusun wuwabu yang memiliki rumah dengan jenis lantai tegel
sebanyak 57 jiwa (79.2%) dan yang memiliki rumah dengan jenis lantai
semen sebanyak 15 jiwa (20.8%)
8) Distribusi Adanya Jendela
Adanya Jendela Frekuensi Persentasi (%)
YA 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


semua penduduk di dusun wuwabu memiliki rumah dengan jendela
(100%)

9) Distribusi Berdasarkan Pencahayaan


Pencahayaan Frekuensi Persentasi (%)
TERANG 56 77.8
REMANG-REMANG 16 22.2
Total 72 100.0

39
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram didapatkan bahwa yang
memiliki rumah dengan pencahayaan terang sebanyak 56 jiwa (77.8%)
dan penduduk yang memiliki rumah dengan pencahayaan remang-remang
sebanyak 16 jiwa (22.2%)

10) Distribusi Jarak Rumah Dengan Tetangga


Jarak Rumah Dengan
Frekuensi Persentasi (%)
Tetangga
DEKAT 64 88.9
TERPISAH 8 11.1
Total 72 100.0

40
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
jarak rumah dengan tetangga dekat sebanyak 64 rumah (88.9%) dan jarak
rumah yang terpisah sebanyak 8 rumah (11.1%)

11) Distribusi Halaman Disekitar Rumah


Halaman Disekitar
Frekuensi Persentasi (%)
Rumah
ADA 47 65.3
TIDAK ADA 25 34.7
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


yang memiliki halaman di sekitar rumah sebanyak 47 jiwa (65.3%) dan
yang tidak memiliki halaman di sekitar rumah sebanyak 25 jiwa (34.7%)

41
12) Distribusi Pemanfaatan Pekarangan Rumah
Pemanfaatan
Frekuensi Persentasi (%)
Pekarangan Rumah
KEBUN 13 18.1
KANDANG 32 44.4
TIDAK ADA 27 37.5
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai kebun
sebanyak 13 jiwa (18.1%), yang memanfaatkan pekarangan rumah
sebagai kandang ternak sebnayak 32 jiwa (44.4%) dan yang tidak
memanfaatkan pekarangan rumah sebanyak 27 jiwa (37.5%)

13) Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Halaman Rumah


Kepemilikan Frekuensi Persentasi (%)
Halaman Rumah
YA 47 65.3
TIDAK 25 34.7
Total 72 100.0

42
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penduduk dusun wuwabu yang memiliki halaman rumah sebanyak 47
jiwa (65.3%) dan yang tidak memiliki halaman rumah sebanyak 25 jiwa
(34.7%)

14) Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Binatang Peliharaan


Kepemilikan Frekuensi Persentasi (%)
Binatang
YA 60 83.3
TIDAK 12 16.7
Total 72 100.0

43
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penduduk dusun wuwabu yang memiliki binatang peliharaan sebanyak 60
jiwa (83.3%) dan yang tidak memiliki binatang peliharaan sebanyak 12
jiwa (16.7%)

15) Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Kandang Ternak


Kandang Ternak Frekuensi Persentasi (%)
KANDANG AYAM 40 55.6
KANDANG SAPI 10 13.9
TIDAK ADA 22 30.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk dusun wuwabu yang memiliki kandang ternak ayam sebanyak

44
40 jiwa (55.6%), kandang sapi sebanyak 10 jiwa (13.9%) dan tidak
memiliki kandang sebanyak 22 jiwa (30.6%)

16) Distribusi Makanan Pokok Sehari-hari


Makanan Pokok Sehari- Frekuensi Persentasi (%)
hari
NASI/ LAUK PAUK 39 54.2
UMBI-UMBIAN 33 45.8
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram didapatkan bahwa


makanan pokok sehari-hari sebanyak 39 jiwa (54.2%) dengan jenis
nasi/lauk pauk dan sebanyak 33 jiwa (45.8%) dengan jenis umbi-umbian

45
h) Data Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan Frekuensi Persentasi (%)
Terdekat
PUSKESMAS 54 75.0
KLINIK 11 15.3
TIDAK ADA 7 9.7
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas bahwa rumah


penduduk yang mengatakan dekat dengan puskesmas sebanyak 54 jiwa
(75.0%), mengatakan dekat dengan klinik sebanyak 11 jiwa (15.3%) dan
mengatakan tidak ada yang dekat dengan pelayanan kesehatan sebanyak 7
jiwa (9.7%)

i) Ekonomi
1) Distribusi Berdasarkan Penghasilan Perbulan
Penghasilan Perbulan Frekuensi Persentasi (%)
<Rp. 1.000.000 16 22.2

46
Rp. 1.000.000-
52 72.2
3.000.000
>Rp. 3.000.000 4 5.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk dengan penghasilan <Rp. 1.000.000 sebanyak 16 jiwa (22.2%),
berpenghasilan Rp. 1.000.000-3.000.000 sebanyak 52 jiwa (72.2%), dan
berpenghasilan >Rp. 3.000.000 sebanyak 4 jiwa (5.6%)

2) Distribusi Berdasarkan Lokasi Industri


Lokasi Industri Frekuensi Persentasi (%)
PASAR 15 20.8
PUSAT BISNIS 6 8.3
MILIK SENDIRI 51 70.8
Total 72 100.0

47
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
lokasi industri pasar sebanyak 15 jiwa (20.8%), pusat bisnis sebanyak 6
jiwa (8.3%), dan milik sendiri 51 jiwa (70.8%)
j) Data Transportasi dan Keamanan
1) Distribusi Berdasarkan Alat Transportasi Penduduk
Alat Transportasi Frekuensi Persentasi (%)
MOTOR 59 81.9
MOBIL 13 18.1
Total 72 100.0

48
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
alat transportasi yang digunakan penduduk berupa motor sebanyak 59
jiwa (81.9%) dan penduduk yang menggunakan mobil sebanyak 13 jiwa
(18.1%)

2) Distribusi Berdasarkan Transportasi Umum


Transportasi Umum Frekuensi Persentasi (%)
BENTOR 31 43.1
MOTOR 40 55.6
MOBIL 1 1.4
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk dusun wuwabu yang menggunakan transportasi umum bentor
sebanyak 31 jiwa (43.1%), yang menggunakan transportasi motor
sebanyak 40 jiwa (55.6%) dan yang menggunakan transportasi umum
mobil sebanyak 1 jiwa (1.4%)

49
k) Data Politik dan Pemerintahan
1) Distribusi Berdasarkan Jarak Rumah Dengan Pelayanan Masyarakat
Jarak Rumah Dengan Frekuensi Persentasi (%)
Pelayanan Masyarakat
< 500 M 28 38.9
> 500 M 44 61.1
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


jarak rumah dengan pelayanan masyarakat yang < 500 m sebanyak 28
jiwa (38.9%) dan yang >500 m sebanyak 44 jiwa (61.1%)

