Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA

KEHAMILAN USIA DINI PADA REMAJA PRANIKAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Berfikir Kritis Dalam Kebidanan

Dosen Pembimbing:
Wahyu Setyaningsih, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH:

Naila Mahdiyah Rozain P17312195002


Nurul Hikmah P17312195004
Febriana Puspita Sari P17312195005
Linda Iatiari Wijaya P17312195008
Anggi Purtikawati P17312195009
Siti Imro’atullayina P17312195010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MALANG
2019
ABSTRAK

Kehamilan remaja merupakan kehamilan pada seorang perempuan berusia


10-19 tahun. Penyebab dari kehamilan ini salah satunya yaitu perilaku seksual
pranikah. Dampak pada kehamilan usia dini bagi remaja dapat mempengarui
dalam aspek kesehatan salah satunya seperti anemia ibu hamil, aspek sosial
seperti kehilangan masa remaja dan putus sekolah, serta aspek psikologis berupa
ketidaksiapan menghadapi kehamilan dan beralih peran menjadi orang tua.
Sebuah kasus sebagai gambaran perempuan usia 16 tahun datang ke bidan untuk
kontrol kehamilan dengan keluhan utama pusing yang dirasakan sejak awal
kehamilan. Klien baru mengetahui dirinya hamil setelah usia kehamilan
menginjak enam bulan, kemudian memutuskan berhenti sekolah dan menikah
dengan suaminya yang sekarang. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
anemis dan bibir pucat, pemeriksaan laboratorium Hb 9,5gr/dl. Pada pemeriksaan
obstetrik abdomen ditemukan bahwa klien sedang dalam keadaan hamil janin
tunggal hidup dengan usia kehamilan 33-34 minggu. Klien di diagnosis dengan
G1P1A0 hamil 33-34 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan
kehamilan remaja. Upaya yang diberikan menangani dampak kehamilan remaja
dari keluarga dan suami yaitu dengan memberikan dukungan personal maupun
interpersonal yang berperan dalam proses kehamilan hingga melahirkan dan
membesarkan anak, sedangkan bentuk dukungan dari tenaga kesehatan berupa
pemberian motivasi, konseling dan bimbingan bagaimana menjalankan kehamilan
dengan baik.
Kata kunci: remaja; kehamilan; pranikah

ABSTRACT
Adolescent pregnancy means pregnancy in a woman aged 10–19 years.
The caused of adolescent pregnancy which one of premarital sexual behavior. The
impact of early pregnancy for adolescents can affect the health risk aspects such
as anemia of pregnant women, social aspects such as adolescence and dropped
out of school, as well as psychological aspects related to unpreparedness to has
pregnant and changed the role of parenthood. A woman, 16 years old, came to the
midwife to pregnancy checkup with a chief complaint of dizziness since early
pregnancy. The client found out she was pregnant after has been going on six
months of pregnancy, then she decided to quit school and getting married to her
current husband. The physical examination was found anemic conjunctiva and
pale lips, laboratory examination Hb of 9.5 gr/dl. The obstetric abdominal
examination that found the client a state of pregnancy with a single fetus live,
with the gestational age of 33-34 weeks. The Patient has diagnosed with G1P1A0
33-34 weeks of pregnancy, single fetus living, presentation head with adolescent
pregnancy. Efforts are given to adolescent pregnancy was the family support to
provide personal and interpersonal support that supported the assessment
processes to give birth to children, while the form of support from health
personnel of providing motivation, counseling, and guidance how to run
pregnancy well.
Keyword: adolescents; pregnancy; premarital
PENDAHULUAN

Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan


dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Menurut WHO, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (WHO, 2014).
Pada masa remaja, seorang remaja mendapatkan tuntutan yang muncul
dari berbagai pihak yang membuatnya merasa masa ini adalah masa tersulit yang
harus dilalui oleh seorang remaja. Seorang remaja harus mampu untuk
membentuk dirinya sesuai dengan keinginan yang dimiliki orang tua dan
keluarganya. Ditambah lagi remaja berada pada proses untuk mencapai
kemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses
ini memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dan psikis
remaja. Perpaduan antara tuntutan orang tua dan proses kemasakan ini membuat
remaja sangat rentan mealakukan tindakan menyimpang. Salah satu tindakan
menyimpang yang sangat umum dilakukan remaja adalah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dapat mengakibatkan perubahan dalam diri maupun
sikap pada remaja tersebut. Kenakalan anak ini begitu banyak bentuknya, menurut
Adler (dalam Kartini:2014) kenakalan seperti kebut-kebutan di jalanan,
perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku (tawuran),
kriminalitas anak (memeras, maling, mecuri, mencopet, merampas), mabuk
mabukan, melakukan hubungan seks bebas, dan kecanduan mengonsumsi
narkoba.
Menurut data KEMENKES (2011), sebanyak 21% dari 116 siswa di
Kabupaten Malang mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah
dengan orang lain yang tidak ada hubungan apapun. Jumlah siswa yang
melakukan hubungan seksual pranikah, sebanyak 65%, mengaku pernah
diperkosa namun berakhir ketagihan sehingga melakukan hubungan seksual
pranikah berulang-ulang. Sisanya, mengaku melakukan hubungan seksual
pranikah dengan kekasih. Dari hasil penelitian tersebut juga disebutkan bahwa
sebagian besar siswa mengaku memperoleh informasi mengenai seks dari internet.
Menurut hasil riset Reni (2015) remaja di SMA yang dekat lokalisasi yang sudah
melakukan hubungan seksual pranikah sebesar 24.0% dan yang tidak melakukan
hubungan seksual pranikah yaitu sebesar 76.0% dan sebanyak 26.8% siswa
pernah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pekerja seks. Remaja
paling banyak melakukan praktik seks pranikah yaitu siswa laki-laki 28.8%.
Akibat dari seks bebas salah satunya yaitu kehamilan di luar nikah.
Berdasarkan data dari Malang voice yang dikemukakan oleh Widodo Suparjiyanto
(Panitera Muda hukum PA Kabupaten Malang) mengatakan diawal tahun 2019
telah menerima pengaduan sebanyak 113 berkas anak dibawah umur, mereka
mengajukan dispensasi nikah karena kebanyakan sudah dalam kondisi hamil
duluan, atau MBA (married by accident). Pada kehamilan di luar nikah,
kehamilan ini mempengaruhi keadaan remaja secara fisiologis maupun psikologis.
Perubahan secara fisiologis seperti respons ibu hamil dalam menerima kehamilan,
menolak, perubahan perasaan, dan perubahan citra tubuh seperti ibu merasa tidak
cantik lagi. Perubahan psikologisnya seperti emosi yang tidak stabil, belum siap
menjadi seorang ibu, kurangnya dukungan keluarga dan depresi pada wanita yang
terlanjur berhubungan seks. Kehamilan di luar nikah sering menjadi aib bagi
keluarga lebih-lebih bagi pihak perempuan. Selain itu, kehamilan diusia dini dapat
mengakibatkan terjadinya keguguran, persalinan prematur, BBLR dan kelainan
bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan
kematian ibu yang tinggi (Manuaba, 2010).
Kehamilan diluar nikah yang dianggap menjadi aib keluarga, membuat
orangtua mencari jalan keluar untuk anaknya salah satunya dengan segera
melangsungkan pernikahan supaya anak yang akan dilahirkan memiliki status
hukum yang sah. Menurut data PA (Pengadilan Agama) angka pernikahan di
bawah umur (pernikahan dini) meningkat dari tahun 2017 yang berjumlah 418
kasus menjadi 473 kasus pada tahun 2018. Pernikahan dini dapat mengakibatkan
masalah kesehatan reproduksi (karena organ-organ yang ada belum matang),
masalah psikologis (karena pemikiran yang belum matang membuat terjadinya
perceraian dalam rumah tangga), dan masalah sosial ekonomi yang dapat
membuat tekan batin atau stress. Selain cara tersebut, cara lainnya dengan segera
menggugurkan janin yang ada di dalam kandungan dengan jalan aborsi, supaya
kehamilan tidak diketahui orang lain dengan jalan ini dapat mengakibatkan
bertambahnya angka kematian ibu karena terjadi perdarahan. Selanjutnya jalan
terakhir yang biasa dilakukan yaitu, dengan keterpaksaan untuk mempertahankan
kehamilannya yang kemudian oleh keluarganya diungsikan ke tempat tertentu
hingga bayi lahir.

