Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah

ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2016-2018 Bidang

Kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu

mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan

membaiknya berbagai indikator pembangunan Sumber Daya Manusia.

Seperti diantaranya adalah dengan meningkatnya derajat kesejahteraan

dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender,

meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan

anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta

menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan

antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya pereventif,

promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang

kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami

pergeseran menuju paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan upaya

kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan

tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat

adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam ranngka mencapai


2

visi Indonesia sehat 2011, dimana diproyeksikan tentang keadaan

masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat kesehatan yang

optimal.

Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan

kesehatan di Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam

pembangunan kesehatan terutama dalam mendukung kebijakan

pemerintah melalui paradigma sehat menuju visi Indonesia sehat 2011.

Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan

perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan

masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan memulihkan

kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh

dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu

serta dilaksankan secara berkelanjutan.

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat,

berbagai upaya kesehatan telah diselengarakan. Salah satu bentuk

upaya kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan melalui

Puskesmas dan Rumah sakit sebagai tempat rujukan.

Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam

berbagai upaya kesehatan mayarakat dan mendorong kearah


3

kemaandirian dalam memecahkan kesehatan dengan penuh tanggung

jawab.

Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah

tentang kesehatan tersebut maka Program Studi Profesi Ners Wijaya

Husada Bogor sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan

memiliki tanggung jawab dalam rangka mempersiapkan tenaga

kesehatan/keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui praktik

keperawatan komunitas. Praktik keperawatan komunitas juga merupakan

suatu bentuk pengembangan dari praktik klinik keperawatan bagi

mahaiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary

Health Care.

Dipilihnya daerah Muara Kidul Kelurahan Pasir Jaya, kecamatan

Bogor Barat, Kota Bogor sebagai tempat keperawatan komunitas karena

merupakan salah satu bentuk aplikatif mata ajaran Asuhan Keperawatan

Komunitas pada Program Studi Profesi Ners Wijaya Husada Bogor TA.

2019/2020 disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola perilaku

kebiasaan hidup sehat pada msyarakat, dengan tujuan untuk merubah

perilaku dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari

tidak tahu menjadi tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada

masyarakat dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan

secara langsung bagaimana cara mengatasi penyakit yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan yang tidak sehat, penyakit infeksi yang

dapat membahayakan kesehatan masyarakat sendiri.


4

II. Tujuan

A. Tujuan Umum

Menerapkan proses keperawatan dengan bekerja sama dengan

keluarga, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan dan

memelihara kesehatan utama dengan menggunakan ilmu dan kiat

keperawatan

B. Tujuan Khusus

Dalam program Studi Profesi NERS Wijaya Husada pada orientasi

praktik belajar lapangan Komunitas di harapkan mahasiswa mampu :

1. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

2. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

3. Menetapkan perencanakan asuhan keperawatan baik keluarga

maupun komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan

keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan.

4. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan melalui pendekatan

pengorganisasian masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna,

kerja sama lintas sektoral dan  lintas program, dan  pendidikan

kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan atau masalah

kesehatan.
5

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standar dan

kriteria yang telah ditetapkan.

6. Mendokumentasikan dan melaporkan data atau informasi yang

akurat berbagai aktifitas asuhan keperawatan pada keluarga,

kelompok, dan komunitas.

III. Metode Penulisan

Dalam menyusun laporan praktek pengalaman belajar keperawatan

komunitas, kelompok menggunakan metode penulisan deskriptif yang

menggambarkan keadaan yang dijumpai atau kejadian dan ditemukan

dalam survey yang dilakukan melalui :

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan datab dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara, observasi  langsung, dan Quesioner dengan berpedoman

pada format pengkajian keperawatan komunitas

2. Analisa

Analisa dilakukan pada tiap-tiap tahapan proses keperawatan dengan

mempelajari berbagai literatur tentang keperawatan komunitas yang

dihubungkan dengan kasus dan selanjutnya dilakukan pembahasan

terhadap hasil yang didapatkan.


6

3. Waktu dan Tempat

Praktek Profesi Ners Keperawatan Komunitas dilaksanakan pada

tanggal 21 Oktober s/d 15 November 2019 di RW 014 Kelurahan

Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

IV. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Tinjauan Teori

Bab III : Pelaksanaan Askep Komunitas


7

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Asuhan Keperawatan Komunitas

A. Pengertian

Keperawatan Komunitas adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang

ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko

tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin dan

tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta

tidak mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang

diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan

masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan.

Keperawatan Komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan

dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang

menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam

keperawatan komunitas.Strategi yang digunakan untuk pemecahan

masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna

serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.


8

B. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan

Komunitas

Berikut ini merupakan asumsi yang dikeluarkan oleh American

Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut :

1. Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan

tersier.

3. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk

pendidikan dasar praktek penelitian.

4. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan

tersier.

5. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan

primer.

Berikut ini merupakan kepercayaan yang dikeluarkan oleh

American Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut :

1. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

2. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan

kesehatan.

4. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

5. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

6. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka

waktu yang lama.


9

7. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

8. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab

secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan

kesehatan.

C. Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar

tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas

sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah

keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan

yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan

prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,

kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang

luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan


10

bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang

sehat pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan.

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan

berlangsung secara berkesinambungan.

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan

dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan

status kesehatan masyarakat.

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat

direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.


11

II. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas

A. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan

fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

B. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi.

2. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.

3. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah

kesehatan/keperawatan.

4. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka

hadapi.

5. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/

keperawatan.

6. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pelayanan kesehatan/keperawatan.

7. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

8. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.


12

9. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian

bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia

dan sejahtera.

10. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan

terhadap masalah kesehatan.

III. Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang

mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

A. Individu

Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan

merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat

mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental

maupun sosial.

B. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas

kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal

dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan

perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan

berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai


13

masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.

1. Kelompok Khusus

Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang

mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan

yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

Termasuk diantaranya adalah:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;

1) Ibu hamil

2) Bayi baru lahir

3) Balita

4) Anak usia sekolah

5) Usia lanjut

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan

pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,

diantaranya adalah:

1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,

penyakit kelamin lainnya.

2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit

diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan

mental dan lain sebagainya.


14

a) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,

diantaranya:

 Wanita tuna susila

 Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

 Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.

b) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya

adalah:

 Panti wredha

 Panti asuhan

 Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan

sosial)

 Penitipan balita

C. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan

bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan

batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan

kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan

bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama

anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik

permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun

kesehatan khususnya.
15

IV. Strategi

Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :

A. Proses kelompok.

B. Pendidikan kesehatan.

C. Kerja sama (partnership).

V. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-

upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan

masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang

ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak

mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

A. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1. Penyuluhan kesehatan masyarakat

2. Peningkatan gizi

3. Pemeliharaan kesehatan perseorangan


16

4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5. Olahraga secara teratur

6. Rekreasi

7. Pendidikan seks.

B. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

1. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas

maupun kunjungan rumah

3. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas

ataupun di rumah.

4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

C. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-

anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit

atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

puskesmas dan rumah sakit


17

3. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu

bersalin dan nifas

4. Perawatan payudara

5. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

D. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-

kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

VI. Kebijaksanaan Pemerintah Bidang Kesehatan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dari tahun ke tahun

meningkat, walaupun saat ini Indonesia masih berada pada ranking 108

dari 187 negara di dunia. Pembangunan manusia pada dasarnya adalah

upaya untuk memanusiakan manusia kembali. Adapun upaya yang dapat

ditempuh harus dipusatkan pada seluruh proses kehidupan manusia itu

sendiri, mulai dari bayi dengan pemberian ASI dan imunisasi hingga lanjut

usia, dengan memberikan jaminan sosial. Kebutuhan-kebutuhan pada


18

setiap tahap kehidupan harus terpenuhi agar dapat mencapai kehidupan

yang lebih bermartabat.

Seluruh proses ini harus ditunjang dengan ketersediaan pangan, air

bersih, sanitasi, energi dan akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan,

jelas Menkes Prof. Dr. dr. Nila F. Moeleok, Sp.M(K) saat Jumpa Pers

Awal Tahun tentang program kerja Kemenkes, di Jakarta (3/2).

Dalam rangka mendorong pembangunan manusia secara

menyeluruh, perlu perhatian pada kesehatan sejak dini atau sejak Balita.

Kita lihat bahwa sangat penting untuk melakukan investasi yang tepat

waktu agar pertumbuhan otak anak sampai usia 5 tahun dapat berjalan

dengan baik, untuk menghindari loss generation, terang Menkes.

Ditegaskan, salah satu ancaman serius terhadap pembangunan kesehatan,

khususnya pada kualitas generasi mendatang, adalah stunting. Dimana

rata-rata angka stunting di Indonesia sebesar 37.2%. Menurut standar

WHO, persentase ini termasuk kategori berat.

Menkes juga mencermati angka kejadian pernikahan dini yang

masih cukup tinggi dan kerentanan remaja pada perilaku seks berisiko

serta HIV/AIDS khususnya pada kelompok usia produktif.

Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada

berbagai penyebab kematian ini baik penyebab langsung maupun tidak

langsung, maupun faktor penyebab yang sebenarnya berada di luar bidang

kesehatan itu sendiri, seperti infrastruktur, ketersedian air bersih,

transportasi, dan nilai-nilai budaya. Faktor-faktor non-kesehatan inilah


19

yang justru memberikan pengaruh besar karena dapat menentukan berhasil

tidaknya  upaya penurunan angka kematian ibu, ungkap Menkes.