2) Distribusi Keaktifan Dalam Kegiatan Politik


Keaktifan Dalam Frekuensi Persentasi (%)
Kegiatan Politik
YA 21 29.2
TIDAK 51 70.8
Total 72 100.0

50
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penduduk yang aktif dalam kegiatan politik sebanyak 21 jiwa (29.2%)
dan yang tidak aktif dalam kegiatan politik sebanyak 51 jiwa (70.8%)

l) Data Komunikasi
1) Distribusi Berdasarkan Komunikasi Formal
Komunikasi Formal Frekuensi Persentasi (%)
RADIO 14 19.4
TELEVISI 58 80.6
Total 72 100.0

51
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
yang menggunakan komunikasi formal melalui radio sebanyak 14 jiwa
(19.4%) dan yang menggunakan komunikasi formal melalui televise
sebanyak 58 jiwa (80.6%)

2) Distribusi Berdasarkan Komunikasi Informal


Komunikasi Informal Frekuensi Persentasi (%)
BROSUR 10 13.9
SECARA LANGSUNG 62 86.1
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


penduduk yang menggunakan komunikasi informal melalui brosur
sebanyak 10 jiwa (13.9%) dan yang menggunakan komunikasi secara
langsung sebanyak 62 jiwa (86.1%)
m) Data Anak dan Remaja
1) Distribusi Keluarga Mempunyai Anak Sekolah dan Remaja
Keluarga Mempunyai Frekuensi Persentasi (%)
Anak Sekolah dan Remaja
TIDAK 37 51.4
YA 35 48.6
Total 72 100.0

52
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas di dapatkan bahwa
keluarga yang memiliki anak sekolah dan remaja sebanyak 35 KK
(48.6%) dan keluarga yang tidak memiliki anak sekolah dan remaja
sebanyak 37 KK (51.4%)

2) Distribusi Kegiatan Anak Diluar Sekolah


Kegiatan Anak Diluar Frekuensi Persentasi (%)
Sekolah
KEAGAMAAN 6 8.3
KARANG TARUNA 8 11.1
OLAHRAGA 9 12.5
LAIN-LAIN 12 16.7
TIDAK ADA 37 51.4
Total 72 100.0

53
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa
kegiatan anak diluar sekolah dengan keagamaan sebanyak 6 jiwa (8.3%),
karang taruna sebanyak 8 jiwa (11.1%), olahraga sebanyak 9 jiwa
(12.5%), dan lain-lain seperti menonton TV atau menggunakan gadget
sebanyak 12 jiwa (16.7%) serta yang tidak memiliki kegiatan diluar
sekolah sebanyak 37 jiwa (51.4%)

3) Distribusi Penggunaan Waktu Luang Anak


Penggunaan Waktu Frekuensi Persentasi (%)
Luang Anak
MUSIK/ TV 4 5.6
OLAHRAGA 2 2.8
REKREASI 7 9.7
KEAGAMAAN 2 2.8
KEBIASAAN MASAK 4 5.6
MEROKOK 4 5.6
ALKOHOL 3 4.2
LAIN-LAIN 9 12.5
TIDAK ADA 37 51.4
Total 72 100.0

54
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penggunaan waktu luang anak dengan musik/tv sebanyak 4 jiwa (5.6%),
olahraga sebanyak 2 jiwa (2.8%), rekreasi sebanyak 7 jiwa (9.7%),
keagamaan sebanyak 2 jiwa (2.8%), kebiasaan masak 4 jiwa (5.6%),
merokok sebanyak 4 jiwa (5.6%), alcohol sebanyak 3 jiwa (4.2%), dan
tidak ada kegiatan waktu luang sebanyak 31 jiwa (51.4%)

n) Data Balita
1) Distribusi Anggota Keluarga Usia Balita
Anggota Keluarga Usia Frekuensi Persentasi (%)
Balita
TIDAK 40 55.6
YA 32 44.4
Total 72 100.0

55
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram didapatkan bahwa
keluarga yang tidak memiliki usia balita sebanyak 40 jiwa (55.6%) dan
yang memiliki anggota keluarga usia balita sebanyak 32 jiwa (44.4%)

2) Status Balita Ke Posyandu


Status Balita Ke Frekuensi Persentasi (%)
Posyandu
TIDAK 7 9.7
YA 25 34.7
TIDAK MEMILIKI 40 55.6
Total 72 100.0

56
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram didapatkan bahwa balita
yang ke posyandu sebanyak 25 jiwa (34.7%), balita yang tidak ke
posyandu sebanyak 7 jiwa (9.7%) dan yang tidak memiliki balita dan
tidak ke posyandu sebanyak 40 jiwa (55.6%)

3) Distribusi Alasan Balita Tidak Dibawa Ke Posyandu


Alasan Balita Tidak
Dibawa Ke Posyandu Frekuensi Pesentasi (%)
JAUH 1 1.4
LAIN-LAIN 71 98.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


alasan balita tidak dibawah ke posyandu dengan alasan jauh sebanyak 1
jiwa (1%) dan lain-lain seperti tidak mengetahui dan tidak memiliki
waktu serta tidak memiliki balita sebanyak 71 jiwa (99%)
4) Distribusi Status Imunisasi
Status Imunisasi Frekuensi Persentasi (%)
TIDAK 4 5.6
YA 28 38.9

57
TIDAK ADA 40 55.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


keluarga yang memiliki balita dan diimunisasi sebanyak 28 jiwa (38.9%)
dan yang tidak diimunisasi sebanyak 4 jiwa (5.6%), serta tidak memiliki
balita sebanyak 40 jiwa (55.6%)

5) Distribusi Imunisasi Yang Sudah Didapat


Imunisasi Yang Sudah Frekuensi Persentasi (%)
Didapat
POLIO 2 2.8
BCG 3 4.2
HEPATITIS 3 4.2
CAMPAK 3 4.2
LENGKAP 21 29.2
TIDAK 40 55.6
Total 72 100.0

58
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram didapatkan bahwa balita yang
sudah diimunisasi Polio sebanyak 2 jiwa (2.8%), BCG sebanyak 3 jiwa
(4.2%), Hepatitis sebanyak 3 jiwa (4.2%), Campak sebanyak 3 jiwa
(4.2%), imunisasi lengkap 21 jiwa (29.2%) dan yang tidak memiliki
balita sebanyak 40 jiwa (55.6%)

6) Distribusi Status KMS


Status KMS Frekuensi Persentasi (%)
TIDAK 7 9.7
YA 25 34.7
TIDAK ADA 40 55.6
Total 72 100.0

