Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI Ny.”N” UMUR 1 HARI FISIOLOGIS

DI PMB SUPIANA

KEDUNGKANDANG- MALANG

Disusun oleh :

Lucia Reyne Fieke Ngantung

NIM. 2019080198

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

HUSADA JOMBANG

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes) (Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb)

Ketua STIKES Husada Jombang Kaprodi

(Dra.Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.,MM) (Zeny Fatmawati, S.ST.,M.PH)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan Pada Bayi
Ny.”Y” Umur 1 hari fisiologis di PMB Supiana Kedungkandang Malang. Dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan
semua pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :

1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada
Jombang.
3. Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb, selaku preceptor akademik
4. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes, selaku preceptor klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan
kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan
kebidanan ini bermanfaatbagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES
Husada pada khususnya.

Malang , 15 Juli 2020

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global


yang yaitu Angka Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup
jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada
tahun 2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016).
Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB 32
per 1000 KH. Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara
tahun 2015 AKB sebesar 4,3 per 1000 KH, (Dinkes Prov.Sumut, 2016).
Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian terbanyak pada
kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak faktor ibu yang
berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi diusia 0-6 hari adalah
Hipertensi Maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban
pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing (12,5%). Penyebab utama
kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%), malformasi kongenital
(18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok
29 hari
– 11 bulan yaitu Diare (31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis
(9,3%), sedangkan cakupan KN 1 : 77,31% ( Kemenkes, 2015).
Selanjutnya untuk menurunkan AKB pemerintah juga mengupayakan agar
setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti Dokter
Spesialis Kebidanan dan Kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta
diupayakan agar proses pelayanan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan
(Kemenkes RI ,2015).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunka angka kematian neonatal
antara lain juga melalui penempatan bidan di desa, strategi Making Pregnancy
Safer, pelayanan kontrasepsi, pemberdayaan keluarga dan masyarakat
dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Kemenkes, 2015).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi AKB antara lain seperti
; 1) Meningkatkan Pelayanan kesehatan Neonatal, yaitu dengan mengharuskan agar
setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali
(KN1, KN2 dan KN3) sesuai standar. 2). Penanganan neonatal dengan kelainan
atau komplikasi/kegawatdaruratan
sesuai standar tenaga kesehatan yang mana pelayanannya antar lain seperti
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir,
Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas maka salah satu yang perlu didilakukan
dengan memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. (Kemenkes,
2015). Salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program recoknizing
pembelajaran lampau (RPL), adalah menyusun salah satu asuhan dalam pelayanan
kebidanan, sehingga penulis memilih melakukan pelayanan asuhan bayi baru lahir
(BBL) sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan program study diploma III
kebidanan . Pelayanan ini dilakukan di Puskesmas Amplas Kecamatan Amplas Kota
Madya Medan tahun 2018.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangakan pola pikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan kebidanan secara nyata.
b. Tujuan Khusus
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny N umur 1 jam secara
fisiologis diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi masalah
3. Menentukan antisipasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan atau tindakan segera
5. Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
7. Melakukan evaluasi

1.3 Manfaat
Bagi Penulis : Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang
didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam
pelaksanaan praktek klinik.

Bagi Klien : Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Bagi Institusi : Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan


kebidanan dan perbandingan pada bayi baru lahir

Bagi lahan : Sebagai bahan kepustakaan dalam memberikan asuhan


kebidanan pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI

a. Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Masa neonatal merupakan masa yang masih sangat rentan, maka dari itu sebagai
tenaga kesehatan harus benar-benar melakukan pengawasan terhadap bayi baru
lahir.
(sulistawati, 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan 2000-4000 gram, nilai APGAR ≥7 dan tanpa
cacat bawaan.
(Depkes RI, 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat badan lahir antara 2000-
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat.
(Saputra Lyndon, 2014)
Bayi baru lahir adalah bagian dari neonatus yaitu individu yang sedang
bertumbuh yang baru mengalami trauma kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
(Setyowati, 2011)
b. Etiologi
Menurut Yanti (2010:4-5) Mulainya Persalinan disebabkan oleh: 1) Penurunan
Kadar Progesteron repository.unimus.ac.id Progesteron menimbulkan relaksasi
otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot Rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone san estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan progesterone menurun sehingga timbul his. 2)
Teori Oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim. 3) Keregangan Otot-otot Seperti halnya dengan
kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula
dengan Rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot- otot Rahim
makin rentan. 4) Pengaruh Janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-
rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anenchepalus kehamilan sering
lebih lama dari biasa. 5) Teori Prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh
decidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra adan extramnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.

c. Tanda Gejala
1) Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Panjang badan : 48 - 52 cm
2. Berat badan : 2500 - 4000 gram
3. Lingkar kepala : Circumferential suboccipito bregmatica : 32 cm
Circumferential fronto occipitalis : 34 cm
Circumferentia mento occipitalis : 35 cm
4. Lingkar dada : 30 - 38 cm
5. Masa kehamilan : 37 - 42 cm
6. Denyut jantung
Pada menit-menit pertama 180 x/menit, kemudian turun menjadi
120x/menitpada saat bayi berumur 30 menit
7. Respirasi
Pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 x/menit kemudian turun menjadi
40 x/menit
8. Kulit
Berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi verniks kaseosa
9. Kuku : agak panjang dan lemas
10. Eliminasi
Eliminasi baik urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama
11. Suhu : 36,5 - 370C
12. Refleks
Reflex menghisap dan menelan, reflex moro, reflex menggenggam sudah
baik. Jika dikagetkan bayi akan memerlihatkan gerakan seperti memeluk
(reflex morro), jika diletakkan suatu benda di telapak tangan bayi akan
menggenggam (grasping reflex)
13. Genetalia
1) Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora
2) Laki-laki : testis sudah turun dalam skrotum
(Saputra Lyndon, 2014)
2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Fungsi Kehidupan Intrauterin ke
Kehidupan Ekstrauterin
1. Faktor maturasi
Masa gestasi dari bayi baru lahir berhubungan erat dengan persiapan fetus
dari intrauterine ke ekstrauterin
2. Faktor adaptasi
Kemampuan janin dalam menyesuaikan diri dari intrauterine ke
ekstrauterin
3. Faktor toleransi
Kemampuan bayi mentolerir, menghadapi hal-hal yang sebetulnya
berbahaya
(Sulistyawati, 2011)
Bayi Baru Lahir
Normal

d. Pathway/ Pohon Masalah


Perubahan Fisiologis

Sistem kardiovaskular Sistem Pencernaan termoregulasi Sistem imun Sistem renal Sistem saraf
Sistem respirasi

Alveolus terisi O2 Defisiensi lifase pada Adaptasi hangat ke Bayi hanya memiliki Ruangan Sistem saraf belum
Hipoksia, tekanan pada prankeas dingin (kehilangan Ig G dan Ig M ekstraseluelr luas berkembang sempurna
rongga dada, penumpukan panas
CO2, perubahan suhu, Rersistensi vaskuler
tekanan mekanis toraks. paru turun Absorbsi lemak terbatas
Sistem imunitas
Pembakaran brown Tubuh
belum matang Gerakan bayi tak
fat mengandung relatif
terkoordinasi,
Tekanan arteri lebih banyak air
Pengeluaran cairan paru- Kemampuan bayi pengaturan suhu labil,
pulmonaris menurun
paru mencerna lemak belum kontrol otot buruk,
matang Pembentukan suhu Rentang infeksi dan mudah terkejut, dan
tanpa menggigil alergi tremor pada
Natrium relatif lebih
Stimulasi cairan paru Tekanan atrium ekstremitas
besar daripada
terdorong ke perifer, kanan turun
Enzim percernaan Sel-sel darah kalium
kemudian terabsorbsi
sudah ada Meningkatkan panas menyediakan
tubuh kekebalan alami
Merangsang sistem Aliran darah paru
masuk jantung
Mengkatalis protein dan
Aktivitas otot
karbohidrat sederhana
Pernafasan pertama bayi Membantu bayi
Tekanan atrium kiri membunuh
naik mikroorganisme
Pemberian asi Menangis, menggigil
Udara masuk ke asing
paru-paru

Menggantiikan Meningkatkan panas


Penutupan foramen
mekonium dengan tinja tubuh
Alveolus mengembang ovale
tradisional
karena terisi udara

Hubungan esofagus Sistem hepatika dan


Sistem reproduksi bawah dan lambung
pria metabolisme
Sistem endokrin Sistem Fungsi ginjal
belum sempurna
Sistem keseimbangan asam
musculoskeletal basa
Usus bayi Rentan infeksi
Oksigen tertahan di alveoli belum matang
Gumoh/regurgitasi
wanita Jumlah nefron
Pertumbuhan Testis sudah turun Hepar dalam keadaan Kadang hormon dari ibu
tulang terjadi kedalam kolostrum imatur masih berfungsi Glikolisis anaerobik matur sedikit
chepalocaudal Ovarium sudah berisi
ribuan folikel primordial Spermatogenesis belum Enzim hepar belum aktif
Pembesaran kelenjar air Luas
Panjang kepala terjadi susu pada bayi laki-laki Derajat keasaman permukaan
lebih besar ¼ kali dan perempuan. Kadang darah rendah glomerulus dan
dari panjang badan Estrogen meningkat saat Sintesis bilirubin ada pengeluaran darah volume tubulus
bayi kehamilan dan menurun menurun dari vagina (menyerupai proksimal tidak
Preputium bisa berisi
tiba-tiba saat kelahiran haid) pada bayi seimbang
smegma
Ikterus fisiologis perempuan.
Lengan lebih
panjang sedikir dari Pengeluaran Aliran darah
Genetalia eksterna
kaki darah/mucus dari vagina ginjal relatif
membengkak dan Memetabolisme asam hyperinsulinemia
(pseudomenstruasi) kurang
hipermentasi sebagai lemak
efek dari hormon ibu
Ukuran dan bentuk Genetalia eksterna Maturasi paru diblok
kepala sedikit edema dan Retensi cairan
berubah akibat hiperpigmentasi akibat Akumulasi cairan di Cadangan asam lemak dan
penyesuaian jalan efek dari hormon ibu sekitar testis pada bayi rendah intoksikasi air
Janin dengan risiko
lahir
tinggi distress
hipoglikemi pernafasan Fungsi
Vernix kaseosa terdapat hidroceles
Ubun-ubun anterior tubulus tidak
di kedua labia
teraba lunak, matur
menutup pd bulan Sembuh sendiri
ke 12-18
Kehilangan natrium dan
Lingkar kepala ketidakseimbangan
bervariasi 33-37 cm elektrolit lain
e. Dampak
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Fungsi Kehidupan Intrauterin ke
Kehidupan Ekstrauterin
1. Faktor maturasi
Masa gestasi dari bayi baru lahir berhubungan erat dengan persiapan fetus dari
intrauterine ke ekstrauterin
2. Faktor adaptasi
Kemampuan janin dalam menyesuaikan diri dari intrauterine ke ekstrauterin
3. Faktor toleransi
Kemampuan bayi mentolerir, menghadapi hal-hal yang sebetulnya berbahaya
(Sulistyawati, 2011)
Perubahan-perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan adalah selama dalam
kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat kelahiran, adaptasi yang
sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup.
(Saputra Lyndon, 2014)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang
tinggi pada toraksnya dan tekanan ini hilang tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses
mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena
terdorong ke bagian porifer paru untuk kemudian di absorbs. Karena testimulus
oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas nafas
untuk pertama kali.
Tekanan intratoraks yang negative disertai dengan aktivitas nafas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru. Setelah
beberapa kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada
trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara.
(Walyani, dkk 2016)
Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan
dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus dapat
berfungsi, karena terdapat cukup surfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi
surfaktan dimulai pada usia 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
(Desidel dkk, 2011)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik
pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
beberapa faktor yaitu:
1) Stimulasi mekanik
Karena tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati jalan lahir.
Tekanan ini menyebabkan cairan di dalam paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80-100 ml) berkurang sebanyak ½ nya sehingga cairan tersebut
diganti udara
2) Stimulasi kimiawi
Penurunan PaO2 (dari 80 ke 15 mmHg). Kenaikan PaCO 2 (dari 40 ke
70 mmHg) dan penurunan Ph merangsang kemoreseptor yang terletak di
sinus karotikus
3) Stimulasi sensorik
Adanya rangsangan suhu dingin mendadak pada bayi saat
meninggalkan suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar yang
relative lebih dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang
impuls sensoris di kulit yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
4) Reflex deflasi hearing breur
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
(Saputra Lyndon, 2014)
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
1) Sistem perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan, kaki
dan sekitar mulut)
2) Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saat bangun dan 100 x/menit saat
bayi sedang tidur
3) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa
perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan
waktu. Perubahan sirkulasi janin ketika lahir:
Tabel 2.1 Perubahan sirukulasi janin ketika lahir
Struktur Sebelum lahir Setelah lahir

Vena umbilikalis Membawa darah Menutup, menjadi


arteri ke hati dan ligamentum teres
jantung hepatis

Arteri umbilikalis Membawa darah Menutup menjadi


arteri avenosa ke ligamentum
plasenta venosum

Duktus venosus Pirau darah arteri Menutup, menjadi


ke dalam vena cava ligamentum
inferior arteriosum

Foramen ovale Menghubungkan Biasanya menutup,


arteri kanan dan kiri kadang-kadang
terbuka
Paru-paru Tidak mengandung Berisi udara dan
udara dan sangat disuplai darah
sedikit mengandung dengan baik
darah berisi cairan

Arteri pulmonalis Membawa sedikit Membawa banyak


darah ke paru darah ke paru

Aorta Menerima darah Menerima darah


dari dua ventrikel hanya dari ventrikel
kiri

Vena cafa inferior Membawa darah Membawa darah


vena dari tubuh dan hanya dari atrium
darah arteri dari kanan
plasenta

4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan
ukuran dan tingkat aktivitas bayi
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbondioksida akan mengalami
penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi
pembuluh darah dan arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus
arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta
terhenti dan foramen ovale tertutup.
(Sondakh, 2013)
5) Nilai hematologi normal pada bayi
Tabel 2.2 Nilai Hematologi
Parameter Kisaran normal

Hemoglobin 15-20 g/dL

Sel darah merah (eritrosit) 5,0-7,5 juta/mm3

Hematokrit 43% - 61%

Sel darah putih (leukosit) 10.000-30.000/mm3

Neutrophil 40% - 80%

Eosinophil 2% - 3%

Limfosit 2% - 10%

Menosit 6% - 10%

Sel darah putih yang 3% - 10%


matur

Trombosit 100.000-280.000/mm3

Retikulosit 3% - 6%

Volume darah Pengleman tali pusat dini : 78 ml/kg


Pengleman tali pusat lambat: 98,6
ml/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali
pusat dini : 82,3 ml/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali
pusat lambat : 92,6 ml/kg

3. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh


Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah
daripada suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap hangat, bayi baru lahir
dapat menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan dengan stimulasi
lemak coklat. Namun, jika lingkungannya terlalu dingin bayi rentan
mengalami kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu tubuhnya
belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh, bayi baru lahir dapat mengalami
hipotermia
(Saputra Lyndon, 2014)
Simpanan lemak coklat sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan, tetapi suhu
tubuh bayi menurun lebih banyak energy yang digunakan untuk memproduksi
panas ketika diperlukan saja. Lemak coklat diproduksi dibawah bahu,
dibelakang sternum di leher sekitar ginjal dan kelenjar supra renal.
(Sulistyowati, 2011)
Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi
dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut:
1) Konduksi
Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu objek ke objek lain melalui
kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari tubuh bayi berpindah ke
objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi.
Contohnya : meja, tempat tidur, timbangan, tangan penolong yang dingin
2) Konveksi
Hilangnya panas melalui konveksi terjadi ketika panas dari tubuh bayi
berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Contohnya: kipas angina, pendingin ruangan (AC)
3) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua objek dengan suhu berbeda
tanpa saling bersentuhan. Kehilangan panas melalui radiasi terjadi karena
bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih
rendh dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung).
Contoh: bayi dibiarkan dalam ruangan dingin tanpa diberi pemanas, bayi
dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi ditidurkan berdekatan
dengan bagian ruangan yang dingin
4) Evaporasi
Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap. Evaporasi merupakan jalan utama bayi kehilangan panas,
kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir tubuh
bayi tidak segera dikeringkan.
(Saputra Lyndon, 2014)
Tiga faktor utama yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh
bayi:
(1) Luas permukaan tubuh bayi
(2) Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum berfungsi secara sempurna
(3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
(Walyani dkk, 2016)
Kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir dapat dicegah dengan cara
antara lain:
(1) Mengeringkan bayi dengan seksama, kecuali bagian tangan, verniks
kaseosa tidak perlu dibersihkan
(2) Menyelimuti bayi dengan selimutatau kain bersih dan hangat
(3) Menutupi bagian kepala bayi
(4) Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, kontak kulit
dengan kulit akan membantu perpindahan panas tubuh ibu ke bayi
(5) Menunda menimbang atau memandikan bayi baru lahir, bayi baru lahir
sebaliknya memandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah bayi lahir dapat
menyebbakan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir
(6) Menempatkan bayi di lingkungan yang hangat
(7) Menjauhkan tempat tidur bayi dan meja pemeriksaan dari jendela atau
pintu
(Saputra Lyndon, 2014)
Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara:
(1) Menggigil
Cara menggigil tidak efisien dan pada neonatus, terlihat hanya pada
kondisi stress dingin yang paling berat
(2) Aktifitas otot volunteer
Aktifitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas
bahkan pada bayi cukup bulan yang memiliki kekuatan otot yang
cukup untuk menangis dan tetap dalam posisi fleksi
(3) Termoregulasi (produksi panas tubuh) tanpa menggigil
- Peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat
(brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus dapat
menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan meningkatkan
kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepinefin
mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas
ke dalam sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan
oksigen yang terlihat dengan jelas dan bahkan dapat membuat
neonatus cukup bulan yang sehat menjadi lelah.
- Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan
panas. Lapisan lemak coklat berada pada dan disekitar tulang
belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan ginjal serta
pembuluh darah besar. banyaknya lemak coklat bergantung pada
usia gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir yang mengalami
retardasi pertumbuhan. Lemak coklat adalah sumber yang tidak
dapat diperbaharui pada bayi baru lahir. Penghasilan panas melalui
penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi lahir
akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor
prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta.
(Varney, 2008)
4. Metabolisme Karbohidrat
Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lair
menyebabkan seorang bayi harus mulai memertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu yang cepat (1 sampai 2 jam). Untuk memerbaiki penurunan kadar gula
darah tersebit dapat dilakukan tiga cara, yaitu
1) Melalui penggunaan ASI.
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen.
3) Melalui pengunaan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
Bayi baru lahir yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya
terjadi jika bayi baru lahir tersebut memunyai persediaan glikogen yang
cukup. Bayi yang sehat menyimpang glukosa dalam bentuk glikogen
(terutama di hati), selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
5. Sistim Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme,
dan mengabsopsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengonsumsi
lemak. Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi
baru lahir, kapasitas lambung masih terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi tergantung pada ukuran,
tingkat lapar, dan kesadaran bayi.
Pada bayi baru lahir, saluran pencernaan mengandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida, zat ini yang disebut dengan
meconium. Meconium biasanya dikeluarkan dalam 12-24 jam pertama dan
dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna kekuning-kuningan.
Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat pada neonatus,
kecuali amilase dan lipase. Amilase baru dihasilkan oleh kelenjar saliva
setelah usia 3 bulan dan oleh pankreas setelah usai 6 bulan, sedangkan lipase
baru dihasilkan oleh pankreas setelah 6 bulan.
Bayi yang diberi ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih dalam sehari, ASI
sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4 atau ke 5 persalinan. Walaupun
demikian setelah 3-4 minggu, bayi hanya BAB 1x setiap 2 hari. Sedangkan
bayi yang diberi susu formula lebih sering BAB tetapi lebih cenderung
mengalami konstipasi.
(Sulistyowati, 2011)

Tabel 2.3 Pola Perubahan Feses


Pola Deskripsi
Mekonium Tinja pertama bayi, yang tersusn atas cairan amniotic dan
penyusunannya, sekresi usus, sel mukosa yang lepas, dan
kemungkinan darah (darah ibu yang tertelan atau perdarahan darah
minor pembuluh saluran pencernaan). Pengeluaran meconium akan
sudah terjadi dalam 24 jam samapi 48 jam pertama, meskipun bisa
juga terlambat sampai 7 hari pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah.
Tinja transisi Biasanya keluara pada hari ketiga setelah menyusui, berwarna
cokelat kehijauan sampai cokelat kekuningan, dan kurang lengket
dibandingkan dengan meconium, bisa mengandung gumpalan susu.
Tinja susu Bisanya keluar pada hari keempat. Tinja bayi yang disusui ASI
berwarna kuning keemasan, kenyal dan berbau seperti susu. Tinja
bayi yang disusui susu formula berwarna kuning pucat sampai
cokelat muda, lebih padat, dan berbau lebih buruk.
Sumber : Saputra Lyndon (2014).
6. Sistim Perkemihan
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air, kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Ginjal
telah berfungsi tetapi belum sempurna karena jumlah nefron masih belum
sebanyak orang dewasa. Laju filtrasi glomerulus pada bayi baru lahir hanyalah
30-50 dari laju filtrasi glomerulus pada orang dewasa. Akibatnya kemampuan
mengeluarkan produk limbah dalam darah masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama. Jumlah
urine sekitar 20-30 ml/jam dan meningkat menjadi 100-200ml/jam pada akhir
minggu pertama. Frekuensi buang air kecil pada bayi berbeda-beda tergantung
pada asupan cairan. Umumnya bayi baru lahir akan buang air kecil sekali
dalam 24 jam perta,a, dua kali pada 24 jam kedua, dan tiga kali pada 24 jam
ketiga. Bayi yang diberi susu formula mungkin buang air kecil lebih sering,
tetapi jumlah urine pada bayi yang diberi ASI meningkat.setelah 3-4 hari
ketika ASI ibu telah muncul menggantikan jumlah kolostrum. Setelah hari
keempat, bayi baru lahir seharusnya sudah buang air kecil sebanyak 6-8 kali
dalam setiap 24 jam.
(Saputra Lyndon, 2014)
7. Sistim Hepatitis
Hati harus membantuk pembentukan darah selama kehidupan janin hingga
tingkat tertentu setelah lahir. Selama periode neonatal, hati menghasilkan zat
yang essensial untuk pembentukan darah. Hati juga mengendalikan jumlah
bilirubin tak berkonjungasi yang bersikulasi pigmen berasal dari hemoglobin
dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
Segera setelah lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan morfologis yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hati
belum aktif benar pada bayi baru lahir dan umumnya baru benar-benar aktif
sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Cadangan zat besi yang disimpan selama
dalam kandungan cukup memadai bagi bayi premature 4-6 bulan pertama
kehidupan ekstrauterine. Bayi premature dan berat badan lahir rendah
memiliki cadangan zat besi yang lebih sedikit yang hanya memadai untuk 2-3
bulan pertama. Pada saat itu bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi
zat besi.
(Saputra Lyndon, 2014)
8. Sistim Imum (Kekebalan Tubuh)
Sebelum plasenta lahir, plasenta merupkana sawar yang menjaga janin bebas
dari antigen dan stress imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi akrena sistim kekebalan tubuhnya belum matang.
Dalam perkembangannya, sistim kekebalan tubuh akan memberikan
kekebalan alami dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur perthanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi (Saputra
Lyndon, 2014).
Beberapa contoh imunitas alami, meliputi
1. Perlindungan barrier yang diberikan oleh kulit dan membrane mukosa.
2. Fungsi saringan alat saluran nafas.
3. Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung.
4. Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung.
Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah yang tersedia
pada saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme
asing.
(Varney, 2008)
Namun pada bayi baru lahir sel darah masih belum matang, artinya bayi baru
lahir tesebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Belum matangnya kekebalan alami pada bayi menyebabkan bayi sangat rentan
mengalami infeksi. Oleh sebab itu, pencegahan terhadap infeksi (seperti pada
praktik persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan
deteksi dini serta pengobatan dalam infeksi menjadi sangat penting.
(Saputra Lyndon, 2014)
Bayi memunyai beberapa imunglobin seperti IgE, IgA, dan IgM. Selama
trimester terakhir kehamikan terjadi transfer transparental imunoglobin IgG
dari ibu ke janin. Hal ini memberikan perlindungan pada janin untuk
memberikan pertahanan terhadap infeksi yang didapatkan dari antibodi ini.
Antibodi yang terbentuk memberikan kekebalan pasif pada bayi sekitar 6
bulan, sedangkan IgM dan IgA tidak mampu untuk melewati barrier plasenta
tetapi dapat dihasilkan oleh janin beberapa hari setelah lahir.
Tingkat IgG bayi sama atau kadang lebih tinggi dari ibunyam hal ini
disebabkan karena adanya kekebalan pasif selama bulan pertama kehidupan,
sedangkan IgM dan IgA rata-rata 20% dari orang dewasa yang dibutuhkan
selama 2 tahun untuk sama dengan orang dewasa. Tingka IgM dan IgA yang
relatif rendah dapat memudahkan masuknya infeksi IgA dapat memberikan
perlindungan terhadap infeksi pada saluran pernafasan, gastrointestinal, dan
mata. ASI terutama kolostrum dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi
sebagai perlindungan terhadap infeksi dalam bentuk lacrobacillua bifidusm
lactoferin, lysozyme, dan pengeluaran IgA akan mengakibatkan suasana asam
dan dapat menghambat pertumbuhan bakteru pathogen. Oleh karena itu, setiap
tindakan pada bayi ahrus berprinsip untuk mencegah terjadinya infeksi.
(Setyowati, 2011)
9. Sistim Reproduksi
Spermatogenesis pada bayi laki-laki, belum terhadi sampai mencapai
pubertasm tetapi pada bayi perempuan suah terbentuk folikel promodial yang
mengandung ovum pada saat lahir. Pada kedua jenis kelamin ini
pengambikan esterogen dari ibu untuk pertumbuhan payudara yang kadang-
kadang disertai 20ecret pada hari keempat atau kelima. Hal ini tidak
membutuhkan perawatan karena akan hilang dengan sendirinya. Pada bayi
perempuan kadang terjadi pseudomenstruasi dan labia mayora sudah terbentuk
menutupi labia minora. Pada laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum
pada akhir 36 minggu kehamilan.
(Setyowatim 2011)
10. Sistim Rangka Tubuh
Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi dibandingkan
hyperplasia, pemanjangan dan pengerasan tulang yang belum sempurna dapat
menfasilitasi pertumbuhan episis. Tulang yang berada dibawah tengkorak
tidak mengalami pengerasan. Hal ini penting untuk pertjnbuhan otak dan
memudahkan proses maulase pada waktu persalinan. Maulase dapat hilang
beberapa hari setelah kelahiran. Fontanela posterior menutup setelah 6-8
minggu sedangkan fontanela anterior membuka sampai 18 minggu.
Pengkajian terhadapa hidrasi dan tekanan intracranial dapat dilakukan dengan
palpasi fontanel.
(Setyowati, 2011)
11. Sistim Saraf
Jika dibandingkan dengan sistim lainnya, sistim saraf belum matang secara
anatomi dan fisiologu. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minim oleh kortex
serebri terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks tulang
belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi
sosial. Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir
menandakan adanya kerjasama antara sistim saraf dan sistim muskoloskeletal.
(Setyowati, 2011)
Macam-macam refleks pada bayi baru lahir, antara lain
Tabel 2.4 Refleks Bayi Baru Lahir
No Reflex Respon Normal Respon Abnormal
1 Reflex rooting Pada bayi baru lahir Respon yang lemah atau
(Mencari) menolehkan kepala kearah tidak ada respon terjadi pada
stimulus, membuka mulut, premature, penurunan atau
dan mulai menghisap bisa cedera neurologis, atau
pipi, bibir, atau sudut mulut depresi sistim syaraf pusat
bayi disentuh dengan jari (STP).
atau puting.
2 Refleks Refleks ini timbul bersamaan Muntah, batuk, atau
sucking dengan refleks rooting untuk regurgitasi cairan dapat
(Menelan) menghisap puting susu dan terjadi, kemungkinan
menelan ASI berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera,
terutama terlohat setelah
laringoskopi.
3 Reflex Refleks yang timbul bila ibu Tidak ada respon yang
grasping jari diletakkan pada telapak terjadi.
(Menggengga tangan bayi maka bayi akan
m) menutup telapak tangannya.
Respon yang sama dapat
diperoleh ketika telapak kaki
digores dengan ujug jari kaki,
menyebabkan jari kaki
menekuk. Genggaman
telapak tangan bayi biasanya
berlangsung usia 3-4 bulan.
4 Reflex moro Refleks dimana bayi akan Refleks asimatis terlihat
(Terkejut) mengembangkan tangannya pada cedera saraf perifer
lebar-lebar dan melebarkan (pelksus barkialis) atau
jari-jari lalu mengembalikan fraktur clavikula atau
dengan tarikan yang cepat fraktur tulang panjang
seakan akan-akan memeluk
seseorang. Jari-jari akan lengan atau kaki.
meregang dengam ibu jari
dan telujuk membentuk huruf
“C”. dapat diperoleh dengan
memukulkan permukaan
yang rata didekat bayi
terlentang.
5 Reflex Bayi akan berusahan untuk Respon asismetris terlihat
stapping merangkak ke depan dengan pada cedera saraf dan
(Merangkak) kedua tangan dan kaki bila gangguan neurologis.
diletakkan telungkup pada
permukaan yang datar.
6 Reflex tonic Refleks jika bayi mengangkat Respon persisten setelah
neck (Leher) leher dan menoleh ke kanan bulan keempat dapat
atau ke kiri jika diposisikan menandakan cedera
tengkurap. Refleks ini tidak neurologis.
dapat dilihat pada bayi usia 1
hari, refleks ini dapat diamati
sampai bayi usia 3-4 bulan.
7 Reflex Refleks bila ada ransangan Tidak ada respon yang
Babinsky pada telapak kaki akan terjadi.
bergerak ke atas dan jari-jari
lain membuka. Refleks ini
biasanya hilang setelah
berusia 1 tahun.
Sumber : Sondakh (2013).
Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah berkembang dan memiliki dampak
signifikan, pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk proses pertahanan
(attachment):
1) Pendengaran
Berkembang sangat baik pada saat lahir. Begitu cairan amnion dibersihkan
dari telinga, bayi mungkin telah memiliki tajam pendengaran yang sama
dengan orang dewasa. Bayi bereaksi terhadap suara dengan dengan berpaling
kearah sumber suara. Bayi baru lahir memberikan respon terhadap suara
berfrekuensi rendah seperti suara denyut jantung atau lagu nina bpbo dengan
menurunkan aktivitas motoric dan berhenti menangis. Suara berfrekuensi
tinggi memicu reaksi waspada.
2) Pengecap
Mampu membedakan rasa manis dan asam ada usia 72 jam.
3) Penciuman
Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan ASI yang lain.
4) Peraba
Sensitive terhadap nyeri, bereakasi terhadap stimulasi taktil.
5) Penglihatan
Mampu memfokuskan penglihatan sementara pada objek yang kurang atau
bergerak yang berjarak 20 cm dan pada garis tengah yang lapang penglihatan.
Pupil berekasi terhadap cahaya dan refleks berkedip mudah dirangsang. Bayi
sangat sensitif terhadap cahaya. Jika ruangan digelapkan, ia akan membuka
matad engan lebar dan melihat ke sekelilingnya.
(Saputra Lyndon, 2014)
Adaptasi Psikologis Bayi Baru Lahir Terhadapi Kehidupan di Luar Kandungan
Selain beradaptasi secara fisiologis, bayi abru lahir juga melakukan adaptasi
psikologis. Semua bayi baru lahir mengalami pola kejadian spesifik yang sama
setelah lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan tipe persalinan yang mereka
alami. Bayi baru lahir umumnya menunjukkan pola perilaku yang dapat ditebak
pada beberapa jam awal setelah kelahiran, ditandai dengan dua periode reaktivitas
yang diselingi dengan fase tidur. Adaptasi psikologis ini dipicu oleh ransangan
dari lingkungan ekstauterine setelah lahir dan mememliharakan kemajuan bayi
baru lahir kearah mandiri.
(Saputra Lyndon, 2014)
1. Periode transisi
Karakteristik setiap perilaku yang muncul selama jam-jam trasisi segerea
setelah kelahiran bayi. Bidan yang memahami perilaku ini akan memiliki
pemahaman yang benar terhadap variasi yang terjadi selama jam-jam tersebut.
Periode transisi merupakan waktu ketika bayi menajdi stabil dan
menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauterine. Perilaku bayi baru lahir
selama periode transisi dapat berubah jika bayi secara signifikan mengalami
distress atau sangat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan selama
persalinan.
Tabel 2.5 Tanda-tanda Transisi Normal
No Pengkajian Nilai Normal
1 Tonus Sebagian besar fleksi
2 Refleks Utuh
Menghisap
3 Perilaku Terjaga dan tidur bergantian
4 Bising Usus Ada setelah 30 menit
5 Nadi 120-160 denyut per menit, bervariasi
ketika tidur atau menangis dari 100-180
per menit.
6 Pernafasan 30-60x/menit, pernafasan diafragma
disertai dengan dinding abdomen.
7 Suhu Aksila: 365-375°C
Kulit: 36-365°C
8 Dextrostix Lebih dari 45 mg%
9 Hematokrit Kurang dari 65-70%
Sumber : Varney (2008).
Periode transisi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1) Tahap Reaktivitas I
Periode pertama reaktivitas dimulai sejak bayi lahir dan berlangsung
selama 30 menit. Karakteristik pada periode ini, yakni(Varney, 2008)
Karakteristik pada periode ini antara lain:
(1) Respirasi dan pernafasan berlangsung cepat (frekuensi pernafasan
mencapai 80 kali per menit) dengan irama yang tidak teratur.
(2) Ekspirasi mendungkur.
(3)Terdapat retraksi.
(4)Memilika sejumlah mukus.
(5)Bayi menangis kuat.
Periode ini memungkinkan orang tua berinteraksi dengan bayi
mereka dan nikmati kontak dengan bayi baru mereka. Refleksi menghisap
yang kuat pada periode ini menyediakan kesempatan yang baik untuk
insiasi menyusui dini.Banyak bayi baru lahir sudah dapat mengunci puting
susu ibu dan menghisap dengan baik pada pengalaman pertama. Selain itu
pada periode ini, maka bayi terbuka lebih lama dari hari-hari berikutnya
sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses pendekatan
(kulit denga kulit) karena bayi dapat memertahankan kontak mata dalam
waktu lama.
(Saputra Lyndon, 2014)
2) Tahap Interval (Tidur)
Tahap interval berlangsung dari 30 menit setelah kelahiran sampai 2 jam
setelah kelahiran, selama bayi baru lahir tidur.
(Varney, 2008)
Pada fase ini bayi baru lahir atau aktivitasnya berkurang. Fase tidur
ini mengacu pada periode berkurangnya responsitivitas. Gerakan lebih tidak
menghentak dan frekuensi gerakan periode frekuensi pernafasan dan denyut
jantung menurun kembali ke nilai dasar seiring dengan masuknya bayi
dalam fase tidur, warna kulit cenderung stabil, dan bisa terdengar bising
usus. Otot-otot menjadi relaks dan responsitivitas terhadap ransangan dan
luar bekurang. Selama fase ini sasngat sulit untuk berinteraksi dengan bayi
dan bayi terlihat tidak tertarik untuk menyusu. Waktu yang tenang ini dapat
digunakan oleh ibu dan bayi untuk tetap dekat dan beristirahat bersama
setelah persalinan.
(Saputra Lyndon, 2014)

3) Tahap Reaktivitas II
Periode reaktif yang berlanjut dan 3 jam setelah kelahiran sampai bayi
berusia sekitar 6 jam.
(Varney, 2008)
Denyut jantung dan laju pernafasan meningkat. Frekuensi nadi apikal
berkisar 120-160 x/menit, sedangkan frekuensi pernadfasan berkisar 30-
60x/menit. Peristaltik juga meningkat sehingga bukanlah hal yang jarang
bagi baru lahir untuk mengeluarkan meconium. Selain itu, aktivitas motorik
dan tonus otot meningkat sehubungan dengan peningkatan koordinasi otot.
Interaksi antara ibu dan bayi selama periode kedua reaktivitas di dorong jika
ibu telah beristirahat dan menginginkannya. Periode ini juga menyedikan
kesempatan yang bagus bagi orang tua untuk memeriksa bayinya dan
mengajukan pertanyaan. Pada periode ini perlu dilakukan pemantauan ketat
atas kemungkinan bayi terdesak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan,
pemantauan setiap kejadian apnea, dan mulai melakukan metode stimulasi
keinginan atau rasnangan taktil segera, misalnya mengusap punggung,
memiringkan bayi, serta mengkaji keinginan dan kemauman untuk
menghisap.
(Saputra Lyndon, 2014)
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Sekitar
42 % nenonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonaturum, sepsis,
meningitis, pneumonia dan diare. Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian
esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilakukan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat
memberikan asuhan dasar selama kunjungan neonatal atau pasca persalinan,
asuhan dasar bayi baru lahir dan pada saat melakukan penatalaksanaan penyulit.
Tindakan ini merupakan upaya menurunkan risiko terjangkit infeksi
mikroorganisme yang menimbulkan penyakit berbahaya.
(Saputra Lyndon, 2014)
1. Ada 3 faktor yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi yaitu:
1) Jaga kebersihan kulit bayi agar tetap dalam keadaan sehat sehingga jika
bakteri akan masuk ke dalam tubuh bayi, bakteri tersebut tidak memiliki
jalan untuk memasuki jaringan tubuhnya
2) Jaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar bayi
3) Gunakan pengaman dan teknik perawatan yang baik untuk menghindari
infeksi silang
2. sebab-sebab infeksi
1) Petugas kesehatan
Penyebaran infeksi dapat melalui hidung, tangan, kulit maupun pakaian
petugas kesehatan. Bisa juga disebabkan oleh mikroorganisme dari orang
tua bayi
2) Udara dan debu
Udara dan debu dalam ruangan perawatan banyak mengandung bakteri,
salah satunya adalah stapilococcus yang paling banyak menimbulkan
infeksi
3) Peralatan
Infeksi juga disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak steril
4) Infeksi silang
Dalam suatu ruangan jika ada salah satu bayi yang terinfeksi maka bayi
yang lain juga akan terkena
(Setyowati, 2011)
5) Untuk mencegah infeksi pada saat menangani bayi baru lahir, penolong
harus melakukan tindakan pencegahan infeksi yaitu:
(1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan bayi
(2) Gunakan satung tanagn bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan
(3) Pastikan semua peralatan (termasuk klem, gunting dan benang tali
pusat) telah diberi DTT atau dalam keadaan steril
(4) Jika menggunakan bola karet pengisap, gunakan bola karet yang
bersih dan baru
(5) Pastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih, misalnya
pakaian, handuk, selimut dank ain
(6) Pastikan semua peralatan yang bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih, misalnya timbangan, pita pengukur, thermometer dan
stetoskop
(7) Anjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara (putting
susu jangan dibersihkan dengan sabun)
(8) Bersihkan muka, bokong dan tali pusat dengan air hangat
(9) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita peyakit dan infeksi
dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya
(Saputra Lyndon, 2014)
f. Permasalahan
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60x/menit
b. Kehangatan (terlalu panas >380C atau terlalu dingin <360)
c. Warna kuning (terutama 24 jam pertama, biru atau pucat memar)
d. Pemberian makan-hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e. Tali-pusat-merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f. Infeksi-suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau busuk
pernapasan sulit
g. Tinja/kemih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada
lendir atau darah pada tinja
h. Aktivitas menggigil atau nangis tak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus

i. Askeb Teori Kasus


1. Data Subjektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa kepada ibu klien,
keluarga dan anggota tim kesehatan lain. Data ini mencakup semua keluhan dari
keluarga klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Adapun anamnesa ini
meliputi :
1. Biodata
Nama bayi : By. “ …” untuk membedakan dengan klien lain.
Jenis kelamin : Laki-laki atau perempuan.
Umur : Beberapa hari, bulan untuk mengantisipasi diagnosa
masalah kesehatan dan jenis terapi yang diberikan.
Alamat : Untuk mengetahui atau mempermudah hubungan
bila keadaan mendesak dan memberi petunjuk
keadaan lingkungan bayi.
Nama kedua ortu : Untuk mengetahui identitas orang tua klien.
Umur : Mengetahui orang tua sudah matang apa belum
dalam riwayat bayi.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektualitas orang tua
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
kesehatan seseorang.
Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan
orang tua bayi terhadap masalah kesehatan dan
mengetahui tingkat ekonomi keluarga.
Agama : Untuk mempermudah petugas dalam melakukan
pendekatan.
Alamat : Mempermudah hubungan bila keadaan mendesak
dan memberi petunjuk keadaan lingkungan bayi.
2. Keluhan utama
Hal mendasari klien dirawat dalam hal ini pasien tampak lemah, malas minum
dan kulit nampak kuning pada muka, dada.
3. Riwayat penyakit sekarang
Bagaimana riwayat kesehatan bayi saat datang ke RS. Apakah dalam keadaan
sehat atau tidak.
4. Riwayat yang lalu
Bagaimana riwayat kesehatan bayi dari lahir sampai sekarang, apakah
menderita sakit atau tidak, pernah MRS atau tidak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat kesehatan yang dapat mempengaruhi keadaan bayinya saat ini
atau tidak. Apakah keluarga ada yang mempunyai kelainan pada golongan
darah.
6. Riwayat neonatal
a. Prenatal

Berapa umur kehamilan.


Bagaimana keadaan ibu saat hamil, keluhan yang pernah dialami ibu
memeriksakan kehamilannya dimana, obat yang pernah didapat, imunisasi
TT atau belum, beberapa kali.
b. Natal
Umur kehamilan berapa saat lahir, bagaimana proses kelahirannya apakah
ada kulit, dimana, ditolong siapa, bagaimana keadaan bayi saat lahir, berapa
beratnya dan panjangnya.
c. Post natal
Apakah ada kelainan.
Apakah bayi langsung minum ASI atau tidak.
7. Riwayat imunisasi
Mengetahui bayi sudah diberi imunisasi atau belum, imunisasi yang seharusnya
diberikan pada bayi adalah hepatitis B.
8. Kebutuhan dasar bayi
a. Pola nutrisi
Untuk mengetahui jenis pola nutrisi bayi yang sudah didapat, ASI/ PASI
kapan mulai diberikan. Pada bayi kebutuhan nutrisi ASI/ PASI adalah 8x60
cc/ hari. Pada bayi ikterus fisiologis masalah minum.
b. Pola istirahat
Data yang ditanyakan yaitu berapa lama tidurnya (sekitar 14 – 16 jam/ hari)
rewel atau tidak. Pada bayi dan ikterus fisiologis lebih banyak tidur.
c. Pola aktivitas
Untuk mengetahui bayi bergerak aktif atau tidak, pada bayi dan ikterus
biasanya bayi nampak lemah atau retargi pada bayi ikterus reflek lemah.
d. Pola eliminasi
Data yang ditanyakan frekuensi, warna dan konsistensi BAB dan BAK
dalam sehari, pada bayi dengan ikterus BAB bayi seperti dempul, BAK
berwarna kuning kecoklatan.
e. Pola personal hygiene
Untuk mengetahui tingkat kebersihan bayi, beberapa kali mandi ganti baju
dan popok dalam sehari.
2. Data Obyektif
Data obyekti adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Data obyektif meliputi :
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik atau tidak.
TTV Nadi : 110 – 120x/ menit.
Suhu : 36,5 – 37,5 oC.
RR : 40 – 60x/ menit.
Antropometri :
BBL : 2500 – 4000 gram.
PBL : 49 – 53 cm.
MO : 36 cm.
FO : 34 cm.
SOB : 32 cm.
LD : 33 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Apakah terdapat benjolan atau tidak, bagaimana
kulit kepala dan rambut, apakah kepala bayi
terdapat caput atau cepal hematom, apakah UUB
bayi sudah menutup atau belum.
Muka : Apakah kulit muka bayi tampak kuning atau tidak.
Mata : Mata simetris apakah tidak, sklera nampak kuning,
konjungtiva nampak anemis atau tidak, simetris
atau tidak.
Hidung : Apakah ada kelainan bentuk hidung atau tidak,
terdapat polip atau tidak, apakah terdapat
pernafasan cuping hidung atau tidak.
Mulut dan gigi : Simetris atau tidak, terdapat kelainan bentuk bibir
atau tidak, mukosa bibir lembab atau tidak, apakah
gigi sudah tumbuh atau belum.
Telinga : Apakah telinga simetris atau tidak, adakah serumen
atau tidak.
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak,
apakah terdapat pembendungan vena jugularis atau
tidak, kulit leher kuning.
Dada : Apakah terdapat tarikan intercosta, apakah terdapat
vena jugularis, kulit dada tampak ikterus.
Abdomen : Apakah terdapat lesi, perut membuncit atau tidak,
kulit perut ikterus atau tidak, tali pusat kering atau
basah, bau atau tidak.
Genetalia : Jenis kelamin laki-laki atau perempuan, terdapat
lesi atau tidak, apakah skrotum sudah turun.
Anus : Apakah terdapat atresia ani atau tidak.
Ekstremitas : Apakah simetris atau tidak, oedem atau tidak,
apakah terdapat gangguan pergerakan atau tidak.
b. Palpasi
Leher : Apakah terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau
tidak, terdapat pembendungan vena jugularis atau
tidak.
Ketiak : Apakah terdapat pembesaran kelenjar limfe atau
tidak.
Perut : Apakah terdapat nyeri tekan atau tidak, apakah ada
pembesaran hepar atau tidak.
Ekstremitas : Simetris atau tidak, oedem atau tidak, jumlah jari
lengkap atau tidak, ada gangguan pergerakan atau
tidak.
c. Auskultasi
Dada : Adakah bunyi ronchi dan wheezing atau tidak.
Abdomen : Ada bising usus atau tidak.
d. Perkusi
Perut : Terdapat bunyi timfani atau tidak.
3. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
Kenaikan berat badan bayi baru lahir rata-rata 20 – 30 gram/ hari,
menjelang 1 bulan berat badan kira-kira 4 kg.
Panjang badan bertambah 2,5 – 4 cm selama bulan pertama.
Ukuran keliling kepala bayi baru lahir rata-rata 35 cm kenaikan 1,5
cm/ bulan.
b. Perkembangan
1. Reflek pelindung
a. Moro reflek kuat atau lemah.
b. Tonick neck reflek kuat atau lemah.
2. Reflek makan
a. Suckling reflek kuat atau lemah.
b. Rooting reflek kuat atau lemah.
c. Swallowing reflek kuat atau lemah.
3. Indra penglihatan
a. Saat ada rangsangan cahaya mata bayi dapat menangkap
rangsangan cahaya.
b. Indra pendengar.
c. Saat ada suara alat pendengaran terangsang.
4. Indra pencium
a. Saat hidung bayi ditempelkan pada puting susu bayi mencari
puting dan menempelkan ke mulutnya.
4. Pemeriksaan Penunjang

3. Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan bidan
bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama kegiatan
ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu yang singkat dan
efektif hemat dan berkualitas.
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal : 14-Juli- 2020 Jam : 04.55 WIB

Nama bayi : By. Ny. “Y”

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 14 Juli 2020

Anak ke : Empat

Usia : 0 Hari

Biodata orang tua

Nama Ibu : Ny.”Y” Nama Ibu : Tn.”N”

Umur : 36 tahun Umur : 37 Tahun


Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S-1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru TK Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kalisangkrah Rt 30 Alamat : Jl. Kalisangkrah Rt 30
Rw 7 Desa Sumberoto, Rw 7 Desa Sumberoto,
Malang Malang
Cara Masuk : Bayi Baru Lahir
Diagnosa : By. Ny “Y” Usia 0 hari

A. DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan bayinya lahir secara normal,


dalam keadaan sehat,menangis kuat dan
bergerak aktif warna kulit merah.

2. Riwayat Perkawinan Orang : Ibu mengatakan menikah 1 kali dan sudah


mempunyai 4 orang anak.
Tua
3. Riwayat Kesehatan Yang : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit menular maupun menahun.
Lalu
4. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 14
Juli 2020, jam 04.55 WIB secara normal di
PMB Titin Sutriyani dengan jenis kelamin :
Perempuan, hidup, menangis kuat spontan,
BBL : 3600 gram, PBL : 51cm, tidak ada
kelainan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti batuk
rejan, penyakit kuning, batuk, pilek, penyakit
menahun seperti darah tinggi, asma, jantung
dan kencing manis, juga tidak ada riwayat
keturunan kembar.

6. Riwayat prenatal : Ibu hamil ke empat dengan UK 38-39 minggu.


Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya
di PMB Supiana
TM I : 1x di di PMB Supiana Ny.”Y“,
keluhan mual, muntah,
TM II : 1x di di PMB Supiana, tidak ada
keluhan.
TM III : 2x di di PMB Supiana, tidak ada
keluhan.
Obat-obatan yang didapat selama hamil :
TM I : Vitamin C, Kalk
TM II : Fe, Vitamin C, Kalk,
TM III : Fe, Vitamin C, Kalk.

7. Riwayat Intranatal : Bayi lahir spontan, menangis kuat, ditolong


bidan pada tanggal 14 Juli 2020, jam 04.55
WIB, di di PMB Titin Sutriyani, jenis kelamin :
Perempuan, BBL : 3600 gram, PBL : 51 cm,
MO :31 cm, FO : 32 cm, SOB :33 cm, Lila :
10 cm, ada lubang anus, ketuban jernih, bayi
lahir spontan langsung menangis.

8. Riwayat Post Natal : Segera setelah lahir bayi langsung menangis


kuat,nafas spontan, akral hangat, kemudian
bayi dikeringkan dan diberikan rangsangan
taktil.
9. Pola Aktivitas Sehari -Hari :
- Pola Nutrisi : Setelah 1 jam kelahiran, bayi langsung
disusukan untuk mendapatkan ASI.

- Pola Aktivitas : Bayi sering tertidur dan bila bangun bergerak


aktif.
- Pola Istirahat : Bayi lebih sering tidur, menangis bila lapar,
BAK dan BAB.
- Pola Eliminasi : BAB : 1x mekonium
BAK : 1x warna kuning jernih, bau khas
- Pola Personal Hygiene : Bayi belum dimandikan
10. Data Imunisasi :
- Jenis : -
- Waktu Pemberian : -
- Reaksi Setela Pemberian : -
- Tindakan Untuk : -
Mengatasi Reaksi
11. Riwayat Pemberian Makanan : -
Tambahan
- Usia Pemberian : -
- Jenis MP ASI : -
- Frekuensi : -
- Jumlah Pemberian : -
12. Riwayat Perkembangan :
Sesuai dengan Usia
13. Genogram Keluarga : --
14. Riwayat Sosial Budaya : -
- Sosial : -
- Latar Budaya : -

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum : Baik


- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : -
- Nadi : 124x/menit
- Suhu : 36.60 C
- RR : 40 x/menit
- Tinggi Badan : 50 cm
- Berat Badan : 3600 gram
- Lingkar Kepala : 31 cm
- Lingkar Dada : 38 cm
- Lingkar Lengan : 10 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

Kepala : Rambut lurus, warna hitam, tidak ada molase, kulit


kepala bersih, tidak oedem, besranya seperempat
panjang tubuh, fontanel anterior bentuk laying-layang,
fontanel posterior bentuk segitiga.
Kulit : Warna kulit merah muda, terdapat verniks
caseosa,tidak ada pembengkakan.
Muka : Tidak pucat, tidak oedem, muka berwarna merah muda
dan muka bulat.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih, tidak
ada strabismus, tidak oedem palpebra, tidak ikterus,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
Hidung : Bersih, tidak ada cairan ketuban, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada lendir yang
keluar.
Mulut : Lidah bersih, bibir lembab, tidak ada labioschisis, tidak
ada palatoschisis, gigi belum tumbuh, reflek hisap
kuat.
Telinga : Simetris, daun telinga sejajar dengan bola mata, bersih,
tidak ada serumen.
Leher : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid.
Dada : Kedua putingsusu simetris, tidak ada penarikan
intercosta.
Abdomen : Tali pusat belum lepas, terbungkus kasa steril pada tali
pusat, tidak ada tanda-tanda perdarahan.
Punggung : Tidak ada kelainan punggung, bersih.
Genetalia : Jenis kelamin Perempuan, terdapat labia mayora
menutupi labia minora. Terdapat lubang vagina,
lubang uretra dan klitoris.
Anus : Anus berlubang
Ekstremitas atas : Simetris,tidak ada kelainan jumlah jari, tidak ada
fraktur, pergerakan bebas, tiak ada lesi dan gerak
reflek aktif.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan jumlah jari, tidak ada
fraktur, pergerakan bebas, tidak ada lesi dan babynski
reflek aktif.

b) Palpasi

Kepala : Teraba UUB belum menutup, UUK sudah menutup,


kondisi datar, tidak ada molase, tidak teraba benjolan
dan tidak ada oedema.
Leher : Tidak teraba pembesaran pembendungan vena
jugularis.
Axilla : Tidak teraba benjolan, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe.
Abdomen : Tidak teraba pembesaran hepar.
Punggung : Tidak teraba kelainan congenital seperti spina bifida.
Ekstremitas atas : Akral hangat.
Ekstremitas bawah : Akral hangat.

c) Auskultasi

Dada : Tidak ada suara ronchi dan wheezing.


Abdomen : Terdengar bising usus 20 x/menit.
d) Perkusi

Abdomen : Tidak meteorismus.

3. Tumbuh Kembang
a) Reflek Makan
Rooting Reflek :
Suckling Reflek :
Swallowing Reflek :
b) Reflek Pelindung
Tonickneck Reflek :
Graps Reflek :
Babynski Reflek :
Stepping Reflek :
Moro Reflek :
4. Pengukuran Antropometri
BBL : 3600 gram
PBL : 50 cm
LD : 38 cm
Lingkar Kepala
MO : 31 cm
FO : 32 cm
SOB :33cm
C. ANALISIS / INTEPRETASI DATA
Bayi Ny “Y” usia 0 Hari Dengan Neonatus Cukup Bulan Fisiologis
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan keluarga.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Mengobservasi TTV dengan hasil :
Suhu : 36.6o C
Nadi : 124 x/menit
RR : 40 x/menit
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi :
- Selimuti bayi dengan selimut/ kain bersih dan hangat
- Tutupi kepala bayi dengan topi
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
- Meletakkan bayi ditempat yang hangat.
6. Memberikan vitamin K pada bayi 1 jam segera di paha kiri
7. Memberikan salep mata dengan cara mengoleskan tetracyclin 1% pada mata bayi
8. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
- Pernafasan : Jika sulit/ lebih dari 60 x/menit.
- Kehangatan : Terlalu panas ( > 38 C) atau terlalu dingin (< 36 C)
- Warna : Kuning (terutama pada 24 jam pertama biru/pucat)
- Pemberian makanan : Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
- Tali pusat : Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
- Aktivitas :Menggigil, menangis tidak bisa (merintih) sangat
lemah, lunglai, kejang.
9. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
10. Evaluasi : ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan.

Mengetahui,
Preceptor Akademik Preceptor Praktek

Dwi Retnowati, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes

Mahasiswa

Titin Sutriyani

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan kepada By Ny”Y” yang dilaksankan
pada tanggal 14 Juli 2020, yaitu pada bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan. Dalam
hal ini penulis ingin melakukan perbandingan antara kasus yang didapatkan dengan teori
yang ada.
Standar kunjungan bayi baru lahir sebanyak 3 kali yaitu kunjungan pertama pada 6–
24 jam setelah bayi lahir, kunjungan yang kedua pada Hari ke 2 setelah bayi lahir,
kunjungan ke tiga yaitu pada Minggu ke 3 setelah bayi lahir. Sedangkan pada kasus yang
didapat ibu melakukan 5 kali kunjungan yaitu pada 8 jam bayi baru lahir untuk kunjungan
pertama, untuk kunjungan kedua pada 3 hari bayi baru lahir, kunjungan ke tiga pada 7 hari
bayi baru lahir, kunjungan ke empat yaitu pada 2 minggu bayi baru lahi, kunjungan ke lima
yaitu 1 bulan bayi baru lahir, sehingga dalam hal ini standar kunjungan yanga ada dan
tinjauan kasus yang ada sudah sesai dan tidak ada kesenjanga.
Bayi lahir pada pukul 04.55 WIB secara normal dan spontan dengan letak kepala.
Segera dilakukan penganganan bayi baru lahir normal yaitu penjepitan dan pemotongan tali
pusat. Dan diperlakukan HAIKAP (Hangatkan, atur posisi, isap lender, keringkan, atur
posisi Kembali, penilaian awal). Setelah dilakukan Langkah tersebut bayi dilakukan
penilaian awal, bayi bernafas spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan. Tonus otot
aktif, apgar skor 8 pada menit pertama dengan keadaan bayi seperti itu bayi termasuk
dalam keadaan nomal. Menurut Marni dan Rahardjo (2014), bayi normal jika diperoleh
nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan nilai APGAR 4-6 atau bayi menderita asfiksia
berat nilai APGAR 0-3. Segera tubuh bayi dikeringkan untuk mencegah hipotermi,
kemudian dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi Ny. “Y” dapat menemukan puting
ibunya dan menghisap dengan kuat dalam waktu 30 menit. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa bayi dapat menemukan putting susu ibunya dalam jangka 1 jam pertama (Marmi dan
Rahardjo, 2014). Dalam teori penatalaksanaan bayi baru lahir dan kasus yang didapatkan
sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 14 Juli 2020 jam 11.00 WIB atau 7 jam
setelah bayi lahir. Bayi dilakukan pemeriksaan data subyektif, obyektif, Analisa data dan
penatalaksanaan. Pemeriksaan obyektif dilakukan pemeriksaan umum dengan hasil bayi
dalam batas normal yaitu nadi 124 kali/menit, pernafasan 40 kali/menit, suhu 36,6ºC,
termaksud BBL normal sesuai dengan kenyataan Marmi dan Rahardjo (2014) bahwa laju
jantung bayi baru lahir yaitu 110- 180 kali per menit, suhu normal yaitu 36,50 c–37,50c dan
pernafasan 40-60 kali per menit. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan PB 50 cm, BB
3200 gram, LK 32 cm, LD 33 cm, lila 11 cm masih tergolong BBL normal karena menurut
teori panjang badan normal 48 cm–52 cm, lingkar kepala normal 32 cm– 35 cm, lingkar
dada normal 30 cm–33 cm, lingkar lengan atas normal 11 cm–14 cm, berat badan normal
2500 grm–4000 grm (Marni dan Rahardjo, 2014). Pada pemriksaan fisik dilakukan secara
menyeluruh seperti head to toe. Pada pemeriksaan perut didapat kan hasil bahwa tali pusat
bersih dan tidak ada darah yang keluar atau tanda-tanda infeksi. Bayi dengan jenis kelamin
laki-laki pada daerah genetalia testis sudah turun kedalam skrotum, dan bayi sudah BAK,
pada daerah anus terdapat lubang anus, dan bayi sudah mengeluarkan meconium.
Setelah pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan reflek pada bayi meliputi reflek
moro, reflek Rooting, reflek Sucking, reflek Swallowing, reflek Tonick neck dan reflek
Babinski. Reflek-reflek tersebut dapat di ketahui melalui berbagai hal. Menurut Vivian,
(2010) Reflek morro/terkejut : Ketika tangan pemeriksa dihentakkan disamping bayi,
seketika bayi terkejut. Reflek mengenggam : Ketika jari tangan pemeriksa diletakkan di
tanggan bayi, bayi segera menggengggam kuat. Reflek rooting/mencari : Ketika jari
pemeriksa diusapkan didaerah mulut bayi maka bayi segera mencari kearah usapan
tersebut. Reflek menghisap /sucking : Dapat diketahui saat ibu menyusui bayinya, saat itu
bayinya menyusu dan hisapannya sangat kuat. Reflek glabela : Ketika bagian dahi antara
dua alis mata disentuh, seketika itu mata bayi menutup dengan rapat. Reflek babinski :
Dapat diketahui pada saat bagian bawah kaki diusap dan jari-jari kaki akan mencengkeram.
Reflek tonic neck: Ketika kedua tangan bayi dia ngkat, bayi berusaha mengangkat
kepalanya. Pemeriksaan reflek yang dilakukan kepada By Ny “Y” didapatkan hasil semua
baik atau normal. Dalam hal pemeriskaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pada kasus yang ada tidak bertentangan dengan teori yang ada.

Setelah dilakukan pemeriksaan subekif, obyektif dan Analisa data maka dilakukan
penatalaksanaan sesuai dengan keadaan bayinya. Adapun penatalaksanaan yang diberikan
meliputi menganjurkan ibu untuk rajin memberikan ASI setiap saat bayi inginkan (on
deman) sesuai dengan pernyataan Marmi dan Rahardjo (2014) memberikan ASI secara on
deman agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan
tali pusat dan ASI eksklusif yaitu pemberian ASI pada bayi sejak lahir sampai 6 bulan
tanpa diberikan makanan apapun. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi sejak lahir sampai 6
bulan tanpa diberikan makanan apapun. Selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya,
perawatan sehari-hari pada bayi baru lahir, dan tanda bahaya pada bayi baru lahir,
mengganti popok yang basah, dan memberikan injeksi Hb 0 pada bayi. Hal ini sudah sesuai
dengan standar kunjungan pertama pada bayi baru lahir, Adapun penatalaksanaan yang di
berikan pada kunjungan pertama bayi baru lahir yaitu Jaga kehangatan tubuh bayi,
Pemeriksaan fisik bayi, Berikan ASI esklusif, Memeriksa tanda bahaya infeksi,
Memberikan injeksi Hb 0, Merawat tali pusat, Mengganti popok yang basah (Muslihatun,
2010). Sehingga dapat di simpulkan bahwa teori dan kasus yang ada sudah sesuai dan tidak
ada kesenjangan. Kemudian bayi diberikan penyuntikan Hb0 sebanyak 0,5 cc di paha
anterolateral sebelah kanan bayi secara intra muscular. Hal ini sesuai dengan teori Marmi
dan Rahardjo (2014) bahwa pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir hingga usia 7
hari untuk mencegah terinfeksi virus hepatitis B. Dari penjelasan tinjauan teori-teori
tersebut jika di padukan dengan tinjauan kasus sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengkajian pada bayi baru lahir pada By. Ny. “Y” umur 0 hari fisologis
tanggal 14 Juli 2020, jam 04.55 WIB dengan umur kehamilan 38-39 minggu. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu : 36.6o C, RR : 40 x/menit, warna kulit merah
muda, gerakan aktif, menangis kuat, terdapat lanugo, verniks caseosa, BBL : 3600
gram, PBL : 51 cm, reflek rooting ,babynski reflek + /+ , reflek suckling + .
Ibu diharapkan mengetahui keadaan bayinya dan saat melakukan pemeriksaan fisik
BBL dari kepala sampai kaki tidak ditemukan adanya keabnormalan. Pada analisa di
dapatkan By. Ny. “Y“ Umur 0 hari fisologis. Pada penatalaksanaan dari asuhan
kebidanan adalah Melakukan pendekatan terapeutik dengan keluarga, Mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi. Mengobservasi TTV dengan hasil Suhu : 36.6o
C, Nadi : 124 x/menit, RR : 40 x/menit. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya,
Mempertahankan suhu tubuh bayi, Memberikan vitamin K pada bayi 1 jam segera di
paha kiri, Memberikan salep mata dengan cara mengoleskan tetracyclin 1% pada mata
bayi, Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, Memotivasi ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif

5.2 Saran
5.2.1 Pada Petugas Kesehatan
1.Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir lebih
memperhatikan pada bayinya agar tidak terjadi hipotermi.
2.Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan.
3.Sebaiknya ibu dan bayi dijadikan satu dalam rawat gabung sedini mungkin.
5.2.2 Pada Keluarga
1.Memberikan ASI sampai usia 6 bulan.
2.Hendaknya mengerti pertumbuhan dan perkembangan pada bayinya.
3.Hendaknya ibu maupun keluarga melaksanakan perawatan tali pusat yang
benar seperti yang pernah diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA
DepkesRI. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Deslidel, dkk. 2015. Buka Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.

Muslihatun, W.N. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Rutgers, WPF Indonesia. 2016. Kertas Kajian SRHR dan AGENDA 2030 Memposisikan
SRHR di seluruh bidang pembangunan berkelanjutan dalam
www.rutgerswpfinfo.org. Diakses 2 Januari 2018 pukul 16.18 WIB.

Saifuddin, AB. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bida Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Saputra, Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.

Setyowati, Endang Buda. 2011. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita
dalam www.griyahusada.ac.id. Diakses pada 16 Januari 2018 pukul 12.18 WIB.

Sondakh, Jenny J. 2013. Asuhan Kebidanna Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.

Varney. 2008. Buka Ajar Asuhan Kebidanan dalam Edisi 4 Volume 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai