Anda di halaman 1dari 235

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA II

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

FRANSISCA DUWI ANDRIAN PUSPA


NIM P07124119028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA 3
TAHUN 2022
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA II

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

FRANSISCA DUWI ANDRIAN PUSPA


NIM P07124119028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA 3
TAHUN 2022

ii
@2022
Hak Cipta ada pada penulis

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa


Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 01 Februari 2001
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Terantang Perumahan Almira Kelurahan, Rangda
Malingkung, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin
Anak ke : 2 dari 4 bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Bambang Suniti
Ibu : Eny Listiana
Riwayat Pendidikan
1. TK Tunas Rimba : Lulusan Tahun 2007
2. SD Negeri Rangda Malingkung 4 : Lulusan Tahun 2013
3. SMP Negeri 1 Rantau : Lulusan Tahun 2016
4. SMA Negeri 1 Rantau : Lulusan Tahun 2019

iv
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa


NIM : P07124119028
Angkatan 2019
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagian dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir (LTA) saya yang berjudul:

“Studi Kasus Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N Di Wilayah Kerja


Puskesmas Martapura II”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarbaru, 14 Juni 2022


Yang menyatakan,

Fransisca Duwi A.P


NIM. P07124119028

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul Studi Kasus Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II oleh
Fransisca Duwi Andrian Puspa NIM P07124119028 ini telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji.

Banjarbaru, 14 Juni 2022


Pembimbing I

Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST, M.Sc


NIP. 196511041986032002

Pembimbing II

Suhrawardi, SKM, M.PH


NIP. 196406041985031017

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul Studi Kasus Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II oleh
Fransisca Duwi Andrian Puspa NIM P07124119028 ini telah dipertahankan di
depan Dewan Penguji Ujian Laporan Tugas Akhir Politeknik Kesehatan
Banjarmasin.

Pada tanggal, 22 Juni 2022


Dewan Penguji
Ketua Penguji

H. Muhammad Mukhtar S.Kep,

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST., M.Sc Suhrawardi, SKM, M.PH


NIP. 196511041986032002 NIP. 196406041985031017

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi
Kebidanan Progam
Diploma Tiga

Hapisah, S.Si.T., M.PH Erni Yuliastuti, S.Si.T.,


M.Kes NIP. 197006211991012001 NIP. 197407231993022001

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas karunia, nikmat dan hidayat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Studi
Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas
Martapura II” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.
Laporan Tugas Akhir ini berisi tentang asuhan penulis mengenai
pelayanan kebidanan secara berkesinambungan. Penulis menyadari Laporan
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, bantuan dan bimbingan tersebut bisa berupa moril maupun materil. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST, M.Sc. selaku
pembimbing I, dan bapak Suhrawardi, SKM, M.PH selaku pembimbing II yang
telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh kasih sayang dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin yang
telah memberikan kesempatan menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
2. Ketua Jurusan Kebidanan Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.
3. Ketua Program Studi Diploma Tiga Jurusan Kebidanan Politenik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Banjarmasin yang telah memberikan kesempatan
menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kebidanan Politenik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Banjarmasin.
5. Bidan pembimbing lahan praktik ibu Iswaningsih Amd. Keb yang telah
menyediakan sarana untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif.
6. Ny. N yang sudah bersedia menjadi pasien untuk diberikan Asuhan
Kebidanan Komprehensif.

viii
7. Keluarga pasien yang sudah mengizinkan dan menerima penulis untuk
memberikan asuhan.
8. Jazakumullahu Khoiran kepada Ayah, Ibu, Kakak dan Adik-Adik yang
selalu memberikan semangat, kasih sayang, pengorbanan dan doa untuk
penulis, dalam penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2019 Program Studi Diploma Tiga
Kebidanan Politenik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin yang
sama-sama berjuang dan saling memberi semangat untuk meraih gelar Ahli
Madya Kebidanan.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik disengaja
maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan
serta pengalaman yang penulis miliki. Penulis mohon maaf atas segala
kekurangan tersebut dan selalu menerima terhadap segala saran dan kritik serta
masukan yang bersifat membangun bagi penulis serta bernilai ibadah di hadapan
Allah SWT. Aamiin. Semoga Laporan Tugas Akhir studi kasus dapat memenuhi
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan.

Banjarbaru, 14 Juni 2022

Penulis

ix
KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2022

ABSTRAK

Laporan Tugas Akhir


FRANSISCA DUWI ANDRIAN PUSPA NIM P07124119028
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N DI WILAYAH
KERJA MARTAPURA II

Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST, M.Sc : Suhrawardi, SKM, M.PH

Kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir, neonatus, nifas dan keluarga
berencana (KB) merupakan kejadian yang normal, tetapi potensi terjadinya risiko
pada Wanita dan bayi tetap ada. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir, neonatus, nifas dan KB.
Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan penggunaan
studi kasus yang dilakukan di PMB dan di rumah Ny. N. Pengumpulan data
menggunakan data primer dan data sekunder dengan cara mendeskripsikan
temuan-temuan dalam pengumpulan data yang disesuaikan dengan teori.
Asuhan Kehamilan dimulai sejak usia kehamilan 35 minggu hingga
persalinan pada usia kehamilan 38 minggu berlangsung normal. Asuhan bayi baru
lahir, neonatus dan kunjungan masa nifas berlangsung normal, dan diberikan
asuhan keluarga berencana, ibu menggunakan KB suntik Depo Progestin pada
masa nifas 6 minggu.
Kesenjangan pada asuhan kehamilan yaitu belum mendapatkan imunisasi
TT sesuai dengan jadwal interval pemberian. Seharusnya ibu hamil sudah
mendapatkan TT4 pada kehamilan ini, tidak terpenuhinya jadwal imunisasi TT di
kehamilan pertama dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang pentingnya
imunisasi TT lanjutan bagi ibu.
Diharapkan Ny. N mendapatkan imunisasi TT4 dan TT5 sesuai jadwal
interval pemberian dan memperbanyak istirahat agar ketidaknyamanan berupa
sakit punggung tidak terjadi di kehamilan berikutnya. Diharapkan Ny. N tetap
melahirkan di fasilitas kesehatan di persalinan berikutnya, memberikan ASI
kepada bayinya secara eksklusif dan melakukan imunisasi sesuai jadwal, datang
kefasilitas kesehatan apabila mengalami tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi,
memperhatikan jadwal kunjungan ulang suntik KB 3 bulan dengan sesuai jadwal.

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii
HAK CIPTA..........................................................................................................iiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS........................................v
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi
DAFTAR SIMBOL..............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Batasan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................3
D. Manfaat penelitian.................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Kehamilan..............................................................................................5
1. Konsep Dasar Kehamilan............................................................5
2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan...........................12
B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir...........Error! Bookmark not defined.
1. Persalinan...................................Error! Bookmark not defined.
a. Konsep Dasar Persalinan.......Error! Bookmark not defined.
b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan.......................33
2. Bayi Baru Lahir..........................................................................51
a. Konsep dasar Bayi baru Lahir...............................................52

b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir..............61


xi
C. Neonatus..............................................................................................63
1. Konsep Dasar Neonatus.............................................................63
2. Konsep Dasar Asuhan NeonatusError! Bookmark not defined.
D. Nifas.....................................................Error! Bookmark not defined.
1. Konsep Dasar Nifas....................Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas....................................84
E. Keluarga Berencana.............................................................................91
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana............................................92
2. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana....Error! Bookmark
not defined.7
F. Manajemen Kebidanan......................................................................102
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................106
A. Jenis/ Desain/ Rancangan Penelitian.................................................106
B. Kerangka Operasional.......................................................................106
C. Subjek Penelitian dan Kriteria Subjek...............................................107
D. Variabel dan Definisi Operasional.....................................................108
E. Instrument Penelitian.........................................................................109
F. Lokasi dan Waktu Penelitian...............Error! Bookmark not defined.
G. Metode Pengumpulan Data.................Error! Bookmark not defined.
H. Metode Pengolahan Data.....................Error! Bookmark not defined.
I. Etika Penelitian....................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF.......................................115
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan..........................................................115
B. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.........................123
C. Asuhan Kebidanan Neonatus.............................................................131
D. Asuhan Kebidanan Nifas...................................................................135
E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana..................................142
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................143
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan..........................................................150
B. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.........................155

C. Asuhan Kebidanan Neonatus.............................................................155


D. Asuhan Kebidanan Nifas...................................................................156
E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana..................................158
xii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................161
A. Kesimpulan........................................................................................161
B. Saran..................................................................................................162
DAFTAR PUSTAKA.............................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III.....................................9
Tabel 2.2 Kenaikan BB Wanita Hamil Berdasarkan IMT Sebelum Hamil...........14
Tabel. 2.3 Imunisasi Tetanus. ............................Error! Bookmark not defined.15
Tabel 2.4 Program Pelayanan Bagi Ibu Hamil Masa Pandemi Covid-19..............17
Tabel 2.5 Penilaian Bayi Dengan Metode APGAR...............................................52
Tabel 2.6 Pelayanan Neonatus Berdasarkan Zona.................................................67
Tabel 2.7 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Involusi....................79
Tabel 2.8 Jadwal Kunjungan Nifas........................................................................82
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel..............................................................108
Tabel 4.1 Identitas Pasien.....................................................................................115
Tabel 4.2 Catatan Perkembangan Asuhan Kehamilan.........................................119
Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Asuhan Persalinan dan BBL..........................125
Tabel 4.4 Catatan Perkembangan Asuhan Neonatus...........................................133
Tabel 4.2 Catatan Perkembangan Asuhan Masa Nifas........................................137

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Operasional.....................................................................107

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kartu Konsultasi Pembimbing I.......................................................165
Lampiran 2 Kartu Konsultasi Pembimbing II......................................................166
Lampiran 3 Pernyataan Siap Uji Proposal..........................................................167
Lampiran 4 Jadwal Kegiatan................................................................................168
Lampiran 5 Informed Consent..............................................................................169
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Klien................................................................171
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Pengambilan Kasus..........................................172
Lampiran 8 Format Pengkajian............................................................................173
Lampiran 9 Buku KIA.........................................................................................204
Lampiran 10 Lembar Partograf............................................................................208
Lampiran 11 Lembar Kartu KB .......................Error! Bookmark not
defined.210 Lampiran 12 Foto Kegiatan.............................................................211

xvi
DAFTAR SIMBOL

≥ : Lebih dari sama dengan


> : Lebih dari
< : Kurang dari
- : Sampai dengan
. : Titik
: : Titik dua
, : Koma
/ : Atau
½ : Setengah
x : Kali
# : Nomor
% : Persen
± : Kurang lebih
() : Tanda kurung
° : Derajat
→ : Panah

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang fisiologis.
Pada umumnya kehamilan normal dapat melahirkan bayi yang sehat dan
cukup bulan melalui jalan lahir. Namun, kadang kehamilan tidak selamanya
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal/ asuhan
antenatal merupakan upaya preventif untuk memantau ibu dan janin selama
kehamilan (Prawirohardjo, 2018, 278).
Pelayanan antenatal yang dapat diberikan yaitu asuhan kebidaanan
komprehensif. Asuhan kebidanan komprehensif adalah memberikan asuhan
kebidanan kepada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat pada pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Meilani, dkk.
2013, hal. 15). Pelayanan komprehensif bertujuan untuk mengurangi terjadi
komplikasi atau faktor risiko pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan
nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan persalinan yang bersih dan
aman serta mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang terakhir
dengan kematian dan kesakitan (Prawirohardjo, 2014, hal.56) Continuity of
Care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan peladenan yang
berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana yang
menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dan keadaan
pribadi setiap individu (Homer et al., 2014).
Pelayanan yang diberikan untuk asuhan kebidanan komprehensif
adalah pelayanan antenatal care dengan standar 10 T, yang meliputi
pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan
darah, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi fundus uteri,
penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung janin
(DJJ), penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama kehamilan, pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes

1
2

laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan


protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2020a, hal. 16).
Selama kehamilan ibu sering menyampaikan keluhan bahwa ia
mengalami berbagai ketidaknyamanan, yang walaupun bersifat umum dan
tidak mengancam keselamatan jiwa, tapi itu dapat saja menjadi penyulit bagi
ibu. Bidan sebagai tenaga Kesehatan harus mendengarkan ibu, membicarakan
tentang berbagai macam keluhan dan membantunya mencari cara untuk
mengatasinya sehingga ibu dapat menikmati kehamilan dengan aman dan
nyaman, suami serta keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan
sehingga ibu merasa aman dan tidak sendiri dalam menghadapi kehamilannya
(Rukiyah, 2013, hal.134).
Sakit punggung disebabkan karena pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya,
yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas ini mengakibatkan
perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak
pada bagian bawah pungggung terutama pada akhir kehamilan (Prawirohardjo,
2018, hal.186)
Sakit punggung akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan
usia kehamilan karena pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur
tubuhnya. Perubahan perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang
membesar, membungkuk yang terlalu berlebihan, berjalan tanpa istirahat,
angkat beban. Hal ini diperparah apabila dilakukan dalam kondisi wanita
hamil sedang Lelah. Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban
sangat penting diterapkan untuk menghindari peregangan otot ini (Fitriani
Lina, 2018, hal.73)
Berdasarkan uraian di atas, asuhan kebidanan komprehensif penting
dilakukan untuk menjaga agar kondisi kehamilan tidak mengalami
komplikasi, dapat melalui persalinan yang normal, BBL serta neonatus yang
sehat dan normal serta menjalani nifas yang aman tanpa komplikasi hingga
3

menjadi akseptor KB. Studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas


Martapura II terdapat Ny. N umur 31 tahun G2P1A0 dengan usia kehamilan
37 minggu, BB 62 kg, TB 150 cm, LILA 26 cm, TFU 30 cm, punggung
sebelah kanan, letak kepala, sudah masuk PAP, Ny. N mengeluh sakit
punggang sejak 2 hari yang lalu.
Ketidaknyamanan yang Ny. N rasakan dapat diatasi dengan
menghindari sikap membungkuk dan tekuk lutut saat mengangkat barang,
jangan memakai sepatu atau sandal hak tinggi, hindari gerakan yang
berlebihan dan istirahat yang cukup (Tyastuti, 2018 hal. 125).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu untuk memberikan
asuhan kebidanan komprehensif secara Continuity Of Care karena setiap
kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi ibu sebelum dan selama
kehamilan dalam keadaan baik dengan harapan ibu dapat mengatasi
keluhannya dan beradaptasi dengan perubahan fisiologis yang dirasaka agar
kehamilan dapat dilewati dengan nyaman dan normal sampai ibu menjadi
akseptor KB.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan luasnya ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif
secara continuity of care maka mahasiswa membatasi asuhan yang diberikan
kepada Ny. N dengan menggunakan manajemen kebidanan mulai dari
trimester III (usia kehamilan 35 minggu), persalinan dan bayi baru lahir,
neonatus, nifas, serta keluarga berencana.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. N secara
berkesinambungan/Continuity Of Care meliputi kehamilan trimester III,
bersalin dan bayi baru lahir, neonatus, nifas, dan akseptor keluarga
berencana dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
4

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan sejak umur kehamilan 35
minggu pada Ny. N di wilayah kerja Puskesmas Martapura II Tahun
2022
b. Melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir pada Ny.
N di wilayah kerja Puskesmas Martapura II Tahun 2022
c. Melakukan asuhan pada Neonatus Ny. N di wilayah kerja Puskesmas
Martapura II Tahun 2022
d. Melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny. N di wilayah kerja
Puskesmas Martapura II Tahun 2022
e. Mampu melakukan asuhan keluarga berencana pada Ny. N di wilayah
kerja Puskesmas Martapura II Tahun 2022

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambah
pengalaman penulis mengenai asuhan kebidanan ssecara komprehensif
dengan continuity of care tentang pemberian asuhan kepada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana.
2. Manfaat Praktis
Dapat mempraktikkan teori secara langsung di lapangan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan, bayi baru lahir,
nifas, dan keluarga berencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Menurut Nugroho dkk (2014, hal 4) definisi kehamilan dimulai
dari fertilasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal
berlangsung 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari.
Menurut Kemenkes RI (2020b, hal 16) dalam kehamilan terdapat
tiga trimester yaitu :
1) Trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai dengan 12
minggu
2) Trimester kedua dimulai dari 12 minggu sampai dengan 24
minggu
3) Trimester ketiga dimulai dari 24 minggu sampai dengan 40
minggu
b. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III
Menurut Kusmiyati dan Wahyuningsih (2015, hal 69-72)
perubahan anatomi fisiologi ibu hamil trimester III yaitu :
1) Sistem Reproduksi (uterus)
Pada trimester III itsmus lebih nyata menjadi bagian korpus
uteri dan berkembang menjadi segmen bawah Rahim (SBR).
Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas
uterus, SBR menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas nyata
antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang
lebih tipis.
a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25
cm)

5
6

b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antar ½ jari


pusat dan prosesus xifoideus (27cm )
c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus
xifoideus
(30 cm)
d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah
prosessus xifoideus (33 cm)
2) Sistem traktus uranius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun kepintu
atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing akan mulai tertekan kembali.
3) Sistem respirasi
Pada 32 minggu keatas karena tertekan uterus yang
membesar kearah diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami keslitan
bernafas.
4) Sirkulasi darah
Penambahan volume darah sekitar 25 % dengan puncak
usia kehamilan 32 minggu. Aliran darah meningkat dengan
cepat seiring pembesara uterus selama masa kehamilan lanjut.
5) Sistem musculoskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah
secara mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang
membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot perut
dan penigkatan beban berat badan pada akhir kehamilan
membutuhkan penyesuaian ulang.
7

c. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III


Menurut Kusmiyati dan Wahyuningsih (2015, hal 76)
trimester III sering disebut periode penantian. Pada periode ini
wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai bagian dari
dirnya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada
perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat
waktunya. Fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah dan
hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejalanya.
d. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Pada Trimester III
Menurut Nugroho, dkk (2014, Hal 82-99) menyatakan bahwa
kebutuhan fisik pada ibu hamil yaitu :
1) Oksigen
Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan
pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan
akibat membesarnya Rahim. Kebutuhan oksigen meningkat
20%. Ibu hamil sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang
terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan mengurangi
masukan oksigen.
2) Nutrisi
Agar mengakakomodasi perubahan yang terjadi selama masa
hamil banyak yang diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih
besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami
kenaikan BB, penambahan BB bisa diukur dengan IMT (indeks
masa tubuh) selama hamil IMT dihitung dengan cara BB
sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dalam m) (Kemenkes RI,
2017 hal 47-48).
3) Personal Hygiene
a) Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi, dang anti pakaian
minimal 2 kali sehari
b) Menjaga kebersihan alat genitalia dan pakaian dalam
c) Menjaga kebersihan payudara
8

4) Pakaian
Pakaian harus longgar, bersih, nyaman dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah dada, perut dan leher. Serta tidak
menggunakan sepatu atau sandal tumit tinggi.
5) Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester 1 dan
III. Sementara frekuensi buang air besar menurut akibat adanya
konstipasi.
a) Mengurangi cairan yang masuk sebelum tidur malam agar
tidak menyebabkan sering kencing sehingga tidak
mengganggu istirahat ibu.
b) Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang
basah dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman.
c) Setiap habis BAB dan BAK, cebok dengan baik dan
keringkan menggunakan handuk kecil atau tisu.
6) Seksual
Wanita hamil dapat melakukan hubungan seksual dengan
suami sepanjang hubungan seksual tersebut tidak mengganggu
kehamilan.
7) Mobilisasi
Pertumbuhan Rahim yang membesar akan menyebabkan
peregangan ligament-ligamen atau otot-otot sehingga
pergerakan ibu hamil menjadi terbatas dan kadangkala
menimbulkan rasa nyeri.
a) Melakukan latihan atau seam hamil agar otot-otot tidak
kaku
b) Jangan lakukan gerakan tiba-tiba atau spontan
c) Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang
cukup berat, jongkoklah terlebih dahulu baru kemudian
mengangkat benda
9

d) Apabila sedang tidur, miring dulu baru kemudian bangkit


dari tempat tidur
8) Senam hamil
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan
ibu hamil, secara fisik atau mental. Pada persalinan aman dan
spontan.
9) Istirahat dan Tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang
cukup. Kurang istirahat atau tidur pada ibu hamil akan terlihat
pucat, lesu, dan kurang gairah. Usahakan tidur malam
± 8 𝑗𝑎𝑚 dan tidur siang ± 1 𝑗𝑎𝑚 . posisi tidur yang dianjurkan
untuk ibu hamil adalah tidur miring kekiri, posisi ini mencegah
sesak nafas, bengkak pada kaki, serta memperlancar sirkulasi
darah yang penting untuk pertumbuhan janin.
10) Travelling
Bepergian dengan pesawat udara pada masa kehamilan
merupakan hal penting dengan persiapan dini ibu akan lebih
baik dan siap untuk menyusui bayinya (Kusmiyati dan
Wahyuningsih, 2015 hal 127).
e. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III
Menurut Tyastuti dan Wahyuningsih (2016, Hal 109 dan 125)
Ketidaknyamanan dan penanganan masalah yang biasa timbul pada
trimester III yaitu:
Tabel 2.1 Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III
No Ketidaknyamanan Faktor Penyebab Cara Mengatasi
Trimester III
1 Sering Buang Air a) Uterus membesar a) Perbanyak minum
Kecil (BAK) sehingga menekan pada siang hari untuk
kandung kemih menjaga
b) Ekskresi sodium keseimbangan
(Natrium) yang hidrasi
meningkat b) Ibu hamil dianjurkan
c) Perubahan untuk membatasi
fisiologis ginjal minum yang
sehingga mengandung
10

No Ketidaknyamanan Faktor Penyebab Cara Mengatasi


Trimester III
produksi urine diuretic seperti
meningkat teh, kopi, cola,
dengan caffeine
Hindari pakaian
ketat.
2 Edema a) Pembesaran uterus a) Hindari makanan
pada ibu hamil yang berkadar garam
mengakibatkan tinggi
tekanan pada vena b) Hindari
pelvik sehingga duduk/berdiri dalam
menimbulkan jangka waktu lama
gangguan sirkulasi. c) Makan makanan
Hal ini terjadi tinggi protein
terutama pada d) Istirahat dan naikkan
waktu ibu hamil tungkai selama 20
duduk atau berdiri menit berulang –
dalam waktu yang ulang.
lama e) Berbaring atau
b) Tekanan pada vena duduk dengan kaki
cava inferior pada ditinggikan
saat ibu berbaring f) Hindari berbaring
terlentang terlentang
c) Kongesti sirkulasi g) Hindari kaos kaki
pada ekstremitas yang ketat.
bawah
d) Kadar sodium
(Natrium)
meningkat karena
pengaruh dari
hormonal. Natrium
bersifat retensi
cairan.
e) Pakaian ketat

3 Nyeri punggung Lordosis dorsolumbar a) Menggunakan


bagian bawah yang dapat mekanisme
menyebabkan nyeri tubuh yang baik
akibat tarikan pada untuk
saraf atau kompresi mengangkat barang
akar saraf. Struktur yang jatuh, misalnya
ligamentum dan otot dengan jongkok,
tulang belakang bagian lebarkan kaki dan
tengah dan bawah letakkan satu kaki
mendapat tekanan sedikit
berat. Terjadi relaksasi b) Hindari sepatu hak
ringan dan peningkatan tinggi, hindari
mobilitas sendi pekerjaan dengan
panggul normal selama beban yang terlalu
berat
c) Gunakan bantal
waktu tidur untuk
meluruskan
punggung
d) Mengikuti senam
11

No Ketidaknyamanan Faktor Penyebab Cara mengatasi


Trimester III
masa hamil, pemisahan e) Ibu hamil harus rajin
simfisis pubis, dan hamil
ketidakstabilan sendi
sakroiliaka yang besar
dapat menimbulkan
nyeri dan kesulitan
berjalan (Hani, 2014,
hal. 65).

4. Keputihan Peningkatan kadar a) Masase daerah


hormon estrogen, pinggang
hyperplasia pada dan punggung
mukosa vagina pada membersihkan
ibu hamil alat kelamin
dan
mengeringkan setiap
sehabis BAK dan
BAB
b) Saat membersihkan
alat kelamin cebok
dari arah depan ke
belakang Celana
dalam keadaan basah
maka harus segera di
ganti
c) Pakai celana dalam
yang terbuat dari
katun sehingga
menyerap keringat
dan membuat
sirkulasi udara yang
baik
d) Tidak dianjurkan
memakai semprot
atau douch
Sumber: Tyastuti dan Wahyuningsih (2016, hal 109 dan 125)
f. Tanda Bahaya Pada Kehamilan
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut menurut Kusmiyati
dan Wahyuningsih (2015 hal 160-166) yaitu :
1) Perdarahan Pervaginam
Pada kehamilan lanjut, perubahan yang tidak normal
adalah merah, banyak, kadang-kadang tapi tidak dengan
rasa nyeri. Jenis perdarahan anterpartum yaitu placenta
previa dan solusio placenta.
12

2) Sakit Kepala yang Hebat


Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala. Kepala yang menetap dan tidak
hilang dengan dengan istirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat mungkin ibu menemukan bahwa
penglihatannya menjadi atau berbayang. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari Preeklamsia.
3) Penglihatan Kabur
Wanita hamil mengeluh penglihatan kabur karena
pengaruh hormonal. Ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah-ubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (Minor)
adalah normal.
4) Bengkak Di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat
dan disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau
preeklamsia.
5) Keluar Cairan Pervaginam
Keluar cairan dari vagina pada trimester III bisa berupa
ketuban yang pecah sebelum waktunya.
6) Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya gerakan janin dapat dirasakan setelah 5 atau
6 bulan. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya
lebih awal.
7) Nyeri Abdomen Yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah
yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,
menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat.
13

2. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan


a. Pengertian
Menurut Kusmiyati dan Wahyuningsih (2015, hal 1) pelayanan
antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah
ibu hamil normal.
b. Tujuan Asuhan Kehamilan
Menurut Hani, dkk (2014, hal 6) tujuan antenatal care adalah
1) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
serta sosial ibu dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknyamanan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pemedahan.
4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan
dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan
pemberian ASI esklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Standar Kunjungan kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2020b, Hal 16) untuk mendapat
manfaat maksimum dari kunjungan-kunjungan antenatal ini, maka
sebaiknya ibu tersebut memperoleh minimal 6 kali kunjungan
selama kehamilan dan 2 kali pemeriksaan oleh dokter, yang terbagi
dalam 3 trimester :
1) 2 kali kunjungan trimester 1 (kehamilan 12 minggu)
2) 1 kali kunjungan trimester 2 (Kehamilan 12 minggu-24
minggu)
14

3) 3 kali pada trimester III (Kehamilan diatas 24 minggu-40


minggu)

Menurut Manuaba (2010, hal. 111) Kunjungan yang ideal selama


kehamilan, yaitu :
1) 4 minggu sekali (sebelum 28 minggu)
2) 2 minggu sekali (28-36 minggu)
3) 1 minggu sekali (setelah 36 minggu sampai akhir)
d. Standar Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2020b, Hal 16) pelayanan antenatal yang
dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu :
1) Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap wanita
berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat
badan. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan
kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mas index
(BMI) atau indeks masa tubuh (IMT). Untuk menghitung IMT
dengan formula berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
dipangkatkan dua (Rukiyah, dkk 2013 hal 59)
Tabel 2.2 Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan IMT
sebelum hamil
Kategori IMT Rentang kenaikan BB yang
dianjurkan
Rendah (IMT <18,5) 12,5-18 kg
Normal (IMT10,5-24,9) 11,5-16 kg
Tinggi (IMT 25,0-29,9) 7-11,5 kg
Obesitas (IMT>30) 5-9 kg
Sumber: Kemenkes RI (2020b, Hal 8)
15

2) Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui
perbandingan nilai dasar selama kehamilan. Tekanan darah >
140/90 mmHg.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA <23,5 cm risiko KEK (kurang energi kronis)
4) Pengukuran tinggi puncak Rahim (Fundus Uteri)
Apabila usia kehamilan dibawah usia 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila diatas 24
minggu diukur memakai pita pengukur dari atas simfisis ke
fundus uteri.
5) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut jantung Janin (DJJ)
Penentuan presentasi janin untuk menilai bagian terbawah
janin, apabila di trimester III bagian bawah janin bukan kepala
atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan
letak. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau
lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi
Vaksinasi terhadap tetanus (TT) di Indonesia diberikan 2
kali. Sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarang sekurang-
kurangnya 4 minggu. Vaksinasi kedua sebaiknya diberikan
sekurang-kurngnya dari 1 bulan sebelum anak lahir agar serum
antitetanus mencapai kadar optimal (Kusmiyati dan
wahyuningsih,2015 hal 126)
Tabel 2.3 Imunisasi Tetanus

Antigen Interval Lama Perlindungan


TT1 Awal
TT2 1 bulan 3 tahun
TT3 6 bulan 5 tahun
TT4 12 bulan 10 tahun
TT5 12 bulan >25 tahun
Sumber: Kemenkes RI (2020 b, hal 16)
16

7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama


kehamilan
8) Tes Laboratorium
Pelaksanaan tes laboraturium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urine dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya).
9) Tatalaksana kasus
Apabila ditemukan masalah segera ditangani atau dirujuk
10) Pelaksanaan Temu Wicara
Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana. Dilakukan saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan.
e. Standar Pelayanan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Menurut Nugroho, dkk (2014, hal 7-8) terdapat 6 standar dalam
standar pelayanan antenatal, yaitu :
1) Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami, serta anggota keluarga lainnya agar
mendorong dan membantu ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal
pemeriksaan meliputi anamnesis serta pemantauan ibu dan
janin berlangsung normal.
a) Bidan juga harus mengenal adanya kelainan pada
kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi HIV,
memeriksakan pelayanan imunisasi, nasehat dan
17

penyuluhan kesehatan sertatugas terkait lainnya yang


diberikan oleh puskesmas
b) Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuk untuk
tindakan selanjutnya.
3) Standar 5 : Palpasi Abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan
bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga
panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan rujukan untuk semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6) Standar 8 : Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami
serta keluarganya pada rimester ketiga untuk memastikan
bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik.
Disamping itu, persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk
juga harus direncanakan bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat
darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah.

f. Standar Kunjungan Antenatal pada masa Pandemi Covid-19


18

1) Pelaksanaan program berdasarkan zona wilayah.


Tabel 2.4 Program Pelayanan bagi Ibu Hamil masa
Pandemi Covid-19
Program Zona Hijau (Tidak Zona Kuning (Risiko
Terdampak /Tidak Ada Rendah), Orange
Kasus) (Risiko Sedang),
Merah
(Risiko Tinggi)
Kelas Dapat dilaksanakan Ditunda
Ibu dengan metode tatap pelaksanaannya di
Hamil muka (maksimal 10 masa pandemi
peserta), dan harus COVID-19 atau
mengikuti protokol dilaksanakan melalui
kesehatan secara media komunikasi
ketat. secara daring (Video
Call, Youtube,
Zoom).

P4K Pengisian stiker P4K Pengisian stiker P4K


dilakukan oleh tenaga dilakukan oleh ibu
kesehatan pada saat hamil atau keluarga
pelayanan antenatal. dipandu
bidan/perawat/dokter
melalui media
komunikasi.
AMP Otopsi verbal dilakukan Otopsi verbal
dengan mendatangi dilakukan dengan
keluarga. Pengkajian mendatangi keluarga
dapat dilakukan dengan atau melalui telepon.
metode tatap muka Pengkajian dapat
(megikuti protokol dilakukan melalui
kesehatan) atau melalui media komunikasi
media komunikasi secara daring (video
secara daring (video conference).
conference).

Sumber : Kemenkes RI (2020, hal. 3)


2) Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan
normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di
Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh
19

dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke


5 di Trimester 3. Menurut Kemenkes RI (2020, hal. 3)
a) ANC ke-1 di Trimester 1: skrining faktor risiko dilakukan
oleh Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika
ibu datang pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan
pelayanan antenatal seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke
dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum ibu melakukan
kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janji
temu/ teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui
media komunikasi (telepon)/ secara daring untuk mencari
faktor risiko dan gejala COVID-19.
(1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk
dilakukan swab atau jika sulit untuk mengakses RS
Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan
skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di RS
Rujukan.
(2) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan
skrining oleh Dokter di FKTP.
b) ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC
ke-4 di Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3:
Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka
didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara
daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-
19.
(1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk
dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan
maka dilakukan Rapid Test.
(2) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan
pelayanan antenatal di FKTP.
20

c) ANC ke-5 di Trimester 3: Skrining faktor risiko persalinan


dilakukan oleh Dokter dengan menerapkan protokol
kesehatan. Skrining dilakukan untuk menetapkan:
(1) faktor risiko persalinan,
(2) menentukan tempat persalinan, dan
(3) menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau
tidak.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi
dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan
gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk
ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS
Rujukan maka dilakukan Rapid Test.
3) Rujukan terencana diperuntukkan bagi:
a) Ibu dengan faktor risiko persalinan.
Ibu dirujuk ke RS untuk tatalaksana risiko atau komplikasi
persalinan. Skrining COVID-19 dilakukan di RS.
b) Ibu dengan faktor risiko COVID-19.
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan di RS Rujukan.
Jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan rujukan
terencana, pelayanan antenatal selanjutnya dapat
dilakukan di FKTP.
4) Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan antenatal,
nifas, dan kunjungan bayi baru lahir melalui media komunikasi
(telepon/SMS/WA) atau secara daring. Saat melakukan janji
temu/teleregistrasi, petugas harus menanyakan tanda, gejala,
dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian
masker bagi pasien saat datang ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
21

5) Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak


menular, psikologis kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG
oleh Dokter pada Trimester 1 dilakukan sesuai Pedoman ANC
Terpadu dan Buku KIA.
a) Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan
kehamilan ke 2, 3, 4, dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh
Bidan atau Dokter. Demikian pula untuk ibu hamil dengan
faktor risiko yang bisa ditangani oleh Dokter di FKTP.
b) Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani
oleh Dokter di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai
dengan hasil skrining untuk dilakukan tatalaksana secara
komprehensif (kemungkinan juga dibutuhkan penanganan
spesialistik selain oleh Dokter Sp. OG)
6) Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau
terkonfirmasi COVID-19, pemeriksaan USG ditunda sampai
ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan
selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
7) Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA
dalam kehidupan sehari-hari.
a) Mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan
atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan
diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan
gerakan janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya
(tercantum dalam buku KIA), seperti mual-muntah hebat,
perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban
pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi
berulang, dan kejang atau ibu hamil dengan penyakit
diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat,
pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan
penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk,
22

maka ibu harus memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.
c) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20
minggu. Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitunglah
gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan dalam 2
jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai
10 gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam berikutnya
sampai maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam
12 jam). Bila belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam,
ibu harus segera datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
untuk memastikan kesejahteraan janin.
d) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan
dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,
menjaga kebersihan diri dan tetap melakukan aktivitas
fisik berupa senam ibu hamil/ yoga/pilates/peregangan
secara mandiri di rumah agar ibu tetap bugar dan sehat.
e) Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD)
sesuai dosis yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
8) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan
status suspek, probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19
dilakukan dengan pertimbangan dokter yang merawat.
9) Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-
19, saat pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai
pilihan IMD, rawat gabung, dan menyusui agar pada saat
persalinan sudah memiliki pemahaman dan keputusan untuk
perawatan bayinya.
10) Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya
tidak melakukan perjalanan ke luar negeri atau ke daerah
dengan transmisi lokal/ zona merah (risiko tinggi) dengan
mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang
dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
23

perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan


penyebaran COVID-19 yang luas.
B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir
a. Persalinan
a. Konsep Dasar Persalinan
1) Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan Uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan alat atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). (Marmi, 2016 hal. 1) Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan dalam (setelah 37 minggu) tanpa disertai
penyulit. Persalinan dimulai (infartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat
dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2016, hal.37).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan
dengan presesntasi belakang kepala, berlaangsung kurang dari 24
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Marmi,
2016 hal. 1)
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kurniarum 2016
hal 3).
24

2) Macam-macam Persalinan
Menurut Marmi (2016, hal. 3) macam-macam teori
persalinan adalah :
a) Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir
b) Persalinan buatan adalah persalinan yang berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps
atau dilakukan operasi section caesarea
c) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
misalnya pemberian Pitocin dan prostaglandin.
3) Penyebab Persalinan
Menurut Rukiyah, dkk (2019, hal. 4) teori penyebab
persalinan yaitu:
a) Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim
(1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
waktu tertentu.
(2) Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan bisa dimulai.
b) Teori penurunan progesterone
(1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu.
(2) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot
rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
(3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesterone tertentu.
c) Teori oksitosin internal
(1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posteror.
25

(2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat


mengubah sensitivas otot Rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
d) Teori Prostaglandin
(1) Kontrasepsi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan
15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
(2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan.
(3) Prostaglandin dianggap sebagi pemicu terjadinya
persalinan.
4) Tanda dan Gejala Persalinan
Menurut Kurniarum (2016, hal 5) tanda dan gejala persalinan yaitu:
a) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
(1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
(2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
(3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
(4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
(5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
b) Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
26

c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)


Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang
sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau
selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan
Menurut Kurniarum dkk (2016, hal.56-65) faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan, yaitu :
a) Power (tenaga/kekuatan)
Power atau kekuatan terdiri dari:
(1)Kontraksi Uterus
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi
dari ligamen.
(a) Pengkajian his
a. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu
b. Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu
kontraksi
c. Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan
mmhg dibedakan menjadi: kuat, sedang dan lemah
27

d. Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi)


e. Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadang-
kadang, sering, teratur.
(b) Pengaruh his
a. Cerviks menipis (effacement)
b. Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin
turun.
(2) Tenaga mengejan
(a) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah
tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.
(b) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita
buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.
(c) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu
reflek yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya
mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya kebawah.
(d) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu
ada his.
(e) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir,
misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya,
persalinan harus dibantu dengan forceps
(f) Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah
placenta lepas dari dinding rahim.
b) Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
(1) Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang
pangkal paha (os coxae), terdiri dari os illium, os ischium dan os
28

pubis, 1 tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang tungging (os


cocygis). Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul
menjadi dua bagian:
(2) Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor)
Yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan
persalinan.
(3) Pintu Atas Panggul (PAP)
Bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas panggul
sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis. Bagian lateral
dibentuk oleh linea iliopektenia, yaitu sepanjang tulang
inominata. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior
tepi atas sacrum dan promontorium sacrum.
(4) Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai sumbu
melengkung ke depan. Pelvis minor terdiri atas: pintu atas
panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang tengah panggul
terdiri dari bidang luas dan bidang sempit panggul.
(5) Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding
anterior (depan) pendek dan dinding posterior jauh lebih
cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian
posterior simpisis pubis, ischium, sebagian ilium, sacrum dan
koksigeum.
(6) Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk
lonjong agak menyerupai intan, di bagian anterior dibatasi oleh
lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberosisitas iskium, dan
bagian posterior (belakang) oleh ujung koksigeum
(7) Bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh
29

penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher


(VT). Adapun bidang hodge sebagai berikut:
a. Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP)
yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro iliaca,
sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os pubis, dan
tepi atas symfisis pubis.
b. Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis
berhimpit dengan PAP (Hodge I).
c. Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit
dengan PAP (Hodge I)
d. Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
e. Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-
ligament
Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam
dan bawah panggul.
c) Passenger (Hasil Konsepsi)
Passenger terdiri atas : janin, plasenta dan air ketuban
(1) Janin
Presentasi Janin
(a) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki
PAP dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai
aterm.
(b) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba
oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam
(c) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, presentasi muka, dll.
Letak Janin
(1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung) ibu.
30

(2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring


(3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
(4) Sikap Janin
(5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang
lain, hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan
janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk
rongga rahim.
(6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala
fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks
dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai.
(7) Posisi Janin: Hubungan antara bagian presentasi (occiput,
sacrum, mentum, sinsiput/puncak kepala menengadah) yang
merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap
empat kuadran panggul ibu, misal pada letak belakang kepala
(LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.
Variasi Posisi Kepala
Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan Indikator:
ubun-ubun kecil (UUK) Variasi posisi:
(1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)
(2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
(3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)
(4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
(5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
(6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)
d) Psikis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
seorang ibu dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis
(kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam menghadapi
31

persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan


menolong persalinan.
e) Penolong persalinan
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan
sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
6) Fase dalam persalinan
Menurut Kurniarum (2016, hal. 11) proses persalinan terdiri dari 4
kala diantaranya adalah :
a) Kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung
18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase
aktif.
(1) Fase laten persalinan
(a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap
(b) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
(c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
(2) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi
a. Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi
3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih)
b. Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. Serviks
32

membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm


atau lebih perjam.
c. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
b) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda-tanda bahwa kala II
persalinan sudah dekat adalah:
(1) Ibu ingin meneran
(2) Perineum menonjol
(3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
(4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
(5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
(6) Pembukaan lengkap (10 cm)
c) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(1) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(2) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
(3) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian
oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
(1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
(2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
(3) Tali pusat memanjang
(4) Semburan darah tiba tiba
Fase pelepasan plasenta
(1) Fase pelepasan plasenta
33

Schultze merupakan proses lepasnya plasenta seperti


menutup payung. Cara ini merupakan cara yang paling sering
terjadi (80%).
(2) Duncan. Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya
plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar
antara selaput ketuban.
(3) Fase pengeluaran plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta:
(a) Kustner yaitu dengan meletakkan tangan diatas tekanan di
atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat
masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah
lepas.
(b) Klein merupakan perasat sewaktu ada his, rahim didorong
sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum lepas, diam atau
turun berarti lepas. (Cara ini tidak digunakan lagi)
(c) Strassman adalah cara dengan tegangkan tali pusat dan ketok
pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum
lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda
plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas simpisis,
tali pusat bertambah panjang, rahim, bundar dan keras, serta
keluar darah secara tiba-tiba.
d) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
(1) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
(2) Masa 1 jam setelah plasenta lahir
(3) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi
ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering
b. Konsep Dasar Asuhan Persalinan
1) Pengertian Asuhan Persalinan
34

Menurut Prawirohardjo (2014, hal.334) asuhan persalinan normal


adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi
lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Hal ini merupakan
suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
2) Tujuan Asuhan Persalinan
Menurut Walyani (2016, hal. 15) tujuan asuhan persalinan normal
secara umum adalah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
3) Lima Benang Merah
Menurut JNPK-KR (2016, hal. 7) ada lima aspek dasar atau lima
benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut
adalah :
(1) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan
pertolongan.
Tujuh langkah dalam membut keputusan klinik :
(a)Pengumpulan data pertama dan relevan untuk membuat
keputusan. (b)Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi
masalah.
(c)Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi atau
dihadapi.
(d)Menilai adanya kebutuhan dan kesiapa intervensi untuk solusi
masalah.
35

(e)Menyusun rencana pemberian asuhaan atau intervensi untuk solusi


masalah.
(f) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih.
(g)Memantau atau mengevluasi efektivitas asuhan/intervensi.
(2) Asuhan sayang ibu dan bayi
Menurut Walyani (2016 hal 65) Asuhan sayang ibu adalah
asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
(a) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk
mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara
berkesinambungan.
(b) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
(c) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk
intervensi dan hasil asuhan.
(d) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan,
nilai dan adat istiadat.
(e) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk
memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.
(f) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian
asuhan yang berkesinambungan.
(g) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak
didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti:
pencukuran, enema, pemberian cairan intravena, menunda
kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin
secara elektronik.
(h) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan
rasa nyeri dengan/tanpa obat-obatan.
(i) Mendorong semua ibu memberi ASI dan mengasuh bayinya
secara mandiri.
36

(j) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan


kewajiban agama.
(k) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
(3) Pencegahan infeksi
Menurut Kurniarum (2016, hal. 91) Upaya pencegahan infeksi
berupa Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi risiko
penularan infeksi pada ibu maupun bayi, dilanjutkan dengan
penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah disepakati,
tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar,
dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan
Kemenkes dan IBI.
e. Partograf
JNPK-KR, (2016, hal. 52) menyatakan Partograf adalah alat bantu
untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam, menilai kualitas kontraksi
uterus dan penurunan bagian terbawah.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik
ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
a) Mencatat kemajuan persalinan.
37

b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.


c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan:
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Patograf sangat membantu
penolong persalinan dalam mamantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak
disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah,
puskesmas, polindes, pos kesehatan, rumah sakit, dll)
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Pencatatan patograf
Menurut JNPK-KR (2016) dalam buku Legawati (2018, hal. 29)
menyatakan Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4
cm dan berakhir saat pembukaan lengkap. Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan bayi juga
harus dinilai dan dicatat dengan cara, yaitu:
1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : 30 menit
3) Nadi : setiap 30 menit
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7) Produksi urin (2-4 jam) aseton dan protein : sekali
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan
bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai
38

apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan.


Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama,
nilai ulang dan kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila
tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang
dengan intruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur,
intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkatnya. Apabila
asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya
boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya
dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk
menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan
frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika
fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.
4) Pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf
Observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan
lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, yaitu:
a) Informasi tentang ibu
(1)Nama, umur;
(2) Gravida, para, abortus (keguguran);
(3) Nomor catatan medik/nomor puskesmas;
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal
dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
(5) Waktu pecahnya selaput ketuban.
b) Kondisi janin
DJJ, warna dan adanya air ketuban, dan penyusupan
(molase) tulang kranium janin.
(1) Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin, dan garis waspada dan garis bertindak.
(2) Jam dan waktu
39

Waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual saat


pemeriksaan atau penilaian.
(3) Kontraksi uterus
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dan lama
kontraksi (dalam detik).
(4) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin, obat-obatan lainnya, dan cairan IV yang diberikan.
(5) Kondisi Ibu
Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, serta urin
(volume, aseton, dan protein)
(6) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Dicatat dalam kolom yang tersedia disisi patograf atau
dicatatan kemajuan persalinan.
5) Mencatat temuan pada patograf
a) Informasi tentang ibu
b) Kondisi janin
(1) Denyut jantung janin
Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada
bila DJJ mengarah hingga 120 atau diatas 160. Catat tindakan-
tindakan segera yang dilakukan pada ruang yang tersedia di
salah satu kedua sisi patograf.
(2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan
lambing-lambing berikut:
(a) U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
(b) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih
40

(c) M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban


bercampur meconium
(d) D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
(e) K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering)
(3)Penyusupan (molase) tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar
tulang kepala semakin resiko disproporsi kepala-panggul
penyusupan, sulit dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi maka
penting untuk tetap memantau kemajuan persalinan. Lakukan
tindakan awal yang sesuai ddan rujuk ibu dengan dugaan CPD ke
fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap periksa dalam nilai penyusupan antar tulang (molase)
kepala janin, gunakan lambing berikut :
(a)0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
(b)1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
(c)2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
(d)3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan
c) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika ada tanda penyulit). Saat ibu dalam fase
aktif persalinan, catat pada patograf setiap temuan dari setiap
pemeriksaan. Tanda “X” harus dicantumkan di garis waku yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
41

(2) Penurunan bagian terbawah janin


Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau
lebih sering (jika ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan
hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukan seberapa jauh bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian bawah
janin. Dalam kondisi tertentu, bagian terbawah janin turun
setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan “Turunnya Kepala” dan garis tidak terputus dari
0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
Berikan tanda “O” yang di tulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala diatas
simfisis pubis 4/5 maka tulisan “O” digaris angka 4. Hubungkan
tanda “O” dari setiap pemeriksaan dari setiap garis tidak
terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm perjam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm perjam), maka harus di
pertimbangkan adanya penyulit (misalnya: fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang
diperlukan, misalnya: rujukn ke fasilitas kesehatan rujukan
(rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk
menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis
bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam)
garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
42

berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini


menunjukan perlu di lakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.
d) Jam dan waktu
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah patograf (pembukaan serviks dan
penurunan) tertera kotak-kotak diberi angka 1-12. Setiap kotak
mmenyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,
tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit
yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan
serviks, DJJ dibagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di
bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
antumkan pembukaan serviks, digaris waspada. Kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan pembukaan serviks 6
cm pada pukul 15.00 cantumkan tanda “X” di garis waspada
yang sesuai dengan lajur waktu di bawah lajur pembukaan
(kotak ketiga dari kiri).
e) Kontraksi uterus
Dibawah lajur partogaf, terdapat lima kotak dengan tulisan
“kontraksi per10 menit” disebelah luar kolom paling kiri setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi per10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil
43

dari kontraksi. Patograf mulai digunakan pada pencatatan selama


fase aktif persalinan dimulai dari fase laten persalinan yaitu bukaan
serviks 4 cm sampai dengan fase aktif yang di mulai dari
pembukaan serviks 4-10 cm (JNPKR, 2016 hal. 52).
f) Aplikasi dan Interpretasi Data pada Grafik Partograf
Data penting yang dicantumkan pada grafik kemajuan
persalinan adalah:
(1) Dilatasi serviks
(2) Kontraksi
(3) Penurunan bagian terbawah janin
g) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur
kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.
Bagian ini dapat juga digunakan untuk mencatat jumlah asupan
yang diberikan.
(1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin di mulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan
IV dan dalam satuan tetesan permenit.
(2) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan atau cairan IV
dalam kotak yang sesai dengan kolom waktunya.
h) Kondisi ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan
partogaf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi
kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
(1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu.
44

(a)Nilai dan catat nadi ibu stiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri
tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
(b)Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan (lebih sering jika di duga adanya penyulit).
Beri tanda panah pada partogaf pada kolom waktu yang
sesuai : ↕
(c)Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2
jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
(2) Volume urine, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi sedikitnya 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan jika setiap kali ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan aseton dan proteinuria.
i) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan, pengamatan yang keputusan klinik
lainnya disisi luar kolom partogaf atau buat catatan terpisah tentang
kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
(1)Jumlah cairan peroral yang di berikan
(2)Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
(3)Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan,
dokter umum).
(4)Persiapan sebelum melakukan rujukan.
(5)Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan.
6) Pencatatan pada halaman 2 partograf
Halaman belakang partograf untuk mencatat hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan yang
dilakukan sejak kala 1 hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan
45

catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas


(terutama pada kala IV persalinan) untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan
klinik yang sesuai.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :
a) Data atau informasi umum.
b) Kala I, kala II, kala III, kala IV, asuhan bayi baru lahir, asuhan
BBL dengan asfiksia.

d. Standar asuhan persalinan


Menurut Septiana (2020, hal.52) standar asuhan persalinan terdiri
dari :
1) Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai.
Kemudian memberikanasuhan dan pemantauan yang memadai,
dengan memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan
berlangsung.
2) Standar 10 : Persalinan yang aman
Mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuba secara lengkap.
3) Standar 11 : Pelaksaan aktif persalinan kala III
Bidan melakukan peregangan tali pusat dengan benar dan
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4) Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala
II dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perenium.
46

e. Langkah-langkah asuhan persalinan


JNPK-KR (2016, hal. 18) menyatakan 60 langkah Persalinan
Normal, yaitu:
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II.
2) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan
bayi baru lahir.
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk pribadi bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan desinpektan tingkat tinggi (DTT) pada yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik dan letakkan di partus
set/wadah DTT.
7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,
kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik kedalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan.
10) Memastikan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi.
11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
47

13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih di bawah perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17) Membuka tutup partus dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi untuk membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan Ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera lajutkan
proses kelahiran bayi.
21) Setelah kepala bayi lahir, menunggu putaran paksi luar yang
berlangsung secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penegangan secara
bipariental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut, gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perenium
Ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang peranan
dan siku sebelah atas.
48

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke
punggung bokong, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata
kaki telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki Ibu
jari dan jari-jarinya.
25) Melakukan penilaian (sepintas).
26) Mengeringkan tubuh bayi, bungkus kepala bayi, kecuali bagian tali
pusat.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10
unit dalam di 1/3 distal lateral paha.
30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir, memegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser 3 cm proksimal
dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan
klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain
untuk mendorong isi tali pusat kearah Ibu dan klem tali pusat pada
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31) Memotong dan pengikatan tali pusat.
32) Meletakkan bayi tengkurap di dada Ibu untuk kontraksi kulit dan bayi
melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
33) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah Ibu untuk
mendeteksi kontraksi.
35) Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
secara hati-hati.
49

36) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial, hingga plasenta


terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dari
arah sejajar lantai kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan
kedua tangan.
38) Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, melakukan
massage uterus hingga uterus berkontraksi.
39) Memeriksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta lahir lengkap,
masukkan plasenta pada tempatnya.
40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium.
Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi dan menimbulkan
perdarahan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan
secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin 0,5% selama
10 menit.
43) Memastikan uteus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong.
44) Massase uterus dan menilai kontraksi.
45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-
60 kali/menit).
48) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit), kemudian cuci dan bilas.
49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
50

50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh ibu dengan air
DTT, membersihkan daerah tempat bersalin, membantu ibu memakai
pakaian yang kering dan bersih.
51) Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan air susu
ibu (ASI). Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan
dan minuman.
52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55) Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi.
56) Dalam 1 jam pemberian salep mata, Vitamin K 1 mg IM di paha kiri
bawah lateral.
57) Setelah 1 jam pemberian Vitamin K, memberikan suntikan Hepatitis B
di paha kanan bawah lateral.
58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV
f. Pelayanan Asuhan Persalinan Selama Masa Pandemi Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020, hal 54) pelayanan asuhan persalinan
pada masa covid-19 adalah sebagai berikut :
1) Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2) Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:
a) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.
b) Kondisi ibu saat inpartu.
c) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.
(1) Persalinan di RS Rujukan COVID-19 untuk ibu dengan
status: suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19
(penanganan tim multidisiplin).
51

(2) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan


status: suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, jika
terjadi kondisi RS rujukan COVID-19 penuh dan/atau terjadi
kondisi emergensi. Persalinan dilakukan dengan APD yang
sesuai.
(3) Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat
(skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR
< 5,8 dan limfosit normal), rapid test non reaktif). Persalinan
di FKTP menggunakan APD yang sesuai dan dapat
menggunakan delivery chamber (penggunaan delivery
chamber belum terbukti dapat mencegah transmisi COVID-
19).
d) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di
semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan walaupun belum diketahui
status COVID-19. Kecuali bila ada kondisi yang mengharuskan
dilakukan rujukan karena komplikasi obstetrik.
3) Rujukan terencana untuk :
a) ibu yang memiliki risiko pada persalinan dan
b) ibu hamil dengan status Suspek dan Terkonfirmasi COVID-19
4) Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum taksiran
persalinan atau sebelum tanda persalinan.
5) Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning
(risiko rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala COVID-
19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan dilakukan skrining untuk
menentukan status COVID-19. Skrining dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan darah NLR atau rapid test (jika tersedia fasilitas dan
sumber daya). Untuk daerah yang mempunyai kebijakan lokal dapat
melakukan skrining lebih awal.
6) Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-
19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala.
52

7) Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining
awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit
normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat dilakukan di FKTP.
Persalinan di FKTP dapat menggunakan delivery chamber tanpa
melonggarkan pemakaian APD (penggunaan delivery chamber belum
terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19).
8) Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan
skrining, Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa
menunggu hasil skrining dengan menggunakan APD sesuai standar.
9) Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan
dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat rencana
persalinan.
10) Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,
diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP).

2. Bayi Baru Lahir


a. Konsep dasar Bayi baru Lahir
1) Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat
lahir 2500-4000 gram. Adaptasi BBL terhadadap kehidupan di luar
uterus, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Armini,
Wayan dkk 2017, hal 1).
2) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Tando (2018, hal 2) menyatakan bahwa ciri-ciri bayi baru
lahir normal yaitu :
a) Berat badan 2.500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar dada 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
53

f) Pernapasan ±40-60 x/menit


g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup
h) Rambut lango tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Genetalia pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia
minora, pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada
k) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l) Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.
m) Reflek grap atau menggengam sudah baik
n) Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan

Tabel 2.5 Penilaian bayi dengan metode APGAR


Aspek SKOR
pengamatan 0 1 2
bayi baru lahir
Appearance/ Seluruh Warna tubuh Warna kulit
warna kulit tubuh bayi normal, seluruh tubuh
berwarna tetapi tangan normal
kebiruan dan kaki
berwarna
kebiruan
Pulse/ nadi Denyut nadi Denyut nadi Denyut nadi
tidak ada <100 kali per >100 kali per
menit menit
Grimance/ Wajah Meringis,
respon reflek Tidak ada menangis menarik,
54

respon saat batuk atau


terhadap distimulasi bersin saat
stimulasi distimulasi
Activity/ tonus Lemah tidak Lengan dan Bergerak
otot ada Gerakan kaki dalam aktif dan
posisi replek spontan
dengan
sedikit
Gerakan
Respiratory/ Tidak Menangis Menangis
pernafasan bernapas, lemah kuat,
pernapasan terdengar pernapasan
lambat dan seperti baik dan
tidak teratur merintih teratur
Sumber : Tando (2018, hal 4)

3) Adaptasi bayi baru lahir


Menurut Jamil (2017, hal 43-44) Saat-saat dan jam pertama
kehidupan diluar rahim merupakan satu siklus kehidupan. Saat
bayi dilahirkaan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian secara fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini
dikenal sebagai periode transisi.
a) Perubahan sistem pernafasan
(1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx
kemudian berbentuk bronkus sampai umur 8 tahun,
sampai jumlah bronchiolus untuk alveolus berkembang
(2) Awal adanya nafas
Karena terjadinya hypoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan du otak tejanan rongga
55

dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan


menyebakan udara masuk paru-paru secara mekanis
(3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan
mengembangkan alveolus paru- paru untuk pertama
kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-
paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan
ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru
dan membantu menstabilkan dindin alveolus sehingga
tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan, akan
kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang
menybabkan sulit bernafas.
(4) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-
paru dimana selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-
paru, jika proses persalinan melalui section cesaria maka
kehilangan keuntungan kompresi dada ini tidak terjadi
maka akan mengakibatkan paru-paru basah.
(5) Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidaka
ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen
yang berada dalam alveoli, sehingga penyebab penurutan
oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan
56

paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin


menjadi sirkulasi luar rahim.
b) Perubahan sistem peredaran darah
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati
paru-paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
tubuh guna menghantar oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik harus terjadi dua hal:
(1) Penutupan voramen ovale
(2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru serta
oarta.
Perubahan siklus ini terjadi akhibat perubahan tekanan pada
seluruh system pembulih tubuh. Dua peristiwa yang mengubah
tekanan dalam system tubuh pembuluh darah
(1) Pada saat tali pusat dipotong, registrasi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan rahim menurun, tekanan atrium
kanan menurun karena kekurangan aliran darah ke antrium
kanan itu sendiri akan membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mrngalir ke paru-paru akan proses
oksigenisasi ulang.
(2) Pernafasan pertama menurun resistensi pembuluh darah
paruparu dan meningkat tekanan antrium kanan, oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan releksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah dan paru- paru sehingga
terjadi peningkatan volume darah dan tekanan pada antrium
kanan menimbulkan penurunan tekanan pada antrium kiri
menyebabkan foramen ovale menutup.
c) Perubahan Sistem Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan
lingkungan. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap
lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada 47
57

lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme


menggiigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
(1) Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur tubuhnya
secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah
(2) Mekanisme kehilangan panas tubuh
Evaporasi (penguapan cairan pada permukaan tubuh
bayi), Konduksi (tubuh bayi bersentuhan dengan
permukaan yang temperaturnya lebih rendah), Konveksi
(tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan bertemperatur
dingin), Radiasi (pelepasan panas akibat adanya benda yang
lebih dingin didekatkan tubuh bayi)

d) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat pada saat lahir,
seorang bayi harus memulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahr, glukosa darah
akan turun cepat dalam waktu 1-2 jam.
e) Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan.
Reflex gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir, kemampuan ini mungkin cukuo
selain mencerna ASI, hubungan antara Eosophagus bawah dab
lambung masih belum sempurna maka akan menyebabkan
gumoh pada bayi baru lahir, kapastitas lambung sangat terbatas
kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai
pertumbuhannya.
f) Perubahan system kekebalan tubuh
58

System imunitas bayi belum matang, sehinga menyebabkan


neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Oleh
karena itu pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini
infeksi menjadi sangat penting. Kekbalan alami dari struktur
kekebalan tubuh yang mencegah infeksi.
4) Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Menurut Jamil (2017 hal 12) semua bayi baru lahir harus
dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menunjukan
suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila
mempunyai salah satu beberapa tanda antara lain :
a) Sesak Nafas
b) Frekuensi pernafasan 60 kali/menit (cepat)
c) Frekuensi pernafasan 30 kali/menit (lambat)
d) Gerak retraksi didada
e) Malas minum
f) Panas atau suhu badan bayi rendah
g) Kurang aktif
h) Berat lahir rendah (500-2500 gram) dengan kesulitan minum
5) Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain yang bersih
dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu, pastikan area
tersebut dalam keadaan bersih dan kering, keringkan bayi terutama
muka dan permukaan tubuh dengan kering, hangat dan bersih.
Kemudian lakukan penilaian awal sebagai berikut :
a) Apakah bayi bernafas dan menangis kuat atau kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif atau lemas?
c) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah
ada sianosis?
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas, megap-megap
dan lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi pada bayi
baru lahir (Jamil, 2017 hal.13).
59

6) Penampilan bayi baru lahir


Menurut Jamil (2017, hal 9-12) penampilan bayi baru lahir yaitu :
a) Kesadaran dan reaksi
Terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suatu keras yang
mengejutkan atau suara mainan.
b) Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan-gerkan yang simetris pada
waktu bangun, adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada
waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c) Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang, apakah kepala
terlihat simetris dan apakah terlihat benjolan seperti tumor yang
lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih
panjang ini disebabkan akibat proses kelairan, benjolan pada
kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja,
atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai
kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika
terjadi molase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada
bentuknya semula.
d) Muka wajah, bayi tampak berekspresi
Perhatikan bagian kesimetrisan antara mata kanan dan mata
kiri, perhatikan apakah ada tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu
e) Mulut
Penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva
60

tidak terdapay pada bayi normal, bila terdapat secret yang


berlebih, kemungkinan ada kelainan bawaan seluran cerna.
f) Leher, dada, abdomen
Melihat apakah adanya cedera akibat persalinan, perhatikan ada
tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya
masih menggunakan pernapasan perut.
g) Punggung
Adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna. Bahu, tangan, sendi, tungkai
perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila enstremitas
lunglai/kurang gerak)
h) Kulit dan kaku
Keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan.
i) Kelancaran mengisap dan pencernaan
Tinja dan kemih diharapkan keluar dalan 24 jam pertama,
waspada bila terjadi
Perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluar tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera
konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinan
Hirschprung.
j) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi
antara lain :
(1) Tonik Neek Refleks yaitu gerakan spontan otot kuduk pada
bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan
memiringkan kepalanya
(2) Rooting Refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar
mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memieingkan
kepalanya kea rah datangnya jari
61

(3) Grasping Refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak


tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam
sangat kuat.
(4) Moro Refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi
misalnya bila bayi di angkat/direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan
yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
(5) Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan apabila
bayi diangkat tegak dan kakinya satupersatu disentuh pada satu
dasar maka bayi seolah-olah berjalan
(6) Sucking Refleks (mengisap) yaitu areola putting susu
tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus
laktiferus tertekan dan memancarkan ASI
(7) Swallowing Refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi
mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung.
k) Berat badan
Lakukan pemantauan penurunan berat badan bila lebih dari
5% berat badan waktu lahir berate menunjukkan kekurangan
cairan pada bayi.
b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
1) Pengertian
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran. Sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan
spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (Sari dan Rimandini,
2014, hal. 239).
2) Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir
Sari dan Rimandini (2014, hal. 240) menyatakan tujuan asuhan bayi
baru lahir antara lain :
62

a) Mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi


b) Menghindari risiko terbesar kematian BBL terjadi pada tahun 24
jam pertama kehidupan.
c) Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah
kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
3) Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir
Menurut Astari (2020, hal 97) terdapat dua standar dalam standar
pelayanan untuk bayi baru lahir seperti berikut ini :
a) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernapasan secara spontan, mencegah hipoksia sekunder,
menentukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk
sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan
menangani hipotermia.
b) Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam
setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan
bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberikan penjelasan tantang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makan bergizi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB4
4) Pelayanan Asuhan Bayi Baru Lahir selama Masa Pandemi Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020) pelayanan yang diberikan selama masa
pandemi covid-19 adalah :
a) Penularan COVID-19 secara vertikal melalui plasenta belum
terbukti sampai saat ini. Oleh karena itu, prinsip pertolongan bayi
baru lahir diutamakan untuk mencegah penularan virus SARS-
CoV-2 melalui droplet atau udara (aerosol generated).
63

b) Penanganan bayi baru lahir ditentukan oleh status kasus ibunya.


Bila dari hasil skrining menunjukkan ibu termasuk suspek,
probable, atau terkonfirmasi COVID-19, maka persalinan dan
penanganan terhadap bayi baru lahir dilakukan di Rumah Sakit.
c) Bayi baru lahir dari ibu yang bukam suspek, probable, atau
terkonfirmasi COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal
esensial saat lahir (0 – 6 jam), yaitu pemotongan dan perawatan tali
pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi vitamin K1, pemberian
salep/tetes mata antibiotik, dan imunisasi Hepatitis B.
d) Kunjungan neonatal dilakukan bersamaan dengan kunjungan nifas
sesuai dengan yang tercantum pada Bab V bagian Pelayanan Pasca
Salin.
KIE yang disampaikan pada kunjungan pasca salin (kesehatan bayi
baru lahir) :
(1) ASI eksklusif.
(2) Perawatan tali pusat, menjaga badan bayi tetap hangat, dan
cara memandikan bayi.
(3) Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) :
apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan, bayi harus
segera dibawa ke Rumah Sakit.
(4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum
pada buku KIA) : apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi
baru lahir, bayi harus segera dibawa ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
e) Pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital tetap dilakukan.
Idealnya, waktu pengambilan spesimen dilakukan pada 48 – 72 jam
setelah lahir dan masih dapat diambil sampai usia bayi 14 hari. Bila
didapatkan hasil skrining dan tes konfirmasinya positif hipotiroid,
maka diberikan terapi sulih hormon sebelum bayi berusia 1 bulan.
Untuk pengambilan spesimen dari bayi lahir dari ibu suspek,
probable, atau terkonfimasi COVID-19, tenaga kesehatan
64

menggunakan APD untuk pencegahan penularan droplet. Tata cara


penyimpanan dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman
Skrining Hipotiroid Kongenital (Kemenkes RI, 2018). Apabila
terkendala dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi
pandemi COVID-19, spesimen dapat disimpan selama maksimal 1
bulan pada suhu kamar.

C. Neonatus
1. Konsep Dasar Neonatus
a. Pengertian Neonatus
Menurut Jamil (2017 hal 8) Neonatus adalah bayi yang
baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterin ke keidupan ekstra uterin
Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) dalam Setiyani
(2016 hal 43) tahap pertumbuhan dan perkembangan masa
bayi/infancy (umur 0-12 bulan0 terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Masa neonatal usia 0-28 hari, terbagi menjadi : Neonatal dini
(perinatal) : 0-7 hari dan neonatal lanjut : 8-28 hari
2) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan
b. Ciri-ciri Tumbuh dan Kembang Secara Normal Pada Masa
Neonatal
Menurut Setiyani (2016 hal 44) pada masa ini terjadi
adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah
serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan
normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr – 3500 gr, tinggi badan
sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari
pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen
dari berat badn lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami
kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang
bersifas fisiologis akan muncul. Diantaranya refleks moro yaitu
65

reflek merangkul, yang akan hilang pada usia 3-5 bulan; refleks
mengisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks);
refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks);
refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang
pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris,
dan seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan
menghilang. Pada masa neonatal ini, fungsi pendengaran dan
penglihatan juga sudah mulai berkembang.
c. Kebutuhan neonatus
Menurut Jamil (2017 hal 82-86) kebutuhan neonatus yaitu :
1) Nutrisi
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika
payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada menyususi
sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam
(paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri
dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai dengan
permintaannya bisa menyusu sebanayk 12-15 kali dalam 24
jam bergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI
saja (ASI ekslusif) sampai bayi berusia 6 bulan.
2) Kebutuhan Perawatan Kesehatan Dasar
a) Pelayanan kesehatan
Neonatus perlu dipantau/diperiksa kesehatannya
secara teratus. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun
dan dilakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang) minimal 2 kali setahun.
b) Imunisasi
Imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, Polio,
DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Pemberian imnisasi pada
bayi dan anak sangat penting untuk mengurangi morbiditas
66

dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan


imunisasi
3) Kebutuhan pakaian
Pakaian merupakan sebuah bentuk perlindungan
dan kehangatan yang diberikan untuk mencegah dan
melindungi anak dari berbagai benda yang dapat
membahayakan anak. Pakaian juga dapat meningkatkan
percaya diri anak dalam lingkungan sosialnya.
4) Hygiene Diri dan Sanitasi Lingkungan
Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun
lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang
neonatus. Kebersihan perorangan yang kurang akan
memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran
pencernaan.
5) Kebutuhan Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama
16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam
hari sampai usia 3 bulan.
2. Konsep Dasar Asuhan Neonatus
a. Pengertian Asuhan Neonatus
Menurut Marmi (2012 hal. 1) menyatakan bahwa neonatus
adalah bayi yang mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari.
Neonatus memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi,
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra urein ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi neonatus untuk dapat
hidup dengan baik.
b. Tujuan Asuhan Neonatus
Menurut Marmi (2012 hal. 5) tujuan asuhan kebidanan
neonatus adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi
baru lahir, mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayinya dan
67

memberikan motivasi kepada pasangan untuk menjadi orang tua


sehingga orang tua percaya diri dan mantap
c. Standar Kunjungan Neonatus (KN)
Menurut Meilani (2013 hal. 62) kunjungan neonatus
dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah :
1) Kunjungan neonatus ke-1 (KN) dilakukan pada waktu 6-48 jam
setelah lahir.
Tujuan KN 1 yaitu :
a) Melakukan pengamatan terhadao pernafasan, warna, tingkat
aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan untuk setiap penyulit
yang muncul
b) Bidan melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap
c) Rujukan ke dokter apabila tampak bahaya dan penyulit
d) Jika bayi sudah cukup hangat (minimal 36,5 C) bidan
dapat memandikan bayi dan melakukan perawatan tali
pusat
e) Menganjurkan ibu cara menyususi dan perawatan bayi
2) Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir
Tujuan KN 2 yaitu :
a) Bidan menyatakan seluruh keadaan bayi, masalah-maslah
yang dialami terutama dalam proses menyusui, dan apakah
ada orang lain dirumahnya atau sekitarnya yang dapat
membantu ibu
b) Mengamati keadaan dan kebersihan rumah ibu, persediaan
makanan dan air
c) Mengamati suasana hati ibu dan bagaimana cara ibu
berinteraksi dengan bayinya
d) Melakukan pemeriksaan fisik bayi
68

3) Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu


hari ke 8 sampai ke 28 setelah lahir.
Tujuan KN 3 yaitu menanyakan kembali masalah-masalah
yang terjadi pada ibu maupun bayi.
d. Pelayanan Asuhan Neonatus Pada Masa Pandemi Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020, hal 58) pelayanan yang diberikan
pada Neonatus adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Pelayanan Neonatus berdasarkan zona

Zona Kuning (Risiko


Zona Hijau (Tidak
Program Rendah), Orange
Terdampak/ Tidak Ada
Pelayanan (Risiko Sedang),
Kasus)
Merah (Risiko Tinggi)
Kunjungan 1: 6 Kunjungan nifas 1 bersamaan dengan kunjungan
jam – 2 hari neonatal 1 dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
setelah
persalinan
Kunjungan 2: 3 Pada kunjungan nifas 2, 3, Pada kunjungan nifas
– 7 hari setelah dan 4 bersamaan dengan 2, 3, dan 4 bersamaan
persalinan kunjungan neonatal 2 dan 3 : dengan kunjungan
Kunjungan 3: 8 dilakukan kunjungan rumah neonatal 2 dan 3 :
– 28 hari oleh tenaga kesehatan dilakukan melalui
setelah didahului dengan janji temu media komunikasi/
persalinan dan menerapkan protokol secara daring, baik
Kunjungan 4: kesehatan. Apabila untuk pemantauan
29 – 42 hari diperlukan, dapat dilakukan maupun edukasi.
setelah kunjungan ke Fasyankes Apabila sangat
persalinan dengan didahului janji diperlukan, dapat
temu/teleregistrasi dilakukan kunjungan
rumah oleh tenaga
kesehatan didahului
dengan janji temu dan
menerapkan protokol
kesehatan, baik tenaga
kesehatan maupun ibu
dan keluarga.
Sumber : Kemenkes RI (2020, hal 58)

D. NIFAS
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
69

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah


kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali
seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu
atau kurang lebih 40 hari (Fitri, 2017).
b. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut Wahyuni (2018) terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu:
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bagi ibu yang mengalami
komplikasi selama hamil atau persalinan.
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Tanda Vital Nadi, Suhu, Pernapasan, Tekanan
Darah
Saat melakukan observasi tanda-tanda vital, bidan
dapat mengamati frekuensi nadi, pernapasan, suhu tubuh,
tekanan darah serta keadaan umum ibu yang lain. Frekuensi
nadi ibu secara fisiologis pada kisaran 60-80 kali permenit.
Perubahan nadi yang menunjukan frekuensi bradikardi (<60
kali permenit) atau takhikardi (> 100 kali permenit)
menunjukkan adanya tanda shock atau perdarahan. Frekuensi
dan itensitas nadi merupakan tanda vital yang sensitif
terhadap adanya perubahan keadaan umum ibu.
Perubahan suhu secara fisiologis terjadi pada masa
segera setelah persalinan, yaitu terdapat sedikit kenaikan
70

suhu tubuh pada kisaran 0,2-0,5 0C. Namun kenaikan suhu


0
tubuh tidak mencapai 38 C, karena hal ini sudah
menandakan adanya tanda infeksi. Perubahan suhu tubuh ini
hanya terjadi beberapa jam setelah persalinan, setelah itu ibu
istirahat dan mendapat asupan nutrisi serta minum yang
cukup, maka suhu tubuh akan kembali normal.
Setelah kelahiran bayi, harus dilakukan pengukuran
tekanan darah. Jika ibu tidak memiliki riwayat morbiditas
terkait hipertensi, superimposed hipertensi serta
preeklampsi/eklampsi, maka biasanya tekanan darah akan
kembali pada kisaran normal dalam waktu 24 jam setelah
persalinan. Namun perubahan tekanan darah pada keadaan
normal, frekuensi pernapasan relatif tidak mengalami
perubahan pada masa postpartum, berkisar pada frekuensi
pernapasan orang dewasa 12-16 kali permenit.
2) Perubahan Sirkulasi Darah
Pada uterus masa nifas, pembuluh darah yang
membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin, secara
perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh yang
lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah
yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama beberapa
tahun (Cunningham et al., 2013). Tubuh ibu akan menyerap
kembali sejumlah cairan yang berlebihan setelah persalinan.
Pada sebagian besar ibu, hal ini akan mengakibatkan
pengeluaran urine dalam jumlah besar, terutama pada hari
pertama karena diuresis meningkat (Cunningham et al.,
2013).
Ibu juga dapat mengalami edema pada pergelangan
kaki, ini terjadi karena adanya perubahan sirkulasi yang
normal. Hal ini biasanya akan hilang sendiri dalam kisaran
masa nifas, seiring dengan peningkatan aktivitas ibu untuk
71

merawat bayinya. Perubahan fisiologi ini dapat diatasi


dengan latihan fisik yang sesuai atau senam nifas,
menghindari berdiri terlalu lama, dan meninggikan tungkai
atau kaki pada saat berbaring, menghindari kaki menggantug
pada saat duduk, memakai pakaian yang longgar, nyaman
dan menyerap keringat, serta menghindari pemakaian alas
kaki dengan hak yang tinggi.
Pada keadaan fisiologis pembengkakan pada
pergelangan kaki atau kaki biasanya bilateral dan tidak
disertai dengan rasa nyeri, serta tidak terdapat hipertensi.
Tanda ibu mengalami tromboplebitis femoralis, apabila
bengkak atau udema kaki terdiri dari unilateral kadang
disertai warna kemerahan, disertai rasa nyeri, terutama pada
palpai tungkai/betis teraba seperti utas tali yang keras
(phlegmasia alba dolens). Hal tersebut menunjukkan adanya
tanda peradangan atau infeksi, akibat sirkulasi darah yang
tidak lancar, sumbatan trombus, terjadi peradangan hingga
infeksi pada daerah tungkai, pada keadaan lanjut
tromboplebitis femoralis bisa meluas hingga panggul,
keadaan ini disebut tromboplebitis pelvika.
3) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular (edema
fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan
volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3
dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada
persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400
72

cc. pada persalinan dengan tindakan SC, maka kehilangan


darah dapat dua kali lipat. Perubahan pada sistem
kardiovaskuler terdiri atas volume darah (blood volume) dan
hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan
pervaginam, hematokrit akan naik sedangkan pada persalinan
dengan SC, hematokrit cenderung stabil dan Kembali normal
setelah 4-6 minggu postpartum. Tiga perubahan fisiologi
sistem kardiovaskuler pascapartum yang terjadi pada wanita
antara lain sebagai berikut.
a) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi
ukuran pembuluh darah maternal 10-15%.
b) Hilangnya fungsi endokrin placenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi.
c) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan
selama wanita hamil.

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat


sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,
keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi
uteroplacental tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini
meningkat pada semua jenis kelahiran. Curah jantung
biasanya tetap naik dalam 24-48 jam postpartum dan
menurun ke nilai sebelum hamil dalam 10 hari.
4) Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskositas, dan juga terjadi peningkatan
faktor pembekuan darah serta terjadi leukositosis dimana
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bia
73

naik lagi sampai 25.000-30.000, terutama pada ibu dengan


riwayat persalinan lama. Kadar hemoglobin, hemotokrit, dan
eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume placenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi ibu.
Kira-kira selama persalinan normal dan masa
postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 250-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke-3 sampai 7 postpartum dan akan
kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum. Selama
kehamilan, secara fisiologi terjadi peningkatan kapasitas
pembuluh darah digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uteri. Penarikan Kembali esterogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine.
Menurunnya hingga menghilangnya hormone
progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang
melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan Bersama-sama dengan trauma
masa persalinan. Setelah persalinan, shunt akan hilang
dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung
meningkat. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan adanya haemokonsentrasi sehingga
volume darah Kembali seperti sedia kala. Umumnya, akan
74

terjadi pada 3-7 hari postpartum. Pada Sebagian besar ibu,


volume darah hampir Kembali pada keadaan semula sebelum
hamil 1 minggu postpartum.
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Menurut Wahyuni (2018 hal 53) berikut ini adalah
beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pencernaan,
antara lain:
a) Nafsu makan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena
metabolisme ibu meningkat saat proses persalinan,
sehingga ibu dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi
makanan, termasuk mengganti kalori, energi, darah dan
cairan yang telah dikeluarkan selama proses persalinan.
Ibu dapat mengalami perubahan nafsu makan. Pemulihan
nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b) Motilitas
Secara fisiologi terjadi penurunan tonus dan
motikitas otot traktus pencernaan menetap selama waktu
yang singkat beberapa jam setelah bayi lahir, setelah itu
akan Kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pada
postpartum SC mungkin karena pengaruh analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
c) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi.
Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan awal pascapartum. Pada keadaan
terjadi diare sebelum persalinan, edema sebelum
75

melahirkan, kurang asupan nutrisi, dehidrasi, hemoroid


ataupun laserasi jalan lahir, meningkatkan terjadinya
konstipasi postpartum. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali
normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar
kembali teratur, antara lain pengaturan makanan yang
mengandung serat buah dan sayur, cairan yang cukup,
serta pemberian informasi tentang perubahan eliminasi
dan penatalaksanaanya pada ibu.
6) Perubahan Sistem Perkemihan
Pasca persalinan terdapat peningkatan kapasitas
kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar
uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Pengosongan
kandung kemih harus diperhatikan. Kandung kemih biasanya
akan pulih dalam waktu 5-7 hari pasca melahirkan,
sedangkan saluran kemih secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 2-8 minggu tergantung pada keadaan umum ibu
atau status ibu sebelum persalinan, lamanya kala II yang
dilalui, besarnya tekanan kepala janin saat intrapartum.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
7) Perubahan Sistem Muskuloskletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah placenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
76

persalinan, secara berangsur-angsur menjadi pulih kembali ke


ukuran normal. Pada Sebagian kecil kasus uterus menjadi
retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor.
Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun.
Setelah melahirkan karena ligament, fasia, dan jaringan
penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk
sementara waktu. Untuk memulihkan Kembali jaringan-
jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding
perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan
atau senam nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari postpartum.
8) Perubahan Sistem Endokrin
Menurut Wahyuni (2018 hal 54) berikut ini perubahan
hormon dalam sistem endokrin pada masa postpartum.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis
posterior. Pada tahap kala III persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan meningkatkan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu uterus kembali ke bentuk normal.
b) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar hipofisis posterior untuk
mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap
77

tinggi sehingga memberikan umpan balik negatif, yaitu


pematangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjar gonad pada otak yang
mengontrol ovarium untuk memproduksi esterogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, maka
terjadilah ovulasi dan menstruasi.
c) Esterogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat,
diperkirakan bahwa tingkat kenaikan hormon estrogen
yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta
vagina.
d) Hormon plasenta
Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat setelah persalinan dan menetap 10% dalam
3 jam hingga hari ke 7 postpartum. Kadar esterogen dan
progesteron juga menurun setelah plasenta lahir, kadar
terendahnya dicapai kira-kira satu minggu postpartum.
Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen mulai
meningkat pada minggu ke-2 setelah melahirkan dan
lebih tinggi dari ibu yang menyusui pada postpartum hari
ke-17.
e) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada ibu
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolactin
78

serum yang tinggi pada Wanita menyusui berperan


dalam menekan ovulasi karena kadar hormone FSH
terbukti sama pada ibu menyusui dan tidak meyusui, di
simpulkan bahwa ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH Ketika kadar prolactin meningkat. Kadar
prolactin meningkat secara pogresif sepanjang masa
hamil.
Pada ibu menyusui kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh intensitas menyusui, durasi menyusui
dan seberapa banyak makanan tambahan yang diberikan
pada bayi, karena menunjukkan efektifitas menyusui.
Untuk ibu yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
Sering kali menstrusi pertama itu bersifat anovulasi
yang dikarenakn rendahnya kadar esterogen dan
progesteron. Di antara Wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%
setelah 12 mingu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk
wanita laktasi, 80% menstruasi pertama anovulasi dan
untuk wanita yang tidak laktasi, 50% siklus pertama
anovulasi.
9) Penurunan Berat Badan
Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat
badannya yang berasal dari bayi, plasenta dan air ketuban dan
pengeluaran darah saat persalinan, 2-3 kg lagi melalui air
kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan
cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya
setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar mempunyai
kecenderungan tetap akan lebih berat daripada sebelumnya
rata-rata 1,4 kg.
10) Perubahan Payudara
79

Pada saat kehamilan sudah terjadi pembesaran


payudara karena pengaruh peningkatan hormon estrogen,
untuk mempersiapkan produksi ASI dan laktasi. Payudara
menjadi besar ukurannya bisa mencapai 800 gr, keras dan
menghitam pada areola mammae di sekitar puting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui
bayi segerai setelah melahirkan melalui proses inisiasi
menyusu dini (IMD), walaupun ASI belum keluar lancar,
namun sudah ada pengeluaran kolostrum. Proses IMD ini
dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI.
Pada hari ke 2 hingga ke 3 postpartum sudah mulai
diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna. Pada semua ibu
yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Fisiologi menyusui mempunyai dua mekanise fisiologis
yaitu; produksi ASI dan sekresi ASI atau let down reflex.
Selama kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi
bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi, maka terjadi positive
feedback hormone (umpan balik positif), yaitu kelenjar
pituitary akan mengeluarkan hormon prolaktin (hormon
laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi membesar terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap putting, reflek saraf merangsang kelenjar posterior
hipofisis untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang reflek let down sehingga menyebabkan ejeksi
ASI melalui sinus laktiferus payudara ke duktus yang
terdapat pada putting.
80

11) Perubahan Sistem Reproduksi


a) Uterus
(1) Pengerutan Rahim (Involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya
uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi
uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi
Fundus Uteri.
Tabel.2.7 Tinggi fundus uterus dan berat uterus
menurut masa involusi.
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat
Uterus
Bayi Lahir Setengah Pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 Jari Dibawah Pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 Minggu Tak teraba di atas simpisis 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Normal 30 gram

(2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama
masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Ada beberapa jenis lochea:
a) Lochea Rubra (Merah)
Keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4
masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa
81

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo


(rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau
laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14.
d) Lochea alba/putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan
yang mati. Berlangsung selama2-6 minggu post
partum.
b) Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk
serviks agak menganga seperti corong, segera setelah
bayi lahir, disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
corpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Muara
serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu peralinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Pada
minggu ke-6 serviks menutup kembali.
c) Vulva dan Vagina
82

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta


peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keaadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol.
d) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendor karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi
yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendor daripada keadaan sebelum
hamil.
d. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Menurut Wahyuni (2018, hal 101) proses adaptasi
psikologis pada masa nifas, yaitu:
1) Fase Taking In
Fase ini dimulai sejak hari pertama dan kedua setelah
melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini
ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh
orang lain.
2) Fase Taking Hold
Fase ini terjadi pada hari kedua sampai keempat. Mulai
muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas
sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang
lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri.
3) Fase Letting Go
Pada periode ini ibu sangat dipengaruhi oleh waktu dan
perhatian keluarganya. Biasanya depresi postpartum terjadi
pada periode ini. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada
fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.
83

e. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Wahyuni (2018, hal 63) menyatakan bahwa kebutuhan
dasar ibu nifas adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kebutuhan nutrisi meningkat pada ibu nifas dan menyusui
sebanyak 3.000-3.800 kal. Ibu nifas dan menyusui perlu
mengkonsumsi 700 kalori setiap hari. Kebutuhan makan
makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat,
protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan.
Minum sedikitnya 3 Liter setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui. Minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya digunakan untuk pertumbuhan sel,
jaringan, gigi dan tulang, perkembangan saraf penglihatan,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
2) Kebutuhan Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu bersalin akan sulit BAK, nyeri dan panas saat
buang air kecil kurang lebih selama 1-2 hari terutama
dialami oleh ibu yang baru pertama kali melahirkan
melalui persalinan normal padahal BAK secara spontan
normalnya terjadi setiap 3-4 jam. Penyebabnya, trauma
kandung kemih dan nyeri serta pembengkakan
(edema)pada perineum yang mengakibatkan kejang pada
saluran kencing. Ibu nifas harus diusahakan dapat BAK
agar menghindari kondisi kandung kemih yang penuh.
Kateterisasi lebih baik dilakukan daripada terjadi infeksi
saluran kemih akibat urin yang tertahan. Kateterisasi
hanya boleh dilakukan setelah 6 jam postpartum.
b) Buang Air Besar (BAB)
84

Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh


trauma usus bawah akibat persalinan sehingga sementara
usus tidak berfungsi dengan baik. Normalnya ibu harus
BAB dalam 3 hari post partum.
3) Kebutuhan Ambulasi
Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early
ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing ibu
nifas keluar dari tempat tidurnya dan membimbin berjalan.ibu
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post
partum.

4) Kebutuhan Istirahat
Seorang ibu nifas biasanya mengalami sulit tidur, karena
adanya perasaan ambivalensi tentang kemampuan merawat
bayinya. Ibu akan mengalami gangguan pola tidur karena
beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk
meneteki bayinya, mengganti popok dsb.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat mulai melakukan
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, dan ibu
pergunakan waktu istirahat dengan tidur di siang hari. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara
lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya.
5) Kebutuhan Personal Higine
a) Perawatan perineum
85

Membersihkan daerah perineum dimulai dari arah


depan ke elakang sehingga tidak terjadi infeksi. Mengganti
pembalut minimal 4 kali sehari.
b) Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan
menggunakan BH yang menyokong payudara.
6) Kebutuhan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah
berhenti. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum.
7) Keluarga Berencana
Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB
tertentu, ada baiknya dipastikan kembali keputusan yang telah
diambil.

