Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
a. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-
batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok
ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2009).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2009).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).

b. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


1) Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
a) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
2) Fungsi keperawatan komunitas
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
b) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2009).

c. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu,
media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan
sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
2) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan
kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga
produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
3) Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih
cepat.

d. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
1) Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu
perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta
didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya
penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih
spesifik.
2) Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya
yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat
ini meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan
untuk:
a) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
b) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
d) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
e) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2009).
3) Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan
percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
4) Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat
mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di
bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain
sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat
ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2009).
Konsep Teori Keperawatan
Self Care Model dari Dorothea E. Orem
Dorothea Orem (1971) mengembangkan definisi keperawatan yang
menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Orem
menggambarkan filosofi tetntang keperawatan tentang keperawatan dengan cara
seperti berikut:
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap
tindakan keperawatan dirinya sendiri dan kondisi serta menatalaksanakannya
secara terus-menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan,
penyembuhan dari penyakit atau cedera dan merigatasi hendaya yang
ditimbulkannya. Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-
laki, perempuan maupun anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat
dipertahankan, akan terjadi kesakitan atau kematian. Keperawatan kadang-kadang
berupa mengatur dan mempertahankan kebutuhan perawatan diri secara terus-
menerus bagi mereka yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam situasi
lain, perawat membantu klien untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri
dengan melakukan sebagian tetapi tidak seluruh prosedur, melalui pengawasan
pada orang yang membantu klien dan dengan memberikan instruksi dan
pengarahan secara individual sehingga secara bertahap klien mampu melakukannya
sendiri (Paula, 2009).
Jadi tujuan dari teori Orem adalah membantu klien melakukan perawatan
diri sendiri. Menurut Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak
mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.
Gambar 2.1 Teori konseptual Dorothea Orem

Universal Self-Care Requisites

Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau

kebebasan merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal,

memvalidasi dan proses dalam memvalidasi mengenai anatomi dan fisiologi

manusia yang berintegrasi dalam lingkaran kehidupan. Dibawah ini terdapat 8

teori self care secara umum yaitu Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara,

pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan, pemeliharaan kecukupan

pemasukan cairan, mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi

dan eksresi, pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,

pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial pencegahan

resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia. Peningkatan

promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok social sesuai

dengan potensinya (Meleis & ibrahim 2012).


Therapeutic self-care demand

Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu program

perawatan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien sesuai dengan tanda

dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh perawat ketika memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien

diantaranya mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang

dibutuhkan oleh pasien dan cara pemberian ke pasien, meningkatkan kegiatan

yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan dasar seperti promosi dan

pencegahan yang bisa menunjang dan mendukung pasien untuk memenuhi

kebutuhan dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar diantaranya

Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan lingkunganya

yang mengarah pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu

perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang bisa dipakai

untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien, memanfaatkan segala sumberdaya

yang ada disekitar pasien untuk memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan

dasar pasien semaksimal mungkin ( Paula, 2009).

Self Care Agency

Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan pada

perawat yang memiliki kemampuan komprehensif, memahami konsep dasar

manusia dan perkembangan manusia baik secara holistik (Meleis & ibrahim

2012)

Agent : Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan

dasar pada pasien adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang
berkompeten dan memiliki kewenangan untuk memberikan pemenuhan

kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.

Dependent Care Agent : Dependent care agency merupakan perawat

profesional yang memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam upaya

perawatan pemenuhan kebutuhan dasar pasien termasuk pasien dalam derajat

kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau sebagain memenuhi

kebutuhan dasar pada pasien. Pemberian kebutuhan dasar tetap menekankan pada

kemandirian pasien sesuai dengan tingkat kemampuannya. Perawatan yang

diberikan bisa bersifat promoting, prevensi dan lain-lain (Meleis & ibrahim

2012).

Self Care Defisit

Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,

utamanya pada pasien yang dalam perawatan total care. Perawatan yang

dilakukan biasanya kuratif dan rehabilitatif. Pemenuhan kebutuhan pasien hampir

semuanya tergantung pada pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tim

tenaga kesehatan utamanya perawat (Asmadi, 2008)

Nursing Agency

Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya

secara terus menerus untuk bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada

pasien secara holistik sehingga mereka mampu membuktikan dirinya bahwa

mereka adalah perawat yang berkompeten untuk bisa memberika pelayanan

profesional untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Beberapa ketrampilan selain

psikomotor yang juga harus dikuasai perawat adalah komunikasi terapeutik,

ketrampilan intrapersonal, pemberdayaan sumberdaya di sekitar lingkungan


perawat dan pasien untuk bisa memberikan pelayanan yang profesional ( Paula &

Kenney, 2009).

Prinsip Teori Keperawatan

Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap

orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu

individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.

Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri). Orang dewasa dapat

merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan

bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem mengklasifikasikan dalam

3 kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan

yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti

kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan,

eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut

dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian

terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya

( Paula & Kenney, 2009).

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan):

kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses

perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam

siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat

berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk

meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup (Hidayat, 2008).

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan

kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau


keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara,

struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa

medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang

dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care (Hidayat,

2008)

Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:

1. Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan

pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi

kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan

integritas structural, serta pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.

2. Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke

dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang

meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode dalam

daur hidup.

3. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur

normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa

persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk

mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya( Paula & Kenney, 2009).

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat

ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3

tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:

1. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan

dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti

keseluruhan).
2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan

(sistem pengganti sebagian).

3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat

(sistem dukungan/pendidikan).

Anda mungkin juga menyukai