Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

F UMUR 34 TAHUN
G3P2A0 UMUR KEHAMILAN 38 MINGGU
DENGAN PERTUMBUHAN JANIN TERGANGGU

KELOMPOK 4:

1. DUDE KURNIATI SHOLIHAH (P07124521149)

2. DWI SUYAMTI (P07124521150)

3. ERI WURYANI (P07124521151)

4. ENY NUR FADHILLAH (P07124521152)

5. SITI ZUBAIDAH (P07124521156)

6. RATNASARI (P07124521157)

7. LOY ARLIA ANGGARANI (P07124521158)

8. RIZKA PENA RAHMATIKA (P07124521152)

9. EVA NURUL FIANTY (P07124521164)

10. TATIK SUPRIHATIN (P07124521165)

11. ENDANG PURWANINGSIH (P07124521167)

12. LIDIA ANGGRAINI (P07124521168)

13. NOVITA YULIA MEITA SAROH (P07124521169)

14. BUDI RETNANINGSIH (P07124521170)

15. TRI KUSWARINI (P07124521171)

16. WINDA APRIANI (P07124521172)

17. PIPIN HERIYANTI (P07124521173)

18. KARTIYEM (P07124521157)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT atas karunia-Nya, sehingga kami


kelompok IV dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang
berjudul......ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Mata Kuliah Berpikir Kritis. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kehamilan dengan
Hipertensi, Pertumbuhan Janin Terganggu (PJT) bagi para pembaca dan juga
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nanik Setiyawati,S.ST,M.Kes selaku dosen mata kuliah berpikir kritis


yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan dan
pengetahuan kami

2. Tim kelompok IV yang telah bekerjasama menyelesaikan tugas pembuatan


makalah ini

3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Olehb karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa menambah manfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah diberikan dan
semoga makalah kesehatan ini bermanfaat.

Yogyakarta, 04 Agustus 2021

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan pertama dalam

menetukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status

kesehatan serta merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan

suatu bangsa (WHO, 2014). Indonesia terus menyerukan dan mengupayakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program 1000 hari

pertama kehidupan (HPK), karena kualitas manusia ditentukan sejak awal janin

bertumbuh di dalam tubuh seorang ibu. Seorang ibu hamil harus berjuang

menjaga asupan nutrisinya agar pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan

janinnya optimal. Idealnya, berat badan bayi saat dilahirkan adalah tidak

kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. Inilah

alasan mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan panjang

tubuhnya, dan dipantau terus menerus terutama di periode emas

pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2 tahun.(Biro Komunikasi dan Pelayanan

Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Salah satu indikator bayi sehat adalah berat lahir yang normal. Pada

kehamilan presentasi bokong, penentuan TBJ merupakan hal yang penting

dilakukan untuk menentukan metode persalinan. Pemeriksaan USG merupakan

metode yang selama ini digunakan dan menjadi pedoman untuk

memperkirakan berat janin pada kehamilan presentasi bokong. Pengukuran


TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap

berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intra uterine, tinggi

fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap terjadinya

molahidatidosa (kehamilan mola/kehamilan anggur), janin ganda atau

hidramnion dimana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian

maternal (Mufdilah.2011. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta :

Nuba Medika)

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah suatu keadaan yang dialami

oleh janin yang mempunyai berat badan di bawah batasan tertentu dari umur

kehamilannya. Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi

antara potensi genetik dari ayah maupun ibu dan lingkungan intrauterine. Berat

badan lahir rendah (BBLR) dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan prematur

kehamilannya (<37 minggu) sesuai untuk masa kehamilannya dan bayi yang

lahir aterm kehamilannya (> 37 minggu) kecil untuk masa kehamilannya tetapi

terdapat gangguan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) atau pertumbuhan

janin terhambat (PJT). Di negara maju, sekitar dua per tiga BBLR disebabkan

oleh prematuritas, sedangkan di negara berkembangsebagian besar BBLR

disebabkan oleh PJT (Cunningham, et, 2014. Obstetri Wilams, Jakarta : EGC)

Penyebab kematian perinatal cenderung meningkat sepertiga dari seluruh

kasus bayi dengan berat badan lahir < 2500 grammengalami PJT, dimana

hamper 4–8% bayi yang lahir ini berasal dari negara berkembang dan 6–30%

bayi yang lahir dikategorikan dengan PJT. PJT merupakan 10% komplikasi

dari seluruh kehamilan dimana hal ini berhubungan dengan angka kematian
perinatalyaitu 6-10 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan pertumbuhan yang

normal dan merupakan penyebab kedua terpenting kematian perinatal setelah

persalinan prematuritas (Cunningham, et, 2014. Obstetri Wilams, Jakarta :

EGC)

Bidan berperan sangat penting dalam menurunkan AKI dan AKB. Karena

bidan sebagai ujung tombak atau tenaga kesehatan yang berada di garis

terdepan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam memberikan

pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek

pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan,

pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan perempuan serta melakukan dini pada kasus – kasus rujukan

kebidanan (Depkes RI, 2013).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan kasus Pertumbuhan

Janin Terhambat.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian terhadap Ny.F dengan kasus Pertumbuhan Janin

Terhambat (PJT)

b. Menginterpretasi data dari hasil pengkajian terhadap NY. F dengan

kasus Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).

c. Menyusun diagnosa kebidanan dan masalah potensial sesuai dengan


prioritas terhadap Ny. F dengan kasus Pertumbuhan Janin Terhambat

(PJT).

d. Mengidentifikasi tindakan segera dan atau kolaborasi berdasarkan

kondisi Ny. F dengan kasus Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

e. Merencanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. F dengan kasus

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

f. Melakukan tindakan asuhan kebidanan terhadap Ny. F dengan kasus

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan terhadap

Ny. F dengan kasus Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

C. Manfaat

a) Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai gambaran kasus

pertumbuhan janin terhambat (PJT) untuk mengantisipasi dan

meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya pertumbuhan janin

terhambat (PJT) pada ibu hamil mengingat pengetahuan yang kurang, pola

makan yang tidak teratur dan lingkungan saat ini.

b) Manfaat Praktis

a) Bagi Prodi Profesi

Secara praktis laporan ini berguna sebagai bahan masukan atau

informasi untuk referensi di perpustakaan mengenai Asuhan


Kebidanan Kehamilan pada penulis selanjutnya.

b) Bagi Lahan Praktik di Puskesmas Tegalrejo

Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan pelayanan

yang optimal dalam menjalankan asuhan kebidanan pada kehamilan.

Terutama memantau dan memberikan asuhan dini terhadap ibu hamil

yang memilki masalah dalam masa kehamilannya.

c) Bagi Keluarga

Memberi dukungan pada ibu hamil untuk rutin memeriksakan

kehamilannya dan memenuhi kebutuhan nutrisi selama

kehamilannya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Definisi

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) didefinisikan sebagai janin yang

gagal untuk mencapai potensi pertumbuhan dengan tingkat morbiditas yang

merugikan dan dapat menyebabkan kematian. American College of

Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) mendefinisikan pertumbuhan janin

terhambat sebagai janin dengan berat diperkirakan di bawah persentil ke-10 .

Tidak semua janin berukuran kurang dari persentil 10 beresiko untuk hasil

perinatal yang merugikan, hanya sebagian kecil. Pertumbuhan janin

terhambat mengacu pada janin yang kecil usia kehamilan dan menampilkan

tanda-tanda lain dari hipoksia kronis atau kekurangan gizi. Kecil masa

kehamilan (KMK) di sini didefinisikan sebagai janin yang berat badannya

kurang dari persentil 10 untuk usia kehamilannya, yang dapat terjadi akibat

pertumbuhannya terhambat (PJT) atau keadaan lainnya.3

Berat bayi lahir rendah yang berukuran kecil pada usia kehamilan

tertentu dianggap mengalami PJT. Pada tahun 1963, Lubchenco

mempublikasi perbandingan yang spesifik antara usia kehamilan dan berat

janin untuk memperoleh ukuran janin yang sesuai dengan usia kehamilan.

Battaglia dan Lubchenco (1967) kemudian mengklasifikasikan janin yang

mengalami small for gestasional age (SGA) yaitu janin dengan berat badan

dibawah persentil 10 untuk usia kehamilannya.4


Gambar 1 : kurva pertumbuhan janin 4

Gambar 1 memperlihatkan berat badan , panjang badan dan lingkar

kepala bayi pada usia kehamilan tertentu. Pada setiap kurva, terdpat garis

persentil 90%, 50% dan 10%. Misalnya jika bayi verada pada persentil 10

untuk berat badan, hal ini berarti berat badan bayi kurang 10% dari normal.

Bayi yang berada dibawah 25% untuk berat lahir dan panjang dianggap

mengalami PJT.5

Terdapat 2 jenis PJT, yaitu moderate dan severe. Moderate adalah

PJT yang berada pada persentil 3 hingga persentil 10 sementara severe adalah

PJT yang berada dibawah persentil 3. 6

Banyak bayi dengan berat badan di bawah persentil 10 sebenarnya

tidak mengalami pertumbuhan janin yang patologis karena hal tersebut

disebabkan oleh faktor biologis. Sebanyak 25-60% bayi dengan SGA

dianggap telah tumbuh sesuai dengan etnis, paritas, berat dan tinggiya.

Mereka berukuran kecil tetapi normal dan tidak memperlihatkan kelaian

metabolik pasca kelahiran seperti yang biasanya terjadi pada PJT. 4


II. Epidemiologi

Insiden terjadinya PJT bervariasi di setiap negara, populasi dan ras. 14

hingga 20 juta bayi mengalami PJT di Negara berkembang setiap tahunnya.

Prevalensi PJT di Negara berkembang biasanya terjadi pada bayi yang

dilahirkan di rumah. 6

Pertambahan kasus PJT di Negara berkembang dapat diakibatkan oleh

bayi yang dilahirkan di rumah dengan BBLR (BB<2500gram). Untuk BBLR

dan PJT-BBLR, insiden tertinggi ditemukan di Asia Selatan (28%) dan Asia

Tengah (33%), Negara yang memiliki insiden tinggi untuk BBLR dan PJT-

BBLR adalah Bangladesh (50%, 39%), India (28%, 21%) dan Pakistan (25%,

18%). Untuk Negara Asia lainnya presentasinya , Sri Lanka (19%, 13%);

Cambodia (18%, 12%); Vietnam dan Filipina (11%, 6%); Indonesia dan

Malaysia (8%, 4%); Thailand (8%, 3%), dan Republik Rakyat Cina (RRC)

(6%, 2%) [2]. 6

Sekitar 20% dari hampir 4 juta bayi di USA dilahirkan mengalami

pertumbuhan janin terhambat dan sangat terhambat setiap tahunnya. Pada

tahun 2010, 8,2% bayi dengan berat <2500 gram dilahirkan dan 7,6% bayi

dilahirkan dengan berat >4000 gram serta meskipun mayoritas bayi berat

lahir rendah dilahirkan secara prematur, sekitar 3% merupakan bayi cukup

bulan. Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat <2500 gram telah meningkat

sebesar 20% sejak 1984 dan pada waktu yang sama, insiden bayi yang

dilahirkan dengan berat >4000 gram menunjukkan penurunan.4


Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena

akan memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan

bahwa pada golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika

dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah atas (5%). 2

III. Etiologi

PJT dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi seperti infeksi, penyakit

maternal, dan kelainan kromosom, tapi kebanyakan berhubungan dengan

gangguan pertumbuhan plasenta yang terjadi pada awal kehamilan. 7

Oksigenasi plasenta yang rendah dipercaya mempunyai peranan penting

terhadap terjadinya PJT berdasarkan hasil observasi yang mengindikasikan

gen pada plasenta yang mengalami hipoksia terhadap kehamilan dengan PJT.

Hipoksia fetus dapat terjadi akibat kegagalan tumbuh atau yang berhubungan

dengan itu, sehingga terjadi invasi tropoblast di desidual dan myometrium

dan kegagalan arteri spiralis, yang menjaga keseimbangan sirkulasi

uteroplasenta. Oksigenasi plasenta yang rendah berhubungan dengan keadaan

patologis plasenta seperti preeklamsia. 7


Maternal - Riwayat kehamilan dengan PJT
- Ibu yang bertubuh kecil atau berat badan yang
rendah sebelum kehamilan
- Berat badan yang rendah selama kehamilan atau
asupan nutrisi yang tidak adekuat (<1500
kalori/hari)
- Status sosio-ekonomi yang buruk
- Merokok, alkohol atau penggunaan obat-obatan
- Usia pada saat kehamilan yang ekstrim : <16 tahun
atau >35 tahun
- Teknologi reproduksi
- Pasangan baru setelah kehamilan selanjutnya
- Teratogen, antikonvulsan, metotrexat, warfarin
- Penyakit vaskular, hipertensi kronik, diabetes pre-
gestasional, sindrom antiphospolipid antibodi,
collagen vascular disease seperti ( SLE,
thrombophilia, penyakit ginjal, chron’s disease,
colitis ulseratif),
- Hipoksia pada dataran tinggi (>10.000 kaki)
- Anemia seperti hemoglobinopathies
Janin - Infeksi kongenital seperti cytomegalovirus,
syphilis, rubelaa, varicella, toxoplasois,
tuberculosis, HIV, malaria kongenital
- Aneuploidies : triploidy, trisomy 13, 18, 21
- Microleteions : 4p-
- Russell silver syndrome
- Sindrom genetik atau anomal janin
Plasenta - Insufisiensi pembuluh darah uteroplasenta
- Chorionic separaton (hematoma, partial
abruption}
- Extensive villous infarction
- Marginal atau velamentous cord insertion (regresi
chrion)
- Malformasi uterin (unicornuate uterus)
- Confined placental mosaicism
- Advanced placental maturation

Tabel 1 : Etiologi terjadinya PJT 8

a. Faktor ibu

Beberapa data demografik menunjukkan faktor ibu memiliki


hubungan dengan PJT. Perempuan dengan usia reproduksi yang ekstrim,

khususnya ibu hamil dengan usia muda memiliki resiko yang lebih tinggi

untuk mengalami PJT. Hal yang sama juga terjadi pada ibu hamil dengan usia

tua. Studi yang dilakukan oleh Strobino dkk tidak menemukan hubungan

antara usia dan berat bayi lahir rendah dan melaporkan adanya faktor

independen yang dipengaruhi oleh faktor sosial seperti etnis, status ekonomi,

usia saat menarche, tinggi ibu, dan kebiasaan merokok saat kehamilan.1

Ras, status sosio-ekonomi yang rendah dan tinggal pada Negara

berkembang adalah faktor resiko untuk PJT. Wanita dengan status sosio-

ekonomi yang rendah dan tinggal di Negara berkembang pada umumnya

memiliki asupan nutrisi yang buruk, mengalami anemia dan pemeriksaan

antenatal care yang jarang serta masalah kekerasan dalam rumah tangga

mempengaruhi pertumbuhan janin. Berat ibu saat melahirkan, berat ibu saat

sebelum hamil, dan berat badan yang rendah selama kehamilan memiliki

hubungan yang positif dengan PJT. Asupan kalori dan defisiensi nutrisi

tertentu (seperti glukosa, zinc, folat) masih belum jelas memiliki hubungan

dengan PJT. 1

Beberapa kebiasaan dan kondisi lingkungan diketahui merupakan

faktor resiko PJT. Wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya terpapar

dengan hipoksia kronis dan menyebabkan berat badan lahir rendah. Studi

yang dilaksanakan di Colorado, Peru dan Tibet menunjukkan hubungan yang

langsung antara dataran tinggi dan berat badan lahir rendah. Merokok saat
kehamilan juga memiliki resiko 3,5 kali lebih untuk mengalami PJT

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. 1

Faktor ibu yang lainnya seperti faktor uterin (seperti fibroid, anomali

mullerian), penyakit periodontal dan kondisi genetik seperti mutasi gen

angiotensin. Riwayat melahirkan bayi PJT meningkatkan rekurensi PJT

hingga melebihi 25%. Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi PJT

memiliki resiko dua kali lebih besar untuk mengalami PJT. 1

b. Faktor Janin

Faktor janin dapat bervariasi mulai dari genetik, malformasi

kongenital, infeksi janin atau penyebab lainnya seperti kehamilan kembar.

Genetik berkontribusi menyebabkan 5-20% terjadinya PJT, khususnya pada

fase awal pertumbuhan janin. Genetik selanjutnya menyebabkan abnormalitas

seperti abnormalitas kromosom misalnya trisomy 21,18,13 dan 16. Trisomi

18 dihubungkan dengan kejadian PJT yang lebih berat dibandingkan dengan

trisomy 21 atau 13. 1

Malformasi kongenital termasuk kelainan jantun kongenital, hernia

diaphragmatikus, defek pada dinding abdomen (omphalocele, gastroschisis),

agenesis atau dysplasia renal, anencephaly dan single umbilical artery juga

dihubungkan dengan PJT. 1

Infeksi menyebabkan <5% terjadinya PJT. Infeksi yang tersering

adalah virus (rubella, CMV, herpes, varicella, herpes zoster, HIV), dan
infeksi parasit (toxoplasmosis, syphilis, malaria). Infeksi bakteri dianggap

sebagai penyebab yang jarang dari PJT, tetapi chlamydia, mycoplasma,

listeria, and tuberculosis dilaporkan sebagai penyebab PJT. Penyebab

tersering PJT di Negara maju adalah CMV. Mekanisme kerusakan

pertumbuhan janin oleh CMV disebabkan oleh direct cytolysis dan

kehilangan fungsi sel pada beberapa system organ janin. Pada Negara

berkembang khususnya di Negara-negara sub-Saharan Afrika, PJT umumnya

disebakan oleh malaria dalam kehamilan. 1

PJT diketahui sebagai salah satu komplikasi tersering dari

multigravida dan menyebabkan lebih dari 3% dari semua kasus PJT.

Multigravida memiliki resiko 5-10 kali lebih besar untuk mengalami PJT

dibandingkan dengan primigravida yang insidennya hanya 15-30%. Resiko

PJT tergantung dari banyak faktor seperti jumlah janin, chorionicity, penyakit

kongenital atau abnormalitas tali pusar seperti velamentous cord insertion

atau terdapat dua vena tali pusat. 1

c. Faktor Plasenta

Insufisiensi plasenta menyebabkan terjadinya PJT sebesar 3% atau lebih

dari seluruh kehamilan. Patogenesis PJT belum sepenuhnya diketahui, defek

pada sirkulasi dan transportasi pada plasenta dapat mempengaruhi pasokan

nutrisi untuk janin sehingga menimbulkan PJT. Penurunan relatif massa dan

fungsi plasenta juga dapat menyebabkan terjadinya PJT. Beberapa hewan

coba menunjukkan gangguan pertumbuhan janin yang melebihi 50% ketika


plasenta diangkat. 1

Implantasi abnormal seperti plasenta previa dapat menyebabkan

terjadinya suboptimal nutrisi untuk janin. Penyebab tersering lainnya dari

faktor plasenta adalah abrusio plasenta, plasenta akreta, infark plasenta, fetal

villous obliterasi, circumvallate plasenta, dan plasenta hemangioma.

Confined placental mosaicism, single umbilical artery, dan velamentous cord

insertion juga dapat menyebabkan terjadinya PJT. Tumor plasenta yang

jarang seperti chorioangioma dapat menurunkan arus uteroplasenta dan dapat

menyebabkan terjadinya PJT. Peneletian terkini oleh Sato dkk menunjukkan

peningkatan prevalensi infark plasenta, thrombosis pembuluh darah janin dan

vilitis kronik pada janin dengan PJT dibandingkan dengan pertumbuhan pada

kehamilan normal. 1

IV. Klasifikasi

1. Simetris

Pertumbuhan janin terhambat tipe simetris merupakan deskripsi yang

diberikan jika kecepatan tumbuh berkurang ekuivalen pada lingkar kepala

(head cimcumference ,HC) dan lingkar abdomen ( abdominal cimcumference,

AC). Pada kebanyakankasus, rasio H:A (Head: Abdomen) akan berada dalam

rentang normal dan akan menunjukkan janin yang kecil secara konstitusional.

Untuk keadaan PJT simetris jarang terjadi pada kehamilan yang patologis/

yang disertai kelainan medis. Pada kasus tersebut, gangguan telah terjadi pada
awal kehamilan dan menyebabkan PJT berat dan prognosis kehamilan yang

sangat buruk.9

Janin yang kecil secara konstitusional, kecepatan pertumbuhan pada

kehamilan ini berlanjut sepanjang sentil yang sama. Tidak ada ciri insufisiensi

uteroplasenta ataupun abnormalitas janin pada USG. Sebagai tamahan, nilai

Doppler untuk uterus, umbilicus, dan janin berada dalam rentang normal.

Keadaan ini terjadi pada ibu dengan postur tubuh kecil. 9

Janin yang kecil secara patologis, kecepatan pertumbuhan pada

kehamilan ini terus menurun dan secara progresif melewati sentil yang lebih

rendah. Kebanyakan dari kehamilan ini mengalami insufisiensi uteroplasenta

onset dini yang berat atau abnormalitas janin, yang khas adalah triploidi. Jika

tidak yakin janin kecil secara konstitusional atau patologis, lakukan scan

ulang. 9

Pada PJT tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil

akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi

seluler semua organ janin. PJT tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar

kepala dan panjang badan yang berada dibawah persentil ke-10. PJT simetris

ini terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka

kejadiannya kira-kira 20-30% dari seluruh bayi PJT.10

Sebagai contoh, pada PJT tipe simetris fase awal akan menghasilkan

penurunan yang relatif pada jumlah dan ukuran sel. Misalnya, janin yang

terpapar oleh zat kimia, infeksi virus atau pertumbuhan sel yang tidak normal
mungkin menyebabkan penurunan proporsi ukuran kepala dan tubuh. 3

Gambaran klinis : 6

 Pertumbuhan terhambat dimulai di awal gestasi

 Jumlah sel menurun

 Disebabkan oleh faktor instrinsik seperti infeksi kongenital atau

abnormalitas kromosom

 Pada bayi dengan PJT simetris terjadi penurunan ukuran anatomis

termasuk berat, panjang, dan lingkar kepala. Pada beberapa kasus

terdapat perbedaan 3 cm antara lingkar kepala dan lingkar dada.

 PI lebih dari 2

2. Asimetris

Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris adalah deskripsi yang

diberikan jika kecepatan tumbuh kepala janin yang berkurang tidak sama

dengan lingkar abdomenya. Pada kebanyakan kasus, Pertumbuhan janin

terhambat asimetris adalah akibat dari insufisiensi uteroplasenta. Ciri

insifusiensi uteroplasennta yang ditemukan pada USG meliputi abnormalitas

plasenta (danau, klasifikasi, konsistensi seperti jeli) dan berkurangnnya cairan

amnion. Ciri pada janin meliputi kardiomegali ringan, usus hyperechoic, dan

dilatasi usus halus. Adanya ciri-ciri ini akan menunjang. 9

Pertumbuhan janin terhambat tipe-2 terjadi karena janin kurang

mendapat nutrisi dan energi, sehingga sebagian besar energi digunakan secara
langsung untuk mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan

jantung). Hal ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. Pertumbuhan

janin terhambat asimetris mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar

perut kecil. Pertumbuhan janin terhambat tipe-2 memiliki berat badan yang

kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan panjang badan

normal. Pertumbuhan janin terhambat asimetris terjadi pada trimester

terakhir, yang disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan

pertumbuhan. 10

Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris mungkin diikuti dengan

kehamilan tua yang menyebabkan insufisiensi plasenta dari hipertensi.

Sebagai akibatnya, akan mengurangi transfer glukosa dan simpanan energi di

hepar akan mempengaruhi ukuran sel saja, bukan jumlahnya dan lingkar

abdomen janin yang direfleksikan dengan ukuran liver akan berkurang. 4

Gambaran klinis : 6

 Keterlambatan pertumbuhan dimulai saat akhir trimester dua atau awal

trimester tiga

 Jumlah sel normal tapi ukuran sel mengecil

 Hambatan pada nutrisi fetal dengan glikogen dan lemak yang terbatas,

menyebabkan kelainan plasenta

 Penurunan berat badan dan panjang fetal akibat Brain Sparing

 Gambaran malnutrisi terbentuk dari lapisan kulit yang tipis, kehilangan

lemak , kehamilan tua.


 Ponderal Index (PI) < 2

3. Campuran

Pada tipe kombinasi,bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal,

sedikit pengurangan dari masa jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam

jangka waktu lama dan parah, janin kemungkinan akan kehilangan

kemampuan untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari PJT kombinasi

menjadi PJT tipe simetris. 10

Gambaran klinis : 6

 Penurunan jumlah sel dan ukuran sel

 Biasanya muncul saat PJT terjadi akibat kelainan plasenta di masa akhir

kehamilan.

 Memiliki gambaran klinis PJT simetris dan PJT asimetris

 Bayi dengan jumlah sel normal biasanya memiliki keadaan lebih baik

dan memperbaiki perkembangan saraf.

PJT tipe simetris PJT tipe asimetris


Insidensi 20-30% Insidensi 70-80%
Terjadi pada trimester ke-1 & ke-2 Terjadi pada trimester ke-3
Kecil secara simetris Kepala lebih besar dari
abdomen
Menghambat selular embrionik Menghambat hipertrofi selular
Menurunnya ukuran sel
Indeks ponderal normal Indeks ponderal rendah
Rasio kepala/abdomen dan femur/ Rasio kepala/abdomen dan
abdomen yang normal femur/ abdomen yang
meningkat
Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah
plasenta
Menghambat hipertrofi dan Biasanya keadaan neonatus
hiperplasia selular Menurunnya agak buruk dan membaik bila
jumlah & ukuran sel komplikasi dihindari atau
diterapi secara adekuat
Komplikasi neonatus, prognosis Terjadi pada trimester ke-3
buruk

Tabel 2 : Perbedaan PJT tipe simetris dan asimetris 10

V. Diagnosis

PJT didagnosis berdasarkan penentuan usia kehamilan yang akurat,

asesmen faktor resiko dan diikuti dengan pemeriksaan USG. Terdapat

beberapa pemeriksaan tambahan untuk mengesampingkan berbagai

penyebab. Diagnosis PJT ditegakkan jika Estimation Fetal Weight (EFW)

dibawah persentil 10 yang pengukurannya menggunakan pengukuran

biometrik (sesuai gambar 2). 1


Gambar 2 : alur diagnosis PJT1

Langkah pertama untuk mendiagnosis PJT adalah menentukan

taksiran waktu kehamilan, Algoritma untuk memastikan waktu kelahiran

adalah : sebelum 13 minggu kehamilan, jika HPHT dan pemeriksaan USG

memiliki selisih 7 hari, maka kita harus mengikuti hasil pemeriksaan USG,

jika diantara 14 dan 19 usia kehamilan dan jika HPHT dan USG berbeda 10

hari, maka kita juga tetap harus mengikuti hasil pemeriksaan dengan USG. 1

Setelah menentukan taksiran usia kehamilan, identifikasi faktor resiko

termasuk riwayat medis sebelumnya sangatlah penting untuk menegakkan

diagnosis PJT. Riwayat medis yang lengkap sangat berguna untuk

mengidentifikasi penyakit sistemik yang dialami oleh ibu seperti hipertensi,

penyakit ginjal, diabetes pregestasional dengan vaskulopati, dan berbagai

penyakit sistemik lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi janin.

Identifikasi terhadap faktor resiko yang bisa dimodifikasi seperti merokok

dan penggunaan obat-obatan dapat memberikan kita tanda untuk melakukan

langkah-langkah preventif terhadap PJT. Monitoring berat badan ibu selama

kunjungan perinatal dapat mengidentifikasi status nutrisi ibu. Pengukuran

tinggi fundus uterus juga dapat memberikan petunjuk terhadap pertumbuhan

janin. 1

Beberapa modalitas diagnostik PJT adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Fisis
Pengukuran TFU (dalam sentimeter), secara normal dilakukan

dalam 3 minggu, pada usia kehamilan 20 minggu sampai 38 minggu.

Jika TFU kurang dari atau sama dengan 3 cm lebih rendah dari yang

diharapkan pada usia kehamilan tertentu, maka kita mulai mencurigai

10
adanya PJT.

b. USG (pengukuran ukuran janin dan cairan amnion)

Pasien yang diduga dengan PJT selanjutnya dapat dievaluasi

dengan menggunakan USG untuk mengidentifikasi anomali janin.

Pada kehamilan yang memiliki resiko tinggi, serial USG atau

pengukuran lingkar perut adalah alat prediksi yang sangat baik. USG

telah digunakan untuk mengkalkulasi perkiraan berat janin selama

bertahun-tahun. Terdapat 4 pengukuran dasar, yaitu diameter

biparetal, lingkar kepala, panjang femur dan lingkar perut, dapat

dilakukan mulai dari usia kehamilan 14 minggu dengan menggunakan

standar guideline AIUM. Pengukuran EFW telah dilakukan

sebelumnya dengan menggunakan beberapa formula dan formula

Hadlock C adalah rumus yang paling sering digunakan. 1

Hubungan antara PJT dan oligohidramnion telah lama diketahui.

Chauhan dkk telah menemukan bawa 10% ibu dengan

oligohidramnion di suspek dengan PJT. Kelompok wanita tesebut

memiliki resiko 2 kali lebih besar mengalami sectio cesaria untuk


memastikan kondisi denyut jantung janin. Petrozella dkk melaporkan

bahwa penurunan cairan amnion pada usia kehamilan 23-34 minggu

meningkatkan resiko malformasi secara signifikan. Tanpa adanya

malformasi, terdapat 37% bayi dengan berat badan lahir dibawah

persentil 3 yang disertai dengan oligohidramnion, 21% yang cairan

amnionnya di ambang batas dan 4% dengan jumlah normal. 4

c. Dopler velocimetry

Dengan tekhnik ini, perlambatan perkembangan plasenta dapat

dideteksi pada pembuluh darah perifer seperti arteri umbilicus dan

arteri middle cerebral. Onset akhir PJT memiliki karakteristik aliran

darah yang abnormal pada ductus venosus, aorta janin serta aliran

keluar pulmoner dan oleh aliran balik arteri umbilicus. 1

Karakteristik arteri umbilikus yang abnormal adalah tidak

memiliki aliran balik diastol dan hal ini memiliki hubungan yang kuat

dengan terjadinya PJT. Abnormalitas tersebut merupakan tanda bahwa

janin akan mengalami kegagalan dalam beradaptasi. Tidak adanya

aliran balik diastol telah lama dihubungkan dengan hipoksia, asidosis,

dan kematian janin. Dopler velocimetry dianggap sebagai standar

dalam mengevaluasi PJT. American College of Obstetricians and

Gynecologists (2013) mencatat bahwa penggunaan Doppler

velocimetry akan meningkatkan outcome klinis. 1

d. Pemeriksaan serologi
Berdasarkan anamnesis dan identifikasi faktor resiko serta

pemeriksaan terhadap infeksi, pemeriksaan serologi ibu seperti IgG

dan IgM untuk CMV, toxoplasmosis dan HSV perlu dilakukan.

Pemeriksaan Rubella juga diperlukan jika pemeriksaan rutin prenatal

tidak menunjukkan hasil yang positif. Terdapat bukti yang kurang

kuat mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan rutin

thrombophilia. Akantetapi, pemeriksaan APS (ACA IgG, IgM, lupus

antikoagulan, beta-2 mikroglobulin IgG dan IgM) mungkin

dibutuhkan untuk mengelola infeksi pada kehamilan sekarang dan

untuk yang mendatang. 1

Pada trimester pertama, rendahnya kadar pregnancy-

associated plasma protein A (PAPP-A) atau human chorionic

gonadotropin (hCG) dan peningkatan serum AFP yang tidak

diketahui penyebabnya memiliki hubungan dengan terjadinya

kelahiran di bawah persentil 10.

VI. Gambaran Klinis 6

Pertumbuhan janin terhambat pada bayi baru lahir memiliki beragam

gambaran klinis, termasuk :

 Berat badan lebih kecil dibanding usia kehamilan

 Kebanyakan kepala lebih besar dibandingkan ukuran badannya pada PJT

asimetris

 Fontanelle anterior yang besar


 Kehilangan lemak bukal, mukanya memiliki gambaran menciut atau

kelihatan keriput(muka seperti orang tua).

 Abdomen kecil , umbilcal cord tipis sering bercampur dengan mekonium

 Massa otot skeletal dan jaringan lemak subkutaneus menurun disertai

dengan ukuran tangan dan kaki.

 Kuku tangan yang panjang

 Kebanyakan memiliki tangan yang besar disertai lipatan kulit yang banyak

 Lipatan kulit yang longgar pada daerah tengkuk, axilla, scapula dan

selangkangan

 Hilangkan formasi bakal payudara dan genitalia perempuan imatur akibat

kehilangan lemak subkutaneus

VII. Manajemen

Jika PJT telah di suspek, kita perlu melakukan usaha untuk

menegakkan diagnosis, memeriksa kondisi janin dan mencari tahu penyebab

yang paling mungkin. PJT onset dini lebih mudah dikenali tetapi merupakan

hal yang sulit dalam menanganinya. Pada kehamilan yang memiliki

kemungkinan kuat mengalami kelainan janin, maka pasien memerlukan

konseling dan pemeriksaan prenatal. 4

Algoritma penanganan PJT dapat dilihat pada gambar 3. Pada

kehamilan yang disuspek dengan PJT, pengawasan janin ketika antepartum

harus menggunakan periodik Doppler velocimetry. Di rumah sakit Parkland,

jika janin dalam kondisi hidup maka kami akan merawat ibunya. Mengetahui
riwayat denyut jantung janin, pemeriksaan Doppler velocimetry per minggu

dan pemeriksaan sonography pada janin setiap 3-4 minggu perlu dilakukan.

Modalitas pemeriksaan lain seperti middle cerebral arteries atau pemeriksaan

duktus venosus masih dalam penelitian. The American College of

Obstetricians and Gynecologists (2013) merekomendasikan bahwa kehamilan

dengan komplikasi PJT dan memiliki resiko kelahiran sebelum 34 minggu

diberikan kortikostiroid sebagai pematangan paru. Vidaeff and Blackwell

(2011) berpendapat bahwa bayi dengan PJT mungkin tidak mentoleransi efek

metabolisme kortikostiroid sebaik bayi normal. Mereka

merekomendasika pengawasan yang ketat selama pemberian obat tersebut. 4


Gambar 2 : alur menajemen PJT 4

Waktu persalinan merupakan hal yang krusial dan memiliki resiko

terhadap kematian janin dibandingkan terhadap permasalahan yang timbul

akibat persalinan pretem perlu dipertimbangkan. Akan tetapi, tidak ada

penelitian yang menjelaskan mengenai waktu yang optimal untuk persalinan.

Untuk janin yang preterm, satu-satunya percobaan acak dari waktu persalinan

adalah yang dilakukan oleh the Growth Restriction Invertion Trial (GRIT).

Percobaan ini dilaksanakan di 13 negara di Eropa dengan 548 wanita dimasa

kehamilan sekitar 24 dan 36 minggu dengan perawatan yang kurang baik di

waktu persalinan. Dengan sampel wanita acak yang ditugaskan untuk

melakukan persalinan dengan segera atau menunda persalinannya hingga

waktunya semakin buruk. Akibat utamanya adalah kematian perinatal atau

kecacatan setelah mencapai umur 2 tahun. Tidak ada perbedaan rata-rata dari

jumlah angka kematian di umur 2 tahun. Disamping itu, anak yang berumur 6

– 13 tahun tidak menunjukkan perbedaan signifikan diantara kedua grup

tersebut. 4

DIGITAT (Disproportionate Intrauterine Growth Intervention Trial

at Term) telah dirancang untuk mempelajari waktu yang tepat untuk

melakukan persalinan bagi siapapun yang kandungannya sudah masuk pada

usia kehamilan 36 minggu ataupun lebih. Dari sebuah penelitian acak yang

meilibatkan 321 wanita dengan PJT dan dengan usia kehamilan paling kurang

36 minggu, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan diantara

wanita yang diinduksi dengan wanita yang mendapatkan terapi yang sesuai.
Analisis kedua mencakup dugaan dari perkembangan saraf dan akibat dari

tingkah laku yang tidak berbeda dari umur 2 tahun. 4

Seperti yang terlihat pada gambar 3, persalinan yang dicurigai PJT

dengan hasil pemeriksaan umbilical artery Doppler velocimetry yang normal,

volume cairan amniotik yang normal dan jantung janin yang normal maka

akan dicoba untuk menunda sampai usia kehamilan 38 minggu. Dengan kata

lain, ketidakpastian diagnosa seharusnya menghalangi intervensi sampai

kematangan paru paru janin dapat dipastikan. Meskipun demikian, persalinan

yang direkomendasikan dari 34 minggu dan seterusnya jika ada perawatan

dengan oligohidramnion yang signifikan, pernyataan konsensus dari Society

of Maternal-Fetal Medicine dan American College of Obstetricians and

Gynecologists (2013) adalah sama. Di rekomendasikan untuk melakukan

persalinan diantara usia kehamilan 34 dan 37 minggu jika ada kondisi tertentu

seperti oligohidramnion. Dengan pola denyut jantung janin yang baik,

persalinan pervaginam dapat dilakukan. Akan tetapi, beberapa janin tidak

mentoleransi persalinan normal sehingga diharuskan secara sectio cesarea. 4

VIII. Prognosis

Pertumbuhan setelah kelahiran dengan PJT tergantung pada

penghambat pertumbuhan, asupan nutrisi postnatal, dan kehidupan sosial.

Bayi dengan PJT asimetris dan yang mengalami pernghambatan pertumbuhan

di trimester pertama akan tetap kecil untuk seumur hidupnya. Akan tetapi,

jika bayi PJT asimetris mengalami keterhambatan di akhir usia kehamilannya,

bayi tersebut dapat mencapai pertumbuhan normal dan potensi pertumbuhan


yang sesuai dengan orang tuanya jika bayi tersebut berada di lingkungan yang

optimal dan diberikan asupan kalori yang cukup. 6

Kelainan perkembangan kognitif dan saraf adalah masalah yang

paling sering dialami oleh bayi dengan PJT dan bayi yang berat badannya

sesuai dan dilahirkan diumur kehamilan yang sama. Daya intelektual dan

fungsi neurologis pada bayi tersebut bergantung pada kondisi perinatal dan

sensitasi dari penyebab spesifik PJT. Kekurangan nutrisi sebelum usia

kehamilan 26 minggu memiliki efek pada ukuran lingkar kepala (PJT

simetris) serta memiliki dampak yang lebih banyakpada fungsi neurologis

dibandingkan dengan PJT asimetris. Perkembangan saraf akan menjadi lebih

buruk pada bayi PJT dengan hipoiskemik ensefalopati dan hipoglikemia. 6

Beberapa dampak dari PJT adalah : 6

- Mendapat nilai yang rendah di tes kognitifnya

- Merasakan kesulitan dalam bersekolah atau menerima pendidikan khusus

- Gross motor dan minor neurologic dysfunction

- Memiliki masalah dalam sopan santun (attention deficit hyperactivity

syndrome)

- Pertumbuhan terhambat menurunkan daya tahan dalam bekerja

- Long-term outcome

- Most congenitally normal IUGR babies will go on to grow normally in

infancy and childhood, but there may be more subtle long-term conse-

quences, including up to 1/3 of children not reaching their predicted adult

height, and having childhood attention and performance deficits.


- The effects appear to last into adulthood, with a stimulus or insult at a

critical, sensitive period of early life having permanent effects on

structure, physiology, and metabolism. People who were small or

disproportionate (thin or short) at birth have been found to have higher

rates of coronary heart disease, high blood pressure, high cholesterol

concentrations, and abnormal glucose-insulin metabolism (Barker

hypothesis).

IX. Preventif

Langka preventif untuk mencegah terjadinya PJT idealnya dilakukan

sebelum konsepsi dengan optimalisasi kondisi kesehatan ibu, pemberiaan

obat dan perbaikan nutrisi. Menghentikan kebiasaan merokok sangatlah

penting. Ibu harus dihindarkan dari faktor resiko lainnya seperti pemberian

profilaksis antimalaria untuk wanita yang tinggal di daerah endemik dan

memperbaiki defisiensi nutrisi. Studi telah menununjukkan bahwa

pengobatan terhadap hipertensi ringan dan moderat tidak mengurangi insiden

terjadinya PJT. 4

Peningkatan insiden PJT di Negara berkembang biasanya disebabkan

oleh faktor sosial dan tidak memperlihatkan penurunan dengan intervensi

selama kehamilan. Nutrisi yang adekuat, berat badan pra kehamilan,

kemiskinan dan interval kehamilan adalah faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan janin di Negara miskin dan berkembang. Beberapa intervensi

nutrisi memperlihatkan pengurangan angka PJT di Negara-negara


berkembang, intervensi tersebut terdiri dari : 6

a. Energi dan protein yang seimbang

Kramer dkk pada review sistemik dan studi kuesioner eksperimental

menunjukkan bahawa suplementasi energy dan protein pada wanita

hamil dilaporkan dapat menurunan insiden SGA dan dapat meningkatkan

berat badan lahir. 6

b. Suplementasi kalsium

Imdad dkk melakukan review sistemik pada suplementasi kalsium pada

wanita hamil di Negara maju dan berkembang melaporkan efek yang

signifikan pada pre-eklampsia dan kelahiran preterm. Akan tetapi, tidak

ada efek yang signifikan pada kematian perinatal, BBLR dan kematian

neonatal. 6

c. Suplementasi mutipel mikronutrien

Cochrane dkk melakukan sistemik review pada suplementasi multiple

micronutrient untuk wanita hamil dan dibandingkan dengan dua atau

lebih sedikit mikronutrien menunjukkan efek yang signifikan pada angka

terjadinya BBLR. 6

d. Strategi pencegahan malaria dalam kehamilan

Cochrane dkk melakukan review sistemik yang membandingkan

pemberian obat anti malaria dengan tanpa pemberian obat anti malaria
untuk pencegahan malaria pada wanita hamil yang hidup di daerah

endemik malaria menunjukkan efek pada pengurangan parasitemia

antenatal, meningkatkan berat badan lahir, dan menurunkan insidensi

BBLR dan anemia antenatal berat. Akan tetapi, tidak ada efek yang

signifikan pada kematian perinatal. 6

Wanita yang melahirkan bayi PJT pada kehamilan pertama memiliki

resiko yang signifkan untuk terjadinya rekurensi pada kehamilan selanjutnya.

Infromasi ini adalah hal yang krusial bagi pasien ketika melakukan konseling

dan antenatal care pada kehamilan berikutnya. Penelitian prospektif dengan

skala besar yaitu melibatkan 259.481 pasien menunjukan bahwa resiko

mengalami rekurensi adalah dua kali lebih besar. Pada studi ini, insiden PJT

adalah 5% (dengan definisi PJT dibawah persentil 5) dan resiko mengalami

rekurensi PJT adalah 23% serta angka ini menunjukkan peningkatan yang

sangat signifikan karena wanita yang memiliki riwayat melahirkan dengan

bayi berberat badan normal pada kehamilan pertamanya hanya 3,4% yang

melahirkan dengan PJT pada kehamilan selanjutnya. 11


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F UMUR 34 THN G3P2AB0 UK 38

MINGGU DENGAN PJT

No register : 90.235

Pengkajian Tgl,Jam : 26-7-2021 Jam 09.00

Ruang : Poli KIA Puskesmas Tegalrejo

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. F Bp. S
Umur : 34 35
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Buruh di Pasar Giwangan
Agama : Islam Islam
Suku/ : Jawa Jawa
Bangsa
Alamat : Cokrodirjan DN 1/670 RT
45/15 Danurejan Kota
Yogyakarta

Jaminan : KIS

DATA SUBYEKTIF

1. Kunjungan saat ini Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang

Keluhan Utama : Ibu hamil anak yang ke-3 keluhan tidak ada. Pasien datang ke
Puskesmas didampingi oleh ibu pasien.

2. Riwayat Perkawinan

Kawin 2 kali . Menikah resmi (pertama) dengan suami X mengaku bercerai resmi

dan sudah memiliki anak 1 dari suami X kemudian ibu menikah lagi (siri) dengan

Bp. S (anak kedua dan kehamilan ini merupakan hasil pernikahan siri dengan

Bp.S), alasan tidak menikah secara resmi dengan Bp.S adalah karena Bp.S masih

memiliki istri di Jakarta.

3. Riwayat Menstruasi

Menarche umur 12 tahun. Siklus hari 28 hari teratur lama 6-7 hari. Sifat Darah :

Encer. Flour Albus: tidak. Bau khas Dysmenorhoe : kadang-kadang Banyak

Darah (hari pertama dan kedua biasanya s.d 4 kali ganti pembalut per hari) setelah

nya hanya ngeflek2 sampaidengan hari ke-6 haid

4. Riwayat Kehamilan ini

a. Riwayat ANC

HPHT : 29-10-2020 HPL 5-8-2021

Ibu mengatakan ini pertama kali periksa di Puskesmas, sebelumnya sekitar 1

bulan yang lalu pernah periksa di Klinik Khatijah dan diperiksa oleh dokter,

kemudian dibawakan rujukan ke RS Pratama karena tensi nya tinggi, ibu

belum jadi ke RS Pratama karena merasa baik-baik saja dan biasanya jika

pusing hanya karena kurang tidur dan banyak fikiran.

Ibu mengatakan belum memiliki buku KIA. Ibu mengatakan tidak mau ANC

karena takut (karena masih menikah siri) dan yang mengetahui kehamilan nya

hanya orang tua, suami dan kerabat dekat nya saja. Ibu mengatakan belum
pernah diskrining covid-19,ibu mengatakan tidak ada keluhan batuk/nyeri

tenggorokan/pilek/demam/diare maupun riwayat bepergian ke luar kota

dalam 14 hari,ibu mengatakan selama hami ini hanya di rumah dan tidak mau

menemui siapapun selain keluarga dekat.

Frekuensi. Trimester I - kali

Trimester II - kali

Trimester III 2 kali

b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan.sekitar 3 bulan (karena

telat menstruasidan mulai ada Gerakan di perut, ibu inisiatif tes pack dan hasil

nya Positif). Pergerakan janin dalam 12 jam terakhir 10 kali

c. Keluhan yang dirasakan

Trimester I : saat tahu positif hamil terasa mual di pagi hari

Trimester II : kadang-kadang kepikiran kehamilan nya dan tiba-tiba jadi

pusing

Trimester III: kadang-kadang terasa pusing

d. Pola Nutrisi Makan Minum

Frekuensi 3x 6-7 kali


Macam Nasi, lauk, sayur Air putih, susu, the
manis, kadang-
kadangjus
Jumlah 1
piring
Keluhan Tidak
ada
e. Pola Eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1x
Warna Kuning kha
Bau khas
Konsisten lembek
Jumlah normal
f. Pola aktivitas

Kegiatan sehari-hari : kegiatan rumah seperti menyapu, mencuci dan

menyetrika

Istirahat/Tidur : malam 6-7 jam siang : kadang-kadang

Seksualitas :Frekuensi Keluhan

g. Personal Hygiene

Kebiasaan mandi 2 kali/hari

Kebiasaan membersihkan alat kelamin : setiap kali mandi dan sehabis BAB

dan BAK

Kebiasaan mengganti pakaian dalam sehabis mandi

Jenis pakaian dalam yang digunakan katun (daster)

h. Imunisasi (belum bisa dikaji)

TT 1 Tanggal ................................ TT 4 Tanggal ................................

TT 2 Tanggal ................................ TT 5 Tanggal ................................

TT 3 Tanggal ................................

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu

Persalinan Nifas
Ha Komplikas
6. Umur Jenis BB
mil Penol i Jenis Lakt Komplik
Tgl lahir kehami Persali Lahi
ke ong Bay kelamin asi asi
lan nan Ibu r
i
Tid Tid
sponta Peremp 2700 norm Tidak
1 2005 aterm bidan ak ak
n uan gr al ada
ada ada
Tid Tid
sponta Laki- 2600 norm
2. 2015 aterm bidan ak ak Normal
n laki gr al
ada ada
Hamil
3. sekara
ng
Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Jenis Mulai memakai Berhenti/Ganti Cara
No
Kontrasepsi Tanggal Oleh tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
Badan
1. suntik 2006 menjadi 2008
gemuk

7. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita : mengaku tidak ada riwayat

penyakit DM/Hipertensi/Asma/Jantung/IMS

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : mengaku tidak ada riwayat

penyakit DM/Hipertensi/Asma/Jantung/IMS

c. Riwayat keturunan kembar : mengaku tidak ada keturunan kembar

d. Riwayat Alergi :

Makanan : Mengaku tidak ada riwayat alergi makanan

Obat : Mengaku tidak ada riwayat obat

Zat lain :

e. Kebiasaan-kebiasaan

Merokok : tidak ada

Minum jamu-jamuan : tidak pernah

Minum-minuman keras : tidak pernah

Makanan/minuman pantang :tidak tahu

Perubahan pola makan (termasuk nyidam, nafsu makan turun, dan lain-lain

8. Riwayat Psikologi Spiritual

a. Kehamilan ini : ibu sebetulnya merasa sedih atas kehamilan ini,karena status

nya masih belum menikah resmi, padahal sudah diutarakan kepada suaminya
tetapi suami nya hanya bilang besok dan tidak memberikan kepastian. Pasien

tidak mau tetangga mengetahui kehamilan nya.

b. Pengetahuan ibu tentang kehamillan : ibu sudah tahu bahwa jika hamil harus

makan yang banyak dan sebaiknya periksa rutin tapi ibu merasa malu dan

takut untuk periksa.

c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang : ibu merasa

kehamilan sekarang banyak fikiran, jadi kadang-kadang terasa pusing kepala

nya

d. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini : menerima tetapi ada rasa takut

e. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan : orang tua pasien menerima kondisi

pasien dan banyak membantu secara ekonomi kepada pasien karena suami

nya hanya buruh di pasar Giwangan kadang-kadang tidak tentu memberikan

nafkah

f. Persiapan/rencana persalinan : ibu sudah mempersiapkan baju untuk bayi nya

(kebanyakan adalah lungsuran dari anak yang kedua)

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : compos mentis

b. Tanda Vital

Tekanan darah : 150/110mmHg

Nadi : 86 kali per menit

Pernafasan : 22 kali per menit


Suhu : 36,4○C

c. TB :152 cm

BB : sebelum hamil 54 kg, BB sekarang 65 kg

IMT : 23,4

LLA : 26 cm

d. Kepala dan leher

Oedem Wajah : tidak ada

Chloasma gravidarum :-

Mata : konjuntiva merah

Mulut : bersih

Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis

e. Payudara

Bentuk : simetris

Areola mammae : menghitam

Puting susu : menonjol

Colostrum : belum keluar

f. Abdomen

Bentuk : tidak ada

Bekas luka : ada

Striae gravidarum : ada

Palpasi Leopold

Leopold I : teraba lunak kurang melenting(bokong)


Leopold II :perut sebelah kiri teraba bagian kecil

perut sebelah kanan teraba bagian yang memanjang ada

tahanan (punggung kanan)

Leopold III : teraba keras melenting (kepala)

Leopold IV : sudah masuk PAB (divergen)

Osborn

Test :.............................................................................................................

TFU (Mac Donald) : 25 cm

TBJ : ( 25-12)x155 = 1835 gram

Auskultasi DJJ :punctum maximum di perut sebelah kanan dibawah

pusat.

Frekuensi 148 x/menit

Irama teratur

Ekstremitas

Oedem : Ekstremitas atas - /-

Ekstremitas bawah - /-

Varices : tidak ada

Reflek Patela : kaki kanan (+) kaki kiri (+)

Kuku : bersih

g. Genetalia Luar

Tanda Chadwick

Varices : tidak ada

Bekas luka : tidak ada


Kelenjar Bartholini :

Pengeluaran : tidak ada

h. Anus :

Hemoroid : tidak ada

Pemeriksaan panggul (normal)

Distansia spinarum : ............cm (23-26cm)

Distansia cristarum :.............cm (26-29cm)

Boudelouqe : ............cm (18-20cm)

Lingkar panggul : ............cm (80-90cm)

2. Pemeriksaan Penunjang

Belum ada

Analisa

Asuhan kebidanan pada Ny. F umur 34 tahun G3P2AB0 UK 38 Minggu dengan

PJT

Penatalaksanaan

Tanggal 26-7-2021 Jam 09.30

- Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan

kehamilan dan kondisi kehamilan pasien kemungkinan mengalami PJT

dari hasil pengukuran tinggi Rahim nya lebih kecil dari usia kehamilan

nya kemungkinan karena pasien tensi nya tinggi

- Menjelaskan kepada pasien terkait hasil pemeriksaan tensi yang tinggi,

maka akan dilakukan juga pemeriksaan laboratorium protein urine


- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien akan dilakukan pemeriksaan

laboratorium darah (ANC Terpadu) terdiri dari pemeriksaan Golongan

Darah, Hb, HIV, TPHA dan HbsAg

- Berkolaborasi dengan psikolog puskesmas untuk dilakukan pelayanan

psikologi setelah selesai pemeriksaan di KIA

- Hasil Lab : Golongan darah A(+), Hb 12,1 gr%, HIV NR, TPHA NR

HbsAg NR dan Proteinurine (+)1

- Berkolaborasi dengan dokter umum mengenai T 150/110 dan PU (+1),

advis rujuk Poli RS

- Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan laboratorium dan advis

untuk dilakukan rujukan ke Poli RS (evaluasi pasien dan keluarga

mengerti)

- Bidan menjadwalkan rujukan ke RS dengan Poli Sore (pasien dan keluarga

bersedia)

- Bidan memberikan form rujukan ke Poli RS

- Bidan menjelaskan bahwa untuk rencana persalinan akan tergantung hasil

dari pemeriksaan dokter di RS sehingga untuk rujukan ke Poli RS bidan

menasehatkan untuk betul-betul dilaksanakan oleh pasien.


- Menjelaskan kepada pasien bahwa kunjungan akan dijadwalkan 1 minggu

lagi dan mengingatkan untuk membawa hasil pemeriksaan dari RS

- Memberikan kartu gerakan 10 dan cara pengisian yang benar

- Memberikan edukasi untuk tetap makan dan minum yang cukup dan

bergizi

- Memberikan edukasi dalam protocol kesehatan selama kehamilan

- Memberikan informasi terkait buku KIA dan meminta pasien agar bisa

membaca dan memahami isi buku KIA dengan baik (pasien sudah

diberikan buku KIA baru yang telah dilengkapi dengan hasil ANC hari ini)

- Memberikan dukungan moril kepada pasien agar focus dulu kepada

kehamilan nya dan tidak memikirkan permasalahan rumah tangga dulu.

- Mencatat dokumentasi di buku KIA, register kehamilan, RM dan simpus

- Bidan melakukan koordinasi dengan bidan wilayah Danurejan

a. Melaporkan ada ibu hamil yang tidak pernah ANC dan berada di

wilayah Danurejan

b. Berkoordinasi agar pasien dipantau dan dipastikan untuk bahwa pasien

betul-betul jadi pergi ke RS.


c. Melakukan pendekatan sosial melalui kader wilayah maupun linsek

terkait agar mendukung kehamilan pasien tersebut sehingga bersedia

untuk memeriksakan kehamilan


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. F umur 34 th dengan G3P2A0 UK 38mg Hipertensi

dengan suspek Petumbuhan Janin Terganggu dilakukan dokumentasi

menggunakan SOAP. Berdasar pengkajian data objektif ibu diketahui jika tekanan

darah ibu adalah 150/110mmhg, pada ibu hamil jika ditemukan adanya

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 dan diastolic lebih dari 90

setelah dilakukan pengulangan dalam 15menit dan tidak diikuti tanda gangguan

organ maka dapat dikategorikan sebagai hipertensi dalam kehamilan1. Pada

pengelompokkan faktor risiko menurut Rochjati, Ny F berada pada faktor risiko II

atau katergori Ada Gawat Obstetri.2 pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. F

belum tampak ada pengkajian menggunakan Faktor risiko Rochjati, penggunakan

skoring ini dapat membantu bidan dalam melakukan pengambilan keputusan

terkait kondisi kegawatan ibu. Pada pemeriksaan penunjang darah dapat

dilakukan pemeriksaan tambahan darah lengkap untuk mendeteksi ada tidaknya

gangguan organ yang mengarah pada preeklamsia.1 Berdasar analisis data pada

Ny. F didapatkan diagnosa G3P2A0 UK 38mg Hipertensi dengan suspek

Petumbuhan Janin Terganggu (PJT), pada kasus suspek pertumbuhan janin

terganggu atau suspect Intrauterine Growth Restriction (IUGR), dapat dilihat jika

Tinggi fundus uteri ibu adalah 3cm dibawah normal yang kemudian dapat

dipastikan dengan pemeriksaan USG oleh dokter kandungan. Pada kasus Ny. F
bidan yang curiga adanya PJT kemudian merujuk Ny. F untuk dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter kandungan, hal ini sudah sesuai dengan

teori yang ada.

Pada faktor resiko kejadian PJT adalah hipertensi atau preeklamsi, dalam jurnal

“Pengaruh Preeklamsia dan Hipertensi Kronis Terhadap Kejadian Bayi Kecil

Masa Kehamilan (KMK)” didapatkan hasil jika eklamsia, hipertensi kronis, dan

paritas multigravida secara signifikan memberikan risiko yang lebih tinggi

terhadap kejadian KMK atau Pertumbuhan bayi terhambat. Apabila ketiga faktor

tersebut bekerja bersama maka akan saling memperkuat pengaruhnya pada

peningkatan risiko. Di kasus Ny. F diketahui jika Ny. F mengalami kenaikan

tekanan darah. Ibu hamil yang mengalami dapat mengalami aterosis akut,

viskositas darah tinggi, aliran darah uteroplasenta yang lambat, perfusi rendah dan

insufisiensi sirkulasi uteroplasenta. Hal ini akan menghambat aliran nutrisi ke

janin yang mengakibatkan janin tidak mendapat asupan gizi yang cukup dan

terhambat pertumbuhannya. Langkah bidan untuk merujuk Ny. F sudah tepat

agar Ny. F mendapatkan penanganan lebih lanjut dan Ny. F dapat dilakukan

pemeriksaan yang lebih lengkap lagi. Penanganan yang kurang tepat pada kasus

PJT dapat berakibat bayi lahir berat rendah yang juga berisiko kematian bayi. 3
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.

2. Nugroho RN, Cahyanti RD. HUBUNGAN PARTISIPASI KELAS IBU

HAMIL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI

PERSALINAN PADA IBU HAMIL RISIKO TINGGI. 2017; Available

from: http://eprints.undip.ac.id/56207/

3. Irmitasari I, Nurdiati DS, Hadiati DR. Pengaruh Preeklamsia dan Hipertensi

Kronis terhadap Kejadian Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK). J Kesehat

Reproduksi. 2018;5(3):139.

4. Suhag A, Berghella V. Intrauterine growth restriction (IUGR) : etiology and

diagnosis. In : intrauterine growth restriction : identification and management

(Porto M. section editor). Curr obstet Gynecol Rep (2013) 2:102-111.

Springer Science 2013:1-7. New York.

5. Wiknjosastro G. Pertumbuhan janin terhambat. In : Ilmu kebidanan.

Saifuddin A, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G. Jakarta: Yayasan bina pustaka

sarwono prahardjo. 2014. p. 696-7.

6. Harkeness U, Mari G. Diagnosis and management of intrauterine growth

restriction. Elsevier ; 2004.p. 745.

7. Cunningham G, Leveno K, Bloom S, Spong C, Dashe J, Hoffman B, et al.

Obstetric Complications. Williams Obstetric. 24th ed. USA: McGraw Hill


Education; 2014. p. 872-90.

8. Stanhope R, Fry V Dunger D. What is Intrauterine Growth Retardation?

Hormone and Me Intrauterine Growth Retardation (IUGR). Sydney:

Australian Pediatric Endocrine Group; 2000. p. 6.

9. Murki S, Sharma D. Intrauterine Growth Retardation. J Neonatal Biol.

2014;3(3):1-11. 2014. India.

10. Yinon Y, Nevo O, Xu J, Many A, Roflo A, Todros T, Post M, Caniggia I.

Severe Intrauterine Growth Restriction Pregnancies Have Increased Placental

Endogln Levels , Hypoxic Regulation via Transforming Growth Factor-β3.

The American Journal of Pathoogy Vol 172 No 1 January 2008; p. 77-8.

11. Lausman A, McCarthy FP, Walker M, Kingdom J. Screening, Diagnosis, and

Management of Intrauterine Growth Restriction. J Obstet Gynaecol Can.

2012:17-28. 2011.

12. Gondo H and Suwardewa T. Ultrasonografi Buku Ajar Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta : EGC ; 2014. p 185-96.

13. Hasibuan DS. Volume dan Fungsi Sekresi Ginjal pada Pertmbuhan Janin

Terhambat dan normal dengan Pemeriksaa Ultrasonografi. Indonesia:

Universitas Sumatera Utara; 2009.

14. Fetal Growth Restriction - Recognition, Diagnosis & Management. Institute

of Obstetricians & Gynaecologists, Royal Collage of Physicians of Ireland

and Health Service Executive. 2014:1-28. 2014.

Anda mungkin juga menyukai