DI PMB SUPIANA
KEDUNGKANDANG- MALANG
Disusun oleh :
NIM. 2019080198
HUSADA JOMBANG
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan Pada Bayi
Ny.”Y” Umur 1 hari fisiologis di PMB Supiana Kedungkandang Malang. Dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan
semua pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada
Jombang.
3. Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb, selaku preceptor akademik
4. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes, selaku preceptor klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan
kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan
kebidanan ini bermanfaatbagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES
Husada pada khususnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangakan pola pikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan kebidanan secara nyata.
b. Tujuan Khusus
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny N umur 1 jam secara
fisiologis diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi masalah
3. Menentukan antisipasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan atau tindakan segera
5. Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
7. Melakukan evaluasi
1.3 Manfaat
Bagi Penulis : Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang
didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam
pelaksanaan praktek klinik.
Bagi Klien : Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
c. Tanda Gejala
1) Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Panjang badan : 48 - 52 cm
2. Berat badan : 2500 - 4000 gram
3. Lingkar kepala : Circumferential suboccipito bregmatica : 32 cm
Circumferential fronto occipitalis : 34 cm
Circumferentia mento occipitalis : 35 cm
4. Lingkar dada : 30 - 38 cm
5. Masa kehamilan : 37 - 42 cm
6. Denyut jantung
Pada menit-menit pertama 180 x/menit, kemudian turun menjadi
120x/menitpada saat bayi berumur 30 menit
7. Respirasi
Pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 x/menit kemudian turun menjadi
40 x/menit
8. Kulit
Berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi verniks kaseosa
9. Kuku : agak panjang dan lemas
10. Eliminasi
Eliminasi baik urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama
11. Suhu : 36,5 - 370C
12. Refleks
Reflex menghisap dan menelan, reflex moro, reflex menggenggam sudah
baik. Jika dikagetkan bayi akan memerlihatkan gerakan seperti memeluk
(reflex morro), jika diletakkan suatu benda di telapak tangan bayi akan
menggenggam (grasping reflex)
13. Genetalia
1) Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora
2) Laki-laki : testis sudah turun dalam skrotum
(Saputra Lyndon, 2014)
2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Fungsi Kehidupan Intrauterin ke
Kehidupan Ekstrauterin
1. Faktor maturasi
Masa gestasi dari bayi baru lahir berhubungan erat dengan persiapan fetus
dari intrauterine ke ekstrauterin
2. Faktor adaptasi
Kemampuan janin dalam menyesuaikan diri dari intrauterine ke
ekstrauterin
3. Faktor toleransi
Kemampuan bayi mentolerir, menghadapi hal-hal yang sebetulnya
berbahaya
(Sulistyawati, 2011)
Bayi Baru Lahir
Normal
Sistem kardiovaskular Sistem Pencernaan termoregulasi Sistem imun Sistem renal Sistem saraf
Sistem respirasi
Alveolus terisi O2 Defisiensi lifase pada Adaptasi hangat ke Bayi hanya memiliki Ruangan Sistem saraf belum
Hipoksia, tekanan pada prankeas dingin (kehilangan Ig G dan Ig M ekstraseluelr luas berkembang sempurna
rongga dada, penumpukan panas
CO2, perubahan suhu, Rersistensi vaskuler
tekanan mekanis toraks. paru turun Absorbsi lemak terbatas
Sistem imunitas
Pembakaran brown Tubuh
belum matang Gerakan bayi tak
fat mengandung relatif
terkoordinasi,
Tekanan arteri lebih banyak air
Pengeluaran cairan paru- Kemampuan bayi pengaturan suhu labil,
pulmonaris menurun
paru mencerna lemak belum kontrol otot buruk,
matang Pembentukan suhu Rentang infeksi dan mudah terkejut, dan
tanpa menggigil alergi tremor pada
Natrium relatif lebih
Stimulasi cairan paru Tekanan atrium ekstremitas
besar daripada
terdorong ke perifer, kanan turun
Enzim percernaan Sel-sel darah kalium
kemudian terabsorbsi
sudah ada Meningkatkan panas menyediakan
tubuh kekebalan alami
Merangsang sistem Aliran darah paru
masuk jantung
Mengkatalis protein dan
Aktivitas otot
karbohidrat sederhana
Pernafasan pertama bayi Membantu bayi
Tekanan atrium kiri membunuh
naik mikroorganisme
Pemberian asi Menangis, menggigil
Udara masuk ke asing
paru-paru
4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan
ukuran dan tingkat aktivitas bayi
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbondioksida akan mengalami
penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi
pembuluh darah dan arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus
arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta
terhenti dan foramen ovale tertutup.
(Sondakh, 2013)
5) Nilai hematologi normal pada bayi
Tabel 2.2 Nilai Hematologi
Parameter Kisaran normal
Eosinophil 2% - 3%
Limfosit 2% - 10%
Menosit 6% - 10%
Trombosit 100.000-280.000/mm3
Retikulosit 3% - 6%
3) Tahap Reaktivitas II
Periode reaktif yang berlanjut dan 3 jam setelah kelahiran sampai bayi
berusia sekitar 6 jam.
(Varney, 2008)
Denyut jantung dan laju pernafasan meningkat. Frekuensi nadi apikal
berkisar 120-160 x/menit, sedangkan frekuensi pernadfasan berkisar 30-
60x/menit. Peristaltik juga meningkat sehingga bukanlah hal yang jarang
bagi baru lahir untuk mengeluarkan meconium. Selain itu, aktivitas motorik
dan tonus otot meningkat sehubungan dengan peningkatan koordinasi otot.
Interaksi antara ibu dan bayi selama periode kedua reaktivitas di dorong jika
ibu telah beristirahat dan menginginkannya. Periode ini juga menyedikan
kesempatan yang bagus bagi orang tua untuk memeriksa bayinya dan
mengajukan pertanyaan. Pada periode ini perlu dilakukan pemantauan ketat
atas kemungkinan bayi terdesak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan,
pemantauan setiap kejadian apnea, dan mulai melakukan metode stimulasi
keinginan atau rasnangan taktil segera, misalnya mengusap punggung,
memiringkan bayi, serta mengkaji keinginan dan kemauman untuk
menghisap.
(Saputra Lyndon, 2014)
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Sekitar
42 % nenonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonaturum, sepsis,
meningitis, pneumonia dan diare. Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian
esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilakukan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat
memberikan asuhan dasar selama kunjungan neonatal atau pasca persalinan,
asuhan dasar bayi baru lahir dan pada saat melakukan penatalaksanaan penyulit.
Tindakan ini merupakan upaya menurunkan risiko terjangkit infeksi
mikroorganisme yang menimbulkan penyakit berbahaya.
(Saputra Lyndon, 2014)
1. Ada 3 faktor yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi yaitu:
1) Jaga kebersihan kulit bayi agar tetap dalam keadaan sehat sehingga jika
bakteri akan masuk ke dalam tubuh bayi, bakteri tersebut tidak memiliki
jalan untuk memasuki jaringan tubuhnya
2) Jaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar bayi
3) Gunakan pengaman dan teknik perawatan yang baik untuk menghindari
infeksi silang
2. sebab-sebab infeksi
1) Petugas kesehatan
Penyebaran infeksi dapat melalui hidung, tangan, kulit maupun pakaian
petugas kesehatan. Bisa juga disebabkan oleh mikroorganisme dari orang
tua bayi
2) Udara dan debu
Udara dan debu dalam ruangan perawatan banyak mengandung bakteri,
salah satunya adalah stapilococcus yang paling banyak menimbulkan
infeksi
3) Peralatan
Infeksi juga disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak steril
4) Infeksi silang
Dalam suatu ruangan jika ada salah satu bayi yang terinfeksi maka bayi
yang lain juga akan terkena
(Setyowati, 2011)
5) Untuk mencegah infeksi pada saat menangani bayi baru lahir, penolong
harus melakukan tindakan pencegahan infeksi yaitu:
(1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan bayi
(2) Gunakan satung tanagn bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan
(3) Pastikan semua peralatan (termasuk klem, gunting dan benang tali
pusat) telah diberi DTT atau dalam keadaan steril
(4) Jika menggunakan bola karet pengisap, gunakan bola karet yang
bersih dan baru
(5) Pastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih, misalnya
pakaian, handuk, selimut dank ain
(6) Pastikan semua peralatan yang bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih, misalnya timbangan, pita pengukur, thermometer dan
stetoskop
(7) Anjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara (putting
susu jangan dibersihkan dengan sabun)
(8) Bersihkan muka, bokong dan tali pusat dengan air hangat
(9) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita peyakit dan infeksi
dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya
(Saputra Lyndon, 2014)
f. Permasalahan
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60x/menit
b. Kehangatan (terlalu panas >380C atau terlalu dingin <360)
c. Warna kuning (terutama 24 jam pertama, biru atau pucat memar)
d. Pemberian makan-hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e. Tali-pusat-merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f. Infeksi-suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau busuk
pernapasan sulit
g. Tinja/kemih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada
lendir atau darah pada tinja
h. Aktivitas menggigil atau nangis tak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus
3. Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan bidan
bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama kegiatan
ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu yang singkat dan
efektif hemat dan berkualitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Tanggal : 14-Juli- 2020 Jam : 04.55 WIB
Anak ke : Empat
Usia : 0 Hari
A. DATA SUBYEKTIF
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti batuk
rejan, penyakit kuning, batuk, pilek, penyakit
menahun seperti darah tinggi, asma, jantung
dan kencing manis, juga tidak ada riwayat
keturunan kembar.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
3. Tumbuh Kembang
a) Reflek Makan
Rooting Reflek :
Suckling Reflek :
Swallowing Reflek :
b) Reflek Pelindung
Tonickneck Reflek :
Graps Reflek :
Babynski Reflek :
Stepping Reflek :
Moro Reflek :
4. Pengukuran Antropometri
BBL : 3600 gram
PBL : 50 cm
LD : 38 cm
Lingkar Kepala
MO : 31 cm
FO : 32 cm
SOB :33cm
C. ANALISIS / INTEPRETASI DATA
Bayi Ny “Y” usia 0 Hari Dengan Neonatus Cukup Bulan Fisiologis
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan keluarga.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Mengobservasi TTV dengan hasil :
Suhu : 36.6o C
Nadi : 124 x/menit
RR : 40 x/menit
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi :
- Selimuti bayi dengan selimut/ kain bersih dan hangat
- Tutupi kepala bayi dengan topi
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
- Meletakkan bayi ditempat yang hangat.
6. Memberikan vitamin K pada bayi 1 jam segera di paha kiri
7. Memberikan salep mata dengan cara mengoleskan tetracyclin 1% pada mata bayi
8. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
- Pernafasan : Jika sulit/ lebih dari 60 x/menit.
- Kehangatan : Terlalu panas ( > 38 C) atau terlalu dingin (< 36 C)
- Warna : Kuning (terutama pada 24 jam pertama biru/pucat)
- Pemberian makanan : Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
- Tali pusat : Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
- Aktivitas :Menggigil, menangis tidak bisa (merintih) sangat
lemah, lunglai, kejang.
9. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
10. Evaluasi : ibu memahami apa yang disampaikan oleh bidan.
Mengetahui,
Preceptor Akademik Preceptor Praktek
Mahasiswa
Titin Sutriyani
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan kepada By Ny”Y” yang dilaksankan
pada tanggal 14 Juli 2020, yaitu pada bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan. Dalam
hal ini penulis ingin melakukan perbandingan antara kasus yang didapatkan dengan teori
yang ada.
Standar kunjungan bayi baru lahir sebanyak 3 kali yaitu kunjungan pertama pada 6–
24 jam setelah bayi lahir, kunjungan yang kedua pada Hari ke 2 setelah bayi lahir,
kunjungan ke tiga yaitu pada Minggu ke 3 setelah bayi lahir. Sedangkan pada kasus yang
didapat ibu melakukan 5 kali kunjungan yaitu pada 8 jam bayi baru lahir untuk kunjungan
pertama, untuk kunjungan kedua pada 3 hari bayi baru lahir, kunjungan ke tiga pada 7 hari
bayi baru lahir, kunjungan ke empat yaitu pada 2 minggu bayi baru lahi, kunjungan ke lima
yaitu 1 bulan bayi baru lahir, sehingga dalam hal ini standar kunjungan yanga ada dan
tinjauan kasus yang ada sudah sesai dan tidak ada kesenjanga.
Bayi lahir pada pukul 04.55 WIB secara normal dan spontan dengan letak kepala.
Segera dilakukan penganganan bayi baru lahir normal yaitu penjepitan dan pemotongan tali
pusat. Dan diperlakukan HAIKAP (Hangatkan, atur posisi, isap lender, keringkan, atur
posisi Kembali, penilaian awal). Setelah dilakukan Langkah tersebut bayi dilakukan
penilaian awal, bayi bernafas spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan. Tonus otot
aktif, apgar skor 8 pada menit pertama dengan keadaan bayi seperti itu bayi termasuk
dalam keadaan nomal. Menurut Marni dan Rahardjo (2014), bayi normal jika diperoleh
nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan nilai APGAR 4-6 atau bayi menderita asfiksia
berat nilai APGAR 0-3. Segera tubuh bayi dikeringkan untuk mencegah hipotermi,
kemudian dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi Ny. “Y” dapat menemukan puting
ibunya dan menghisap dengan kuat dalam waktu 30 menit. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa bayi dapat menemukan putting susu ibunya dalam jangka 1 jam pertama (Marmi dan
Rahardjo, 2014). Dalam teori penatalaksanaan bayi baru lahir dan kasus yang didapatkan
sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 14 Juli 2020 jam 11.00 WIB atau 7 jam
setelah bayi lahir. Bayi dilakukan pemeriksaan data subyektif, obyektif, Analisa data dan
penatalaksanaan. Pemeriksaan obyektif dilakukan pemeriksaan umum dengan hasil bayi
dalam batas normal yaitu nadi 124 kali/menit, pernafasan 40 kali/menit, suhu 36,6ºC,
termaksud BBL normal sesuai dengan kenyataan Marmi dan Rahardjo (2014) bahwa laju
jantung bayi baru lahir yaitu 110- 180 kali per menit, suhu normal yaitu 36,50 c–37,50c dan
pernafasan 40-60 kali per menit. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan PB 50 cm, BB
3200 gram, LK 32 cm, LD 33 cm, lila 11 cm masih tergolong BBL normal karena menurut
teori panjang badan normal 48 cm–52 cm, lingkar kepala normal 32 cm– 35 cm, lingkar
dada normal 30 cm–33 cm, lingkar lengan atas normal 11 cm–14 cm, berat badan normal
2500 grm–4000 grm (Marni dan Rahardjo, 2014). Pada pemriksaan fisik dilakukan secara
menyeluruh seperti head to toe. Pada pemeriksaan perut didapat kan hasil bahwa tali pusat
bersih dan tidak ada darah yang keluar atau tanda-tanda infeksi. Bayi dengan jenis kelamin
laki-laki pada daerah genetalia testis sudah turun kedalam skrotum, dan bayi sudah BAK,
pada daerah anus terdapat lubang anus, dan bayi sudah mengeluarkan meconium.
Setelah pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan reflek pada bayi meliputi reflek
moro, reflek Rooting, reflek Sucking, reflek Swallowing, reflek Tonick neck dan reflek
Babinski. Reflek-reflek tersebut dapat di ketahui melalui berbagai hal. Menurut Vivian,
(2010) Reflek morro/terkejut : Ketika tangan pemeriksa dihentakkan disamping bayi,
seketika bayi terkejut. Reflek mengenggam : Ketika jari tangan pemeriksa diletakkan di
tanggan bayi, bayi segera menggengggam kuat. Reflek rooting/mencari : Ketika jari
pemeriksa diusapkan didaerah mulut bayi maka bayi segera mencari kearah usapan
tersebut. Reflek menghisap /sucking : Dapat diketahui saat ibu menyusui bayinya, saat itu
bayinya menyusu dan hisapannya sangat kuat. Reflek glabela : Ketika bagian dahi antara
dua alis mata disentuh, seketika itu mata bayi menutup dengan rapat. Reflek babinski :
Dapat diketahui pada saat bagian bawah kaki diusap dan jari-jari kaki akan mencengkeram.
Reflek tonic neck: Ketika kedua tangan bayi dia ngkat, bayi berusaha mengangkat
kepalanya. Pemeriksaan reflek yang dilakukan kepada By Ny “Y” didapatkan hasil semua
baik atau normal. Dalam hal pemeriskaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pada kasus yang ada tidak bertentangan dengan teori yang ada.
Setelah dilakukan pemeriksaan subekif, obyektif dan Analisa data maka dilakukan
penatalaksanaan sesuai dengan keadaan bayinya. Adapun penatalaksanaan yang diberikan
meliputi menganjurkan ibu untuk rajin memberikan ASI setiap saat bayi inginkan (on
deman) sesuai dengan pernyataan Marmi dan Rahardjo (2014) memberikan ASI secara on
deman agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan
tali pusat dan ASI eksklusif yaitu pemberian ASI pada bayi sejak lahir sampai 6 bulan
tanpa diberikan makanan apapun. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi sejak lahir sampai 6
bulan tanpa diberikan makanan apapun. Selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya,
perawatan sehari-hari pada bayi baru lahir, dan tanda bahaya pada bayi baru lahir,
mengganti popok yang basah, dan memberikan injeksi Hb 0 pada bayi. Hal ini sudah sesuai
dengan standar kunjungan pertama pada bayi baru lahir, Adapun penatalaksanaan yang di
berikan pada kunjungan pertama bayi baru lahir yaitu Jaga kehangatan tubuh bayi,
Pemeriksaan fisik bayi, Berikan ASI esklusif, Memeriksa tanda bahaya infeksi,
Memberikan injeksi Hb 0, Merawat tali pusat, Mengganti popok yang basah (Muslihatun,
2010). Sehingga dapat di simpulkan bahwa teori dan kasus yang ada sudah sesuai dan tidak
ada kesenjangan. Kemudian bayi diberikan penyuntikan Hb0 sebanyak 0,5 cc di paha
anterolateral sebelah kanan bayi secara intra muscular. Hal ini sesuai dengan teori Marmi
dan Rahardjo (2014) bahwa pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir hingga usia 7
hari untuk mencegah terinfeksi virus hepatitis B. Dari penjelasan tinjauan teori-teori
tersebut jika di padukan dengan tinjauan kasus sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengkajian pada bayi baru lahir pada By. Ny. “Y” umur 0 hari fisologis
tanggal 14 Juli 2020, jam 04.55 WIB dengan umur kehamilan 38-39 minggu. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu : 36.6o C, RR : 40 x/menit, warna kulit merah
muda, gerakan aktif, menangis kuat, terdapat lanugo, verniks caseosa, BBL : 3600
gram, PBL : 51 cm, reflek rooting ,babynski reflek + /+ , reflek suckling + .
Ibu diharapkan mengetahui keadaan bayinya dan saat melakukan pemeriksaan fisik
BBL dari kepala sampai kaki tidak ditemukan adanya keabnormalan. Pada analisa di
dapatkan By. Ny. “Y“ Umur 0 hari fisologis. Pada penatalaksanaan dari asuhan
kebidanan adalah Melakukan pendekatan terapeutik dengan keluarga, Mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi. Mengobservasi TTV dengan hasil Suhu : 36.6o
C, Nadi : 124 x/menit, RR : 40 x/menit. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya,
Mempertahankan suhu tubuh bayi, Memberikan vitamin K pada bayi 1 jam segera di
paha kiri, Memberikan salep mata dengan cara mengoleskan tetracyclin 1% pada mata
bayi, Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, Memotivasi ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif
5.2 Saran
5.2.1 Pada Petugas Kesehatan
1.Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir lebih
memperhatikan pada bayinya agar tidak terjadi hipotermi.
2.Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan.
3.Sebaiknya ibu dan bayi dijadikan satu dalam rawat gabung sedini mungkin.
5.2.2 Pada Keluarga
1.Memberikan ASI sampai usia 6 bulan.
2.Hendaknya mengerti pertumbuhan dan perkembangan pada bayinya.
3.Hendaknya ibu maupun keluarga melaksanakan perawatan tali pusat yang
benar seperti yang pernah diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
DepkesRI. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Deslidel, dkk. 2015. Buka Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.
Muslihatun, W.N. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Rutgers, WPF Indonesia. 2016. Kertas Kajian SRHR dan AGENDA 2030 Memposisikan
SRHR di seluruh bidang pembangunan berkelanjutan dalam
www.rutgerswpfinfo.org. Diakses 2 Januari 2018 pukul 16.18 WIB.
Saifuddin, AB. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bida Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saputra, Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Setyowati, Endang Buda. 2011. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita
dalam www.griyahusada.ac.id. Diakses pada 16 Januari 2018 pukul 12.18 WIB.
Sondakh, Jenny J. 2013. Asuhan Kebidanna Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Varney. 2008. Buka Ajar Asuhan Kebidanan dalam Edisi 4 Volume 4. Jakarta: EGC.