Guna mengurangi dampak kesehatan seperti contoh di atas,

Kemenkes menyelenggarakan Program Indonesia Sehat sebagai upaya

mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam

lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Program Indonesia Sehat terdiri atas 1) Paradigma Sehat; 2)

Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer; dan 3) Jaminan Kesehatan

Nasional. Ketiganya akan dilakukan dengan menerapkan pendekatan

continuum of care dan intervensi berbasis risiko  (health risk).

Paradigma sehat menyasar pada 1) penentu kebijakan pada lintas

sektor, untuk  memperhatikan dampak kesehatan dari kebijakan yang

diambil baik di hulu maupun di hilir, 2) Tenaga kesehatan, yang

mengupayakan agar orang sehat tetap sehat atau tidak menjadi sakit, orang

sakit menjadi sehat dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit; 3) Institusi

Kesehatan, yang diharapkan penerapan standar mutu dan standar tarif

dalam pelayanan kepada masyarakat, serta 4) Masyarakat, yang merasa

kesehatan adalah harta berharga yang harus dijaga.

Kementerian Kesehatan akan melakukan penguatan pelayanan

kesehatan untuk tahun 2015-2019. Penguatan dilakukan meliputi 1)

Kesiapan 6.000 Puskesmas di 6 regional; 2) Terbentuknya 14 RS Rujukan

Nasional; serta Terbentuknya 184 RS Rujukan regional.


20

Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di bangun RS

kelas D Pratama dengan kapasitas 50 Tempat Tidur untuk lebih

mendekatkan pelayanan kesehatan rujukan. Pada regional Papua akan

didirikan 13 Rumah Sakit Pratama. Sementara pada Regional Sumatera,

Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi akan didirikan 55

Rumah Sakit Pratama.

Menkes menjelaskan, Kementerian Kesehatan telah melakukan

implementasi e-catalogue pada pengadaan obat dan alat kesehatan di

lingkup Satuan Kerja Pemerintah. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2013

untuk obat, dan awal tahun 2014 untuk alkes. Ini merupakan wujud nyata

tindak lanjut arahan Presiden RI agar pengadaan barang/jasa di lingkup

Pemerintah dilakukan secara elektronik.

A. Kartu Indonesia Sehat (KIS)

KIS yang diluncurkan tanggal 3 November 2014 merupakan wujud

program Indonesia Sehat di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi.

Program ini 1) menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu

untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan

melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh

BPJS Kesehatan; 2) perluasan cakupan PBI termasuk Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Bayi Baru Lahir dari peserta

Penerima PBI; serta 3) Memberikan tambahan Manfaat berupa layanan

preventif, promotif dan deteksi dini dilaksanakan lebih intensif dan

terintegrasi.
21

B. Pertemuan Antar Menteri

Dalam mensinergikan program kesehatan dengan program

pembangunan di kementerian lain, Menteri Kesehatan telah melakukan

beberapa pertemuan dengan Menteri Kebinet Kerja. Pertemuan dilakukan

sejak akhir tahun 2014 dan masih berlangsung hingga saat ini.

Tanggal 23 Desember 2014 Menkes bertemu dengan Mendagri. Ini

merupakan pertemuan pertama antar Menteri Kabinet Kerja. Hasil

pertemuan kedua Menteri adalah Mensosialisasikan JKN melalui asosiasi

kepala daerah; Memperkuat pembekalan teamwork Nakes yang akan

ditempatkan di daerah untuk menyeimbangkan pelayanan promotif-

preventif dan kuratif-rehabilitatif; Memperbanyak Puskesmas Bergerak

untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil; Prioritas pembangunan

Puskesmas di 50 wilayah; Membuat surat edaran kepada kepala daerah

untuk mendukung peraturan pemerintah terkait Standar Pelayanan Mutu

(SPM) bidang kesehatan; dan Integrasi data administrasi kependudukan.

Tanggal 31 Desember 2014 Menkes bertemu dengan Menkominfo.

Hasil pertemuan menyepakati Penguatan SPGDT dengan layanan satu

nomor panggil 119 serta Pelaksanaan assessment oleh Kemenkominfo

terhadap berbagai aplikasi yang ada di Kemenkes.

Pada tanggal 2 Januari 2015 Menkes melakukan rapat koordinasi

dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


22

Transmigrasi. Hasil pertemuan adalah Menyiapkan infrastruktur

pendukung (bangunan fisik, jalan, air bersih, sarana komunikasi); Sistem

keamanan secara khusus untuk wilayah perbatasan terkait dengan

pergerakan manusia, hewan, barang, penyakit; dan Khusus untuk wilayah

transmigrasi baru mempertimbangkan juga bidang usaha kecil yang

terjamin dan sehat.

