Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIMENSIA

A. DEFINISI
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya
terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler
(Killin, 2016).
Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual dibanding
sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sosial dan
profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan
juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium maupun gangguan
psikiatri mayor (Ong dkk, 2015).
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada
orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak
dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga
membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan
emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan
perilaku harian (Pieter and Janiwarti, 2011)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan
hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian
dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. Penyakit yang  dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar
belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan
khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh
dilakukan.

B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit

1
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan
gen tertentu. Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak mengalami
kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap
bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan
protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan
atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya
memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakan pembuluh darah di otak.
Penyebab demensia dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
sistem enzim, atau pada metabolisme
b.    Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3.  Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
1. Penyakit cerebro kardiofaskuler
2.  penyakit- penyakit metabolic
3.   Gangguan nutrisi
4.  Akibat intoksikasi menahun
Awitan Dimensia

2
Ketika seorang mengalami dimensia laporan yang disampaikan lebih sering
mengenai perubahan karakter atau kehilangan minat pada sesuatu yang sebelumnya
ada pada kehidupan individu. Hal ini mengindikasikan bahwa pengalaman yang
dirasakan individu sebelumnya akan hilang.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi Otak

2. Fisiologi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita.Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ
yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak
mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam
situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-
bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru.
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis.Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi
(SST).Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya.

3
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponenbagiannya
adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiridari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.Korteks ditandai dengan
sulkus (celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1. Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektualyang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca
di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.Bagian ini mengandung
pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik
primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor).Pada lobus
ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan
inisiatif.
2. Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteksserebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis (White, 2008).Lobus ini berfungsi untuk mengatur
daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan
dan perkembangan emosi.
3. Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaransensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran
(White, 2008).
4. . Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan danarea asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi
saraf lain & memori (White, 2008).
5. Lobus Limbik

4
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,memori emosi
dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandunglebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output.Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot.Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara
optimal.Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus
medialis dan lobus fluccolonodularis.
c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengaturseluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya.Struktur-struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asendendan desenden traktus longitudinalis antara
medulla spinalis danbagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang
saraf cranial.Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi demensia antara lain :

1. Demensia karena kerusakan struktur otak:


Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,


gangguan fungsi eksekutif.

5
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

5. Kehilangan inisiatif.

2. Demensia Vascular

Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vascular.

Tanda-tanda neurologis fokal seperti :

1. Peningkatan reflek tendon dalam

2. Kelainan gaya berjalan

3. Kelemahan anggota gerak

3. Demensia menurut umur:

1. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)

2. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)

4. Demensia menurut perjalanan penyakit :

1. Reversibel (mengalami perbaikan)

2. reversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,


Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb). Pada demensia tipe ini terdapat
pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini
menyebabkan adanya:

1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).

2. Inkontinensia urin
Dimensia pada usia lanjut lebih sering dikenal dengan istilah pikun.
Dimensia dibagi menjadi 2 macam yaitu :

6
1. Dimensia senilis
Biasanya dialami mereka yang berumur lebih dari 60 tahun. Gangguan
yang terjadi terutama pada kepribadian, daya ingat dan emosi. Biasanya
faktor sosial ekonomi dapat mempercepat terjadinya dimensia senilis.
Sering pula terdapat tanda kemunduran mental umum speerti kebingungan,
depresi serta agitasi.
Dari segi psikis, timbul gangguan ingatan jangka panjang pendek serta
berkurangnya daya pemikiran abstrak. Biasanya orang-orang seperti ini
egosentrik dan egoistis, lekas tersinggung dan marah. Kadang-kadang
timbul aktifitas seksual yang berlebihan atau tidak pantas, tanda bahwa
kontrol berkurang atau kompensasi psikologik.
2. Dimensia pra senilis
Dimensia pra senilis biasanya terjadi sebelum usia 50 tahun akibat atrofi
jaringan otak baik sebagian ataupun penyuluhan. Salah satu bentuk
dimensia pra senilis biasanya timbul karena secara perlahan-lahan dan
ditandai dengan gejala-gejala :
1. Kesibukan tanpa tujuan.
2. Emosi yang labil.
3. Gangguan orientasi yang dialami didahului amnesia.
4. Terbata-bata dalam berbicara (diulangi suku kata pertama tiap kata).
5. Penurunan kepribadian lebih cepat dari dimensia senilis
E. PATOFISOLOGI
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol
pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah

7
hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh
orang-orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga
merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka
belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat
yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada


Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga
F. TANDA DAN GEJALA
Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain :
Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan,
kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya
ingatan terhadap peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang
tepat untuk diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain
sulit mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa
mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit
mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala demensia selanjutnya yang muncul
biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana orang yang mengalami
demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting
untuk proses penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian
lebih dari keluarganya.
Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang
semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn
tingkah laku yang dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah

8
laku pada demensia dapat memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan
anggota keluarga, yakni harus dengan sabar merawat dan lebih perhatian terdapat
anggota keluarga yang demensia. Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada
penderita demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi
tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis,
dan kabur dari tempat tinggal.
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa
tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa
yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk
yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan
sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami
Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang
langkah- langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan
makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.

3. Masalah dengan bahasa

Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah


kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit
Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang
mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka
berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui

9
bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan
yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat
cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun
senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan
lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan
sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian
seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan
pada anggota keluarga

10
G. PATOFLOW

Cedera berat, intoksikasi zat beracun, factor usia, dll.

Kerusakan sel otak

Hilangnya memori/ingatan jangka pendek

Perubahan
Kemampuan belajar menurun Proses pikir

Dementia

D. Alzheimer D. Vaskular

Peningkatan reflek tendon


Kematian sel otak yg massif kelemahan anggota gerak

Mudah lupa gangguan kognitif kelainan gaya berjalan

Tremor, Ketidakmampuan muncul gejala kurang koordinasi gerakan


Menggunakan benda neuropsikiatrik

Risiko cedera
Penurunan kemampuan perubahan nafsu agitasi
Melakukan aktifitas makan
Halusinasi kesulitan tidur

Kurang
perawatan diri Perubaha Cepat marah, Perubahan
n persepsi Curiga, mudah pola tidur
Risiko sensori
perubahan Tersinggung
nutrisi lebih
dari kebutusan

11
H. KOMPLIKASI
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.

a. Ulkus diabetikus

b. Infeksi saluran kencing

c. Pneumonia

2. Thromboemboli, infarkmiokardium

3. Kejang

4. Kontraktur sendi

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan


menggunakan peralatan.

I. PENATALAKSANAAN

a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine
2. Dementia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
3. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan

12
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
4. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
5. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik
efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
b. Dukungan atau Peran Keluarga
1. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita
tetap memiliki orientasi
2. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
3. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,
bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
5. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
1. Diet
2. Latihan fisik yang sesuai
3. Terapi rekreasional dan aktifitas
4. Penanganan terhadap masalah-masalah

13
A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Demensia

1. Pengkajian Data

a. Data Subyektif :

 Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.

 Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.

b. Data Obyektif :

 Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan

objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.

 Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah

menceritakannya.

 Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan

kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak

tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas


kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental,
tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang
konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
dengan akurat.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.

1
4. Perubahan pola tidur  berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai
dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak
mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya
daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
6. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
7. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.
3. Perencanaan Keperawatan

No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan tindakan
a.    Jalin hubungan saling
a)    Untuk membangan
keperawatan diharapkanmendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa nyaman.
klien dapat beradaptasi
b.    Orientasikan pada
dengan perubahan aktivitaslingkungan dan rutinitas baru.
      Menurunkan kecemasan dan
sehari- hari dan lingkungan
c.    Kaji tingkat stressorperasaan terganggu.
dengan KH : (penyesuaian diri,
a.    mengidentifikasiperkembangan, peran
c)     Untuk menentukan persepsi
perubahan keluarga, akibat perubahanklien tentang kejadian dan
b.     mampu beradaptasi padastatus kesehatan) tingkat serangan.
perubahan lingkungan dan
d.   Tentukan jadwal aktivitas 
aktivitas kehidupan sehari-yang wajar  dan masukkan
hari dalam kegiatan rutin.
c.    cemas dan takut berkurang       Konsistensi mengurangi
d.   membuat pernyataan yang
e.    Berikan penjelasan dankebingungan dan meningkatkan
positif tentang lingkunganinformasi yangrasa kebersamaan.
yang baru. menyenangkan mengenai
kegiatan/ peristiwa. e)    Menurunkan ketegangan,

2
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.
2 Setelah diberikan tindakan
a.    Kembangkan lingkungan
a.    Mengurangi kecemasan dan
keperawatan diharapkanyang mendukung danemosional.
klien mampu mengenalihubungan klien-perawat yang
perubahan dalam berpikirterapeutik.
dengan KH: b.    Pertahankan lingkungan
     Mampu memperlihatkanyang menyenangkan dan
kemampuan kognitif untuktenang.       Kebisingan merupakan
menjalani konsekuensi
c.    Tatap wajah ketikasensori berlebihan yang
kejadian yang menegangkanberbicara dengan klien. meningkatkan gangguan
terhadap emosi dan pikiran neuron.
tentang diri. d.   Panggil klien dengan
b.     Mampu mengembangkannamanya.         Menimbulkan perhatian,
strategi untuk mengatasi terutama pada klien dengan
anggapan diri yang negative. gangguan perceptual.
     Mampu mengenali tingkah       Nama adalah bentuk identitas
laku dan faktor penyebab.e.    Gunakan suara yang agakdiri dan menimbulkan
rendah dan berbicara denganpengenalan terhadap realita dan
perlahan pada klien. klien.

       Meningkatkan pemahaman.


Ucapan tinggi dan keras
menimbulkan stress yg
mencetuskan konfrontasi dan
respon marah.
3 Setelah diberikan tindakan
a.    Kembangkan lingkungan
a.    Meningkatkan kenyamanan
keperawatan diharapkanyang suportif dan hubungandan menurunkan kecemasan
perubahan persepsi sensoriperawat-klien yangpada klien.

3
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
klien dapat berkurang atauterapeutik.
terkontrol dengan KH: b.    Bantu klien untuk
     Mengalami penurunanmemahami halusinasi.       Meningkatkan koping dan
halusinasi. menurunkan halusinasi.
b.     Mengembangkan strategi
c.    Kaji derajat sensori atau
psikososial untukgangguan persepsi dan
c.    Keterlibatan otak
mengurangi stress. bagaiman hal tersebutmemperlihatkan masalah yang
     Mendemonstrasikanmempengaruhi klienbersifat asimetris menyebabkan
respons yang sesuaitermasuk penurunanklien kehilangan kemampuan
stimulasi. penglihatan ataupada salah satu sisi tubuh.
pendengaran.
d.   Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.        Untuk menurunkan
kebutuhan akan halusinasi.
e.    Ajak piknik sederhana,
jalan-jalan keliling rumah
e.    Piknik menunjukkan realita
sakit. Pantau aktivitas. dan memberikan stimulasi
sensori yang menurunkan
perasaan curiga dan halusinasi
yang disebabkan perasaan
terkekang.
4 Setelah dilakukan tindakan
     Jangan menganjurkan klien
     Irama sirkadian (irama tidur-
keperawatan diharapkantidur siang apabila berakibatbangun) yang tersinkronisasi
tidak terjadi gangguan polaefek negative terhadap tidurdisebabkan oleh tidur siang
tidur pada klien denganpada malam hari. yang singkat.
KH : b.     Evaluasi efek obat klien
a.    Memahami faktor(steroid, diuretik) yang
      Deragement psikis terjadi bila
penyebab gangguan polamengganggu tidur. terdapat panggunaan
tidur. kortikosteroid, termasuk

4
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
b.    Mampu menentukan perubahan mood, insomnia.
penyebab tidur inadekuat.      Tentukan kebiasaan  dan
c.    Melaporkan dapatrutinitas waktu tidur malam
beristirahat yang cukup. dengan kebiasaan
     Mengubah pola yang sudah
d.   Mampu menciptakan polaklien(memberi susu hangat). terbiasa dari asupan makan
tidur yang adekuat. d.    Memberikan lingkunganklien pada malam hari terbukti
yang nyaman untukmengganggu tidur.
meningkatkan
tidur(mematikan lampu,
ventilasi ruang adekuat, suhu
      Hambatan kortikal pada
yang sesuai, menghindariformasi reticular akan
kebisingan). berkurang selama tidur,
     Buat jadwal tidur secarameningkatkan respon otomatik,
teratur. Katakan pada klienkarenanya respon kardiovakular
bahwa saat ini adalah waktuterhadap suara meningkat
untuk tidur. selama tidur.

     Penguatan bahwa saatnya


tidur dan mempertahankan
kesetabilan lingkungan.
5 Setelah diberikan tindakan
a.    Identifikasi kesulitan dalam
a.    Memahami penyebab yang
keperawatan diharapkanberpakaian/ perawatan diri,mempengaruhi intervensi.
klien dapat merawat dirinyaseperti: keterbatasan gerakMasalah dapat diminimalkan
sesuai denganfisik, apatis/ depresi,dengan menyesuaikan atau
kemampuannya denganpenurunan kognitif sepertimemerlukan konsultasi dari
KH : apraksia. ahli lain.
     Mampu melakukan
b.    Identifikasi kebutuhan

5
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
aktivitas perawatan dirikebersihan diri dan berikan
b.    Seiring perkembangan
sesuai dengan tingkatbantuan sesuai kebutuhanpenyakit, kebutuhan kebersihan
kemampuan. dengan perawatandasar mungkin dilupakan.
b.     Mampu mengidentifikasirambut/kuku/ kulit, bersihkan
dan menggunakan sumberkaca mata, dan gosok gigi.
pribadi/ komunitas yang
dapat memberikan bantuan.
c.    Perhatikan adanya tanda-
tanda nonverbal yang
fisiologis.
       Kehilangan sensori dan
penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan kebutuhan
perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-
engah, ingin berkemih dengan
d.   Beri banyak waktu untukmemegang dirinya.
melakukan tugas.

      Pekerjaan yang tadinya


mudah sekarang menjadi
e.    Bantu mengenakan pakaianterhambat karena penurunan
yang rapi dan indah. motorik dan perubahan
kognitif.

e.    Meningkatkan kepercayaan


untuk hidup.
6 Setelah dilakukan tindakan
a.    Kaji derajat gangguan
a.    Mengidentifikasi risiko di
keperawatan diharapkankemampuan, tingkah lakulingkungan dan mempertinggi

6
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
Risiko cedera tidak terjadiimpulsive dan penurunankesadaran perawat akan
dengan KH : persepsi visual. Bantubahaya. Klien dengan tingkah
a.    Meningkatkan tingkatkeluarga mengidentifikasilaku impulsi berisiko trauma
aktivitas. risiko terjadinya bahaya yangkarena kurang mampu
b.     Dapat beradaptasi denganmungkin timbul. mengendalikan perilaku.
lingkungan untuk Penurunan persepsi visual
mengurangi risiko trauma/ berisiko terjatuh.
cedera.
c.    Tidak mengalami cedera.b.    Hilangkan sumber bahaya
lingkungan.
      Klien dengan gangguan
kognitif, gangguan persepsi
adalah awal terjadi trauma
akibat tidak bertanggung jawab
terhadap kebutuhan keamanan
dasar.
c.    Alihkan perhatian saat
perilaku teragitasi/
berbahaya, memenjat pagar
       Mempertahankan keamanan
tempat tidur. dengan menghindari
konfrontasi yang
meningkatkan  risiko terjadinya
d.   Kaji efek samping obat,trauma.
tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal, hipotensi
ortostatik, gangguan
d.   Klien yang tidak dapat
penglihatan, gangguanmelaporkan tanda/gejala obat
gastrointestinal). dapat menimbulkan kadar
e.    Hindari penggunaan restraintoksisitas pada lansia. Ukuran

7
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
terus-menerus. Berikandosis/ penggantian obat
kesempatan keluarga tinggaldiperlukan untuk mengurangi
bersama klien selama periodegangguan.
agitasi akut. e.    Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada klien
lansia (berhubungan dengan
penurunan kalsium tulang).
7 Setelah dilakukan tindakan
     Beri dukungan untuk
     Motivasi terjadi saat klien
keperawatan diharapkanpenurunan berat badan. mengidentifikasi kebutuhan
klien mendapat nutrisi yang berarti.
seimbang dengan KH:       Awasi berat badan setiap
b.     Memberikan umpan balik/
     Mengubah pola asuhanminggu. penghargaan.
yang benar
b.     Mendapat diet nutrisi yang
     Kaji pengetahuan keluarga/
     Identifikasi kebutuhan
seimbang. klien mengenai kebutuhanmembantu  perencanaan
     Mendapat kembali beratmakanan. pendidikan.
badan yang sesuai. d.    Usahakan/ beri bantuan
dalam memilih menu. d.    Klien tidak mampu
     Beri Privasi saat kebiasaanmenentukan pilihan kebutuhan
makan menjadi masalah. nutrisi.
     Ketidakmampuan menerima
dan hambatan sosial dari
kebiasaan makan berkembang
seiring berkembangnya
penyakit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, N., & Putri, O. O. ( 2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah. Malang:
Umm press.
Carpenito, Lynda Juall, (2001), Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Ganong, William F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi
5. Jakarta: EGC
Killin, L. O., starr, J. M., shiue, I. J., & Russ, C. T. (2016). Environmental risk factor for
dementia: A Sistematic Review. BMC geriatric, 16:175, 1-28.
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia-dengan-demensia/

Diakses pada tanggal 03 Maret 2020

Pieter, H.Z., Janiwarti, B. dan Saragih, NS.M (2011). Pengantar psikopatologi untuk
keperawatan. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai