Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN STASE KOMUNITAS

DI GG.KEROKAN RT 29 KELURAHAN TELUK DALAM BANJARMASIN

KELOMPOK
Diah Puspita S.Kep
Edi Kusmiransyah S.Kep
Muhammad Sahal S.Kep
Muhammd Syarif Hidayatullah S.Kep
Mahrida S.Kep
Midila Aulia Wati S.Kep
Nadi S.Kep
Rezky Munirah S.Kep
Ririn Khairina S.Kep
Yuni Khairunisa S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS A
BANJARMASIN, 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stase Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan kepada keluarga atau kelompok dan
masyarakat, bersama-sama dengan upaya yang dilaksanakan di puskesmas. Dengan
demikian, maka kegiatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun Akademik 2019/2020 dan di wilayah kerja puskesmas
dan mengikuti program-program yang akan dan sedang digarap oleh puskesmas yang
bersangkutan.

Melalui Stase komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan dengan
individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, juga mahasiswa sebagai calon
tenaga kesehatan diharapkan mempunyai pengalaman belajar di lingkup masyarakat
(pedesaan) khususnya dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ditemui
selama berada di lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat profesional serta mempunyai potensi keperawatan secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Profesi
Ners A Universitas Muhammadiyah Banjarmasin melaksanakan Praktek di Desa Tanipah
Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan kelompok dan masyarakat.

Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara memberdayakan kader kesehatan dan
mendayagunakan kelompok Pengajian. Dengan pendekatan masing-masing komponen
diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan
pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi
terkait dan seluruh komponen kota untuk mengikut sertakan warga dalam upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota
keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang
sehat, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi
dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas
dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan
penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang
ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Di dalam kasus asuhan keperawatan ditemukannya kasus hipertensi dan diabetes pada
komunitas tertentu sehingga asuhan keperawatan dilakukan dan di kaji sesuai dengan kasus
yang di dapatkan. Dimana masalah Penyakit hipertensi merupakan masalah yang
perlu penanganan serius, apabila tidak di cegah sedini mungkin akan menjadi ancaman.
Untuk mencegah komplikasi tersebut maka faktor penyebab terjadi tekanan darah harus
dicegah seperti pengaturan pola makan, gaya hidup benar, hindari merokok, konsumsi
kopi, dan alcohol (Andria, 2013). Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan
suatu keadaan yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi pada
dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja menjadi
lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini
dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan penyakit
degeneratif hingga kematian (Sari, 2017). menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungan.

Tidak hanya itu keperawatan komunitas juga memprioritaskan pada upaya untuk
meningkatkan kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha
kuratif dan rehabilitatif. Keperawatan komunitas juga berguna untuk meningkatkan dan
membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah kesehatannya sendiri, menggali
potensi dan menggunakan sumber daya yang ada di masyarakat dalam hal ini khususnya
bagi penderita hipertensi dan diabetes mellitus. Peningkatan ini memerlukan kerjasama
lintas disiplin dan lintas sektor yang kokoh, sehingga secara umum perawat komunitas
menegaskan eksistensinya sebagai profesional yang kompeten (Anderson & Mc Farlane,
2006)

Diabetes melitus yaitu gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah
berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia
puasa dan postprandial, aterosklerotik, penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati
(Price & Wilson, 2006).

Penyakit Diabetes Melitus jika tidak diatasi atau tidak dikontrol lebih lanjut akan
menyebabkan banyak komplikasi. Tentu saja komplikasi tersebut akan mengganggu
aktivitas, pekerjaan dan kehidupan penderitanya, misalnya neuropati diabetik yang akan
menyebabkan pandangan kabur pada penderita, terjadi gangren yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada penderita dan lama sembuh. Bahkan jika terjadi
koma hipoglikemia akan menyebabkan kematian (Tandra, 2008).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stase Komunitas, mahasiswa dapat
memiliki pengalaman dalam memberikan perawatan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan metode atau pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stase Komunitas, mahasiswa mampu:
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
b. Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas berdasarkan
diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan kesehatan utama dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi (ibu, anak, dan usia lanjut).
c. Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan menggunakan sumber yang ada dan potensial serta
menggunakan teknik tepat guna termasuk melakukan rujukan dan menyusun
strategi pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang berhubungan dengan
tindakan keperawatan kesehatan komunitas.
e. Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan hasil yang
diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
f. Menghayati peranannya sebagai anggota tim kesehatan dan bekerja sama secara
efektif dan efisien.

1.3 KEGIATAN
1.3.1 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Profesi Ners Stase Komunitas dimulai dari tanggal 16 Maret – 20
April 2020.
1.3.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan.
1.3.3 Kegiatan dan Jadwal kegiatan terlampir.

1.4 MANFAAT KEGIATAN


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi mahasiswa, antara lain :
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan dan
kebidanan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.
1.4.2 Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi masyarakat, antara lain :
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari masalah
kesehatan serta mengetahui cara penyelesaian masalah yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan tersebut.
1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi pihak pendidikan, antara lain:
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di bidang keperawatan komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek
keperawatan komunitas selanjutnya.
1.4.4 Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi profesi keperawatan, antara lain :
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan terutama di lingkup
keperawatan komunitas.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga profesi
mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang komprehensif telah
terwujudkan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis menggunakan
metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan Komunitas yang dituangkan
dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1.5.1 Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan,
manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodologi penulisan.
1.5.2 Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori terdiri dari :
keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan komunitas,
sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas, kegiatan praktek
keperawatan komunitas, prinsip dasar, model pendekatan dan langkah-langkah
proses keperawatan.
1.5.3 Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, penentuan masalah
kesehatan (penapisan masalah kesehatan, prioritas masalah, planning of action),
perencanaan kegiatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.5.4 Bab keempat, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

1.6 METODOLOGI PENULISAN


Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan laporan ini
adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung hasil asuhan keperawatan
dan kebidanan yang dilaksanakan pada masyarakat atau komunitas dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, penapisan masalah, prioritas
masalah, planning of action (POA), perencanaan kegiatan asuhan komunitas,
implementasi/ pelaksanaan beserta evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Maternitas

Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan
yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses keperawatan,
perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status
kesehetan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi
hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012). Jadi,
proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah,
dinamis, sistematis, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah, (2)
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi
tindakan keperawatan (Wahit, 2005).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang
memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan kesehatan komunitas
keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan informal, sangat diperlukan
dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga
masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar


mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang khusus keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif dan
resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2.2.2 Fungsi
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya di bidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan


permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan.
2.3 Sasaran Perawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri
oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya
baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia
sekolah; serta 5) usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, di antaranya adalah: 1) penderita penyakit
menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2) penderita
dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung
koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya: 1) wanita
tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-
kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah: 1) panti werdha;
2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial); serta 4)
penitipan balita.
4. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat
akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.

2.4 Ruang Lingkup Kerawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan, pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosiliatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (Home Nursing).
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin, dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosiliatif

Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan kelompok


khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah kelompok-kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna
Susila (WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktek keperawatan komunitasyang dilakukan perawat mempunyai lahan yang


luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat,
tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok
khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Konsultasi dKan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan
dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
10. Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11. Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.

2.6 Prinsip Dasar


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial (WHO,
1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja
Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi
dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).

2.6.1 Ilmu keperawatan


Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang
menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori-
teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan
satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep
masyarakat, dan konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan
pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam
melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat
kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah
tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga
diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan
untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
2.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat
kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan berhadapan
dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Pengetahuan sosial yang
dimaksud adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian masyarakat,
pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa
dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya
dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang
agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan
yang berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami
pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam
memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga menuju
kemandirian (self care), di mana mereka diharapkan dapat mengenal dan
merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan
mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta
menilai hasil yang telah dicapai.

2.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan
adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan
dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang
dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang dihadapi


individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui
keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadap
keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan keluarga
berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan tindak
lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.8 Langkah-Langkah Proses Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik individu
pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
actual maupun potensial (Deswani,2011). Proses keperawatan terdiri atas lima tahap,
yaitu:
1. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji
masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah Diagnosa
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respons komunitas
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
c. Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak
mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan


perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, di antaranya adalah:
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul. Jadi,
yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan
gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual)
maupun yang mungkin akan terjadi (potensial).
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
1. Masalah yang ditetapkan dari data umum
2. Masalah yang dianalisa dari kesenjangan pelayanan kesehatan.

Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut:


a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi:
1. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau serangkaian
petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai
berikut:
1. Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2. Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua
komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan
disusun harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat yaitu
sebagai berikut:
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.

4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan
masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal
ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip
yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut:
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program
yang telah disusun.
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas
dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Kagiatan yang dilakukan dalam penilaian:
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1. Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari
penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan
perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis,
diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
BAB 3
LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS DALAM PRAKTIK
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA DI RT 29
KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH KELURAHAN TELUK DALAM
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Data Demografi RT 29

3.1.2 Tabulasi Data Penduduk


Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada pengkajian data dari tanggal 05
Januari 2021 - 09 januari 2021 didapatkan data sebagai berikut:
JUMLAH KK : 82 KK
JUMLAH JIWA: 244 orang
3.1.2.1 Total jumlah Kepala Keluarga Per RT
Warga Per RT Jumlah Persen (%)
RT 29 82 100%
Jumlah 82 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah Kepala Keluarga di RT 29 dengan


jumlah 82 KK (100 %).

3.1.2.2 Total jumlah penduduk Per RT


Warga Per RT Jumlah Persen (%)
RT 29 244 100%
Jumlah 244 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di RT 29 dengan jumlah


penduduk 244 orang (100 %).
3.1.2.3 Total berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Pria 116 47.5
Wanita 128 52.5
Total 244 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di RT 29 berdasarkan jenis


kelamin adalah wanita dengan jumlah 128 orang ( 47.5%). Sedangkan
jumlah pria adalah 116 orang (52.5%).

3.1.2.4 Total Distribusi Warga Berdasarkan Umur


 Usia Jumlah Persen (%)

0-4 tahun 20 8.1%

5-9 tahun 10 4.0%

10-14 tahun 9 3.6%

15-19 tahun 25 10.2%

20-24 tahun 21 8.6%

25-29 tahun 17 6.9%

30-34 tahun 20 8.1%

35-39 tahun 17 6.95%

40-44 tahun 20 8.1%

45.49tahun 18 7.3%

>50 tahun 67 27.4%

Total 244 100%

Berdasarkan tabel di atas, usia terbanyak adalah > 50 tahun yaitu 67 orang
(27.4 %). Sedangkan untuk persentasi terendah untuk kelompok usia yaitu
pada usia 0-4 tahun (4.0%) dan 10-14 (4.0%).
3.1.2.5 Total berdasarkan status perkawinan

status perkawinan Jumlah Persen (%)


Kawin 57 23.3%
Belum kawin 157 64.3%
Cerai hidup 7 2.8%
Cerai Mati 23 9.4%
Total 244 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di RT 29 berdasarkan status


perkawinan terbanyak adalah status belum kawin dengan jumlah 157
orang (64.3%). Sedangkan persentase status perkawinan terendah adalah
Cerai Hidup dengan jumlah 7 orang (2.8 %).

3.1.2.6 Total Berdasarkan Kehamilan


Kehamilan Jumlah Persen (%)
Ya 0 0
Tidak 128 100
Total 128 100

Berdasarkan data di atas, dari 128 jumlah perempuan di RT 29 tidakada


yang sedang hamil sebesar 100%

3.1.2.7 Total Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan (per Jiwa)


 Pendidikan Jumlah Persen (%)
Tidak Sekolah 193 79.0%
Tidak Tamat SD 0 0%
Tamat SD 31 12.7%
Tamat SLTP 10 4.0%
Tamat SLTA 10 4.0%
Tamat D1,D2,D3 0 0%
Tamat PT 0 0%
Total 244 100%

Berdasarkan tabel di atas, distribusi penduduk yang paling banyak tidak


sekolah yaitu 193 orang (79,0 %). Sedangkan penduduk yang
berpendidikan dengan jumlah terendah pada kelompok tidak tamat SD 0%,
tamat D1, D2, D3 0%, dan tamat PT 0%.

3.1.3.4 Total Distribusi Warga berdasarkan pekerjaan (Per Jiwa)

Pekerjaan Jumlah Persen (%)


Belum/Tidak Bekerja 89 36.4%
Sekolah 50 20.4%
PNS/Peg. 0 0%
Wiraswasta/swasta/jasa 0 0%
Petani 0 0%
Nelayan 0 0%
Buruh 26 10.6%
Lainnya (IRT/berdagang) 79 32.3%
Total 244 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar penduduk belum/tidak bekerja


yaitu sebesar 89 orang (36,4 %). Sedangkan persentasi pekerjaan terendah
pada kelompok pekerjaan PNS/Peg. 0%, Wiraswasta/swasta/jasa 0%, Petani
0%, dan Nelayan 0%

3.1.3.5 Total distribusi Warga berdasarkan Agama (Per Jiwa)

No Agama Frekuensi %

1 Islam 244 100

2 Kristen 0 0

3 Katolik 0 0

4 Hindu 0 0

5 Budha 0 0
6 Konghuchu 0 0

Total 244 100

Berdasarkan tabel di atas mayoritas agama yang dianut oleh penduduk RT


29 yaitu Islam sebanyak 244 orang (100%).

3.1.3 Data Kesehatan Penduduk


3.1.1.1 Total Riwayat Penyakit Tuberkolosis

Diagnosis TB Jumlah Persentase (%)


Ya 0 0%
Tidak 244 100%
Total 244 100%

Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang masuk kategori yaitu
0 orang (0%) orang yang didiagnosis terkena penyakit tuberkulosis.

3.1.1.2 Total Minum Obat TB Teratur

Diagnosis TB  Jumlah Persentase (%)


Ya 0 0%
Tidak 0 0%
Total 0 0%

Berdasarkan
data di atas dari total jumlah penduduk yang masuk kategori minum obat TB

3.1.1.3 Total Gejala Tb

Diagnosis TB  Jumlah Persentase (%)


Batuk berdahak > 2 0 0%
minggu
Tidak Batuk berdahak > 2 0 0%
minggu
Total 0 0%
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk tidakada yang mengalami
gejala TB (0%).

3.1.1.4 Total Riwayat Penyakit Hipertensi

Diagnosis Hipertensi Jumlah Persentase (%)


Ya 15 6.1%
Tidak 229 93.9%
Total 244 100%

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan Penyakit Hipertensi adalah


15 orang ( 6,1%).

3.1.1.5 Total Minum Obat Hipertensi Secara Teratur

Minum Obat Hipertensi


Secara Teratur Jumlah Persen (%)
Ya 15 100%
Tidak 0 0%
Total 15 100
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan Minum Obat Hipertensi
Tidak Secara Teratur adalah 15orang (100%).

3.1.1.6 Total Riwayat Kolestrol

Diagnosis Kolestrol Jumlah Persentase (%)


Ya 8 3.3%
Tidak 236 96.7%
Total 244 100%
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan riwayat kolestrol sebanyak 8
orang (3.3%) dan yang tidak memiliki riwayat kolestrol sebanyak 236 orang
(96.7%).

3.1.1.7 Total Minum Obat Kolestrol Secara Teratur

Minum Obat Kolestrol


Secara Teratur Jumlah Persen (%)
Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Total 8 100%
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan Minum Obat Kolestrol Secara
Teratur adalah 8 orang (100%).

3.1.1.8 Total Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa Jumlah Persen (%)


Ya 0 0%
Tidak 244 100%
Total 244 100%

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di RT 29 yang ada yang


mengalami gangguan jiwa dengan jumlah 0 orang (0 %).

3.1.2.8 Total minum obat jiwa

Minum obat jiwa Jumlah Persen (%)


Ya 0 0%
Tidak 0 0%
Total 0 0%
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di RT 29 yang minum obat
jiwa dengan jumlah 0 orang (0 %).

3.1.2.9 Anggota Keluarga Yang Dipasung

Anggota Keluarga Yang


Dipasung
Jumlah Persen (%)
Ya 0 0%
Tidak 244 100%
Total 244 100%
Berdasarkan data di atas, tidak ada penduduk yang dipasung.

3.1.2.8 Kartu Jaminan Kesehatan

 Kartu Jaminan Kesehatan


Jumlah Persen (%)
Ya 150 61.4 %
Tidak 94 38.6 %
Total 244 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang memiliki kartu jaminan


kesehatan adalah 150 orang (61.4 %). Sedangkan yang tidak memiliki kartu
jaminan kesehatan adalah 94 orang (38,6 %).

3.1.2.9 Merokok

Merokok
Jumlah Persen (%)
Ya (Setiap 81 33.2 %
hari,Sering/kadang-kadang)
Tidak (Tidak/Sudah 163 66.8 %
berhenti)
Total 244 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang merokok adalah 81 orang


(33.2 %). Sedangkan yang tidak merokok adalah 163 orang (66.8%).

3.1.2.10 Penyakit yang diderita

Merokok
Jumlah Persen (%)
Gastritis 8 3.2 %
Hipertensi 15 6.1 %
Hipotensi 5 2.4 %
Asam urat 7 2.8 %
Kolesterol 8 3.2 %
Tuberculosis 0 0%
Gangguan Jiwa 0 0%
DM 10 4.1 %
Sehat 191 78.2 %
Total 244 100 %
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk paling banyak yang menderita
hipertensi sebanyak 15 orang (6.1 %) dan sebanyak 10 orang (4.1 %) yang
menderita DM.

3.1.2.11 Fasilitas Air Bersih dan Jamban Keluarga


a. Sarana Air Bersih (per KK)
Sarana Air Bersih Jumlah Persen (%)
Ya 82 100 %

Tidak 0 0%

Total 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar 82 (100 %) penduduk RT 29


mempunyai sarana air bersih di lingkungan rumah.

b. Sumber Air Mandi dan Mencuci (per KK)

Sumber Air Jumlah Persen (%)


PDAM 82 100 %

Sumur Pompa 0 0%
Sumur Gali 0 0%
Sumur Bor 0 0%
Air Sungai 0 0%
Mata Air/gallon 0 0%
Total 82 100 %
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang menggunakan
sumber air PDAM untuk mandi dan mencuci sebanyak 82 KK (100
%).

c. Sumber Air Minum dan Memasak (per KK)

Sumber Air Jumlah Persen (%)


PDAM 82 100 %

Sumur Pompa 0 0%
Sumur Gali 0 0%
Sumur Bor 0 0%
Air Sungai 0 0%
Mata Air/gallon 0 0%
Total 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang menggunakan


sumber air PDAM untuk minum dan masak sebanyak 82 KK (100
%).

d. Jamban Keluarga

Jamban Jumlah Persen (%)


Ya 82 100 %

Tidak 0 0%

Total 82 100

Berdasarkan tabel di atas, dari total jumlah penduduk sebanyak 82


KK (100%) penduduk memiliki jamban keluarga di rumah.

e. BAB di Jamban

BAB di
Jamban Jumlah Persentase
Ya 82 100 %
Tidak 0 0%
Total 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dari total penduduk yang masuk kategori,


keseluruhannya BAB di jamban yaitu 82 orang dengan persentase
100%.

f. Jenis Jamban

 Jenis Jamban Jumlah Persentase


Closet,leher 72 87.8 %
angsa/plengsengan
Jamban 10 12.2 %
tradisional/cemplun
g
Total 82 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dari total jumlah KK , sebanyak 82 KK
(87.8%) penduduk memiliki jamban dengan jenis Closet,leher
angsa/plengsengan, dan sebanyak 10 KK (12.2%) memiliki jamban
tradisional/cemplung.
3.1.7.2 Data Reproduksi
a. Total Penggunaan Alat Kontrasepsi

Penggunaan Alat
Kontrasepsi Jumlah Persen (%)
Ya 37 64.9 %
Tidak 20 35.1 %
Total 57 100 %

Berdasarkan data di atas jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi adalah 37


orang (64.9%). Sedangkan jumlah persentasi yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi adalah 20 orang (35.1%).

b. Bersalin di fasilitas kesehatan (<12 bulan)

Bersalin di fasilitas kesehatan


Jumlah Persen (%)
Ya 7 100 %
Tidak 0 0%
Total 7 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan


(Rumah sakit, PKM, Klinik bersalin Dll) adalah sebanyak 7 orang (100%).

c. Asi Ekslusif (7-23 bulan)

Asi Ekslusif (7-23 bulan)


Jumlah Persen (%)
Ya 13 100 %
Tidak 0 0%
Total 13 100 %
Berdasarkan data di atas, jumlah bayi yang diberikan ASI Ekslusif adalah
sebanyak 13 orang (100 %).

d. Imunisasi (12-23 bulan)

Imunisasi Jumlah Persentase (%)


Ya 13 100 %
Tidak 0 0%
Total 13 100 %

Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang imunisasi ada 13
orang dengan presentasi (100%).

e. Pemantauan Balita (2-59 bulan)

 Pemantauan Balita Jumlah Persentase


Ya 20 100 %
Tidak 0 0%
Total 20 100 %

Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang masuk kategori
yaitu 20 balita keselurahannya dilakukan pemantauan yaitu 10 balita
(100%).
3.3 PENAPISAN MASALAH

MASALAH Tota Priorita


NO A B C D E F G H I J K L
KESEHATAN l s
1 Ketidakefektif 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 42 1
an
pemeliharaan
kesehatan
2 Perilaku 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 41 2
Kesehatan
Cenderung
berisiko
masalah
kesehatan

Keterangan :
1. Kriteria Penapisan
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas
B. Jumlah yang berisiko
C. Besarnya risiko
D. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
E. Minat masyarakat
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Sesuai dengan program pemerintah
H. Sumber daya tempat
I. Sumber daya waktu
J. Sumber daya dana
K. Sumber daya peralatan
L. Sumber daya orang

2. Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

3.4 PRIORITAS MASALAH


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Hipertensi dan DM) berhubungan dengan Strategi koping tidak efektif.
2. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko masalah kesehatan (Bahaya merokok dan jamban sehat) berhubungan dengan Kurang
pemahaman masyarakat.
3.5 PLANNING OF ACTION (POA)

PLANNING OF ACTION (POA) ASUHAN KOMUNITAS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELUK DALAM RT. 29 GANG KEROKAN
KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH, KOTA BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN

NO JENIS KEGIATAN SASARAN TEMPAT WAKTU Hari PENANGGUNG


PELAKSAN /Tanggal/bula JAWAB
AAN n/
Tahun
MMD 1
1 1. Perkenalan dengan Ketua RT 29 Di Rumah RT. 29 Jam 10.00 Kamis, 7 Kelompok
masyarakat Rt. 29 gang Kader Kesehatan Wita Januari 2021 dan masyarakat
kerokan Pihak puskesmas
2. Perumusan masalah
MMD 2
2 Pengkajian Masyarakat Masyarakat Lingkungan RT 29 - Kamis, Jumat, Kelompok
Minggu
Tanggal 7, 8,
10 Januari
2021
3 Tabulasi Data Masayarakat Desa Base camp ners - Kamis, Jumat, Kelompok
Tanipah Minggu
Tanggal 7, 8,
10 Januari
2021
4 MMD2 Perwakilan Di langar RT 29 Jam 09.00 Selasa, Rabu Kelompok
Penkes Tentang : masyarakat Rt. 29 WITA tanggal 19, 20
Hipertensi Januari 2021
DM
Covid 19
MMD 3

5. MMD 3 Ketua RT 29 Di langar RT. 29 Jam 09.00 Jumat, 23 Kelompok


Evaluasi dan Pamitan Kader Kesehatan WITA Januari 2021
Pihak puskesmas
3.1 Tahap Persiapan
Kegiatan praktik keperawatan komunitas dan keluarga diawali dengan kegiatan pembagian puskesmas dan kelompok pada hari
minggu 03 januari 2021. Praktek profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga berlangsung dari tanggal 04-23
Januari 2021 di Puskesmas Teluk Dalam dan Gg. Kerokan Kecamatan Banjarmasin Tengah Kelurahan Teluk Dalam
Kabupaten Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2 Pengkajian
3.3 Analisa Data
No Data Subyektif Data Objektif Masalah Penyebab
1. 1. Saat pengkajian ditemukan beberapa 1. Terdapat 105 orang (25,4%) yang Ketidakefektifan Kurang terpapar
masyarakat yang mengalami hipertensi pernah terdiagnosis hipertensi. pemeliharaan kesehatan informasi
dan sebagian masyarakat yang lain 2. Dari hasil pendataan didapatkan (hipertensi dan diabetes mengenai
mengatakan pernah mengalami data bahwa jumlah penyakit melitus) penatalaksanaan
hipertensi. kedua tertinggi pada masyarakat () penyakit
2. Masyarakat mengatakan tidak desa Bunipah yaitu diabetes (hipertensi dan
membatasi untuk makanan yang melitus sebanyak 36 orang (8,7% diabetes melitus)
dikonsumsi seperti : ikan asin %).
3. Masyarakat mengatakan kurang tahu
bagaimana cara untuk mengontrol
tekanan darah dan diabetes melitus
4. Sebagian masyarakat mengatakan tidak
rutin dalam mengontrol tekanan
darahnya.
5. Sebagian masyarakat mengatakan
jarang memeriksakan kadar asam
uratnya,
2 1. Sebagian besar masyarakat terutama 1. Dari hasil pendataan didapatkan Perilaku Kesehatan Kurang
laki-laki di Desa Bunipah mengatakan data bahwa masyarakat perokok Cenderung berisiko pemahaman
masih tinggi angka yang merokok baik sebanyak 276 orang orang masalah kesehatan masyarakat
setiap hari, sering maupun kadang- (19,9%). tentang bahaya
kadang. Domain 1 Kelas 2 merokok
2. Masyarakat mengatakan bahwa (00188)
merokok sudah jadi kebiasaan dalam
mengatasi stress

3.4 Penapisan Masalah


Priorita
No MASALAH KESEHATAN A B C D E F G H I J K L Total
s
1. Ketidakefektifan pemeliharaan 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 42 1
kesehatan (Hipertensi, dan diabetes
melitus).
2. Perilaku Kesehatan Cenderung 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 41 2
berisiko masalah kesehatan

Keterangan
3.5 Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Hipertensi, dan Diabetes Melitus)
2. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko masalah kesehatan

3.6 Planning Of Action (POA)

DAFTAR PUSTAKA
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN

Praktik Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin


Tengah yang dilaksanakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
program studi Ners A adalah salah satu program profesi untuk mengaplikasikan konsep
keperawatan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan komunitas sebagai
dasar ilmiah.

Upaya pendidikan untuk mencetak seorang perawat yang professional, mandiri dan
mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan dengan
menerapkan konsep tersebut, dan secara resmi mahasiswa melakukan Praktik Klinik
Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin Tengah
mulai 04 Januari sampai 23 Januari 2021 dengan melakukan berbagai kegiatan.

Berikut ini pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang praktik keperawatan
komunitas.

4.2 PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


Praktik klinik keperawatan komunitas diawali dengan persiapan dari kampus sampai
dengan pelaksanaan di lapangan. Pada tahap persiapan dilakukan pembekalan dari
pembimbing profesi keperawatan komunitas tentang mekanisme perijinan praktik, dan
untuk selanjutnya dilakukan proses persiapan yang lebih intensif oleh mahasiswa sendiri.
4.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas yang
diinginkan. Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data kesehatan komunitas
dengan teknik Observasi dan wawancara disesuaikan dengan data yang didapatkan.
Setelah data telah didapatkan, maka penanggung jawab RT 29 Kerokan
mempunyai hak otonom dalam mekanisme pengumpulan datanya, yaitu dengan
melakukan kerjasama dengan Kelurahan, Ketua RT, Kader Kesehatan dan
Puskesmas.
Dari pengumpulan data didapatkan bahwa mayoritas warga merupakan warga asli
Kelurahan Gang Kerokan mayoritas dari warga bekerja sebagai Pedakang yang
bekerja pagi – sore hari dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan yang
kurang.

Respon yang diberikan warga Keluran Gang Kerokan sangat positif, dibuktikan
dengan perhatian dari warga terhadap keberadaan mahasiswa beserta program –
programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan baik.

Strategi yang digunakan saat pengumpulan data adalah kerjasama dengan


Kelurahan, Ketua RT, Kader Kesehatan dan Puskesmas.dan melakukan program
yaitu teknik cluster.

Dari pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dirasakan


masyarakat, meliputi :
4.2.1.1 Hipertensi
4.2.1.2 Diabetes Mellitus.

Dari masalah yang ditemukan mahasiswa, maka dikembalikan kepada


masyarakat untuk dianalisa lebih lanjut. Perumusan masalah antara
mahasiwa dan warga hampir tidak mengalami kesulitan yang berati,
karena masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dalam hidup
mereka. Maka dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi, DM
dan covid’19 pada tanggal Selas/Rabu, 19/20 Januari 2021 di Gang
Kerokan, Rt 29 Kel. Teluk Dalam. Acara berlangsung dengan lancar
sekitar 90 menit.

4.2.2 Penentuan Prioritas Masalah


Melalui analisa masalah, maka setelah dirumuskan permasalahan kesehatan warga
dilakukan penentuan prioritas masalah atas dasar urgensitas dari masalah.
Berdasarkan hasil dari data yang didapatkan dengan menggunakan teknik cluster.
maka ditentukan prioritas masalah kesehatan sebagai berikut:
4.2.2.1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan ( Hipertensi dan DM)
berhubungan dengan strategi koping tidak efektif
4.2.2.2 Perilaku kesehatn cenderung berisiko masalah kesehatan (bahaya merokok
dan jamban sehat) berhubungan dengan kurang pengetahuan masyarakat
Penetuan prioritas masalah ini tidak menemukan kesulitan berarti, hal ini
dikarenakan warga mulai memahami pentingnya kesehatan dan kegiatan dapat
dikatakan berhasil 80 %.

4.2.3 Perencanaan

Adapun kegiatan – kegiatan yang dibuat oleh mahasiswa berdasarkan data yang
didapatkan antara lain pelaksanaan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
tentang hipertensi, DM serta covid-19.

4.2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan dimulai dengan metode yaitu melibatkan masyarakat
secara aktif untuk melaksanakan rencana yang telah disusun bersama. Sebagian
besar kegiatan dilaksanakan secara bersama antara mahasiswa dan Kader
Kesehatan dalam kegiatan penyuluhan dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
dari mahasiswa yang ditunjuk.

Secara umum kegiatan yang direncanakan dapat dikatakan berhasil (80%),


penilaian tersebut didapatkan saat evaluasi respon positif terhadap kegiatan yang
telah direncanakan.

4.2.5 Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh mahasiswa mulai tanggal 21/22 Januari 2021
di Kelurahan Teluk Dalam, kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin.
Dari sudut pandang mahasiswa kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas,
dikatakan berhasil respon positif dari warga dengan semangat serta perubahan
pengetahuan warga tentang kesehatan.
Secara spesifik berdasarkan:
4.2.5.1. Evaluasi struktur
Materi kelengkapan untuk penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan
covid’19 yaitu berupa SAP, leaflet, video serta media lainnya
dipersiapkan minimal 2 hari sebelumnya.

4.2.5.2. Evaluasi proses


a. Kegiatan berjalan dengan cukup baik dihadiri oleh pembimbing
Akademik, pembimbing klinik, dan kader sesuai sasaran.
b. Kegiatan yang dilakukan sesuai POA yang disepakati berdasarkan hasil
MMD I.
Simpulan dari hasil evaluasi secara umum kegiatan praktik termasuk dalam
kategori berhasil pada rentang 80% yang diambil berdasarkan klasifikasi
keberhasilan menurut Arikunto.
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal – hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut : masalah keperawatan komunitas yang muncul di Gg.
Kerokan Kecamatan Banjarmasin Tengah Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.antara lain :

5.1.1 Sebagian masyarakat mengalami Hipertensi dan Diabetes Miletus


5.1.2 Kurang terpapar informasi mengenai penatalaksanaan penyakit (hipertensi dan
diabetes miletus) pada masyarakat Gg. Kerokan Rt.29 Kecamatan Banjarmasin
Tengah Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan.

5.1.3 Kurang pemahaman masyarakat tentang bahaya merokok pada masyarakat Gg.
Kerokan Rt.29 Kecamatan Banjarmasin Tengah Kelurahan Teluk Dalam
Kabupaten Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
penyuluhan Hipertensi, Diabetes Miletus dan Covid-19. Pada dasarnya kegiatan yang
dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat di Gg. Kerokan Rt.29 Kecamatan
Banjarmasin Tengah Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan.

5.2 SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
5.2.1 Kader Kesehatan
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan baik seperti Posbindu dan Posyandu
hendaknya dapat dilaksanakan dengan secara bertahap ditingkatkan.
5.2.2 Masyarakat
Peran serta dari masyarakat, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pengurus RT
perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
5.2.3 Puskesmas dan Gg. Kerokan Rt.29 Teluk Dalam
5.2.4 Sekolah
Diharapkan sekolah dapat lebih aktif mengelola UKS dan menyediakan wastafel di
setiap kelas agar murid-murid dapat mengaplikasikan cara mencuci tangan yang
benar yang telah diajarkan.
5.2.5 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Kegiatan praktek komunitas dan keluarga yang telah dilaksanakan di Gg. Kerokan
Rt.29 Kecamatan Banjarmasin Tengah Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan perlu ditindak lanjuti oleh mahasiswa
angkatan berikutnya untuk mempertahankan dan mengoptimalkan hal-hal yang
telah dicapai serta menindak lanjuti hal-hal yang belum tercapai.

Anda mungkin juga menyukai