Tanggal 5 Januari 2015, Menkes bertemu dengan Menteri

Perdagangan. Hasil pertemuan adalah Mempromosikan jamu sebagai

warisan budaya Indonesia baik di dalam negeri maupun luar negeri;

Mendukung perlindungan masyarakat untuk produk makanan import;

Mendukung pengaturan bahan berbahaya untuk makanan dan minuman;

Meningkatkan koordinasi  perdagangan barang dan jasa dalam rangka

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pada tanggal 8 Januari 2015 Menkes melakukan Rapat Koordinasi

dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dengan hasil

yaitu Membangun akses masyarakat ke fasilitas pelayanan Kesehatan

Primer; Meningkatkan pembangunan saranan air bersih dan sanitasi

untuk masyarakat; Membangun perumahan untuk tenaga kesehatan;

Mengintegrasikan  pembangunan kawasan kumuh dengan program

Kesehatan (Air bersih, STBM dan PHBS); dan Target kolaborasi

dilaksanakan dalam 5 tahun ke depan,

Tanggal 27 Januari 2015 Menkes  bertemu dengan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan. Adapun hasil pertemuan adalah Menyusun


23

materi PHBS untuk guru sebagai agent of change; Merevitalisasi Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS); Menghidupkan kembali program Pemberian

Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) melalui gerakan sarapan

pagi; Membangun paket kegiatan rutin anak sekolah berupa Membaca,

Olah raga, menyanyi lagu daerah dan piket membersihkan lingkungan

sekolah; serta Kegiatan akan dimulai dengan tahun ajaran baru

2015/2016: Menyusun peraturan tentang pendirian SMK dan bidang

penjurusannya.

C. Nusantara Sehat (NS)

Sebagai bagian dari penguatan pelayanan kesehatan primer untuk

mewujudkan Indonesia Sehat Kemenkes membentuk program Nusantara

Sehat (NS). Di dalam program ini dilakukan peningkatan jumlah,

sebaran, komposisi dan mutu Nakes berbasis pada tim yang memiliki

latar belakang berbeda mulai dari dokter, perawat dan Nakes lainnya

(pendekatan Team Based). Program NS tidak hanya berfokus pada

kegiatan kuratif tetapi juga pada promitif dan prefentif untuk

mengamankan kesehatan masyarakatdan daerah yang paling

membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita membangun dari pinggiran.

VII. MDGs Dan Upaya Pencapaian Melalui Askep Komunitas

Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25

September 2015 lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah

mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai


24

kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir,

termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan Agenda

Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia.

Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium

(MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang

disepakati dan berlaku bagiseluruh bangsa tanpa terkecuali.

SDGs berisi 17 Tujuan. Salah satu Tujuan adalah Tujuan yang

mengatur tata cara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa

kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka

serta kerja sama kemitraan multi-pihak.

Proses perumusan SDGs berbeda sekali dengan MDGs. SDGs

disusun melaluiproses yang partisipatif, salah satunya melalui survei

Myworld (boks 1). Salah satu perubahan mendasar yang dibawa oleh

SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”.


25

SDGs juga mengandung prinsip yang menekankan kesetaraan

antar–negara dan antar–warga negara. SDGs berlaku untuk semua

(universal) negara–negara anggota PBB, baik negara maju, miskin, dan

negara berkembang (lihat Boks 2, Perbedaan MDGs dan SDGs).

MDGs–2000–2015 SDGs–2015–2030

50 persen 100 persen

Target dan sasarannya adalah separuh: Target dan sasarannya adalah semua,

mengurangi separuh kemiskinan. sepenuhnya dan tuntas

Target yang terlalu minimal.  Mengakhiri kemiskinan

Banyak negara telah terlebih dahulu  100 persen penduduk memiliki

Mencapainya akta

 kelahiran

 memerlukan fokus, untuk

merangkul

 mereka yang terpinggir dan

terjauh.
Dari negara maju, untuk negara Berlaku universal

berkembang SDGs memandang semua negara

MDGs mengandaikan bahwa negara memiliki

miskin dan berkembang yang pekerjaan rumah.

mempunyai Tiap–tiap negara wajib mengatasinya.

pekerjaan rumah. Sementara itu Tiap–tiap negara harus bekerja sama

negara untuk

maju mendukung dengan penyediaan menemukan sumber pembiayaan dan


26

dana. perubahan kebijakan yang

diperlukan.

Dari Atas (top down) Dari Bawah (bottom up) dan

Dokumen MDGs dirumuskan oleh partisipatif

para elite Dokumen SDGs dirumuskan oleh tim

PBB dan OECD, di New York, tanpa bersama, dengan pertemuan tatap

melalui muka di

proses konsultasi atau pertemuan dan lebih dari 100 negara dan survei

survei warga. warga.

Solusi parsial atau tambal sulam Solusi yang menyeluruh

8 Tujuan MDGs sebagian besar hanya Berisi 17 tujuan yang berupaya

mengatasi gejala–gejala kemiskinan merombak

saja struktur dan sistem

Masalah ekologi dan lingkungan  Kesetaraan gender

hidup  Tata pemerintahan

tidak diakui  Perubahan model konsumsi dan


Ketimpangan tidak mendapatkan produksi
perhatian.  Perubahan sistem perpajakan
Demikian halnya dengan soal pajak
 Diakuinya masalah ketimpangan
dan
 Diakuinya masalah perkotaan
pembiayaan pembangunan

Tabel 2.1 Perbedaan antara MDGs dengan SDGs


27

Sumber: Diadaptasi dari Dr. John Coonrod, dalam Kern

Beare,www.feelgood.org. Jan, 2015.

VIII. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas

A. Tahap Pengkajian

Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (2008)

yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi,

nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan, faktor-

faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan

transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial

komunitas ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui

pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara

dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian

dianalisa untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan

seberapa berat yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya

dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan menurut Mueke

(2007), yang terdiri dari :

1. Masalah sehat -  sakit

2. Karakteristik populasi

3. Karakteristik lingkungan
28

C. Tahap Intervensi Keperawatan

Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek,

yaitu primer, sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan

kerjasama (partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan proses

kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan

masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan

kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian

komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut

Rhotman (2008), ada tiga model pendekatan pengorganisasian

komunitas yaitu pendekatan perencanaan sosial (social planning),

pendekatan social action, namun yang dominan adalah dengan

pendekatan locality development yang berarti mengembangkan

masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki,

serta mampu mengurangi hambatan yang ada.

Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development)

dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi

masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi

mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan masalah

kesehatannya sendiri.
29

D. Tahap Implementasi

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus

pada tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 2008).

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum

terjadi sakit.Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan

perlindungan khusus terhadap penyakit.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk

menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek

masa sakit dan tingkat keparahan.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki

lagi (irreversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat

proses penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal,

intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan

cara :

a. Aktifitas atau kegiatan program

b. Pembentukkan kelompok dasawisma


30

E. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap

program kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input),

pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi

pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

1. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.

2. Perkembangan proses apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana

dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah

peserta.

3. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya.

4. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau

masyarakat puas.
31

BAB III

PELAKSANAAN ASKEP KOMUNITAS

I. PENGKAJIAN KESEHATAN KOMUNITAS

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di RW

014 Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, maka

mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep keperawatan

komunitas yang telah dipelajari.

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan

oleh mahasiswa di Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota

Bogor diawali dengan penerimaan mahasiswa oleh Kepala Puskesmas

Pancasan, Bogor, selanjutnya kami diperkenalkan dengan Ketua Kader

RW 014 yang bernama Ibu Sri. Setelah itu kami diajak ke wilayah RW

014.

Mahasiswa juga melakukan pertemuan dan koordinasi dengan

kader posyandu rajawali (RW 014) dalam menyelaraskan program kerja

yang akan dilaksanakan. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga

memberikan asuhan keperawatan keluarga, dan gerontik. Keluarga yang

menjadi sasaran untuk dibina khususnya adalah keluarga dengan risiko

tinggi dan minim perilaku hidup bersih dan sehat.

Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang

dilaporkan meliputi tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan

meliputi persiapan kemasyarakatan dan persiapan tekhnis sedangkan tahap


32

pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi

dan rencana tindak lanjut.

II. TAHAP PERSIAPAN

A. PERSIAPAN MASYARAKAT

Pada tahap awal, kelompok mahasiswa melakukan pertemuan dengan

kepala Desa Pasir Jaya, serta identifikasi petugas puskesmas, tokoh

masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, yang dilaksanakan pada

tanggal 21 Oktober 2019. Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat,

kelompok mahasiswa melakukan pendekatan dan membina hubungan

saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang

tujuan Praktek Keperawatan Komunitas Mahasiswa Program Studi

Profesi NERS STIKes Wijaya Husada Bogor di Posyandu Rajawali

Kelurahan Pasir Jaya

Tanggal 22 Oktober 2019, dilakukan pengumpulan data kepada

beberapa warga pilihan secara random (acak)

B. PERSIAPAN TEKNIS

Dari tanggal 22-25 Oktober 2019, mahasiswa melakukan pengkajian,

terkait keperawatan Komunitas dan keperawatan keluarga, dimana dari

hasil pengkajian terdapat dua masalah kesehatan yang mungkin terjadi di

wilayah RW 014 Desa Pasir Jaya, yaitu masalah Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Keluarga.
33

Pada tanggal 26 Oktober 2019, mahasiswa melakukan observasi dan

wawancara terkait masalah kesehatan yang terjadi di wilayah RW 014

Desa Pasir Jaya. Pada tanggal 28 Oktober s/d 1 November 2019

mahasiswa melakukan penyusunan hasil kuesioner serta mahasiswa

melakukan tabulasi data Quesioner yang telah dibagikan kepada

masyarakat.