Kasus
Nn. I usia 16 tahun datang ke Praktik Mandiri Bidan (PMB) pada tanggal
15-06-2019 bersama ibu kandungnya mengatakan pusing sejak 1 minggu yang
lalu dan tidak haid selama 6 bulan. Setelah dianamnesa dan dilakukan test pack,
pasien dinyatakan hamil oleh bidan. Ibu kandung pasien nangis tersedu-sedu
mengetahui anaknya sedang hamil tanpa seorang suami. Setelah digali oleh bidan,
pasien hamil dengan pacarnya sendiri dan pernah melakukan hubungan seksual
atas dasar suka sama suka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan orang
tua pada saat itu yang sedang sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Pasien
mengatakan hari pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 19-12-2018 dan
taksiran persalinan (TP) diperkirakan pada tanggal 26-09-19. Saat itu, umur
kehamilan pasien 24-25 minggu. Pendidikan terakhir pasien SMP dan sehari-hari
bekerja sebagai ibu rumah tangga serta tidak melakukan pekerjaan yang berat.
Setelah dinyatakan hamil, pasien dinikahkan dengan pacarnya pada tanggal 10-
07-2019.
Haid pertama kali dialami pasien sejak umur 13 tahun. Siklus haid selama
28 hari setiap kali haid dengan lama haid sekitar 5 hari. Banyak darah 2-3 kali
ganti pembalut, berwarna merah, berbau normal, dan kadang-kadang dismenorhe.
Pasien tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus/kencing manis,
hipertensi/tekanan darah tinggi, jantung, asma/sesak napas, dan gemelli/keturunan
kembar dari keluarganya.
Pasien mengatakan pada saat dinyatakan hamil, kedua orang tuanya
merasa shock dan sedih karna anak terakhirnya dihamili oleh orang lain tanpa ada
ikatan pernikahan. pasien juga merasa stress dan depresi karena ketidaksiapan
menjadi orang tua, akan dicap buruk oleh teman dan lingkungan sekitarnya, putus
sekolah dan menambah biaya serta beban orang tua sehingga mengganggu kondisi
psikis pasien karena ini merupakan kehamilan pertamanya.
Pasien datang lagi untuk kontrol ke bidan pada tanggal 11-08-2019 dengan
keluhan pusing sama yg dirasakan ketika periksa pertama kali. Pada pemeriksaan
fisik pasien didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan
darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu
36,9 oC, lila 27 cm, tinggi badan 163 cm, berat badan 73 Kg, konjungtiva terlihat
anemis, status generalis kepala, leher, dan ekstremitas dalam batas normal. Pasien
belum pernah usg dan suntik TT. Pemeriksaan laboratorium (tanggal 25-07-2019)
pada pasien ini didapatkan kadar Hb 9,5 g/dl, golongan darah O, HIV (-), HbsAg
(-). Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman keras, minum
jamu, maupun pijat oyok. Keluarga tidak memperbolehkan pasien untuk makan
buah-buahan dan pedas. Pasien jarang meminum obat penambah darah dan
minum nya ketika ingat.
Saat ini umur kehamilan pasien 33-34 minggu. Pada pemeriksaan leopold,
didapatkan tinggi fundus uteri (TFU) pertengahan pusat-processus xyphoideus (26
cm), bagian teratas terkesan bokong janin, janin dalam letak memanjang, kesan
punggung janin disebelah kiri, bagian terbawah terkesan kepala janin belum
masuk pintu atas panggul (PAP). Denyut jantung janin (DJJ) 135 x/menit dan
taksiran berat janin (TBJ) diperkirakan 2.325 gram. Pasien di diagnosa dengan
G1P0A0 UK 33-34 minggu janin T/H/I presentasi kepala dengan kehamilan
fisiologis. Masalah yang dihadapi saat ini, pasien mempunyai ketakutan-ketakutan
menghadapi persalinan nanti, bagaimana merawat dan mengurus bayinya, dan
kesiapan mental menjadi seorang ibu.

