Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN STASE KOMUNITAS

DI DESA BUNIPAH KECAMATAN ALUH-ALUH


KABUPATEN BANJAR

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK BUNIPAH

1. ADITYA RAHMAN, S.Kep 6. MAULIDA RAHMAH, S.Kep


2. IBNU RIFALDI, S.Kep 7. NAZILA RAHMATINA, S.Kep
3. MUHAMMAD YAMIN, S.Kep 8. RAHMIDARIANI, S.Kep
4. ARBAINAH, S.Kep 9. RIZKA ADHAINI, S.Kep
5. ERMA FITRIANI, S.Kep 10. SELPI, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS A


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN, 2020

1
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum cita-cita bangsa yang sekaligus
merupakan tujuan nasional Bangsa Indonesia. Tujuan Bangsa Indonesia
tersebut adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012 Tentang


Sistem Kesehatan Nasional Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN
adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala


bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga
Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan
derajat atau status kesehatan penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk mencapai


peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakikat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan.
2

Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan


mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang
kesehatan. Dengan berkembangnya paradigma sehat-sakit, saat ini telah terjadi
pergeseran, antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan
promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-
unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif.
Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
ikut berperan serta secara aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan
secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti
seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah
kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu,
keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diselenggarakan dalam


upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka program
pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu, dengan melalui
pendekatan promotif (peningkatan) kesehatan masyarakat, preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif kesehatan masyarakat,
sehingga Profesi Ners Stase Komunitas akan dapat berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan diharapkan, bila pembangunan kesehatan tersebut
telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan berdasarkan atas Sistem
Kesehatan Nasional (SKN).

Profesi Ners Stase Komunitas merupakan pencerminan dari pelaksanaan Tri


Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian
kepada masyarakat, agar mahasiswa memperoleh pengetahuan secara
komprehensif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan
mahasiswa.
3

Pada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, kegiatan ini harus dilakukan


oleh setiap mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata ajar Keperawatan
Komunitas dan Keluarga dengan pendekatan pelayanan kesehatan utama
(Primary Health Care).

Stase Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan


kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan
kepada keluarga atau kelompok dan masyarakat, bersama-sama dengan upaya
yang dilaksanakan di Puskesmas. Dengan demikian, maka kegiatan komunitas
dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun
Akademik 2019/2020 di wilayah kerja puskesmas dan mengikuti program-
program yang akan dan sedang digarap oleh puskesmas yang bersangkutan.

Stase komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan


dengan individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan
komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas,
juga mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mempunyai
pengalaman belajar dilingkup masyarakat (pedesaan) khususnya dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ditemui selama berada di
lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai salah satu upaya menyiapkan
tenaga perawat profesional serta mempunyai potensi keperawatan secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan
Tahap Profesi Ners A Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok
Bunipah melaksanakan Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas di
Desa Bunipah Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar dengan menggunakan
3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa melakukan


pendataan dengan mendatangi ke rumah-rumah tiap kepala keluarga untuk
mengetahui keluarga dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar
di RT 01 sampai RT 04. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara
memberdayakan kader kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok
pengajian. Dengan pendekatan masing-masing komponen diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan
masyarakat sendiri dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi
terkait dan seluruh komponen kota untuk mengikutsertakan warga dalam upaya
4

pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat


mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan
tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan
perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa


mengidentifikasi populasi dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas
dan Keluarga, mahasiswa dapat memiliki pengalaman dalam
memberikan perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
metode atau pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Praktek rofesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas dan keluarga mahasiswa mampu:
1.2.2.1 Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
1.2.2.2 Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas
berdasarkan diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan
kesehatan utama dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi (ibu, anak, dan usia lanjut).
1.2.2.3 Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
sumber yang ada dan potensial serta menggunakan teknik tepat
guna termasuk melakukan rujukan dan menyusun strategi
pendidikan kesehatan.
1.2.2.4 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan kesehatan
komunitas.
5

1.2.2.5 Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan


hasil yang diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
1.2.2.6 Mampu menjalankan peranannya sebagai anggota tim
kesehatan dan bekerja sama secara efektif dan efisien.

1.3 Kegiatan
1.3.1 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas dimulai dari
tanggal 16 Maret – 20 April 2020.
1.3.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas
dilaksanakan di Desa Bunipah Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten
Banjar.
1.3.3 Kegiatan dan Jadwal Kegiatan
Terlampir

1.4 Manfaat Kegiatan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga ini bagi ners muda, antara lain :
1.4.1.1 Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas dan
keluarga secara nyata kepada masyarakat.
1.4.1.2 Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga.
1.4.1.3 Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat.
1.4.1.4 Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan
hubungan interpersonal.
1.4.2 Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga ini bagi masyarakat, antara lain :
1.4.2.1 Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
1.4.2.2 Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan
menyadari masalah kesehatan serta mengetahui cara
penyelesaian masalah yang dialami masyarakat.
6

1.4.2.3 Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan


mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapat dari Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga ini bagi pihak pendidikan, antara lain:
1.4.3.1 Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di bidang
keperawatan komunitas dan keluarga.
1.4.3.2 Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas dan keluarga
selanjutnya.
1.4.4 Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan
Manfaat yang didapat dari praktek Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas dan Keluarga ini bagi profesi keperawatan, antara lain :
1.4.4.1 Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional,
berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan terutama di lingkup keperawatan komunitas dan
keluarga.
1.4.4.2 Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
dan keluarga sehingga profesi mampu mengembangkannya.
1.4.4.3 Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang
komprehensif telah terwujudkan.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis
menggunakan metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan
Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1.5.1 Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,
tujuan, manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodologi
penulisan.
1.5.2 Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori terdiri
dari : keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan
komunitas, sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas,
kegiatan praktek keperawatan komunitas, prinsip dasar, model
pendekatan dan langkah-langkah proses keperawatan.
1.5.3 Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan
asuhan keperawatan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap
7

persiapan dan tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa


data, penentuan masalah kesehatan (penapisan masalah kesehatan,
prioritas masalah, (planning of action), dan perencanaan kegiatan.
1.5.4 Bab keempat, pembahasan tentang implementasi dan evaluasi kegiatan
1.5.5 Bab kelima, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

1.6 Metodologi Penulisan


Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan
laporan ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung
hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada masyarakat atau komunitas
dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa
data, penapisan masalah, prioritas masalah, planning of action (POA),
perencanaan kegiatan asuhan komunitas, implementasi/pelaksanaan beserta
evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Dengan demikian, pembangunan di bidang kesehatan mempunyai
arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal
dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah


Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang
potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui
perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya
seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara
berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya
menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).

Jadi, Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

8
9

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang


bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai


persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok


khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal
dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan
mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan


dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan
menurut American Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi :

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.


2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi


dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
10

2. Merupakan bidang khusus keperawatan.


3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif
dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
2.2.1.1 Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2.2.1.2 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok,dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami; Menetapkan masalah
kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; Merumuskan serta
memecahkan masalah kesehatan; Menanggulangi masalah kesehatan
yang mereka hadapi; Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah
yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan
dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care); Menanamkan
11

perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan; Lebih spesifik lagi


adalah untuk menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka
kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera; Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi
yang rawan terhadap masalah kesehatan.

2.2.2 Fungsi keperawatan komunitas


2.2.2.1 Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2.2.2.2 Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
2.2.2.3 Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat.
2.2.2.4 Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak,
2006).
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
12

salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah


kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk
di antaranya adalah:
2.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2)
bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5) usia
lanjut.
2.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di
antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular, seperti: TBC,
lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2) penderita
dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
2.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan
obat dan narkoba; 3) kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan
lain-lain.
2.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya
adalah: 1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat
rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial); serta 4) penitipan
balita.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat
13

akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,


kebudayaan, perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:


a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawat yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batuk dll. Perawat
juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya
bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya: perawat melakukan kunjungan rumah, hospice care,
home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan
percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
14

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja


dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang
perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan
perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan


adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif, dan resosiliatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan
memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan :
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
15

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,


puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (Home Nursing).
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin, dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma, dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosiliatif meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
16

kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan


penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.

2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan
wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school
health nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah
binaan kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan.
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai
suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan.
17

2.6 Prinsip Dasar


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan,
dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
2.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep
pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan, di mana
menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang
mengatur teori-teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya, yaitu :
konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan konsep
keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas
diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah
kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi,
ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor
penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan
pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk
merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo,
2003).
2.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh
seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya,
sebab akan berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif
dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan
oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya
18

dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar


belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan
aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999).
Dengan memahami pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan
masyarakat dapat melakukan pendekatan untuk merubah perilaku
masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga,
kelompok, dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), di
mana mereka diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah
kesehatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif
pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka
buat serta menilai hasil yang telah dicapai.

2.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan
memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya
kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh
perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai
bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan
masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan


terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila
pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas
yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach,
sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dilakukan
terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan
melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
19

2.8 Langkah-langkah Proses Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai
berikut :
a. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
b. Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan
saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama,
merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
c. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan
c. Perencanaan atau intervensi
d. Pelaksanaan atau implementasi
e. Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu


dan lebih mendalam.
a. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah :
1. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara, observasi, studi
20

dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data


dalam menghimpun informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, data yang
dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan analisa data untuk
pemecahan masalah.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor


lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan
Mc Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi
demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi
serta rekreasi.

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
Sedangkan data objektif merupakan data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat berupa


data primer atau data sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang
tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan klien, atau
medical record (Wahit, 2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :


1. Wawancara atau anamnesa
21

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk


tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien,
maupun masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
hatau keluarga pasien dan selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa
dicatat dalam format proses keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek
fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis
keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca
indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu
melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang
sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
meraba pada bagian tubuh yang mengalami gangguan), auskultasi
(yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan
denyut jantung, bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi
(adalah cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mengetukkan jari telunjuk atau alat reflex hammer pada bagian tubuh
yang diperiksa).

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data


dengan cara sebagai berikut :
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
 Karakteristik demografi
 Karakteristik geografi
 Karakteristik sosial ekonomi
 Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC Farlene 1988).
22

2. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.


3. Tabulasi data
4. Interpretasi data

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
Tujuan dari analisa data adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respons komunitas
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan


disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut
Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat - sakit; 2)
karakteristik populasi; serta 3) karakteristik lingkungan.

c. Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu,
diperlukan prioritas masalah.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan


keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, di
antaranya adalah :
23

1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan


menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai


dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu
sebagai berikut :

Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai dengan program pemerintah

Diagnosa
Kemungkinan untuk diatasi

Keperawatan
Sumber daya peralatan

Komunitas
Jumlah yang berisiko

Sumber daya tempat


Sumber daya waktu

JUMLAH SKORE
Sumber daya orang
Sumber daya dana
Minat masyarakat
Besarnya risiko
24

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang


lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan
masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah
spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan
nasional dan wilayah setempat; 3) kemampuan dan sumber daya
masyarakat, dan 4) keterlibatan, partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan
emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu
kurun waktu tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan
masalah-masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang
tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
d. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
25

berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan


memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan terjadi (potensial).
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain :
1) masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang dianalisa
dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut :
a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang
meliputi:
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
c. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau
serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu sebagai berikut :
1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua
komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
 Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
 Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
 Partisipasi dan peran serta masyarakat

e. Perencanaan (intervensi) keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
26

terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan


kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun harus
mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai
berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria
yang mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
2. Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
27

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan


masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
 Menggunakan kata kerja yang tepat.
 Dapat dimodifikasikan.
 Bersifat spesifik :
1) Siapa yang melakukannya ?
2) Apa yang dilakukan ?
3) Di mana dilakukan ?
4) Kapan dilakukan ?
5) Bagaimana melakukan ?
6) Frekuensi melakukan ?

f. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan


Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat
kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan
lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan
atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
 Inovatif
28

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan


mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
 Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
 Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun.
 Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten.
 Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in
community.
Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :
 Berdasarkan respons masyarakat.
 Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungannya.
 Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
 Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat
secara essential.
 Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
 Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan.
29

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


1) Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana
dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat
dalam rangka alih peran.
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas :


a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ke tidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.

b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama
sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.

g. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas respons
komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi
30

adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).


Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi
yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu : a)
daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan. Kegiatan
yang dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998 adalah
sebagai berikut :
 Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
 Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
 Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa


evaluasi dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces,
dan output.

Fokus evaluasi adalah :


a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
c) Efisiensi biaya.
d) Efektivitas kerja.
e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa.

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :


Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang
masalah kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat
31

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan


klien dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran
perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien
lebih besar dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan
yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat
problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor
yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
32

yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan


masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

2.9. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang
mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari
konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan
konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan
penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang
bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma


keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengan keperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
33

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang


keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek
sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal
dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
34

1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social


2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah
karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang
yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk
kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan
sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
sosial
BAB 3
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PRAKTEK
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA BUNIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa kelompok Bunipah


Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan Tahap
Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin melaksanakan Praktek
Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga berlangsung mulai
tanggal 16 Maret sampai dengan 20 April 2020 Di Desa Bunipah Kec. Aluh-Aluh
Kab. Banjar Prov.Kalimantan Selatan.

3.1 Tahap Persiapan


Kegiatan praktik keperawatan komunitas dan keluarga diawali dengan
kegiatan penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 16 Maret
2020 di Aula Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Dalam acara serah
terima tersebut mahasiswa mendapatkan penjelasan dari Bapak camat atau
yang mewakili, Pihak Dinas Kesehatan Kab. Banjar dan Pihak Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Selanjutnya mahasiswa
merencanakan acara temu kenal dengan masyarakat.

3.2 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi Desa Bunipah berada di Kecamatan Aluh-Aluh,
Kabupaten Banjar.
Desa Bunipah adalah salah satu dari beberapa Desa yang ada di
wilayah Kecamatan Aluh- Aluh, Kabupaten Banjar. Desa Bunipah
terdiri dari 4 RT. Jumlah Kepala Keluarga Di RT 1 terdapat 89
Kepala Keluarga dan 325 jiwa yang terbagi atas 165 orang laki-laki

35
36

dan 160 orang perempuan, RT 2 terdapat 124 Kepala Keluarga dan


441 jiwa yang terbagi atas 221 orang laki-laki dan 220 orang
perempuan, RT 3 terdiri dari 145 orang Kepala Keluarga dan 427
jiwa yang terbagi atas 223 orang laki-laki dan 204 orang perempuan,
dan di RT 4 terdapat 56 Kepala Keluarga dan 196 jiwa yang terbagi
atas 112 orang laki-laki dan 84 orang perempuan. Total keseluruhan
kepala keluarga RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4 terdapat 414 kepala
keluarga dan memiliki jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari 721
laki-laki dan 668 jiwa perempuan dengan total jiwa keseluruhan
1.389 jiwa. (Profil Desa Bunipah Kecamatan Aluh-Aluh, 2019-
2020)

3.1.2 Tabulasi Data Penduduk yang Terkaji


Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada pengkajian data
dari tanggal 16 Maret sampai 20 April 2020 didapatkan data sebagai
berikut:
Jumlah KK: 414 KK
Jumlah jiwa: 1.389 Jiwa
3.1.2.1 Total Jumlah Warga Per RT
Warga Per RT Jumlah Persentase (%)
RT 1 325 23,4
RT 2 441 31,8
RT 3 427 30,7
RT 4 196 14,1
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk paling banyak
terkaji adalah di RT 2 dengan jumlah penduduk 441 orang
(31,8%). Sedangkan penduduk dengan jumlah sedikit yang
terkaji adalah RT 4 dengan jumlah 196 orang (14,1%).
37

3.1.2.2 Total Penduduk yang Terkaji Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Pria 721 51,9
Wanita 668 48,1
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Bunipah
berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu pria
dengan jumlah 721 orang (51,9%). Sedangkan jumlah
wanita di Desa Bunipah adalah 668 orang (48,1%).

3.1.2.3 Total Berdasarkan Status Perkawinan dari Warga yang


Terkaji

Status perkawinan Jumlah Persentase (%)


Belum menikah 609 43,8
Menikah 679 48,9
Cerai 101 7,3
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Bunipah
berdasarkan status perkawinan terbanyak adalah status
menikah dengan jumlah 679 orang (48,9%). Sedangkan
persentase status perkawinan terendah adalah Cerai dengan
jumlah 101 orang (7,3%)

3.1.2.4 Total Distribusi Warga yang Terkaji Berdasarkan Usia


 Usia Jumlah Persentase (%)
Balita (0-5 tahun) 37 2,7
Anak-anak (6-11 tahun) 117 8,4
Remaja Awal (12-16 tahun) 148 10,7
Remaja Akhir (17-25 tahun) 236 17
Dewasa Awal (26-35 tahun) 236 17
38

Dewasa Akhir (36-45 tahun) 252 18,1


Lansia Awal (46-55 tahun) 209 15
Lansia Akhir (56-65 tahun) 109 7,8
Manula (65 tahun ke atas) 45 3,2
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Bunipah
berdasarkan usia yang terbanyak adalah 36-45 tahun yaitu
252 orang (18,1%). Sedangkan usia paling sedikit balita (0-
5 tahun) adalah 37 orang (2,7%) dengan persentasi
terendah.

3.1.2.5 Total Distribusi Warga yang Terkaji Berdasarkan


Kehamilan
Kehamilan Jumlah Persen (%)
Tidak hamil 1379 99,2
hamil 13 0,9
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk berdasarkan
data kehamilan di Desa Bunipah adalah 13 orang (0,9%).

3.1.2.6 Total Distribusi Warga yang Terkaji Berdasarkan


Pendidikan (Per Jiwa)
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak Sekolah 103 7,5
SD 688 49,5
SLTP 308 22,2
SLTA 238 17,1
Perguruan Tinggi 52 3,7
Total 1389 100
Berdasarkan tabel di atas, distribusi penduduk yang paling
banyak mempunyai pendidikan tingkat SD yaitu 688 orang
(49,5%). Sedangkan penduduk yang berpendidikan dengan
39

jumlah terendah dengan tingkat Perguruan adalah 52 orang


(3,7%).

3.1.2.7 Total Distribusi Warga yang Terkaji Berdasarkan Pekerjaan


(Per Jiwa)
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Petani 197 14,2
Buruh 13 0,9
Nelayan 6 0,4
Wiraswasta/swasta 342 24,6
Pelajar/Maasiswa 350 25,4
TNI/Polri/PNS 16 1,2
IRT 337 24,3
Lainnya 125 9
Total 1389 100
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar penduduk bekerja
sebagai petani yaitu sebesar 197 orang (14,2%). Sedangkan
persentasi pekerjaan terendah adalah Nelayan dengan
Jumlah 6 orang (0,4%).

3.1.2.8 Total Distribusi Warga yang Terkaji Berdasarkan Agama


(Per Jiwa)
No Agama Jumlah Persentase (%)
1 Islam 1389 100
Total 1389 100
Berdasarkan tabel di atas mayoritas agama yang dianut oleh
penduduk Desa Bunipah adalah Islam yaitu sebanyak 1389
orang (100%).
40

3.1.3 Data Kesehatan Penduduk


3.1.3.1 Total Penyakit Tuberkolosis
Diagnosa TB Jumlah Persentasi (%)
Ya 5 1,2
Tidak 409 98,8
Total 414 100
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang
masuk kategori, terdapat 5 orang yang pernah didiagnosis
terkena penyakit TBC (1,2%).

3.1.3.2 Total Minum Obat TB


Minum Obat TB Teratur Jumlah Persentasi (%)
Ya 5 1,2
Tidak 409 98,8
Total 414 100
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang
pernah didiagnosis TB, yang menjalani pengobatan
sebanyak 5 orang (1,2%).

3.1.3.3 Total Riwayat Penyakit Hipertensi


Diagnosis Hipertensi Jumlah Persentasi (%)
Ya 105 25,4
Tidak 309 75,5
Total 414 100
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang pernah
didiagnosis penyakit hipertensi adalah 105 orang (25,4%).

3.1.3.4 Total Gangguan Jiwa


Gangguan Jiwa Jumlah Persentasi (%)
Ya 2 0,5
41

Tidak 412 99,5


Total 414 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Bunipah
yang mengalami gangguan jiwa dengan jumlah 2 orang
(99,5%).

3.1.3.5 Total Minum Obat Jiwa


Minum Obat Jiwa Jumlah Persentasi (%)
Ya 2 0,5
Tidak 412 99,5
Total 414 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Bunipah
tada yang minum obat jiwa dengan jumlah 2 orang (0,5%)

3.1.3.6 Anggota Keluarga Yang Dipasung


Anggota Keluarga Yang Jumlah Persentasi (%)
Dipasung
Ya 0 0
Tidak 414 100
Total 414 100
Berdasarkan data di atas, dari total penduduk di Desa
Buniah tidak ada anggota keluarga yang dipasung.

3.1.3.7 Kartu Jaminan Kesehatan


Kartu Jaminan Kesehatan Jumlah Persentasi (%)
Ya 1389 100
Tidak 0 0
Berdasarkan data di
Total 1389 100
atas, penduduk desa
42

Bunipah semuanya memiliki Kartu Jaminan Kesehatan


yaitu sebanyak 1389 (100%). Tidak ada yang tidak
memiliki Kartu Jaminan Kesehatan

3.1.3.8 Merokok
Merokok Jumlah Persentasi (%)
Ya (Setiap hari,Sering/kadang-kadang) 276 19,9
Tidak (Tidak/Sudah berhenti) 1113 80,1
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang merokok
baik itu setiap hari, sering maupun kadang-kadang sebanyak
276 orang (19,9%). Sedangkan yang tidak merokok
sebanyak 1113 orang (80,1%).

3.1.3.9 Penyakit lainnya


Penyakit lainnya Jumlah Persentase (%)
Sehat 788 95,2
Diabetes Melitus 36 4,3
Asma 4 0,5
Total 828 100
Berdasarkan data di atas, sebagian besar penduduk Bunipah
dalam kondisi sehat dengan jumlah 788 orang (95,2%).
Sedangkan persentasi paling sedikit adalah penyakit asma
dengan jumlah 4 orang (0,5%).

3.1.3.10 Fasilitas Air Bersih dan Jamban Keluarga


a. Sarana Air Bersih
Sarana Air Bersih Jumlah KK Persen (%)
Ya 414 100
Tidak 0 0
Total 414 100
43

Berdasarkan tabel di atas, seluruh masyarakat Desa


Bunipah mengunakan sarana air bersih di lingkungan
rumah yaitu 414 KK (100%).

b. Sumber Air

Sumber Air Jumlah Persentase (%)


PDAM 414 100
Air Sungai 0 0
Total 414 100
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk didesa
Bunipah semuanya menggunakan sumber air PDAM
yaitu sebanyak 323 KK (100%).

c. Jamban Keluarga
Jamban Jumlah Persentase (%)
Ya 1389 100
Tidak 0 0
Total 1389 100

Berdasarkan tabel di atas, dari total jumlah penduduk


1389 jiwa, semua penduduk didesa Bunipah sudah
memiliki jamban keluarga dengan jumlah 1389 (100%)
d. BAB di Jamban
BAB di Jamban Jumlah Persentase (%)
Ya 1389 100
Tidak 0 0
Total 1389 100
Berdasarkan tabel di atas semua penduduk didesa
Bunipah sudah BAB dijamban yaitu sebanyak 1389
orang (100%)

e. Jenis Jamban
44

Jenis Jamban Jumlah Persentase (%)


Closet duduk 0 0
Leer Angsa 414 100
Jamban tradisional (sungai) 0 0
Total 414 100
Berdasarkan tabel di atas, dari total 414 kepala
keluarga semua penduduk didesa Bunipah semua
memiliki jenis jamban leher angsa sebanyak 414
(100%).

3.1.3.11 Data Reproduksi


a. Total Penggunaan Alat Kontrasepsi
Penggunaan Alat Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)
Ya 145 10,5
Tidak 1244 89,6
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas didesa Bunipah yang
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 145 orang
(10,5%). Sedangkan jumlah persentase yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi adalah 1244 orang
(89,6%).

b. Bersalin di Fasilitas Kesehatan

Bersalin Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Persentase (%)


Ya 512 36,9
Tidak 877 63,1
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, seluruh ibu bersalin di
fasilitas kesehatan sebanyak 512 orang (36,9%).

c. Asi Ekslusif (7-23 bulan)


45

Asi Ekslusif (7-23 bulan) Jumlah Persentase (%)


Ya 8 0,6
Tidak 1381 99,4
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas bayi diberikan ASI Ekslusif
yaitu sebanyak 8 orang (0,6%).

d. Imunisasi Lengkap (12-23 bulan)


Imunisasi Lengkap Jumlah Persentase (%)
Ya 8 0,6
Tidak 1381 99,4
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas, jumlah balita yang berumur
12-23 bulan yang imunisasinya lengkap di desa
Bunipah sebanyak 8 orang (0,6%), sedangkan yang
tidak dilakukan imunisasi lengkap 1381 orang (99,4%).

e. Pemantauan Balita (Balita 2-59 bulan)


Pemantauan Balita Jumlah Persentase (%)
Ya 7 0,5
Tidak 1382 99,4
Total 1389 100
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk
yang masuk kategori balita yang dilakukan pemantauan
pertumbuhan sebanyak 7 orang (0,5%)

3.3 Analisa Data


No Data Subyektif Data Objektif Masalah Penyebab
1 1. Saat pengkajian 1. Terdapat 105 Ketidakefektifan Kurang terpapar
ditemukan beberapa orang (25,4%) pemeliharaan informasi mengenai
46

masyarakat yang yang pernah kesehatan penatalaksanaan


mengalami hipertensi terdiagnosis (hipertensi, asam penyakit (hipertensi
dan sebagian hipertensi. urat) dan diabetes melitus)
masyarakat yang lain 2. Dari hasil Domai 1 Kelas 2
mengatakan pernah pendataan (00099)
mengalami hipertensi. didapatkan data
2. Masyarakat mengatakan bahwa jumlah
tidak membatasi untuk penyakit kedua
makanan yang tertinggi pada
dikonsumsi seperti : masyarakat desa
ikan asin Bunipah yaitu
3. Masyarakat mengatakan diabetes melitus
kurang tahu bagaimana sebanyak 36
cara untuk mengontrol orang (8,7%%).
tekanan darah dan
diabetes melitus
4. Sebagian masyarakat
mengatakan tidak rutin
dalam mengontrol
tekanan darahnya.
5. Sebagian masyarakat
mengatakan jarang
memeriksakan kadar
asam uratnya,
2 1. Sebagian besar 1. Dari hasil Perilaku Kurang pemahaman
masyarakat terutama pendataan Kesehatan masyarakat tentang
laki-laki di Desa didapatkan data Cenderung bahaya merokok
Bunipah mengatakan bahwa berisiko masalah
masih tinggi angka yang masyarakat kesehatan
merokok baik setiap perokok
hari, sering maupun sebanyak 276 Domain 1 Kelas 2
kadang-kadang. orang orang (00188)
47

2. Masyarakat mengatakan (19,9%).


bahwa merokok sudah
jadi kebiasaan dalam
mengatasi stress

3.4 Penapisan Masalah


MASALAH
NO A B C D E F G H I J K L Total Prioritas
KESEHATAN
1 Ketidakefektifan 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 42 1
pemeliharaan
kesehatan
(Hipertensi, dan
diabetes melitus)

3 Perilaku Kesehatan 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 41 2
Cenderung berisiko
masalah kesehatan

Keterangan
1. Kriteria Penapisan
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas
B. Jumlah yang berisiko
C. Besarnya risiko
D. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
E. Minat masyarakat
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Sesuai dengan program pemerintah
H. Sumber daya tempat
I. Sumber daya waktu
J. Sumber daya dana
K. Sumber daya peralatan
L. Sumber daya orang
48

2. Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

3.5 Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Hipertensi, dan diabetes
melitus)
2. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko masalah kesehatan

3.6 Planning Of Action (Poa)


Planning Of Action (Poa) Asuhan Komunitas
Di Desa Bunipah
Kecamatan Aluh-Aluh
NO JENIS SASARAN TEMPAT WAKTU Hari /Tanggal/bulan/ PENANGGUNG
KEGIATAN PELAKSANAAN Tahun JAWAB
1 MMD 1 - PLH Pembakal Kantor Balai Jam 14.00 Wita Rabu, 18 Maret 2020 Kelompok
- Seluruh Aparat Desa dan warga
- Seluruh Ketua
RT. 01,02,03,04
- Bhabin Kantib
Mas
- Bhabinsa
- Kader Posyandu
- Kader Pospindu
- Bidan Desa
2 Pengumpulan - Sekretaris Desa Kantor Balai Jam 14.00 Wita Selasa 7 April 2020 Kelompok
Data - Ketua RT. 03,04 Desa
- Aparat Desa
- Bhabin Kantib
Mas
- Bhabinsa
3 Tabulasi 8,9,10 April 2020 Kelompok
4 Penkes tentang - Clinical Teacher Jam 08.30 Wita Senin, 13 April 2020 Kelompok
pencegahan - Sekretaris Desa Online Clinical Teacher
Hipertensi, - Ketua RT
COVID-19 - Sebagian Warga
49

BAB 4
PEMBAHASAN

Praktek Keperawatan komunitas merupakan bagian aplikasi dari keperawatan


komunitas yang diadakan sejak tanggal 16 Maret – 20 April 2020. Praktik
Keperawatan komunitas ini merupakan bagian dari praktek keperawatan yang
memiliki beberapa tahapan proses keperawatan, yaitu proses Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial elkonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan (Mubarak, 2005).
Berdasarkan rencana proses pengkajian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret –
20 April 2020, di desa Bunipah Kecamatan Aluh-aluh RT 01, 02, 03, dan 04,
dengan jumlah kepala keluarga di lingkungan Desa Bunipah Kecamatan
Aluh-aluh yaitu 414 KK. Hasil pengkajian penyakit yang pernah diderita
warga Desa Bunipah Kecamatan Aluh-aluh pada saat dilakukan pengkajian
terbanyak adalah menderita hipertensi dan yang kedua diabetes melitus
Dalam melaksanakan proses pengkajian mahasiswa mendapat beberapa faktor
pendukung dan penghambat, antara lain :
1. Faktor pendukung.
Faktor pendukung dalam tahap pengkajian adanya dukungan dari para
perangkat desa diantaranya kepala desa, ketua RT, sekretaris desa dan
aparatur desa.
50

2. Faktor penghambat.
Dalam tahap pengkajian, kelompok mengalami banyak kendala atau faktor
penghambat karena lagi musim COVID-19, sulitnya meminta data via
online yang terlalu lama dibalas, masih ada yang kurang lengkap, tidak
bisa memastikan data yang diberikan apakah masih sesuai dengan warga
Desa Bunipah atau tidak. Hal tersebut yang membuat mahasiswa kesulitan
untuk melakukan pengkajian.

4.2 Diagnosa keperawatan komunitas


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh
pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang
mungkin timbul kemudian. Jadi, diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa
keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial)
(Mubarak, 2005).
Setelah dilakukan proses pengkajian di Desa Bunipah, mahasiswa
menemukan beberapa masalah kesehatan yaitu :
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (hipertensi, diabetes melitus)
b/d Kurang terpapar informasi mengenai penatalaksanaan penyakit
(hipertensi dan asam urat)
2. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko masalah kesehatan b/d Kurang
pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup sehat.

4.3 Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
51

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan


pasien (Mubarak, 2005). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan
dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk
menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).

Kegiatan yang direncanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul


antara lain:
1. Upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pelaksanaan
pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang masalah yang muncul di
masyarakat : pengajian PKK, pengajian khusus laki-laki, dan pengajian
khusus di RT. 02 dan RT.03
2. Pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu.
3. Penyuluhan kesehatan untuk siswa SD di SDN Bunipah

Dalam proses perencanaan tindakan keperawatan komunitas ini mahasiswa


masih mendapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat antara lain:
1. Faktor pendukung.
Faktor pendukung yang dalam hal ini yaitu kepala Desa, RT, pihak
sekolah, dan bidan desa beserta kader kesehatan, serta masyarakat yang
sangat mendukung akan kegiatan tersebut, serta mau bekerja sama dan
memfasilitasi segala hal yang dibutuhkan mahasiswa demi kelancaran
kegiatan tersebut sehingga mempermudah dalam menentukan waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan tersebut.
2. Faktor penghambat.
Tidak semua warga hadir dalam kegiatan penyuluhan kesehatan terkait
tentang Hipertensi, diabetes melitus dan asma di masyarakat dikarenakan
52

kesibukan, kadang kelelahan setelah seharian bekerja, dan sempat


beberapa acara pengajian terjadi perubahan jadwal.

4.4 Implementasi
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (hipertensi, diabetes melitus) b/d
Kurang terpapar informasi mengenai penatalaksanaan penyakit (hipertensi
dan asam urat)
a. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat
agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi
tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan
perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010).
Penyuluhan kesehatan yang diberikan untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut adalah penyuluhan tentang penyakit hipertensi yang
dilakukan baik pada seluruh warga masyarakat di Desa Bunipah dan
pemeriksaan kesehatan gratis pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan gula darah sewaktu sebagai target keperawatan komunitas.
Penyuluhan tentang beberapa masalah kesehatan tersebut dilaksanakan
di kegiatan pengajian masyarakat.

2. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko masalah kesehatan b/d Kurang


pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
a. Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan penyuluhan tentang masalah perilaku hidup bersih dan
sehat dengan materi tentang cuci tangan 6 langkah yang akan di
sampaikan pada siswa SD kelas 1-6 di SDN Bunipah. Kegiatan ini
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat secara dini serta mencegah terjadinya penularan
penyakit melalui tangan
53

4.5 Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses
dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan bersama dengan warga
tidak bisa dilaksanakan semua. Semua kegiatan tidak dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disusun karena adanya himbauan Mahasiswa
yang sedang dinas didesa maka ditarik ke kota karena bersamanya terjadi
pandemi COVID-19 dilakukan lockdwon untuk mengisolasikan diri masing-
masing.

Berikut evaluasi untuk tiap diagnosa keperawatan Komunitas :


a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (hipertensi, diabetes melitus)
b/d Kurang terpapar informasi mengenai penatalaksanaan penyakit
(hipertensi dan asam urat)
1) Evaluasi struktur :
- Rencana penyuluhan terlaksana via online dengan Clinical
Teacher
- Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan 3 hari
sebelum persiapan pelaksanaan kegiatan
- Kegiatan penyuluhan dilaksanakan via online
2) Evaluasi proses :
- Acara bejalan lancar
- 85% peserta yang aktif bertanya terhadap materi penyuluhan.
- Penyuluhan dilaksanakan via online
54

3) Evaluasi hasil :
- Dalam melakukan pendidikan kesehatan gunakan bahasa yang
mudah dimengerti warga

b. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko masalah kesehatan b/d Kurang


pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat
1) Evaluasi struktur :
- Rencana penyuluhan tidak terlaksana
- Materi, leaflet, dan video tidak tersedia
- Rencana kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan siswa
SDN Bunipah
BAB 5
PENUTUP

4
5
5.1 Kesimpulan
Praktek klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada tanggal 16
Maret sampai dengan 20 April 2020 merupakan salah satu program profesi
untuk menghasilkan tenaga perawat yang profesional sesuai dengan
kompetensi yang ditentukan. Sebagai aplikasi nyata dari konsep
keperawatan komunitas, diberikan asuhan keperawatan komunitas kepada
masyarakat Desa Bunipah Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan.
Setelah melakukan asuhan keperawatan komunitas dari 414 kepala keluarga
yang memiliki riwayat penyakit hipertensi 105 orang (25,4%). Oleh karena
itu kami melakukan beberapa hal seperti penyuluhan kesehatan dengan cara
via online yang mengundang clincal teacher, sekretaris desa, aparatur desa,
bhabinsa, bhabinkantib mas, bidan desa, tetapi yang hadir hanya clinical
teacher.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahap, yaitu pengkajian,
perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan secara integral dan
komprehensif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal
masalah kesehatanya dan mampu menciptakan berbagai alternatif dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
Dari keempat tahapan tersebut dapat hanya pengkajian dan perencanaan
yang dapat dilakukan oleh mahasiswa kelompok Desa Bunipah Kecamatan
Aluh-aluh Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam
pelaksanaanya tidak pernah lepas dari aral dan rintangan, akan tetapi hal
tersebut dapat diatasi dengan baik tanpa mengganggu aktivitas. Secara
umum tingkat keberhasilan praktek klinik keperawatan komunitas adalah
85%.

5.2 Saran
5.2.1 Pihak Puskesmas Kecamatan Aluh-Aluh
5.2.1.1 Diaharapkan lebih meningkatkan pembinaan terhadap
kelompok-kelompok yang terdapat dimasyarakat

65
66

khususnya dibidang kesehatan, sehingga apa yang menjadi


upaya Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya dapat tercapai dengan baik.
5.2.1.2 Terbukanya kerjasama yang lebih lanjut dengan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

5.2.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar


Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Kecamatan Aluh-Aluh
agar lebih meningkatkan dan memberikan arahan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat, khususnya
masyarakat Desa Bunipah serta penatalaksanaan terhadap penyakit-
penyakit yang diderita oleh masyarakat khususunya di Desa
Bunipah.

5.2.3 Masyarakat
Disarankan agar masyarakat rutin dalam memeriksakan
kesehatannya serta menjaga lingkungan agar tetap bersih.

5.2.4 Pihak Pendidikan


5.2.4.1 Dalam proses persiapan memasuki program praktek klinik
keperawatan komunitas yang dibekalkan kepada
mahasiswa hendaknya terstruktur dan mengintegrasikan
keseluruh konsep keperawatan klinik dengan kondisi
lapangan, sehingga didapatkan kesamaan ide, pendapat,
kesepakatan dan persepsi menuju peningkatan efektifitas
pelaksanaan praktik-praktik dilapangan
5.2.4.2 Untuk meningkatkan, memperluas dan mempermudah
hubungan instansi yang terkait praktik klinik keperawatan
komunitas dengan mahasiswa, diharapkan adanya
kerjasama antara pendidikan dengan instansi terkait, baik
berupa kontrak waktu atau dalam bentuk yang lain
67

5.2.5 Mahasiswa Profesi Keperawatan Ners selanjutnya


5.2.5.1 Bekali diri anda dengan konsep keperawatan komunitas
dan keluarga, proses pengorganisasian masyarakat, tehnik
komunikasi dan interaksi sosial
5.2.5.2 Pertahankan kebersamaan dan kerjasama baik antar
anggota kelompok sebagaimana yang telah kami lakukan,
sebab itu modal utama keberhasilan kita
5.2.5.3 Tunjukan profesionalisme kita sebagai perawat sehingga
memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. Wahit Iqbal (2005), Pengantar Keperawatan Komunitas 1, Jakarta :


Sagung Seto

Mubarak. Wahit Iqbal (2013), Ilmu Keperawatan Komunitas , Jakarta :


Sagung Seto

Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi (2009), Ilmu
Keperawatan Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi, Jakarta :
Salemba Medika

Naomi. E. Ervin (2014), Advanced Community Helth Nursing Practice:


Population-Focused Care, New Jersey: Pearson Education Inc

Nasrul Effendi (2011), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Palestin. Bondan (2015), Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam


Pengembangan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd 2008 from
http://bondankomunitas.blogspot.com/2007/01/model-kemitra an-
keperawatan-komunitas_ 10. html

Banjarmasin, 16 April 2020

Preseptor Akademik Preseptor Akademik

Lukman Harun, Ns.,M.Imun Roly Marwan Mathuridy, Ns.,M.Kep

68

Anda mungkin juga menyukai