Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER I


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN ELFI YANTI.,Str.Keb
KALIANDA LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2022-2023

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Klinik


Asuhan Kebidanan Pada Stase Kehamilan
Program Study Profesi Bidan

Disusun Oleh :

LINDA ASMAWATI

NPM : 22390098

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022-2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DI PMB ELFI


YANTI.,S.ST KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Disusun Oleh :
Nama : Linda Asmawati
Npm : 22390098

Tanggal Pemberian Asuhan : 07 Januari 2023

Disejutui

Pembimbing Lapangan CI :

Tanggal :

Di : Kalianda, Lampung Selatan ( Elfi Yanti.,Str.Keb )

Pembimbing Institusi

Tanggal :

Di : Bandar Lampung ( Nurul


Isnaini.,S.ST.,M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya karena atas segala yang diberikan pada kesempatan dan kekuatan untuk
dapat menyelesaikan tugas kebidanan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Stase
Remaja”.Tujuan dari pembuatan tugas ini tidak lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran berfikirkritis profesi bidan Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Dalam proses penyusunan tugas ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Achmad Farich,M.M selaku Rektor Universitas Malahayati
2. Riyanti.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati
3. Vida Wira Utami.,SST.,Bdn,.M.Kes selaku Kepala Prodi Program Studi
Profesi Kebidanan.
4. Nurul Isnaini.,S.ST.,M.Kes Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
stase perimenopause yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Elfi Yanti.,S.ST Selaku CI Praktik Mandiri Bidan yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Profesi Bidan fakultas kedokteran
Universitas Malahayati Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakn kritik dan saran
dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap semoga
penelitian ini dapat digunakan debagai referensi yang bermanfaat bagi banyak
kalangan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung,
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1. Latar Belakang....................................................................................... 1

2. Tujuan ................................................................................................... 5

3. Manfaat ................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................... 7


1. Kajian Asuhan Kehamilan.................................................................... 7

a. Definisi Kehamilan .......................................................................... 7

b. Kehamilan Trimester I ..................................................................... 8

1. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM I .......... 8

a. Fertilisasi ................................................................................ 8

b. Adaptasi Fisiologi dan Anaomi Maternal ............................... 16

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester I ......................................... 20

3. Patologi Pada Kehamilan Trimester I ......................................... 22

c. Kehamilan Trimester II .................................................................... 24

1. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM II ......... 24

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester II ........................................ 29

iv
3. Patologi Pada Kehamilan Trimester II ........................................ 30

d. Kehamilan Trimester III................................................................... 31

1. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM III ....... 31

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester III ...................................... 34

3. Patologi Pada Kehamilan Trimester III ....................................... 35

2. Asuhan Kebidanan Terkini Pada Kehamilan ........................................ 37

a. Pemeriksaan Kehamilan ................................................................... 37

b. Diagnosis Kehamilan ....................................................................... 39

c. Pemantauan Pertumbuhan dan Kesejahteraan Janin ........................ 43

d. Pemeriksaan Pada Ibu Hamil Terkini .............................................. 51

BAB III PENUTUP...................................................................................... 57


1. KESIMPULAN .................................................................................... 57

2. SARAN.................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR KONSUL

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu kehamilan trimester pertama mulai 0

- 14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai 14- 28 minggu, dan kehamilan

trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Aspiani, 2017).

Kehamilan merupakan proses normal yang menghasilkan serangkaian

perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil (Tsegaye et al, 2019).

Kehamilan menyebabkan perubahan yang besar dalam tubuh seorang perempuan.

Perubahan tersebut dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama

kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan

fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta (Cunningham et al, 2016).

Selain itu, proses kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan pada seluruh

sistem tubuh, perubahan ini berdampak pada sistem kardiovaskuler, sistem

pernafasan, sistem integumen, sistem hormonal, sistem gastrointestinal maupun

sistem muskuloskeletal (Wagiyo dan Putrono, 2016).

Kehamilan merupakan bagian dari daur siklus seorang wanita dimana

proses dari kehamilan akan menyebabkan wanita terjadi beberapa perubahan

vi
dalam dirinya. Perubahan tersebut meliputi fisik, mental dan sosial. Kebutuhan

dasar ibu hamil secara fisik perlu dipenuhi agar ibu dalam menjalani

kehamilannya terjaga kesehatannya. Kebutuhan tersebut meliputi oksigenasi,

nutrisi, personal hiegine, pakaian, eliminasi, seksual, mobilisasi/body mekanik,

istirahat/tidur. Kebutuhan dasar ibu hamil sangat memengaruhi kesehatan ibu

maupun janin selama masa kehamilan. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar ibu

hamil, akan berdampak pada kesehatan ibu selama kehamilan dan juga secara

langsung mempengaruhi proses persalinan kelak. Pengetahuan seorang ibu hamil

akan sangat mempengaruhi pada keputusan dan perilakunya. Ibu hamil yang

memiliki pengetahuan yang baik tentang pemenuhan kebutuhan dasar kehamilan,

maka ia akan memiliki kesadaran dan memiliki sikap yang baik dalam menjalani

kehamilannya (Ersila, Zuhana, & Suparni, 2019).

Hal - hal tersebut akan membutuhkan kesiapan terhadap ibu yang

mengandung baik secara mental maupun fisik karena setiap bulan kebulan akan

berbeda - beda keluhan yang dirasanya. Perubahan kondisi fisik dan tentu saja

psikis ini membutuhkan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses

kehamilan yang terjadi. Pada dasarnya keluhan yang dirasa secara fisik seperti

mual (morning sicknes), merasa lelah, kram perut sedangkan secara psikis merasa

benci dengan kehamilannya hal tersebut terjadi pada trimester 1 (dari konsepsi

sampai 3 bulan). Pada saat ini, tubuh ibu yang hamil mulai belajar beradaptasi

terhadap berbagai perubahan. Trimester 2 (bulan ke-4 sampai 6 bulan). Trimester

ini merupakan periode yang jarang dikeluhkan oleh ibu hamil akan tetapi ada

vii
perubahan yang dirasa secara fisik yaitu rasa panas diperut sedangkan secara

psikisnya sudah terbiasa dengan kehamilanya, hubungan sosial menjadi

meningkat kepada orang lain yang baru menjadi ibu. Sedangkan di trimester 3

(bulan ke-7 sampai 9 bulan) ada perubahan secara psikisnya yaitu merasa takut

dan merasa sedih. Trimester ketiga merupakan periode sebelum proses persalinan

berlangsung. Secara solusi pada kehamilan ada aturan-aturan yang bisa diterapkan

oleh ibu hamil baik secara aturan medis, kepercayaan mitos dan kepercayaan

pandangan agama Islam. Masalah kehamilan terhadap ibu hamil adalah hal ilmiah

yang dirasakan, akan tetapi apabila tidak diperhatikan secara serius akan

berdampak buruk pada ibu dan janinnya (Ersila, Zuhana, & Suparni, 2019).

Emesis gravidarum merupakan gejala yang mual yang disertai muntah

yang terjadi pada awal kehamilan (Ulfika, 2019: 4). Gejala-gejala ini biasanya

terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih

10 minggu, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan

trimester kedua dan ketiga (Astuti, 2016: 1).

Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.

Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung,

dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai

“morning sickness” (Wulan dkk, 2020: 2). Frekuensi terjadinya morning sickness

tidak hanya di pagi hari melainkan bisa siang bahkan malam hari. Perubahan

hormon pada setiap perempuan hamil responnya akan berbeda, sehingga tidak

semua mengalami mual muntah (Haridawati, 2020: 2).

viii
Mual muntah yang terjadi pada kehamilan yang disebabkan karena terjadi

peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum dari plasenta (Haridawati, 2020: 2).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya emesis gravidarum yaitu psikologi,

lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi (Wima, 2018: 2) Berdasarkan penelitian

Ebrahimi tahun 2010, hanya 2% mual muntah yang berkembang menjadi

hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2016: 815). Mual muntah yang terjadi

secara terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi bahkan berat badan menurun

pada ibu hamil. Apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat maka akan

berakibat buruk bagi ibu hamil dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian

ibu hamil dan janin (Astuti, 2016: 1).

Emesis gravidarum pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai dampak,

salah satunya adalah penurunan nafsu makan yang mengakibatkan perubahan

keseimbangan elektrolit yakni kalium, kalsium, dan natrium sehingga

menyebabkann perubahan metabolisme tubuh. Dampak bagi janin adalah janin

akan kekurangan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, hal tersebut

dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah, proses tumbuh kembangnya

terganggu, dan lain-lain (Astuti, 2016: 3). Upaya penanganan mual muntah pada

kehamilan antara lain yaitu farmakologis, non farmakologis, dan komplementer

(Wardani, 2019: 132).

ix
Angka kejadian mual muntah di dunia yaitu 70%-80% dari jumlah ibu

hamil (Haridawati, 2020: 3). Menurut World Health Organization (WHO), jumlah

kejadian emesis gravidarum sedikitnya 15% dari semua wanita hamil. Di

Indonesia sekitar 10% wanita hamil dengan emesis gravidarum (Wima, 2018: 2).

1.2 TUJUAN

1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Asuhan

Kehamilan.

2. Mampu melakukan analisa pada Asuhan Kehamilan dengan Emesis

Gravidarum

3. Mampu melakukan perencanaan Asuhan Kehamilan denga Emesis

Gravidarum

4. Mampu melakukan implementasi pada Asuhan Kehamilan dengan Emesis

Gravidarum

5. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada asuhan Kehamilan dengan

Emesis Gravidarum

6. Untuk mengetahui Pengaruh Jahe Terhadap terhadap mual dan muntah pada

kehamilan

1.3 MANFAAT

1. Bagi PMB

Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan asuhan kebidanan pada

pasien yang mengalami mual dan muntah pada kehamilan, serta

x
perubahanperubahan fisik maupun psikologi sehingga pasien mendapatkan

pelayanan dengan asuhan yang tepat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi kepustakaan untuk Jurusan Fakultas Ilmu

Kesehatan Program Profesi Bidan mengenai Intervensi Non-Farmakologi

untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan.

xi
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Kajian Asuhan Kehamilan

a. Definisi Kehamilan

Definisi dari masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Fatimah & Nuryaningsih,

2017). Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Masa kehamilan dimulai dari bertemunya

sel telur dan sperma di dalam atau di luar Rahim dan berakhir sampai

lahirnya janin, lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan).

Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40

minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi,

2017).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

xii
Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi (Walyani, 2015).

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat

disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan

sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi

dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).

Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung

yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah

waktu transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak

yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah

anak itu lahir (Ratnawati, 2020)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan

ovum (fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya

bayi yang lamanya berkisar 40 minggu.

b. Kehamilan Trimester I

1. Perubahan fisiologi dan Adaptasi pada Kehamilan TM I

a. Fertilisasi

xiii
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel

mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap

kehamilan adalah harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum

(konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti

ovum segera berubah menjadi pronukleus betina, sementara

spermatozoon setelah melepaskan ekornya berubah menjadi

pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-

tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, awal sebuah kehidupan

baru makhluk hidup. Penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba dinamakan

fertilisasi. Fertilisasi mempunyai dua fungsi utama yaitu :

1. Fungsi reproduksi,

Yang memungkinkan pemindahan unsur – unsur genetik dari

orang tua kepada keturunan. Jika pada gametogenesis terjadi

reduksi (2n menjadi n) unsur genetik, maka fertilisasi terjadi

penggabungan unsur genetik (pemulihan kembali dari n menjadi

2 n, masing-masing orang tua menyumbang n). Tanpa fertilisasi

(kecuali pada kasus-kasus tertentu) kesinambungan keturunan

suatu spesies tidak akan terjadi.

2. Fungsi perkembangan

Ketika fertilisasi memicu oosit sekunder untuk melanjutkan dan

menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya dan membentuk

xiv
pronukleus wanita. Pronukleus wanita ini yang akan melebur

(syngami) dengan pronukleus pria (berasal dari nukleus

spermatozoa) untuk membentuk zigot. Jika fertilisasi tidak

terjadi maka oosit sekunder akan tertahan pada tahap metafase

meiosis II dan kemudian berdegenerasi.

Fertilisasi memerlukan oosit sekunder (ovum) yang telah masak dan

siap dibuahi. Sebelumnya ovum ini dikeluarkan dari ovarium pada

proses yang dinamakan ovulasi pada sekitar hari ke-14 dari daur

menstruasi. Fimbriae pada ujung tuba fallopi meliputi ovarium,

sehingga ovum yang diovulasi mudah ditampung di infundibulum.

Ovum kemudian didorong oleh tuba fallopi (tuba uterina, disebut juga

oviduk) ke arah lumen uterus oleh aktivitas silia pada lumen tuba

fallopi, gerak peristaltik tuba fallopi, cairan yang dikeluarkan oleh sel-

sel dan beberapa sebab lain. Jika pada waktu ini terjadi hubungan

kelamin (sexual intercourse), spermatozoa yang dilepas di liang vagina

berenang ke dalam uterus dan melanjutkan perjalanan ke dalam tuba

fallopi.

Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel

sperma laki-laki. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot,

kemudian berkembang (dengan cara pembelahan sel secara

besarbesaran) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri berlangsung

setelah terjadinya hubungan seksual antar-lawan jenis, meskipun tidak

xv
semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan. Pembuahan

hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada masa

itu, seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang dan

siap dibuahi.

Dalam keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan

sperma saat melakukan persetubuhan. Menurut perhitungan dalam satu

ejakulasi terdapat 200 sampai 300 juta spermatozoa yang disemprotkan

ke dalam liang vagina, akan tetapi hanya sekitar 300 sampai 500

spermatozoa yang berhasil mencapai ampula dan hanya satu yang akan

berhasil membenamkan diri ke dalam dinding sel telur yang sudah

masak dan menyatukan dua inti sel. Sebagian besar sperma yang

berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke tuba fallopi

dihancurkan oleh mukus (lendir) di dalam uterus dan tuba. Sel yang

telah dibuahi akan membelah diri. Mula-mula menjadi 2 lalu 4,8,16

dan seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang

terus tumbuh itu telah sampai di dalam rongga rahim dan melekatkan

diri di dinding rahim.

Untuk mendukung aktivitas sperma, ovum mengeluarkan senyawa

fertilizin yang tersusun dari glikoprotein yang berfungsi untuk :

1. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

2. Menarik sperma secara kemotaksis positif.

3. Mengumpulkan sperma di sekeliling ovum.

xvi
Di sisi lain, akrosom di bagian kepala sperma menghasilkan enzim-

enzim yang membantu sperma dalam menembus ovum, yaitu (1)

hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada sel-sel

korona radiata, (2) akrosin, enzim protease yang dapat menghancurkan

glikoprotein pada zona pelusida, dan (3) anti-fertilizin, antigen

terhadap ovum (oosit sekunder) sehingga sperma dapat melekat pada

ovum.

Bila berlangsung normal, proses kehamilan akan berjalan terus sampai

janin siap untuk dilahirkan ke dunia. Tahap – tahap kehamilan dapat

dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimesterpertama, kedua dan

ketiga. Trimester pertama adalah trimesteryang sangat menentukan

karena pada saat inilah pembentukan organ vital telah dimulai,

termasuk pembentukan dan perkembangan otak. Akan tetapi, tentu saja

trimester lain pun punya peranan penting dan harus dijaga dengan

baik.

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (senggama/koitus), ejakulasi

sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan

melepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran

reproduksi wanita. Jika senggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi

(disebut “masa subur” wanita), maka ada kemungkinan sel sperma

dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur yang

xvii
baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan/penyatuan sel sperma

dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi.

Dalam keadaan normal ini, pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi,

yang umumnya di daerah ampula/infundibulum Perkembangan

teknologi kini memungkinkan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak

bisa mempunyai anak) dengan cara mengambil oosit wanita dan

dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk

embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk

pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai pembuahan in

vitro (in vitro fertilization-IVF) dalam istilah awam disebut bayi

tabung. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim,

masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh

peranan kontraksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat

senggama. Kemudian spermatozoa mengalami peristiwa sebagai

berikut :

1. Reaksi kapasitasi : selama beberapa jam, protein plasma dan

glikoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan.

2. Reaksi akrosom : setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang

telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat-zat dari

korona radiata ovum sehingga isi akrosom dari daerah kepala

sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona

radiata.

xviii
Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi hal-hal berikut ini :

1. Reaksi zona/reaksi kortikal pada selaput zona pellucida.

2. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya,

menghasilkan oosit definitif yang kemudian menjadi

pronukleus wanita.

3. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria.

4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.

5. Pronukleus pria dan wanita, masing-masing haploid, bersatu

dan membentuk zigot yang memiliki DNA genap/diploid.

Hasil utama pembuahan adalah sebagai berikut :

1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan

dua paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal

individu baru dengan jumlah kromosom diploid.

2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari

kromosom X atau Y yang dikandung oleh sperma yang

membuahi ovum tersebut.

3. Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan

perkembangan embrio (embriogenesis).

Tahap Fertilisasi

Fertilisasi terjadi melalui 4 tahap yaitu :

xix
1. Penetrasi korona radiata, oleh sperma dengan bantuan enzim

hialuronidase yang melarutkan senyawa hialuronid pada korona

radiata.

2. Penetrasi zona pelusida, oleh sperma dengan bantuan enzim

akrosin untuk menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini

memicu sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder

untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan

selsel di zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk

suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh sperma

lain. Proses ini mencegah ovum dibuahi oleh lebih dari satu

sperma (polispermia).

3. Setelah menembus zona pelusida, spermatozoa masuk ke ruang

perivitelin (ruang antara zona pelusida dengan membrane

vitelin/membran plasma), kemudian menempel dan terjadi fusi

(peleburan) membran spermatozoa dengan membran plasma

oosit. Peleburan ini memungkinkan nukleus spermatozoa

masuk sitoplasma, kemudian berkondensasi dan membesar

sehingga menjadi pronukleus pria (n). Sedangkan ekor

spermatozoa kemudian terlepas dan berdegenerasi. Akibat

masuknya nukleus spermatozoa ini juga mengaktivasi oosit

sekunder menyelesaikan pembelahan meiosis kedua-nya

xx
menjadi ootid dan polosit sekunder (badan polar II) sedangkan

nukleusnya berkondensasi menjadi pronukleus wanita (n).

4. Kedua pronukleus bergerak ke tengah, lalu terjadi fusi

(peleburan) pronukleus wanita dan pronukleus pria (disebut

syngami). Peleburan ini mengembalikan jumlah kromosom dari

haploid menjadi diploid dan sel baru hasil peleburan ini disebut

zigot (2n). ( Winkjosastro, H. 2013 )

b. Adaptasi Fisiologi dan Anatomi Maternal

Perubahan pada Organ-organ system reproduksi yaitu :

1. Saluran Pencernaan

Fungsi saluran pencernaan selama hamil menunjukkan

gambaran yang sangat menarik. Pada bulan-bulan pertama

kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea) akibat kadar

hormon estrogen yang meningkat dan peningkatan HCG dalam

darah. Tonus otot-otot traktus digestius menurun, sehingga

motilitas seluruh traktus ini juga berkurang, yang merupakan

akibat dari jumlah progesteron yang besar dan menurunnya

kadar motalin, suatu peptida hormonal yang diketahui memiliki

efek perangsangan otot-otot polos. Makanan lebih lama berada

dalam lambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada

pada usus-usus. Hal ini baik reabsorbsi, akan tetapi

menimbulkan juga obstipasi, yang memang merupakan salah

xxi
satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada

bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis).

Biasnya terjadi pada pagi hari yang dikenal dengan morning

sickness. Emesis, bila terlampau sering dan terlalu banyak

dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum, keadaan ini

patologik (Rasida, 2020).

2. Rahim (Uterus)

Uterus akan mengeras pada bulan-bulan pertama di bawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.

Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar (sebesar telur

bebek), kemudian pada kehamilan 12 minggu akan menjadi

sebesar telur angsa (Rasida, 2020).

3. Payudara

Jaringan glandular dari payudara membesar dan putting

menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam

bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang

persalinan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan suplai

darah di bawah pengaruh aktivitas hormon. Estrogen

menyebabkan penyimpanan lemak. Progesteron menyebabkan

tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan mampu

bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikosteroid juga

mempunyai peranan penting dalam perkembangan ini.

xxii
Proklatin merangsang produksi merangsang produksi

kolostrum dan air susu ibu (Rasida, 2020).

4. Serviks

Serviks menjadi lebih lunak dan warnanya lebih biru karena

terjadi peningkatan vaskularisasi ke serviks selama kehamilan

(Rasida, 2020).

5. Vagina dan Vulva

Pada permulaan kehamilan, vagina dan vulva memiliki warna

merah yang hampir biru (normalnya, warna bagian ini pada

wanita yang tidak hamil adalah merah muda). Warna kebiruan

ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja

hormon progesteron (Rasida, 2020)

6. System Endokrin

Selama minggu-minggu pertama kehamilan, korpus luteum

dalam ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron. Fungsi

utamanya pada stadium ini untuk mempertahankan

pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta

pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast menghasilkan

hormone korionik gonadotropin yang akan mempertahankan

korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh dan

xxiii
mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus

luteum (Rasida, 2020).

7. Traktus Urinarius

Ginjal seorang wanita hamil bertambah besar. Kecepatan

filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal bertambah pada

awal kehamilan. Dengan pembesaran yang terjadi pada bulan-

bulan pertama kehamilan, uterus akan menyita tempat dalam

panggul. Akibat perubahan ini, pada bulan-bulan pertama

kehamilan, kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai

membesar sehingga timbul rasa sering kencing. Keadaan ini

hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus

keluar dari rongga panggul (Rasida, 2020).

8. Saluran Pernafasan

Ruang abdomen yang membesar karena meningkatnya ruang

Rahim dan pembentukan hormone progesterone menyebabkan

paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita

hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan

lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya . lingkar

dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernapasan

menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh

xxiv
penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan

mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan

dan kualitas suara wanita hamil juga agak berubah (Rasida,

2020).

9. System Kardiovaskular

Hal yang paling khas adalah denyut nadi istirahat meningkat

sekitar 10 sampai 15 denyut per menit pada kehamilan.

Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta. Uterus yang membesar dengan pembuluh

darah yang membesar pula, mammae, dan alat-alat lainnya

yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Suplai

darah ke dalam Rahim harus meningkat seiring dengan

perkembangan Rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang

mulai berfungsi. Hormon estrogen menyebabkan

perkembangan pembuluh- pembuluh darah baru. Pada awalnya

pembuluh-pembuluh darah baru ini membentuk jaringan

berliku-liku melalui dinding Rahim (Rasida, 2020).

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester I

Menurut Rahayu ( 2017 ; 28 ) Keluhan pada waktu hamil Trimester I :

a. Mual muntah

xxv
Disebabkan oleh respon terhadap hormon dan merupakan pengaruh

fisiologis. Untuk penatalaksanaan khusus bisa dengan diet.

b. Sakit Kepala

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala yang hebat, yang menetap, dan tidak hilang dengan istirahat.

Kadang disertai penglihatan yang kabur dan terbayangbayang yang

merupakan gejala preeklamsi.

C. Sekret Berlebihan

Merupakan hal fisiologis ( karena pengaruh estrogen ).

d. Nocturia ( sering BAK )

Disebabkan oleh tekanan uterus pada kandung kemih atau kepala turun

ke rongga panggul.

e. Pegal – pegal

Disebabkan oleh progesteron dan relaksasin (yang melunakkan

jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah serta peningkatan berat

badan yang dibawa Rahim

f. Kaki Bengkak

Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang menyebabkan retensi

cairan dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvic ketika

duduk/pada kava inferior ketika berbaring.

g. Nyeri perut bagian bawah

xxvi
Disebabkan oleh progesteron dan relaksasin (yang melunakkan

jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah serta peningkatan berat

badan yang dibawa rahim.

h. Konstipasi

Disebabkan karena peningkatan kadar progesterone menyebabkan

peristaltic usus menjadi lambat dan penurunan motilitas sebagai akibat

dari relaksasi otot-otot polos usus besar penyerapan air dari kolon

meningkat.

3. Patologi Kehamilan Pada Trimester I menurut Irianti, dkk (2014)

yaitu:

a. Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu keadaan mual muntah

pada kehamilan yang menetap dengan frekuensi muntah lebih dari 5

kali sehari. Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala HEG

sehingga dapat melakukan upaya deteksi dini.jika ibu datang dengan

keadaan dehidrasi disertai penurunan tingkat kesadaran melakukan

penatalaksanaan awal sebagai upaya penstabilan keadaan ibu sebelum

dilakukan penatalaksanaan lanjut. Terapi yang diberikan yaitu vitamin

B1 100 mg dicampur dengan 100 ml cairan fisiologis diberikan dalam

waktu 30-60 menit perminggu, pemberian antiemetic, vitamin B6, dan

terapi seroid yang diberikan dokter dirumah sakit. Kewenangan bidan

dalam penatalaksanaan HEG adalah melakukan penatalaksanaan pada

HEG ringan dan deteksi dini untuk dilakukan pengalihan asuhan.

xxvii
b. Abortus, yaitu berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat

500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 – 22 minggu.

Penatalaksanaan : deteksi dini komplikasi sebagai penegak diagnosis

dan penatalaksanaan lanjut. Macammacam abortus,yaitu:

1. Abortus Iminens

Biasanya diawali dengan keluhan perdarahan perevaginam pada umur

kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit

atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.

2. Abortus insipiens

Penderita akan merasa mulas karena adanya kontraksi yang sering dan

kuat,perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus

dan umur kehamilan.

3. Abortus kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

4. Abortus inkompletus

Semua hasil konsepsi keluar dari kavum uteri dan masih ada yang

tertinggal.

5. Missed abortion

xxviii
Biasanya penderita tidak merasakan keluhan apapun kecuali

merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.

6. Abortus habitualis

abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih secara berturut-turut.

c. Kehamilan Ektopik

yaitu kehamilan diluar rongga rahim, dimana telur telah dibuahi

berimplantasi dan tumbuh dilokasi lain selain lapisan dalam rahim.

Penatalaksanaan : kewenangan bidan dalam kasus kehamilan ektopik

yaitu dengan memperhatikan faktor risiko yang dimiliki ibu saat

pemeriksaan kehamilan sehingga mampu melakukan deteksi dini.

Diagnose pasti yaitu USG oleh dokter dan pemeriksaan laboratorium. Jika

terdapat tanda – tanda syok lakukan pencegahan syok dengan

memberikan larutan isotonis parenteral sebelum ibu dilakukan perawatan

lebih lanjut.

d. Molahidatidosa

Yaitu kelainan tropoblas pada kehamilan, dimana sel-sel viili korialis

berkembang membentuk gelembung-gelembung putih seperti anggur,

berisi cairan yang akan menyebabkan kegagalan dalam pembentukan

janin,sel-sel tersebut akan berkembang menjadi sel-sel hidropik.

Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala sebagai penegakan

diagnosis pada molahidatidosa ditentukan dari hasil anamnesis dan

pemeriksaan.

xxix
c. Kehamilan Trimester II

1. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi pada kehamilan Trimester I menurut

(Hutahaean,2013;h.107)

Proses kehamilan merupakan perubahan pada seluruh tubuh ibu,

khususnya alat genetalia ekterna dan interna serta payudara (mamae).

Dalam hal ini hormone somatomammotropin, estrogen, dan progesterone

mempunyai peran penting. Perubahan yan terdapat pada ibu hamil secara

terinci akan dijelaskan sebagi berikut:

a. Uterus

Uterus akan terus membesar seiring dengan bertambahnya janin dalam

rahim. Selama pembesaran ini, uterus berkontraksi kekanan.Hal ini

disebabkan adanya kolon rektosigmoid di sebelah kiri.Setelah bulan

keempat kehamilan, kontraksi uterus dapat dirasakan melalui dinding

abdomen yang disebut dengan Braxton hicks. (Hutahaean,2013;h.107)

b. Serviks uteri

Pada kehamilan trimester dua ini, serviks akan mengeluarkan sekresi

lebih banyak. Terjadi hipervaskularisasi akibat peningkatan hormone

estrogen dan progesterone. Serviks juga masih mengalami perlunakan dan

pematangan secara bertahap (Hutahaean,2013;h.108).

c. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami peningkatan vaskularisasi yang disebabkan

oleh peningkatan hormone estrogen dan progesteron. Hal ini

xxx
menyebabkan sensivitas meningkat sehingga dapat membangkitkan

keingingan hasrat seksual. Peningkatan relaksasi dinding pembuluh darah

dan semakin besarnya uterus dapat menimbulkan edema dan varises pada

vulva (Hutahaean,2013;h.108).

d. Ovarium

Bekas pelepasan ovum dalam ovarium disebut korpus liteum. Pada

kehamilan trimester kedua ini korpus luteum mulai menghasilkan

hormone ekstrogen dan progesterone, namun korpus luteum tergantikan

fungsinya setelah plasma terbentuk.Plasenta menjadi sumber dari kedua

hormone tersebut. Plasenta membentuk steroid, human chorionic

gonadotropin (HCG), humanm plasenta lagtogen (HPL), atau human

chorionic somatomammothropin (HCS), dan human chorionic thyrotropin

(HCT). Jadi pada masa ini plasenta mulai menggantikan fungsi korpus

liteum (Hutahaean,2013;h.108).

e. Mammae

Pada kehamilan trimester dua terjadi perubahan-perubahan pada

mammae, yaitu adnya rasa kesemutan dan nyeri tekan. Payudara

membesar secara bertahap karena peningkatan pertumbuhan jaringan

alveolar dan suplai darah ke payudara, putting susu lebih menonjol dan

mengeras, aerola tubuh gelap akibat hiperpigmentasi aerola. Selain

xxxi
payudara yang membesar sebagian ibu hamil, setelah memasuki usia

kehamilan 12 minggu putting susunya mulai mengeluarkan cairan

berwarna putih agak kejernihan yang di sebut colostrums

(Hutahaean,2013;h.108).

f. Kulit

Pada trimester kedua ini sudah mulai terdapat striae gravidarum yang

tampak pada kulit abdomen, yaitu tanda renggang yang terbentuk akibat

serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus.

Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal pada perut ibu

(Hutahaean,2013;h.108).

g. System kardiovaskuler

Peningkatan volume darah terjadi sekitar 30-50% karena adanya retensi

garam dan air yang di sebabkan sekresi aldosteron dari adrenal oleh

estrogen.Peningkatan volume dan curah jantung juga menimbulkan

perubahan hasil auskultrasi. Bunyi splitting S1 dan S2 lebih jelas

terdengar.Irama S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke-20 gestasi.

Pada usia kehamilan antara minggu ke-24 dan 20 terjadi peningkatan

denyut jantung 10 sampai 15 kali per menit kemudian menetap sampai

aterm (Hutahaean,2013;h.108).

h. System respirasi

xxxii
Ibu hamil sering mengalami sesak nafas karena penurunan tekanan

karbon dioksida ketika memasuki usia kehamilan trimester ini. Kejadian

tersebut dipengaruhi peningkatan hormone progesterone

(Hutahaean,2013;h.109).

g. Sisitem pencernaan

Ibu hamil akan mengalami banyak keluahan yang dikarenakan perubahan

anatomi dan fisologi system pencernaan di antaranya adalah sebagi

berikut :

1. Konstipasi yang di sebabkan oleh hormone estrogen yang semakin

meningkat.

2. Perut kembung yang di sebabkan adanya teknan uterus yang membesar

dalam rongga perut, sehingga mendesak organ-organ pencernaan kea

rah atas dan lateral.

3. Hemoroid yang di sebabkan oleh konstipasi dan naiknya tekanan vena-

vena di bawah uterus.

4. Panas perut (heart burn) yang terjadi akibat aliran balik asam gastric ke

dalam esophagus bagian bawah (Hutahaean,2013;h.109).

h. System perkemihan

Vakularirasi meningkat membuat mucosa kandung kemih menjadi mudah

luka dan berdarah.Pembesaran kandung kemih menimbulkan rasa ingin

xxxiii
berkemih walaupun kemih hanya berisi sedikit urine.

(Hutahaean,2013;h.109)

i. System musculoskeletal

Mobilisasi sendi berkurang terutama pada daerah siku dan pergelangan

tangan, terjadi penambahan berat badan sehingga bahu lebih tertarik

kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang belakang

lebih lentur sehingga ibu hamil terlihat seperti penderita lordosis. Sering

juga ibu hamil mengeluh mengalami kram pada kaki yang terjadi akibat

tekanna dari rahim pada pembuluh darah terutama menuju kaki membuat

darah mengalir kembali kearah kaki, menyebabkan terjadinya kram

(Hutahaean,2013;h.109).

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester II

Kehamilan trimester II menurut Irianti, dkk (2014) adalah keadaan dimana

usia gestasi janin mencapai usia 13 minggu hingga akhir minggu ke-27.

a. Pusing

merupakan timbulnya perasaan melayang karena peningkatan volume

plasma darah yang mengalami peningkatan hingga 50%.

Kebutuhan fisiologi : hindari berdiri secara tiba-tiba, hindari berdiri

terlalu lama, jangan lewatkan waktu makan, dan berbaring dalam keadaan

miring serta waspadai keadaan anemia.

b. Sering berkemih

xxxiv
seiring bertambahnya usai kehamilan, massa uterus akan bertambah dan

ukuran uterus mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar kearah

luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Asuhan yang dapat

dilakukan bidan terkait seringnya berkemih dijelaskan lebih lanjut pada

keluhan sering berkemih ditrimester III.

c. Nyeri perut bawah

disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari

rongga panggul menuju rongga abdomen. Kebutuhan fisiologis :

menghindari berdiri secara tibatiba dari posisi jongkok, mengajarkan

posisi tubuh yang baik sehingga memperingan gejala nyeri yang mungkin

timbul.

d. Nyeri punggung

keluhan ini di mulai pada usia kehamilan 12 minggu dan akan meningkat

pada saat usia kehamilan 24 minggu hingga menjelang persalinan.

Kebutuhan fisiologis : menjaga posisi tubuhnya, senam hamil,dan

menambah waktu istirahat.

e. Secret vagina yang berlebih / leucorrhea

Kebutuhan fisiologis : menjaga kebersihan dirinya dengan mengganti

celana dalam sesering mungkin.

xxxv
3. Patologi yang terjadi pada kehamilan trimester II menurut Irianti et al

(2014:100) adalah:

a. Nyeri perut

Nyeri perut yang terjadi pada TM II yangperlu diwaspadai adalah nyeri

pada perut kuadran bawah,karena ada beberapa diagnosis yang menjadi

indikasi yaitu kehamilan ektopik, appendiksitis akut (infeksi pada saluran

pencernaan yaitu bagian apendik usus besar).

b. Keputihan

Keputihn pada masa kehamilan adalah normal, namun apabila keputihan

tersebut menimbulkan rasa panas, gatal, berbau, maka perlu diwaspadai.

c. Ukuran Uterus

Seiring bertambahnya usia kehamilan, uterus akan semakin besar secara

simetris bersamaan dengan pertumbuhan janin dan plasenta serta

pertambahan cairan amnion. Penambahan ukuran uterus yang tidak

simetris dengan usia kehamilannya dapat mengindikasi terjadinya

molohidatidosa, pertumbuhan janin terhambat, makrosomnia, kehamilan

ganda, atau kelainan cairan ketuban.

d. Hipertensi

Suatu keadaan tekanan darah yang mengalami peningkatan dari normal,

yaitu diastole>90 mmhg dan sistol >140 mmhg.

d. Kehamilan Trimester III

xxxvi
1. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan Trimester III

Ibu hamil dalam masa kehamilannya akan ada perubahan pada seluruh

tubuhnya, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna serta pada

payudara (mammae). perubahan yang terdapat pada ibu hamil trimester

III antara lain, yaitu:

a. Uterus

Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30x25x20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini memungkinkan bagi

adekuatnya akomodasi pertumbuhan perkembangan janin. Pada usia

kehamilan (UK) 40 minggu, fundus uteri akan turun kembali dan

terletak 3 jari di bawah procesus xifoideus (px). Hal ini disebabkan

oleh kepala janin yang turun dan masuk ke dalam rongga panggul. Ibu

hamil primigravida penurunan bagian terendah janin dimulai dari UK

± 36 minggu. Sedangkan untuk multigravida, penurunan bagian

terendah janin terjadi pada saat proses persalinan. Pengukuran McD

dilakukan untuk mengetahui taksiran berat badan janin (Bobak, Irene,

Deitra, Lowdermilk, Margaret, Jensen, dkk, 2014).

Pemeriksaan palpasi abdomen (Leopold) dilakukan pada wanita hamil

mulai dari UK 36 minggu untuk kehamilan normal, dan UK 28 minggu

apabila pada pemeriksaan McD ditemukan TFU lebih tinggi dari

seharusnya. Tujuan pemeriksaan palpasi adalah untuk mengetahui UK

dan presentasi janin.

xxxvii
b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak kebiruan.

Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya

edema pada selutuh serviks, bersama terjadinya hipertropi dan

hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks (Saifuddin, 2010)

c. Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena- vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting

payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak (Saifuddin, 2010).

d. Sistem Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis

menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen

dalam masa kehamilan. Kloasma adalah bercak hiperpigmentasi

kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya

pada wanita hamil berkulit hitam. Kloasma yang timbul pada wanita

hamil biasanya hilang setelah melahirkan. Linea nigra adalah garis

pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus garis

tengah tubuh. Garis ini dikenal sebagai linea alba sebelum

hiperpigmentasi di induksi hormon timbul. Linea nigra timbul pada

semua wanita hamil dan hal ini merupakan sesuatu yang fisiologis

(Bobak, Irene, Deitra, Lowdermilk, Margaret, Jensen, dkk, 2005).

xxxviii
e. Sistem respirasi

Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan

oksigen. Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa

kehamilan. Semakin tuanya masa kehamilan dan seiring dengan

pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada

menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat

inspirasi menjadi sulit (Bobak, Irene, Deitra, Lowdermilk, Margaret,

Jensen, dkk, 2005).

f. Sistem Perkemihan

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke Pintu Atas Panggul

(PAP), kandung kemih tertekan sehingga menyeybabkan sering

kencing (Saifuddin, 2011).

g. Kenaikan Berat Badan

Pada masa kehamilan, kenaikan berat badan yang dialami ibu hamil

disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam

uterus. Penambahan berat badan yang direkomendasikan oleh Institut

Of Medicine (IOM) adalah 11,5 – 16 kg atau masa indeks tubuh sekitar

19,8-26 dan kenaikan berat badan tida lebih dari 0,5 kg perminggu

untuk trimester III (Saifuddin, 2010)

2. Keluhan Kehamilan Pada Trimester III

Keluhan yang lazim terjadi pada kehamilan trimester III dan cara

mengatasinya (Pantikawati, 2010) :

xxxix
a. Sesak Napas

Cara mengatasinya yaitu dengan mengambil sikap tubuh yang

benar, makan jangan terlalu kenyang dengan porsi kecil tetapi .

b. Kram Pada Kaki

Cara mengatasinya dengan beristirahat yang cukup, selama kram kaki

difleksikan.

c. Oedema

Cara mengatasinya dengan minum yang cukup, istirahat dan pada saat

tidur kaki ditinggikan atau di ganjal dengan bantal.

d. Varises,

Cara mengatasinya dengan istirahat dan kaki ditinggikan serta jangan

terlalu lama berdiri.

e. Sering Kencing

Sering kencing, cara mengatasinya yakni dengan batasi minum sebelum

tidur, jika kencing terasa sakit disertai nyeri segera datang ke pelayanan

kesehatan (Pantikawati, 2010). Ibu hamil yang mengalami keluhan sering

kencing pada akhir masa kehamilan dikarenakan adanya penekanan

bagian terendah janin pada kandung kemih saat akan mencari jalan lahir

(Varney, H., Jan M. Kriebs, dan Carolyn L.Gegor, 2007).

f. Haemoroid

xl
Cara mengatasinya dengan banyak mengonsumsi makanan yang berserat

seperti sayur dan buah agar feses tidak keras. Duduk jangan terlalu lama,

posisi tidur miring, obat suppositoria atas indikasi dokter.

3. Patologi Pada Kehamilan Trimester III

Menurut Romauli (2011:202) tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu

hamil trimester III, yaitu:

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi

dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan

antepartum.

b.Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada

korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga,

walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila plasenta yang

terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila hanya sebagian

disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya sebagian kecil pinggir

plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis.

c. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya pembukaanjalan

xli
lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada bagian atas uterus.

d. Keluar Cairan Pervaginam

Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan

kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa

mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan

persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu

diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan diagnosis

KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan

ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk

melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi Ph basa.

e. Gerakan Janin Tidak Terasa

Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22

minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap kemungkinan gawat

janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.Gerakan janin berkurang atau

bahkan hilang dapat terjadi pada solusio plasenta dan ruptur uteri.

f. Nyeri Perut yang hebat

Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri, solusio

plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri disertai shock,

perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang

abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.

g. Keluar air ketuban sebelum waktunya

xlii
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,

ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm

sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

2. Asuhan Kebidanan Tekini Pada Kehamilan

a. Pemeriksaan Kehamilan

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Kunjungan

ibu hamil ke pelayanan kesehatan dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester 1,

1 kali pada trimester II dan minimal 3 kali pada trimester III (Kemenkes,

2020).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care selama

kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan

memantau keadaan janin. Setiap wanita hamil ingin memeriksakan

kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang

mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui,

dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap

kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care

(Kemenkes RI,2020). Tujuan dari Antenatal Care adalah ibu hamil

mendapatkan asuhan selama kehamilan meliputi pemeriksaan

xliii
kehamilan,edukasi dan deteksi risiko tinggi sehingga apabila ada temuan

bisa segera dilakukan upaya preventif dan kuratif guna mencegah

morbiditas dan mortalitas (Lestari, 2020)

Tujuan pelayanan Antenatal Care menurut Kementrian Kesehatan (2020)

adalah :

1. Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin di dalamnya.

2.Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi selama

kehamilan sejak usia dini,termasuk riwayat penyakit dan pembedahan.

3. Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.

4. Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan dengan

selamat dan meminimalkan trauma yang mungkin terjadi selama

persalinan.

5. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak

agar mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

7. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik dan dapat

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

b. Diagnosis Kehamilan

1. Tanda – tanda tidak pasti :

a. Amenorea (terlambat datang bulan)

xliv
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de

graaf dan ovulasi.

b. Mual dan muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Biasanya terjadi pada bulan – bulan awal

kehamilan dan akan berakhir pada akhir triwulan pertama. Hal ini biasanya

terjadi pada pagi hari atau sering disebut dengan morning sickness of

pregnancy, namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan disebut dengan hiperemesis gravidarum.

c. Mengidam

Mengidam biasanya terjadi bulan – bulan pertama dan akan hilang sesuai

bertambah tuanya usia kehamilan.

d. Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan adanya

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.

e. Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan usia 12 minggu ke atas. Ada beberapa bagian

dimana pigmentasi terlihat jelas, yaitu : sekitar pipi ; cloasma gravidarum,

diding perut ; striae livide, striae nigra, linea alba menjadi hitam, sekitar

payudara ; hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol,

kelenjar montgomery makin mononjol.

xlv
f. Anoreksia atau tidak ada selera makan

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan tetapi setelah itu

nafsu makan kembali.

g. Epulis (hipertropi dari pupil gusi)

Biasanya terjadi pada trimester I karena adanya hipertrofi papilla ginggivae /

hipertrofi gusi.

h. Varices

Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga terjadi

penampakan pembuluh darah vena.

i. Payudara tegang

Keadaan ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang

merangsang duktuli aerola dan alveoli pada mamma glandula montgomeri.

Ujung saraf tertekan sehingga menyebabkan rasa sakit, terutama pada hamil

pertama.

j. Sering kencing

Pada awal kehamilan karena ada desaka rahim ke depan, kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester II sudah mulai

menghilang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada

trimester III gejala ini muncul kembali karena janin mulai masuk ke ruang

panggul dan menekan kembali kandung kencing.

k. Obstipasi

xlvi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus dan menyebabkan

kesulitan untuk buang air besar.

2. Tanda Tidak Mungkin Hamil

a. Pemeriksaan Uterus, Pada pemeriksaan dijumpai :

1. Tanda hegar

Ismus uteri mengadakan hipertropi sehingga lebih lunak dan lebih panjang

2. Tanda braxton hicks

kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada waktu

pemeriksaan

3. Tanda piscasek

Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol jelas kejurusan

tersebut.

4. Tanda goodell

Pelunakkan serviks dikarenakan pembuluh darah dalam serviks bertambah

dan karena timbulnya edema dari serviks dan hiperplasia kelenjar –

kelenjar serviks.

5. Tanda chadwicks

Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna ungu kebiruan pada

mukosa vagina, vulva, dan serviks akibat meningkatnya hormon estrogen.

6. Teraba ballottement

Adalah gerakan janin yang belum engaged, teraba pada minggu ke 10 – 18.

xlvii
3. Tanda Pasti Kehamilan

1. Teraba bagian – bagian janin dan dapat dikenal bagian – bagian janin

2. Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung bayi

3. Dapat dirasakan gerakan janin

4. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin

5. Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin, dan dapat

diperkirakan usia kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin. (Arsinah

dkk, 2010)

4. Diagnosis Banding Kehamilan

1. Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan

hamil tetapi dengan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukan

kehamilan.

2. Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak

disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahan banyak

saat menstruasi.

3. Kista ovarium. Pembesara perut tetapi tidak disertai tanda hamil dan

menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut melampaui usia

kehamilan. Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.

4. Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia

kehamilan. Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi penumpukan darah dalam

xlviii
rahim. Tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang

positif karena himen in perforata.

5. Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi maka

pembesaran perut akan menghilang. (Manuaba, 2012)

c. Pemantauan Pertumbuhan dan Kesejahteraan Janin

Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting dilakukan pada

masa kehamilan, hal ini berguna untuk bisa melihat perkembangan janin dari

waktu ke waktu. Beberapa teknologi sudah digunakan di Indonesia. Pada

makalah ini dituliskan teknologi-teknologi yang digunakan di Indonesia.

Teknologipemantauan janin dibagi menjadi dua invasive dan non invasive.

Untuk teknologi invasive terdiri dari internal electronic fetal monitoring dan

internal electronic contraction monitoring. Sedangkan untuk teknologi non

invasive ada beberapa teknologi yaitu ada yang menggunakan kardiotokografi,

auskultasi, ultrasonografi, dan fetal Elektrocardiografi. Masing-masing teknologi

mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing sehingga untuk

pemilihan penggunaan teknologi yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan

tujuan pemanfaatan pemantauan kesejahteraan janin. ( Irmalia Suryani Faradisa

dkk, 2017)

Dalam rangka untuk meningkatkan akses dan jangkauan layanan kesehatan ibu

dan neonatal yang berkualitas maka digunakan beberapa teknologi untuk

pemantauan kesejahteraan janin. Teknologi pemantauan kesejahteraan janin

xlix
dibagi menjadi dua metode invasive dan non invasive dijelaskan seperti dibawah

ini:

1. Internal Electronic Fetal Monitoring

Pemeriksaan denyut jantung janin ini dilakukan langsung dari kulit kepala

janin. Merupakan tindakan invasive dengan cara memecahkan kulit

ketuban. Hasilnya berupa grafik gambar EKG (elektrokardiografi) berupa

gelombang P, QRS, dan T. Dari grafik ini dapat dilhat kondisi denyut

jantung janin normal atau abnormal.

2. Internal Electronic Contraction Monitoring

Merupakan tindakan invasive dengan cara memecahkan kulit

ketuban.Pemeriksaan tekanan intra uterin langsung didalam ketuban.

Teknologi ini digunakan apabila dokter tidak mendapatkan bacaan yang

baik dari pemeriksaan eksternal electronic monitoring biasa dikenal

dengan Non Stress Test. Dokter akan memasang elektroda kebagian

tubuh bayi yang paling dekat dengan pembukaan serviksbiasanya adalah

kepala bayi. Dokter juga menyisipkan kateter tekanan kedalam rahim

untuk memantau kontraksi.

3. Non Stress Test

Pemeriksaan Non Stress Test (NST). NST adalah cara pemeriksaan janin

dengan menggunakan Kardiotografi ( CTG ) , pada umur kehamilan

kurang dari 26 minggu. Merupakan tindakan non-invasif. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk melihat interaksi antara perubahan denyut jantung dengan

l
gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan

maupun persalinan. Pemeriksaan frekuensi denyut nadi melalui Doppler

ultrasound, bersamaan dengan tekanan otot Rahim. Fungsi dari NST ini

adalah :

a. Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung

janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan/ aktivitas janin.

Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj

(baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang

sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination /

FAD).

b. Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal

dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada

usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan

kondisi bayi.

c. Yang dinilai adalah gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan

atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat

peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin

kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi

denyut jantung janin.

4. Auskultasi

Untuk teknologi auskultasi digunakan untuk pemeriksaan frekuensi

denyut jantung janin bisa menggunakan stetoskop manual ataupun

li
stetoskop digital. Stetoskop manual ada 2 tipe yang biasadigunakan

untuk pemeriksaan janin yaitu stetoskop pinard dan fetoscope

sedangkan untuk stetoskop digital akan menghasilkan yang dinamakan

fPCG. Hal ini akan dijelaskan seperti dibawah ini:

a. Menggunakan stetoskop Pinard/ Laennec atau monoaural

Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak

jantung janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada

usia kehamilan 17-22 minggu. Tata cara pemeriksaan:

1. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat

gangguan dari suara lain.

2. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.

3. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan

biasanya merupakan punggung bayi. Setelah daerah ditemukan,

stetoskop pinard di pakai bagian yang berlubang luas

ditempatkan keatas tempat atau daerah dimana kita akan

mendengarkan. Sedangkan bagian yang luasnya sempit

ditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus

4. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut

jantung janin. Bila terdengar suatu detak, maka untuk

memastikan apakah yang terdengar itu denyut jantung janin,

detak ini harus disesuai dengan detak nadi ibu. Bila detakkan itu

lii
sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung janin, tetapi

detak aorta abdominalis dari ibu.

5. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut

jantung janin maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan

frekuensinyadenyut jantung janin itu.

b. Stetoskop Janin Fetoscope

Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak

jantung janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada

usia kehamilan > 28. Cara pemeriksaan menggunakan fetoscope:

1. Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang

2. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung

janin

3. Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin

4. Hitung total detak jantung janin

c. Stetoskop Digital

Pemeriksaan menggunakan stetoskop digital prosedurenya sama

dengan menggunakan stetoskop konvensional tetapi hasil dari

pemeriksaannya dapat dilihat pada layar komputer yang disebut

dengan fetalphonocardiogram (fPCG). Alat ini menarik karena

benar-benar pasif (tidak ada energi yang ditransmisikan kejanin)

dan biaya rendah , sehingga dapat dilakukan dalam jangka panjang

dan sering. fPCG adalah rekaman akustik detak janin jantung, yang

liii
dihasilkan oleh kegiatan mekanik berbagai struktur jantung janin,

dengan cara meletakkan stetoskop digital pada permukaan perut ibu

dan alat ini

d. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran

yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara

yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz 2000 kHz) yang

kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pemantauan

menggunakan USG ini dapat dilakukan pada kehamilan 12 minggu.

Tetapi pemantauan menggunakan USG ini disarankan untuk tidak

dilakukan seringkali. Biasanya dianjurkan pada awal kehamilan dan

akhir kehamilan.

Jenis-jenis Pemeriksaan USG :

1. USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang).

Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat

ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi

yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya.

Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat

dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda.

liv
Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan

janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3

dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang

diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4

Dimensi, gambar janin nya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat

melihat dengan jelas dan membayangkan keadaan janin didalam

Rahim.

4. USG Doppler

USG Doppler atau Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak

jantung janin di dalam kandungan sang ibu. Gunanya untuk

memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan normal, dengan

ditandai adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang

digunakan untuk deteksi detak jantung janin adalah dengan

ultrasound (frekuensi 2 MHz).Pemeriksaan menggunakan USG

Doppler ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 12 minggu.

f. ECG

Selain ECG bisa dideteksi melalui kulit kepala janin dengan

memecahkan kulit ketuban yang disebut dengan internal electronic

fetal monitoring, sinyal ECG janin juga dapat dideteksi melalui

lv
permukaan perut ibu. Keberadaan Elektrocardiografi (ECG)

terungkap lebih dari satu abad yang lalu, namun akuisisi dan

elisitasi dari elektrokardiogram janin non-invasif (FECG) masih

dalam masa penelitian meskipun kemajuan di elektrokardiografi

klinis, teknik pemrosesan sinyal biomedical canggih dan teknologi

rekayasa berkembang cepat. Akuisisi EKG janin menjadi tugas

yang menantang karena berbahaya bagi kontak langsung atas janin.

Selain itu, ECG perut non-invasif (FECG) pengukurandiperoleh

diatas permukaan perut ibu mengandung beberapa potensi

bioelectric seperti aktivitasjantung ibu, aktivitas jantung janin,

aktivitas otot ibu, aktivitas gerakan janin, yang dihasilkan

potensioleh respirasi dan aktivitas perut, dan kebisingan (noise

thermal, kebisingan yang dihasilkan dari kontak elektroda-kulit).

d. Pemeriksaa Pada Ibu Hamil Terkini

1. Pelayanan Antenatal Care

a. Pelaksanaan program berdasarkan wilayah

b. Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC)

pada kehamilan normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di

Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat

kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.

 ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh Dokter

dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke

lvi
bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa,

kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum ibu

melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janji temu/

teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi

(telepon)/ secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-

19.

 Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab

atau jika sulit untuk mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid

Test. Pemeriksaan skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di RS

Rujukan.

 Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh

Dokter di FKTP.

 ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di

Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3 :

Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului

dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui

media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko

dan gejala COVID-19.

 Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab

atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.

lvii
 Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan

antenatal di FKTP

 ANC ke-5 di Trimester 3 Skrining faktor risiko persalinan dilakukan

oleh Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan

untuk menetapkan :

 faktor risiko persalinan

 menentukan apakah diperlukan

 menentukan tempat persalinan, dan rujukan terencana atau tidak.

Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining

anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari

faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke

RS untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka

dilakukan Rapid Test.

c. Rujukan Terencan, di peruntukan bagi :

1. Ibu dengan faktor risiko persalinan.

Ibu dirujuk ke RS untuk tatalaksana risiko atau komplikasi persalinan.

Skrining COVID-19 dilakukan di RS alur pelayanan di RS

2. Ibu dengan faktor risiko COVID-19.

Skrining faktor risiko persalinan dilakukan di RS Rujukan.

Jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan rujukan terencana,

pelayanan antenatal selanjutnya dapat dilakukan di FKTP.

lviii
d. Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan kesehatan

untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan kunjungan bayi baru

lahir melalui media komunikasi (telepon/SMS/WA) atau secara daring. Saat

melakukan janji temu/teleregistrasi, petugas harus menanyakan tanda, gejala,

dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian masker bagi

pasien saat datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

e. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular, psikologis

kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh Dokter pada Trimester 1

dilakukan sesuai Pedoman ANC Terpadu dan Buku KIA.

 Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke 2, 3,

4, dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh Bidan atau Dokter. Demikian pula

untuk ibu hamil dengan faktor resiko yang bisa ditangani oleh dokter di

FKTP.

 Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh Dokter

di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil skrining untuk

dilakukan tatalaksana secara komprehensif (kemungkinan juga

dibutuhkan penanganan spesialistik selain oleh Dokter Sp.OG).

f. Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau terkonfirmasi

COVID-19, pemeriksaan USG ditunda sampai ada rekomendasi dari episode

isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko

tinggi.

lix
g. Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam kehidupan

sehari-hari.

 Mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau

tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

 Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya.

Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti

mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban

pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan

kejang atau ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre

eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan

penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri buruk, maka ibu harus

memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

 Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah

usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri

(minimal 10 gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin

belum mencapai 10 gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam berikutnya

sampai maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam). Bila

belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam, ibu harus segera datang ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk memastikan kesejahteraan janin.

lx
 Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan

tetap melakukan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/

yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu tetap bugar dan

sehat.

 Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai dosis yang

diberikan oleh tenaga kesehatan.

h. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan status suspek,

probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19 dilakukan dengan

pertimbangan dokter yang merawat.

i. Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat

pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat

gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki pemahaman

dan keputusan untuk perawatan bayinya.

j. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan

perjalanan ke luar negeri atau ke daerah dengan transmisi lokal/ zona merah

(risiko tinggi) dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang

dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan

terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-19

yang luas.

lxi
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Mual muntah (Emesis Gravidarum) selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama

disebabkan tingginya fluktuasi kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin),

khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum adalah

12- 16 minggu pertama, pada saat itu HCG mencapai kadar tertingginya. HCG

sama dengan LH (Lituizening Hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas

korpus luteum terus memproduksi esterogen dan progesteron, suatu fungsi yang

lxii
nantinya diambil alih oleh lapisan chorionic plasenta. HCG dapat dideteksi dalam

darah wanita dari sekitar 3 minggu gestasi (1minggu setelah fertilisasi).

Emesis Gravidarum adalah keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan

muda, disebabkan timbulnya perubahan hormonal pada wanita hamil diantaranya

peningkatan hormon esterogen, progesteron dan dikeluarkan Human Chorionic

Gonadotropin (HCG) hormon-hormon inilah yang menyebabkan Emesis

Gravidarum (Manuaba, 2012).

Mual muntah (Emesis Gravidarum) adalah gejala yang sering terjadi pada

kehamilan trimester 1 mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula

terjadi setiap saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2010).

potensi manfaat jahe dalam mengurangi gejala mual pada kehamilan jahe dapat

dianggap sebagai pilihan alternatif yang tidak berbahaya dan mungkin efektif

untuk wanita yang menderita mual muntah. Jahe secara signifikan memperbaiki

gejala mual. Penanganan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat dilakukan

dengan mengonsumsi jahe dalam bentuk seperti teh jahe, minuman jahe, permen

atau biscuit

2. SARAN

1. Bagi Institusi

Harapan Bagi penulis adalah agar hasil makalah ini menjadi tambahan refrensi

kepustakaan untuk meningkatkan pendidikan serta mengembanggkan ilmu

pengetahuan di Prodi Profesi Kebidanan

lxiii
2. Bagi Praktik Mandiri Bidan

Diharapkan hasil dari laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi lahan praktek

dan dapat menjadi lebih baik dalam mengatasi masalah Emesis Gravidarum.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan agar hasil laporan ini dapat digunakan sebagai masukan atau

pengetahuan bagi masyarakat atau tenaga kesehatan dalam upaya peningkatan

kualitas tenaga kesehatan, khususnya pada Ny.P agar dapat memberikan pelayanan

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.P dengan Emesis Gravidarum di PMB Elfi

Yanti. Str.Keb dikalianda Lampung Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta:Graha Ilmu

Aspiani, Reny, Yuli. 2017. Asuhan Kebidanan Maternitas Aplikasi Nanda NIC
NOC. Jakarta: Trans Info Media.

Astuti, 2016. Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes Muhammadyah Kudus, pp.
ISN 2407-9189.

Bobak, Irene M., Lowdermilk, Deitra L., Jensen, Margaret D. dan Perry, Shannon E..
2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Cunningham, et al. 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta : EGC.

Ersila, W, Suparni, Zuhana, N. (2018). Kelas Kader Untuk Deteksi Dini Resiko
Kehamilan. The 8 th University Research Colloquium.

lxiv
Fatimah dan Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhamadiah Jakarta.

Haridawati. 2020. Pengaruh Jahe (Zingiber Officinale) Hangat Dalam Mengurangi


Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal
Ilmu Kebidanan, 9(1), pp. 1–7.

Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Irianti. dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung seto

Kemenkes RI. (2020c). Pedoman dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299

Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Pantiawati, ika. 2010. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha
Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 4 Cetakan 5. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rasida N, A. (2020). Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: One Peach


Media.

Ratnawati, A. T., Amdad, A., & Nurdiati, D. S. (2018). Upaya ibu hamil risiko tinggi
untuk mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyo. BKM Journal of
Community Medicine and Public Health, 67-71.

Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Saifuddin, A.B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Siti Kurnia Rahayu, 2017, Perpajakan Konsep dan Aspek Formal, Bandung:
Rekayasa Sains

Tsegaye, M., S.C. Bhagwan, Sisay, and R.A. Mesfin. 2019. Cellulosic Ethanol
Production from Highland Bamboo (Yushania alpina) Grown in Ethiopia. Biofuels,
1(1): 1-10.

lxv
Ulfika, R. 2019. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester I dengan Emesis
Gravidarum. Skripsi, Universitas Ngadi Waluyo Ungaran, Ungaran.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Widatiningsih, S. and Dewi, C. H. T. (2017) Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Transmedika.

Wagiyo, N. & Putrono, 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intanatal, dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta:

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009; 523 - 529. CV. Andi Offset.

Wima. 2018. http://repository.wima.ac.id/20760/11/BAB%201.pdf (Diakses 22 Mei


2021).

Walyani, E. (2016) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Yulaikhah, L. (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Journal of


Chemical Information and Modeling (Vol. 53).

LEMBAR KONSUL
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEHAMILAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Linda Asmawati


Npm : 22390098
Pembimbing : Nurul Isnaini.,S.ST.,M.Kes
Prasat : Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

No Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

lxvi
1 05-01-2023 -ACC JURNAL

2. 06-01-2023 -Perbaikan Jurnal Reading


-Perbaikan Judul
-penulis
-Abstrak
-Method

3. 21-12-2022 -ACC Intervensi

4. 16-01-2023 -Presentasi Kasus

Pembimbing

( Nurul Isnaini.,S.ST.,M.Kes )

lxvii

Anda mungkin juga menyukai