Pada tanggal 4 November 2019 mahasiswa melakukan pertemuan

dengan Kader Desa Pasir Jaya untuk berdiskusi masalah apa yang akan di

di diskusikan lebih lanjut saat pelaksanaan MMD (Musyawarah

Masyarakat Desa) dengan para tamu undangan yang telah dipilih.

Pada tanggal 8 November 2019 dilaksanakannya MMD dengan dihadiri

oleh Bapak Ketua RT 1,2,3, dan 4. Bapak ketua RW 014, Ibu-ibu kader

RW014

III. TAHAP PENGKAJIAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Pengkajian Wilayah

1. Riwayat / sejarah terbentuknya Desa

Pada dahulu kala, sekitar tahun 1990 Desa Pasir Jaya hanya

terbentuk sampai 11 RW, RW 014 yang sekarang ada, adalah hasil

pemekaran dari RW 11 pada tahun 2000, akibat terlalu banyak nya

penduduk di RW 11. Saat ini, Desa Pasir Jaya terbentuk ada 15 RW.

2. Luas Wilayah
34

Luas wilayah RW 014 ± sekitar 2 Hektar, termasuk dengan Yayasan

Istiqomah yang ada di sekitar RW 014.

3. Nilai dan Keyakinan

Tidak ada nilai dan keyakinan yang bertentangan dengan

kesehatan.

4. Agama

100% warga di wilayah RW 014 beragama Islam

5. Lingkungan Fisik

Pemukiman warga di wilayah RW 014 tergolong sangat padat

dengan kondisi perumahan yang saling berdempetan. Keadaan rumah

di RW 014 belum tergolong pemukiman rumah sehat, karena masih

banyak rumah yang minim ventilasi. Terdapat banyak ungggas yang

berkeliaran di area pemukiman warga yang mengotori gang dan rumah

warga. Sebagian besar wilayah RW 014 adalah area permukiman.

6. Dimensi Lokasi Binaan

a) Lokasi Pelayanan Kesehatan

1) Tempat Yankes

Tempat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan wilayah

RW 014 adalah Posyandu Rajawali, dan tempat fasilitas

kesehatan RW 014 adalah Puskesmas Pancasan.

2) Jarak Ke Tempat Pelayanan Kesehatan

Jarak dari wilayah RW 014 ke Puskesmas Pancasan kurang

lebih sekitar 5km.


35

3) Cara Mencapai Lokasi Yankes

Cara warga RW 014 mencapai puskesmas Pancasan yaitu dengan

menggunakan sepeda motor,

b) Flora dan Fauna

1) Jenis Tanaman

Jenis tanaman yang terdapat di wilayah RW 014 adalah jenis

tanaman-tanaman yang merambat di sungai seperti, eceng

gondok.

2) Jenis Hewan

Jenis hewan yang terdapat di wilayah RW 014 kebanyakan

adalah hewan ungggas seperti : ayam, bebek, itik, burung,dll.

c) Lingkungan Buatan

1) Sarana Olah Raga

Terdapat lapangan di wilayah RW 014 tepatnya di RT 03 yang

biasa digunakan untuk berolahraga.

2) Sarana Rekreasi

Tidak terdapat sarana rekreasi di wilayah RW 014 Desa Pasir

Jaya

d) Lingkungan Pemukiman

Lingkungan pemukiman di wilayah RW 014 tergolong padat

penduduk.
36

7. Dimensi Populasi

a) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di RW 014 sekitar 1.010 jiwa, dengan mayoritas

di dominasi oleh kaum perempuan

b) Ukuran

Penduduk di RW 02 tersebar di lima wilayah Rukun Tetangga,

Penduduk di RW 03 tersebar di empat wilayah Rukun Tetangga

c) Kepadatan

Jumlah kepala keluarga di wilayah RW 014 adalah 192 KK, dengan

jumlah warga sebanyak 835 jiwa, Jumlah kepala keluarga di

wilayah RW 03 adalah156 KK, dengan jumlah warga sebanyak 624

jiwa

B. PENGUMPULAN DATA

1. WIENSHIELD SURVEY

a. Lingkungan Terbuka Ada, keadaan sempit, jumlah 2 buah.

Pemanfaatan : lapangan parkir, dan lapangan olahraga.

b. Lingkungan umum :

1) Keadaan got disekitar rumah mengalir tidak lancer, dan terbuka

2) Keadaan air yang digunakan masyarakat warna nya jernih, berbau,

dan tidak berasa

3) Pembuangan sampah di RW 014 terbuka dan berserakan serta

dibuang ke sungai
37

4) Ada sumber pencemaran lingkungan, yaitu bau sampah rumah

tangga dan bau kotoran ternak binatang

5) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah warga di RW 014 sebagian besar dindingnya

terbuat dari tembok, lantai dari semen, sebagian pula ada yang

menggunakan keramik. Jendela sebagian besar rumah warga tidak

terdapat fentilasi udara dan tidak ada sumber penerangan (matahari

masuk)

c. Kebiasaan masyarakat

1) Tempat-tempat untuk berkumpul : warung, jalan, dan posyandu

2) Yang sering kumpul-kumpul : ibu-ibu, anak-anak, remaja

3) Waktu kumpul pada jam : siang/sore dan malam

d. Transportasi

1) Cara datang dan pergi dari daerah RW 014 : Mudah

2) Situasi Jalan : cor

3) Kondisi jalan : Baik

4) Alat transportasi : Ada

Jenisnya : sepeda dan motor

e. Pelayanan Kesehatan dan Sosial (fasilitas)

1) Tempat Ibadah : ada

Masjid : 3 buah yang terdapat di Rt 4, rt 1 (2 buah)

Posyandu : 1 buah yang terdapat di wilayah Rt1


38

2) Sekolah

TK/ Madrasah : 2 buah di Rt 2& Rt 1

SD & SMP : 1 Buah di Yayasan

3) Pusat Belanja

Warung : 40 buah warung

Cara mencapai : mudah

4) Pelayanan keamanan

Pos kamling : ada 1 Buah, di Rt 1

5) Fasilitas lain

Bak sampah : tidak ada

WC Umum : 4 buah, keadaan kotor

f. Komunikasi

1) Radio/ TV : ada

2) Papan Pengumuman : ada

2. INTERVIEW
39

3. KUESIONER

a. Data Umum

Diagram 3.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Warga RW 014


40

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
47%
53%

Berdasarkan data diagram 3.1 dapat dilihat bahwa dari 397 jiwa, sebagian

besar Masyarakat berjenis kelamin Laki-laki yaitu 212 orang dengan presentase

47% dan yang berjenis kelamin Perempuan yaitu berjumlah 185 orang (53%)

Diagram 3.2

Distribusi Frekuensi Usia Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


41

Umur Balita
9% 11% Anak-anak
14% Remaja Awal
Remaja Akhir
40% 11% Dewasa
Lansia
14%

Berdasarkan data diagram 3.2 dapat dilihat bahwa dari 397 jiwa, sebagian besar

Masyarakat usia terbanyak pada kategori dewasa yaitu sebanyak 158 orang (40%)

dan paling sedikit pada kategori lansia 37 orang (9%).

Diagram 3.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


42

Pendidikan Terakhir
SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
25%
Tdk/blm sekolah
1% 46%
10%
18%

Berdasarkan data diagram 3.3 dapat dilihat bahwa dari 397 jiwa, sebagian besar

Masyarakat paling banyak berpendidikan SD sebanyak 188 orang (46%) dan

untuk pendidikan paling sedikit pada kategori Perguruan Tinggi yaitu 3 orang

(1%).

Diagram 3.4

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


43

Wiraswasta
Pekerjaan Karyawan Swasta
25% 2% 4% PNS
0%
19% Buruh
Pedagang
3%
IRT
23% 23% Pelajar
Tdk/blm bekerja

Berdasarkan data diagram 3.4 dapat dilihat bahwa dari 397 jiwa, sebagian besar

Masyarakat paling banyak pada kategori tidak/ belum bekerja yaitu sebanyak 98

orang (25%) dan paling sedikit pada kategori pekerjaan PNS yaitu 1 orang (0%).

Diagram 3.5

Distribusi Frekuensi Perokok Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


44

Perokok
Merokok
32% Tidak Merokok
68%

Berdasarkan data diagram 3.5 dapat dilihat bahwa dari 397 jiwa, sebagian besar

Masyarakat paling banyak yang merokok yaitu sebanyak 68 orang (68%) dan

untuk yang tidak merokok sebanyak 32 orang (32%).

Diagram 3.6

Distribusi Frekuensi Sumber Air Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


45

Sumber Air
5%
Sumur gali/jet pump
Mata air
23% Sungai
Lain-lain
72%

Berdasarkan data diagram 3.6 dapat dilihat bahwa dari 100 KK, sebagian besar

Masyarakat menggunakan Sumber Air dari Sumur gali/ jet pump yaitu

sebanyak 72 KK (73%).

Diagram 3.7

Distribusi Frekuensi Pembuangan Sampah Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barta

Kota Bogor Tahun 2019


46

Pembuangan Sampah
9% Bak Sampah
5%
Dikubur
Dibakar
Dibuang Ke
86% Kali/Sungai

Berdasarkan data diagram 3.7 dapat dilihat bahwa dari 100KK, sebagian besar

Masyarakat membuang sampah ke kali/ sungai yaitu 86 KK (86%)

dibandingkan dengan yang membuang sampah ke Bak sampah hanya 9 KK

(9%).

Diagram 3.8

Distribusi Frekuensi Air Minum Warga RW 014

Di Muara Kidul, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat

Kota Bogor Tahun 2019


47

Air Minum Keluarga


Dimasak
Tdk dimasak
45%
55%

Berdasarkan diagram 3.8 Distribusi Frekuensi Air Minum Warga RW 014 di

Muara Kidul, Desa Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dari 100 KK

sebagian besar keluarga meminum air dengan cara di masak terlebih dahulu yaitu

sebanyak 55 KK (55%), sedangkan ada 45 KK (45%) yang menggunakan air

minum tanpa dimasak.

Diagram 3.9

Distribusi Frekuensi Penyakit yang di Derita Warga RW 014

Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

Tahun 2019
48

PENYAKIT 1 TAHUN TERAKHIR


14% 3% 15%
Reumatik
Hipertensi
5%
15% Sesak Nafas
Stroke
Penyakit Kulit
7%
Asam Urat
DM
Lain-lain

29% 12%

Berdasarkan Diagram 3.9 Distribusi Frekuensi Penyakit Yang Diderita Warga

RW 014 Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Tahun 2019 dari

100 KK, ada 29 KK (29%) yang mengalami penyakit Asam Urat, sedangkan 3

KK (3%) hanya mengalami sakit reumatik.

Diagram 3.10

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat RW 014 tentang TB Paru

Di Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

Tahun 2019
49

Sales
15%

TAHU

85%

Berdasarkan diagram 3.10 distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat RW 014

tentang TB Paru, sebagian masyarakat sudah mengetahui tentang TB Paru yaitu

sebanyak 85 KK (85%), dan 15 KK (15%) yang tidak tahu.

Diagram 3.11

Distribusi Frekuensi tempat berobat anggota keluarga yang sakit

Di Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

Tahun 2019
50

Series 1
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30% Series 1
20%
10%
0%

G
AS

TE
TE

TE

UN
KU
M

AK
AK

AK

DU

AR
ES

PR
PR

PR
SK

W
N
PU

I
R

T
TR

DA
TE

BA
AN
K

BI

O
DO

LI
BE
Berdasarkan diagram 3.11 distribusi frekuensi tempat berobat anggota keluarga

yang sakit, dari 100 KK tidak ditemukan warga yang pergi berobat ke praktek

dokter, mantri maupun dukun, sebagian kecil warga saat sakit membeli obat

warung sebanyak 9 KK (9%), sedangkan yang pergi ke bidan praktek sebanyak

11 KK (11%), dan sebagian besar masyarakat pergi berobat ke puskesmas

sebanyak 80 KK (80%).

Diagram 3.12

Distribusi Frekuensi Perantara Sinar Matahari


Masuk Ke Dalam Rumah Pada Warga Rw 014 Desa Pasir Jaya
51

Sales
JENDELA
30% LUBANG ANGIN
35%
PINTU
GENTENG KACA
TIDAK ADA

10% 25%

Berdasarkan diagram 3.12 distribusi frekuensi Perantara Sinar Matahari masuk


Ke Dalam Rumah Pada Warga Rw 014 Desa Pasir Jaya, dari 100 KK tidak
ditemukan warga yang menggunakan genteng kaca untuk mendapatkan sinar
matahari masuk ke rumahnya, namun terdapat 10 KK (10%) sinar matahari
masuk melalui pintu, dan 25 KK (25%) sinar matahari masuk melalui lubang
angin, sedangkan sinar matahari masuk melalui jendela sebanyak 30 KK (30%),
sebagian besar tidak ada sinar matahari yang masuk ke rumah warga yaitu
sebanyak 35 KK (35%).

C. ANALISA DATA

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

V. INTERVENSI KEPERAWATAN
52

VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

VII. EVALUASI KEPERAWATAN

BAB IV

PEMBAHASAN

I. PENGKAJIAN
53

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

V. EVALUASI KEPERAWATAN

BAB V

PENUTUP

I. KESIMPULAN
54

II. REKOMENDASI

DAFTAR PUSTAKA
55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai