Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum cita-cita bangsa yang sekaligus
merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan bangsa Indonesia
tersebut adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012 Tentang


Sistem Kesehatan Nasional Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala


bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai


peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakikat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut
serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan


mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang
kesehatan. Dengan berkembangnya paradigma sehat-sakit, saat ini telah
terjadi pergeseran, antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek


pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diselenggarakan dalam


upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka program
pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu, dengan melalui
pendekatan promotif (peningkatan) kesehatan masyarakat, preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif kesehatan masyarakat,
sehingga Profesi Ners Stage Komunitas akan dapat berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan diharapkan, bila pembangunan kesehatan tersebut
telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan berdasarkan atas Sistem
Kesehatan Nasional (SKN).

Profesi Ners Stage Komunitas merupakan pencerminan dari pelaksanaan Tri


Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan suatu bentuk kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, agar mahasiswa memperoleh pengetahuan
secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan
mahasiswa.

Pada Sekolah Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kegiatan ini harus


dilakukan oleh setiap mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata ajaran
Keperawatan Komunitas dengan pendekatan pelayanan kesehatan utama
(Primary Health Care).

Stase Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan


kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan
kepada keluarga atau kelompok dan masyarakat, bersama-sama dengan
upaya yang dilaksanakan di Puskesmas. Dengan demikian, maka kegiatan
komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Tahun Akademik 2023/2024 dan di wilayah kerja puskesmas
dan mengikuti program-program yang akan dan sedang digarap oleh
puskesmas yang bersangkutan.

Melalui Stage komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan


kemampuan dengan individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan
kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan
keperawatan komunitas, juga mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan
diharapkan mempunyai pengalaman belajar di lingkup masyarakat
(pedesaan) khususnya dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang
ditemui selama berada di lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional serta mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 1 Sungai Lulut melaksanakan
Praktek di Desa Sungai Rangas Ulu RT.01, 02 dan 03 Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Martapura Barat dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan kelompok dan masyarakat.

Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara memberdayakan kader


kesehatan dan mendaya gunakan kelompok pengajian. Dengan pendekatan
masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri
dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi terkait dan seluruh
komponen kota untuk mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan
dan peningkatan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan
kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan
perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa


mengidentifikasi populasi dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan,
dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses
keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang
ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas,
mahasiswa dapat memiliki pengalaman dalam memberikan
perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan metode atau
pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas,
mahasiswa mampu:
1.2.2.1 Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
1.2.2.2 Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas
berdasarkan diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan
kesehatan utama dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi (ibu, anak, dan usia lanjut).
1.2.2.3 Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
sumber yang ada dan potensial serta menggunakan teknik
tepat guna termasuk melakukan rujukan dan menyusun
strategi pendidikan kesehatan.
1.2.2.4 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan kesehatan
komunitas.
1.2.2.5 Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan
berdasarkan hasil yang diharapkan atau kriteria yang telah
ditetapkan.
1.2.2.6 Menghayati peranannya sebagai anggota tim kesehatan dan
bekerja sama secara efektif dan efisien.

1.3 KEGIATAN
1.3.1 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Profesi Ners Stase Komunitas dimulai dari tanggal 26
Maret 2024 – 23 April 2024.

1.3.2 Lokasi Kegiatan


Kegiatan dilaksanakan di Desa Sungai Rangas Ulu RT 01, 02 dan
03.
1.3.3 Kegiatan dan Jadwal kegiatan terlampir.

1.4 MANFAAT KEGIATAN


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi mahasiswa, antara lain :
1.4.1.1 Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas
secara nyata kepada masyarakat.
1.4.1.2 Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan
asuhan keperawatan komunitas.
1.4.1.3 Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat.
1.4.1.4 Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian,
dan hubungan interpersonal.
1.4.2 Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi masyarakat, antara lain :
1.4.2.1 Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan
aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
1.4.2.2 Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan
menyadari masalah kesehatan serta mengetahui cara
penyelesaian masalah yang dialami masyarakat.
1.4.2.3 Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya
dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan
tersebut.
1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi pihak pendidikan, antara
lain:
1.4.3.1 Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di
bidang keperawatan komunitas.
1.4.3.2 Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
pengembangan model praktek keperawatan komunitas
selanjutnya.
1.4.4 Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi profesi keperawatan,
antara lain :
1.4.4.1 Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional,
berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang
telah ditentukan terutama di lingkup keperawatan
komunitas.
1.4.4.2 Memberikan suatu model baru dalam keperawatan
komunitas sehingga profesi mampu mengembangkannya.
1.4.4.3 Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang
komprehensif telah terwujudkan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis
menggunakan metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan
Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1.5.1 Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar
belakang, tujuan, manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan
metodologi penulisan.
1.5.2 Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori
terdiri dari : keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi
keperawatan komunitas, sasaran, ruang lingkup perawatan
kesehatan komunitas, kegiatan praktek keperawatan komunitas,
prinsip dasar, model pendekatan dan langkah-langkah proses
keperawatan.
1.5.3 Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan
asuhan keperawatan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian,
analisa data, penentuan masalah kesehatan (penapisan masalah
kesehatan, prioritas masalah, planning of action), perencanaan
kegiatan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.6 METODOLOGI PENULISAN


Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan
laporan ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung
hasil asuhan keperawatan dan kebidanan yang dilaksanakan pada
masyarakat atau komunitas dengan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi: pengkajian, analisa data, penapisan masalah, prioritas masalah,
planning of action (POA), perencanaan kegiatan asuhan komunitas,
implementasi/ pelaksanaan beserta evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dengan demikian, pembangunan dibidang
kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah


Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses
pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel
dan Fuerst, 1979). Jadi, proses keperawatan komunitas adalah metode
asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, dinamis, sistematis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan penentuan
masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan (Wahit, 2005).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok


khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal
dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu
dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan


kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas. Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA, 1980)
didasarkan pada asumsi:
2.1.1 Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2.1.2 Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan
komponen pelayanan kesehatan.
2.1.3 Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana
hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
2.1.4 Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi


dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
2.1.5 Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2.1.6 Merupakan bidang khusus keperawatan.
2.1.7 Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
2.1.8 Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
2.1.9 Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif
rehabilitatif dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya
preventif dan promotif.
2.1.10 Melibatkan partisipasi masyarakat.
2.1.11 Bekerja secara tim.
2.1.12 Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
2.1.13 Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
2.1.14 Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

2.2 TUJUAN DAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


2.2.1 Tujuan
2.2.1.1 Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar
dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
2.2.1.2 Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan
prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang
mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan atau keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya
pendidikan kesehatan.
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi
puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi,
ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang
rawan terhadap masalah kesehatan.
2.2.2 Fungsi
2.2.2.1 Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis
dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2.2.2.2 Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di
bidang kesehatan.
2.2.2.3 Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien
serta melibatkan peran serta masyarakat.
2.2.2.4 Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahannya atau kebutuhannya
sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang
cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhannya.

2.3 SASARAN
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan
tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk di antaranya adalah:
2.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai
akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1)
ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia
sekolah; serta 5) usia lanjut.
2.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
di antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular,
seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan
lainnya; 2) penderita dengan penyakit tidak menular,
seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner,
cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
2.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit,
di antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok
penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-
kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
2.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di
antaranya adalah: 1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3)
pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial);
serta 4) penitipan balita.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja
sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik, maupun
kesehatan khususnya.

2.4 RUANG LINGKUP PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosiliatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan
memberikan:
2.4.1.1 Penyuluhan kesehatan
2.4.1.2 Peningkatan gizi
2.4.1.3 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
2.4.1.4 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
2.4.1.5 Olahraga secara teratur
2.4.1.6 Rekreasi
2.4.1.7 Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan :
2.4.2.1 Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
2.4.2.2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
2.4.2.3 Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas, ataupun di rumah.
2.4.2.4 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan
menyusui.
2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan :
2.4.3.1 Perawatan orang sakit di rumah (Home Nursing).
2.4.3.2 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan
dari puskesmas dan rumah sakit.
2.4.3.3 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah,
ibu bersalin, dan nifas.
2.4.3.4 Perawatan payudara.
2.4.3.5 Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan :
2.4.4.1 Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik
seperti penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan
bawaan.
2.4.4.2 Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita
penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan
batuk; penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga,
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu,
upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kebali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita.
Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.5 KEGIATAN PRAKTEK KEPERAWATAN KOMUNITAS


Kegiatan praktek keperawatan komunitasyang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di
sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di
polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan.
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses
keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan.
2.6 PRINSIP DASAR
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan,
dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
2.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep
pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana
menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan
yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya,
yaitu: konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan
konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam
komunitas diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya
masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu
epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut
diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk
juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
Posyandu, dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan
pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan
masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).

2.6.3 Ilmu sosial


Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh
seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya,
sebab akan berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan
edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini
bisa dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran,
dan fungsinya dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan
berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi,
norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan
ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif
dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat
sehingga menuju kemandirian (self care), di mana mereka
diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan
yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif
pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang
mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.

2.7 MODEL PENDEKATAN


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yangditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan
upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi
oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan
sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai
perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan


terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila
pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas
diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.8 LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN


Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai
berikut:
2.8.1 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes
RI).
2.8.2 Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina
hubungan saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan
bersama, merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
2.8.3 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah:
2.8.4 Pengkajian
2.8.5 Diagnosis keperawatan
2.8.6 Perencanaan atau intervensi
2.8.7 Pelaksanaan atau implementasi
2.8.8 Evaluasi atau penilaian
Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu
persatu dan lebih mendalam.
1. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah:
a. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara,
observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi, sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi,
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan
analisa data untuk pemecahan masalah.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson
dan Mc Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi
demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi
serta rekreasi.

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
Sedangkan data objektif merupakan data yang diperoleh melalui
suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat


berupa data primer atau data sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber yang tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat
kesehatan klien, atau medical record (Wahit, 2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:


1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien, maupun masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan
dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien dan selanjutnya
hasil wawancara atau anmnesa dicatat dalam format proses
keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi
aspek fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan
diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format
proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu
melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga
yang sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan), auskultasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat
bantu untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara
paru, dan sebagainya), dan perkusi (adalah cara pemeriksaan fisik
yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau alat
reflexhammer pada bagian tubuh yang diperiksa).
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
(1) Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
a. Karakteristik demografi
b. Karakteristik geografi
c. Karakteristik sosial ekonomi
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC
Farlene 1988).
(2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.
(3) Tabulasi data
(4) Interpretasi data
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai
berikut:
(1) Menetapkan kebutuhan komunitas
(2) Menetapkan kekuatan
(3) Mengidentifikasi pola respons komunitas
(4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stresor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: 1)
masalah sehat-sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3) karakteristik
lingkungan.
c. Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi
sekaligus. Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah.
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai
kriteria, di antaranya adalah:
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas
sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam
keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Mueke,
dengan format yaitu sebagai berikut:
Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan


Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai dengan program pemerintah


Diagnosa

Kemungkinan untuk diatasi


Keperawatan

Sumber daya peralatan


Komunitas
Jumlah yang berisiko

JUMLAH SKORE
Sumber daya tempat
Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Sumber daya dana
Minat masyarakat
Besarnya risiko

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih


dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan,
partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada
suatu kurun waktu tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya, sumber
daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Effendi Nasrul, 1995).
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah
yang diperoleh pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial
adalah masalah yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan
ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis
keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin
akan terjadi (potensial). Dasar penentuan masalah keperawatan
kesehatan masyarakat antara lain : 1) masalah yang ditetapkan dari data
umum; b) masalah yang dianalisa dari kesenjangan pelayanan
kesehatan. Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu
sebagai berikut :

a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang
meliputi :
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3) Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau
serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu sebagai berikut :
1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung
dua komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat
3. Perencanaan (intervensi) keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun harus
mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai
berikut:
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria
yang mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya
mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang
tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan kata kerja yang tepat.
2. Dapat dimodifikasikan.
3. Bersifat spesifik :
1) Siapa yang melakukannya ?
2) Apa yang dilakukan ?
3) Di mana dilakukan ?
4) Kapan dilakukan ?
5) Bagaimana melakukan ?
6) Frekuensi melakukan ?
4. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan
anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan
keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi
tercapainya rencana program yang telah disusun.
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in
community.
Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :
a. Berdasarkan respons masyarakat.
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungannya.
d. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
e. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat
secara essential.
f. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan
prasarana dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
b. Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat
dalam rangka alih peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan
didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas :


a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki
sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang
telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas
respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir
(output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4
dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian
yaitu : a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan.
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998
adalah sebagai berikut :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input,
procces, dan output.
Fokus evaluasi adalah :
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
c) Efisiensi biaya.
d) Efektivitas kerja.
e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
jangka waktu berapa.

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang


masalah kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat
: Peran

Perawat

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan


klien dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran
perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien
lebih besar dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan
keperawatan yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses
keperawatan.

Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :


1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan
faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab
tidak tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.

BAB 3
LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS DALAM PRAKTIK
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DESA SUNGAI RANGAS ULU
RT. 01, 02 DAN 03, KECAMATAN MARTAPURA BARAT

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Barat
UPT Puskesmas Sungai Tabuk 3 berada pada wilayah Kecamatan
Sungai Tabuk yang berletak di Jalan Desa Sungai Bakung RT 01,
dengan Batasan wilayah kerja sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Terminal Kota Banjarmasin
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lok
Baintan
- Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kota Banjarmsain, dan
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Sungai
Tabuk.
Luas wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3 ±181,4 Ha terdiri
dari 2 Desa dan 1 Kelurahan, 34 RT, Sebagian besar terdiri atas
perairan dan dataran rendah rawa, lokasi terdekat dapat ditempuh 0-5
menit sedangkan lokasi terjauh antara 10-30 menit.

Untuk mencapai sarana pelayanan Kesehatan masyarakat dapat


menggunakan kendaraan roda dua maupun perahu bermotor
3.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Sungai Tabuk 3
3.1.2.1 Visi
Mewujudkan derajat Kesehatan masyarakat yang optimal
diwilayah kerja Kecamatan Sungai Tabuk.
3.1.2.2 Misi
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat diwilayah kerja Kecamatan Sungai Tabuk.
b. Meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan diwilayah
kerja Kecamatan Sungai Tabuk.
c. Mewujudkan Puskesmas yang terakreditasi diwilayah
kerja Kecamatan Sungai Tabuk.
d. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat diwilayah kerja Kecamatan Sungai Tabuk.
3.1.3 Ketenagaan Puskesmas
3.1.3.1 Tenaga Formal
Jumlah tenaga pelayanan yang ada di Puskesmas Sungai
Tabuk tahun 2020 pada saat ini sesuai dengan dasar
Pendidikan adalah sebagai berikut :
Jenis Tenaga Jumlah
S2 Kesehatan 1 Orang
Dokter Umum 3 Orang
Dokter Gigi 1 Orang
Sarjana Keperawatan 2 Orang
Sarjana Kesehatan Masyarakat 4 Orang
Sarjana Farmasi 1 Orang
D IV Kebidanan 3 Orang
D III Perawat 6 Orang
D III Perawat Gigi 2 Orang
D IV Kebidanan/Bides 4/4 Orang
D III Analis Kesehatan 1 Orang
D III Akuntansi 1 Orang
D III Farmasi 1 Orang
D III Gizi 2 Orang
S 1 Gizi 1 Orang
D IV Kesling 1 Orang
SLTA 4 Orang

Klasifikasi tenaga formal yang ada di UPT Puskesmas Sungai Tabuk


3 adalah sebagai berikut :
3.1.3.2 29 orang Pegawai Negeri Sipil (91,89%)
3.1.3.3 13 orang tenaga Kontrak atau Honor Daerah (8,11%)
3.1.4 Tabulasi Data Penduduk
Setelah dilakukan wawancara dan observasi di Desa Sungai Rangas
Ulu RT 01, 02 dan 03 didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah KK dan Jumlah Jiwa di Desa Sungai Rangas Ulu
Jenis Kelamin
RT Jumlah KK Jumlah Jiwa
L P
01 215 355 357 712
02 208 315 284 599
03 225 318 302 620
JUMLAH TOTAL 648 988 943 1931

3.1.4.1 Total jumlah Kepala Keluarga Per RT


Tabel 3.2 Jumlah Kepala Keluarga Per RT
KK per RT Jumlah Persen (%) Total Persen (%)
Berdasarkan data
01 215 100
di atas, jumlah
02 208 100
Kepala Keluarga
03 225 100
di Desa Sungai
Rangas Ulu RT 01 dengan jumlah total KK 215 ( 100%) dan yang berhasil dikaji
……… Jumlah Kepala Keluarga di Desa Sungai Rangas Ulu RT 02 dengan
jumlah total KK 208 ( 100%) dan yang berhasil dikaji ……… Dan di Desa
Sungai Rangas Ulu RT 03 dengan jumlah total KK 225 ( 100%) dan yang
berhasil dikaji ………

3.1.4.2 Total jumlah penduduk Per RT


Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Per RT
Penduduk per
Jumlah Persen (%) Total Persen (%)
RT
01 712 100
02 599 100
03 620 100

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Sungai


Rangas Ulu RT 01 dengan jumlah total KK 215 ( 100%) dan
yang berhasil dikaji ……… Jumlah penduduk di Desa Sungai
Rangas Ulu RT 02 dengan jumlah total KK 208 ( 100%) dan
yang berhasil dikaji ……… Dan di Desa Sungai Rangas Ulu
RT 03 dengan jumlah total penduduk 225 ( 100%) dan yang
berhasil dikaji ………

3.1.4.3 Hubungan Dengan Anggota Keluarga


Tabel 3.4 Hubungan Dengan Anggota Keluarga
Hubungan Anggota keluarga Jumlah Persen (%)
Kepala RT
Suami/Istri
Anak
Cucu
Orangtua
Family lain
Total

Berdasarkan data diatas jumlah warga berdasarkan hubungan


dengan anggota keluarga adalah Kepala RT 86 orang
(29,1%), Suami/istri berjumlah 71 orang (24,0%), Anak
berjumlah 129 orang (43,6%), Cucu berjumlah 3 orang (1%),
orangtua berjumlah 6 orang (2%), dan family lainnya 1 orang
(0,3%).

3.1.4.4 Total distribusi berdasarkan umur


Tabel 3.5 Distribusi Berdasarkan Umur
Usia Jumlah Persen (%)
Balita 0-5 tahun
Anak-anak 6-11 tahun
Remaja awal 12-16 tahun
Remaja Akhir 17-25 tahun
Dewasa awal 26-35 tahun
Dewasa akhir 36-45 tahun
Lansia awal 46-55 tahun
Lansia akhir 56-65 tahun
Manula > 65 tahun
Total

Berdasarkan data diatas jumlah warga berdasarkan usia


adalah Balita 28 orang (9,5%), Anak-anak 29 orang (9,8%),
remaja awal 35 orang (11,8%), remaja akhir 36 orang
(12,2%), dewasa awal 43 orang (14,5%), dewasa akhir 58
orang (19,6%), lansia awal 32 orang (10,8%), lansia akhir 26
orang (8,8%), dan manula < 65 tahun berjumlah 9 orang
(3,0%).
3.1.4.5 Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Pria
Wanita
Total

Berdasarkan data di atas, jumlah warga di Desa Karya Tani


RT 01 berdasarkan jenis kelamin adalah pria dengan jumlah
148 orang (50%), dan jumlah wanita adalah 148 orang (50%).
3.1.4.6 Berdasarkan status perkawinan
Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status
Perkawinan
Status Jumlah Persen (%)
Kawin
Belum kawin
Cerai hidup
Cerai mati
Total
Berdasarkan data di atas, jumlah warga berdasarkan status
perkawinan terbanyak adalah status kawin jumlah 151orang
(51,0%), Sedangkan status belum kawin adalah 125 orang
(42,2%), dan status Cerai Hidup dengan jumlah 11 orang
(3,7%), sedangkan status cerai mati dengan jumlah 9 orang
(3,0%).
3.1.4.7 Berdasarkan kehamilan
Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Dengan Kehamilan
Sedang hamil Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data diatas, jumlah warga yang sedang hamil di


Desa Karya Tani RT 01 adalah berjumlah 1 orang (1,4%),
sedangkan wanita yang tidak sedang hamil pada usia subur
sebanyak 69 orang (98,6%).
3.1.4.8 Distribusi warga berdasarkan agama
Tabel 3.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Persen (%)
Islam 295 99,7%
Total 296 100%

Berdasarkan data diatas jumlah warga di Desa Karya Tani RT


01 berdasarkan agama adalah, beragama islam berjumlah 295
orang (99,7%), sedangkan beragama Kristen berjumlah 1
orang (0,3%).

3.1.4.9 Distribusi warga berdasarkan Pendidikan


Tabel 3.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Pendidikan Jumlah Persen (%)
Tidak tamat sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
Tamat SLTP/MTS
Tamat SLTA/MA
Tamat D1/D2/D3
Tamat PT
Total

Berdasarkan data diatas jumlah warga berdasarkan


pendidikan adalah tidak tamat sekolah berjumlah 38 orang
(12,8%), tidak tamat SD/MI berjumlah 50 orang (16,9%),
tamat SD berjumlah 75 orang (25,3%), tamat SLTP/MTS
berjumlah 57 orang (19,3%). Tamat SLTA/MA berjumlah 73
orang (24%), tamat D1/D2/D3 berjumlah 2 orang (0,7%),
sedangkan tamat perguruan tinggi berjumlah 1 orang (0,3%).
3.1.4.10 Distribusi warga berdasarkan pekerjaan
Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persen (%)
Tidak bekerja
Sekolah
Wiraswasta/swasta
Petani
Buruh
PNS
Lainnya
Total

Berdasarkan data diatas, jumlah warga berdasarkan pekerjaan


adalah tidak bekerja berjumlah 118 orang (39,9%), sedangkan
sekolah berjumlah 55 orang (18,6%), dan wiraswasta
berjumlah 51 orang (17,2%), dan petani berjumlah 43 orang
(14,5%), serta buruh berjumlah 29 orang (9,8%).
3.1.4.11 Data Kesehatan Penduduk
1) Total Penyakit Tuberkulosis
Tabel 3.10 Total Penderita Tuberkulosis
Diagnosis TB Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan data Ya
di atas dari total Tidak

jumlah penduduk Total

yang masuk kategori terdiagnosis terkena penyakit tuberkulosis yaitu 1 orang


(0,3%) sedangkan untuk jumlah orang yang tidak didiagnosis terkena penyakit
tuberkulosis berjumlah 295 orang (99,7%).
2) Total Minum Obat TB Teratur
Tabel 3.11 Total Penderita Tuberkulosis yang Minum Obat
Teratur
Teratur minum obat TB Jumlah Persentase (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, dari total jumlah penduduk yang


terdiagnosis terkana penyakit tuberkulosis dengan minum
obat dengan teratur berjumlah yaitu 1 orang (100%)
sedangkan untuk jumlah orang yang tidak didiagnosis
terkena penyakit tuberkulosis dengan tidak minum obat TB
teratur berjumlah 0 orang (0%).
3) Total Gejala Tb
Tabel 3.11 Penduduk yang Memiliki Gejala TB
Bergejala TB Jumlah Persentase (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang


masuk kategori memiliki gejala TB seperti Batuk berdahak
> 2 minggu disertai 1 atau lebih dari satu gejala: dahak
bercampur darah, berat badan menurun, berkeringat
malam hari berjumlah 3 orang (1%) sedangkan yang tidak
mengalami gejala TB berjumlah 293 orang (99%)
4) Total Penyakit Hipertensi
Tabel 3.13 Penderita Hipertensi
Diagnosis
Jumlah Persentase (%)
Hipertensi
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan


Penyakit Hipertensi berjumlah 45 orang (15,2%),
sedangkan penduduk yang tidak memiliki penyakit
hipertensi 251 orang (84,8%).
5) Total Minum Obat Hipertensi Secara Teratur
Tabel 3.14 Penderita Hipertensi Minum Obat Hipertensi
Secara Teratur
Minum Obat Hipertensi Secara
Teratur Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk dengan Minum


Obat Hipertensi secara teratur berjumlah 33 orang (73,3%)
sedangkan penduduk yang Tidak minum obat hipertensi
secara teratur adalah 12 orang (26,7%).

6) Total Gangguan Jiwa


Tabel 3.15 Penderita Gangguan Jiwa
Gangguan Jiwa Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak masuk kategori
Total

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Sungai lulut


RT 01 dengan warga yang memiliki gangguan jiwa
berjumlah 1 orang (0,3%), dan warga yang tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa dengan jumlah 295 orang
(99,7%).
7) Total minum obat jiwa
Tabel 3.16 Penderita Gangguan Jiwa yang Minum Obat
Hipertensi Secara Teratur
Minum obat jiwa Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, penduduk yang memiliki


gangguan jiwa yang minum obat berjumlah 1 orang
(100%).
8) Anggota Keluarga Yang Dipasung
Tabel 3.17 Anggota Keluarga Yang Dipasung
Anggota Keluarga Yang Dipasung Jumlah Persen (%)

Ya
Tidak masuk kategori
Total

Berdasarkan data di atas, tidak ada penduduk yang


dipasung.

9) Memiliki jaminan Kesehatan


Tabel 3.18 Penduduk Yang Memiliki Jaminan Kesehatan
Memikiki Jaminan kesehatan Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang memiliki


jaminan kesehatan adalah BPJS berjumlah 127 orang
(42,9%), sedangkan penduduk yang tidak memiliki
jaminan kesehatan berjumlah 169 orang (57,15).
10) Menggunakan kontrasepsi
Tabel 3.19 Penduduk Yang Menggunakan Jaminan
Kesehatan
Menggunakan KB Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, didapatkan data penduduk


wanita yang menggunakan kontrasepsi berjumlah 59 orang
(84,2%). Sedangkan penduduk yang tidak menggunakan
kontrasepsi berjumlah 11 orang (15,8%)
11) Melahirkan di fasilitas pelayanan Kesehatan
Tabel 3.20 Penduduk Yang Menggunakan Jaminan
Kesehatan
Melahirkan di pelayanan kes Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan data di atas, didapatkan data penduduk yang


melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan di bidan desa
berjumlah 57 orang (100%).

12) Merokok
Tabel 3.21 Penduduk Yang Menggunakan Jaminan
Kesehatan
Merokok Jumlah Persen (%)
Ya (Setiap hari,Sering/kadang-
kadang)
Tidak (Tidak/Sudah berhenti)

Total

Berdasarkan data di atas, didapatkan data penduduk yang


merokok berjumlah 67 orang (22,6%), sedangkan yang
tidak merokok atau sudah berhenti berjumlah 229 orang
(77,4%).
3.1.4.12 Fasilitas Air Bersih dan Jamban Keluarga
1).Sarana Air Bersih
Tabel 3.22 Sarana Air Bersih
Sarana Air Bersih Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, penduduk sungai lulut RT 01


yang memiliki sarana air bersih berjumlah 79 KK (92%),
sedangkan penduduk yang belum memiliki sarana air
bersih berjumlah 7 KK (8%).
2).Jamban Keluarga
Tabel 3.22 Jamban Keluarga
Jamban Jumlah Persen (%)
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, dari total jumlah KK yang


memiliki jamban keluarga di rumah berjumlah 64 KK
(74,4%), sedangkan penduduk yang belum memiliki
jamban keluarga berjumlah 22 KK (25,6%)
3).BAB di Jamban
Tabel 3.23 Penggunaan Jamban
Jamban Jumlah Persen (%)

Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, dari total KK yang BAB di


jamban berjumlah 64 KK (74,4%), sedangkan KK yang
tidak BAB dijamban/menggunakan kloset berjumlah 22
KK (25,6%).
4).Jenis Jamban
Tabel 3.24 Jenis Jamban
Jenis Jamban Jumlah Persentase
Closet,leher angsa/plengsengan

Jamban tradisional/cemplung

Total

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar KK yangb masih


menggunakan jamban cemplung sebanyak 44 KK (51%),
sedangkan hanya sekitar 42 KK (49%) yang sudah
menggunakan jamban saniter (closet/leher
angsa/plengsengan).
3.1.4.13 Bayi usia 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif
Tabel 3.25 Bayi Usia 0-6 Bulan diberikan ASI Eksklusif
ASI Eksklusif Jumlah Persentase
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar bayi usia 0-6 bulan


diberikan ASI eksklusif sebanyak 18 (64,3%), sedangkan
bayi usia 0-6 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif
sebanyak 10 (35,7%).
3.1.4.14 Bayi usia 0-11 bulan diberikan imunisasi lengkap
Tabel 3.26 Bayi Usia 0-11 Bulan Diberikan Imunisasi
Lengkap
Imunisasi lengkap Jumlah Persentase
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 16 orang balita (57,1%)


yang tidak diberikan imunisasi lengkap, sedangkan hanya
sebanyak 12 orang balita (42,9%) yang diberikan imunisasi
lengkap
3.1.4.15 Dilakukan pemantauan pertumbuhan balita dalam 1 bulan
terakhir
Tabel 3.26 Pemantauan Pertumbuhan Balita Dalam 1 Bulan
Terakhir
Pemantauan Jumlah Persentase
Pertumbuhan
Ya
Tidak
Total

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar balita yang


dilakukan pemantauan pertumbuhan dalam 1 bulan terakhir
sebanyak 26 (92,9%), sedangkan balita yang tidak dilakukan
pemantauan pertumbuhan dalam 1 bulan terakhir sebanyak 2
orang (7,1%).
3.2 ANALISIS DATA
3.3 PENAPISAN MASALAH
NO MASALAH KESEHATAN A B C D E F G H I J K L Total Prioritas
1
2
3
4
Keterangan :
1. Kriteria Penapisan
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas
B. Jumlah yang berisik
C. Besarnya risiko
D. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
E. Minat masyarakat
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Sesuai dengan program pemerintah
H. Sumber daya tempat
I. Sumber daya waktu
J. Sumber daya dana
K. Sumber daya peralatan
L. Sumber daya orang

2. Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

3.4 PRIORITAS MASALAH


3.5 POA

Anda mungkin juga menyukai