8) Senam Nifas
Latihan/senam nifas didiskusikan pentingkan
mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas
a. Pengertian
Asuhan nifas adalah pelayanan yang diberikan pada pasien
mulai dari 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) pelayanan ini diberikan untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mugkin
terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo, 2018 hal 356)
b. Tujuan Asuhan Nifas
86

Sulfianti (2021, hal 3-4) mengatakan tujuan asuhan nifas


adalah sebagai berikut:
1) Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
2) Menjaga Kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
3) Mencegah dan mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas.
4) Merujuk ke tenaga ahli bila diperlukan.
5) Mendukung dan memperkuat keyakinan diri dan
memungkinkan melaksanakan peran sebagai orang tua.
6) Memberikan pelayanan KB.
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Menurut Elisabeth (2021, hal 30-31) peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Peranan Penting dalam Pemberian Asuhan Postpartum
a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologi selama masa
nifas atau dapat dikatakan sebagai teman terdekat
sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-
saat kritis masa nifas.
b) Promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
d) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
e) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu beserta
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,
serta mempratikkan kebersihan yang aman.
f) Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa, dan rencana
87

tindakan serta melaksanakannya demi mempercepat


proses pemulihan. Pencegahan komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
g) Memberikan asuhan kebidanan secara profesional.
h) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalam peranannya sebagai orang tua.
i) Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan
perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan,
dan deteksi dini komplikasi masa nifas.
2) Tanggung Jawab Bidan Pada Asuhan Masa Nifas
a) Melakukan evaluasi berkelanjutan dan penatalaksanaan
perawatan kesejahteraan ibu bersalin.
b) Memberikan bantuan pemulihan dan ketidaknyamanan
fisik.
c) Memberikan bantuan dalam menyusui.
d) Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua.
e) Melakukan pengkajian byi selama kunjungan rumah.
f) Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi.
g) Melakukan penapisan berkelanjutan untuk komplikasi
puerperium.
d. Standar Pelayanan Nifas
Menurut Astari (2020, hal 94-95) standar pelayanan nifas yaitu:
1) Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernapasan secara spontan, mencegah hipoksia
sekunder, menentukan kelainan dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah dan menangani hipotermia.
2) Standart 14 : penanganan ada 2 jam pertama setelah
persalinan
88

Melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya


komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberi
penjelasan tentang hal yang mempercepat pemulihan
kesehatan ibu, dan membantu ibu memulai pemberian ASI.
3) Standart 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, pemulihan dini,
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberi penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisai dan KB.
e. Kunjungan Masa Nifas
Menurut Elisabeth (2021, hal 5-6) Perawatan ibu nifas mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan minimal
4 kali kunjungan nifas.
1) Pertama: 6 jam- 2 hari setelah persalinan
2) Kedua: 3 - 7 hari setelah persalinan
3) Ketiga: 8 – 28 hari setelah persalinan
4) Keempat 29-42 hari setelah persalinan
Tabel 2.8 Jadwal Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 Jam 1) Mencegah tejadinya perdarahan
Setelah pada masa nifas
Persalinan 2) Mendeteksi dan merawat penyebab
lain pendarahan berlanjut
3) Memberikan konseling kepada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
4) Pemberian ASI pada masa awal
menjadi ibu
89

5) Mengajarkan ibu untuk mempererat


hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
2 6 hari 1) Memastikan involusi uteri berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus
persalinan di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan
3) Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga
bayi agar tetap hangat
Kunjungan Waktu Tujuan
3 2 minggu 1) Memastikan involusi uteri berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus
persalinan di bawah umbilicus tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelainan
pascamelahirkan
3) Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga
bayi agar tetap hangat
4 6 minggu 1) Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yang dialami atau
persalinan bayinya
2) Memberikan konseling untuk KB
secara dini

f. Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Nifas


90

Menurut Kemenkes RI (2020b, hal 4) upaya pencegahan


umum yang dapat dilakukan oleh ibu nifas adalah:
1) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di
masa nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda
bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
2) Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan
nifas yaitu:
a) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua)
hari pasca persalinan
b) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)
hari pasca persalinan
c) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28
(dua puluh delapan) hari pasca persalinan
d) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai
dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan.
3) Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan
menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi
daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas,
ibu dan keluarga.
4) Pelayanan KB tetap dilaksa anakan sesuai jadwal dengan
membuat perjanjian dengan petugas
5) Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal
esensial saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan
perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin
K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian
imunisasi hepatitis B.
6) Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas
kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid
kongenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
91

7) Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir


termasuk ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi
baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila
ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda
bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
g. Pelayanan Asuhan pada Masa Nifas selama masa Pandemi Covid-
19
Menurut Kemenkes RI (2020) pelayana yang diberikan pada ibu
post partum dimasa pandemi covid-19 adalah:
1) Pelayanan Pasca Salin (ibu nifas dan bayi baru lahir) dalam
kondisi normal tidak terpapar COVID-19 : kunjungan minimal
dilakukan minimal 4 kali.
2) Pelayanan KB pasca persalinan diutamakan menggunakan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dilakukan
dengan janji temu dan menerapkan protokol kesehatan serta
menggunakan APD yang sesuai dengan jenis pelayanan.
3) Ibu nifas dengan status suspek, probable, dan terkonfirmasi
COVID-19 setelah pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri
selama 14 hari. Kunjungan nifas dilakukan setelah isolasi
mandiri selesai.
4) Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari dan menerapkan
buku KIA dalam perawatan nifas dan bayi baru lahir di
kehidupan sehari-hari, termasuk mengenali tanda bahaya pada
masa nifas dan bayi baru lahir. Jika ada keluhan atau tanda
bahaya, harus segera memeriksakan diri dan atau bayinya ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5) KIE yang disampaikan kepada ibu nifas pada kunjungan pasca
salin (kesehatan ibu nifas):
a) Higiene sanitasi diri dan organ genitalia.
92

b) Kebutuhan gizi ibu nifas.


c) Perawatan payudara dan cara menyusui.
d) Istirahat, mengelola rasa cemas dan meningkatkan peran
keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu dan bayinya.
e) KB pasca persalinan : pada ibu suspek, probable, atau
terkonfirmasi COVID-19, pelayanan KB selain AKDR
pascaplasenta atau sterilisasi bersamaan dengan seksio
sesaria, dilakukan setelah pasien dinyatakan sembuh.

E. Keluarga Berencana
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Keluarga berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 adalah
upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan titik usaha yang
dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga. prinsip dasar metode kontrasepsi adalah
mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita
(fertilisasi) atau mentega telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam Rahim
(Walyani, 2020 hal. 182)
b. Tujuan gerakan KB
1) Tujuan umum : meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan NKKBS (norma keluarga kecil
bahagia sejahtera) yang menj adi dasar terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
93

2) Tujuan khusus : meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi


dan kesehatan Keluarga Berencana dengan cara pengaturan
jarak kelahiran (Walyani, 2020 hal. 182)
c. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
1) Kontrasepsi Non Hormonal
a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi
yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa
makanan atau minuman tambahan hingga 6 bulan. Laktasi
dapat dipertimbangkan sebagai metode keluarga
berencana jika digunakan. Metode ini bekerja dengan
menghambat ovulasi jika ibu menyusui penuh. (Yuhedi, L,
T dan kurniawati, 2013, hal. 48).
b) Metode kontrasepsi alamiah
Menurut Yuhedi, L. T dan kurniawati (2013, hal.
49-50) Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode
untuk mengatur kehamilan secara alamiah, tanpa
menggunakan alat apapun. KB alamiah terdiri dari metode
kalender, metode suhu basal (termal), metode lendir
serviks (billings), metode simpo termal dan koitus
interuptus.
c) Kondom
Kondom adalah selubung/sarung karet yang dapat
terbuat dari berbagai bahan diantaranya latex (karet),
plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom
menghalangi terjadinya pertemuan sprema dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet
yang dipasang pada penis dan mencegah penularan
mikroorganisme (IMS dan HIV/AIDS) (Dewi, M.U.K,
2013, hal. 174).
94

d) AKDR
Menurut Handayani (2010 hal. 139) AKDR ialah
suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim
yang sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang,
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.
Keuntungan dari kontrasepsi ini antara lain efektif segera
setelah pemasangan, tidak mempengaruhi hubungan
seksual, dan tidak mempengaruhi kualitas ASI dan dapat
digunakan sampai menopause. Sedangkan kerugian dari
pemakaian kontrasepsi ini adalah perubahan siklus haid,
haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
menstruasi, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS,
dan sedikit nyeri atau perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Efek samping dari
penggunaan adalah perdarahan. Jika terjadi perdarahan
yang banyak dan tidak dapat diatasi sebaiknya AKDR
dikeluarkan dan diganti AKDR yang berukuran kecil. Jika
perdarahan sedikit, dapat diusahakan mengatasinya
dengan pengobatan konservatif.
e) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon
dipasang pada lengan atas. Kelebihan dari kontrasepsi ini
yaitu cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan
obat yang mengandung estrogen, dapat digunakan untuk
jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversible, dan
risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika
dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim. Kekurangan dari kontrasepsi ini adalah harus
dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih, lebih mahal, sering timbul perubahan pola haid,
95

akseptor tidak dapat menghentikan implant sendiri.


(Handayani, S, 2010 hal. 116).
f) Kontrasepsi mantap
(1) Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah metode keluarga berencana
dengan metode keluarga berencana (MOW) dengan
mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum (Dewi, M.U.K, 2013, hal. 197).
(2) Vasektomi (MOP)
Vasektomi adalah metode keluarga berencana
yang dilakukan metode operasi pri (MOP).
Mekanisme kerjanya dapat menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferensia alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilasi tidak terjadi (Dewi, M.U.K, 2013, hal.
199).
2) Kontrasepsi hormonal
a) Pil progestin
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi
hormone sintesis progesteron. Kelebihan kontrasepsi ini
antara lain yaitu tidak mengganggu hubungan seksual,
tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI, dan segera
bisa kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan.
Kekurangan kontrasepsi ibu yaitu antara lain
menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid,
harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari,
kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metode, dan
pasokan ulang harus selalu tersedia. Efek samping dari
kontrasepsi ini yaitu amenore, spotting, dan perubahan
berat badan (Handayani, S, 2010 hal. 103).
96

b) Suntikan Tribulan atau Progestin


Merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara
intramuskular setiap tiga bulan. KB yang termasuk dalam
metode ini adalah DMPA (Depo Medroxy progeteron
acetate) atau Depo Provera yang diberikan tiap tiga bulan
dengan dosis 150 miligram yang disuntik secara IM dan
Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200
mg Nore-tindron Enantat. Kelebihan dari kontrasepsi ini
adalah efektifas tinggi, sederhana pemakaiannya, cocok
untuk ibu yang menyusui, tidak berdampak serius terhadap
penyakit gangguan pembekuan darah dan jantung karena
tidak mengandung hormone estrogen, dapat mencegah
kanker endometrium. Kekurangan dari kontrasepsi ini
adalah terdapat gangguan haid seperti amenore, spotting
metroragia, menoragia, timbulnya jerawat di badan atau
wajah, dan berat badan bertambah 2,3 kg pada tahun
pertama dan meningkat 7,5 kg selama enam tahun
(Mulyani, N.S & Rinawati, M, 2013 hal. 93).

d. Kontrasepsi Rasional

Tabel. 2.6 Urutan Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional


Umur 20-24 25-29 30-34
20 Tahun 35 Tahun
Anak Tahun Tahun Tahun
Pil Pil Tanpa Tanpa Risiko
AKDR AKDR Kontrasepsi Kontrasepsi tinggi:
Mini Mini perlu
Sederhana Sederhana bimbingan
0
, bantuan
dan
pengawas
an ahli.
97

AKDR AKDR AKDR AKDR Risiko


Pil Pil Suntik Suntik tinggi:
Suntik Suntik Implant Implant perlu
Sederhana Sederhana Pil Pil bimbingan,
1
Sederhana Sederhana bantuan
dan
pengawasa
n ahli.
AKDR AKDR Kontap Kontap Kontap
Suntik Suntik Implant Implant AKDR
2 Implant Implant AKDR AKDR Implant
Pil Pil Suntik Suntik Sederhana
Sederhana Sederhana Pil Pil
Kontap Kontap Kontap Kontap Kontap
Implant Implant AKDR AKDR AKDR
3 atau AKDR AKDR Implant Implant Implant
lebih Suntik Suntik Suntik Suntik Suntik
Pil Pil Sederhana Sederhana Sederhana
Sederhana Sederhana Pil Pil Pil
Sumber : Sulistyawati, A (2014)

2. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana


a. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana merupakan salah satu
keterampilan yang harus bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
Diharapkan nantinya setelah selesai mempelajari materi ini, Anda
dapat melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga. Berencana dengan
tepat dan benar baik pada akseptor fase menunda kehamilan, fase
menjarangkan kehamilan maupun mengakhiri dalam siklus
reproduksi wanita, yang sebelumnya telah anda pelajari secara
mendalam tentunya. Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan
Post Partum yang ada keterkaitannya dengan Keluarga Berencana
tidak dapat dipisahkan
b. Langkah-langkah Asuhan Keluarga Berencana
1) Konseling
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan sesorang
kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
98

memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta


dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya (Walyani,
2020; h 185)
2) Metode SaTUTuJU
Sirait, dk (2020, hal. 13) mengungkapkan, di dalam
konseling dikenal dengan istilah SaTUTuJU adalah sebagai
berikut:
a) Salam dan Sapa
Salam dan sapa klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di
tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan
klien untuk membangunrasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu, serta jelaskan pelayanan apa
yang diperolehnya.
b) Tanyakan klien
Tanya klien informasi tentang dirinya, bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman ber-KB ataupun
tentang kesehatan reproduksi. Penting ditanyakan alasan
dan harapan klien, misalnya apakah klien ingin menunda
atau menjarangkan kehamilan.
c) Uraikan kepada klien
Uraikan kepada klien tentang alkon yang telah
dipilih oleh klien, perlu juga dijelaskan kontrasepsi yang
mungkin dipakai. Konselor membantu klien memilih
kontrasepsi yang paling klien inginkan, serta jelaskan pula
jenis-jenis kontrasepsi alternatif yang mungkin dipakai.
d) Bantu klien menentukan pilihannya
Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginan dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka. Konselor membantu klien
99

mempertimbangkan kriteria kontrasepsi yang sesuai dengan


kondisi dan keinginan klien.
e) Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan
kontrasepsi yang dipilih. Lebih baik lagi perlihatkan jenis
kontrasepsi. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya.
Jangan lupa evaluasi, yaitu tanyakan apakah klien benar-
benar sudah mengerti tentang kontrasepsi yang dipilih
tersebut.
f) Ulang Kunjungan
Perlunya kunjungan ulang, maka bicarakan dan
buatlah perjanjian kapan klien harus kembali. Ingatkan juga
bahwa klien dapat kembali sewaktu-waktu jika ada
masalah. Beritahu klien juga bahwa kunjungan ulang tidak
hanya dapat dilakukan ditempat tertentu saja, tetapi
dimanapun tersedianya layanan KB, sehingga hal ini dapat
meminimalisir keterlambatan kunjungan ulang.
c. Standar Pelayanan Keluarga Berencana
Pudiastuti (2011, hal. 65) menyatakan pelayanan asuhan
untuk keluarga berencana terdapat pada standar Pelayanan Umum
yaitu standar 1 dan Standar Nifas yaitu standar 15 yang tertera
dibawah ini:
1) Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Bidan memberi penyuluhan dan nasehat kepada individu,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan
dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum,
gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi
kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan
yang tidak baik, dan mendukung kebiasaan yang baik.
2) Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
100

Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui


kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberi penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
d. Pelayanan Keluarga Berencana pada Masa Pandemi Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020, hal 2) pelayanan yang
diberikan kepada keluarga berencana adalah sebagai berikut :
1) Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana
Pada Situasi Pandemi Covid-19
a) Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir
b) Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas
Kesehatan, kecuali yang mempunyai keluhan, dengan
syarat membuat perjanjian terlebih dahulu dengan petugas
Kesehatan.
c) Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa
pakainya, jika tidak memungkinkan untuk datang ke
petugas Kesehatan dapat menggunakan kondom yang
dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau
kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa
menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau
senggama terputus).
d) Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas
kesehatan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian
sebelumnya. Jika tidak memungkinkan, dapat
menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan
menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon.
101

Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional


(pantang berkala atau senggama terputus)
e) Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas
PLKB atau kader atau Petugas Kesehatan via telfon untuk
mendapatkan Pil KB.
f) Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung
menggunakan KB Pasca Persalinan (KBPP)
g) Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait KB dapat diperoleh secara
online atau konsultasi via telpon
2) Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan
Keluarga Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19
a) Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB
dengan syarat menggunakan APD lengkap sesuai standar
dan sudah mendapatkan perjanjian terlebih dahulu dari
klien :
b) Akseptor yang mempunyai keluhan
c) Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa
pakainya,
d) Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
e) Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP
sesuai program yaitu dengan mengutamakan metode
MKJP (IUD Pasca Plasenta / MOW)
f) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan
Kader untuk minta bantuan pemberian kondom kepada
klien yang membutuhkan yaitu :
g) Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa
pakainya, tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
h) Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke
petugas Kesehatan sesuai jadwal
102

i) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan


Kader untuk minta bantuan pemberian Pil KB kepada
klien yang membutuhkan yaitu : Bagi akseptor Pil yang
harus mendapatkan sesuai jadwal
j) Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) serta pelaksanaan konseling terkait kesehatan
reproduksi dan KB dapat dilaksanakan secara online atau
konsultasi via telpon
3) Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam
Pelaksanaan Pelayanan
a) Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan
tetap menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi Covid-
19, dengan meningkatkan penyampaian informasi/KIE ke
masyarakat
b) Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level
yang disesuaikan dengan pelayanan yang diberikan dan
memastikan klien yang datang menggunakan masker dan
membuat perjanjian terlebih dahulu
c) Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan
melakukan upaya pencegahan dengan selalu menggunakan
masker dan segara mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu
klien
d) Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk
ketersediaan pil dan kondom di Kader atau PLKB, sebagai
alternative pengganti bagi klien yang tidak dapat ketemu
petugas Kesehatan
e) Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PL KB
dan kader dalam membantu pendistribusian pil KB dan
kondom kepada klien yang membutuhkan, yang tetap
berkoordinasi dengan petugas Kesehatan
103

f) Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses


informasi tentang pelayanan KB di wilayah kerjanya,
missal dengan membuat hotline di Puskemas dan lain-lain.

F. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis
dan sistematis dalam memberikan asuhan kebidanan dalam pemecahan
masalah sebagai metode guna menyelaraskan antara pikiran dan tindakan
dengan berpijak penuh pada teori ilmu pengetahuan, temuan-temuan serta
keterampilan kebutuhan yang fokus utamanya adalah klien (Farodis, 2012,
Hal. 20)
2. Sasaran manajemen kebidanan
Individu sebagai sasaran dalam asuhan kebidanan sebagai klien
yang dilayani bidan, baik dalam kondisi sehat dan bugar maupun pada saat
berada dalam sakit. Upaya meningkatkan status kesehatan dalam sebuah
keluarga akan jauh lebih efektif dilakukan melalui ibu, baik di dalam
keluarga maupun didalam kelompok masyarakat (Farodis, 2012, Hal. 26)
3. Langkah dalam Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney didalam
Sudarti dan Fauziah (2010, hal. 33). Ialah sebagai berikut:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian meliputi
pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
pasien secara lengkap serta riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan
sebelumnya, data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
study, semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan
dengan kondisi pasien.
104

2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)


Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau
diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang
benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan
yang dibutuhkaan terhadap masalah.
3) Langkah III (Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial Antisipasi
Penanganannya)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
4) Langkah IV (Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera)
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan.
5) Langkah V (Menyusun Asuhan secara Menyeluruh)
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang
ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga
dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
6) Langkah VI (Pelaksanaan Perencanaan)
Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
105

ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri


maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7) Langkah VII (Evaluasi)
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun dengan pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode Soap
Metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A
adalah analisis, P adalah penatalaksanaan. Metode ini merupakan
dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data
dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan yang jelas dan logis
(Handayani dan Mulyati, 2017, Hal. 134-135)
a. Data Subjektif
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi
tanda huruf “O” atau ”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
106

c. Analisis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif,
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam
analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis/ Desain/ Rancangan Penelitian


Jenis penelitian atau desain penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus
adalah data yang berupa kata-kata yang dapat mendeskripsikan perilaku yang
telah diamati peneliti. Jenis penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar
variable (Ariani, 2014, hal.60).
Data kualitatif merupakan kenyataan yang menunjukkan sifat-sifat
objek yang tidak memungkinkan secara langsung dapat diubah menjadi angka
sehingga dapat menggunakan pendekatan dalam bentuk kategori (Ariani,
2014, hal.60). Penelitian deskriptif kualitatif digunakan apabila peneliti
menyajikan hasil penelitiannya berupa kata-kata bukan angka. (Ariani, 2014,
hal.60).
Studi kasus ini dilakukan untuk menganalisis yang mendalam dan
gambaran yang utuh mengenai asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.
N umur 31 tahun sejak usia kehamilan 37 minggu, asuhan persalinan dan bayi
baru lahir, asuhan neonatus, asuhan masa nifas, serta pelayanan Keluarga
Berencana (KB) yang dilakukan secara continuity of care.

B. Kerangka Operasional
Kerangka operasional merupakan kerangka fikir mengenai hubungan
variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep
dengan konsep lainnya dari masalah (Nasir,2011, hal.120).
Kerangka operasional pada studi kasus ini akan menjelaskan tentang
asuhan kebidanan komprehensif dengan pendekatan manajemen kebidanan
sehingga tercapainya hasil yang diharapkan. Asuhan kebidanan komprehensif
yang dilakukan sebagai input adalah Ny. N hamil 37 minggu fisiologis,

107
108

prosesnya adalah dengan memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada


asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru
lahir, asuhan neonatus, asuhan kebidanan masa nifas, dan asuhan keluarga
berencana dengam pendokumentasian SOAP, sehingga sebagai output atau
hasil yang diharapkan adalah kondisi kehamilan tanpa komplikasi, persalinan
normal, yang bersih dan aman, bayi baru lahir sehat dan normal, neonatus
yang normal, nifas fisiologis dan menjadi akseptor KB.
Kerangka operasional pada studi kasus ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Input Proses Output

Melakukan asuhan Hasil yang di harapkan


kebidanan di mulai adalah kondisi
dari trimester III kehamilan tanpa
Ny. N kehamilan 37 komplikasi, persalinan
hamil 37 minggu, persalinan, normal, yang bersih
minggu BBL, nifas, neonatus dan aman, BBL yang
fisiologis dan keluarga sehat dan normal
berencana secara neonatus yang normal,
berkelanjutan. nifas tanpa komplikasi
Dengan pendekatan dan menjadi akseptor
manajemen KB

Gambar 3.1. Kerangka Operasional

C. Subjek Penelitian dan Kriteria Subjek


Subjek Penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya
ingin diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian (Fitah dan Luthfiyah, 2017, hal 152)
Subjek penelitian dalam Studi Kasus ini adalah Ny. N G2P1A0 usia
kehamilan 35 minggu yang mengalami serangkaian peristiwa hamil, bersalin
dan bayi baru lahir, neonatus, nifas dan KB. Informasi dapat berasal dari ibu
hamil yang bersangkutan, bidan yang merawat, keluarga pasien dan pihak-
pihak lain yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
109

Kriteria subjek merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi


setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,
2012, hal. 130)
Ibu hamil yang baik adalah saat umur 20-35 tahun, anak kurang dari 4,
jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang lebih dari 2 tahun, tinggi
badan lebih dari 152 cm, dan Lingkar Lengan Atas (LILA) lebih dari 23,5 cm
(Meilani, 2013, hal. 99). Kriteria subjek dalam Studi Kasus ini adalah Ny. N
G2P1A0, usia 31 tahun, hamil 35 minggu, tinggi badan 150 cm, LILA 26 cm.

D. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Gainau, 2016, hal.23).
Definisi operasional adalah mendefiniskan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan, peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat, 2014, hal. 81).
Fokus studi yang dalam penelitian kuantitatif disebut variabel adalah
asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan bayi baru lahir, asuhan
neonatus, asuhan masa nifas, dan asuhan keluarga berencana (KB).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Oprasional

1. Asuhan Kebidanan Pelayanan kebidanan kehamilan yang


kehamilan diberikan kepada Ny. N sejak usia
kehamilan 37 minggu hingga sebelum
persalinan untuk memonitor, mendukung
kesehatan ibu dan mendeteksi secara dini
ada tidaknya komplikasi sehingga dapat
segera diberikan penanganan.

2. Asuhan kebidanan Pelayanan persalinan dan bayi baru lahir


110

persalinan dan bayi baru yang diberikan sejak kala I sampai dengan
lahir kala IV persalinan sesuai standar asuhan
persalinan normal, upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan dan asuhan yang di berikan pada
bayi baru lahir sampai 2 jam pertama
setelah kelahiran sesuai standar serta
mendeksi secara dini tanda bahaya pada
bayi baru lahir.

3. Asuhan Neonatus Pelayanan neonatus yang diberikan pada


neonatus setelah 2 jam pertama kelahiran
sampai usia 28 hari, dengan melakukan 3
kali kunjungan KN 6-48 jam), KN 2 3-7
hari dan KN 3 8-28 hari).

4. Asuhan Kebidanan Nifas Pelayanan Nifas yang diberikan pada Ny. N


untuk pemulihan alat kandungan seperti
sebelum kehamilan yaitu sejak bayi lahir
sampai 6 minggu, dengan melakukan 4 kali
kunjungan.

5. Asuhan Keluarga Pelayanan pada aseptor KB yang di berikan


Berencana pada Ny. N pasca persalinan yang bertujuan
untuk memberikan konseling mengenai
program KB dengan membantu
menentukan kontrasepsi yang sesuai
keadaan Ny. N sampai Ny. N menjadi
akseptor KB sesuai standar.

E. Instrumen Penelitian
Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat
tertentu yang sering disebut instrument penelitian (Mamik, 2015, hal. 78).
1. Asuhan Kehamilan
a. Format pengkajian ibu hamil, buku KIA
b. Alat pemeriksaan kehamilan Timbangan berat badan, pita Lingkar
Lengan Atas (LILA), tensimeter, stetoskop, thermometer, metelin,
111

jam, linex, reflex hammer, pemeriksaan HB, pemeriksaan urin


(reduksi dan albumin).
2. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
a. Format pengkajian, partograf
b. Alat pertolongan persalinan & Bayi Baru Lahir.
Stetoskop, tensimeter, thermometer, linex, jam, timbangan bayi,
metelin.
3. Asuhan Neonatus
a. Format pengkajian
b. Alat pemeriksaan bayi baru lahir
Timbangan berat badan bayi, thermometer, jam, metelin.
4. Asuhan Masa Nifas
a. Format pengkajian
b. Alat pemeriksaan masa nifas
Timbangan berat badan, stetoskop, tensimeter, termometer, jam.
5. Asuhan Keluarga Berencana
a. Format pengkajian, kartu KB, kartu K4 KB
b. Alat pemeriksaan KB
Stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi memberikan asuhan berada di rumah Ny. N di Wilayah Kerja
Puskesmas Martapura II.
2. Waktu Penelitan
Waktu yang digunakan dalam melaksanakan studi kasus sejak bulan
2021 sampai dengan Maret 2021. (Jadwal kegiatan terlampir).
112

G. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dibagi 2 yaitu pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari objek/objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2012, hal.
12).
Pada studi kasus ini data primer didapat langsung pada Ny. N saat
memberikan asuhan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (fase
to face) (Notoatmodjo, 2012, hal. 139).
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan menggunakan pedoman format pengkajian
kebidanan, yaitu format asuhan kebidanan kehamilan, format asuhan
kebidanan persalinan, format asuhan bayi baru lahir, format asuhan
neonatus, format asuhan kebidanan nifas, dan format asuhan
keluarga berencana.
b. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan di teliti
(Hidayat, 2014, hal. 90)
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
untuk menilai kesejahteraan ibu dan janin dengan menggunakan
patograf sebagai alat bantu dalam memantau pembukaan, penurunan
kepala, kontraksi, DJJ, dan tanda-tanda vital selama fase aktif
persalinan.
113

c. Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
dan permeriksaan penunjang. Pemeriksaan secara umum meliputi
Inspeksi (Periksa Pandang), Palpas (Periksa Raba), Perkusi (Periksa
Ketuk) dan Auskultasi (Periksa Ketuk) (Ardhiyanti, 2014, hal 184).
Pemeriksan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tinggi
badan, berat badan, tanda-tanda vital, (tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu), pemeriksaan khusus kebidanan meliputi inspeksi (
untuk melihat keadaan pasien diantaranya melihat pembengkakan
pada wajah, ekstrimitas, dan pada konjungtiva anemis atau tidak),
palpasi (melakukan perabaan untuk mengetahui letak janin,
mengukur tinggi fundus uteri, mengetahui bagian terbawah janin,
dan penurunan kepala), auskultasi (menghitung denyut jantung
janin), perkusi (untuk memeriksa reflex patella), dan pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium (hemoglobin,
albumin, dan reduksi urin)
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2012, hal. 12).
Dalam studi kasus ini penulis menggunakan data sekunder berupa
catatan asuhan kebidanan Ny. N di buku KIA dan buku register di PMB
Iswaningsih untuk melihat riwayat ANC Ny. N sebelum usia kehamilan
35 minggu.

H. Metode Pengolahan Data


Menurut Nasir, (2011, hal. 82), Pengolahan data adalah menjelaskan
prosedur pengolahan dan analisis data sesuai dengan pendekatan yang
dilakukan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan studi kasus. Metode
pengolahan data dilakukan dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif ehingga memudahkan
pehaman dan interprestai data. Sebagai berikut:
114

1. Mengorganisir informasi
Mengorganisir data yang subjektif objektif yang didapatkan dari hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada Ny. N
2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode
Memahami secara utuh data yang telah didapat sehingga dapat ditentukan
permasalahan yang terjadi pada Ny. N
3. Membantu suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteknya
Permasalahan yang ditemukan kemudian dianalisis menggunakan tinjauan
pustaka yang ada.
4. Penelitian menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa
kategori
5. Peneliti melakukan interpretasi data dan mengembangkan generalisasi
natural dari kasus baik untuk peneliti maupun penerapannya pada kasus
yang lain
6. Menyajikan secara naratif
Dalam studi kasus ini peneliti mengorganisir data-data yang didapatkan
dari data primer (langsung) yang berupa keluhan Ny. N, hasil pemeriksaan
fisik umum dan khusus kebidanan serta pemeriksaan penunjang, dan data
sekunder (tidak langsung) berupa data yang didapat dari buku KIA, membaca
semua data yang telah didapatkan dari hasil pemeriksaan kemudian
dikelompokkan dan memberi kode S untuk data subjektif dan kode O untuk
data objektif.

I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2014, hal. 93) masalah etika dalam penelitian kebidanan ini
adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
115

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka


harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Tanpa Nama (Anonim)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menulis kode Ny. N pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan di sajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian. baik informasi ataua masalah-masalah
lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya
oleh penulis, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada
hasil riset.
Pada studi kasus ini penulis memberikan lembar persetujuan tindakan-
tindakan yang akan diberikan, agar Ny. N mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Ny. N bersedia menandatngani lembar persetujuan. Penulis
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek hanya menginisialkan awalan
nama dengan kode pada lembar pengumpulan data (Ny. N). Pada studi kasus
ini penulis menjaga kerahasiaan identitas dan riwayat kesehatan Ny. N.
116

BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


1. Pengkajian
Hari/Tanggal : Minggu, 06 Desember 2021
Jam : 16.35 WITA

Identitas
Tabel 4.1 Identitas Pasien
Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 tahun 33 tahun
Pekerjaan Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Agama IRT Wiraswasta
Suku/Bangsa Banjar/ Indonesia Banjar/ Indonesia
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning Banjarbaru

Prolog
Tanggal 06 Desember 2021 Ny. N 31 tahun G2P1A0 hamil 35 minggu
datang ke PMB “I” untuk memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan data
buku KIA, HPHT 03 April 2021, TP 10 Januari 2022. Riwayat persalinan
terdahulu, anak pertama umur 8 tahun lahir secara normal. Ny. N sudah
melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 9 kali, yaitu di trimester I
usia kehamilan 6 minggu dan 11 minggu di Puskesmas dan 7 minggu di
dokter Sp.OG. Trimester II Ny. N periksa saat usia kehamilan 17 minggu
dan 23 minggu di Puskesmas. Trimester III Ny. N periksa sebanyak 3 kali
saat usia kehamilan 28 minggu sebanyak 2 kali di bidan dan usia
kehamilan 34 minggu di dokter Sp. OG. TB 150 cm, BB 55 kg, LILA 26
cm, kenaikan berat selama hamil 10 kg (berat sebelum hamil 45 kg).
117

Riwayat imunisasi TT, sudah mendapatkan imunisasi TT 1 sebelum


menikah yaitu November 2012, dan di lanjutkan TT2 pada kehamilan
pertama yaitu pada tahun 2013 dan TT3 pada usia kehamilan 37 minggu.
Hasil pemeriksaan laboratorium pertama kali pada usia kehamilan 6
minggu yaitu Hb 11,6 gr%, protein negatif, reduksi urin negatif, HbsAg
non reaktif, HIV non reaktif, sifilis non reaktif, golongan darah B. Riwayat
kontrasepsi yang pernah digunakan yaitu kontrasepsi pil. Ny. N tidak
memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan juga tidak memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
ataupun asma.
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan sakit punggung sudah 2 hari yang lalu dan ibu
mengatakan sulit menentukan posisi yang nyaman saat tidur karena
sakit punggung yang ibu rasakan akhir-akhir ini.
b. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TB: 150 cm, BB: 55
kg, TD: 114/79 mmHg, N: 86 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,4 ºC,
LILA 26 cm, muka tidak oedema dan tidak ada cloasma gravidarum,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih (tidak ikterik), leher tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis, putting
susu menonjol dan bersih, kolostrum belum keluar, tidak ada benjolan
abnormal pada payudara. Pada pemeriksaan abdomen, bagian fundus
teraba lunak, bulat, dan tidak melenting. TFU 30 cm, pada bagian
kanan perut ibu teraba rata, keras, ada tahanan, memanjang seperti
papan, sedangkan pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin. Pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan jari-jari tangan tidak bersentuhan (divergen). DJJ (+)
teratur frekuensi 152 x/menit. Taksiran Berat Janin (TBJ): 2.945 gram.
Tidak terdapat oedema pada ekstermitas bawah dan tidak terdapat
varises di bagian tungkai, reflek patella (+). Hb:11,8 gr%, protein
negatif, dan reduksi negatif.
118

2. Analisa
G2P1A0 hamil 35 minggu janin tunggal hidup fisiologis.

3. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik,
tanda vital dalam batas normal. Usia kehamilan sekarang yaitu 35
minggu, dengan taksiran persalinan tanggal 10 Januari 2022, namun
persalinan dapat maju atau mundur 1-2 minggu dari tanggal taksiran
persalinan. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan senang
karena ibu dan bayinya dalam keadaan baik.
b. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab keluhan yang dialami ibu
bahwa sakit punggung yang ibu alami ini dikarenakan seiring
bertambahnya usia kehamilan dan membesarnya rahim membuat
pembuluh besar tertekan dan mengurangi aliran darah pada tulang
belakang, sehingga mengakibatkan perasaan tidak enak pada bagian
bawah punggung, cara mengatasi sakit punggung yaitu menghindari
sikap membungkuk dan tekuk lutut saat mengangkat barang, hindari
memakai sandal hak tinggi, menghindari gerakan yang berlebihan,
pijat daerah punggung secara lembut dan istirahat yang cukup hal ini
dapat mengurangi sakit punggung dan ibu bisa tidur dengan nyaman,
sakit punggung yang ibu rasakan apabila tidak segera diatasi akan
berdampak tidak baik bagi ibu hamil, diantaranya kesulitan untuk
berdiri, duduk bahkan berpindah dari tempat tidur, hal ini
menyebabkan terganggunya rutinitas sehari-hari dan mempengaruhi
kualitas hidup. Ibu mengerti atas penjelasan yang telah diberikan.
c. Memberikan KIE tentang:
1) Pemenuhan nutrisi yakni lauk, pauk dan sayuran hijau (bayam,
kacang panjang, sawi), tidak perlu berpantang makan apapun
kecuali ada alergi terhadap makanan tersebut. Ibu mengerti
tentang informasi yang disampaikan.
119

2) Istirahat yang cukup yaitu tidur malam 7-8 jam dan tidur siang 1-
2 jam. Ibu mengerti tentang informasi yang disampaikan dan
bersedia istirahat yang cukup.
d. Menanyakan kepada ibu tentang persiapan penatalaksanaan P4K yaitu
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
Adapun yang perlu diperhatikan, seperti tempat bersalin, penolong,
pendamping, dana, transportasi, dan calon pendonor sewaktu-waktu
diperlukan, pakaian ibu dan bayi yang sudah disiapkan dalam satu
wadah dalam keadaan bersih dan terlihat rapi, kartu BPJS, KTP dan
kartu keluarga yang kemungkinan diperlukan, serta merencanakan KB
setelah melahirkan nanti. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang
telah disampaikan dan sudah mempersiapkan P4K
e. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan,
seperti muntah terus dan tak mau makan, demam tinggi, sakit kepala
yang hebat dan menetap dan tidak hilang meskipun ibu telah
beristirahat, bengkak pada kaki, tangan dan wajah perdarahan, dengan
warna darah merah segar, banyak dan disertai rasa nyeri, keluar air
ketuban sebelum waktunya dan gerakan janin yang berkurang. Jika
ibu mengalami hal-hal tersebut, maka harus segera datang ke petugas
kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Ibu mengerti
dan akan ke petugas kesehatan apabila mengalami hal tersebut.
f. Memfasilitasi pemberian terapi obat untuk keluhan Ny. N yaitu sakit
punggung dan tablet tambah darah serta vitamin. Ny N sudah
mendapatkan obat Paracetamol 1x1/hari, Sf 2x1/ hari, Vit C 2x1/hari,
dan Kalk 1x1/hari dan bersedia minum obat dan vitamin yang telah
dianjurkan
g. Membuat kesepakatan rencana kunjungan ulang pada tanggal 17
Desember 2021 atau jika ibu ada keluhan. Ibu bersedia
120

Tabel 4.2 Catatan Perkembangan Asuhan Kehamilan


No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
1 Jumat, 17 Desember Data Subjektif
2021 Ibu mengatakan sakit punggung sudah mulai
Pukul 16.00 WITA berkurang

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
BB: 55 kg, TD: 113/79 mmHg, N: 80 x/menit,
R: 20x/menit, T: 36,5 oC, muka tidak oedema
dan tidak ada cloasma gravidarum, konjungtiva
tidak anemis, sklera putih (tidak ikterik), leher
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
bendungan vena jugularis, puting susu menonjol
dan bersih, kolostrum belum keluar, tidak ada
benjolan abnormal pada payudara, pemeriksaan
abdomen bagian fundus teraba lunak, bulat, dan
tidak melenting, TFU: 30 cm, bagian kanan
perut ibu teraba rata, keras, ada tahanan,
memanjang seperti papan, sedangkan bagian kiri
perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin.
Pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan jari-jari tangan tidak bertemu
(divergen). DJJ (+) teratur frekuensi 150
x/menit. Tidak terdapat oedema pada ekstrimitas
bawah.

Analisa
G2P1A0 hamil 37 minggu janin tunggal hidup
fisiologis.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu baik dan tanda vital dalam
batas normal. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang disampaikan.
2. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu
hamil trimester III, yaitu:
a. Pemenuhan nutrisi. Ibu bersedia dan
sudah melakukannya
b. Istirahat yang cukup yaitu tidur malam
7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam. Ibu
bersedia dan sudah melakukannya
3. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap
melanjutkan obat-obatan yang telah
diberikan
a. SF 2x1 tablet/hari
b. Vit C 2x1 tablet/hari
c. Kalk 1x1 tablet/hari.
121

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
4. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 22
Desember 2021 atau jika ada keluhan. Ibu
mengerti dan akan memeriksakan
kehamilanya 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan.

2 Rabu, 22 Desember Data Subjektif


2021 Ibu mengatakan kadang merasa kencang-
Pukul 10.00 WITA kencang, terutama jika terlalu banyak
beraktivitas dan hilang ketika istirahat/tidur

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaraan compos
mentis, BB: 55 kg, TD: 110/90 mmHg, N: 85
x/menit, R: 20x/menit, T: 36,5 oC, muka tidak
oedema dan tidak ada cloasma gravidarum,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih (tidak
ikterik), leher tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis, puting susu
menonjol dan bersih, kolostrum belum keluar,
tidak ada benjolan abnormal pada payudara,
pemeriksaan abdomen, bagian fundus teraba
lunak, bulat, dan tidak melenting. TFU: 30 cm,
bagian kanan perut ibu teraba rata, keras, ada
tahanan, memanjang seperti papan, sedangkan
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin, bagian bawah perut ibu teraba
keras, bulat, melenting dan jari-jari tangan tidak
bertemu (divergen). DJJ (+) teratur frekuensi
155 x/menit. Tidak terdapat oedema pada
ekstrimitas bawah.

Analisa
G2P1A0 hamil 37 minggu 3 hari janin tunggal
hidup fisiologis.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik dan tanda vital
dalam batas normal. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang disampaikan.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa perut
kecang-kencang disebabkan kontraksi
palsu, hal ini bisa disebabkan terlalu banyak
beraktivitas. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang disampaikan.
3. Menjelaskan kepada ibu untuk berisitrahat
122

No Hari/Tanggal Keterangan
/Jam
jika sakitnya mulai terasa. Ibu mengerti
4. Mengingatkan kembali tentang:
a. Pemenuhan nutrisi. Ibu bersedia
b. Istirahat yang cukup yaitu tidur malam
7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam. Ibu
bersedia
5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-
tanda persalinan seperti rasa mules yang
sering dan semakin kuat, keluar lendir
bercampur darah, dan pecahnya selaput
ketuban dimulai dengan keluarnya cairan
ketuban dari jalan lahir. Memberitahukan
ibu untuk segera ke pelayanan kesehatan
terdekat yaitu ke bidan, puskesmas atau ke
rumah sakit terdekat jika terdapat salah satu
tanda – tanda persalinan tersebut. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan dan bersedia
6. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
kunjungan berikutnya, yaitu pada tanggal
26 Desember 2021. Ibu sepakat dan
bersedia untuk dikunjungi kembali.

3. Minggu, 26 Data Subjektif


Desember Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2021 Pukul
10.00 WITA Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaraan compos
mentis, BB: 55 kg, TD: 120/90 mmHg, N: 85
x/menit, R: 22 x/menit, T: 36,5 oC, muka tidak
oedema dan tidak ada cloasma gravidarum,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih (tidak
ikterik), leher tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis, puting susu
menonjol dan bersih, kolostrum sudah keluar,
tidak ada benjolan abnormal pada payudara,
pemeriksaan abdomen, bagian fundus teraba
lunak, bulat, dan tidak melenting. TFU: 30 cm,
bagian kanan perut ibu teraba rata, keras, ada
tahanan, memanjang seperti papan, sedangkan
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin, bagian bawah perut ibu teraba
keras, bulat, melenting dan jari-jari tangan tidak
bertemu (divergen). DJJ (+) teratur frekuensi
152 x/menit. Tidak terdapat oedema pada
ekstrimitas bawah.
123

No. Hari/Tanggal/Jam Keterangan


Analisa
G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik dan tanda vital
dalam batas normal. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang disampaikan.
2. Mengingatkan kembali pada ibu tentang
tanda-tanda persalinan seperti rasa mules
yang sering dan semakin kuat, keluar lendir
bercampur darah, dan pecahnya selaput
ketuban dimulai dengan keluarnya cairan
ketuban dari jalan lahir. Memberitahukan
ibu untuk segera ke pelayanan kesehatan
terdekat yaitu ke bidan, puskesmas atau ke
rumah sakit terdekat jika terdapat salah satu
tanda – tanda persalinan tersebut. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan.
3. Mengingatkan ibu taksiran persalinan pada
tanggal 10-01-2022. Ibu mengerti
Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
kunjungan berikutnya, yaitu 1 minggu
kemudian. Ibu sepakat dan bersedia untuk
dikunjungi kembali.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir


1. Pengkajian Data
Hari / Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Pukul : 03.00 WITA

Prolog
Ibu datang ke PMB, Ibu mengatakan mulai merasakan mules pada bagian
perut menjalar ke pinggang sejak jam 22.00 WITA dan ada keluar lendir
bercampur darah pada pukul 03.00 WITA. HPHT 03-04-2021, TP 10-01-
2022. Ini merupakan kehamilan ibu yang kedua dan tidak pernah
keguguran. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, ataupun
hipertensi.
124

a. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering pada bagian perut menjalar ke
pinggang disertai keluar nya lendir bercampur darah.
b. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaraan compos mentis, TD: 120/80
mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,5 oC, muka tidak
oedema dan tidak ada cloasma gravidarum, konjungtiva tidak
anemis, sklera putih (tidak ikterik), leher tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis, puting susu menonjol
dan bersih, kolostrum sudah keluar, tidak ada benjolan abnormal
pada payudara. Pemeriksaan abdomen, bagian fundus teraba lunak,
bulat, dan tidak melenting TFU: 30 cm, bagian kanan perut ibu
teraba rata, keras, ada tahanan, memanjang seperti papan, sedangkan
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin, bagian
bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting dan jari-jari tangan
tidak bertemu (divergen) kepala sudah masuk PAP V. DJJ (+) teratur
frekuensi 150 x/menit. TBJ 2.945 gram, his 4x/10’/40”, VT: Portio
teraba tipis dan lunak, pembukaan 8 cm, penurunan kepala di
Hoodge III UUK depan, tidak ada penyusupan, ketuban (+),
Ekstermitas bawah tidak ada oedem.

2. Analisa
G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup Inpartu kala I fase aktif
fisiologis.

3. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik, dan sudah memasuki proses persalinan dengan
pembukaan 8 cm. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil
pemeriksaan.
b. Memberikan asuhan sayang ibu:
125

1) Memfasilitasi pendamping ibu. Ibu didampingi oleh suami.


2) Memfasilitasi posisi senyaman mungkin. Menganjurkan miring
kiri untuk teknik relaksasi dan membantu mempercepat
penurunan kepala bayi serta meminta ibu untuk menarik nafas
panjang lalu tahan kemudian dilepas dengan cara meniup udara
keluar sewaktu terasa kontraksi untuk mengurangi rasa sakit.
Ibu mengikuti apa yang dikatakan bidan.
3) Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, seperti
minum untuk menambah tenaga pada saat mengedan nanti dan
mencegah dehidrasi. Ibu minum disela-sela kontraksi.
4) Menjaga privasi ibu dengan menutup sampiran. Privasi ibu
terjaga.
5) Melakukan massase pada pinggang ibu untuk mengurangi rasa
nyeri dan mengajarkan pada keluarga untuk melakukan
massase.
6) Memberikan dukungan terhadap ibu dalam menghadapi
persalinan. Ibu menjadi semangat menghadapi persalinannya.
Menyiapkan alat partus, obat-obatan, perlengkapan ibu dan
bayi. Semua persiapan sudah lengkap.
c. Menyiapkan alat pertolongan persalinan, perlengkapan ibu dan bayi,
serta APD. Alat sudah siap
d. Mengobservasi keadaan ibu, keadaan janin dan kemajuan persalinan
pada lembar partograf meliputi DJJ, kontraksi, nadi, tekanan darah,
suhu tubuh, volume urine setiap 30 menit dan air ketuban,
penyusupan, pembukaan, penurunan kepala setiap 4 jam atau apabila
ada indikasi
126

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Asuhan Persalinan dan BBL


No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
1. Rabu, 28 Desember Data Subjektif
2021 05.00 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk mengedan
WITA seperti ingin BAB.

Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
TD: 110/70 mmHg, N: 84x/menit, R: 24x/menit,
S: 36,5oC, DJJ: 155 x/m terdengar jelas, kuat dan
teratur, TBJ 2.945 gram, his 5x/10’/55”, VT:
Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
penurunan kepala di Hodge III+, tidak ada
penyusupan ketuban (-), kandung kemih kosong.

Analisa
G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup
inpartu kala II fisiologis.

Penatalaksaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
ketuban sudah pecah. Ibu memasuki kala II
persalinan yakni kala pengeluaran janin. Ibu
memahami.
2. Menjelaskan proses persalinan pada ibu dan
keluarga. Ibu mengerti.
3. Menyiapkan diri dengan Memasang APD dan
mencuci tangan. APD sudah dipasang dan
sudah mencuci tangan.
4. Melakukan pertolongan persalinan:
a. Mendekatkan alat, memasang infus RL
0,9 %.
b. Menyiapkan pasien dengan mengatur
posisi dorsal recumbent. Ibu sudah
dalam posisi dorsal recumbent
c. Memberikan dukungan dan semangat
pada ibu saat mengedan dan
memberitahu ibu untuk istirahat diantara
kontraksi. Ibu mengerti
d. Meletakkan handuk bersih dan kain
bersih untuk mengeringkan bayi diatas
perut ibu
e. Menyiapkan oksitosin. Oksitosin sudah
siap
f. Meletakkan duk steril di bagian bawah
bokong ibu. Sudah diletakkan
127

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
5. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
merasakan dorongan meneran. Saat kepala
bayi tampak membuka 5-6 cm, Satu tangan
menahan perineum, tangan yang lain diatas
simfisis melindungi kepala bayi
a. Setelah memimpin ibu meneran lahirlah
kepala bayi. Ibu sudah meneran dengan
baik dan kepala bayi sudah lahir.
b. Memeriksa lilitan tali pusat. Tidak ada
lilitan tali pusat
c. Melahirkan bahu dengan lembut
menggerakkan kepala ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan
menggerakkan kepala ke atas untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah bahu
lahir melakukan sangga susur untuk
melahirkan badan bayi hingga kaki
terlahir. Semua tubuh lahir spontan
6. Pukul 05.33 WITA bayi lahir spontan
belakang kepala, segera menangis, bergerak
aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin
perempuan. APGAR score 9.
7. Keringkan tubuh bayi mulai muka, kepala
dan bagian telapak tangan tanpa
membersihkan verniks, ganti handuk basah
dengan handuk yang kering.
8. Periksa kembali uterus ibu untuk
memastikan tidak ada janin kedua.
9. Memberitahukan ibu bahwa akan
disuntikan oksitosin. Ibu setuju untuk
disuntik.
10. Menyuntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3
paha atas. Oksitosin sudah diberikan.
11. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Dorong isi tali pusat kearah
distal dan jepit kembali tali pusat 2 cm dari
jepitan pertama.
12. Melakukan pemotongan tali pusat dengan
satu tangan pegang tali pusat diantara 2
klem, lalu potong tali pusat. Tali pusat
sudah dipotong.
13. Letakkan bayi tengkurap didada ibu agar
ada kontak kulit ibu kekulit bayi dengan
posisi lebih rendah dari puting susu untuk
melakukan IMD. Bayi sudah melakukkan
IMD.
128

No. Jam/Tanggal/Jam Keterangan


2. Rabu, 28 Desember Data Subjektif
2021 Ibu mengatakan perutnya terasa mules pada
Jam 05. 38 WITA bagian bawah.

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis,
TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, tidak
ada janin kedua, kontraksi uterus baik, uterus
globular, tampak tali pusat didepan vulva,
perdarahan normal (100 cc), kandung kemih
kosong.

Analisa
P2A0 kala III fisiologis.

Penatalaksanaan
a. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa sudah
terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan
akan dilakukan tindakan untuk melahirkan
plasenta. Ibu mengerti dan setuju dengan
asuhan yang diberikan
b. Melakukan PTT. Pada pukul 05.38 WITA
plasenta lahir lengkap dengan selaputnya.
1) Klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva. Tindakan telah dilakukan.
2) Letakkan satu tangan diatas kain pada
perut bawah ibu (diatas simfisis) untuk
mendeteksi kontraksi. Tindakan telah
dilakukan.
3) Setelah berkontraksi, tegangkan tali
pusat kearah bawah dan tangan lain
mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati. Tindakan
telah dilakukan.
4) Melahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaputnya terpilin. Tindakan telah
dilakukan.
c. Melakukan masase uterus dalam 15 detik.
Kontraksi uterus baik.
d. Memeriksa kelengkapan plasenta bagian
maternal dan fetal. Plasenta lahir lengkap
e. Memeriksa kembali kontraksi uterus dan
tanda adanya perdarahan pervaginam dan
memastikan kontraksi uterus baik dan tidak
adanya perdarahan pervaginam yang
berlebihan.
129

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
f. Mengajarkan ibu cara melakukan masase
uterus dengan cara meletakkan telapak
tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi. Ibu memahami
dan melakukannya dengan baik.

3. Rabu, 28 Desember
Data Subjektif
2021
Ibu mengatakan merasa lelah dan terasa mules
Jam 06.00 WITA
pada bagian perut.

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis,
TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, R: 24x/menit,
S 36,5 oC, TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong, tampak
laserasi jalan lahir di mukosa vagina, komisura
posterior, dan kulit perineum, perdarahan normal
(150 cc).

Analisa
P2A0 kala IV dengan laserasi derajat 1 fisiologis.

Penatalaksaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan
asuhan yang diberikan bahwa keadaan ibu
baik, tanda-tanda vital dan proses kala IV
berjalan dengan baik dan tidak ada penyulit.
Ibu memahami penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pada ibu bahwa mules yang ibu
rasakan adalah wajar karena adanya uterus
yang berkontraksi. Ibu memahami penjelasan
yang diberikan.
3. Memberitahu ibu bahwa perineum akan
dijahit. Ibu bersedia
4. Membantu bidan melakukan penjahitan pada
laserasi jalan lahir:
a. Menyuntikkan anastesi lidocaine 1%
sebelum dilakukan penjahitan.
Lidocaine sudah diberikan
b. Menunggu 2 menit setelah anestesi
kemudian bidan melakukan
penjahitan. Penjahitan selesai
5. Membersihkan ibu dari cairan dan darah
menggunakan air DTT serta mengganti
pakaian ibu dan memasang pembalut. Ibu
sudah bersih dan sudah memakai
130

No. Hari/Tanggal/Jam Keterangan


Pembalut
6. Membantu ibu untuk menentukan posisi
senyaman mungkin dengan telentang
sambil meluruskan kaki dan
mempersilahkan ibu untuk beristirahat.
Ibu sudah beristirahat
7. Memberikan ibu makanan nasi, sayur, ikan
dan minuman yang manis kepada ibu agar
tenaganya pulih kembali. Ibu sudah makan
dan minum
8. Melakukan dekontaminasi peralatan yang
telah dipakai dengan menggunakan larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit kemudian
dicuci dengan air sabun dan bilas dengan air
bersih lalu di keringkan. Alat sudah
dibersihkan dan dikeringkan.
9. Melakukan sterilisasi alat dengan
memasukkan alat ke dalam autoklaf selama
10 menit. Alat sudah steril.
10. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus, kandung kemih dan
perdarahan, setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua. Hasil terlampir.
11. Melengkapi lembar belakang partograf.
Partograf terlampir

4. Rabu, 28 Desember
Data Subjektif
2021
-
05.35 WITA
BAYI BARU
LAHIR Data Objektif
Keadaan umum baik, bayi lahir cukup bulan,
menangis kuat, bernafas spontan, gerakan aktif
dan kulit kemerahan. Penilaian APGAR dalam 1
menit pertama 9, tidak ada perdarahan tali pusat,
refleks rooting (+), refleks sucking (+). refleks
morro (+), refleks grusping (+), reflek
swallowing (+), reflek tonik neek (+), reflek
stepping (+), pemeriksaan antroprometri BB:
2.700 gram, PB: 49 cm, LK : 33 cm, LD : 33 cm
, LILA : 11 cm.

Analisa
Bayi baru lahir fisiologis
131

No. Hari/Tanggal/Jam Keterangan


Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi
dalam keadaan baik dan berjenis kelamin
perempuan. Ibu mengerti
2. Membersihkan tubuh bayi dari sisa lendir,
darah dan verniks caeseosa kecuali pada
bagian telapak tangan menggunakan baby oil
dan kain yang bersih. Badan bayi sudah
bersih
3. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti
selimut bayi yang basah dengan selimut baru
yang kering dan bersih. Selimut sudah
diganti
4. Menjepit tali pusat 2 cm dari pangkal pusat,
mengurut kearah ibu dan klem 3 cm dari
klem yang pertama, kemudian memotong tali
pusat diantara klem dengan perlindungan
tangan. Tali pusat sudah dipotong
5. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
yaitu dengan meletakkan bayi tengkurap
pada dada ibu dengan posisi kepala bayi
menghadap ke salah satu payudara ibu dan
kontak kulit ibu dengan bayi, keduanya di
selimuti dan bayi diberi topi. Inisiasi
menyusui dini berhasil dilakukan.
6. Melakukan pengukuran antropometri
meliputi berat badan 2700 gram, panjang
badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar
dada 33 cm.
7. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital N
136 x/menit, R 40 x/menit, S 37,0 oC
8. Memberikan suntikan Vit K 1mg di paha kiri
bayi secara IM. Vit K sudah diberikan.
9. Memberikan salep mata Gentamycin 1%
pada kedua mata bayi kanan dan kiri. Bayi
sudah mendapat salep mata
10. Satu jam kemudian diberikan suntikan HB-0
di paha kanan secara IM.
11. Mempertahankan suhu bayi agar tetap hangat
dengan cara memakaikan baju bayi, sarung
tangan, sarung kaki, topi, dibedong dan
menunda memandikan bayi setidaknya 6 jam
setelah bayi lahir. Bayi sudah dibedong dan
tidak langsung dimandikan.
132

C. Asuhan Kebidanan Neonatus


1. Pengkajian
Hari / Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Jam : 10.33 WITA
Tempat : PMB “I”
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi menyusu kuat tetapi ASI belum lancar
b. Data Objektif
Keadaan umum baik, BB: 2.700 gram, PB: 49 cm, LK : 33 cm, LD :
33 cm, LILA : 11 cm, N: 126 x/m, P: 45 x/m, S: 36,4 0C, gerakan aktif,
kulit kemerahan, tidak ada perdarahan tali pusat, refleks rooting (+),
refleks sucking (+), refleks morro (+), refleks grasping (+), reflek
swallowing (+), reflek tonik neek (+), reflek stapping (+), BAB 1 kali
dan BAK 2 kali.

2. Analisa
Bayi baru lahir 6 jam fisiologis.

3. Penatalaksaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
bayi dalam keadaan sehat. Ibu dan keluarga mengerti
b. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan ASI yang masih kurang
lancar merupakan hal yang alamiah karena ASI akan lancar 1-3 hari
setelah persalinan dan akan lancar jika distimulasi dengan cara
disusukan sesering mungkin. Ibu mengerti dan bersedia menyusui
sesering mungkin
c. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu:
1) Duduk dengan santai tapi tegak
2) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
dimiringkin di pangkuan, kepala bayi disiku bagian dalam lengan
dengan telapak tangan memegang bokong bayi.
133

3) Tangan lain menyangga payudara dengan 4 jari menekan 4 jari


menekan payudara bagian bawah aerola
4) Masukkan seluruh puting payudara sampai aerola masuk ke
dalam mulut bayi
5) Dekaplah bayi ke tubuh ibu hingga ujung hidung bayi menyentuh
payudara
6) Menyusukan payudara secara bargantian. Ibu mengerti
d. Memandikan bayi setelah bayi berumur 6 jam dan memberitahu ibu
cara memandikan bayi yang aman dan benar. Ibu mengerti
e. Menjaga kebersihan dan kehangatan bayi dengan mengganti pakaian
bayi bila basah atau kotor, menyelimuti bayi dengan pakaian tebal dan
bersih serta menutupi bagian kepala bayi. Kebersihan dan kehangatan
bayi terjaga
f. Memberitahu pada ibu cara merawat tali pusat tanpa memberi apapun
pada daerah tali pusat dan hanya membungkusnya menggunakan kasa
steril untuk mencegah terjadinya infeksi. Ibu mengerti dan tidak ada
infeksi pada tali pusat.
g. Memberitahukan ibu untuk menjemur bayinya selama ± 15 menit
antara pukul 07.00-08.00 WITA di tempat yang terkena paparan sinar
matahari dengan melepas pakaian bayi. Ibu mengerti.
h. Menjelaskan kapada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi, yaitu:
1) Perdarahan tali pusat berbau busuk atau bernanah
2) Tubuh bayi panas
3) Tidak mau menyusu
4) Kejang
5) Tidak bisa tenang
6) Menangis terus-menerus
Jika ibu mendapati bayinya mengalami hal tersebut, maka segera
membawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ibu bersedia
134

Tabel 4.4 Catatan Perkembangan Asuhan Neonatus


No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
1. Selasa, 04 Januari Data Subjektif
2022 Jam 08.00 Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, BAK 5-6
WITA kali dan BAB 1-2 x sehari (tali pusat sudah lepas
pada hari ke 5).

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
BB: 2.900 gram, S: 36, 7 oC, N: 127 x/menit, R: 47
x/menit, gerakan aktif, kulit kemerahan, mata
simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis
dan sklera tidak ikterik, hidung bentuk simetris dan
tidak ada pengeluaran cairan atau darah, mulut
normal, bibir simetris, telinga simetris dan tidak
ada pengeluaran cairan dan darah, leher tidak ada
pembengkakan pada pembuluh darah dan kelnjar
limfe, ekstrimitas atas simetris jari-jari tangan
kanan dan kiri lengkap, dada simetris, abdomen
tidak kembung, tali pusat sudah lepas, posisi labia
mayora menutupi labia minora dan uretra terpisah
dengan lubang vagina anus tidak ada kelainan
ekstrimitas bawah simetris jumlah jari kaki kanan
dan kiri lengkap, refleks rooting (+), refleks
sucking (+). refleks morro (+), refleks
grusping (+), reflek swallowing (+), reflek
tonik neek (+), reflek stapping (+) BAB (+)
BAK (+).

Analisa
Bayi baru lahir 7 hari

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
orang tua bayi bahwa bayi dalam keadaan
sehat. Ibu merasa senang
2. Menanyakan kepada ibu apakah ada penyulit
atau masalah selama merawat dan menyusui
bayinya. Ibu mengatakan tidak ada masalah
kesehatan bayi baik dan menyusu kuat.
3. Melakukan pemeriksaan fisik bayi. Bayi
sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan
hasilnya dalam keadaan normal
4. Mengingatkan kepada ibu untuk memberikan
ASI sesering mungkin minimal 2 jam sekali
atau setiap bayi mengingatkanya dan
memberikan ASI tanpa tambahan makanan
apapun selama 6 bulan. Ibu mengerti
5. Memberitahu ibu untuk melanjutkan
135

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
perawatan bayi sehari-hari. Ibu bersedia
6. Mengingatkan kembali kepada orang tua
tanda-tanda bahaya pada bayi. Ibu mengerti

2. Selasa, 18 Januari Data Subjektif


2022 Ibu mengatakan bayinya sehat dan tidak rewel
Jam 10.00 WITA
Data Objektif
KU baik, BB 2.900 gram, PB 50 cm S 36,5 oC, N
128 x/ menit, R 45 x/menit, gerakan aktif, kulit
kemerahan, sclera tidak ikterik, refleks sucking
baik, BAB (+), BAK (+).

Analisa
Bayi baru lahir 2 minggu

Penatalaksaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan sehat. Orang tua senang.
2. Menanyakan kepada ibu apakah ada penyulit
atau masalah selama merawat dan menyusui
bayinya. Ibu mengatakan tidak ada masalah
kesehatan bayi baik dan menyusu kuat.
3. Memberitahu ibu untuk melanjutkan perawatan
bayi sehari-hari dan tetap menyusi bayinya
sampai berusia 6 bulan. Ibu mengerti
4. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kehangatan dan kebersihan bayi. Ibu mengerti
5. Mengingatkan kembali kepada orang tua tanda-
tanda bahaya pada bayi. Ibu mengerti
6. Mengingatkan kepada orang tua untuk
membawa bayinya ke puskesmas terdekat untuk
mendapatkan imunisasi lanjutan sesuai jadwal
dan memantau tumbuh kembang bayi. Ibu
bersedia
7. Memberitahu ibu dan keluarga Lima Imunisasi
Dasar Lengkap yaitu:
Umur Vaksin
0-7 Hari HB0
1 bulan BCG,Polio I
2 bulan Pentabion 1
(DPT, HB,Hib 1), Polio 2
3 bulan Pentabion 2
(DPT, HB, Hib 1) Polio 3
4 bulan Pentabion 3
(DPT, HB,Hib 1)Polio 4
9 bulan Campak
Ibu dan keluarga mengerti dan bayi sudah
mendapatkan HB0
136

D. Asuhan Kebidanan Masa Nifas


1. Pengkajian
Hari / Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Jam : 10.33 WITA
Tempat : PMB “I”
Prolog
Ibu melahirkan 6 jam yang lalu secara spontan pervaginam. Perdarahan
normal, plasenta lahir lengkap secara spontan pada pukul 05.38 WITA.
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih mules dan lelah.
b. Data Objektif
KU baik, TD 130/80 mmHg, N 84 x/menit, R 22 x/menit, S 36,5 oC,
puting susu menonjol, puting susu tidak bengkak, kolostrum sudah
keluar, TFU 2 jari di bawah pusat, fundus teraba keras, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong, lokhia rubra, perdarahan
normal.

2. Analisa
P2A0 Post Partum 6 jam fisiologis

3. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaanya
baik. Ibu mengerti.
b. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang dirasakan ibu
disebabkan karena kontraksi rahim untuk mengerut sehingga
kembali membentuk seperti sebelum hamil. Pengerutan tersebut
akan mencegah terjadinya perdarahan karena pembuluh darah pada
dinding rahim terjepit. Jadi, apabila rahim berkontraksi, maka itu
adalah hal yang bagus. Sebaliknya, apabila rahim tidak berkontraksi,
137

maka itu merupakan salah satu tanda adanya perdarahan. Ibu


mengerti.
c. Memberitahu ibu cara mengatasi rasa mules tersebut dengan cara
mobilisasi dini yaitu berjalan dengan bantuan suami atau keluarga.
Ibu mengerti dan sudah bisa berjalan-jalan sendiri.
d. Menganjurkan ibu dan keluarga agar tetap melakukan rangsangan
taktil yaitu masase pada uterus selama 15 detik. Ibu dan keluarga
bersedia
e. Memberikan KIE tentang:
1) Jangan berpantang dalam hal makanan, makan-makanan bergizi
sesuai kebutuhan ibu nifas seperti ikan, telur, tahu, tempe, sayur-
sayuran, dan buah-buahan. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
2) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap habis
BAK atau BAB dan bila pembalut basah dan kotor. Ibu mengerti
dan bersedia melakukannya.
3) Mengajarkan kepada ibu cara membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang kemudian
membersihkan anus. Ibu mengerti.
4) Istirahat yang cukup serta menjaga kesehatan agar proses
pemulihan berlangsung dengan baik. Ibu mengerti.
5) Tanda-tanda bahaya nifas yaitu perdarahan pada jalan lahir yang
berlebihan, pengeluaran lokhia (darah nifas) dari jalan lahir yang
berbau busuk, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati, dan penglihatan
kabur, bila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut
segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat. Ibu
memahaminya.
6) Cara perawatan payudara yaitu dengan membersihkan payudara
terutama sebelum disusukan serta menjaga agar puting tidak
lecet yaitu menyusui posisi yang benar dengan mengarahkan
138

mulut bayi sampai menyentuh areola mamae. Ibu


memahaminya.
7) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara menyendawakan
bayi setelah disusui dengan cara bayi di gendong tegak
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-
lahan sampai bayi bersendawa. Ibu dan keluarga mengerti.
8) Memfasilitasi pemberian terapi:
a) SF 1x1 tablet/hari
b) Vitamin C 1x1 tablet/hari
c) Vitamin A 1x1 tablet/hari
Menyepakati kunjungan nifas 1 minggu lagi pada tanggal 04
Januari 2021. Ibu bersedia

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Asuhan Masa Nifas


No Tanggal/Jam Keterangan
1. Selasa, 04 Januari Data Subjektif
2022 Jam 08.00 Ibu mengatakan ASI sudah lancar dan pengeluaran
WITA darah berwarna merah kekuningnan

Data Objektif
KU baik, compos mentis, TD: 110/70 mmHg, N:
80x/menit, pernafasam 20x/menit S: 36,4 oC,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
puting susu menonjol dan tidak lecet payudara
tidak bengkak, ASI lancar, TFU teraba keras
pertengahan symfisis-pusat, kontraksi uterus baik,
perdarahan normal, Lokhia sanguilenta, luka
jahitan sudah kering, BAB (+), BAK (+).

Analisa
P2A0 Nifas 1 Minggu Fisiologis

Penatalaksaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik dan tanda vital dalam
batas normal. Ibu mengerti
2. Memberikan KIE tentang:
a. Memastikan involusi uterus berjalan
dengan normal dan mendeteksi adanya
perdarahan. TFU teraba keras pertengahan
sympisis pusat, perdarahan normal
139

No. Hari/Tanggal/Jam Keterangan


b. Memberitahukan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein seperti
ikan, daging, telur, tempe, tahu lalu sayur
sayuran, buah-buahan serta susu dan tidak
ada pantangan, kecuali ibu alergi terhadap
makanan tersebut. Ibu mengerti dan selama
ini ibu makan makanan yang sudah
dianjurkan dn tidak berpantang
c. Memberitahu ibu untuk beristirahat yang
cukup dan melakukan aktivitas seperti
biasa. Ibu mengerti dan beristirahat juga
apabila bayinya tidur
d. Memberitahukan ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene dengan mandi 2x sehari,
kemudian setiap BAB dan BAK jika
pakaian dalamnya merasa basah segera
diganti. Ibu mengerti
7. Menanyakan kepada ibu apakah ada penyulit
atau masalah selama merawat dan menyusui
bayinya. Ibu mengatakan tidak ada masalah
kesehatan bayi baik dan menyusu kuat.
8. Memberitahukan ibu agar tetap menjaga
kehangatan bayinya. Ibu mengerti dan selama
ini selalu menjaga kehangatan bayinya
9. Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya
nifas yaitu:
a. Demam tinggi
b. Perdarahan dari jalan lahir
c. Sakit kepala hebat
d. Bengkak di wajah dan ekstrimitas
e. Infeksi masa nifas
Segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika
mengalami hal tersebut.
10. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi
obat:
a. SF 1x1 tablet/hari
b. Vitamin C 1x1 tablet/hari
11. Memberitahu ibu rencana kunjungan nifas 2
minggu pada tanggal. Ibu mengerti

2. Selasa, 18 Januari Data Subjektif


2022 Ibu mengatakan keluar lendir berwarna
Jam 10.00 WITA kekuningan sekitar 50 cc.

Data Objektif
KU baik, compos mentis, TD: 110/70 mmHg, N:
80x/menit, pernafasam 20x/menit S: 36,5 oC, muka
140

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, putting susu menonjol dan tidak lecet,
payudara tidak bengkak, ASI lancar,
TFU tak teraba diatas sympisis, Lochea serosa,
luka jahitan sudah kering BAB (+), BAK (+).

Analisa
P2A0 postpartum 2 minggu fisiologis

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keaadaan ibu baik dan tanda vital dalam
batas normal. Ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluar lendir
berwarna putih adalah hal yang wajar karna
sesuai dengan masa nifas 2 minggu. Ibu
mengerti
3. Memberikan KIE tentang:
a. Memastikan involusi uterus dan
perdarahan berjalan dengan normal.
Kontraksi uterus teraba keras, TFU tak
teraba diatas sympisis, perdarahan normal
b. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein seperti ikan, daging,
telur, tempe, tahu lalu sayur- sayuran,
buah-buahan serta susu dan tidak ada
pantangan. Ibu makan sesuai yang
dianjurkan dan tidak berpantang.
c. Istirahat yang cukup dan melakukan
aktifitas seperti biasa. Ibu mengerti dan
tidak ada keluhan saat tidur
d. Menjaga personal hygiene dengan mandi
2x sehari, kemudian BAB dan BAK jika
pakaian dalamnya merasa basah segera
diganti. Ibu mengerti
e. Mengingatkan kembali tentang tanda
bahaya nifas yaitu:
1) Demam tinggi
2) Perdarahan dari jalan lahir
3) Sakit kepala hebat
4) Bengkak di wajah dn ekstermitas
5) Infeksi masa nifas
Ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas
kesehatan apabila mengalami salah
satu tanda bahaya tersebut.
4. Mengingatkan pada ibu tetap mengkonsumsi
obat SF 1x1 tablet/hari. Ibu bersedia
141

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
5. Memberitahu ibu rencana kunjungan nifas 6
minggu postpartum pada tanggal 25 Maret
2021. Ibu mengerti
3. Sabtu 05 Februari
2022 Jam 11.00 Subjektif
WITA Ibu mengatakan ASI lancar

Objektif
KU baik, kesadaran compos mentis, TD: 110/70
mmHg, N: 79x/menit, pernafasam 20x/menit S:
36,0 oC, muka tidak pucat, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, payudara tidak
bengkak, putting susu menonjol dan tidak lecet,
ASI lancar, TFU tidak teraba, lochea alba, BAB
(+), BAK (+).

Analisa
P2A0 postpartum 6 minggu fisiologis

Penatalaksaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik dan tanda vital dalam
batas normal. Ibu mengerti.
2. Menanyakan kepada ibu apakah ada penyulit
atau masalah selama merawat dan menyusui
bayinya. Ibu mengatakan tidak ada masalah
kesehatan bayi baik dan menyusu kuat.
3. Memberikan KIE tentang:
a. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, seperti ikan, daging,
telur, tempe, tahu lalu sayur-sayuran,
buah-buahan, serta susu dan tidak ada
pantangan. Ibu mengerti
b. Istirahat yang cukup. Ibu bersedia
4. Memberikan konseling tentang KB rasional
untuk ibu yang berusia 30-34 tahun dan sudah
memiliki 1 orang anak dianjurkan
menggunakan AKDR, suntikan, implant, pil,
atau metode sederhana. Ibu memilih ingin
menggunakan alat kontrasepsi suntikan 3
bulan setelah haid nanti
5. Memberitahu cara kerja KB suntik 3 bulan
yaitu mengentalkan lender serviks (leher
rahim) sehingga sel sperma sulit mencapai
rahim dan tidak bisa membuahi sel telur. Ibu
mengerti
6. Menjelaskan indikasi pemakaian KB suntik 3
bulan yaitu yaitu usia reproduksi,
142

No Hari/Tanggal/Jam Keterangan
menginginkan menggunakan kontrasepsi
jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi,
menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi, setelah mengalami abortus dan
tidak terlihat adanya infeksi, tidak mengingat-
ingat minum pil setiap hari. Ibu mengerti
7. Menjelaskan kontraindikasi pemakaian KB
suntik 3 bulan yaitu wanita yang hamil atau
dicurigai hamil, wanita yang mengalami
perdarahan per vagina yang belum jelas
penyebabnya, wanita yang tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, penderita
kanker payudara atau ada riwayat kanker
payudara. Ibu mengerti
8. Menjelaskan efek samping dari KB suntik tiga
bulan seperti :
a. Gangguan haid bisa memanjang atau
memendek
b. Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian
c. Permasalahan berat badan merupakan efek
samping yang tersering
d. Terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang
e. Menimbulkan rasa sakit akibat di suntik
f. yaitu penambahan berat badan, gangguan
haid, sakit kepala, mual dan berkunang-
kunang.
Ibu mengerti atas penjelasan yang telah
disampaikan
9. Memberikan informed consent secara lisan.
Ibu menyetujui.

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


1. Pengkajian
Hari / Tanggal : Senin, 07 Februari 2022
Jam : 16.00 WITA
Tempat : PMB “I”
Prolog
Ny. N melahirkan anak pertamanya pada tanggal 28 Desember 2021, nifas
minggu ke-6, riwayat persalinan normal spontan belakang kepala, Riwayat
KB, pernah menggunakan alat kontrasepsi pil. Ny. N tidak memiliki
143

riwayat penyakit menurun serta tidak ada alergi terhadap obat ataupun
makanan.
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin mendapatkan suntik KB 3 bulan
b. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, BB: 50 kg, TD:
110/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5 oC, R:20 x/menit konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada pembesaran tyroid dan vena
jugularis, tidak ada benjolan abnormal pada mammae, ASI lancar,
lochea serosa, ekstermitas tidak ada varises.

2. Analisa
P2A0 akseptor KB suntik Depo Progestin

3. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu sehat
dapat menggunakan Suntik 3 Bulan.
b. Menganjurkan ibu untuk memposisikan badannya senyaman mungkin
yaitu berbaring tengkurap.
c. Melakukan tindakan yaitu menentukan daerah penyuntikan Depo
Prosegtin di 1/3 SIAS – Os coccyges secara intramuscular pada jam
16.30 WITA. Penyuntikan sudah dilakukan.
d. Menyepakati tanggal kunjungan ulang yaitu tanggal 04 Mei 2022
untuk mendapatkan suntikan ulang atau bila ada keluhan. Ibu bersedia
Menyepakati tanggal kunjungan ulang yaitu tanggal 04 Mei 2022
BAB V
PEMBAHASAN

A. Asuhan kebidanan kehamilan


1. Kunjungan Anternatal Care (ANC)
Selama kehamilan Ny. N telah melakukan ANC sebanyak 11 kali
yaitu pada Trimester I sebanyak 2 kali di puskesmas (usia kehamilan 6
minggu, dan 11 minggu) dan 1 kali di dokter (usia kehamilan 7 minggu),
dengan pemberian tablet tambah darah oleh bidan di puskesmas. Trimester
II sebanyak 2 kali di bidan (usia kehamilan 17 minggu dan 23 minggu).
Trimester III sebanyak 5 kali (usia kehamilan 28 minggu sebanyak 2 kali,
35 minggu, dan 37 minggu) dan 1 kali di dokter (usia kehamilan 34
minggu).
Kunjungan ANC yang dilakukan Ny. N sudah memenuhi standar
kunjungan selama kehamilan, hal ini sesuai dengan teori menurut
Kemenkes RI (2020b, hal.16) minimal 6 kali kunjungan selama kehamilan
dan 2 kali pemeriksaan oleh dokter, yang terbagi dalam 3 trimester yaitu 2
kali kunjungan pada trimester 1 (kehamilan < 12 minggu) 1 kali kunjungan
pada trimester 2 (kehamilan 12 minggu-24 minggu) 3 kali pada trimester
III (kehamilan diatas 24 minggu-40 minggu). Ny. N sudah melakukan
pemeriksaan USG dengan dokter sebanyak 2 kali dan 9 kali dengan bidan.
2. Standar Pemeriksaan Kehamilan
Selama kehamilan Ny. N memeriksa kehamilannya ke bidan dan
mendapatkan pelayanan kehamilan 10 T. Menurut Kemenkes (2020b, Hal.
16), menyatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga
kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
terdiri dari 10T yaitu ukur tinggi badan dan berat badan, ukur tekanan
darah, nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas / LILA, ukur TFU,
tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), Imunisasi TT,
Tablet Fe, Pemeriksaan Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus),
Tatalaksana / penanganan Kasus, Temu Wicara (Konseling). Pelayanan

144
145

kesehatan kehamilan yang Ny. N dapatkan sesuai dengan standar


pelayanan kehamilan menurut teori. Adapun pelayanan yang didapatkan
Ny. N yaitu:
a. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan Ny. N diukur saat pertama kali melakukan
pemeriksaan antenatal yaitu saat usia kehamilan 6 minggu dengan hasil
150 cm. Menurut Kemenkes RI (2020a, hal 16), jika tinggi badan <145
cm maka resiko panggul sempit sehingga sulit melahirkan secara
normal. Hal ini menyatakan tinggi badan Ny. N merupakan tinggi
badan sesuai pada kriteria ibu hamil yaitu 150 cm.
Berat badan Ny. N selalu ditimbang saat melakukan kunjungan
antenatal. Berat badan Ny. N sebelum hamil 45 Kg dan saat hamil
trimester III menjadi 55 Kg, terjadi peningkatan berat badan sebanyak
10 kg selama kehamilan. IMT Ny. N adalah 24, 4 kg/m2, hal ini sudah
sesuai teori menurut Kemenkes RI (2020b, Hal 8) bahwa penambahan
berat badan dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan IMT
yaitu 10,5-24,9 kg/m2 dengan rentang kenaikan BB adalah 11,5-16 kg.
Kenaikan berat badan Ny. N terjadi karena bertambahnya nafsu
makan ibu dan meningkatnya hormon progesterone yang dapat
meningkatkan pembentukan lemak tubuh, sehingga berat badan ibu
hamil secara otomatis akan meningkat.
b. Tekanan darah
Tekanan darah Ny. N selalu diukur disetiap kunjungan dan
hasil tekanan darah Ny. N selama kehamilan selalu dalam batas
normal dan tidak pernah melebihi 140/90 mmHg, sehingga tidak
menunjukkan adanya hipertensi dan preeklamsi pada kehamilannya.
Menurut Kemenkes (2020b), Pengukuran tekanan darah pada
setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah
146

dan atau proteinuria). Pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada


Ny. N selama kehamilan tidak pernah >140/90 mmHg.
c. Lingkar Lengan Atas / LILA
Pada tanggal 06 Desember 2021 hasil LILA Ny. N yaitu 26 cm
pada usia 35 minggu, hal ini sesuai yang dikemukakan menurut
Kemenkes (2020b), Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak
pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil
berisiko Kurang Energi Kronik (KEK). Kurang energy kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm, ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Sehingga Ny. N tidak masuk
kategori ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK).
d. TFU
Pada tanggal 06 Desember 2021 kunjungan pertama penulis,
Ny. N usia kehamilan 35 minggu didapatkan TFU 30 cm, saat usia
kehamilan 37 minggu TFU 30 cm dan usia kehamilan 38 minggu TFU
30 cm.
Menurut Kemenkes (2022, hal.8), Pengukuran tinggi fundus
pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
Hasil pemeriksaan TFU Ny. N di usia kehamilan 35 minggu, 37
minggu, dan usia kehamilan 38 minggu tidak menunjukan
ketidaksesuaian dengan usia kehamilan.
e. Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penentuan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
pada Ny. N selalu dilakukan saat kunjungan antenatal. Pada
pemeriksaan Leopold selama kunjungan kehamilan dengan hasil
147

normal yaitu presentasi janin berada dibawah. Berdasarkan hasil


pemeriksaan pada Ny. N bagian terbawah janin adalah kepala dan
sudah masuk panggul, DJJ dalam batas normal yaitu 130-150 x/m.
Menurut Kemenkes (2020b) bahwa menentukan presentasi
janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ
lambat kurang dari 120 x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 x/menit
menunjukkan adanya gawat janin. Hasil pemeriksaan presentasi janin
pada Ny. N adalah kepala dan DJJ janin dalam batas normal serta
tidak menunjukkan adanya gawat janin.
f. Imunisasi TT
Ny. N sudah mendapatkan imunisasi TT1 pada saat sebelum
menikah yaitu November 2012 dan dilanjutkan TT2 pada kehamilan
pertama yaitu pada tahun 2013 dan TT3 saat usia kehamilan 37
minggu.
Menurut Kusmiyati dan Wahyuningsih (2015 hal 126)
imunisasi terhadap tetanus (TT) di Indonesia diberikan 2 kali.
Sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarak sekurang-kurangnya 4
minggu. Vaksinasi kedua sebaiknya diberikan sekurang-kurangnya
dari 1 bulan sebelum anak lahir agar serum antitetanus mencapai
kadar optimal.
Menurut Kemenkes RI (2020b, hal 16) imunisasi tetanus (TT)
diberikan sebanyak 5 kali. TT2 diberikan 1 bulan setelah TT1 dengan
masa perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2
dengan masa perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan 12 bulan setelah
TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun, TT5 diberikan 12 bulan
setelah TT4 dengan masa perlindungan >25 tahun.
148

Ny. N belum mendapatkan imunisasi yang sesuai dengan


jadwal interval pemberian. Ny. N seharusnya mendapatkan TT3 pada
kehamilan pertama yaitu 6 bulan setelah mendapatkan TT2, tetapi
TT3 diberikan saat usia kehamilan 37 minggu, Ny. N seharusnya
sudah mendapatkan TT4 dan TT5 untuk mendapatkan perlindungan
tetanus toxoid seumur hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Ny. N tidak terpenuhinya jadwal imunisasi TT di kehamilan pertama
dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang pentingnya imunisasi TT
lanjutan bagi ibu. Oleh karena itu, pemberian tetanus toxoid lanjutan
pada Ny. N harus diberikan karena imunisasi ini dapat mencegah
terjadinya tetanus neonatorum.
g. Tablet Fe
Ny. N telah mendapatkan tablet tambah darah selama
kehamilan dan selalu rutin mengkonsumsi tablet zat besi 2x1 setiap
harinya. Pemberian tablet tambah darah yang diberikan pada Ny. N
sudah sesuai dengan teori Menurut Kemenkes RI (2020b), Untuk
mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi dan asam folat) minimal 90 selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
Pemberian obat tablet tambah darah pada Ny. N berguna untuk
mencegah terjadinya anemia. Anemia dapat menjadi penyulit pada
kehamilan dan persalinan nanti. Sehingga pemenuhan zat besi dalam
tubuh harus terpenuhi. Ny. N mengerti manfaat mengkonsumsi obat
tablet tambah darah bagi dirinya maupun janinnya karena
mendapatkan sosialisasi tentang pemenuhan tablet fe saat
memeriksakan kehamilannya di bidan.
h. Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pada tanggal 18 Mei 2021 Ny. N melakukan pemeriksaan pada
kehamilan trimester I (6 minggu) dengan hasil Hb : 11,6 gr% di
Puskesmas dan pada tanggal 26 Desember 2021 pada trimester III (38
149

minggu) dengan hasil Hb : 11,8 gr%, pemeriksaan dilakukan dirumah


oleh penulis, protein urine dan reduksi urine negatif.
Menurut Rukiyah (2013 hal. 164) bahwa pemeriksaan Hb
sebaiknya dilakukan dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester
awal (0-12 minggu) dan trimester III (28-40 minggu) kehamilan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, Hb Ny. N tidak ada
menunjukkan tanda-tanda anemia juga pemeriksaan urinalisis yang
didapatkan Ny. N reduksi urine negatif menunjukan kadar glukosa
normal dan protein urine negatif menunjukan tidak adanya tanda-
tanda pre-eklamsi.
i. Tatalaksana / penanganan Kasus
Ny. N ketika ada keluhan selalu datang ketenaga kesehatan
terdekat. Menurut Kemenkes RI (2020b), Setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Dari hasil pemeriksaan Ny. N selalu
datang ketenaga kesehatan apabila memiliki keluhan dan ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan ketenaga kesehatan
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara pada Ny. N dilakukan dalam setiap melakukan
kunjungan. Biasanya bisa berupa anamnesa, konsultasi mengenai
kesehatan ibu, peran suami dan keluarga, tanda bahaya pada
kehamilan, asupan gizi pada kehamilan, dll.
Menurut Oktarina dan Sari (2018, hal 65) bahwa konseling
adalah pertolongan dalam bentuk wawancara (tatap muka) yang
menyebutkan adanya kominikasi, interaksi yang mendalam dan usaha
bersama antara konselor dengan konseli untuk mencapai tujuan
konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan
kebutuhan, ataupun perubahan perilaku.
Selama kehamilan Ny. N mendapatkan penjelasan cara
mengatasi ketidaknyamanan setiap kali kunjungan yang dilakukan
oleh penulis, hal ini diberikan untuk mengatasi keluhan-keluhan
150

selama kehamilan ibu serta mempersiapkan ibu menghadapi


persalinan yang akan datang.
3. Ketidaknyamanan
Berdasarkan hasil anamnesa pada Ny. N yang dilakukan pada tanggal
06 Desember 2021 didapatkan hasil bahwa Ny. N G2P1A0 usia kehamilan
35 minggu dengan keluhan sakit punggung sudah 2 hari sehingga ibu sulit
menentukan posisi yang nyaman saat tidur.
Menurut Prawirohardjo (2018 hal.186) sakit punggung disebabkan
karena pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat
daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka,
sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan
karena pengaruh hormonal. Mobilitas ini mengakibatkan perubahan sikap
ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian
bawah pungggung terutama pada akhir kehamilan.
Menurut Tyastuti dan Wahyuningsih (2016 hal 125) sulit tidur/
Insomnia ini biasanya dapat terjadi mulai pada pertengahan masa
kehamilan. Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan pola tidur ibu yang
salah, sebaiknya ibu tidur minimal 1-2 jam pada siang hari dan 7-8 jam
pada malam hari, perubahan fisik yaitu pembesaran uterus, dapat juga
disebabkan oleh karena perubahan psikologis misalnya perasaan takut,
gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran. Adakalanya ditambah
oleh sering BAK dimalam hari. Cara meringankan atau mencegah mandi
air hangat sebelum tidur, minum minuman hangat (susu hangat, teh
hangat) sebelum tidur, sebelum tidur jangan melakukan aktifitas yang
dapat membuat susah tidur, tidur dengan posisi relaks, lakukan relaksasi
Sakit punggung Ny. N merupakan hal yang fisiologis karena termasuk
ketidaknyamanan pada trimester III. Penyebab sakit punggung yang terjadi
pada Ny. N dikarenakan kurangnya pola istirahat. Setelah diberikan KIE
dan terapi obat Paracetamol 1x1/hari Ny. N dapat mengatasi
ketidaknyamannya dalam rentan waktu 3 hari sehingga ibu dapat
151

beraktivitas dan beristirahat pada malam hari. Paracetamol yang diberikan


pada Ny. N untuk mengatasi nyeri/sakit punggung yang dirasakan ibu.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir
1. Asuhan Kebidanan Persalinan
Ny. N memasuki masa persalinan pada usia kehamilan 38 minggu.
Menurut JNPK-KR (2016, hal.37) Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan dalam
(setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (infartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks.
a. Kala I
Proses persalinan kala I fase aktif Ny. N berlangsung selama 2
jam 33 menit hingga pembukaan 10 cm atau lengkap. Ny. N
mengatakan mules semakin sering pada bagian perut menjalar ke
pinggang disertai keluar lendir bercampur darah, dilakukan
pemeriksaan oleh bidan dan penulis, didapatkan hasil bahwa porsio
tipis dan lunak, pembukaan 8 cm ketuban masih utuh, kepala di
Hodge III+, His 4x/10’/40’’.
Menurut Sari dan Rimandini (2014 hal. 11-13) bahwa kala I pada
primigravida berlangsung 13-14 jam, sedangkan multi gravida
berlangsung 6-7 jam sedangkan untuk his mempunyai sifat adanya
intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama
teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 40-60 detik.
Menurut Kurniarum (2016, hal. 11) fase aktif persalinan terbagi
menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi. Fase
akselerasi berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm, fase
dilatasi maximal berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung
152

cepat menjadi 9 cm, fase deselerasi berlangsung lambat selama 2 jam


pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Hasil pemeriksaan Ny. N didapatkan pembukaan 8 cm hal ini
menyatakan bahwa kala I fase aktif Ny. N berada difase dilatasi
maksimal dan berlangsung selama 2 jam 33 menit untuk mencapai ke
fase deselerasi yaitu pembukaan 10 cm atau lengkap. Hal ini kala I
Ny. N berlangsung normal tanpa ada penyulit.
Selama kala I ibu juga mendapat asuhan sayang ibu seperti
menjaga privasi ibu, memberikan motivasi kepada ibu agar persalinan
dapat berjalan lancar, menjaga kenyamanan tubuh ibu, mendengarkan
keluhan ibu, menghadirkan suami atau keluarga ibu untuk menemani
dan memberikan dukungan kepada ibu, melakukan pemijatan pada
punggung ibu agar ibu merasa nyaman.
Menurut JNPK-KR (2017, hal 5-37) Asuhan sayang ibu adalah
asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu
agar selama proses persalinan ibu merasa nyaman. Pada proses
persalinan kala I Ny. N dilakukan pemijatan pada punggung untuk
menimbulkan hormon endorfin sehingga mendorong rasa relaksasi
serta melancarkan sirkulasi darah.
b. Kala II
Proses persalinan kala II Ny. N dari pembukaan lengkap hingga
lahirnya bayi berlangsung selama 33 menit, Ny. N sudah ingin
meneran dan ada tanda gejala kala II. Bayi lahir spontan belakang
kepala pada pukul 05.33 WITA.
Menurut Sari dan Rimandini (2014, hal. 13-17) Kala II disebut
juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung paling lama 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Kala II persalinan Ny. N
berlangsung normal selama 33 menit dan tanpa ada penyulit.
Selama kala II penulis memberikan asuhan antara lain yaitu
memastikan alat partus yang steril, tempat pertolongan persalinan
153

bersih, dan penolong menggunakan APD saat menolong persalinan.


Menurut JNPKR (2016). Ada lima aspek dasar atau Lima Benang
Merah, yang paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman diantaranya yaitu aspek pencegahan infeksi.
Upaya pencegahan infeksi antara lain cuci tangan, mamakai sarung
tangan dan perlengkapan pelindung lainnya menggunakan teknik
asepsis atau aseptic, memproses alat bekas pakai. menjaga kebersihan
dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar).
Upaya pencegahan infeksi yang dilakukan penulis pada persalinan
Ny. N untuk mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu
ke individu lainnya (baik dari Ny. N, bayi baru lahir dan para
penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran
infeksi.
c. Kala III
Proses persalinan kala III pada Ny. N berlangsung 5 menit.
Plasenta lahir lengkap bersama selaputnya pada pukul 05.38 WITA.
Plasenta lahir normal tanpa ada penyulit.
Menurut Sari dan Rimandini (2014, hal 14) kala III dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
Kala III Ny. N berlangsung 5 menit dikatakan dalam batas
normal karena penulis melakukan Manajemen Aktif Kala III
(menyuntikkan Oksitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali,
dan masase fundus uteri) untuk mempercepat proses pelepasan
plasenta, serta kontraksi uterus ibu dalam keadaan baik sehingga kala
III berlangsung cepat.
Selama kala III penulis sudah memberikan asuhan yang sesuai
yang dikemukakan menurut Astari (2011, hal. 64) standar pelayanan
asuhan persalinan yaitu standar 11 (Manajemen Aktif kala III) bidan
melakukan penegangan tali pusat dengan benar dan membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuba secara lengkap. Manajemen
154

aktif kala III yang diberikan Ny. N untuk membuat uterus


berkontraksi lebih efektif sehingga dapat mencegah pendarahan.
d. Kala IV
Proses persalinan kala IV dimulai pukul 06.00 WITA pada kala
IV dilakukan observasi pada Ny. N selama 2 jam. Kala IV yang
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama yaitu 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu
tekanan darah normal, nadi normal, dan pernapasan normal, tinggi
fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus teraba keras,
kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc.
Menurut Sari dan Rimandini (2014, hal 14-17) Kala IV
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan berupa tingkat kesadaran, tanda-tanda vital ( tekanan darah,
nadi, suhu, dan pernapasan), kontraksi uterus serta perdarahan
pervaginam. Pemantauan kala IV sudah dilakukan dan didapatkan hasil
dari pemeriksaan kala IV dalam batas normal dan tidak ada penyulit.
Asuhan kala IV yang diberikan pada Ny. N sudah dilakukan
sesuai teori Sari dan Rimandini (2014, hal 14-17), yaitu melakukan
pemantauan kala IV dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu,
kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus dan perdarahan setiap
15 menit pada satu jam pertama. Melakukan pemeriksaan tekanan
darah nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus dan
perdarahan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
2. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. N adalah membersihkan
tubuh bayi dari sisa lender, darah dan verniks caeseosa kecuali telapak
tangan menggunakan baby oil, mengeringkan tubuh bayi dengan
mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut baru dan bersih,
155

melakukan pemotongan tali pusat, melakukan IMD, pengukuran


antropometri, memberikan Vit K 1 , memberikan salep mata, memberikan
salep mata, dan pemberian HB0.
Asuhan bayi baru lahir yang diberkan pada by Ny. N sudah sesuai
dengan teori, dan mengacu pada manajemen bayi baru lahir. Hal ini sesuai
dengan teori menurut JNPK-KR (2017, hal. 117) manajemen bayi baru
lahir meliputi menjaga kehangatan bayi, membersihkan jalan napas,
mengeringkan tubuh bayi, pemantauan tanda bahaya, melakukan
pemotongan tali pusat tanpa membubuhi apapun, melakukan IMD,
memberikan suntikan vitamin K1 intramuskular, memberikan salep mata
tetrasiklin 1% pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, dan
memberikan imunisasi Hb 0 1-2 jam setelah pemberian vitamin K.
Membersihkan dan mengeringkan tubuh bayi Ny. N untuk
mencegah bayi terkena hipotermia. IMD dilakukan sedini mungkin untuk
bayi kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir dan merangsang
produksi oksitosin dan prolaktin. Pemberian Vit K 1 untuk mencegah
gangguan perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada BBL, salep mata
diberikan untuk pencegahan infeksi mata bayi yang diberikan > 1 jam
setelah kelahiran. Imunisasi Hb 0 diberikan untuk mencegah bayi tertular
penyakit hepatitis B yang berasal dari ibunya pada saat proses persalinan.
C. Asuhan Neonatus
1. Kunjungan I (6-48 jam setelah bayi lahir)
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada bayi Ny. N dan
didapatkan hasilnya normal, pemeriksaan fisik normal, memandikan bayi,
melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat dengan
kasa steril tanpa memberikan apapun pada tali pusat, menjaga kebersihan
dan kehangatan bayi dengan mengganti baju atau popok bayi apabila
basah atau kotor dan membedong bayi atau menyelimuti bayi, dan
membertitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar.
Menurut Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan melakukan pengamatan
terhadap pernafasan, warna, tingkat aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan
156

untuk setiap penyulit yang muncul, pemeriksaan fisik yang lebih lengkap,
rujuk ke dokter apabila tampak bahaya dan penyulit, jika bayi sudah cukup
hangat (minimal 36,5C) bidan dapat memandikan bayi dan melakukan
perawatan tali pusat, menganjurkan ibu cara menyusui dan perawatan bayi.
Asuhan bayi baru lahir yang diberikan pada bayi Ny. N saat
kunjungan pertama di dapatkan hasil bayi dalam keadaan normal, bayi
dimandikan 6 jam setelah lahir bertujuan untuk menghindari bayi terkena
hipotermia dan membungkus tali pusat dengan kasa steril tanpa
memberikan apapun pada tali pusat bertujuan untuk menghindari bayi
terkena infeksi pada daerah tali pusat, tidak di temukanya tanda bahaya
pada bayi Ny. N
2. Kunjungan II (3-7 setelah persalinan)
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada bayi Ny. N dan didapatkan
hasilnya normal, pemeriksaan fisik normal, menanyakan apakah ada
penyulit saat merawat bayinya.
Menurut Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan menanyakan seluruh
keadaan bayi, masalah-masalah yag dialami terutama dalam proses
menyusui, dan apakah ada orang lain dirumahnya atau sekitarnya yang
dapat membantu ibu, mengamati keadaan dan kebersihan rumah ibu,
persediaan makanana dan air, mengamati suasana hati ibu dan bagaimana
cara ibu berinteraksi dengan bayinya, melakukan pemeriksaan fisik bayi.
Asuhan bayi baru lahir kunjungan kedua di dapatkan hasil bayi dalam
keadaan normal, bayi menyusu dengan kuat sehingga nutrisi bayi
terpenuhi, ibu dibantu suami dan keluarga untuk membantu menjaga bayi
dan kebersihan rumah sehingga suasana hati ibu merasa lebih senang, ibu
berinteraksi dengan bayinya setiap menyusui.
3. Kunjungan III (8-28 hari)
Saat kunjungan neonatus III Ny. N menanyakan apakah ada penyulit
selama merawat bayinya, Ny. mengatakan tidak ada penyulit dalam
merawat bayinya dan bayi menyusu kuat, memberitahukan ibu cara
menjaga kehangatan bayi dengan cara membedong tetapi jangan terlalu
157

kuat agar bayi bisa bergerak, pemberian ASI secara on demand, perawatan
bayi sehari-hari seperti cara memandikan bayi, memasang popok dan
memberitahu ibu untuk mengontrol tumbuh kembang bayinya dengan
membawa ke posyandu atau puskesmas dan pemberian imunisasi dasar
lengkap sesuai jadwal.
Menurut Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan menanyakan kembali
masalah-masalah yang terjadi pada ibu maupun bayi. Asuhan bayi Ny. N
kunjungan ketiga di dapatkan bahwa ibu tidak mengalami masalah selama
perawatan bayinya.
D. Asuhan Kebidanan Nifas
1. Kunjungan I (6 jam setelah persalinan)
Kunjungan ke-1 pada Ny. N yaitu mencegah perdarahan karena
atonia uteri dengan ibu melakukan masase fundus uterus, memberikan KIE
tentang pemberiam ASI dan perawatan bayi.
Menurut Nugroho (2014, hal.217-218) bahwa Kunjungan pertama
waktu (6-8 jam setelah persalinan) tujuanya mencegah perdarahan masa
nifas karena persalinan atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan : rujuk bila perdarahan lanjut, memberikan konseling pada
ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
pada masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, memberi
supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan mencegah
hipotermi.
Melakukan masase pada perut ibu bertujuan menjaga kontraksi
agar tetap ada sehingga tidak terjadi perdarahan. Asuhan masa nifas pada
kunjungan pertama tidak ditemukan penyulit yang menyertai ibu karena
kontraksi uterus ibu baik.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan ke-2 pada Ny. N adalah memastikan involusi uteri
berjalan normal ditandai dengan uterus berkontraksi, ibu mengatakan tidak
ada penyulit, Ibu dianjurkan untuk cukup mengkonsumsi makanan tanpa
158

berpantang dan menjaga personal hygiene, memberikan KIE kepada ibu


tentang menjaga kehangatan bayi.
Menurut Nugroho (2014, Hal 217-218) bahwa kunjungan kedua
(6 hari setelah persalinan) tujuanya memastikan involusi uterus berjalan
dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya
penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi.
Asuhan masa nifas pada kunjungan kedua di dapatkan hasil tidak
ditemukan masalah yang menyertai ibu karena kontraksi uterus baik, tidak
terjadi perdarahan sehingga involusi uterus berjalan normal, ibu tidak
berpantang dalam makanan dan minum yang cukup serta kebutuhan
istirahat terpenuhi sehingga keadaanya baik dan sehat, ibu dapat menyusui
dengan baik dan selalu menjaga kehangatan dan personal hygiene bayinya
sehingga bayi dalam keadaan sehat.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke-3 pada Ny. N adalah pemeriksaan TFU tak teraba
diatas sympisis, lokia serosa, payudara tidak bengkak, putting susu
menonjol dan tidak lecet, ASI lancar, luka jahitan sudah kering, TTV
normal, dan memberikan konseling KB, penjelasan mengenai berbagai
jenis KB pasca salin, penjelasan keuntungan, kerugian dan efek samping
masing-masing alat kontrasepsi pasca salin.
Menurut Nugroho (2014, Hal 217-218) bahwa kunjungan ketiga
(2 minggu setelah persalinan) Tujuanya sama dengan kunjungan kedua
yaitu memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu
cukup makan, minum, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan
benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling
pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi.
159

Asuhan masa nifas pada Ny. N tidak ditemukan penyulit yang


menyertai ibu karena kontraksi uterus ibu baik, sehingga tidak terjadi
perdarahan dan involusi uterus berjalan normal. Konseling KB diberikan
pada Ny. N dapat mendiskusikan jenis KB apa yang ingin digunakan
bersama suami sehingga pada saat 6 minggu masa nifas Ny. N dapat
memustuskan bersama suami untuk memilih jenis KB yang sesuai dengan
kebutuhan.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Pada kunjungan ke-4 penulis menanyakan apakah ada penyulit
selama masa nifas atau saat merawat bayinya dan konseling KB rasional.
Menurut Nugroho (2014, Hal. 217-218) bahwa kunjungan keempat waktu
(6 minggu setelah persalinan) tujuanya menanyakan penyulit-penyulit
yang ada, memberikan konseling KB secara dini.
Asuhan masa nifas kunjungan keempat tidak ditemukan penyulit
yang menyertai ibu. Ibu telah menggunakan kontrasepsi suntik Depo
Progestin karena tidak adanya kelainan dan komplikasi yang menyebabkan
kontraindikasi pemberian kontrasepsi Depo Progestin. Kontrasepsi suntik
diberikan pada saat ibu setelah mendapatkan menstruasi.

E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


Pada kunjungan nifas 6 minggu penulis telah memberikan konseling
KB rasional kepada Ny. N. setelah dijelaskan penulis menganjurkan alat
kontrasepsi yang cocok bagi ibu usia 31 tahun dengan jumlah anak 1 orang
yaitu AKDR, suntik depo progestin, mini pil, atau metode sederhana. Ibu
memilih depo progestin sebagai kontasepsinya. Penulis memberikan konseling
KB rasional kepada Ny. N dengan metode SATUTUJU.
Menurut Mulyani, N.S & Rinawati, M (2013 hal. 93) depo progestin
merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara intramuskular setiap tiga
bulan. KB yang termasuk dalam metode ini adalah DMPA (Depo Medroxy
progeteron acetate) atau Depo Provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan
dosis 150 miligram yang disuntik secara IM dan Depo Noristerat diberikan
160

setiap 2 bulan dengan dosis 200 mg Nore-tindron Enantat. Kelebihan dari


kontrasepsi ini adalah efektifas tinggi, sederhana pemakaiannya, cocok untuk
ibu yang menyusui, tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan
pembekuan darah dan jantung karena tidak mengandung hormone estrogen,
dapat mencegah kanker endometrium. Kekurangan dari kontrasepsi ini adalah
terdapat gangguan haid seperti amenore, spotting metroragia, menoragia,
timbulnya jerawat di badan atau wajah, dan berat badan bertambah 2,3 kg
pada tahun pertama dan meningkat 7,5 kg selama enam tahun.
Menurut sirait (2020, hal. 13) koneling KB meliputi salam dan sapa,
tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu, uraikan kepada klien tentang
alkon yang telah dipilih oleh klien. Bantu klien menentukan pilihannya
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Jelaskan
secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi yang dipilih. Perlunya
kunjungan ulang, maka bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien harus
kembali. Ingatkan juga bahwa klien dapat kembali sewaktu-waktu jika ada
masalah.
Konseling KB yang diberikan Ny. N dengan metode SATUTUJU
sebagai berikut:
1. Salam dan sapa
Pada tanggal 05 Februari 2022 penulis memberikan konseling KB dirumah
Ny. N saat kunjungan KF-4. Penulis sebelumnya meminta izin terlebih
dahulu sebelum memberikan konseling KB dengan ibu. Ibu bersedia dan
konseling berjalan lancar
2. Tanyakan klien
Ny. N mengatakan akan ber-KB setelah selesai haid.
3. Uraikan kepada klien
Memberikan konseling KB rasional kepada Ny. N. setelah dijelaskan
penulis menganjurkan alat kontrasepsi yang cocok bagi ibu usia 31 tahun
dengan jumlah anak 1 orang yaitu AKDR, suntik depo progestin, mini pil,
atau metode sederhana.
161

4. Bantu klien menentukan pilihannya


Ny. N memilih depo progestin sebagai kontasepsinya.
5. Jelaskan
Menjelaskan cara kerja KB suntik 3 bulan, indikasi, kontraindikasi, efek
samping. Ny. N mengerti dengan penjelasan yang telah disampaikan.
6. Kunjungan ulang
Pada masa nifas 6 minggu ibu masih menyusui dan belum melakukan
hubungan seksual sehingga dapat dilakukan penyuntikan pada tanggal 07
Februari 2021 pada pukul 16.00 WITA
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan komprehensif pada Ny. N di wilayah kerja
Puskesmas Martapura II sejak usia kehamilan 35 minggu, bersalin, bayi
baru lahir, hingga nifas 6 minggu dan pemilihan kontrasepsi dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. N diberikan sejak usia
kehamilan 35 minggu hingga umur kehamilan 38 minggu sebanyak 4
kali pemeriksaan kehamilan yang dilakukan penulis dan kehamilan
berlangsung secara fisiologis, didapatkan beberapa kesenjangan antara
teori dan praktik yaitu belum mendapatkan imunisasi TT yang sesuai
dengan jadwal interval pemberian. Seharusnya ibu hamil sudah
mendapatkan TT4 pada kehamilan ini, tidak terpenuhinya jadwal
imunisasi TT di kehamilan pertama dikarenakan kurangnya sosialisasi
tentang pentingnya imunisasi TT lanjutan bagi ibu.
2. Asuhan kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir Ny. N, bersalin di
umur kehamilan 38 minggu, mendapatkan asuhan persalinan normal
60 langkah, asuhan persalinan normal berlangsung fisiologis, bayi lahir
segera menangis, tidak ada ditemukan adanya kelainan atau
komplikasi, asuhan bayi baru lahir sudah dilakukan sejak bayi lahir
hingga 1 jam pertama setelah kelahiran.
3. Asuhan kebidanan Neonatus pada By. Ny. N di wilayahn kerja
puskesmas martapura II, kunjungan neonatus: KN I 6 jam, KN II 6
hari, KN III 14 hari/2 minggu dengan keadaan bayi normal dan sehat.
4. Asuhan kebidanan nifas pada Ny. N sejak 6 jam, 1 minggu, 2 minggu,
dan 6 minggu setelah melahirkan di wilayah kerja puskesmas
martapura II dan masa nifas Ny. N berlangsung fisiologis.
5. Asuhan keluarga berencana pada Ny. N pada 2 minggu masa nifas
adalah konseling KB rasional dan 6 minggu setelah masa nifas adalah

161
162

pemberian kontrasepsi suntik Depo progestin pada Ny. N sebagai


akseptor KB suntik Depo Progestin yang di lakukan di wilayah kerja
puskesmas martapura II.

B. Saran
1. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Diharapkan Ny. N mendapatkan imunisasi TT4 dan TT5 sesuai jadwal
interval pemberian dan memperbanyak istirahat agar ketidaknyamanan
berupa sakit punggung tidak terjadi di kehamilan berikutnya.
2. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL
Diharapkan Ny. N tetap melahirkan di fasilitas kesehatan di persalinan
berikutnya.
3. Asuhan Kebidanan Neonatus
Diharapkan Ny. N memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif
dan melakukan imunisasi sesuai jadwal.
4. Asuhan Kebidanan Nifas
Diharapkan Ny. N datang kefasilitas kesehatan apabila mengalami
tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Diharapkan Ny. N memperhatikan jadwal kunjungan ulang suntik KB
3 bulan dengan sesuai jadwal yang sudah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani. (2014). Aplikasi Metode Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi.


Nuha Medika. Yogyakarta

Astari, Ruri Yuni. (2020). Mutu Pelayanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan.
CV Budi Utama. Yogyakarta

Gainau. (2016). Pengantar Metode Penelitian. PT Kanisius. Yogyakarta

Hani, Ummi, Kusbandiyah, Jiarti, Marjati dan Yilufah, Rita. (2014). Asuhan
Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Salemba Medika. Jakarta

JNPK-KR, (2016) Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN). Jaringan


Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Jakarta

Kemenkes RI. (2020b). Pendoman Bagi Ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir
selama sosial distancing. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Tersedia
dalam: <https://kesga.kemkes.go.id/> [Diaskes/diunduh pada tanggal 7
Februari 2022]

(2020a). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, Bayi Baru Lahir,
Selama Sosial Distancing. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

(2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta

Kurniarum, Ari. (2016). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Tersedia dalam:
<http://bppsdmk.kem kes.go.id/> [Diaskes/diunduh pada tanggal 22 Januari
2022]

Kusmiyati, Yuni dan Wahyuningsih, Heni Puji. (2015). Asuhan Ibu Hamil.
Fitramaya. Yogyakarta

Lestari, Nurul, Admini (2018). Jurnal Kebidanan. Penerapan pijat kaki dan
rendam air hangat.Vol.8 N0.2 oktober 2018. Hal 2

Mamik. (2015). Metode Kualitatif. Zifatma Publisher. Sidoarjo

Marmi. (2016). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka


Pelajar.Yogyakarta

Nugroho, Taufan, Nurrezki, Warnaliza, Desi dan Wilis. (2014). Buku Ajar ASKEB
1 Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta

163
164

Prawirohardjo, Sarwono. (2018). Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo. Jakarta

Purnomo dan Bramantoro. (2018). Pengantar Metodologi Penelitian Bidang


Kesehatan. Airlangga Eniversity Press. Jawa Timur

Rukiyah, Ai Yeyeh, Yulianti, Lia, Maemunah dan Susilawati, Lilik. (2019).


Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : CV Trans Info
Media

. (2013). Asuhan Kebidanan Kehamilan. CV Trans Info


Media. Jakarta

Sulfianti, dkk. (2020). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Yayasan Kita


Menulis. Jakarta

(2021). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yayasan Kita


Menulis. Jakarta

Sulisdian, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. CV OASE GROUP. Surakarta

Susanto, Andina Vita. (2019). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori
Dalam Praktik Kebidanan Profesional. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Tyastuti, Sri dan Wahyuningsih, H. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti Endang. (2021). Asuhan Kebidanan


Pada Masa Nifas. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Wahyuni, Elly Dwi. (2018). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
165

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Konsultasi Pembimbing I

KARTU KONSULTASI

Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa


NIM : P07124119028
Pembimbing I : Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST., M.Sc
Judul : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny. N Di Wilayah Kerja Puskesmas
Martapura II

NO HARI/TGL MATERI SARAN PARAF


KONSULTASI
1. Rabu, 12 BAB I Perbaiki sesuai saran
Januari
2022
2. Jumat, 14 BAB 1 Lanjutkan BAB II dan BAB
Januari III
2022
3. Senin, 17 BAB II, BAB III Perbaiki cara penulisan yang
Januari tepat dan asuhan kebidanan
2022 kehamilan, bersalin dan BBL,
nifas dan KB
4. Kamis, 20 BAB II, BAB III Perbaiki sesuai arahan
Januari
2022
5. Sabtu, 22 BAB II, BAB III Lanjutkan dengan melengkapi
Januari lampiran
2022
6. Rabu, 02 Lampiran Perbaiki sesuai arahan
Februari
2022
7. Jumat. 04 BAB I, BAB II, BAB ACC
Februari III, Lampiran
2022
8. Jum’at, 03 Asuhan Kebidanan Perbaiki prolog, data objektif,
Juni 2022 Kehamilan, Asuhan penatalaksanaan dan evaluasi
Kebidanan Persalinan
dan BBL
9. Senin, 6 Asuhan Kebidanan Perbaiki data objektif,
Juni 2022 Neonatus penatalaksanaan dan evaluasi,
catatan perkembangan
10. Selasa, 7 Asuhan Kebidanan Perbaiki data objektif,
Juni 2022 Nifas penatalaksanaan dan evaluasi
166

11. Rabu, 8 Asuhan Kebidanan Perbaiki penatalaksanaan dan


Juni 2022 KB evaluasi
12. Kamis, 9 Bab V Pembahasan Perbaiki sesuai arahan,
Juni 2022 dan BAB VI Penutup lanjutkan dengan melengkapi
lampiran
13. Senin, 13 Bab V Pembahasan Perbaiki sesuai arahan
Juni 2022 dan BAB VI Penutup
dan Lampiran
14. Selasa, 14 Bab V Pembahasan ACC
Juni 2022 dan BAB VI Penutup
dan Lampiran

Pembimbing I

Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST, M.Sc


NIP. 196511041986032002
167

Lampiran 2 Kartu Konsultasi Pembimbing II

KARTU KONSULTASI

Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa


NIM : P07124119028
Pembimbing II : Suhrawardi, SKM, MPH
Judul : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny. N Di Wilayah Kerja Puskesmas
Martapura II Tahun 2022
NO HARI/TGL MATERI SARAN PARAF
KONSULTASI
1. Selasa, 04 Cover, Kata Perbaiki sesuai arahan
Januari 2022 Pengantar, BAB 1
2. Kamis, 06 Cover, Kata Lanjutkan ke BAB II dan
Januari 2022 Pengantar, BAB 1 BAB III
3. Senin, 10 BAB II dan BAB Perbaiki materi dan
Januaari 2022 III penulisan sesuai arahan
4. Jum’at, 14 BAB II dan BAB Perbaiki BAB III sesuai
Januari 2022 III arahan
5. Jum’at, 21 BAB III Lanjutkan dan lengkapi
Januari 2022 daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, daftar
lampiran, daftar simbol,
dan lampiran
6. Senin, 31 Daftar isi daftar Perbaiki sesuai arahan
Januari 2022 tabel, daftar
gambar, daftar
lampiran, daftar
simbol, dan
lampiran
7. Rabu, 02 BAB I, BAB II, ACC
Februari 2022 dan BAB III

8. Rabu, 01 Juni Asuhan Kebidanan Perbaiki prolog, Data


2022 Kehamilan, Asuhan Objektif, Penatalaksanaan
Kebidanan dan Evaluasi
Persalinan dan
BBL
9. Senin, 6 Juni Asuhan Kebidanan Perbaiki Data Objektif,
2022 Neonatus Penatalaksanaan dan
Evaluasi, Catatan
Perkembangan
10. Selasa, 7 Juni Asuhan Kebidanan Perbaiki Data Objektif,
2022 Nifas Penatalaksanaan dan
Evaluasi
168

11. Rabu, 8 Juni Asuhan Kebidanan Perbaiki penatalaksanaan


2022 KB dan Evaluasi
12. Kamis, 9 Juni Bab V Pembahasan Perbaiki sesuai arahan,
2022 dan BAB VI Lanjutkan dengan
Penutup melengkapi lampiran
13. Senin, 13 Juni Bab V Pembahasan Perbaiki sesuai arahan
2022 dan BAB VI
Penutup dan
Lampiran
14. Selasa, 14 Juni Bab V Pembahasan ACC
2022 dan BAB VI
Penutup dan
Lampiran

Pembimbing II
169

Lampiran 3 Siap Uji LTA

PERNYATAAN SIAP UJIAN LTA

Mahasiswa yang tersebut dibawah ini :


Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa
NIM : P07124119028
Judul LTA : Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di
Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II 2022

Dinyatakan siap untuk mengikuti ujian seminar LTA


Demikian Pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan seperlunya

Banjarbaru, Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Tri Tunggal, S.Pd, S.ST, M.Sc Suhrawardi, SKM, MPH


NIP.196511041986032002 NIP. 196406041985031017
170
171

Lampiran 4 Jadwal Kegiatan


JADWAL KEGIATAN

Waktu
2021 2022
No Jenis Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penjaringan Studi
Kasus
2 Kunjungan ANC
3 Persalinan dan BBL
4 Pemeriksaa Neonatus
5 Pemeriksaan Nifas
6 Asuhan KB
7 Bimbingan Proposal
LTA
8 Pengumpulan
Proposal LTA
9 Uji Proposal LTA
10 Perbaikan Proposal
LTA
11 Bimbingan LTA
12 Pengumpulan LTA
13 Ujian LTA
14 Perbaikan LTA
15 Pengumpulan Naskah
LTA
172

Lampiran 5 Informed Consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Fransisca Duwi Andrian Puspa
Nim : P07124119028
Institusi : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Wilayah Kerja
Puskesmas Martapura II Tahun 2022

Menyatakan bahwa telah memberikan informed consent kepada:


Nama : Ny. N
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Komp. Pasar Beruntung Kemuning

Adapun informed consent yang telah saya berikan adalah:


1. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif
pada masa hamil, bersalin, nifas, bayi, dan pemilihan kontrasepsi pasca salin.
Waktu yang dibutuhkan dalam studi kasus ini adalah sejak umur kehamilan
37 minggu sampai 6 minggu postpartum.
2. Apabila anda bersedia menjadi klien dalam studi kasus ini, anda diminta
untuk menandatangani lembar informed consent ini.
3. Peneliti akan melakukan wawancara untuk menyatakan: identitas, riwayat
kebidanan (riwayat perkawinan; riwayat haid; riwayat kehamilan; persalinan
dan nifas yang lalu; riwayat kehamilan sekarang) riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat psikososial serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan kehamilan ibu.
173

4. Peneliti akan melakukan pemeriksaan umum (pemeriksaan tanda-tanda vital),


pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan
laboratorium (cek Hb, albumin, dan reduksi urine).
5. Penelitian akan melakukan kunjungan ulang/ kunjungan rumah untuk
memberikan asuhan kebidanan sejak umur kehamilan 37 minggu sampai 6
minggu postpartum sesuai standar jadwal kunjungan kehamilan, nifas dan
bayi yang telah disepakati.
6. Peneliti akan melakukan pemeriksaan kehamilan, mendampingi ibu saat
persalinan, merawat bayi, memantau masa nifas dan memberikan konseling
kontrasepsi.
7. Peneliti menjamin tidak akan memberikan atau mencantumkan nama klien
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
8. Peneliti menjamin kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan privasi klien.
9. Peneliti memberikan kesempatan klien untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan studi kasus ini.

Banjarbaru, 01 Januari 2022

Klien Suami Klien Mahasiswa

Ny. N Tn. M Fransisca Duwi A.P


Lampiran 6 Lembar Persetujuan Klien

LEMBAR PERSETUJUAN KLIEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ny. N
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Pasar Beruntung

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tujuan dan tahapan ini telah dijelaskan dan saya memahami bahwa penelitian
ini akan disusun sebagai Laporan Tugas Akhir (LTA) dalam rangka
menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII Kebidanan Poltekkes
Banjarmasin.
2. Saya telah membaca dan memahami isi lembar informasi dan lembar
persetujuan ini.
3. Saya mengerti dan tidak terpaksa untuk berpartisipasi menjadi klien dalam
penelitian ini.
4. Saya menyetujui bahwa saya akan memberikan informasi yang sebesar-
besarnya tentang keadaan saya meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas,
bayi dan alat kontrasepsi yang akan saya gunakan sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, 01 Januari 2022

Suami Klien

Tn.M Ny. N

171
172

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Pengambilan Kasus

LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima pengambilan kasus dengan judul “Studi Kasus
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Martapura II Tahun 2022”

Nama : Ny. N
Umur : 31 tahun
Alamat : Komp. Pasar Beruntung

Demikian lembar persetujuan ini diajukan sebagai salah satu syarat


menyelesaikan Proposal Tugas Akhir bagi Mahasiswa Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Semester VI.

Martapura, 01 Januari 2022

Mahasiswa

Fransisca Duwi Andrian P


NIM. P07124119028
173

Lampiran 8 Format Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Minggu, 06 Desember 2021
Pukul : 16.35 WITA

1. Anamnesa
a. Identitas

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning Banjarbaru

b. Riwayat kehamilan yang lalu


1) Jumlah kehamilan 2
2) Jumlah kelahiran/anak hidup 1
3) Jumlah keguguran 0
4) Jumlah kelahiran prematur 0
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT : 03 April 2021
2) Taksiran persalinan : 10 Januari 2022
3) Gerakan janin pertama kali dirasakan : Usia kehamilan 5
bulan
4) Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Tidak ada
5) Keluhan umum : Sakit punggung
174

6) Obat/jamu yang sedang dikonsumsi : Paracetamol 1x1, SF


1x1, Kalk 1x1, Vit C 1x1, Asam folat, dan B6.
7) Keluhan buang air kecil : Tidak ada
8) Keluhan buang air besar : Tidak ada
9) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
d. Riwayat ANC sebelumnya
1) Trimester I :
a) Tanggal 18 Mei 2021. Ibu datang ke Puskesmas pada usia
kehamilan 6 minggu dengan keluhan mual dan pusing. Bidan
menganjurkan untuk makan sedikit-sedikit tapi sering,
menghindari makanan yang mengandung mual muntah seperti
mengkonsumsi kopi, serta menghindari bau-bau yang
menyengat. Terapi yang diberikan Asam folat dan B6
b) Tanggal 20 Mei 2021. Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
di dokter Sp. OG pada usia kehamilan 7 minggu untuk
melakukan pemeriksaan USG.
c) Tanggal 22 Juni 2021. Ibu datang ke Puskesmas pada usia
kehamilan 11 minggu dengan keluhan mual dan pusing
kadang-kadang. Bidan menganjurkan untuk makan sedikit-
sedikit tapi sering, menghindari makanan yang mengandung
mual muntah seperti mengkonsumsi kopi, serta menghindari
bau-bau yang menyengat. Terapi yang diberikan Asam folat
dan B6
2) Trimester II :
a) Tanggal 24 Juli 2021 pada usia kehamilan 17 minggu ibu
melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Bidan menganjurkan
istirahat yang cukup dan kontrol hamil secara teratur. Terapi
yang diberikan SF 1x1, Vit C 2x1, Kalk 2x1.
b) Tanggal 8 September 2022 pada usia kehamilan 23 minggu ibu
melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Ibu mengatakan
pusing. Bidan menganjurkan istirahat yang cukup minimal 1-2
175

jam tidur siang dan 6-7 jam tidur malam dan kontrol hamil
secara teratur.
3) Trimester III :
a) Pada 11 Oktober 2021 pada usia kehamilan 28 minggu di PMB
I ibu periksa hamil. Bidan menganjurkan istirahat yang cukup
dan kontrol hamil secara teratur. Terapi yang diberikan SF 1x1
dan Kalk 1x1.
b) Pada 13 Oktober 2021 pada usia kehamilan 28 minggu di PMB
I ibu periksa hamil. Bidan menganjurkan istirahat yang cukup
dan kontrol hamil secara teratur. Terapi yang diberikan SF 1x1
dan Kalk 1x1.
c) Pada 02 November 2021 pada usia kehamilan 31 minggu ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter Sp. OG, dokter
melakukan USG dan hasilnya normal
e. Riwayat kesehatan/penyakit yang pernah diderita
1) Riwayat kesehatan yang lalu, Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2) Riwayat kesehatan sekarang, Ibu mengatakan saat ini sedang tidak
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga, Riwayat kesehatan keluarga, Ibu
mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
f. Riwayat sosial ekonomi :
1) Status perkawinan
a) Kawin : Ya
b) Berapa kali : 1 kali
c) Umur saat kawin : 20 tahun
d) Lamanya kawin : 12 tahun
176

e) Penghasilan keluarga : Ibu mengatakan penghasilan


keluarga mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
2) Respon ibu & keluarga terhadap kehamilan : Ibu mengatakan
penghasilan keluarga mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
3) Riwayat KB : Ibu pernah menggunakan kontrasepsi Pil
4) Dukungan keluarga : Keluarga ikut berpartisipasi dan memberi
motivasi.
5) Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
6) Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan : Makan 3 kali sehari
dengan nasi, lauk, dan sayur.
7) Pola eliminasi
a) BAK : Frekuensi 7-8x/hari, warna : kuning jernih, keluhan :
tidak ada.
b) BAB : ± 1 kali sehari, konsentrasi : lembek, keluhan : tidak
ada.
8) Aktivitas/beban kerja sehari-hari : Ibu mengatakan aktivitasnya
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga yaitu memasak, mencuci,
menyapu, mengepel dan lain-lain.
9) Kebiasaan hidup sehat : Tidak ada
10) Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : ibu dan
keluarga berencana bersalin di PMB I dan ditolong oleh Bidan I.
2. Pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan emosional : Baik
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
f. Berat badan saat hamil : 55 kg
g. Lingkar lengan atas : 26 cm
h. Suhu badan : 36,4 0C
i. Tekanan darah : 114/79 mmHg
177

j. Denyut nadi : 86 x/menit


k. Pernafasan : 22 x/menit
l. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
m.Rahang gusi : Tidak ada perdarahan dan pembengkakan
pada gusi
n. Gigi : Terlihat bersih
o. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar getah bening dan vena jugularis.
p. Payudara : Tidak ada benjolan abnormal
q. Putting susu : Menonjol, berwarna hitam dan tidak lecet.
r. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada linea nigra dan strie gravidarum dan tidak ada bekas
operasi.
2) Palpasi
a) Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong). TFU 30 cm. Usia kehamilan
35 minggu.
b) Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba keras dan datar
papan (punggung janin) dan bagian kiri perut ibu
teraba bagian kecil janin.
c) Leopold III : Bagian terbawah uterus teraba bundar dan keras
(Presentasi kepala).
d) Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP
(Divergen) TBJ: 2.945 gram.
3) Auskultasi : DJJ 152 x/menit
4) Perkusi : Refleks patella kiri/kanan (+/+), tidak ada keluhan.
s. Esktrimitas atas dan bawah tidak ada oedema dan varises.
t. Genetalia tidak terdapat cairan warna jernih dan tidak berbau, tidak ada
luka dan perdarahan, tidak ada varises.
178

u. Anus tidak ada ambeien.


c. Pemeriksaan penunjang laboratorium:
1) Darah : HB 11,8 gr %
2) Urine : -
3. Analisa
G2P1A0 hamil 35 minggu janin tunggal hidup fisiologis
4. Perencanaan
a. Menjalin hubungan baik dan melakukan informed consent
b. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
c. Jelaskan kepada ibu tentang keluhan ibu dan berikan dukungan
d. Jelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil
e. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
f. Menanyakan persiapan P4K
g. Jelaskan kepada ibu tanda bahaya
h. Memfasilitasi terapi obat sesuai advice bidan
i. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi
5. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu
dan janin
b. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab keluhan yang dialami ibu
bahwa sakit punggung yang ibu alami ini dikarenakan seiring
bertambahnya usia kehamilan dan membesarnya rahim membuat
pembuluh besar tertekan dan mengurangi aliran darah pada tulang
belakang, sehingga mengakibatkan perasaan tidak enak pada bagian
bawah punggung
c. Menjelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil yaitu nasi, lauk, dan
sayuran hijau (bayam, kacang hijau dan sawi). Istirahat yang cukup
tidur pada siang hari 1-2 jam dan malam hari 7-8 jam serta mengurangi
aktivitas yang berat.
d. Menanyakan P4K yaitu Progam Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi
179

e. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan


f. Memfasilitasi terapi obat Paracetamol 1x1 Fe 1 x 1 tablet dan Kalk 1 x
1 tablet dan Vit C 2x1 tablet di minum dengan air putih.
g. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada
tanggal 17 Desember 2021 atau apabila ada keluhan.
6. Evaluasi
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan senang karena ibu dan
bayinya dalam keadaan baik
b. Ibu mengerti atas penjelasan yang telah diberikan
c. Ibu mengerti informasi yang telah disampaikan dan bersedia istirahat
yang cukup
d. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang telah disampaikan dan
sudah mempersiapkan P4K
e. Ibu mengerti dan akan kepetugas kesehatan apabila mengalaminya
7. Pencatatan Asuhan Kebidanan
8. Pendokumentasian SOAP :
S (Data Subjektif)
O (Data Objektif)
A (Analisa)
P (Perencanaan)
180

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


PENGKAJIAN
Hari/Tanggal: Rabu, 28 Desember 2021
Pukul : 03.00 WITA
a. Identitas

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning Banjarbaru

b. Riwayat kehamilan yang lalu


a. Jumlah kehamilan 2
b. Jumlah kelahiran/anak hidup 1
c. Jumlah keguguran 0
d. Jumlah kelahiran prematur 0
c. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 03 April 2021
b. Taksiran persalinan : 10 Januari 2021
c. Gerakan janin pertama kali dirasakan : Usia kehamilan 5 bulan
d. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Tidak ada
e. Keluhan umum : Sakit punggung
f. Obat/jamu yang sedang dikonsumsi : SF 1x1, Kalk 1x1, Vit C
1x1, Asam folat, B6, Paracetamol
g. Keluhan buang air kecil : Tidak ada
h. Keluhan buang air besar : Tidak ada
i. Kekhawatiran khusus : Tidak ada
181

d. Riwayat kesehatan/penyakit yang pernah diderita


1) Riwayat kesehatan yang lalu, Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti
DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2) Riwayat kesehatan sekarang, Ibu mengatakan saat ini sedang tidak
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun
seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga, Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu
maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit
kronis seperti jantung.
e. Riwayat sosial ekonomi :
a. Status perkawinan
1) Kawin : Ya
2) Berapa kali : 1 kali
3) Umur saat kawin : 20 tahun
4) Lamanya kawin : 12 tahun
5) Penghasilan keluarga : Ibu mengatakan penghasilan keluarga
mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
b. Respon ibu & keluarga terhadap kehamilan : Ibu dan keluarga merasa
senang atas kehamilannya.
c. Riwayat KB : Ibu menggunakan kontrasepsi Pil
d. Dukungan keluarga : Keluarga ikut berpartisipasi dan
memberi motivasi.
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
f. Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan : Makan 3 kali sehari
dengan nasi, lauk, dan sayur.
g. Pola eliminasi
1) BAK: Frekuensi 5-6 x/hari, warna : jernih, keluhan : tidak ada.
2) BAB : ± 1 kali/dua hari, konsentrasi : lembek, keluhan : tidak ada.
182

h. Aktivitas/beban kerja sehari-hari : Ibu mengatakan aktivitasnya sehari-


hari sebagai ibu rumah tangga yaitu memasak, mencuci, menyapu,
mengepel dan lain-lain.
i. Kebiasaan hidup sehat : tidak ada
j. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : ibu dan keluarga
berencana bersalin di PMB I dan ditolong oleh Bidan I.

9. Pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Keadaan emosional : kesakitan karena kontraksi
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
f. Berat badan saat hamil : 55 kg
g. Lingkar lengan atas : 26 cm
h. Suhu badan : 36,5 0C
i. Tekanan darah : 120/80 mmHg
j. Denyut nadi : 80 kali/menit
k. Pernafasan : 20 kali/menit
l. Mata : Konjungtiva tidak anemis, skela tidak
ikterik
m. Mulut : Bibir tidak pucat, rahang tidak ada
perdarahan dan pembengkakan pada
gusi, gigi terlihat bersih dan tidak ada
karies
n. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
limfe dan vena jugularis.
o. Payudara : Tidak ada benjolan abnormal
p. Putting susu : Menonjol, berwarna hitam dan tidak
lecet.
183

q. Abdomen dan uterus : Punggung kanan, presentasi kepala,


sudah masuk pintu atas panggul (2/5).
r. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada odem dan varises
s. Genetalia : Terlihat keluar lendir
bercampur darah
t. Pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf
u. Merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan G2P1A0 kehamilan 38
minggu janin hidup inpartu kala I fase aktif fisiologis
10. Perencanaan :
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
b. Beri asuhan sayang ibu
c. Anjurkan ibu mengosongkan kandung kemih
d. Siapkan pakaian bersih ibu dan bayi
e. Siapkan alat partus dan obat-obatan
f. Observasi kemajuan persalinan
11. Pelaksanaan :
a. Asuhan Kebidanan pada kala I :
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin
baik, pembukaan 8 cm.
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa kontraksi yang semakin sering
menandakan adanya kemajuan persalinan.
3) Mengajarkan kepada ibu untuk menarik napas panjang lewat
hidung dan mengeluarkan lewat mulut untuk mengurangi nyeri
kontraksi.
4) Menganjurkan kepada ibu untuk mengambil posisi yang nyaman
menurut ibu, ibu bisa berbaring miring kiri, duduk atau berjalan-
jalan.
5) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tidak kehabisan
tenaga saat meneran.
6) Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan
lengkap.
184

7) Memberitahukan ibu untuk memilih pendamping persalinan.


8) Memberitahukan ibu agar buang air kecil setiap kali ada keinginan
supaya kandung kemih ibu tidak penuh, sehingga tidak
memperlambat proses persalinan.
9) Menerapkan asuhan sayang ibu dalam proses persalinan seperti
menjaga privasi ibu, memberikan semangat kepada ibu, menjaga
kenyamanan tubuh ibu, mendengarkan keluhan ibu, menghadirkan
suami atau keluarga ibu untuk menemani dan memberikan
dukungan kepada ibu, melakukan pemijatan pada punggung ibu
agar ibu merasa nyaman.
10) Menyiapkan alat pertolongan persalinan, perlengkapan ibu dan
bayi, serta APD.
11) Mengobservasi keadaan ibu, keadaan janin dan kemajuan
persalinan pada lembar partograf meliputi DJJ, kontraksi, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, volume urine setiap 30 menit dan air
ketuban, penyusupan, pembukaan, penurunan kepala setiap 4 jam
atau apabila ada indikasi
b. Asuhan Kebidanan pada kala II :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa pembukaan
sudah lengkap dan ketuban sudah pecah. Ibu memasuki kala II
persalinan yakni kala pengeluaran janin.
2. Memasang Underpad dibawah bokong ibu dan handuk diatas perut
ibu.
3. Memasang APD dan mendekatkan partus set.
4. Mengatur posisi ibu untuk persalinan, ibu di posisikan dalam posisi
setengah duduk dan kaki ditekuk.
5. Memfasilitasi pendamping persalinan oleh suami agar dapat
memberikan dukungan kepada ibu.
6. Mengajarkan ibu cara meneran. Kedua tangan ibu berada di paha
dan menariknya ke arah mendekat tubuh ibu dengan kepala yang di
angkat dan melihat ke arah perut sampai dagu menyentuh dada.
185

Memberitahu ibu untuk meneran hanya pada saat ada kontraksi


memberitahu ibu untuk tidak mengangkat bokongnya saat meneran
dan tidak menutup mata.
7. Memberikan dukungan dan semangat moril kepada ibu saat
mengedan dan memberitahu ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi.
8. Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN yaitu.
a. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut
bawah ibu
b. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas
bokong ibu
c. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan
d. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan
e. Ketika tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain bersih, tangan yang lain menahan kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas
cepat dan dangkal.
f. Setelah kepala lahir, periksa kemungkinan adanya lilitan tali
pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi). Tidak
ada lilitan tali pusat. Tunggu putaran paksi luar yang
berlangsung secara spontan.
g. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala secara
biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
186

h. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang


kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
i. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada
sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
j. Bayi lahir spontan belakang kepala pukul 05.33 WITA, segera
menangis, bernafas spontan, kulit kemerahan, bergerak aktif,
jenis kelamin perempuan.
1) Mengeringkan tubuh bayi dari lendir, darah dan air
ketuban, membungkus kepala dan badan bayi untuk
mencegah hilangnya panas. Bayi dikeringkan dan
diselimuti dengan kain bersih.
2) Menjepit tali pusat pada jarak 3 cm dari pangkal kemudian
urut tali pusat kearah ibu dan klem 2 cm dari klem
pertama. Potong tali pusat dengan perlindungan tangan
kiri, kemudian ganti kain bayi yang basah dengan kain
yang kering dan bersih
3) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini dengan meletakkan
bayi diantara payudara ibu. Bayi sudah diletakkan diatas
payudara ibu dan IMD berhasil dalam 1/2 jam.

c. Asuhan Kebidanan pada kala III :


1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa sudah terlihat tanda-tanda
pelepasan plasenta dan akan dilakukan tindakan untuk melahirkan
plasenta.
2. Melakukan informed consent untuk penyuntikan oksitosin agar
kontraksi uterus ibu baik dan plasenta segera lahir.
187

3. Melakukan manajemen aktif kala III


4. Menyuntikkan oksitosin 10 unit secara IM di 1/3 paha atas bagian
distal lateral.
5. Melakukan PTT. Pada pukul 05.38 WITA plasenta lahir lengkap
dengan selaputnya.
6. Klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
7. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis) untuk mendeteksi kontraksi.
8. Setelah berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah dan
tangan lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-
kranial) secara hati-hati.
9. Lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaputnya terpilin.
10. Melakukan masase uterus dalam 15 detik. Kontraksi uterus baik.
11. Memeriksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam dan memastikan kontraksi uterus baik dan tidak
adanya perdarahan pervaginam yang berlebihan.
12. Mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus dengan cara
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi.
13. Melakukan penjahitan perineum dengan menggunakan tekhnik
jelujur dan di berikan anastesi pada perineum.
d. Asuhan Kebidanan pada kala IV :
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan
bahwa keadaan ibu baik, tanda-tanda vital dan proses kala IV
berjalan dengan baik dan tidak ada penyulit.
2) Membersihkan ibu dari cairan darah dan merapikan ibu.
3) Menjelaskan pada ibu bahwa mules yang ibu rasakan adalah wajar
karena adanya uterus yang berkontraksi.
188

4) Memberikan ibu makanan nasi, sayur ikan dan minuman yang


manis kepada ibu agar tenaganya pulih kembali.
5) Melakukan dekontaminasi peralatan yang telah dipakai dengan
menggunakan larutan klorin 0,5 % selama 10 menit kemudian
dicuci dengan air sabun dan bilas dengan air bersih lalu di
keringkan.
6) Melakukan sterilisasi alat dengan memasukkan alat ke dalam
autoklaf selama 10 menit.
7) Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus, perdarahan, dan
kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua.
8) Melengkapi lembar belakang partograf. Partograf terlampir
e. Evaluasi :
Seluruh kegiatan sudah dilaksanakan
f. Pencatatan Asuhan Kebidanan
g. Pendokumentasian SOAP :
S (Data Subjektif)
O (Data Objektif)
A (Analisa)
P (Perencanaan)
189

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU


LAHIR
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Pukul : 05.35 WITA
1. Anamnesa
a. Identitas bayi
Nama : By. Ny. N
Tanggal/jam lahir : 28 Desember 2021/05.33 WITA
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identitas orang tua

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning Banjarbaru

2. Pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Warna kulit : Kemerahan
c. Panjang badan : 49 cm
d. Berat badan : 2.700 gram
e. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,5 0C
2) Nadi : 128 x/menit
3) Pernapasan : 45 x/menit
190

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada caput succedenium dan cepal hematoma
b. Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c. Telinga : terdapat sisa selaput ketuban
d. Hidung : simetris
e. Mulut : tidak pucat
f. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid
dan limfe
g. Dada : simetris
h. Abdomen : simetris
i. Anus : positif (+)
j. Ekstremitas :baik
4. Pemeriksaan Penunjang :
5. Penatalaksanan :
a. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan baik dan
berjenis kelamin perempuan. Ibu mengerti
b. Membersihkan tubuh bayi dari sisa lendir, darah dan verniks
caeseosa kecuali pada bagian telapak tangan menggunakan baby
oil dan kain yang bersih. Badan bayi sudah bersih
c. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti selimut bayi yang
basah dengan selimut baru yang kering dan bersih. Selimut sudah
diganti
d. Menjepit tali pusat 2 cm dari pangkal pusat, mengurut kearah ibu
dan klem 3 cm dari klem yang pertama, kemudian memotong tali
pusat diantara klem dengan perlindungan tangan. Tali pusat sudah
dipotong
e. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu dengan meletakkan
bayi tengkurap pada dada ibu dengan posisi kepala bayi
menghadap ke salah satu payudara ibu dan kontak kulit ibu dengan
bayi, keduanya di selimuti dan bayi diberi topi. Inisiasi menyusui
dini berhasil dilakukan.
191

f. Melakukan pengukuran antropometri meliputi berat badan 2700


gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33
cm.
g. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital N 136 x/menit, R
40x/menit, T 37 oC
h. Memberikan suntikan Vit K 1mg di paha kiri bayi secara IM. Vit K
sudah diberikan.
i. Memberikan salep mata Gentamycin 1% pada kedua mata bayi
kanan dan kiri. Bayi sudah mendapat salep mata
j. Satu jam kemudian diberikan suntikan HB-0 di paha kanan secara
IM.
k. Mempertahankan suhu bayi agar tetap hangat dengan cara
memakaikan baju bayi, sarung tangan, sarung kaki, topi, dibedong
dan menunda memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah bayi
lahir. Bayi sudah dibedong dan tidak langsung dimandikan.
6. Evaluasi
Seluruh kegiatan sudah dilaksanakan
7. Pencatatan Asuhan Kebidanan :
8. Pendokumentasian SOAP :
S (Data Subjektif)
O (Data Objektif)
A (Analisa)
P (Perencanaan)
192

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS


PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Pukul : 10.33 WITA
1. Anamnesa
a. Identitas bayi
Nama : By. Ny. N
Tanggal/jam lahir : 28 Desember 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identitas orang tua

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning
Banjarbaru
2. Pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Warna kulit : Kemerahan
c. Panjang badan : 49 cm
d. Berat badan : 2.700 gram
e. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,4 C
2) Nadi : 126 x/menit
3) Pernapasan : 45 x/menit
193

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih
b. Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c. Telinga : bersih
d. Hidung : simetris
e. Mulut : tidak pucat
f. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid dan limfe
g. Dada : simetris
h. Abdomen : simetris
i. Anus : positif (+)
j. Ekstremitas : baik
4. Merumuskan diagnosa dan masalah
kebidanan Bayi baru lahir 6 jam fisiologis
5. Perencanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam
keadaan sehat.
b. Menjelaskan penyebab keluhan ibu
c. Menjelaskan cara menyusui yang benar
d. Menjaga kebersihan dan
e. Menjelaskan cara perawatan bayi sehari-hari kepada ibu.
f. Mengajarkan posisi menyusui.
g. Memberitahukan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan.
h. Memberitahukan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, setiap
2-3 jam atau kapan bayi menginginkan.
i. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat
j. Menjelaskan tentang tanda tanda bahaya pada bayi
k. Membuat kesepakatan sesuai jadwal kunjungan.
6. Pelaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
bayi dalam keadaan sehat. Ibu dan keluarga mengerti
194

b. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan ASI yang masih kurang lancar
merupakan hal yang alamiah karena ASI akan lancar 1-3 hari setelah
persalinan dan akan lancar jika distimulasi dengan cara disusukan
sesering mungkin. Ibu mengerti dan bersedia menyusui sesering
mungkin
c. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu:
1) Duduk dengan santai tapi tegak
2) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
dimiringkin di pangkuan, kepala bayi disiku bagian dalam lengan
dengan telapak tangan memegang bokong bayi.
3) Tangan lain menyangga payudara dengan 4 jari menekan 4 jari
menekan payudara bagian bawah aerola
4) Masukkan seluruh puting payudara sampai aerola masuk ke dalam
mulut bayi
5) Dekaplah bayi ke tubuh ibu hingga ujung hidung bayi menyentuh
payudara
6) Menyusukan payudara secara bargantian. Ibu mengerti
d. Memandikan bayi setelah bayi berumur 6 jam dan memberitahu ibu
cara memandikan bayi yang aman dan benar. Ibu mengerti
e. Menjaga kebersihan dan kehangatan bayi dengan mengganti pakaian
bayi bila basah atau kotor, menyelimuti bayi dengan pakaian tebal dan
bersih serta menutupi bagian kepala bayi. Kebersihan dan kehangatan
bayi terjaga
f. Memberitahu pada ibu cara merawat tali pusat tanpa memberi apapun
pada daerah tali pusat dan hanya membungkusnya menggunakan kasa
steril untuk mencegah terjadinya infeksi. Ibu mengerti dan tidak ada
infeksi pada tali pusat.
g. Memberitahukan ibu untuk menjemur bayinya selama ± 15 menit antara
pukul 07.00-08.00 WITA di tempat yang terkena paparan sinar
matahari dengan melepas pakaian bayi. Ibu mengerti.
195

h. Menjelaskan kapada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi, yaitu:


1) Perdarahan tali pusat berbau busuk atau bernanah
2) Tubuh bayi panas
3) Tidak mau menyusu
4) Kejang
5) Tidak bisa tenang
6) Menangis terus-menerus
Jika ibu mendapati bayinya mengalami hal tersebut, maka segera
membawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ibu bersedia
7. Evaluasi
Seluruh kegiatan sudah dilaksanakan
8. Pencatatan Asuhan Kebidanan :
9. Pendokumentasian SOAP :
S (Data Subjektif)
O (Data Objektif)
A (Analisa)
P (Perencanaan)
196

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Desember 2021
Pukul : 10.33 WITA
1. Anamnesa
a. Identitas

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning
Banjarbaru

2. Keluhan Utama : mules pada perut dan lelah


3. Riwayat kehamilan yang, persalinan, nifas yang lalu
a. Jumlah kehamilan 2
b. Jumlah kelahiran/anak hidup 2
c. Jumlah keguguran 0
d. Jumlah kelahiran prematur 0
e. Riwayat persalinan : bayi lahir spontan BK, ditolong
bidan
f. Berat bayi yang dilahirkan : 2700 gram
g. Kondisi bayi : sehat
h. Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas : tidak ada
i. Tempat persalinan terdahulu : tidak ada
j. Penolong persalinan terdahulu : tidak ada
4. Riwayat kesehatan/penyakit yang pernah diderita : tidak ada
197

5. Riwayat sosial ekonomi :


a. Respon ibu dan keluarga : Senang
b. Kebiasaan hidup sehat : tidak ada
c. Kepercayaan dan adat istiadat :-
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmenthis
c. Tinggi badan 150
d. Berat badan : 50 Kg
e. Suhu badan : 36,5
f. Tekanan darah : 130/80
g. Denyut nadi : 84 x/menit
h. Pernafasan : 22 x/menit
b. Pemeriksaan Payudara
1) Pembengkakan : tidak ada
2) Pengeluaran ASI : sudah keluar
c. Pemeriksaan perut
1) Fundus uterus : 2 jari di bawah pusat
2) Kontraksi uterus : baik
3) Kandung kencing : kosong
d. Pemeriksaan perineum
1) Pengeluaran Lochea : rubra
2) Luka perineum : ada, derajat 1
7. Perumuskan diagnosa atau masalah : P2A0 nifas 6 jam
8. Perencanaan :
a. Beritahu hasil pemeriksaan
b. Jelaskan penyebab keluhan
c. Jelaskan cara mengatasi keluhan
d. Berikan KIE
e. Ajarkan cara menyusui
198

f. Kolaborasi dengan bidan dalam pemberian terapi

9. Pelaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaanya baik.
b. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang dirasakan ibu
disebabkan karena kontraksi rahim untuk mengerut sehingga kembali
membentuk seperti sebelum hamil. Pengerutan tersebut akan mencegah
terjadinya perdarahan karena pembuluh darah pada dinding rahim
terjepit. Jadi, apabila rahim berkontraksi, maka itu adalah hal yang
bagus. Sebaliknya, apabila rahim tidak berkontraksi, maka itu
merupakan salah satu tanda adanya perdarahan. Menberitahu ibu
penyebab ibu demam adalah aktivitas payudara untuk pembentukan
ASI.
c. Memberitahu ibu cara mengatasi rasa mules tersebut dengan cara
mobilisasi dini yaitu berjalan dengan bantuan suami atau keluarga. Ibu
mengerti dan melakukan mobilisasi dini dengan bantuan suami.
Memberitahu ibu untuk memperbanyak minum air putih agar
demamnya berkurang dan panas tubuh bisa dikuarkan lewat BAK, serta
jangan menahan BAK.
d. Memberikan KIE tentang:
1) Menganjurkan ibu untuk tidak berpantang dalam hal makanan,
makan makanan bergizi sesuai kebutuhan ibu nifas seperti ikan,
telur, tahu, tempe, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Ibu mengerti
dan bersedia melakukannya.
2) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap habis BAK
atau BAB dan bila pembalut basah dan kotor. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
3) Mengajarkan kepada ibu cara membersihkan daerah sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang kemudian membersihkan
anus.
199

4) Mengajurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta menjaga


kesehatan agar proses pemulihan berlangsung dengan baik. Ibu
mengerti.
5) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas yaitu
perdarahan pada jalan lahir yang berlebihan, pengeluaran lokhia
(darah nifas) dari jalan lahir yang berbau busuk, sakit kepala hebat,
nyeri ulu hati, dan penglihatan kabur, bila ibu mengalami salah satu
tanda bahaya tersebut segera datang ke pelayanan kesehatan
terdekat.
6) Menjelaskan kepada ibu bagaimana cara perawatan payudara yaitu
dengan membersihkan payudara terutama sebelum disusukan serta
menjaga agar puting tidak lecet yaitu menyusui posisi yang benar
dengan mengarahkan mulut bayi sampai menyentuh areola mamae.
7) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara menyendawakan bayi
setelah disusui dengan cara bayi di gendong tegak bersandar pada
bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi
bersendawa
e. Memfasilitasi pemberian terapi:
1) SF 1x1 tablet/hari
2) Vitamin C 1x1 tablet/hari
3) Vitamin A 1x1 tablet/hari
f. Menyepakati kunjungan nifas 1 minggu lagi pada tanggal 4 Januari
2022. Ibu bersedia
10. Evaluasi :
a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu mengetahui penyebab keluhan
c. Ibu mengerti cara mengatasi keluhan
d. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar
e. Kolaborasi dengan bidan dalam pemberian terapi telah dilakukan
11. Pencatatan Asuhan Kebidanan
12. Pendokumentasian SOAP :
200

S (Data Subjektif)
O (Data Objektif)
A (Analisa)
P (Perencanaan)
201

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PADA


KELUARGA BERENCANA
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin, 07 Februari 2022
Pukul : 16.00 WITA
1. Anamnesa
a. Identitas

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 31 Tahun 33 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Komplek Pasar Beruntung Kemuning
Banjarbaru
b. Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan
2. Riwayat kehamilan yang, persalinan, nifas yang lalu
a. Jumlah kehamilan 2
b. Jumlah kelahiran/anak hidup 2
c. Jumlah keguguran 0
d. Jumlah kelahiran prematur 0
e. Riwayat persalinan : bayi lahir spontan BK,
ditolong bidan
f. Berat bayi yang dilahirkan : 2700 gram
g. Kondisi bayi : sehat
h. Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas : tidak ada
i. Tempat persalinan terdahulu : PMB
j. Penolong persalinan terdahulu : Bidan
202

3. Riwayat kesehatan/penyakit yang pernah diderita : Tidak ada


4. Riwayat sosial ekonomi :
5. Respon ibu dan keluarga : Senang
a. Kebiasaan hidup sehat : tidak ada
b. Kepercayaan dan adat istiadat :-
6. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmenthis
c. Tinggi badan 150
d. Berat badan 55
e. Suhu badan : 36,5
f. Tekanan darah : 110/70
g. Denyut nadi : 80 x/menit
h. Pernafasan : 20 x/menit
c. Analisa : P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Penatalaksanaan :
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu sehat
dan dapat menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu mengerti.
b. Memberitahukan kepada ibu bahwa KB suntik 3 bulan memiliki efek
samping seperti :
1) Gangguan haid bisa memanjang atau memendek
2) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian
3) Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang
tersering
4) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
5) Menimbulkan rasa sakit akibat di suntik
203

c. Memberikan informed consent. Ibu menyetujui.


d. Menyiapkan alat dan bahan : Kontrasepsi progestin jenis Depo
Harmonis , spuit 3 cc, kapas alcohol dan sarung tangan. Bahan dan alat
sudah disiapkan
e. Menganjurkan ibu untuk memposisikan badannya senyaman mungkin
yaitu berbaring tengkurap.
f. Melakukan tindakan yaitu menentukan daerah penyuntikan 1/3 SIAS –
Os coccyges.
g. Melaksanakan tindakan penyuntikan kontrasepsi Depo Progestin.
Penyuntikan sudah dilakukan.
h. Menyepakati tanggal kunjungan ulang yaitu tanggal 04 Mei 2022
untuk mendapatkan suntikan ulang atau bila ada keluhan. Ibu bersedia
204

Lampiran 9 Buku KIA


205
206
207
208

Lampiran 10 Lembar Partograf


209
210

Lampiran 11 Lembar Kartu KB


211

Lampiran 12 Foto Kegiatan

Asuhan Kebidanan Kehamilan


212

Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan Kebidanan BBL

Asuhan Kebidanan Pada Neonatus


213

Memandikan Bayi

Asuhan Kebidanan Nifas


117

Anda mungkin juga menyukai