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan kepada klien, Nn.I berusia 16


tahun datang untuk kontrol kehamilan ke bidan. Pada saat kontrol, usia kehamilan
33-34 minggu dengan kehamilan fisiologis. Pada saat pemeriksaan ibu mengeluh
pusing, konjungtiva terlihat anemis, kadar Hb 9,5 g/dl, status generalis normal,
dan keadaan janin normal. Kehamilan ini adalah kehamilan pertamanya. Keluarga
tidak memperbolehkan ibu untuk makan buah-buahan dan pedas. Ibu jarang
meminum obat penambah darah dan meminumnya ketika ingat. Masalah yang
dihadapi saat ini, ibu mempunyai ketakutan-ketakutan menghadapi persalinan
nanti, bagaimana merawat dan mengurus bayinya, dan kesiapan mental menjadi
seorang ibu. Kasus ini menjadi perhatian kelompok karena terkait kehamilannya
yang tidak diinginkan, bagaimana faktor risiko kehamilan usia dini, persiapan
untuk menghadapi persalinan pada ibu hamil yang masih dibawah umur dan
kesiapan menjadi seorang ibu.
Nn.I berusia 16 tahun dimana tergolong dalam usia remaja. Menurut Jannah
(2016) usia remaja merupakan usia yang paling kritis dalam kehidupan seseorang,
rentan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dan akan
menentukan kematangan dewasa. Pada masa ini Nn.I mengalami kehamilan yang
diakibatkan oleh perilaku seksual pranikah. Hal tersebut sesuai dengan Istiqomah
(2016) menyatakan dampak fisiologis perilaku seksual pranikah salah satunya
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan
yang dialami Nn.I termasuk dalam kehamilan usia dini, dimana menjadi hamil
pada usia remaja ini memiliki banyak faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Dampak pada janin
menurut Rohmah (2014) kemungkinan lahir prematur, berat badan lahir rendah
(BBLR), cacat bawaan dan kematian bayi. Sedangkan dampak kehamilan usia
dini bagi remaja dapat mempengarui dalam aspek kesehatan, sosial dan
psikologis.
Dampak pada aspek kesehatan berkaitan dengan belum matangnya organ
reproduksi yaitu otot-otot rahim masih lemah, belum berkembang sempurna
menyebabkan wanita yang hamil usia muda beresiko terhadap berbagai
komplikasi. Menurut Rohmah (2014) komplikasi yang mungkin terjadi seperti
perdarahan saat hamil, keguguran, mudah terjadi infeksi saat hamil, anemia saat
hamil, resiko terkena pre-eklampsia, maupun persalinan yang lama dan sulit. Pada
anamnesa yang dilakukan Nn.I sejak awal kehamilan hingga saat kontrol ini
mengeluh pusing dan lemas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
tampak pucat, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 9,5 g/dl.
Temuan ini menjurus bahwa Nn.I mengalami anemia selama kehamilannya. Hal
ini sesuai dengan penelitian Astuti (2016) kejadian anemia pada ibu hamil lebih
banyak ditemukan pada responden yang berumur < 20 tahun (75%) dibanding
dengan responden yang berumur >20 tahun. Menurut Cunningham (2013) anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr %
pada trimester satu dan tiga atau kadar < 10,5 gr % pada trimester dua, nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester dua kehamilan. Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan,
maupun nifas dan masa selanjutnya. Menurut Winkjosastro (2013) penyulit-
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran
prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi
(inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot
rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta
anemia yang berat (<4 gr/dl) dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Berdasarkan hasil anamnesa lain Nn.I mengatakan dalam keluarganya
terdapat kepercayaan pantangan makanan pedas dan buah-buahan selama masa
kehamilan. Hal ini mengakibatkan pemenuhan asupan gizi yang diterima Nn.I
selama kehamilannya tidak optimal. Masa kehamilan merupakan masa dimana ibu
membutuhkan berbagai unsur gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Buah-buahan mengandung banyak zat gizi yang sangat diperlukan ibu hamil yang
tidak bisa didapatkan pada sumber makanan lain. Asupan kebutuhan ibu hamil
yang tidak tercukupi dapat berakibat buruk bagi ibu dan janin. Nn. I dan keluarga
dalam hal ini perlu diberikan asuhan mengenai edukasi tentang zat gizi pada ibu
hamil dan menjelaskan bahwa ada beberapa mitos-mitos dalam kehamilan
sebenarnya dapat merugikan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Hal ini sejalan dengan Nasir dalam Khasanah (2017) dimana salah satu penyebab
kematian ibu karena perdarahan erat hubungannya dengan asupan gizi pada ibu
hamil, akibat kekurangan zat besi.
Asuhan yang diberikan untuk penanganan anemia yang terjadi saat
kehamilan ini salah satunya diberikan tablet penambah darah yaitu tablet Fe
minimal 90 tablet selama kehamilan. Usia 15-19 tahun, pada sistem hormonal
belum stabil. Sistem hormonal yang belum stabil menyebabkan proses kehamilan
menjadi tidak stabil, mudah terjadi anemia, perdarahan, abortus atau kematian
janin (Kusmiran, 2012). Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang
diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin.
Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk pembentukan sel darah merah.
Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika manusia kekurangan zat
besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan
gangguan anemia gizi (kurang darah). Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada
ibu hamil adalah sekitar 800 mg. Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg
yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin
maternal (Kemenkes, 2018). Berdasarkan hasil anamnesa Nn.I mengatakan sudah
mendapatkan tablet Fe yang diberikan oleh bidan, namun setelah digali lebih
lanjut Nn.I tidak rutin mengonsumsi tablet Fe ini dikarenakan merasa mual karena
aromanya dan merasa tidak terbiasa mengonsumsi obat setiap hari. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2015) diketahui bahwa ibu hamil
yang tidak teratur minum tablet Fe sebanyak 68,8% mengalami anemia. Hal ini
menunjukan bahwa semakin patuh ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe semakin
kecil kemungkinan mengalami anemia dalam kehamilannya. Dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet Fe mengingat Nn.I masih berusia remaja dalam
kehamilannya ini. Nurlaili (2018) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa
dukungan keluarga yang tinggi terhadap ibu hamil, terutama dalam
mengkonsumsi tablet Fe akan menyebabkan seseorang untuk patuh dalam
mengkonsumsi Fe. Anemia pada kasus Nn. I dapat terjadi karena kehamilan usia
dini, kurang optimalnya gizi yang diperoleh ibu selam kehamilan akibat
pantangan makanan, serta ketidakpatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet Fe
selama kehamilan.
Dampak lain kehamilan usia dini bagi remaja dapat berpengaruh dalam
aspek sosial. Menurut Maisya (2017) masalah kehamilan di usia remaja akan
mempengaruhi diri remaja itu sendiri. Berdasarkan anamnesa, Nn.I mengatakan
baru mengetahui dirinya hamil setelah usia kehamilan menginjak enam bulan.
Informasi yang diperoleh dari bidan, Nn.I memutuskan berhenti sekolah
kemudian menikah dengan suaminya yang sekarang. Kehamilan usia dini yang
terjadi sebelum adanya pernikahan memuat persoalan yang rumit dan kompleks
bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Berbagai stigma
negatif yang ada di masyarakat bahwa kehamilan di luar nikah merupakan aib dan
melangar norma-norma kesusilaan, terkadang menimbulkan rasa bersalah, takut,
cemas, apabila terjadi kehamilan dapat dikucilkan di masyarakat, timbul rasa
malu, depresi, hingga gangguan psikologi (Kasim,2014). Selain itu Aprianti
(2018) berpendapat remaja perempuan yang menikah muda dan mengalami
kehamilan tidak diinginkan akan cenderung minder, mengurung diri dan tidak
percaya diri karena belum mengetahui bagaimana perannya dari seorang remaja
yang masih sekolah ke peran seorang ibu dan istri saat harus menjadi orang tua di
usianya yang masih muda. Permasalahan yang dihadapi oleh pasangan remaja
yang belum siap secara mental dan belum siap menghadapi perubahan peran serta
menghadapi masalah rumah tangga sehingga sering kali menimbulkan penyesalan
akan kehilangan masa remajanya dan memiliki peluang yang kecil untuk
melanjutkan pendidikan. Kondisi Nn.I dalam hal ini membutuhkan dukungan
psikologis terutama dari keluarganya agar ia dapat menerima kehamilannya,
mengidentifikasi peran ibu, meningkatkan hubungan dengan orang tua, suami atau
orang terdekat lainnya dalam menurunkan ketakutan akibat kehilangan kontrol
dan meningkatkan harga dirinya. Hal ini sejalan dengan Hamilton (2016)
dukungan sosial menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi bagaimana
ibu hamil mengatasi masa-masa krisisnya mengingat menjalani kehamilan yang
masih berusia remaja.
Dampak selanjutnya dari kehamilan usia dini bagi remaja dapat berpengaruh
dalam aspek psikologis. Perubahan psikologis dan emosional dapat dialami wanita
selama masa kehamilannya. Konflik dan masalah yang dihadapi seorang wanita
yang hamil dapat memberikan pengaruh terhadap kehamilannya. Nn.I mengatakan
dalam kunjungan ulang sudah menerima kehamilannya ini, namun seiring
bertambahnya usia kehamilan dan membesarnya perut, Nn.I mengalami
kekhawatiran mengenai proses persalinan dan bagaimana merawat dan mengurus
bayinya, meskipun saat lahir nanti ibu dibantu keluarga dalam perawatan bayi.
Dukungan secara personal maupun interpersonal yang adekuat dibutuhkan dalam
menghadapi persiapan persalinan dan perawatan bayi pada ibu hamil usia remaja.
Dukungan yang diberikan oleh bidan kepada ibu hamil dalam mengurangi
kekhawatiran tentang persalinannya yaitu merencanakan persalinan yang aman.
Menurut Kusmiyati (2013) penting proses persiapan dan perawatan persalinan
agar pemilihan tempat dan penolong persalinan yang aman dapat disesuaikan
dengan kondisi kehamilan ibu. Hal tersebut menjadi pertimbangan untuk
mengurangi komplikasi yang mungkin timbul karena kehamilan pada usia remaja.
Penatalaksaan masalah ini bidan dalam memberikan asuhan harus
melibatkan dan memberdayakan orang tua, suami atau orang terdekat lainnya.
Menurut Bobak (2012) dukungan keluarga memberikan andil yang besar dalam
menentukan status kesehatan ibu, jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan,
mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu
hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Bidan melakukan pendekatan kepada suami
maupun keluarga mengenai bentuk-bentuk dukungan terhadap ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan dapat berupa dukungan fisik yaitu membantu
pekerjaan rumah tangga, mengantar ibu hamil periksa kehamilannya ke bidan
secara rutin untuk merencanakan tempat persalinan, penolong persalinan aman
yang sesuai dengan kondisi ibu. Dukungan emosional seperti peningkatan kasih
sayang dan perhatian terhadap ibu juga memberikan semangat dan mengurangi
rasa cemas atau takut menghadapi persalinan. Dukungan finansial dimana suami
harus mempersiapkan biaya untuk keperluan ibu dan calon anaknya. Peran aktif
pasangan/suami/keluarga untuk memberikan dukungan terhadap persiapan
persalinan ibu dibutuhkan karena kesuksesan kehamilan dan persalinan bukan
hanya merupakan tanggung jawab salah satu pihak melainkan tanggung jawab
bersama, suami, istri, keluarga bahkan tenaga kesehatan.
KESIMPULAN

Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa. Remaja memiliki ciri khas yang menandai adanya masa peralihan
biopsikososial termasuk juga pada perilaku seksual remaja. Perubahan-perubahan
sikap dan perilaku seksual remaja ini pada gilirannya mengakibatkan peningkatan
masalah-masalah seksual salah satunya meningkatnya perilaku seks sebelum
menikah yang berakibat terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Kehamilan ini
akan mempengaruhi seluruh kehidupan remaja itu sendiri dan memberikan
dampak negatif baik dari segi fisik, sosial, psikologis. Berbagai permasalahan
yang rumit dan komplek dapat terjadi akibat kehamilan yang terjadi sebelum
adanya pernikahan. Upaya yang diberikan pada remaja yang mengalami masa
krisis akibat kehamilan ini yaitu dukungan sosial baik dari keluarga, suami,
masyarakat, maupun tenaga kesehatan untuk mempertahankan/membuat remaja
tersebut menerima kehamilannya selain itu untuk mempertahankan status
kesehatan fisik maupun mental individu kearah yang lebih baik. Sedangkan upaya
positif yang dapat diberikan agar dapat terhindar dari hubungan seksual pranikah
dan kehamilan remaja ini dengan memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi secara benar sejak usia dini. Informasi yang tepat akan membantu
remaja dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menjauhkan diri dari
pergaulan bebas yang dapat berdampak pada kehamilan tidak diinginkan dengan
segala permasalahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R., Wahyuddin. 2007. Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap
kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bantimurung. Jurnal Medika
Nusantara Vol. 25 No. 2.
Astuti, Dwi. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. Jurnal Publikasi
Ilmiah. Hal 123-131
Aprianti dkk. 2018. Fenomena Pernikahan Dini Membuat Orang tua dan Remaja
Tidak Takut Mengalami Kehamilan Tidak Di inginkan. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, Volume 13, No I
Bobak, Lowdermilk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Cunningham, F.G. 2013. Obstetri Williams. Edisi ke- 23. Jakarta: EGC
Jannah, Miftaful. 2016. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam.
Jurnal Psikomedia, Volume I, Nomor I
Hamilton, Persis. 2016. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Https://radarmalang.id/hamil-duluan-menikah-belakangan/
https://malangvoice.com/duh-ratusan-remaja-di-kabupaten-malang-hamil-diluar-
nikah/
Istiqomah dan Hari. 2016. Pegaruh Pengetahuan, Kontrol Diri Terhadap
Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Remaja SMK di Surabaya. Jurnal
Biometrika dan Kependudukan, Vol 5, No 2 hal 125-134
Kartini, Kartono. 2014. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali
Press.
Kasim, Fajri. 2014. Dampak Perilaku Seks Beresiko terhadap Kesehatan
Reproduksi dan Upaya Penangannya. Jurnal Studi Pemuda, Vol 3, No 1 Hal
9-48
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Kementrian Kesehatan kabupaten Malang. 2011. Angka Kejadian HIV/AIDS di
Kabupaten Malang.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan.
Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika.
Kusmiyati, yuni, dkk. 2013. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya
Manuaba, I Bagus Gede. 2012. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta: EGC.
Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta : EGC.
Mirsanti, Nining. 2018. Strategi Orang Tua dalam Mengatasi Pergaulan Bebas
Remaja di Desa Paraili Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.
Makassar : UIN Alauddin Makassar
Nurlaili, Alfi. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah
Puskesmas Mondokan Sragen. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Pender, Nola J. 2014. Health Promotion in Nursing Practice. America : The
United States of America.
Putri dkk. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan
Usia Remaja. Majalah Obstetri dan Ginekologi, Vol 23, No 1
Pratiwi, Ratih. 2012. Upaya Pencegahan Perilaku Pergaulan Bebas Dengan
Layanan Bimbingan Kelompok Tentang Bahaya Narkoba Melalui Tayangan
Film Edukatif. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan dan Konseling: IKIP
Veteran Semarang.
Rohmah, Miftahur. 2014. Reproduksi Wanita Pernikahan Usia Dini. Surakarta :
Skripsi Stikes Kusuma Husada
Triningsih, Reni, dkk. 2015. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik
Seks Pranikah pada Remaja di SMA Dekat Lokalisasi di Wilayah
Kabupaten Malang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 /
Agustus 2015.
Vorvick Linda, MD. 2013. Teen pregnancy. University of Maryland. Available at:
http://www.medicalcentre.com .
Winkjosastro. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai