Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Virus Dengue dan ditulakan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(Nursalam dkk, 2008).

Menurut (Widagdo, 2011) Dengue Haemoragic Fever yaitu suatu sindrom bersifat akut
dan benigna disebabkan oleh arbovirus yang ditandai oleh demam bifasik, nyeri otot/sendi, ruam
kulit, savalgia, dan limfadenopati. Infeksi sekunder oleh virus dengue dengan serotype berbeda
merupakan factor resiko atas timbulnya demam berdarah dengue atau Dengue Haemoragic
Fever.

Penakit demam berdarah adalah penyakit demam akut yang bias menyebabkan kematian
dan disebabkan oleh empat serotype virus dari genus flavi virus, virus RNA dari keluarga
flaviviridae (Soedarto, 2012).

Klasifikasi DHF, menurut WHO berdasarkan tanda klinisnya, dibagi menjadi empat derajat
yaitu:

1. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet + trombosit dan
hemokonsentrasi
2. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah,
sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari.
4. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur, biasa disebut DSS
(Dengue Syock Syndrom).
B. Anatomi Fisiologi Sistem Sirkulasi

System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus digestivus
dan dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu system sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru yang merupakan tempat
ekskresi sisa-sisa metabolisme.organorgan sirkulasi (Pearce, 2006: 121).

1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut yang ada di dalam rongga thorax, di antara
paru-paru agak lebih ke arah kiri. Struktur jantung meliputi: atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan, ventrikel kiri, katup trikuspidalis, katup bikuspidalis, endokardium,
miokardium, dan perikardium (Pearce, 2006:121).
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdapat tiga macam (Pearce, 2006: 124), yaitu:
a. Pembuluh Darah Nadi (Arteri)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh arteri
yang berperan penting, antara lain: arteri koronaria (mendarai dinding jantung), arteri
subklavikula (arteri bawah selangka yang bercabang dan melewati aksila), arteri
brachialis (pada lengan atas), arteri radialis (pada pangkal ibu jari), arteri karotis
(mendarahi kepala dan otak), arteri temporalis (arteri yang teraba pada bagian depan
telinga), arteri facialis (teraba di sudut bawah rahang), arteri femoralis (berjalan ke
bawah mneyusuri paha menuju ke belakang lutut), arteri tibia (arteri pada kaki), dan
arteri pulmonalis (arterio yang menuju ke paru-paru).
b. Pembuluh kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dibawah mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh yang selanjutnya bertemu membentuk pembuluh
darah vena. Fungsi kapiler adalah sebagai alat penghubung arteri dan vena, tempat
terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan, mengambil hasil-hasil
dari kelenjar, menyerap hasil makanan yang terdapat di usus, dan menyaring darah
yang terdapat di ginjal.

c. Pembuluh Darah Balik (Vena)


Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung. Beberapa vena yang
penting adalah: Vena cava superior (membawa darah kotor dari kepala, thorax, dan
ekstrimitas atas ke atrium kanan), vena cava inferior (mengembalikan darah kotor dari
tubuh bagian bawah ke jantung), vena pulmonalis (vena yang membawa darah dari
paru-paru ke jantung), dan vena jugularis (vena yang membawa darah dari otak
kembali ke jantung).

3. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma dan sel-sel darah
((Pearce, 2006: 123). Sedangkan menurut Syaifudin (2002: 58), darah adalah jaringan
tubuh yang terdapat dalam pembuluh yang berwarna merah. Proses pembentukan sel
darah terjadi di tiga tempat, yaitu sumsum tulang, hepar, dan limpa. Volume darah pada
tubuh yang sehat atau orang dewasa sekitar 1/3 dari berat badan atau kira-kira sebanyak
4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda pada masing-masing orang tergantung pada umur, jenis
kelamin, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah.
a. Fungsi Darah
1) Alat pengangkut untuk mengambil O2 atau zat makanan dan diedarkan ke seluruh
tubuh, mengangkut CO2 untuk dikeluarkan, mengambil zatzat makanan dari usus
halus untyuk diedarkan ke seluruh jaringan, dan mengangkat zat-zat yang yidak
dibutuhkan tubuh untuk dibuang.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan kuman penyakit dan racun dmelalui
kerja leukosit,antibody, dan zat-zat anti racun.
3) Memberi panas ke seluruh tubuh.
b. Bagian-bagian Darah
1) Sel darah
Sel-sel darah terdiri dari:
- Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti dan tidak dapat bergerak.
Sel ini berwarna kuning kemerahan dan mengandung Haemoglobin (Hb).
Berfungsi sebagai pengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh
dan mengikat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan.

- Leukosit (sel darah putih)


Sel darah putih bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu. Leukosit berwarna bening dan memiliki inti yang
bermacam-macam. Berfungsi sebagi pertahanan tubuh terhadap kuman atau bibit
penyakit. Terdiri dari sel agranulosit (tidak mempunyai granula) berupa limfosit
(memakan dan membunuh bakteri yang masuk) dan monosit (sebagai fagosit,
berjumlah 34 %). Sel lain memiliki granula (granulosit) yang terdiri dari
neutrofil, eosinofil, dan basofil.
- Trombosit (sel plasma)
Merupakan benda-benda kecil yang ukurannya bermacammacam. Berwarna putih
dan normal berjumlah 150.000-450.000/mm3, trombosit berperan penting dalam
proses pembekuan darah.
2) Plasma darah
Bagian darah encer yang tanpa sel darah, warna bening kekuningan, jumlah
hampir 90 % plasma darah terdiri dari:
a. Fibrinogen yang berperan dalam pembekuan darah,
b. Garam-garam mineral,
c. Protein darah (albumin dan globulin),
d. Zat makanan (asam amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin),
e. Hormon, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh,
f. Antibody atau antitoksin.

C. Etiologi
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus
Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui vector berupa nyamuk
Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis,
(Hidayat, 2006: 123).
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari dan akan
mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti demam, nyeri otot dan atau
sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis hemoragik
(Sudoyo, 2006: 1732).

D. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,
diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2006:
17).
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
 IgG dengue positif (dengue blood)
 Trombositipenia
 Hemoglobin meningkat >20%
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,
hypokalemia
 SGOT dan SGPT mungkin meningkat
 Ureum dan pH darah mungkin meningkat
 Waktu perdarahan memanjang
 Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-40 mmHg,
HCO3 rendah.
2) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga terkena
DHF adalah:
 Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
 Uji komplemen fiksasi (CF test)
 Uji neutralisasi (N test)
 IgM Elisa (Mac. Elisa)
 IgG Elisa

Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton test)
atau dengan uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi
dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.
Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml, (Hadinegoro, 2006: 19).

4) Pemeriksaan radiology
 Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
 Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

Penatalaksanaan
1. Medis
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pada
pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit
dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai
ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi
perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang
diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun
30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara klinik
perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit
biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita
DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah
turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau
tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)


Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai penganti cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB.
Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem
infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80
mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48
jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah
baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central Venous Pressure)
untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya
pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini dianjurkan pemberian
darah.

Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2006: 23) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan
trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena (Hadinegoro, 2006:
24).

2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura
dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal
dalam wakti 12-24 jam (Hadinegoro, 2006: 25).

3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena
perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan
limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody (Hadinegoro, 2006: 15).

4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea (Hadinegoro, 2006: 23).

INTERVENSI
1. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya volume plasma
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. volume cairan dapat terpenuhi
KH :
 Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
 Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
 Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami
pasien.
c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk
kedalam pembuluh darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare, kehausan turgor
jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine < 25
ml/jam, maka pasien mengalami syok
f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. temperatur suhu dalam batas
normal (36°-37° C).
KH:
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37° C)
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. Observasi tanda-tanda vital


Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.

c. Tingkatkan intake cairan.


Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi asupan cairan

d. Catat asupan dan keluaran


Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh

e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter


Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

3. Deficit nutrisi b.d penurunan napsu makan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan atau
diberikan .
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.


Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah

c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.


Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi pasien
untuk makan meningkat.

d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat masih
hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.

e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan


Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

f. Ukur berat badan pasien setiap hari.


Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

Anda mungkin juga menyukai