59
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram diatas didapatkan bahwa
balita yang memiliki KMS sebanyak 25 jiwa (34.7%) dan yang tidak
memiliki KMS 7 jiwa (9.7%) serta yang tidak memiliki balita sebanyak
40 jiwa (55.6%)
7) Distribusi Status BB Anak Di KMS
Status BB Anak di KMS Frekuensi Persentasi (%)
DI ATAS GARIS HIJAU
25 34.7
SAMPAI KUNING
DI BAWAH GARIS
3 4.2
TITIK-TITIK
DIBAWAH GARIS
1 1.4
MERAH
TIDAK ADA 43 59.7
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


yang memiliki status BB di KMS dengan di atas garis hijau sampai
kuning sebanyak 25 jiwa (34.7%), di bawah garis titik-titik sebanyak 3
jiwa (4.2%), di bawah garis merah 1 jiwa (1.4%) dan yang tidak memiliki
balita sebanyak 40 jiwa (59.7%)

60
o) Data Ibu Hamil Dalam Keluarga
1) Distribusi Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Frekuensi Persentasi (%)
7-9 BULAN 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


yang memiliki ibu hamil dalam keluarga sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang
tidak memiliki ibu hamil dalam anggota keluarga sebanyak 71 jiwa
(98.6%)

2) Distribusi Kehamilan yang Keberapa


Kehamilan yang Keberapa Frekuensi Persentasi (%)
2 1 1.4
Tidak Hamil 71 98.6
Total 72 100.0

61
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
keluarga yang memiliki ibu hamil dengan kehamilan yang kedua
sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang tidak memiliki keluarga ibu hamil
sebanyak 71 jiwa (98.6%)

3) Distribusi Usia Ibu Hamil Saat Ini


Usia Ibu Hamil Saat Ini Frekuensi Persentasi (%)
> 35 TAHUN 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

62
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
usia ibu hamil saat ini > 35 tahun sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang tidak
memiliki ibu hamil sebanyak 71 jiwa (98.6%)

4) Distribusi Status Pemeriksaan Ibu Hamil


Status Pemeriksaan Ibu Frekuensi Persentasi (%)
Hamil
YA 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


ibu hamil yang melakukan pemeriksaan sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang
tidak hamil sebanyak 71 jiwa (98.6%)

5) Distribusi Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan


Berapa Kali Pemeriksaan
Frekuensi Persentasi (%)
Kehamilan
4 KALI 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

63
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
keluarga yang memiliki ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan 4
kali sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang tidak hamil sebanyak 71 jiwa
(98.6%)
6) Distribusi Alasan Tidak Memeriksa Kehamilan
Alasan Tidak Memeriksa
Frekuensi Persentasi (%)
Kehamilan
LAIN-LAIN 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

64
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 1 jiwa (1%) dan tidak hamil
sebanyak 72 jiwa (99%)

7) Distribusi Status Imunisasi TT


Status Imunisasi TT Frekuensi Persentasi (%)
LENGKAP 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


keluarga yang memiliki ibu hamil memiliki status imunisasi TT lengkap
sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan yang tidak hamil sebanyak 71 jiwa (98.6%)

7) Distribusi Keluhan Ibu Hamil


Keluhan Ibu Hamil Frekuensi Persentasi (%)
LEMAH, LETIH, LESU 1 1.4
TIDAK HAMIL 71 98.6
Total 72 100.0

65
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
ibu hamil dengan keluhan lemah, letih dan lesu sebanyak 1 jiwa (1.4%)
dan yang tidak memiliki anggota keluarga ibu hamil sebanyak 71 jiwa
(98.6%)

p) Data Ibu Menyusui


1) Distribusi Status Ibu Menyusui
Status Ibu Menyusui Frekuensi Persentasi (%)
TIDAK 6 8.3
YA 13 18.1
TIDAK ADA BAYI 53 73.6
Total 72 100.0

66
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
ibu yang menyusui bayinya sebanyak 6 jiwa (8.3%), ibu yang tidak
menyusui bayinya sebanyak 13 jiwa (18.1%) dan yang tidak memiliki
bayi sebanyak 53 jiwa (73.6%)

2) Distribusi Lama Menyusui


Lama Menyusui Frekuensi Persentasi (%)
<1 BULAN 2 2.8
1-4 BULAN 6 8.3
5-12 BULAN 5 6.9
TIDAK DIBERI ASI 6 8.3
TIDAK ADA BAYI 53 73.6
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


lama menyusui < 1 Bulan sebanyak 2 jiwa (2.8%), lama menyusui 1 – 4
bulan sebanyak 6 jiwa (8.3%), lama menyusui 5 – 12 bulan sebanyak 5
jiwa (6.9%), tidak diberi ASI sebanyak 6 jiwa (8.3%) dan yang tidak
memiliki bayi sebanyak 53 jiwa (73.6%)

67
3) Distribusi Alasan Tidak Menyusui
Alasan Tidak Menyusui Frekuensi Persentasi (%)
PEKERJAAN 3 4.2
MENYUSUI 13 18.1
PENYAKIT 1 1.4
TIDAK ADA BAYI 53 73.6
TIDAK ADA
2 2.8
PRODUKSI ASI
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


alasan tidak menyusui karena pekerjaan sebanyak 3 jiwa (4.2%), tetap
menyusui sebanyak 13 jiwa (18.1%), karena penyakit sebanyak 1 jiwa
(1.4%), tidak ada produksi ASI sebanyak 2 jiwa (2.8%) dan yang tidak
memiliki bayi dalam anggota keluarga sebanyak 53 jiwa (73.6%)

68
q) Data Pasangan Usia Subur (PUS)
1) Distribusi Yang Memilik PUS
Yang Memiliki PUS Frekuensi Persentasi (%)
BUKAN PUS 40 55.6
YA, PUS 32 44.4
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


keluarga yang memiliki PUS sebanyak 32 jiwa (44.4%) dan yang bukan
PUS sebanyak 40 jiwa (55.6%)

2) Distribusi Aseptor KB
Aseptor KB Frekuensi Persentasi (%)
BUKAN ASEPTOR KB 17 23.6
ASEPTOR KB 15 20.8
BUKAN PUS 40 55.6
Total 72 100.0

69
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
aseptor KB sebanyak 15 jiwa (20.8%), yang bukan aseptor KB sebanyak
17 jiwa (23.6%) dan bukan PUS sebanyak 40 jiwa (55.6%)

3) Distribusi Alasan Tidak Menggunakan KB


Alasan Tidak
Frekuensi Persentasi (%)
Menggunakan KB
DILARANG SUAMI 14 19.4
LAIN-LAIN 3 4.2
BUKAN PUS 40 55.6
PAKAI KB 15 20.8
Total 72 100.0

70
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
alasan tidak menggunakan KB karena dilarang suami sebanyak 14 jiwa
(19.4%) dan lain-lain seperti sedang program untuk hamil sebanayak 3
jiwa (4.2%), bukan PUS sebanyak 40 jiwa (55.6%), dan yang
menggunakan KB 15 jiwa (20.8%)

4) Distribusi Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan


Jenis Kontrasepsi Yang Frekuensi Persentasi (%)
Digunakan
IUD 6 8.3
SUNTIK 1 1.4
PIL 2 2.8
IMPLAN 3 4.2
KONDOM 1 1.4
TUBEKTOMI 1 1.4
KALENDER 1 1.4
TIDAK PAKAI KB 57 79.2
Total 72 100.0

71
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
aseptor KB yang menggunakan IUD sebanyak 6 jiwa (8.3%), suntik
sebanyak 1 jiwa (1.4%), pil sebanyak 2 jiwa (2.8%), implant 3 jiwa
(4.2%), kondom sebanyak 1 jiwa (1.4%), tubektomi sebanyak 1 jiwa
(1.4%), kalender sebanyak 1 jiwa (1.4%) dan tidak menggunakan KB
atau bukan aseptor KB sebanyak 57 jiwa (79.2%)

r) Data Makanan Pokok Sehari-hari


1) Distribusi Makanan Pokok Sehari-hari
Makanan Pokok Sehari-hari Frekuensi Persentasi (%)
NASI/ LAUK PAUK 39 54.2
UMBI-UMBIAN 33 45.8
Total 72 100.0

72
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
makanan pokok sehari-sehari dengan nasi/lauk pauk sebanyak 39 jiwa
(54.2%) dan dengan umbi-umbian sebanyak 33 jiwa (45.8%)

s) Data Pendidikan
1) Perpustakaan Di Komunitas
Perpustakaan di
Frekuensi Persentasi (%)
Komunitas
YA 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


72 (100%) kepala keluarga mengatakan terdapat perpustkaan yang
berdampingan dengan kantor desa Talumelito di dusun 2

73
2) Distribusi Pendidikan Khusus
Pendidikan Khusus Frekuensi Persentasi (%)
Tidak 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


72 (100%) kepala keluarga mengatakan tidak terdapat pendidikan khusus

3) Pelayanan Kesehatan Di Sekolah


Pelayanan Kesehatan
Frekuensi Persentasi (%)
Di Sekolah
YA 72 100.0

74
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
72 (100%) kepala keluarga mengatakan terdapat pelayanan kesehatan di
sekolah

4) Distribusi Akses Pendidikan


Akses Pendidikan Frekuensi Persentasi (%)
LANGSUNG 72 100.0

75
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
72 (100%) kepala keluarga mengatakan akses pendidikan di dusun
wuwabu secara langsung

t) Data Rekreasi
Tempat Rekreasi Frekuensi Persentasi (%)
TAMAN 10 13.9
AREA BERMAIN 11 15.3
REKREASI UMUM DAN
8 11.1
PRIVAT
PANTAI 43 59.7
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


dari 72 kepala keluarga dusun wuwabu yang berekreasi ke taman
sebanyak 10 jiwa (13.9%), area bermain sebanyak 11 jiwa (15.3%),
rekreasi umum dan privat sebanyak 8 jiwa (11.1%) dan pantai sebanyak
43 jiwa (59.7%)

76
u) Data Lansia
1) Distribusi Anggota Keluarga Lansia
Anggota Keluarga Lansia Frekuensi Persentasi (%)
YA 15 20.8
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


keluarga yang terdapat lansia sebanyak 15 jiwa (20.8%) dan yang tidak
memiliki lansia sebanyak 57 jiwa (79.2%)

2) Distribusi Penyakit Lansia


Penyakit Lansia Frekuensi Persentasi (%)
HIPERTENSI 10 13.9
ASAM URAT 5 6.9
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
Total 72 100.0

77
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
penyakit lansia dengan hipertensi sebanyak 10 jiwa (13.9%), asam urat
sebanyak 5 jiwa (6.9%) dan tidak ada lansia dalam keluarga sebanayak 57
jiwa (79.2%)

3) Distribusi Upaya Mengobati


Upaya Mengobati Frekuensi Persentasi (%)
DIOBATI SENDIRI 15 20.8
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
Total 72 100.0

78
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
lansia yang memiliki penyakit dan mengobati sendiri sebanyak 15 jiwa
(20.8%) dan tidak memiliki lansia dalam anggota keluarga sebanyak 57
jiwa (79.2%)

4) Distribusi Penggunaan Waktu Senggang


Penggunaan Waktu Frekuensi Persentasi (%)
Senggang
BERKEBUN/
9 12.5
PEKERJAAN RUMAH
JALAN-JALAN 2 2.8
BETERNAK 4 5.6
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
Total 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


lansia yang menggunakan waktu senggang dengan berkebun/pekerjaan
rumah sebanyak 9 jiwa (12.5%), jalan-jalan sebanyak 2 jiwa (2.8%),
beternak sebanyak 4 jiwa (5.6%) dan anggota keluarga yang tidak
memiliki lansia sebanyak 57 jiwa (79.2%)

79
5) Distribusi Posyandu Lansia
Posyandu Lansia Frekuensi Persentasi (%)
ADA 72 100.0

Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa


72 (100%) kepala keluarga mengatakan terdapat posyandu lansia

6) Distribusi Lansia Mengikuti Posyandu


Lansia Mengikuti Posyandu Frekuensi Persentasi (%)
TIDAK 11 15.3
ADA 4 5.6
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
Total 72 100.0

80
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
lansia yang mengikuti posyandu sebanyak 4 jiwa (5.6%), tidak mengikuti
posyandu sebanyak 11 jiwa (15.3%) dan yang tidak memiliki lansia
dalam anggota keluarga sebanyak 57 jiwa (79.2%)

7) Distribusi Alasan Tidak Mengikuti Posyandu


Alasan Tidak Mengikuti
Frekuensi Persentasi (%)
Posyandu
IKUT 4 5.6
TIDAK ADA LANSIA 57 79.2
TIDAK MAU 10 13.9
TIDAK TAHU 1 1.4
Total 72 100.0

81
Berdasarkan distribusi tabel dan diagram di atas didapatkan bahwa
alasan lansia yang tidak mengikuti posyandu dengan alasan tidak mau
sebanyak 10 jiwa (13.9%), alasan lansia tidak mengetahui sebanyak 1
jiwa (1.4%), ikut posyandu 4 jiwa (5.6%) dan anggota keluarga yang
tidak memiliki lansia sebanyak 57 jiwa (79.2%)

C. Data Persepsi
1. Persepsi Masyarakat
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat terdapat banyak
tanggapan yang beragam, tanggapan tersebut antara lain:
a. Terdapat beberapa kepala keluarga yang mengatakan mengikuti
posyandu lansia dan ada beberapa yang mengatakan tidak mengikuti
posyandu lansia dengan alasan yang bermacam-macam. Alasan
utamanya adalah karena tidak diberikan obat setelah pemeriksaan
yang dilakukan di posyandu selain itu, lansia juga melakukan
pengobatan tradisional sendiri
b. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di sekolah SMP
bahwa di sekolah terdapat UKS namun tidak terdapat pengurus atau
keanggotaan yang sudah tersusun tidak dijalankan dari pihak sekolah

82
c. Terdapat beberapa ibu menyusui yang mengatakan tidak memberikan
ASI pada anaknya dengan berbagai macam alasan seperti tidak
terdapat produksi ASI dan mengganti ASI dengan susu formula
d. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat bahwa di dusun wuwabu
membuang sampah di selokan sehingga apabila musim hujan selokan
sudah tertumpuk sampah dan apabila musim kemarau selokan
menjadi tempat pembakaran sampah
D. Penyampaian Hasil Tabulasi Data
Tanggal 14 Desember 2021 akan dilakukan MMD II di Aula Kantor Desa
Talumelito dengan perwakilan masyarakat, anggota BPD, PKK, sekertaris desa,
aparat desa, kepala-dusun, guru paud, guru SD, guru SMP, kader posyandu,
kader posbindu, dan linmas.guna menyampaikan hasil tabualsi data dari
pengkajian atau pendataan keluarga
Acara pertemuan MMD II meliputi:
1. Pembukaan oleh MC
2. Penyajian hasil tabulasi data masyarakat dusun wuwabu, desa Talumelito,
Kec. Telaga Biru
3. Tanya jawab/diskusi dan pendapat tentang penenuan prioritas masalah dan
alternative pemecahan masalah serta menentukan waktu pelaksanaan
alternative pemecahan masalah berupa pembahasan program kerja sesuai
dengan prioritas masalah
4. Penutup
Adapun masalah yang menjadi prioritas yang akan diselesaikan yaitu
a. Terdapat lansia yang tidak datang ke posyandu lansia dan melakukan
pengobatan tradisional mandiri
b. Tidak terdapat pengurus UKS di sekolah
c. Terdapat beberapa ibu menyusui yang tidak memberikan ASI pada
anaknya

83
E. Analisa Data
Berdasarkan tabel tabulasi data di atas, didapatkan analisa data sebagai berikut
Diagnosa Keperawatan
Data Masalah Kesehatan
Komunitas
1. Berdasarkan hasil Kurangnya peningkatan Manajemen Kesehatan
kuisioner tentang kesehatan anak di sekolah Tidak Efektif di Sekolah
pelayanan kesehatan
sekolah 72 kepala
keluarga (100%)
mengatakan terdapat
UKS di sekolah
2. Berdasarkan hasil
wawancara dengan
salah satu guru
sekolah mengatakan
terdapat UKS di
sekolah namun tidak
ada pengurus dan
tidak dijalankan
Terdapat lansia yang Kurangnya pengetahuan Pemeliharaan kesehatan
tidak mengikuti kegiatan lansia tentang pentingnya tidak efektif untuk
posyandu lansia dengan pemeriksaan kesehatan peningkatan kesehatan
alasan tidak diberikan untuk peningkatan
obat setelah dilakukan kesehatan
pemeriksaan dan
berdasarkan hasil
kuisioner didapatkan
bahwa lansia yang
memiliki penyakit dan
mengobati sendiri
sebanyak 15 jiwa
(20.8%)
Berdasarkan hasil Kurangnya pengetahuan Defisit pengetahuan
kuisioner didapatkan ibu menyusui tentang cara tentang pentingnya
bahwa alasan tidak perawatan payudara untuk pemberian ASI
menyusui karena produksi ASI dan tidak
pekerjaan sebanyak 3 mengetahui pentingnya
jiwa (4.2%), tetap pemberian ASI pada bayi
menyusui sebanyak 13
jiwa (18.1%), karena
penyakit sebanyak 1 jiwa
(1.4%), tidak ada

84
produksi ASI sebanyak 2
jiwa (2.8%) dan yang
tidak memiliki bayi
dalam anggota keluarga
sebanyak 53 jiwa
(73.6%)
Berdasarkan hasil Kurangnya pengetahuan Defisit pengetahuan
wawancara dari masyarakat tentang tempat tentang pengolahan
dasawisma mengatakan pembuangan sampah dan sampah
bahwa masih banyak dampak yang ditimbulkan
masyarakat dusun dari sampah
wuwabu yang membuang
sampah diselokan, dan
berdasarkan hasil
kuisioner didapatkan
bahwa yang membuang
sampah di sungai
berjumlah 6 jiwa (8.3%),
yang membuang sampah
di sembarangan tempat
berjumlah 5 jiwa (6.9%,
yang sampahnya
ditimbun sebanyak 12
jiwa (16.7%), yang
membakar sampah
sebanyak 5 jiwa (6.9%)
dan lain-lain seperti
membuang diselokan lalu
dibakar sebanyak 44 jiwa
(61.1%)

F. Prioritas Masalah
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di Sekolah
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif untuk peningkatan kesehatan
3. Defisit pengetahuan tentang pembuangan sampah
4. Defisit pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI

85
PLANNING OF ACTION

Rencana Penanggung
No Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat
Kegiatan Jawab
1 1. Terdapat UKS di Terlaksananya 1. Pemberian Guru Minggu ke Sekolah Mahasiswa
sekolah namun pemeliharaan pelatihan sekolah II, Kamis dusun wuwabu
tidak dijalankan dan kepada dan anak 16
atau tidak adanya peningkatan guru sekolah Desember
pengurus UKS kesehatan anak sekolah 2021
2. Kurangnya sekolah untuk
partisipasi siswa menjalanka
dalam kegiatan n program
UKS UKS
2. Mengenalk
an
organisasi
PMR pada
siswa
sekolah
2 Terdapat beberapa Meningkatkan Pelatihan Ibu Minggu ke Aula Mahasiswa
ibu menyusui yang nutrisi pada perawatan menyusui, II, Senin 20 Kantor dusun wuwabu
mengatakan tidak anak sejak dini payudara pada dasawisma Desember Desa
memberikan ASI ibu menyusui , dan kader 2021 Talumelito
pada anaknya
dengan berbagai
macam alasan seperti
tidak terdapat
produksi ASI dan
mengganti ASI

86
dengan susu formula

Terdapat lansia yang Meningkatkan Pemberian Masyaraka Minggu ke Aula Mahasiswa


tidak mengikuti kesehatan pada edukasi t, lansia, II, jum’at Kantor dusun wuwabu
kegiatan posyandu lansia pentingnya dasawisma 17 Desa
lansia dengan alasan pemeriksaan dan kader Desember Talumelito
tidak diberikan obat kesehatan 2021
setelah dilakukan
pemeriksaan

4 Berdasarkan hasil Meningkatkan Pemberian Masyaraka Minggu ke Aula Mahasiswa


kuisioner didapatkan kesehatan pada edukasi t, lansia, II, Sabtu 18 Kantor dusun wuwabu
bahwa lansia yang lansia tanaman dasawisma Desember Desa
memiliki penyakit TOGA dan kader 2021 Talumelito
dan mengobati berdasarkan
sendiri sebanyak 15 hasil penelitian
jiwa (20.8%)

5 Berdasarkan hasil Meningkatkan Pemberian Masyaraka Minggu ke Aula Mahasiswa


wawancara dari pengetahuan edukasi t, II Senin, 20 Kantor dusun wuwabu
dasawisma masyarakat pengolahan dasawisma Desember Desa
mengatakan bahwa tentang sampah rumah dan kader 2021 Talumelito
masih banyak pembuangan tangga menjadi
masyarakat dusun dan pupuk kompos
wuwabu yang pengolahan
membuang sampah sampah
diselokan, dan
berdasarkan hasil

87
kuisioner didapatkan
bahwa yang
membuang sampah
di sungai berjumlah
6 jiwa (8.3%), yang
membuang sampah
di sembarangan
tempat berjumlah 5
jiwa (6.9%, yang
sampahnya ditimbun
sebanyak 12 jiwa
(16.7%), yang
membakar sampah
sebanyak 5 jiwa
(6.9%) dan lain-lain
seperti membuang
diselokan lalu
dibakar sebanyak 44
jiwa (61.1%)

88
89
G. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan I
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di Sekolah
a. Terdapat UKS di sekolah namun tidak dijalankan atau tidak adanya
pengurus UKS
b. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan UKS
Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan terlaksananya
program UKS untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak
sekolah
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan:
a. Staf guru dapat mengetahui informasi tentang program UKS
b. Siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan PMR untuk peningkatan
pengetahuan kesehatan remaja di sekolah
Intervensi
Pemberian sosialisasi kepada guru dan siswa sekolah tentang program
UKS dan partisipasi siswa dalam program UKS
2. Diagnose Keperawatan II
Defisit Pengetahuan Tentang Pentingnya Pemberian ASI
a. Terdapat ibu yang tidak memberikan ASI pada anaknya dengan
beragam alasan
b. Ibu menyusui mengganti ASI dengan susu formula
Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan meningkatnya
pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan:
a. Meningkatnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI

90
b. Ibu menyusui mengetahui tentang cara perawatan payudara
Intervensi
Pemberian pelatihan perawatan payudara pada ibu menyusui dan
penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI
3. Diagnosa Keperawatan III
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Untuk Peningkatan
Kesehatan Lansia
a. Terdapat lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan
alasan tidak diberikan obat setelah dilakukan pemeriksaan
b. berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa lansia yang memiliki
penyakit dan mengobati sendiri sebanyak 15 jiwa (20.8%)
Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan adanya
peningkatan pemeliharaan kesehatan pada lansia
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan intervesi selama 2 minggu, diharapkan: Masyarakat
terutama lansia menyadari pentingnya pemeriksaan kesehatan
Intervensi
a. Pemberian edukasi pentingnya pemeriksaan kesehatan
b. Pemberian edukasi tanaman TOGA berdasarkan hasil penelitian
4. Diagnosa Keperawatan IV
Defisit Pengetahuan Tentang Pengolahan Sampah
a. Berdasarkan hasil wawancara dari dasawisma mengatakan bahwa
masih banyak masyarakat dusun wuwabu yang membuang sampah
diselokan
b. berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa yang membuang
sampah di sungai berjumlah 6 jiwa (8.3%), yang membuang sampah di
sembarangan tempat berjumlah 5 jiwa (6.9%, yang sampahnya
ditimbun sebanyak 12 jiwa (16.7%), yang membakar sampah sebanyak

91
5 jiwa (6.9%) dan lain-lain seperti membuang diselokan lalu dibakar
sebanyak 44 jiwa (61.1%)
Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu diharapkan masyarakat
dapat meningkatkan pengetahuan tentang pembuangan sampah dan dapat
memanfaatkan sampah menjadi pupuk kompos
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, diharapkan :
a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pembuangan sampah
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan
sampah menjadi pupuk kompos
Intervensi
a. Pemberian edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah
tangga menjadi pupuk kompos
H. Implementasi
1. Diagnosa Keperawatan I
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di Sekolah
a. Terdapat UKS di sekolah namun tidak dijalankan atau tidak adanya
pengurus UKS
b. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan UKS
Implementasi
1) Minggu ke III pada hari Rabu, 22 Desember 2021 pukul 09.00 :
Sosialiasi program UKS
2. Diagnose Keperawatan II
Defisit Pengetahuan Tentang Pentingnya Pemberian ASI
2) Terdapat ibu yang tidak memberikan ASI pada anaknya dengan
beragam alasan
3) Ibu menyusui mengganti ASI dengan susu formula

92
Implementasi
a. Minggu ke III pada hari Selasa, 21 Desember 2021 pukul 16.00:
pelatihan perawatan payudara dan manfaat ASI
3. Diagnosa Keperawatan III
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Untuk Peningkatan
Kesehatan Lansia
a. Terdapat lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan
alasan tidak diberikan obat setelah dilakukan pemeriksaan
b. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa lansia yang memiliki
penyakit dan mengobati sendiri sebanyak 15 jiwa (20.8%)
Implementasi
a. Minggu ke II pada hari Jum’at 17 Desember 2021 pukul 14.30:
Penyuluhan Kesehatan tentang Pentingnya Pemeriksaan Pada Lansia,
dijalankan bersamaan dengan Penyuluhan Kesehatan Manfaat Obat
Herbal
4. Diagnosa Keperawatan IV
Defisit Pengetahuan Tentang Pengolahan Sampah
a. Berdasarkan hasil wawancara dari dasawisma mengatakan bahwa
masih banyak masyarakat dusun wuwabu yang membuang sampah
diselokan
b. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa yang membuang
sampah di sungai berjumlah 6 jiwa (8.3%), yang membuang sampah di
sembarangan tempat berjumlah 5 jiwa (6.9%, yang sampahnya
ditimbun sebanyak 12 jiwa (16.7%), yang membakar sampah sebanyak
5 jiwa (6.9%) dan lain-lain seperti membuang diselokan lalu dibakar
sebanyak 44 jiwa (61.1%)
Implementasi
a. Minggu ke III hari Sabtu 25 Desember 2021 pukul 16.30 : Promosi
Kesehatan Pemilahan dan Pengolahan Sampah Rumah Tangga

93
I. Evaluasi
1. Diagnosa Keperawatan I
a. Evaluasi Struktur
Kurangnya pelaksanaan dan pemanfaatan UKS di sekolah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan secara dini pada
anak usia remaja sehingga kami membuat program tentang sosialisasi
program UKS.
Kegitan ini telah dikoorinasikan dengan coordinator desa,
kepala dusun, kepala desa dan guru yang ada di SMP Negeri 8 Telaga
Biru. Bentuk rencana kegiatan yang dilaksanakan telah disampaikan
pada saat kunjungan awal yang mendapat respon positif dari aparat
desa, masyarakat dan guru di SMP Negeri 8 Telaga Biru. Waktu
pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan
dan telah melalui koordinasi dengan guru sekolah. Sebelum
dilakukan kegiatan tersebut, mahasiswa mempersiapkan bahan dan
media yang akan digunakan.
b. Evaluasi Proses
Dalam pelaksanaan kegiatan melibatkan guru sekolah dan
siswa, mahasiswa juga menghubungi kepala desa dan kepala dusun
untuk memohon agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar yang
dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang bertanggung jawab
pada kegiatan tersebut.
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan Sosialisasi Program UKS, peserta
yang terlibat dalam kegiatan tersebut mengetahui manfaat
berjalannya UKS dan siswa mengetahui tentang keorganisasian
remaja di bidang kesehatan serta mengetahui cara pertolongan
pertama pada luka. Saat dilakukan kegiatan tersebut terdapat siswa
yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

94
2. Diagnosa Keperawatan II
a. Evaluasi Struktur
Kurangnya pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat
pemberian ASI pada anak dengan berbagai macam alasan, sehingga
kami menyelenggaraan program Pelatihan Perawatan Payudara dan
Manfaat ASI
Kegitan ini telah dikoorinasikan dengan coordinator desa, kepala
dusun, kepala desa dan masyarakat. Bentuk rencana kegiatan yang
dilaksanakan telah disampaikan pada saat kunjungan awal yang
mendapat respon positif dari aparat desa, dan masyarakat. Waktu
pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan
dan telah melalui koordinasi dengan guru sekolah. Sebelum
dilakukan kegiatan tersebut, mahasiswa mempersiapkan bahan dan
media yang akan digunakan.
b. Evaluasi Proses
Dalam pelaksanaan kegiatan melibatkan masyarakat yang
menyusui, mahasiswa juga menghubungi kepala desa dan kepala
dusun untuk memohon agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar
yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang bertanggung
jawab pada kegiatan tersebut.
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan Pelatihan Perawatan Payudara dan
Manfaat ASI, peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut
mengetahui manfaat pemberian ASI dan cara perawatan payudara
untuk meningkatkan produksi ASI. Saat dilakukan kegiatan tersebut
peserta antusias dalam bertanya dan terdapat peserta yang bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan.

95
3. Diagnosa Keperawatan III
1) Evaluasi Struktur
Lansia merupakan agregat yang rentan untuk peningkatan
kesehatan, namun terdapat lansia yang tidak terjangkau oleh fasilitas
kesehatan dengan beragam alasan. Selain itu, lansia juga melakukan
perawatan sendiri dengan tanaman obat herbal dengan cara
penggunaan yang kurang tepat. Sehingga kami menyelenggarakan
program Penyuluhan Kesehatan Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan
pada Lansia dan Manfaat Obat Herbal
Kegiatan ini telah dikoorinasikan dengan coordinator desa,
kepala dusun, kepala desa dan masyarakat. Bentuk rencana kegiatan
yang dilaksanakan telah disampaikan pada saat kunjungan awal yang
mendapat respon positif dari aparat desa, dan masyarakat. Waktu
pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan
dan telah melalui koordinasi dengan kepala dusun dan masyarakat.
Sebelum dilakukan kegiatan tersebut, mahasiswa mempersiapkan
bahan dan media yang akan digunakan.
2) Evaluasi Proses
Dalam pelaksanaan kegiatan melibatkan lansia dan masyarakat,
mahasiswa juga menghubungi kepala desa dan kepala dusun untuk
memohon agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar yang
dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang bertanggung jawab
pada kegiatan tersebut.
3) Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Pentingnya
Pemeriksaan Kesehatan pada Lansia dan Manfaat Obat Herbal,
peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut mengetahui tentang
pentingnya pemeriksaan pada lansia dan manfaat obat herbal
berdasarkan hasil jurnal atau penelitian. Saat dilakukan kegiatan

96
tersebut peserta antusias dalam bertanya dan terdapat peserta yang
bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.
4. Diagnosa Keperawatan IV
a. Evaluasi Struktur
Sampah masih menjadi masalah yang sulit untuk di atasi,
karena sampah merupakan kesadaran diri dari masing-masing orang.
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui cara pemanfaatan atau
pengolahan sampah rumah tangga. Sehingga kami
menyelenggarakan program Penyuluhan Kesehatan Pengolahan
Sampah Rumah Tangga.
Kegiatan ini telah dikoorinasikan dengan koordinator desa,
kepala dusun, kepala desa dan masyarakat. Bentuk rencana kegiatan
yang dilaksanakan telah disampaikan pada saat kunjungan awal yang
mendapat respon positif dari aparat desa, dan masyarakat. Waktu
pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan
dan telah melalui koordinasi dengan kepala dusun dan masyarakat.
Sebelum dilakukan kegiatan tersebut, mahasiswa mempersiapkan
bahan dan media yang akan digunakan.
b. Evaluasi Proses
Dalam pelaksanaan kegiatan melibatkan masyarakat,
mahasiswa juga menghubungi kepala desa dan kepala dusun untuk
memohon agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar yang
dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang bertanggung jawab
pada kegiatan tersebut.
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan Penyuluhan tentang Pengolahan
Sampah Rumah Tangga, peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut
mengetahui tentang cara pengolahan sampah rumah tangga menjadi
pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman. Saat

97
dilakukan kegiatan tersebut peserta antusias dalam bertanya dan
terdapat peserta yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

98
BAB IV
PEMBAHASAN

Konsep keperawatan komunitas yang professional mengacu pada ilmu dan kiat
keperawatan yang diajukan pada masyarakat terutama kelompok resiko tinggi. Peran
serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses asuhan keperawatan di
masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon
positif dari masyarakat terutama dalam memberikan yang valid dan akurat.
Melalui kelompok kader kesehatan serta melibatkan pihak terkait baik
pemerintah setempat, tokoh masyarakat, agama dapat diperoleh data yang sangat
mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan
pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembahasan ini pun mengacu pada analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada
jenis masalah keperawatan yang ada:
A. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif di Sekolah
Analisis SWOT
1. Kekuatan
Kekuatan dalam masalah ini adalah ada minat siswa dan guru untuk ikut dalam
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa mulai penyuluhan tentang Sosisalisasi
Program UKS. Adanya dukungan dari pihak sekolah untuk melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan masalah ini.
2. Kelemahan
Kelemahan dalam masalah ini adalah kurangnya pengetahuan siswa tentang apa
itu PMR dan UKS serta kurangnya motivasi dan bimbingan dari guru untuk
siswa dalam pengelolaan fungsi dari UKS yang ada disekolah.

99
3. Kesempatan
Kesempatan adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah
untuk meningkatkan kesadaran dan motivasi guru maupun siswa terkait
pentingnya pengelolaan fungsi dari UKS yang ada disekolah.
4. Ancaman
Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang
sangat besar dari aparat pemerintah setempat serta petugas kesehatan dalam
tindak lanjut program serta dibutuhkannya kesadaran dan motivasi dari guru
maupun siswa untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekolah.
B. Defisit Pengetahuan Tentang Pentingnya Pemberian ASI
1. Kekuatan
Kekuatan dalam kegiatan ini untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah
dukungan pemerintah setempat, tokoh masyarakat, dalam memotivasi para ibu
hamil dan ibu menyusui untuk melakukan perawatan payudara dan manfaat dari
pemberian ASI.
2. Kelemahan
Kelemahanya adalah kurangnya pengetahuan ibu – ibu warga, ibu hamil
maupun ibu menyusui tentang pentingnya perawatan payudara dan manfaat
pemberian ASI pada bayi.
3. Kesempatan
Kesempatan yang dapat diperoleh yaitu sejalan dengan beberapa program
pemerintah tentang pentingnya perawatan payudara dan manfaat pemberian
ASI yaitu adanya pelaksanaan posyandu untuk ibu hamil dan balita.
4. Ancaman
Ancamannya adalah tidak adanya tindak lanjut dari masyarakat karena
beberapa kegiatan membutuhkan kerja sama dan koordinasi dari pemerintah
setempat dan petugas kesehatan.

100
C. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Untuk Peningkatan Kesehatan
Lansia
1. Kekuatan
Kekuatan dalam maslaah ini adalah ada minat masyarakat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa mulai penyuluhan tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan untuk Lansia. Adanya dukungan dari
pemerintah setempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan
dengan masalah ini.
2. Kelemahan
Kelemahannya adalah kurangnnya minat lansia untuk pergi memeriksakan diri
ketempat pemeriksaaan kesehatan terdekat seperti ke posbindu atapun ke
puskesmas terdekat.
3. Kesempatan
Kesempatan dalam masalah ini adalah sejalan dengan beberapa kegiatan
dengan program pemerintahan dan puskesmas untuk menignkatkan kesadaran
masyarakat terutama lansia terkait pentingnya kunjungan dipelayanan
kesehatan.
4. Ancaman
Ancaman yang terdapat dalam masalah ini yaitu dibutuhkannya dukungan yang
sangat besar dari aparat pemerintah, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
dalam menindak lanjuti program serta dibutuhkannya kesadaran yang tinggu
dari lansia untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada serta kegiatan
yang sudah ada.
D. Defisit Pengetahuan Tentang Pengolahan Sampah
1. Kekuatan
Kekuatan dalam maslaah ini adalah ada minat masyarakat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu penyuluhan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dan dimana ada dukungan dari pemerintah

101
setempat, tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan aktif
dalam kegiatan yang dilaksanakan.
2. Kelemahan
Kelemahan dari masalah ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pengolahan sampah rumah tangga untuk meminimalisir jumlah sampah yang
harus dibakar atau dibuang.
3. Kesempatan
Kesempatan yang dapat diperoleh yaitu adanya beberapa program pemerintah
tentang pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan
memanfaatkan pupuk tersebut untuk dijual atau diberikan pada tanaman –
tanaman dirumah.
4. Ancaman
Ancamannya adalah tidak adanya tidank lanjut dari masyarakat karena kegiatan
tersebut membutuhkan kerja sama dan koordinasi dari pemerintahan setempat.

102
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas sebagai salah satu penerapan dari prakik
keperawatan dan praktik kesehatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat. Sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan
menyeluruh melalui kerja sama dan peran serta masyarakat, sedangkan fokus
keperawatan individu, kelompok, keluarga menekankan pada pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek kuatif dan rehabilitative.
Praktik lapangan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan oleh
Mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo di Dusun Wuwabu Desa Talumelito, Kecamatan Telaga
Biru Kab. Gorontalo, menggunakan peran serta masyarakat melalui strategi
pembinaan wilayah dan keluarga binaan berdasarkan keluarga yang berisiko tinggi
dan rawan dalam kesehatan. pemilihan dilakukan mahasiswa pada saat pengkajian.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa bekerja sama dengan masyarakat melakukan
pengkajian, menetapkan masalah, menentukan prioritas, membuat perencanaan,
melaksanakan kegiatan dan evaluasi. Adapun masalah kesehatan yang ditemukan di
Dusun Wuwabu Desa Talumelito: kurangnya pemahaman masyarakat tentang
penyakit Hipertensi. Selain itu ditemukan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi
tersebut antara lain: melakukan penyuluhan secara langsung, pelatihan secara
langsung, pemeriksaan kesehatan pada lansia.
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut di atas di dapatkan hasil
antara lain: meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah yang
ada dilingkungan tersebut melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan,
perencanaan kegiatan terlaksanakan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

103
Keberhasilan yang dicapai merupakan tanda adanya peningkatan peran serta
masyarakat melalui kelompok kerja kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
pemerintahan setempat. Dan secara umum adalah, karena adanya dukungan penuh
dari masyarakat di Dusun Wuabu Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru.
5.2 Saran
Setelah seluruh kegiatan asuhan keperawatan koomunitas telah dilaksanakan,
maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1) Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan dengan aparat pemerintah dan
dinas kesehatan dilahan praktek perlu dipertahankan
2) Kerja sama antar kader kesehatan dan instansi terkait agar tetap dipertahankan
dan di kembangkan sehingga program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan
dengan baik
3) Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan yang
berkesinambungan kepada kader kesehatan agar termotivasi untuk
melaksanakan program-program kesehatan
4) Mengatifkan kembali kegiatan-kegiatan terkait program yang telah disediakan
5) Kerja sama antara pihak pendidikan, puskesmas dan pemerintah setempat untuk
menindak lanjuti hasil dari berbagai kegiatan praktik mahasiswa.

104

Anda mungkin juga menyukai