Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut definisi WHO “angka kematian meternal ialah kamatian seorang

wanita waktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,

terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk menghakhiri

kehamilan (Sarwono Prawirohardjo, 2012).

Angka kematian ibu merupakan suatu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang

telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 adalah

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015

adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu (KemenPPPA, 2011).

Selaras dengan MDGs, Departemen Kesehatan (Depkes) menargetkan

penurunan AKI di Indonesia padatahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000

kelahiran hidup dan penurunan AKB pada tahun 2015 adalah menjadi 22

kematian per 1.000 kelahiran hidup. Namun hasil Survei Demografi da Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI adalah 359 kematian per

100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup

(Kemenkes, 2012 ).

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama

kematian ibu melahirkan adalah 90% pada saat persalinan dan segera setelah

persalinan yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi

puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstretris 5%, emboli air

ketuban 3%. Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan

faktor kematian ibu.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2012 adalah 359 per

100 ribu kelahiran hidup dan kematian bayi (AKB) 32/1000 kelahiran hidup.

(BKKBN, 2012), Sedangkan tahun 2007 angka kematian ibu (AKI) di indonesi

aadalah 228 per 100 ribu kelahiran hidup , sedangkan kematian bayi (AKB)

adalah 32 per 1000 kelahiran ( SDKI,2007).

Berdasarkan laporan dari profil kabupaten/kota, AKI yang dilaporkan di

Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100.000 kelahiran hidup, jika

dibandingkan dengan angka kematian ibu di tahun 2011 sebesar 313 per 100.000

kelahiran hidup dapat disimpulan bahwa pemerintah berhasil menekan angka

kematian ibu di Sumatera Utara (DinasKesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) menunjukkan penyebab

kematian bayi 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas

(32,4%) dan sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis

(20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab

kematian bayi 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), pneumonia (23,8%) dan

meningitis/ensefalitis (9,3%). Sedangkan penyebablangsungkematian ibu adalah

perdarahan 40-60%, preeklamsidaneklamsi 20-30%, infeksi 20-30%,

sedangkanpenyebabtidaklangsungsalahsatunyaadalah 35% ibuhamilmenderita

anemia (WHO, 2010).

Guna menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sesuai

dengan target 2015, setidaknya sebagai tenaga kesehatan dapat di antisipasi

dengan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu di mulai


usia kehamilan 37 minggu, bersalin hingga masa nifas serta pemberian asuhan

pada bayi baru lahir, sehingga pengalaman nyata di lapangan tentang praktek

pelayanan kebidanan komprehensif.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melaksanakan Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Ny. D G2P1A0 Usia Kehamilan 32 Minggu 4 hari,

Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir Di Klinik Heny Kasih Tahun 2017.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada

Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, dan Nifas, yang di dokumentasikan

melalui manajemen Kebidanan dan SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada Ny. D Di Klinik Heny Kasih

Tahun 2017.

2. Mampu mendeskripsikan interpretasi data untuk menegakkan diagnosa

secara pada Ny. D Di Klinik Heny Kasih Tahun 2017.

3. Mampu mendeskripsikan masalah potensial dan mengantisipasi penanganan

secara Komperehensif yang terjadi dalam masa Kehamilan, Persalinan,

Bayi Baru Lahir, dan Nifas pada Ny. D Di Klinik Heny Kasih Tahun 2017.

4. Mampu mendeskripsikan pelaksanakan Identifikasi tindakan segera pada

masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, dan Nifas pada Ny. D Di

Klinik Heny Kasih Tahun 2017.


5. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan kebidanan yang di berikan pada

masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Dan Nifas pada Ny. D Di

Klinik Heny Kasih Tahun 2017.

6. Mampu mendeskripsikan pelaksanaan asuhan Kebidanan sesuai dengan

kebutuhan ibu pada masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Dan

Nifas pada Ny. D Di Klinik Heny Kasih Tahun 2017.

7. Mampu mendeskripsikan pelaksanankan evaluasi hasil asuhan masa

Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Dan Nifas pada Ny. D Di Klinik

Heny Kasih Tahun 2017.

8. Mampu mendeskripsikan pendokumentasikan Asuhan Kebidanan pada ibu

Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir, Dan Nifas dengan metode Subjektif,

Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan ( SOAP).

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan

secara langsung dalam memberikan asuhan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, dan nifas normal.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Institusi Program Studi D-III Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan

Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa mampu melakukan

asuhan kebidanan secara komprehensif dan pada ibu hamil, persalinan, bayi

baru lahir, dan nifas dan sebagai bahan masukan, serta informasi yang dapat
dipakai sebagai bahan dalam meningkatkan dan menambah wawasan bagi

mahasiswa D-III kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif.

2. Bagi Institusi Kesehatan (klinik)

Sebagai referensi bahan bacaan dan data pendukung agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang lebih baik dalam melakukan

asuhan kebidanan secara komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, dan nifas.

3. Bagi Penulis

Sebagai bahan informasi untuk mengaplikasikan teori yang telah

dipelajari dalam praktek kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan

secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Menurut federasi obstetri ginekologi internasional, kehamilan

didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, kehamilan normal berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender nasional. Kehamilan terbagi

dalam 3 trimester dimana, trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu( minggu ke-13 hingga ke 27 ) dan trimester ke tiga 13

minggu ( minggu ke-28 hingga 40 ). (Prawihardjo, 2012:213)

“Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm.”(Manuaba, 2010).

Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) di hitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai

6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan,( Saifuddin, 2006 : 89).
2.1.2 Diagnosa Kehamilan

2.1.2.1 Tanda- tanda kehamilan

Menurut Ai yeyeh rukiah, dkk (2013, dalam Prawiharjo, 2005) adalah

sebagai berikut :

1. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Amenorea

Amenorea atau tidak haid, gejala ini sangat penting karena umumnya

wanita hamil tidak dapat haid lagi. Pentng diketahui tanggal hari pertama haid

terakhir supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan akan

terjadi.

2) Mual dan muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung

yang berlebihan, menimbulkan mual dan muntah terutama pada pagi hari yang

disebut morning sickness akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

3) Mengidam

Mengidam (menginginkan makanan atau minum tertentu), sering terjadi

pada bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

4) Pingsan

Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan

untuk tidak pergi ketempat ramai pada bulan pertama kehamilan.

5) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktuli dan alveoli di mamae. Glandula montgomeri tampak lebih

jelas.
6) Anoreksia

Anoreksia atau tidak nafsu makan pada bulan pertama tetapi setelah itu

nafsu makan. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk

dua orang, sehingga kenaikan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

7) Sering Buang Air Kecil

Sering buang air kecil terjadi karena kandung kemih pada bulan

pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan

kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar

dari rongga panggul, pada akhir triwulan gejala ini bisa timbul lagi karena

janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.

8) Konstipasi/obstipasi

Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun karena disebabkan oleh

hormon steroid.

9) Leukore atau keputihaan

Tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina dan pengaruh hormon

cairan tersebut tidak menimbulkan rasa gatal, warnanya jernih dan jumlahnya

tidak banyak.

2. Tanda-tanda kemungkinan hamil

1) Uterus membesar

2) Tanda Hegar

Tanda hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, pada pemeriksaan

bimanual, segmen bawah rahim terasa lebih lembek tanda ini sulit di ketahui

pada pasien gemuk atau abdomen yang tegang.


3) Tanda Chadwick

Biasanya muncul pada minggu kedelapan dan terlihat lebih jelas pada

wanita yang hamil berulang tanda ini berupa perubahan warna. Warna pada

vagina dan vulva menjadi agak lebih merah dan kebiruan timbul karena adanya

vaskularisasi pada daerah tersebut.

4) Tanda Piskacek’s

Uterus membesar secara simetris menjahui garis tengah tubuh (setengah

bagian terasa lebih keras dari yang lainnya), dimana uterus membesar ke salah

satu jurusan sehingga menonjol ke jurusan pembesaran tersebut.

5) Tanda Goodell’s

Biasanya muncul pada minggu keenam dan terlihat lebih awal pada

wanita yang hamil berulang tanda ini berupa servik yang menjadi lebih lunak

dan jika dilakukan pemeriksaan spekulum, serviks terlihat bewarna lebih

kelabu kehitaman.

6) Braxton His

Tanda braxton hicks terjadi akibat peregangan miometrium yang di

sebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. Braxton hicks bersifat non

ritmik,tanpa disertai adanya nyeri, mulai timbul sejak kehamilan 6 minggu dan

tidak terdeteksi melalui pemeriksaan bimanual pelvik. Kontraksi ini baru dapat

di kenali melalui pemeriksaan pelvik pada kehamilan trimester ke II dan

pemeriksaan palpasi abdomen pada kehamilan TM III. (Sarwono, 2010)


3. Tanda pasti hamil

1) Terdengar DJJ

Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah

fertilisasi, tetapi baru pada usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin

dapat dideteksi dengan fetoskop dengan menggunakan tehnik ultrasound atu

sistem doppler, bunyi jantung janin dapat dikenali lebih awal (usia kehamilan

12-20 minggu). (Sarwono, 2010)

2) Terasa Gerakan Janin

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu,

tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena

diusia kehamilan tersebut, dinding uerus mulai menipis dan gerakan janin

mulai kuat. (Sarwono, 2010).

2.2 Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

2.2.1 Perubahan Hormon

Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk

menyiapakan proses implantasi didinding uterus dan proses kehamilan dalam

trimester pertama sebelum nantinya fungsi ini diambil oleh plasenta pada

trimester kedua. Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum juga

menyebabkan peningkatan suhu tubuhbasal yang terjadi setelah ovulasi akan tetap

bertahan.

”Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasikan oleh plasenta

menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit


dan pembesaran uterus. Adanya hormon chorionic gonadotropin (hCG)

digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan” (Prawiharjo,2012)

2.2.2 Perubahan pada Sistem Reproduksi

1. Uterus

Menurut Prawihardjo (dalam TIM, 2013:39) Uterus akan membesar pada

bulan- bulan pertama di bawah pengaruh ekstrogen dan progesteron dan kadar nya

meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar, sebesar telur bebek, pada

kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa, pada 16 minggu sebesar kepala

bayi/tinju orang dewasa, dan semakin membesar sesuai dengan usia kehamilan

dan ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, pada usia

kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm, pada kehamilan 40 minggu TFU

turun kembali dan terletak 3 jari dibawah prosesus xyfoideus.

Tabel 2.1. Penambahan Ukuran TFU Per Tiga Jari

Usia kehamilan Tinggi fundus uteri (TFU)


(minggu)

12 3 jari diatas simfisis

16 Pertengahan pusat – simfisis

20 3 jari di bawah simfisis

24 Setinggi pusat

28 3 jari diatas pusat

32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)

36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)

40 Pertengaan prosesus xiphoideus (px) pusat


Pertumbuhan rahim tidak sama kesemua arah, tetapi terjadi pertumbuhan

yang cepat didaerah implatasi plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama yg

disebut TandaPiskacek. Ismus rahim mengadakan hipertropi dan bertambah

panjang, sehingga teraba lebih lunak (soft) disebut tandahegar. Pada kehamilan 5

bulan rahim teraba seperti berisi cairan air ketuban dinding rahim teraba tipis.

2. Serviks Uteri

Bertambahnya vaskularisasidan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut

dengan tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak

cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya

menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda chadwick (Salemba medika, 2009).

3.Vagina dan Vulva

Akibat hipervaskularisasi vagina dan vulva kelihatan lebih merah atau

kebiru-biruan. Warna livid pada vagina dan portio serviks disebut tanda

Chadwick, hal ini dipengaruuhi hormon estrogen dan progesteron yang terus

meningkat (Prawiharjo,2012).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

pemberian ASI pada laktasi. Hormon yang berpengaruh pada proses laktasi :

a. Estrogen merangsang pertumbuhan sistem penyaluran air susu dan jaringan

payudara.

b. Progesteron berperan dalam perkembangan sistem alveoli kelenjar susu.


c. Chorionic Somatotropin menyebabkan pembesaran paayudara yang disertai

rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan (dalam dua bulan

pertama kehamilan), pembesaran puting susu dan pengeluaran colostrum

(mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12

minggu) (Prawiharjo, 2012).

Salemba Medika (2009: 65) Payudara sebagai organ target untuk proses

laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir.

Beberapa perubahan yang dapat diamati ibu adalah sebagai berikut.

a. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

b. Dapat teraba nodula, akibat hipertropi kelenjar alveoli.

c. Bayangan vena lebih membiru.

d. Hiperpigmentasi pada aerola dan puting susu.

e. Jika diperas akan keluar kolostrum berwarna kuning.

2.2.3 Sistem Sirkulasi Darah

Selama kehamilan sirkulasi darah ibu dipengaruhi oleh adanya sirkulasi

ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula,

payudara dan alat-alat lain yg berfungsi berlebihan selama kehamilan. Selama

kehamilan volume darah ibu semakin meningkat secara fisiologis dengan adanya

pencairan (hemodilusi). Volume darah akan bertambah besar sekitar 25% dgn

puncak kehamilan 32 minggu. Hemodilusi menyebabkan anemia fisiologis dalam

kehamilan. Berikut kadar Hb ibu hamil

a. Hb 11 gr% = tidak anemia

b. 9 – 10 gr% = anemia ringan


c. 7 – 8 gr% = anemia sedang

d. < 7 gr% = anemia berat

2.2.4 Sistem Pernafasan

Perubahan sistem pernafasan juga dapat berubah untuk dapat memenuhi

kebutuhan Oksigen. Terdapat desakan diafragma karena dorongan rahim yang

membesar pada 32 minggu. Ibu hamil bernafas 20-25% lebih dalam dari biasanya.

2.2.5 Sistem Pencernaan

Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat

menyebabkan :

a. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).

b. Daerah lambung terasa panas.

c. Terasa mual, pusing terutama dipagi hari (morning sickness).

d. Muntah (emesis gravidarum), Progenteron menimbulkan gerakan usus

(peristaltik) semakin berkurang sehingga menyebabkan obstipasi.

2.2.6 Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan.

Akibat dari konvensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis

menggeser pusat daya berat kebelakang kearah dua tungkai, sendi sakroiliaka,

sakrokoksigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena

pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu


dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagi bawah punggung

terutama pada akhir kehamilan (Prawihardjo,2012).

2.2.7 Traktus Urinarius

Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus

yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan

hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu keatas

panggung, keluhan ini akan timbul kembali (Prawihardjo,2012).

2.2.8 Perubahan Pada Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan,kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai payudara dan paha.

Perubahan ini di kenal dengan striae gravidarum. Pada banyak perempuan kulit

digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan

yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul pada wajah dan

leher dalam ukuran yang bervariasi yang disebut dengan cloasma gravidarum.

Selain itu, pada aerola dan genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang

berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu akan hilang setelah persalinan. Adanya

peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua

masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Ekstrogen dan progesteron

memiliki peran dalam melanogenesis dan di duga bisa menjadi faktor

pendorongnya (Prawihardjo,2012).
2.3 Perubahan Psikologis Masa Kehamilan

2.3.1 Perubahan Psikologis Masa Kehamilan Trimester I

Pada trimester I atau bulan pertama ibu akan merasa tidak berdaya dan

merasa minder karena ibu merasakan perubahan pada dirinya. Segera setalah

konsepsi kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat, menyebabkan mual

dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan pembesaran payudara. Mencari

tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil. Hasrat untuk melakukan

hubungan seks pada trimester pertama berbeda-beda, kebanyakan wanita hamil

mengalami penurunan pada periode ini.

2.3.2 Perubahan Psikologis Masa Kehamilan Trimester II

Pada trimester II ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk tubuh yang

semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan merasa suami

tidak memperhatikan lagi, ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan

timester I karena nafsu makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual

muntah sehingga ibu lebih bersemangat, pada TM II biasanya ibu lebih bisa

menyesuaikan diri dengan kehamilan selama trisemester ini dan ibu mulai

merasakan gerakan janinnya pertama kali.

2.3.3 Perubahan Psikologis Masa Kehamilan Trimester III

Trimester III seringkali disebutperiode menunggu dan waspadasebab pada

saat itu ibu merasatidak sabar menunggu kelahiranbayinya.Kadang-kadang ibu

merasakhawatir bahwa bayinya akan lahirsewaktu-waktu. Ini menyebabkanibu

meningkatkan kewaspadaannyaakan timbulnya tanda dan gejalaakan terjadinya


persalinan.Rasa tidak nyaman timbul karenaibu merasa dirinya aneh dan jelek.

Disamping itu ibu mulai merasasedih karena akan berpisah denganbayinya dan

kehilangan perhatianyang khusus diterima selamahamil. Pada trimester inilah

ibumembutuhkan kesenangan darisuami dan keluarga.Pada TM III ibu merasa

tidaknyaman dan depresi karena janinmembesar dan perut ibu juga,melahirkan,

sebagian besar wanitamengalami klimaks kegembiraanemosi karena kelahiran

bayi.

2.4 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester I, II, dan III

2.4.1 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1. Oksigen

Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan system pernafasan pada

masa kehamilan. Kebutuhan oksigen pada masa kehamilan sangat meningkat

sebagai respon tubuh terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk menambah

masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan massa uterus akibat :

a. Terjadi perubahan anatomi paru, diameter thorak meningkat + 2 cm lingkaran

dadaakan meningkat 5 – 7 cm, sudut costa + 68 derajat sebelum kehamilan

menjadi 103 derajat.

b. Fungsi Pulmonary

Wanita hamil bernafas lebih dalam ( karena meningkatnya volume, jumlah

perlukaan gas pada setiap bernafas )


c. BMR

Meningkat 15 – 20 % vasodilatasi periper dan akselerasi aktifitas kelenjar

keringat membantu menghilangkan panas yang berlebihan dan dihasilkan dari

peningkatan metabolisme selama kehamilan.

2. Nutrisi

Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil

seharusnya mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi dan

minum cukup cairan. Jenis – jenis kebutuhan nutrisi pada ibu hamil sebagai

beriukut :

a. Kalori

Jumlah kalori yang dibutuhkan ibu hamil adalah 2300 – 2800 kkal yang

dipergunakan untuk produksi kalori. Sumber kalori yang mudah dipenuhi yaitu

sayur – sayuran, buah – buahan.

b. Protein

Jumlah protein yang dibutuhkan ibu hamil adalah 30 gr/hari yang

dibutuhkan untuk perkembangan kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin,

uterus, plasenta. Sumber protein yang mudah dipenuhi yaitu seperti daging,

susu, telur, keju dan ikan karena mengandung komposisi asam amino yang

lengkap.

c. Mineral

Pada umumnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan

buah – buahan, sayur – sayuran dan susu untuk mencegah kemungkinan

terjadinya defisiensi.
3. Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa kehamilan karena ibu hamil cenderung

untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama pada

lipatan kulit dijaga agar tidak lembab. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat

perhatian karena sering kali mudah terjadi gigi berlubang dan dapat menimbulkan

karies gigi karena rasa mual selama kehamilan dapat mengakibatkan perburukan

hygiene mulut. Bila kerusakan gigi tidak diperhatikan dengan baik dapat

mengakibatkan komplikasi seperti nefritis, septikemia, sepsis puerperalis. Maka

dari itu bila keadaan mengijinkan tiap ibu hamil harus memeriksakan giginya

secara teratur sewaktu hamil.

4. Pakaian Selama Hamil

Pakaian hendaknya digunakan yang longgar dan mudah dipakai dan bahan

yang mudah dmenyerap keringat. Hal yang harus diperhatikan yaitu sabuk dan

stoking yang terlalu ketat karena akan mengganggu aliran balik. Sepatu dengan

hak tinggi akan menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah.

5. Eliminasi

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan bahkan cukup lancar.

Dengan kehamila terjadi perubahan hormonal sehingga daerah kelamin menjadi

mudah basah/lembab yang menyebabkan jamur tumbuh sehingga ibu hamil

mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Untuk mengurangi terjadinya

infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan alat kelamin
yaitu dengan membersihkan dari depan ke belakang setiab kali selesai berkemih

atau buang air besar dan menggunakan handung bersih untuk mengeringkannya.

6. Seksual

Selama kehamilan berjalan normal melakukan hubungan suami istri

diperbolehkan jika tidak ada keluhan. Meninkatnya vaskularisasi pada vagina

dapat meningkatkan sensitifitas seksual sehingga meningkatkan seksualitas.

7. Mobilisasi dan Body Mekanik

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan / aktifitas fisik biasa selama tidak

terlalu melelahkan. Exercise ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan

cara berjalan – jalan dipagi hari, olahraga ringan dan senam hamil.

8. Istirahat

Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik karena istirahat

dan tidur teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari

seharusnya kurang lebih 8 jam/hari dan pada siang hari kurang lebih 1 jam/hari.

9. Imunisasi

Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2

kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang

kedua diberikan 4 minggu kemudian. Akan tetapi untuk memaksimalkan


perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil,

yaitu:

Tabel. 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Ibu Hamil

Antigen Interval ( selang waktu minimal) Lama % perlindungan


perlindungan

TT I Pada kunjungan antenatal - -


pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 Tahun 80

TT 3 6 Bulan setelah TT 2 5 Tahun 95

TT 4 1 Tahun setelah TT 3 10 Tahun 99

TT 5 1 Tahun setelah TT 4 15 Tahun 99

Keterangan : artinya dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi

yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatoriu

(saifudin,2002

10. Traveling

Ibu hamil diperbolehkan untuk berpergian selama ia telah mempersiapkan

segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya selama dalam perjalanan dan

kondisi kesehatan fisik ibu cukup baik.

2.5 Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan

Selama kunjungan antenatal, ibu mungkin mengeluhkan bahwa ia

mengalami ketidaknyamanan. Kebanyakan dari keluhan ini adalah

ketidaknyamanan yang normal dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi
pada tubuh ibu selama kehamilan. Beberapa macam ketidaknyamanan pada masa

kehamilan antara lain:

1. Cloasma

Perubahan warna kulit, umumnya terjadi pada kehamilan trimester II,

terjadi oleh karena peningkatan kadar estrogen dan progesterone. Cara

meringankan/mencegahnya yaitu hindari sinar matahari berlebihanselama masa

kehamilan.

2. Edema

Umumnya terjadi pada trimester IIdan III, faktor penyebabnya oleh karena

tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik duduk atau pada cava inverior

pada waktu berbaring. Cara meringankan/mencegah yaitu hindari pososi berdiri

untuk waktu yang lama, berbaring dengan miring kekiri dan kekanan dengan kaki

agak ditinggikan, angkat kaki ketika duduk atau istirahat, hindari kaos kaki yang

ketat. Tanda bahaya jika edema timbul pada muka dan tangan, jika disertai dengan

tanda-tanda anemia atau disertai dengan proteinuria.

3. Sering Buang Air Kecil

Umumnya terjadi pada trimester I dan III, disebabkan oleh karena tekanan

uterus pada kantong kemih, cara meringankan/mencegah yaitu beri penjelasan

kepada ibu tentang faktor penyebabnya., kosongkan jika ada dorongan untuk

kencing, perbanyak minum pada siang hari, kurangi minum kopi, teh, cola dan

cafein. Tanda bahaya wanita hamil menghadapi resiko yang lebih besar untuk

terjadinya infeksi saluran kemih. karena ginjal dankantung kemih mengalami

perubahan.
4. Gatal-gatal

Terjadi pada semua trimester, disebabkan karena hipersensitif terhadap

antigen plasenta, cara meringankan/mencegah yaitu kompres dingin. Tanda

bahaya jika disertai dengan mual dan muntah, penyakit kuning dan kencing

berwarna hitam.

5. Garis-garis di perut (Striae gravidarum)

Tampak jelas pada bulan keenam dan ketujuh, penyebab tidak jelas, bisa

timbul akibat perubahan hormon atau gabungan antara perubahan hormon dengan

peregangannya.

6. Mengidam makanan

Biasanya terjadi pada trimester pertama tapi bisa juga berlangsung

sepanjang masa kehamilan, hal ini disebabkan oleh indra pengecap yang menjadi

tumpul, jadi makanan yang lebih merangsang dicari-cari hal ini seharusnya tidak

menimbulkan kekawatiran asalkan cukup bergizi. Tanda bahaya jika terdapat

pertambahan berat badan yang tidak memadai atau kehilangan berat badan, dan

terdapat tanda-tanda kurang gizi.

7. Hemorrhoid (wasir)

Umumnya terjadi pada trimester II dan III. Faktor penyebabnya konstipasi.

Cara meringankan yaitu hindari konstipasi, makan makanan yang berserat.

8. Mual dan muntah

Umumnya terjadi antara minggu ke 5-12 atau bisa terjadi lebih awal 2-3

minggu setelah hari pertama haid terakhir. Penyebab yang pasti tidak diketahui,

mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar HCG/estrogen danprogesteron cara

meringkankan/mencegah yaitu hindari bau atau faktor-faktor penyebabnya, makan


biskuit kering, dan makan sedikit-sedikit tapi sering, hindari makanan yang

berminyak dan bumbu merangsang, minum minuman berkarbonat, bangun dari

tidur secara perlahan, dan hindari melakukan gerakan secara tiba-tiba dan hindari

menggosok gigi setelah makan.

9. Keram pada kaki

Umumnya terjadi sebelum kehamilan usia 24 minggu, tidak jelas dasar

penyebabnya, bisa jadi karena uterus yang meningkatkan pada syaraf keletihan,

cara meringankan/mencegah yaitu gunakan penghangat untuk otot.

10. Keputihan

Biasanya terjadi pada trimester pertama, kedua dan ketiga, faktor

penyebabnya yaitu peningkatan produksi lendir dan kelenjar indoservikal sebagai

akibat dari peningkatan kadar estrogen, cara meringkankan/mencegah yaitu

tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, dan memakai pakaian dari katun,

pengobatan dengan menggunakan bedak tubuh untuk mengeringkan tapi jangan

terlalu banyak.

Selama kunjungan antenatal, ibu mungkin mengeluhkan bahwa ia

mengalami ketidaknyamanan. Kebanyakan dari keluhan ini adalah

ketidaknyamanan yang normal dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi

pada tubuh ibu selama kehamilan. Beberapa macam ketidaknyamanan pada masa

kehamilan antara lain:

Akibat dari peningkatan kadar estrogen, cara meringankan/mencegah yaitu

tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, dan memakai pakaian dari katun,

pengobatan dengan menggunakan bedak tubuh untuk mengeringkan tapi jangan

terlalu banyak.
Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, dan memakai pakaian

dari katun, pengobatan dengan menggunakan bedak tubuh untuk mengeringkan

tapi jangan terlalu banyak.

2.6 Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan

2.6.1 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)

1. Perdarahan Pada Kehamilan Muda

a. Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto, 2008). Menurut SDKI

tahun 2007 penyebab kematian ibu ikarenakan abortus (5%). Berdasarkan

jenisnya Sujiyatini, dkk (2009) menyebutkan abortus dibagi menjadi:

1. Abortus Imminens (threatened)

Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, abortus iminens

dapat atau tanpa disertai rasa mules ringan, sama dengan pada waktu menstruasi

atau nyeri pinggang bawah. Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya

sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan

vagina pada kelainan inimemperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks.

2. Abortus Insipien (inevitable)

Abortus Insipien adahlah abortus yang sedang berlangsung, tidak dapat

dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan

serviks. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri
kolek uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi

osteum serviks dengan bagian kantung konsepsi menonjol.

3. Abortus Incompletus (incomplete)

Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan

vagina, canalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri

atau kadang-kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum.

4. Abortus Completus (complete)

Pada abortus completus semua hasil konsepsisudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, osteum uteri telah menutup, dan uterus

sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji

kehamilan menjadi negatif. Pada Pemeriksaan USG didapatkan uterus yang

kosong.

5. Missed Abortion

Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu

tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

6. Abortus Habitualis (habitual abortion)

Adalah abortus spontan yang terjadi berturutturut tiga kali atau lebih. Pada

umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu.
b. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur

telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari

95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii). Patofisiologi

terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam

perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang

sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim.

Dari Pemeriksaan dalam serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan

dan kiri.

c. Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar

dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami

perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa

mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi

cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2

cm.

2.6.2 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 27 minggu)

1. Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi

dalam kehamilan.
2. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu

mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak

bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD

adalahtidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.

3. Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah <10,5 gr% pada trimester II.

Anemia pada trimester II disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran darah.

Anemia dalamkehamilan disebabkan oleh defisiensi besi.

2.6.3 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (28 – 40 minggu)

1. Perdarahan Pervaginam

Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak

dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini

berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain adalah solusio

plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya normal, terlepas dari

perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.


2. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan

masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang

dengan beristirahat.

3. Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit

kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan

resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan

kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.

4. Oedema di muka atau tangan

Oedama dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada

permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan

keluhan fisik yang lain.

5. Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu

mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak

bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD

adalahtidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.

6. Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)

Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah

pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan

adalah normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan


ditunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban

pecah dini.

2.7 Senam Hamil

2.7.1 Pengertian Senam Hamil

Senam hamil dimulai pada umur kehamian sesudah kehamilan 22

minggu .Senam haamil bertujuan untukmempersiapkan dan melatih otot otot

sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalian normal serta

mengimbangi perubahan titik berati tubuh.

2.7.2 Etiologi

Senam hamil ditujukan bagi ibu ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat

penyakit yang menyertai kehamilan,yaitu penykit jantung ginjal ,dan penyulit

dalam kehamilan. Syarat senam haamil adalah :

 Telah dilakukan pemeriksaan kehamilan oleh dokter dan bidan

 Latihan dilkukan setelah kehamilan 22 minggu

 Latihan dilakukan secara displin dan teratur

Cara latihan senam hamil

1. Latihan Pendahuluan

Tujuan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui daya kontraksi otot-otot

tubuh, luas gerakan persendian, menghilangkan serta mengurangi kekakuan

tubuh.
a. Latihan 1

Sikap : duduk tegak bersandar ditopang kedua tangan, kedua kaki diluruskan

dan dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas dan rilaks.

Latihan :

1. Gerakan kaki kiri jauh kedepan, kaki kanan jauh kebelakang; lalu

sebaliknya gerakan kaki kanan jauh kedepan, kaki kiri jauh kebelakang.

Lakukan masing masing 8 kali.

2. Gerakkan kaki kanan dan kiri sama sama jauh kedepan dan belakang (fleksi

plantar dan dorsal).

3. Gerakan kaki kanan dan kiri bersama sama kekanan dan kiri.

4. Gerakan kaki kanan dan kiri bersama sama kearah dalam(endorotasi)

sampai ujung jari menyentuh lantai, lalu gerakkan kedua kaki kearah luar

(ekstsorotasi).

5. Putarkan kedua kaki bersama sama (sirkumduksi) kekanan dan kekiri

masing masing 4 kali.

6. Angkat kedua lutut tanpa menggeser kedua tumit dan bokong, tekankan

kedua kaki kelantai sambil mengerutkan otot dubur, lalu tarik otot otot perut

sebelah atas simpisis kedalam (kempisan perut) kemudian relaks kembali.

Lakukan sebanyak 8 kali.

b. Latihan 2

Sikap : duduk tegak, kedua tungkai lurus dan rapat

Latihan : Letakkan tungkai kanan diats tungkai kiri, kemudian tekan tungkai

kiri dengan kekuatan seluruh tungkai kanan dengan mengempeskan dinding

perut bagian atas dan mengerutkan bagian ubur selama beberapa saat,
kemudian istrahat. Ulangi gerakan ini dengan tungkai kiri diatas tungkai kanan.

Lakukan gerakan tersebut masing masing 8 kali.

c. Latihan 3

Sikap : duduk tegak,kedua tungkai kaki lurus,rapat dan rilaks

Latihan :

1. Angkat tungkai kanan keatas ,lalu letakkan kembali : tungkai kiri keatas,

lalu letakkan kembali ,lakukan hal ini bergantian sebanyak 8 kali.

2. Lakukan pula latihaan ini seperti diatas dalam posisi berbaring telentang

kedua tungkai kaaki lurus, angkat kedua tungkai bersama sama,kedua lutut

jangan ditekuk kemudian turunkan lagi perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini

sebanyak 8 kali.

d. Latihan 4

Sikap : duduk bersila, badan tegak, kedua tangan diatas bahu, kedua lengan

disamping badan.

Latihan :

1. Tekan samping payudara dengan sisi lengan atas.

2. Lalu putar kedua lengan tersebut kedepan ,keatas samping telinga.

3. Teruskan sampai kebelakang dan akhirnya kembali kesikap semula.Lakukan

gerakan diatas sebanyak 8 kali.

e. Latihan 5

Sikap : berbaring terlentang kedua lengan disampin badan dan kedua lutut

ditekuk.
Latihan : angkat pinggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk

sudut dengan lantai yang ditahan dengan kedua kaaki daan bahu.Turunkan

pelan-pelan.Lakukan sebanyak 8 kali

f. Latihan 6

Sikap : berbaring telentang, kedua tungkai lurus, kedua lengan berada

disamping badan, keseluruhan badan rileks

Latihan : panjang tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu

kiri, lalu kembali pada posisi semula. Keadaan dan gerakan serupa dilakukan

sebaliknya untuk tungkai kiri. Setiap gerakan dilakukan maasing masing dua

kali. Gerakan ini diulangi sebanyak 8 kali.

g. Latihan 7

Panggul diputar kekanan dan kekiri masing masing empat kali. Gerakan

panggul kekiri yang dilakukaan sebagai berikut : Tekankan pinggaang kelantai

sambil mengempiskaan perut dan mengerutkan otot dubur, gerakkan panggul

kekanan, angkat pinggang, gerakkan pinggang kekiri dan seterusnya.

2. Latihan intim

Klasifikasi dan tujuan dari latihan ini adalah :

 Latihan pembentukan sikap

Untuk mendapatkan sikap tubuh yang baik selama hamil, sehingga janin

berada dalam kedudukn normal, sedangkan sikap tubuh ibu tidak

menyebabkan tulang panggul turun, sehingga kedudukan janin kurang baik.


 Latihan kontraksi dan relaksasi

Untuk memperoleh sikap tubuh dan mengatur relaksasi pada waktu yang

diperlukan

 Latihan pernapasan

Untuk melatih berbagai teknik pernapasan supaya bisa digunaka sewaktu

waktu sesuai dengan kebutuhan.

a. Minggu ke 22-25

1. Latihan pembentukkan sikap tubuh

Sikap : berbaring telentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping

badan dan santai

Latihan : Angkat pinggang sampai badan memebentuk lengkungan. Lalu

tekan pinggang kelantai sambil mengempiskan perut, serta kerutkan otot-

otot dubur. Lakukan berulang kali 8-10 kali.

2. Latihan kontraksi relaksasi

Sikap : berbaring telentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki

ditekuk dan lutut rileks.

Latihan : Tegangkan otot otot muka dengan jalan mengerutkan dahi,

mengatupkan tulang rahang dan menegangkan otot otot leher selama

beberapa detik, lalu lemaskan daan rileks. Lakukan gerakan ini 8-10 kali.

3. Latihan pernapasan

Sikap : berbaring telentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki

ditekuk pada lutut dan santai


Latihan :

a. Letakkan tangan kiri diatas perut

b. Lakukan pernapasan diafragma :tarik nafaas melalui hidung, tangan kiri

naik keatas mengikuti dinding perut yang menjadi naik. Lalu hembuskan

nafas melalui mulut. Frekuensi latihan adalah 12-14 kali permenit

c. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali dengan interal 2 menit

b. Minggu ke 26-30

Sikap : merangkak, kedua tangan sejajar dengan bahu. Tubuh sejajar dengan

lantai, sedangkan tangan dan paha tegak lurus.

1. Latihan pembentukan sikap tubuh

a. Tundukkan kepala, sampai melihat kearah vulva, pinggang diangkat

sambil mengempiskan perut bawah dan mengerutkan dubur

b. Lalu turunkan pinggang, angkat kepala sambil lemaskan otot otot dinding

perut dan dasar panggul. Ulangi kegiatan diatas 8 kali.

2. Latihan kontraksi dan relaksasi

Sikap : berbaring telentang, kedua tangan disamping badan, kedua kaki

ditekuk pada lutut dan santai

Latihan : lemaskan seluruh tubuh, kepalkan kedua lengan dan tegangkan

selama beberapa detik, lalu lemaskan kembali. Kerjakan sebanyak 8 kali.

3. Latihan pernapasan

Sikap : berbaring terlentang, kedua kaki ditekuk pada lutut, kedua lengan

disamping badan dan lemaskan badan


Latihan :

a. Lakukan pernapasan dada yang dalam selama 1 menit,lalu ikuti dengan

pernapasan diafragma. Kombinasi kedua pernapasan ini dilakukan 8 kali

selama interval 2 menit.

b. Latihan pernapasan bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri pada waktu

persalinan.

c. Minggu ke 31-34.

1. Latihan pembentukan sikap tubuh

Sikap : berdiri tegak, kedua lengan disamping badan, kedua kaki selebar bahu

dan rileks

Latihan :

a. Lakukan gerakan jongkok perlahan lahan, badan tetap lurus, lalu tegak

berdiri perlahan lahan

b. Pada mula berlatih, supaya jangan terjatuh,kedua tangan boleh berpegangan

pada misalnya, sandaran kursi, lakukan sebanyak 8 kali

2. Latihan kontraksi dan rileksasi

Sikap : tidur telentang, kedua tangan disamping badan, kedua kaki ditekuk, dan

lemaskan badan, kedua kaki ditekuk dan lemaskan badan.

Latihan : lakukan pernapasan diafragma dan dada yang dalam

3. Latihan pernapasan

Latihan pernapasaan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28

permenit dan lebih cepat


d. Minggu ke 31 – 34

1. Latihan Pembentukan Sikap Tubuh

Sikap : Berdiri tegak, kedua lengan di samping badan, kedua kaki selebar bahu

dan berdiri rileks.

Latihan :

a. Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus, lalu tegak

berdiri perlahan-lahan.

b. Pada mula berlatih, supaya jangan jatuh, kedua tangan boleh berpegangan

pada misalnya sandaran kursi. Lakukan seanyak delapan kali.

2. Latihan Kontraksi dan Relaksasi

Sikap : Tidur terlentang, kedua tangan di samping badan, kedua kaki di tekuk

dan lemaskan badan.

Latihan : Lakukan pernafasan diafragma dan dada yang dalam seperti telah di

bicarakan.

3. Latihan Pernafasan.

Latihan pernafasan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28/menit

dan lebih cepat.Gunakan untuk menghilangkan rasa nyeri.

e. Minggu ke 35 sampai akan Partus.

1. Latihan Pembentukan Sikap Tubuh

Sikap : Berbaring terlentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki

ditekuk pada lutut dan rileks.


Latihan :

Angkat badan dan bahu, letakkan dagu diatas dada melihat kearah vulva.

Kegiatan ini pertahankan beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan

santailah. Latihan ini di ulang 8 kali denagan interval 2 menit.

2. LatihanKontraksi dan Relaksasi

Sikap : Tidur terlentang kedua lengan disamping badan kedua kaki lurus

lemaskan seluruh tubuh lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.

Latihan :Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara : katubkan rahang kerutkan

dahi, tegangkan otot-otot leher kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu

tegangkan otot-otot perut, kerutkan dubur tegangkan kedua tungkai kaki dan

tahan nafas, setelah beberapa saat kembali ke sikap semula dan lemaskan

seluruh tubuh. Lakukan kegitan ini sebanyak 9 kali.

3. Latihan Pernafasan

Sikap : Tidur terlentang, kedua lutut dipegang oleh kedua lengan (posisi

litotomi) dan rileks.

Latihan :Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya. Lalu tutup

mulut. Latihan mengejan seperti buang air besar (defekasi) ke arah bawah dan

depan. Setelah lelah mengejan, kembali ke posisi semula. Latihan ini diulang 4

kali dengan interval 2 menit.

4. Latihan Penegangan dan Relaksasi.

a. Latihan Penegangan

Tujuan : Latihan ini berguna untuk menghilangkan tekanan (stress) pada waktu

melahirkan. Dengan latihan inii diharapkan ibu dapat menjadi tenang dan

memperoleh rileksasi sempurna menghadapi persalinan.


Sikap : Berbaring miring kearah punggung janin, misalnya ke kiri, maka lutut

kanan diletakkan di depan lutut kiri keduanya di tekuk. Tangan kanan di tekuk

di depan badan, sedangkan tangan kiri di belakang badan.

Latihan : Tenang, lemaskan selluruh badan, mata di picingkan, hilangkan

semua suara yang mengganggu. Lakukan latihan ini selama 5-10 menit.

b. Latihan Relaksasi

Syarat :

- Tutuplah mata dan tekukkan semua persendian.

- Lemaskan seluruh otot-otot baan termasuk muka.

- Pilihlah tempat yang tenang atau tutuplah mata dan telinga.

- Pusatkan pikiran pada suatu titik, misalnya pada irama pernafasan.

- Pilihlah posisi relaksasi yang paling anda senangi.

Ada 4 posisi rileksasi yaitu :

a) Posisi terlentang kedua kaki lurus,

b) Berbaring terlentang kedua lutut ditekuk,

c) Berbaring miring atau,

d) Posisi rileksasi sedang duduk yaitu dengan duduk menghadap sandaran kursi

dalam posisi membungkuk, kedua kaki ke lantai, kedua tangan di atas

sandaran. Duduklah dengan tenang. Pada keempat posisi di atas rileksasi

dilakukan dengan jalan menutup/memicingkan mata, melemaskan oot-otot

seluruh tubuh, tenang dan bernafas dalam dan teratur. Gunanya untuk

memberikan ketenangan dan mengurangi nyeri oleh his, karena itu dapat

dilakukan pada Kala pendahuluan dan Kala pembukaan.


2.8 Persalinan

2.8.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke luar dunia.(Jenny J.S Sondakh, 2013:

2). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uetrus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

cukup bulan(stelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebeabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkp.

(JNPK-KR, 2012:52).

Persalinan (partus = labor) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lahir.(Amru Sofian,Sp.OG : 201:71).

2.8.2 Pembagian Proses Persalinan

Tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala

pengeluaran), kala III (kala pengeluaran janin), kala IV (kala

pengawasan/observasi/pemulihan).

2.8.2.1 Kala I (Kala Pembukaan)

1. Diagnosis

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkatkan (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka

lengkap (10cm).

Tanda dan gejala inpartu termasuk :


 Penipisan dan pembukaan serviks

 Konraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensiminimal

2 kali dalam 10 menit)

 Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (JNPK-KR

APN,2012:37)

2. Kemajuan persalinan dalam kala 1

Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu :

1. Fase laten pada kala satu persalinan

 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap

 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm

 Pada umumnya, fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam (JNPK-KR

APN,2012:38)

2. Fase aktif pada kala satu persalinan

 Berlangsung selama 7jam

 serviks membuka dari 4cm sampai 10cm, akan terjadi dengan kecepatan

rata-rata 1cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1cm

hingga 2cm (multipara)

 kontraksi lebih kuat dan sering

 Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.

Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

 Fase akselerasi (percepatan)

Dalam waktu 2jam pembukaan 3cm menjadi 4cm.


 Fase dilatasi maksimal (lengkung maksimal)

Dalam waktu 2jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi

9cm.

 Fase deselerasi (perlambatan)

Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm

menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida atau multigravida, tetapi pada

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida,

kala I berlangsung ± 12jam, sedangkan pada multigravida ± 8jam. (Jenny J.S.

Sondakh,2013:5)

2.8.2.2 Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala 1

persalinan dan menberika informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan

utama pengguanaan partograf adalah sebagai berikut :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks dengan pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian, juga

dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan.

Jika digunakan dengan tepat dn konsisten, partograf akan membantu

penolong persalinan untuk :


1. Mencatat kemajuan persalinan.

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.

Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan kinik

yang sesuai dan tepat waktu.Halaman depan partograf menginstruksikan observasi

dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolon untuk

mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :

1. Informasi tentang ibu

Meliputi nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medis/nomor

puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat, serta waktu pecahnya selaput

ketuban.

2. Kondisi janin

a. DJJ

b. Warna dan adanya air keruban.

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai

warna air ketuban jika ketuban pecah.

U : ketuban utuh (belum pecah)

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

dengan mekonium

D : ketuban pecah bercampur dengan darah.


a) penyusupan kepala janin.

0 : tulang – tulang kepala janin terpisah , sutura dengan mudah dapat

dipalpasi

1 : tulang – tulajng kepala janin hanya sebagian yang

bersentuhan

 2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih , tapi masih dapat

dipisahkan

3 : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

(JNPK-KR APN).

3. Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah, atau persentasi janin, garis

waspada, dan garis bertindak.

4. Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu aktual saat pemeriksaan atau

penilaian.

5. Kontraksi uterus

Frekuensi uterus dalam watu 10 menit, lama kontraksi dalam detik

6. Obat dan cairan yang diberikan

Oksitosin, obat, dan cairan IV yang diberikan.

7. Kondisi ibu

Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, dan urin (volume, aseton, protein).

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal

yang terjadi selama persalinan dan kelahiran bayi. Itulah sebabnya bagian ini
disebut catatan persalinan. Catatan persalinan ini terdiri dari data atau

informasi umum kala I, II, III, bayi baru lahir, dan kala IV. (Jenny J.S.

Sondakh,2013:121-122)

2.8.2.3 Kala II

Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks(10cm),

dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir

dengan lahirnya bayi. ( JNPK-KR APN,2012:73).

1. Tanda dan gejala kala dua persalinan

 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya

lendir bercampur darah

 Perineum menonjol

 Vulva dan sfingter ani membuka

 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah(JNPK-KR APN,

2012:73)Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam ( informasi

obyektif) yang hasilnya adalah :

 Pembukaan serviks telah lengkap

 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina(JNPK-KR

APN,2012:73).

Gejala utama kala II sebagai berikut :

1. His yang semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50

sampai 100 detik.


2. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengedan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.

4. Kedua kekuatan his dan lebih mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi : kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion,

kemudian secara berturut turut lahir ubun-ubun besar, dahi hidung dan muka

serta lepala seluruhnya.

5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuain

kepala pada punggung.

6. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan

cara :

 Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan

menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas

untuk melahirkan bahu belakang.

 Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisi badan bayi

 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

7. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam.

(Jenny J.S. Sondakh,2013:5-6)

2. Posisi Ibu Saat Meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat

mengubah – ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat

membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan
menjaga sirkulasi utero – plasenta tetap baik. Posisi duduk atau setengah duduk

dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya

beristrahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya

grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.Beberapa ibu merasa bahwa

merangkak atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih nyaman dan

efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membaantu perbaikan

posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.

Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung

saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristrahat

diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko

terjadinya laserasi perineum.

3. Cara Meneran

 Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongaan alamiahnya selama

kontraksi

 Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.

 Minta untuk berhenti meneran dan beristrahat di antara kontraksi

 Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk

meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.

 Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

 Tidak diperoleh untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.

Catatan: Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau persalinan

tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke

fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga
melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam

meneran.

4. Pemantauan selama kala II persalinan

Pantau dan periksa dan catat:

 Nadi setiap 30 menit

 Sfrekuenai dan lama selama 30 menit

 DJJ setaiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit

 Penurunan kepala bayi setiap 30 menit

 Warna cairan ketuban

 Apakah ada persentasi majemuk atau talipusat menembung

 Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir

 Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang di lakukan pada persalinan

(JNPK-KR APN,2012:78-81;89)

2.8.2.4 Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat

diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda di bawah ini

1. Uterus menjadi bundar

2. Uterus terdorong ke atas karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim

3. Tali pusat bertambah panjang

4. Terjadi semburan darah tiba-tiba


Cara melahirkan plasenta adalah dengan menggunakan teknik dorsokranial

Pengeluaran selaput ketuban. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah namun

kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal

tersebut dapat dikeluarka dengan cara:

1. Menarik plasenta pelan-pelan

2. Memutar atau memilinnya seperti tali

3. Memutar pada klem

4. Manual dan digital

(Jenny J.S Sondakh,2013:6)

2.8.3 Manajemen Aktif Kala Tiga

Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah membuat uterus berkontaksi

lebih efektif sehingga uterus berkontraksi lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah

selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan pelepasan plasenta secara

spontan. Sebagian besar (25-29 %) morbiditas dan mortalitas ibu di indonesia

deseabkan oleh perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri dan separasi

parsial/retensio plasenta yang dapat dicegah dengan manajemen aktif kala III

Keuntungan Manajemen Aktif Kala III :

 Persalinan kala tiga yang lebih singkat

 Mengurangi jumlah kehilangan darah

 Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :

 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir


 Melakukan penegangan tali pusat terkendali

 Masase fundus uteri

1. Pemberian Suntikan Oksitosin

1. Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah di siapkan di perut

bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang

bayi tersebut.

2. Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus

Alasan : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi kuat dan dapat

menyebabkan hipoksia berat pada bayi kedua atau ruptura uteri. Hati-hati

jangan menekan kuat (ekspresi) dinding korpus uteri arena dapat menyebabkan

kontraksi tetanik atau spsme serviks sehingga terjadi plasenta inkarserata atau

kesulitan untuk mengeluarkan plasenta.

3. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan

4. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 I.U.

IM di perbatasan 1/3 bawah tengah lateral paha (aspektus lateralis).

Alasan: Oksitosin menyebabkan uterus berkontaraksi efektif sehingga akan

mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Lakukan

aspirasi sebelum penyuntikan untuk mencegah oksitosin masuk langsung ke

pembuluh darah.

Catatan: jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi

puting susu atau melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera. Upaya ini

akan merangsang produksi diberikan per oral/sublingual jika tidak tersedia

oksitosin.
5. Lakukan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup tubuh

bayi dengan kain bersih dan kering yang bari kemudian lakukan penjepitan (2-

3 menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga dari langkah 4

dan 5 ini akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk memperoleh sejumlah

darah kaya zat besi dari ibunya.

6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk IMD kontak kulit-

kulit dengan ibu dan tutupi ibu-bayi dengan kain.

7. Tutup kembali perut ibu dengan kain bersih.

Alasan : Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang

sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi darah pada perut

ibu.

2. Penegangan Tali Pusat Terkendali

1. Berdiri di samping ibu

2. Pindahkan klem (penjepit tali pusat) ke sekitar 5-10 cm dari vulva.

Alasan : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulasi.

3. Laetakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas

simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dengan

menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah

terjadi kntraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan

yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala

ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya

inversio uteri
4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar

dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali

pusat terkendali.

5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat mnjulur) tegangkan

tali pusat ke arah bawah, lakukan dorso-kranial hingga tali pusat makin

menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah

lepas dan dapat dilahrkan.

6. Tetapi langkah 5 di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta

tidak turun setelah 30-40 detik sejak dimulainya penegangan tali pusat, jangan

teruskan penegangan tali pusat.

a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi

berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tal

pusat menjadi lebih panjang. Pertankan kesabaran pada saat melahirkan

plasenta.

b. Pada saat kontraksi berikutnya terjdi, ulangi penegangan tali pusat

terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti

langkah-langkah tersbut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta

terlepas dari dinding uterus.

c. Jika setelah 15 menit melakukan PTT dan dorongan dorso-kranial, plasenta

belum juga lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10 I.U. IM, tunggu

kontraksi yang kuat kemudian ulangi PTT dan dorongan dorso-krnial hingga

plasenta dapat dilahirkan.

d. Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus (bentuk uterus menjadi globuler

dan tali pusat menjulur ke luar maka anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagin. Bantu kelahiran plasenta

dengan cara menegangkan dan mengarahkan tali pusat sejajar dengan lantai

(mengikuti proses jalan lahir).

Alasan: segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dindin uterus

akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.

7. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

mengangkat tali pusat ke atas dengan menopang plasenta dengan tangan

lainnya untuk di letakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban

mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

8. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan

selaput ketuban.

Alasan : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan jalan memilin keduanya

akan membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di uterus dan jalan

lahir.

9. Jika selput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plaseta,

dengan hati-hati periksa vagina dan serviks secara seksama. Gunakan jari-jari

tangan anda atau klem atau cunam ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan

selaput ketuban tersebut.(JNPK-KR.2012 : 92).

3. Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri

Prosedur uantuk memberikan rangsangan taktil (masase) fundus uteri

adalah :
1. Telapak tangan diletakkan pada fundus uteri

2. Memberi penjelasan tindakan kepada ibu, dengan mengatakan bahwa mungkin

ibu terasa agak tidak nyaman karena tindakan yang di berikan.

3. Dengan lembut tetapi mantap, tangan digerakkan dengan arah memutar pada

fundus uteri agar uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam

waktu 15 detik, maka dilakukan penatalaksanaan atonia uteri.

4. Melakukan pemeriksaan plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya

lengkap atau utuh:

 Memeriksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk

memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang

hilang).

 Memasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang.

 Memeriksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi).

 Mengevaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

5. Memriksa kembali uterus setelan 1-2 menit untuk memastikan uterus

berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi dengan baik, masase

fundus uteri di ulang. Ibu dan keluarganya di ajarkan bagaimana cara

melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika

uterus tidak berkontraksi baik.

6. Memeriksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan.


2.8.4 Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban dan Tali Pusat

1. Pemeriksaan Plasenta

1. Menginspeksi plasenta untuk melihat adanya noda pada meconium dan

area-area kalsifikasi.

2. Menginspeksi sisi fetal untuk melihat adanya kista dan untuk menentukan

apakah ini merupakan plasenta di luar korion (plasenta sikuvalata atau

plasenta marginata). Apabila dibutuhkan, robek atau inverse membran untuk

melihat keseluruhan permukaan janin. Permukaan janin juga harus diperiksa

dengan cermat untuk melihat apakah apakah ada pembuluh darah yang

robek atau utuh yang mengarah pada membran dalam upaya

mengidentifikasi lobus suksenturiata yang utuh.

3. Menginspeksi sisi maternal untuk melihat adanya kista, tumor, edema,

warna yang tidak normal dn plasenta mutipel.

4. Menginspeksi sisi maternal untuk melihat adanya infark dan luas

pembentukan infark.

5. Memeriksa sisimaternal untuk melihat keutuhan. Untuk melakukan ini,

plasenta di tempatkan diatas permukaan datar dengan sisi maternal di atas.

Kasa berukuran 4x4 digunakan untuk menghapus darah dan benda-benda

dari luar untuk melihat permukaan plasenta dengan jelas.

6. Untuk mengidentifikasikan kotiledon yang hilang dari margin plasenta atau

lobus aksesori yang hilang, margin plasenta di raba dan jari di gerakkan

mengelilingi tepi plasenta. Gerakan ini harus mulus, dan area yang kasar

harus diselidiki dengan saksama karena area yang kasar merupakan indikasi

jaringan plasenta robek.


7. Plasenta di ukur dan di timbang. Hal ini biasanya di tetapkan oleh kebijakan

institusi masing-masing dan tidak selalu dilakukan. Terlepas dari kebijakan

tersebut, bila plasenta muncul dengan ukuran abnormal, maka mengukur

dan menimbang di indikasikkan. Informasi yang didapatkan kemudian

didokumentasika pada catatan.

2.8.5 Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV persalinan adalah waktu atau kala di dalam suatu proses

persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

itu(Affandi,2005). Kala IV persalinan adalah kala pada dua jam pertama

persalinan(Saifuddin dkk,2004).Kala IV persalinan adalah dimulai dari dua jam

lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum (Saifuddin dkk,2006)

Secara umum kala IV dalah 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan

plasenta berlangsung.ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan

wanita melahirkan kehbaisan darah atau mengalami suau keadaan yang

menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau keadaan

ibu sampai masa kritis ibu elah terlewati.

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta

lahir untuk memantau kondisi ibu.keadaan dimana segera setelah terlahirnya

plaenta terjadiperubahan maternal terjdi pada saat strees fisik dan emosional

akibat persalinan dan kelahian mereda dan ibu memasuki penyembuhn

pascapartum dan bonding(ikatan).Banyak perubahan fisiologi yang terjadi selama

persalinan dan pelahiran kembali ke level pra-persalinan dan menjadi stabil

selama 1 jam pertama pascapartus.


2.8.6 Asuhan Pemantauan Kala IV

Segera setelah plasenta lahir :

1. Lakukan rangsangan taktil (masase uterus) dapat membuat uterus berkontraksi

secara adekuat dan efektif.

2. Evaluasi tinggi fundus dilakukan dengan cara meletakkan telunjuk sejajar tepi

atas fundus. Umumnya , fundus uteri setinggi atau 2 jari dibawah pusat.

3. Estimasi kehilangan darah secara keseluruhan.

4. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)

perineum.

5. Evaluasi keadaan ibu.

6. Dokumentasi semua asuhan/temuan selama persalinan kala IV dihalaman 2

partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

2.8.7 Memperkirakan Kehilangan Darah

Salah satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat

volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml

dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu

telah kehilangan darah satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu

kehilangan 250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu

cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah

kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah.

Apabila perdarahan menyebabakan ibu lemas, pusing, dan kesadaran

menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 30 mmHg dari kondisi

sebelumnya maka telah terjadi perdarahan 500-1000ml. Bila ibu mengalami syok
hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu

(2000-2500ml). Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai

jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah

yang keluar dan kontraksi uterus.

2.8.8 Memeriksa Kondisi Perineum

Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi/robekan

perineum atau vagina. Laserasi di klasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.

Tabel 2.3 Derajat Luas Robekan Episiotomi

Derajat Area Robekan

Derajat Satu  Mukosa vagina


 Komisura posterior
 Kulit perineum
Derajat Dua  Mukosa vagina
 Komisura posterior
 Kulit perineum
 Otot perineum
Derajat Tiga  Mukosa vagina
 Komisura posterior
 Kulit perineum
 Otot perineum
 Otot sfingter ani
Derajat Empat  Mukosa vagina
 Komisura posterior
 Kulit perineum
 Otot perineum
 Otot sfingter ani
 Dinding depan rectum

2.8.9 Pencegahan Infeksi

Setelah persalinan, dilakukan dekontaminasi plastik, tempat tidur, dan

matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian dicui dengan detergen dan dibilas

dengan iar bersih. Jika sudah bersih, dikeringkan dengan kain bersih supaya ibu
tidak berbaring diatas matras yang basah. Linen yang digunakan selama

persalinan didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% kemudian segera dicuci

dengan air dan detergen.

2.8.10 Pemantauan Keadaan Umum Ibu

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh

perdarahan pascapersalinan terjadi selama 4jam pertama setelah kelahiran bayi.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat setelah

persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus menunjukkan akan

mengalami perdarahan pascapersalinan, maka penting untuk berada disamping ibu

dan bayinya selama 2jam pertama pascapersalinan.

Kain pembebat perut tidak boleh digunakan selama 2jam pertama

pascapersalinan atau hingga kondisi ibu stabil. Kain pembebat perut dapat

menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika

kandung kemih ibu penuh, ibu dapat di bantu ntuk mengosongkan kandung

kemihnya dan menganjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan. Ibu

perlu diingatkan bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah ia

melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, ibu dapat dibantu dengan cara

menyiram air bersih dan hangat ke perineumnya, privasi perlu diberikan. Jari-jari

ibu dapat dimasukkan kedalam air hangat untuk merangsang keinginan untuk

berkemih secara spontan.


2.8.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu :

1. Power

Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna

untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi

diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma.

Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga

mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja

dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup

sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong

janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga

mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran.

2. Passage

Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Bagian keras

Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os

Coccygis), dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi

sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada, maka bagian keras

janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu panggul

(Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan ruang

panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul

(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang

melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, dan

Hodge IV).
2. Bagian lunak

Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri,

dan vagina. Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang menyokong

alat-alat urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.

3. Passanger

Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin.

Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan

hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana

sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan

sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang

janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta

letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa

yang paling bawah.

4. Perubahan psikologis pada ibu bersalin

Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikologis diantaranya :

 Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir

 Kesakitan saat kontraksi dan nyeri

 Ketakutan saat melihat darah

2.9 Proses Adaptasi Dan Perubahan Kebutuhan Dasar

 Kala I

1. Mengatur aktivitas dan posisi ibu

2. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

3. Menjaga kebersihan ibu


4. Pemberian cairan dan nutrisi

 Kala II

1. Menjaga kandung kemih tetap kosong

2. Menjaga kebersihan ibu

3. Pemberian cairan

4. Mengatur posisi ibu

 Kala III

1. Menjaga kebersihan

2. Pemberian cairan dan nutrisi

3. Kebutuhan istirahat ( INTRANATAL CARE,2011)

2.9.1 Asuhan Persalinan Normal

1. Asuhan Sayang Ibu

Asuahan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan,

dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai

asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “ Seperti

inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan yang seperti ini

yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan

diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan

baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka

akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik.


 Asuhan sayang ibu dalam persalinan

1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.

2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan

tersebut.

3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.

5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu beserta anggota-

anggota keluarganya.

7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau keluarga yang lain selama persalinan

dan kelahiran bayinya.

8. Ajarkan suami dan anggota keluarga cara-cara bagaimana mereka dapat

memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

9. Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik.

10. Hargai privasi ibu

11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran

bayinya.

12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia

menginginkannya.

13. Hargai dan hargai praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan

ibu.

14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,

pencukuran, dan klisma.

15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.


16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1jam pertama setelah bayi lahir.

17. Siapkan rencana rujukan (bila perlu).

18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan,

perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan

resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayinya.

 Asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pascapersalinan

1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)

2. Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberika ASI sesuai yang

diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif.

3. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah

melahirkan.

4. Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri

kelahiran.

5. Anjurkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang

mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul

masalah atau rasa khawatir (JNPK-KR,2012).

2.9.2 Deteksi Dini Komplikasi

1. Persentasi

 Persentasi muka

Merupakan akibat kelainan sikap(habitus) berupa defleksi kepala

maksimum.pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala

sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka


yang merupakan presentasi(bagian terendah)janin dan sekaligus denominator

adalah mentum.

 Persentasi dahi

Bentuk dari kelainan sikap(habitus)berupa gangguan defleksi.presentasi

yang sangat jarang.diagnosa ditegakkan apabila VT pada PAP meraba orbital

ridge dan ubun-ubun besar.biasanya kepala berada diantara posisi fleksi

sempurna.kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat

luas,engagemen kepala yang diikuti dengan persalinan pervaginam tak

mungkin terjadi.

 Persentasi rangkap

Dimaksud dengan prolapsus lengan disamping bagian terendah janin.

2. Posisi

 Posisi oksipitalis posterior

Suatu bentuk kelainan putar paksi dalam(internal rotation) pada proses

persalinan

 Posisi oksipitalis tranversal persisten

Pada umunya bersifat sementara(penempatan) sebelum berakhir sebagai

posisi occiput anterior atau posterior.

3. Letak

 Letak lintang

Adalah sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh

ibu.kadang-kadang sudut yang tidak tegal lurus sehingga terjadi letak oblique

yang sering bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi
bokong.Pada letak lintang ini bahu biasanya berada di pintu atas panggul

dengan bokong dan kepala berada pada fossa iliaca.

4. Kehamilan kembar

 Kehamilan kembar monozigotik

 Kehamilan kembar fraternal(Dizigotik)

5. Distosia bahu

Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet

diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat promontorium, tetapi

mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).

a. Patofiologis

Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan

(anterior) berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran

menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi

anteroposterior, pada bayi yang besar akan benturan bahu depan terhadap

simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

b. Etiologi

Distosia bahu terutama disebabkan oleh deormitas panggul, kegagalan

bahu untuk “melipat” kedalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabakan

oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga

penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat

melalui pada melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul

setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk

kedalam panggul.
c. Komplikasi Distosia Bahu

 Komlpikasi maternal

a. Perdarahan pasca persalinan

b. Robekan perineum derajat III dan IV

c. Ruptur uteri

 Komplikasi fetal

a. Fraktur klafikula

b. Kematian janin

c. Hipoksia janin

d. Fraktur humerus

6. Kelainan letak sungsang

Merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian terendah

dengan atau tanpa kaki(keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala

di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.

2.10 Nifas

2.10.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai sejak 1 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu.

Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan

pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan

pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi

bagi ibu. (Prawirohardjo,Edisi ketiga, Jakarta,2010 : 356).


Periode masa nifas (puerperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6

minggu ( 42 hari ) setelah itu. .(Salemba medika,saleha,2011:1).

Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan

keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Bik di negara maju maupun

negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada

masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan

kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih

sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh

konsekuensi ekonomi, disamping ketidaksediaan pelayanan atau rendahnya

peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup

berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan

rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan

yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa

pascapersalinan. (Sarwono Prawirohardjo,Edisi ketiga, Jakarta,2010 : 357).

Alat-alat genetalia eksterna dan interna akan berangsur pulih kembali

seperti keadaan sebelum hamil,yang disebut involusi. Setelah janin dilahirkan,

fundus uteri setinggi pusat. Segera setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri

2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 pascapersalinan, uterus kurang lebih setinggi

7 cm atas simfisis atau setengah simfisis-pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat

diraba lagi diatas simfisis. Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1.000g. satu

minggu pascapersalinan menjadi kira-kira 500g, 2 minggu pascapersalinan 300g,


dan setelah 6 minggu pascapersalinan 40 sampai 60g (berat uterus normal kira-

kira 30g).(Salemba Medika,saleha,2013).

2.10.2 Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan Ibu dan Bayinya,baik fisik maupun psikologik

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif,mendeteksi masalah,mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasu pada ibu maupun bayinya.

3. Memberrikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri,nutrisi,keluarga berencana,menyusui,pemberian imunisasi pada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Buku Acuan

Nasional,2010:122)

Pada Masa Pascapersalinan, seorang ibu memerlukan :

 Informasi dan konseling tentang:

 Perawatan bayi dan pemberian ASI

 Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul

 Kesehatan pribadi, higiene, dan masa penyembuhan

 Kehidupan seksual

 Kontrasepsi

 Nutrisi

 Dukungan dari :

 Petugas kesehatan

 Kondisi emosional dan psikologis serta keluarganya


 Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda terjadinya

komplikasi(Prawirohardjo,Edisi ketiga, Jakarta,2010 hal 357).

2.10.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Pada tahap ketiga persalinan, uterus berda digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah

umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat

ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu kehamilan 16 minggu ( kira-

kira sebesar jeruk asam ) dan bertanya kira-kira 100 gram.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm

diatas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung

dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca

partum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan

simpisis pubis. Uterus tidak bias dpalpasi pada abdomen pada hari ke-9 paska

partum.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

 Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot

atrofi.
 Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot

uterus. Enzim proteolitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga panjangnya 10 x dalam semula dan lebar 5 x dari semula

selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung

jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan

hormone estrogen dan progesterone.

 Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjdinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga

akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

keuterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan.

2. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

retrofleksi, karena ligamentum rotumdum menjadi kendor.

3. Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi berma-sama uterus. Periubahan-perubahan

yang terjadi pada serviks post partum adalah bentuk servik yang akan menganga

seperti corong. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-


perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim ,setelah

2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dalalui 1 jari.

4. Lokea

Lokea adalah ekskresi cairan pada rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basah yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat

dari kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lokia dapat dibagi

berdasarkan aktu dan warnanya.

 Lokea rubra :berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

 Lokea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke

3-7 pasca persalinan

 Lokea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pascapersalinan.

 Lokea alba : Cairan putih, setelah 2 minggu

 Lokea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

 Lokeostasis : lochia tidak lancar keluarnya

5. Perubahan pada vagina dan perineum

Estrogen paska partum yang menurun berperan dalam penipisan mokosa

vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali

secara bertahan pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.

Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan

penipisan mukosa vagina. Kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat koitus
( dispareunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi

dimulai lagi.

6. Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu bada akan naik sedikit (37,5˚C – 38

˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan

kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari

ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi

bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genitalis, atau

sistem lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan

biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

c. Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat

menandakan terjadinya preeclampsia postpartum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada pernapasan


7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

a. Perubahan Volume Darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya

kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan

ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan

volume darah total yang cepat, tapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan

normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat.

Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangn darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran

melalui SC, maka kehilangan darah dapat 2x lipat.

b. Curah Jantung

Curah jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang

masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan

lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi

uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai meningkat pada semua

jenis kelahiran.

8. Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leokositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai

15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa

postpartum. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan


diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan haemoglobin pada hari ketiga

sampai ketujuh pospartu dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

9. Sistem Pencernaan Pada Masa Nifas

a. Nafsu Makan

Ibu biasanya masih lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,

anesthesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Seringkali untuk

pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal.

b. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia

bias memperlambat pengembalian tonou dan motilitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan Usus

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama 2-3 hari setelah ibu

melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun sealama

proses persalinan dan pada awal masa paskapartum, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Kebiasaan

mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang

pengosongan usus. Sistem pencernaaan pada masa nifas membutuhkan waktu

yang berangsur-angsur untuk kembali normal.


10. Perubahan Sistem Perkemihan

a. Fungsi Sistem Perkemihan

 Keseimbangan cairan dan elektrolit

 Keseimbangan asam basa tubuh

 Mengeluarkan sisa metabolism, racun dan zat toksin

b. Sistem Urinarus

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid) yang tinggi turut

menyebabkan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita

melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama masa

postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita

melahirkan.

 Komponen Urin

Blood Urea Nitrogen (BUN) yang meningkat selama postpartum,

merupakan akibat autolysis uterus yang berinvolusi. Asetonuria dapat terjadi pada

wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan

yang lama dan disertai dehidrasi.

 Diuresis Postpartum

Dalam 12 jam pascamelahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan

yang tertimbun dai jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk

mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialaha diaphoresis luas,

tertama pada malam hari, selam 2-3 hari pertama setelah melahirkan.
 Uretra dan Kandung Kemih

Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses

melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Kandung kemih yang

udema, terisi penuh, dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi,

pengososngan yang tidak sempurna, dan urin residual. Hal ini dapat dihindari jika

dilakukan asuahan untuk mendorong terjadinya pengososngan kandung kemih

bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.

2.10.4 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

1. Fase adaptasi setelah melahirkan

a. Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri.Pengalaman selama proses persalinan berulang kali

diceritakannya.Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif

terhadaplingkungannya.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada

fase ini.Gangguan psikologi yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah

sebagai berikut:

- Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan trntang

bayinya.Misalnya jenis kelamin tertentu,warna kulit dan sebagainya.

- Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu

misalnya rasa mulesakibat dari kontraksi rahim,payudara bengkak,akibat luka

jahitan dan sebagainya.

- Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya


- Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinyadan

cenderung melihat saja tanpa membantu.

b. Fase Taking Hold

Fase taking hold atau fase periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari

setelah melahirkan.Fada fase ini,ibu merasa kawatir akan ketidakmampuannya

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayinya.Ibu memiliki perasaan yang

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita

perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.

c. Fase Letting Go

Fase letting go merupakan fase menerim tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan .Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri merawat diri dan bayinya,serta kepercayaan dirinya sudah

meningkat.

2. Postpartum Blues

Postpartum blues atau serng juga disebut Maternity Blues atau sindro ibu

baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu

pertama setelah persalinan.

2.10.5 Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas dilakukan untuk menilai

keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.Frekuensi kunjungan masa nifas


Tabel 2.4 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunju Waktu
ngan
Tujuan

1. 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia


setelah uteri
persalinan  Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan: rujuk jika perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
 Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2. 6 hari  Memastikan involusi uterus berjalan normal :
setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. 2 minggu  Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan)
setelah
persalinan

4. 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit


setelah yang ia atau bayi alami
persalian  Memberikan konseling tentang KB secar dini-

(salemba medika, Jakarta,2012 : 4)


2.10.6 Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,

bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum ( 24 jam- 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu).

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB. (Salemba Medika,saleha,2013)

2.10.7 Involusi Alat-Alat Kandungan

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.5 Tinggi Fundus Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram


8 minggu Sebesar normal 30 gram

2) Bekas Implantasi Plasenta : Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol

ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm,

pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7

hari.

4) Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules) disebabkan

kontraksi rahim, bisanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan

pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu dapat

diberikan obat-obat antisakit dan antimules.

5) Lokea adalah cairan sekret yang bersala dari kavum uteri dan vagina dalam

masa nifas.

6) Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga

rahim ,setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat

dalalui 1 jari.

7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

retrofleksi, karena ligamentum rotumdum menjadi kendor. (Sinopsis

obstetri:Dr. Amru Sofian, Jakarta EGC 2013 )


2.10.8 Proses Laktasi Dan Menyusui

Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana ASI

baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon

pengambat prolaktin (hormon plasenta ) yang menghambat pembentukan Asi.

Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga

susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun,

sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi,

karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman.

1. Laktasi

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena

mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan

pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah

dalam pemberian ASI. Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak

lancar.

2. Proses Laktasi

Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung

hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta ) yang menghambat

pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tak ada lagi,

sehingga susu pun keluar.

 Pengaruh Hormonal

Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon

yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. Hormon-hormon yang

terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai berikut,


1. Progesteron : mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini

menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.

2. Estrogen : menstimulasi sistem saluran SI untuk membesar. Kadar estrogen

dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan

selama tetap menyusui.

3. Prolaktin : berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.

4. Oksitosin : mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan

setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin

juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju

saluran susu.

5. Human placental lactogen (HPL) : sejak bulan kedua kehamilan, plasenta

mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,

puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam

kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi

tampa kehamilan ( induced lactation).

( Salemba Medika,Sitti,Jakarta 2013)

2.10.9 Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini:

1. Laktogenesis 1

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis 1.

Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan cairan kental

yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah
produksi ASI sebenarnya. Namun hal ini bukan merupakan masalah medis.

Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor ) kolostrum sebelum bayinya lahir, hal

ini bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

2. Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon

progesteron, estrogen, dan HPL secar tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap

tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan

fase laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam

darah akan meningkat dan mencapai puncaknya dalam periode 45 menit,

kemudian kembali kelevel sebelum rangsangan tiga jam kemudian.

3. Laktonegesis III

Sistem kontrol hormon endokrim mengatur produksi ASI selama kehamilan

dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai

stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis III.

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi

ASI dengan banyak pula. Dengan demikian produksi ASI sangat dipengaruhi

oleh beberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga beberapa sering

payudara dikosongkan.( Salemba Medika,Sitti,Jakarta 2013)

2.11 Bayi Baru Lahir

2.11.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga neonatus, bayi baru lahir adalah bayi yang

lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu mampu hidup diluar kandungan dan

berat 2500-4000 gr. ( Dewi, Dkk 2010 hal1 )


Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm

(Sarwono, 2010 dalam Jenny J.S. sondakh)

2.11.2 Perubahan Yang Segera Terjadi Sesudah Kelahiran

Menurut Jenny J.S sondakh 2013 “ Fisiologis neonatus adalah ilmu yang

mempelajari fungsi dan proses vital neonates “. Neonatus adalah individu yang

baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterin. Selain itu neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh.

1. Perubahan Pada Sistem Pernapasan

Rangsangan untuk gerak pernapasan :

a. Tekanan mekanik dari toraks penurunan PAO2 dan kenaikan PACO2

b. Daerah Rangsangan dingin pada daerah muka.

Upaya pernapasan pertama pada seorang bayi berfungsi untuk :

1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Tabel 2.6. Perkembangan Sistem Pulmoner

Umur kehamilan Perkembangan

24 hari Bakal paru-paru terbentuk

26-28 hari Kedua bronchi membesar

6 minggu Di bentuk segmen bronchus

12 minggu Diffrensial lobus

24 minggu Dibentuk alveolus

28 minggu Dibentuk surfaktan


34-36 minggu Struktur matang

2. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Terjadi perubahan besar yaitu :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta

c. Denyut jantung BBL rata-rata 140 detik/menit

d. Volume darah pada BBL berkisar 80-110 ml/kg

3. Perubahan Pada Sistem Hemogenik

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir

kehilangan panas pada tubuhnya :

1. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung

dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui

kontak langsung). Sebagai contoh : konduksi bias terjadi ketika menimbang

bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL

2. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah

panas menghilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara) Contoh:

konveksi dapat terjadi ketika membiarkan/menempatkan BBL dekat jendela

atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.

3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin

(pemindahan panas anatara 2 objek suhu yang berbeda) Contoh : membiarkan

BBL dalam AC tanpa diberikan pemanas (radian warm),membiarkan BBL

dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan

yang dingin (dekat tembok).

4. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan dan bergantung pada kecepatan dan

kelembapan udara ( perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi

uap). Evoporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat

kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan

dalam suhu kamar 25 º C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,

radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk

hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan

panas pada bayi, maka lakukan hal berikut:

a. Keringkan bayi secara seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat.

c. Tutup bagian kepala bayi.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e. Jangan segera menimbang atau memandikan BBL.

f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

4. Perubahan Pada Metabolisme


Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang

dewasa, sehingga metabolisme basal/kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena

itulah BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy

dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

Pada jam- jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan

karbohidrat. Pada hari ke-2, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah

mendapat susu, sekitar dihari ke 6 energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat

yang masing- masing sebesar 60 dan 40 %.

5. Perubahan Adaptasi Neurologis

1. Sistem neurologis secara anatomic atau fisiologis belum berkembang

sempurna.

2. BBL menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang

labil, konrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstemitas.

3. Perkembangan neonatus menjadi lebih cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang

lebih kompleks (misalnya : kontrol kepala, tersenyum dan meraih dengan

tujuan) akan berkembang.

4. Refleks BBL meruapakan indikator penting perkembangan normal.

Beberapa refleks yang terdapat pada BBL antara lain:

a. Refleks moro/peluk

b. Rooting refleks

c. Refleks menghisap dan menelan

d. Refleks batuk dan bersin

e. Refleks genggam
f. Refleks melangkah dan berjalan

g. Refleks otot leher.

6. Adaptasi Gastrointestinal

1. Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan

ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.

2. Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan

sudah terbentuk saat lahit\r.

3. Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi

lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim prankreas dan lipase.

4. Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3

bulan.

5. Pengeluaran mekonium, yaitu feses bewarna hitam kehijauan, lengket dan

mBengandung darah samar, diekresikan dalam 24 jam pada 90% BBL yang

normal.

6. Variasi besar terjadi diantara BBL tentang minat terhadap makanan, gejala-

gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada saat pemberian makanan.

7. Beberapa BBL menyusu segera bila diletakkan pada payudara, sebagian

lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusui secara aktif.

8. Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari tangan telah diamati di

dalam uterus, tindakan-tindkan ini berkembang baik pada saat lahir dan

diperkuat rasa lapar.

7.Adaptasi Ginjal
1. Laju filtrasi glomerolus relative rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak

adekuatnaya area permukaan kapiler glomerulus.

2. Meskipun keadaan ini tidak mengancam BBL yang normal, tetapi menghambat

kapasitas bayi untuk berespon terhadap stressor.

3. Penurunan kemampuan untuk mengekresikan obat-obatan dan kehilangan

cairan yang rlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.

4. Sebagian besar BBL berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali

perhari pada 1-2 jam pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24

jam.

5. Urine dapat keruh karena lendir dan garam urat, noda kemerahan (debu batu

bata) dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat.

8. Adaptasi Hati

1. Selama kehiduapan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus

membantu pembentukan darah.

2. Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk

pembekuan darah.

3. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai sampai bayi 5 bulan kejidupan

ekstrauterin, pada saat ini, BBL menjadi rentan terhadap defisiensi zat Besi.

4. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi,

pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan dengan pemecahan sel-sel

darah merah.
5. Bilirubin tidak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vascular dan

menembus jaringan lainnya, misalnya : kulit, sclera, dan membrane mukosa

oral mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice atau ikterus.

6. Pada stress dingin lama, glikolisis aneorobik terjadi dan jika terdapat defek

fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi. Asam lemak yang

berlebihan menggeser bilirubin dari tempat-tempat peningkatan albumin.

Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan

peningkatan resiko kern-ikterus pada kadar bilirubin serum 10 mg/DL atau

kurang.

9. Perlindungan Termal ( termoregulasi)

1. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibu.

2. Gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut,

serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk

mencegah keluarnya panas tubuh. Pastikan bayi tetap hangat.

3. Mempertahankan lingkungan termal netral

a. Letakkan bayi dibawah alat penghangat pancaran dengan menggunakan ensor

kulit untuk mementau suhu sesuai kebutuhan.

b. Tunda memandikan bayi sampai suhu bayi labil.

c. Pasang penutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan panas dari kepala

bayi.
2.11.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal

1. Cara Memotong Tali Pusat

a. Menjepit tali pusat dengan kleam dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut

tali pusat kearah ibu dan memsang kleam ke -2 dengan jarak 2 cm dari kleam.

b. Memegang tali pusat diantara 2 kleam dengan menggunakan tangan kiri ( jari

tengah melindunhi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 kleam.

c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilicus dengan simpul mati

lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya

bungkus dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5 %

d. Membungkus suhu tubuh BBL dan memberikannnya pada ibu.

2. Mempertahankan Suhu Tubuh BBL Dan Mencegah Hiportermia.

a. Mengeringkan tubuh bayi segera kahir. Kondisi tubuh lahir dengan tubuh basah

karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan

mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat

kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin yang

merupakan gejala awal hiportermia. Bayi kedinginan biasanya tidak

memperliahatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum

sempurna.

b. Untuk mencegah terjadinya hiportermia, bayi baru lahir harus segera

dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup

diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.


c. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.

Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500 gr dan menangis

kuat bisa dimandikan ±24 jam setelah kelahiran dengan menggunakan tetap air

hangat.

3. Penilaian Bayi Untuk Tanda - Tanda Kegawatan

Menurut Prawirohhardjo, 2010 BBL dinyatakan sakit apabila :

a. Sesak nafas : frekuensi pernafasan 60 kali/menit

b. Gerak retraksi di dada

c. Malas minum

d. Panas atau suhu badan bayi rendah

e. Kurang aktif

f. Berat lahir rendah ( 500 – 2500 gram)

g. Kesulitan minum.

Tanda- tanda bayi sakit berat, apabila :

1. Sulit minum.

2. Sianosis sentral ( tidak biru).

3. Perut kembung.

4. Periode apneu.

5. Kejang/periode kejang-kejang kecil.

6. Merintih.

7. Perdarahan.

8. Sangat kuning

9. Berat badan lahir < 1500 gram.


2.11.4 Penentuan Tafsiran Berat Janin (TBJ)

1. Berdasarkan TFU (Tinggi Fundus Uteri)

TFU (cm) di ukur dengan pita pengukur ,kemudian di masukkan kedalam

rumus Johnson (hannya jika presentasi kepala).

 Jika kepala sudah masuk panggul (di bawah spina iskiadika)

TBJ (gram)=(FTU-11) x 155.

 Jika kepala masih di atas spina iskiadika

TBJ (gram)=(TFU) x 155

2. Berdasarkan BPD (Biparietal Diameter) Rumus Liswander

Tabel 2.7 Tafsiran Berat Janin Berdasarkan BPD Rumus Liswander

BPD(cm) Berat BPD Berat


(gram) (cm) (gram)
7,0 1400 9,0 2800
7,2 1550 9,2 3030
7,4 1840 9,4 3180
7,6 1990 9,6 3330
7,8 2290 9,8 3480
8,0 2140 10,0 3630
8,2 2440 10,2 3920
8,4 2510 10,4 4070
8,6 2590 10,8 4220
8,8 2730 11,0 4370

3. Dihitung dari tanggal haid terakhir

4. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “feeling life”

(quickening)

a. Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari

simfisis, maka diperoleh :

b. 22-28 mg : 24-25 cm di atas simfisis

c. 28 mg : 26,7 cm di atas simfisis


d. 30 mg : 29,5-30 cm di atas simfisis

e. 32 mg : 29,5-30 cm di atas simfisis

f. 34 mg : 31 cm di atas simfisis

g. 36 cm : 32 cm di atas simfisis

h. 38 mg : 33 cm di atas simfisi s

i. 40 mg : 37,7 cm di atas simfisis

5. Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, jarak simfisis

dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

6. Menurut Ahlfeld : “Ukuran kepala-bokong “=0,5 panjang anak

sebenarnya .Bila diukur kepala-Bokong janin adalah 20 cm, maka tua

kehamilan adalah 8 bulan.

7. Rumus Johnson-Tausak :

BB = (mD - 12) x 155

BB = berat badan ; mD= jarak simfis – fundus uteri

Auskultasi :

Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetric) untuk mendengarkan

denyut jantung janin (djj). Djj pada bulan ke 4-5.

Metode AURARD :tempat denyut jantung janin dalam rahim

Cara menghitung DJJ :

 Setiap menit misalnya 140 kali per menit

 Dihitung 3x5 detik secara berurutan,dengan cara ini dapat

diketahuiteraturtidaknya DJJ.
contoh:

11 12 11

Djj=4 x(11 + 12 + 13)=136 permenit teratur

10 14 9

Djj=4 x (10 + 14 +9)=132 permenit tidak teratur

2.12 Inisiasi Menyusui Dini

2.12.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai

menyusui sendiri segera setelah lahir. Seperti halnya bayi mamalia lainnya, bayi

manusia mempunyai kemampuan untuk menyusui sendiri. Kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir,

kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi untuk

melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak

mencari payudara. (Menurut Jenny J.S. Sondaks halaman 170)

Beberapa prinsip dalam pemberian ASI adalah sebagi berikut :

1. Setelah bayi lahir, tali pusat segera diikat.

2. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bersentuhan langsung ke

mulut ibu.

3. Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai

bayi dapat menyusui sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil.

4. Bayi diberi topi dan diselimuti.

5. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusui.

6. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi baru lahir.


7. Memberikan kolostrum kepada bayi.

8. Tidak memberikan makanan praklatal seperti air gula atau air tajin kepada

BBL sebelum ASI keluar, tetapi mengusahakan bayi menghisap untuk

merangsang produksi ASI.

9. Menyusui bayi dari kedua payudara secara bergantian sampai tetes terakhir,

masing-masing 15-25 menit.

10. Memberikan ASI saja selama 4-6 bulan pertama (on demand)

11. Memperhatikan posisi tubuh bayi saat menyusui dan carabayimenghisap

diman putting susu dan oreola mammae harus masuk seluruhnya ke mulut

untuk menghindari putting lecet.

12. Menyusui sesuai kebetuhan bayi (on demand).

13. Setelah berumur 4 bulan, selain ASI, MP-ASI sampai anak berusia 2 tahun.

14. Meneruskan menyusui bayi dengan tambahan MP-ASI sampai anak berusia 2

tahun.

15. Berikan ASI lebih dahulu, baru MP-ASI.

16. Setelah usia 2 tahun, menyapih dilakukan secara bertahap.

17. Kebersihan ibu dan bayi, lingkungan dan peralatan yang digunakan waktu

member makan anak perlu diperhatikan.

18. Memperhatikan gizi/makanan ibu saat hamil dan menyusui. Ibu memerlukan

ekstra makanan dan minuman lebih banyak dari keadaan sebelum hamil.

19. Bagi ibu yang bekerja, dapat memberikan ASI sebelum dan sesudah pulang

kerja.
2.12.2 Manfaat Imunisasi Menyusui Dini (IMD)

1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

a. Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, dapat menurunkan resiko

hipotermia dan menurunkan kematian akibat kedinginan.

b. Getaran cinta, saat ibu dipeluk oleh suaminya, maka akan merasakan

ketenangan, merasa dilindungi, dan kuat secara spikis.

c. Tidak ada yang meragukan kolostrum, cairan yang kaya akan antibodi dan

sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi

yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

d. Pemberian makanan awal selain ASI (susu hewan) yang mengandung bukan

protein susu manusia dapat sangat menganggu pertumbuhan fungsi usus.

e. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai

kesempatan lebih berhasil menyusui ekslusif dan mempertahankan

menyusui kesempatan menyusui daripada yang menunda menyusu dini.

2. Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini Untuk Bayi

a. makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum

segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

b. Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi

pertama bagi bayi.

c. Meningkatkan kecerdasan

d. Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan menghisap, menelan, dan

napas.

e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.

f. Mencegah kehilangan panas.


g. Meningkatkan berat badan.

2.12.3 Tanda Tanda Bahaya Pada Bayi

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering

tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi

baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru

lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.

Tanda ini mencakup :

1. Tidak bisa menyusu

2. Kejang

3. Mengantuk atau tidak sadar

4. Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15

detik)

5. Frekuensi napas > 60 kali/menit

6. Merintih

7. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

8. Sianosis sentral

2.12.4 Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Menurut Jenny J.S. Sondaks halaman 160

a. Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar,

adanya caput succedanum,sepal hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.

b. Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi

(pus).
c. Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labio skitis, labiopalatokisis,dan

refleks isap (dinilai saat bayi menyusu).

d. Telinga : pemeriksaan terhadap preaurical tog, kelainan daun/bentuk/telinga.

e. Leher : pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus

thyroglossalis, hygroma colli.

f. Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan,

retraksi intercrostal, subcostal sifoid, merintih, penapasan cuping hidun, serta

bunyi paru-paru (sonor, vesikuler, bronchial, dan lain-lain)

g. Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan

bunyi jantung.

h. Abdomen :pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limfa, tumor

aster) scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofagus

tanpa fistula)

i. Tali pusat :pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali

pusat,warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau selangkangan.

j. Alat Kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum,

penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang, apakah

labia mayora menutupi labio minora (bayi perempuan)

k. Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam setelah lahir, bila tidak, harus

waspada terhadap atresiani ani atau abstruksi anus. Selain itu, urin juga harus

keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat

bayi lahir, urin keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar

dalam 24 jam, maka harus diperhatikan adanya obstruksi saluran kemih.


2.13 Jadwal imunisasi.

2.13.1 Pengertian

Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi

atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu Negara dapat

berbeda dengan Negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang

berwenang mengeluarkannya. Berikut adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi

Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003)

Tabel 2.8 Keterangan Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI, Periode 2004

Umur Vaksin Keterangan

Saat lahir Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan.Apabila
B-1 statusHbsAg-B ibu positif dalam 12 jam setelah lahir
diberikan HbAg 0,5 ml bersamaan dengan bersamaan
dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg
ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka
dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7
hari.

Polio- 0 Polio 0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk


bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat
bayi dipulangkan untuk menghindari imunisasi virus
vaksin kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis Hb-2 diberikan pada bayi umur 1 bulan, interval HB-
B-2 1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
diberikan pada umur > 3 bulan dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila
uji Tuberkulin negative

2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,


dapat dipergunakan DTwp atau DTap, DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T )
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval
2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DPT-1

Polio 1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1

4 bulan DPT-2 DPT-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara


terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan


dengan DPT-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2

6 bulan DPT-3 DPT-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan


dengan Hib-3 (PRP-T)

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMG, Hib-3 pada


umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-3

Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan


B-3 respon imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak Campak-1 diberikan pada bayi umur 9 bulan,


1 campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas
1, umur 6 bulan. Apabila telah mendapat MMR pada
umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan


bulan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur
12 bulan

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-


OMP)

18 bulan DPT-4 DPT-4 (DPT atau DTap) diberikan 1 tahun setelah


DTP-3

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DPT-4

2 tahun Hepatitis Vaksin Hepatitis A direkomendasikan pada umur > 2


A tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan


untuk umur . 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun DPT-5 DPT-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio -5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DPT-5

6 tahun MMR Diberikan untuk catch-upimmunization pada anak


yang belum mendapatkan MMR-1

10 tahun Dt/TT Menjelang pubertas, vaksin teanus ke-5 (Dt/TT)


diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25
tahun

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

2.14 Asuhan Standar Pelayanan Kebidanan

Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

3. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)

4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

1. Standar Pelayanan Umum

Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Tujuan:

1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan

yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan

masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk


penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi

kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak

baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang

sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi

alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.

4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan

kebutuhan.

Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Tujuan:

1. Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan

penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan

seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di

wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan

kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan

rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya

mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya

masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu

dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan

tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk

meningkatkan pelayanan.

3. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.


4. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan

pelayanan kebidanan.

6. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan

kematian ibu dan bayi.

7. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi

dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.

8. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah

kesehatan setempat.

9. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan

PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan.

Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.

10. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan

tersebut diatas.

11. Pemerataan ibu hamil.

12. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah

kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

13. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk

mempelajari hasil kerjanya.

14. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan.

Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi

pentig dalam pelaporan.

15. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal,

waktu dan paraf.


2. Standar Pelayanan Antenatal

Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Tujuan :

1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara

berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota

keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini

dan secara teratur

2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan

secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil

3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan

16 minggu

4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu

hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan

secara dini dan teratur

5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk

menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga

maupun masyarakat

Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal

Tujuan :

1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi

kehamilan
2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai

apakah perkembangan berlangsung normal

3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,

kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,

nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan

oleh puskesmas

4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan

5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan

komplikasi kehamilan

6. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya

kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

7. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan

8. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk

penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan

(kartu ibu )

9. Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

Standar 5 : Palpasi Abdominal

1. Tujuannya :Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,

penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin

2. Pernyataan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama

dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur

kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala


janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan

rujukan tepat waktu

3. Hasilnya : Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik diagnosis dini kehamilan

letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan diagnosis dini kehamilan ganda dan

kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan

4. Persyaratannya :

1) Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar

2) Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik

3) Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat

4) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan

5) Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan

rujukan

6) Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan

antenatal

Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

1. Tujuan :Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak

lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

2. Pernyataan standar :Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

3. Bidan mampu :

1. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan

2. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia

3. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik

4. Tersedia tablet zat besi dan asam folat


5. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )

6. Obat cacing

7. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu

8. Proses yang harus dilakukan bidan :Memeriksa kadar HB semua ibu hamil

pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada

kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika

anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat

kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk

pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia

untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

1. Tujuan :Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan

melakukan tindakan yang diperlukan

2. Pernyataan standar :Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya,

serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

3. Hasilnya:Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang

memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat

eklampsi

4. Persyaratannya :Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,

pengukuran tekanan darah


5. Bidan mampu :Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda

preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak

lanjut sesuai dengan ketentuan.

Standar 8 : Persiapan Persalinan

1. Pernyataan standar:Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan

akan di rencanakan dengan baik

2. Prasyarat:

1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester

terakhir kehamilan

2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi

persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang

aman dan bersih

4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

5. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan

persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril

6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika

terjadi kegawat daruratan ibu dan janin

7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf

8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi

selama kehamilan.
3. Standar Pertolongan Persalinan

Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

1. Tujuan :Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam

mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.

2. Pernyataan standar:Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

3. Hasilnya :

1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat

waktu bia diperlukan

2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong

tenaga kesehatan terlatih

3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

1. Tujuan :Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

2. Pernyataan standar :Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca

persalinan, memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran

plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

3. Persyaratan:

1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah

2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara

bersih dan aman


3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan

steril

4. Perlengkapan alat yang cukup

Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

1. Tujuan :Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

2. Pernyataan standar :Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar

untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

Standar 12 : Penanganan Kala Ii Dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomy

1. Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-

tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

2. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin

pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

4. Standar Pelayanan Masa Nifas

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

1. Tujuan : Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan

serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi


2. Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan

kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.

Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia 

Standar 14 : Penanganan Pada 2 Jam Pertama Setelah Persalinan

1. Tujuan : Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama

kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan

sayang bayi, memulai pemberian IMD

2. Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan

tindakan yang di perlukaan

Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

1. Tujuan : Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah

persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

2. Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan

penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan

bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB


5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal

Standar 16: Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester III

1. Tujuan : Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam

trimester 3 kehamilan

2. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan

pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

Standar 17 : Penanganan Kegawatan Dan Eklamsia

1. Tujuan : Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan

memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan

kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi

2. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia

mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratanan Pada Partus Lama

1. Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan

kegawatdaruratan pada partus lama/macet

2. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama

serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vacum Ekstrator

1. Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan

menggunakan vakum ekstraktor


2. Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum,

melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan

memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya 

Standar 20 : Penangan Retensio Plasenta

1. Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio

plasenta total / parsial

2. Pernyataan standar:Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan

memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan

perdarahan, sesuai dengan kebutuhan

Standar 21: Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

1. Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan

yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni

uteri

2. Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan

dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan

segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.

Standar 22 : Penanganan Perdarahan post Partum Sekunder

1. Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder

serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu


2. Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta

gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama

untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya

Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

1. Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan

yang tepat

2. Pernyataan standar : Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala

sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum

1. Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,

mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan

bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum

2. Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir

dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan

medis yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjut


BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Ny. D USIA KEHAMILAN 32 MINGGU 4 HARI
DI KLINIK HENY KASIH

Tanggal Masuk : 14 Februari 2017 Tgl pengkajian : 14 Februari 2017


Jam Masuk : 11.20 WIB Jam Pengkajian : 11.20 WIB
Tempat : Klinik Heny Kasih Pengkaji : Tuti Waruwu

I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. S
Umur : 24 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. klambir V Alamat : Jl.klambir V

B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)


1. Alasan kunjungan : Ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan pinggang terasa sakit
3. Riwayat menstruasi :
Menarche : 12 thn
siklus : 28 hari, teratur/tidak teratur
Lama : 5-6 hari
Banyak : 3 kali ganti doek
Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat kehamilan/persalinan yang lalu
An Tgl UK Jenis Temp Penol Kompli Bayi Nifas
ak Lahir/ Persal at ong kasi
ke Umur inan persal Ba Ib PB/ Kead Kead lakt
inan yi u BB/JK aan aan asi
1. 2,3 Ate Spont Klinik Bida - - 49/300 baik baik bai
tahun rm an n 0/Lk k
H A M I L I N I
2

5. Riwayat kehamilan sekarang


a. G3 P2 A0
b. HPHT : 02-07-2016 HPL : 09-04-2017
c. UK : 31 minggu 3 hari
d. Gerakan janin : ± 10-12 x sehari, pergerakan janin pertama kali
saat usia kehamilan 16 minggu
e. Imunisasi Toxoid Tetanus : Tidak ada
f. Kecemasan : Ibu cemas karena pinggang nya terasa sakit
g. Tanda-tanda bahaya : Tidak ada
h. Tanda-tanda persalinan : Tidak ada
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes Mellitus : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Riwayat operasi abdomen/SC : Tidak ada
7. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes Mellitus : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Lain-lain : ada/tidak riwayat kembar
8. Riwayat KB : suntik kb 3 bulan
9. Riwayat psikososial
Status perkawinan : Sah
Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Senang
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan : Klinik
dan Bidan
Tempat rujukan jika ada komplikasi : Rumah sakit
Persiapan menjelang persalinan : Baik
10. Activity Daily Living
a. Pola makan dan minum :
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : Nasi, lauk-pauk, sayuran
porsi : 1 piring + 1 potong + ½ mangkok
Keluhan/pantangan : Tidak ada

b. Pola istirahat
Tidur siang : ± 2 jam
Tidur malam : ± 7 jam
c. Pola eliminasi
BAK : 7–8 kali/hari, warna : Kuning
BAB : 1-2 kali/hari, konsistensi : Lembek
d. Personal hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian/pakaian dalam : 2-3 kali/hari
e. Pola aktivitas
Pekerjaan sehari-hari : IRT
f. Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak ada
Minum-minuman keras : Tidak ada
Obat terlarang : Tidak ada
Minum jamu : Tidak ada
C. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
. Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
. Nadi : 80 x/i
. Suhu : 36,7 0 C
. Respirasi : 20 x/i
3. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
. Berat badan : 65 kg, kenaikan BB selama hamil : 9 kg
. Tinggi badan : 154 cm
. Lila : 24 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Postur tubuh : Lordosis
b. Kepala
 Muka : Simetris
Cloasma : Tidak Ada
Oedema : Tidak ada
 Mata : Simetris
Conjungtiva : Tidak Pucat
Sclera : Tidak ikterik
 Hidung : Simetris
polip : Tidak ada
 Mulut/bibir : Simetris
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe
d. Payudara
Bentuk simetris : Simetris
Keadaan putting susu : Menonjol
Areola mamae : Hyperpigmentasi
Colostrum : Ada
e. Perut
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan,
Tidak terdapat bekas luka operasi dan tidak ada linea alba dan nigra
Palpasi
a) Leopold I : TFU 30 cm, pada fundus teraba bagian yang
bulat, lunak dan tidak melenting
b) Leopold II : Dibagian sisi kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil dan di bagian kanan perut ibu sebelah kanan teraba bagian yang
keras,panjang, datar dan memapan (punggung kanan)
c) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan
melenting
d) Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul (konvergen)
e) TBJ = (TFU – 12) x 155
= (30 – 12) x 155
= (18) x 155
= 2790 gram
f) TFU : 30 cm
g) Kontraksi : tidak ada
Auskultasi
 DJJ : 146 x/i
h) Ekstremitas
Atas : bersih, tidak ada odema, kuku jari tangan tidak pucat dan
lengkap
Bawah : bersih, tidak ada odema dan varises, kuku jari kaki tidak
pucat dan lengkap
i) Genetalia
Anus : Tidak ada hemorroid
5. Pemeriksaan Panggul
Lingkar panggul : tidak dilakukan
Distosia cristarum : tidak dilakukan
Distosia spinarum : tidak dilakukan
Conjungata bourdeloque : tidak dilakukan
6. Pemeriksaan dalam
Tidak Dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pemeriksaan Laboratorium (* Jika ada indikasi Albumin) :
* Keton:
Hb :............................ Gol darah:...................
Ht :............................. Rh :..................

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN :


 Diagnosa : Ny. D G2P1A0 umur 24 tahun Usia kehamilan 32 minggu 4
hari janin tunggal, hidup intrauteri, PUKA, presentasi kepala, belum
masuk PAP keadaan umum ibu dan janin baik
DS :
 Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 dan tidak pernah keguguran
 Ibu mengatakan usianya saat ini 24 tahun
 Ibu mengatakan lebih sering merasakan gerakan janin di perut
sebelah kiri
 Ibu mengatakan haid terakhirnya tanggal 02-07-2016
 Ibu mengatakan pinggangnya terasa sakit
DO :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – Tanda Vital
TD              : 110 / 80 mmHg
Suhu           : 36,7oc
Nadi            : 80 x/m
Pernapasan  : 20 x/m
Lila : 24 cm
BB : 65 Kg
TB : 154 cm
Palpasi
a) Leopold I : TFU 30 cm, pada fundus teraba bagian yang bulat,
lunak dan tidak melenting
b) Leopold II : Dibagian sisi kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil dan dibagian sisi kanan perut ibu teraba bagian yang keras,
memanjang dan memapan (punggung kanan)
c) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan
melenting
d) Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul (konvergen)
e) TBJ = (TFU – 12)x 155
= (30 – 12)x 155
= (18)x 155
= 2790 gram
f) Kontraksi : Tidak ada
Auskultasi
 DJJ : 146 x/menit
 Masalah : Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pinggang ibu yang
terasa sakit
 Kebutuhan:
 Penkes tentang perubahan fisiologi TM III
 Penkes tentang tanda bahaya pada TM III
 Penkes tentang kebutuhan nutrisi ibu

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI/ RUJUK


Tidak ada
V. INTERVENSI
Tanggal : 14 februari 2017
No Intervensi Rasional
1 Membina hubungan baik dan saling Agar terjadi hubungan yang baik
percaya antara bidan dengan pasien antara bidan dan pasien
2 Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil Agar ibu mengetahui kondinya
pemeriksaannya saat ini saat ini
3 Memberitahu ibu tentang tanda tanda Agar ibu mengetahui tanda tanda
persalinan persalinan
4 Memberitahu ibu tentang persiapan Agar ibu mengetahui apa yang
persalinan harus dipersiapkan
5 Menjelaskan pada ibu perubahan Agar ibu mengetahui perubahan
fisiologi TM III fisiologi TM III
6 Menjelaskan pada ibu cara mengatasi Agar ibu dapat mengatasi
keluhannya keluhannya tersebut
7 Menjelaskan kepada ibu tentang Agar kebutuhan nutrisi ibu dapat
kebutuhan nutrisinya terpenuhi
8 Menjelaskan pada ibu untuk Agar ibu datang kembali untuk
kunjungan ulang 1 bulan kedepan memeriksakan kehamilannya
untuk memeriksakan kehamilannya
kembali dan memberi obat vitamin

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 14-02-2017
N JAM IMPLEMENTASI/TINDAKAN PARAF
O
1 Membina hubungan baik dan saling percaya antara Lasmida
bidan dengan pasien dengan cara memperlakukan
pasien lebih ramah
Evaluasi : hubungan yang baik antara bidan dan pasien
sudah terbina
2 Memberitahu ibu tentang pemeriksaannya saat ini
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – Tanda Vital
TD              : 110 / 80 mmHg
Suhu           : 36,7oc
Nadi            : 80 x/m
Pernapasan  : 20 x/m
Lila : 24 cm
BB : 65 Kg
TB : 154 cm
Palpasi
a) Leopold I : TFU 30 cm, pada fundus
teraba bagian yang bulat, lunak dan tidak melenting
b) Leopold II : Dibagian sisi kiri perut ibu
teraba bagian-bagian kecil dan dibagian sisi kanan
perut ibu teraba bagian yang keras, memanjang dan
memapan (punggung kanan)
c) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba
keras, bulat dan melenting
d) Leopold IV : Bagian terbawah janin belum
masuk pintu atas panggul (konvergen)
e) TBJ = (TFU – 12)x 155
= (30 – 12)x 155
= (18)x 155
= 2790 gram
f) Kontraksi : Tidak ada
Auskultasi
 DJJ : 146 x/menit
Evaluasi : Ibu senang dengan kondisinya saat ini
3 Memberitahu ibu tanda tanda persalinan yaitu
1. Mules bertambah sering dari daerah perut yang
menjalar hingga ke pinggang
2. Keluarnya darah atau lendir
3. Keluarnya air ketuban dari jalan lahir
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda tanda persalinan
4 Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan yaitu
1. Persiapan mental : harus mampu mengontrol rasa
cemas dan stress ibu
2. Memilih tempat pesalinan dan penolong
3. Perlengkapan ibu dan bayi
4. Memahami tanda-tanda persalinan dan dukungan
keluarga
Evaluasi : Ibu mengetahui persiapan persalinan
5 Memberitahu pada ibu perubahan fisiologi pada TM III
1. Sakit pinggang
2. Pengeluaran kolostrum
3. Konstipasi
4. Sering BAK
5. Sesak
6. Susah tidur
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang perubahan
fisiologi pada TM III
6 Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri pada pinggang ibu
dapat dikurangi dengan menggunakan mekanisme
tubuh yang baik misalnya tidur dengan menggunakan
bantal atau penyangga di punggung ibu dan jangan
memakai sepatu hak tinggi.
Evaluasi : Ibu mengatakan sudah mengerti
3 Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi dan
nutrisi pada ibu hamil, menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, jika
nafsu makan berkurang maka makan dengan cara porsi
sedikit tapi sering agar pemasukan cairan dan nutrisi
seimbang
Evaluasi : Ibu mengatakan akan memenuhi kebutuhan
nutrisinya
4 Memberikan pada ibu obat tablet FE 1 x / hari dan
menjelaskan pada ibu untuk kunjungan ulang tanggal
14 -3-2017
Evaluasi : Ibu berjanji akan kunjungan ulang

VII. EVALUASI
Tanggal: 14-02-2017

1. Ibu mengatakan senang dengan kondisi kehamilannya saat ini

S 2. Ibu mengatakan mengerti dan memahami penjelasan yang


disampaikan oleh bidan

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda – Tanda Vital
TD              : 110 / 80 mmHg
Suhu           : 36,7oc
O Nadi            : 80 x/m
Pernapasan  : 20 x/m
Lila : 24 cm
BB : 65 Kg
TB : 154 cm
 Palpasi
a. Leopold I : TFU 30 cm, pada fundus teraba bagian
yang bulat, lunak dan tidak melenting
b. Leopold II : Dibagian sisi kiri perut ibu teraba bagian-
bagian kecil dan dibagian sisi kanan perut ibu teraba bagian yang
keras, memanjang dan memapan (punggung kanan)
c. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan
melenting
d. Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul (konvergen)
e. TBJ = (TFU – 12)x 155
= (30 – 12)x 155
= (18) x 155
= 2790 gram
f. Kontraksi : Tidak ada
Auskultasi
 DJJ : 146 x/menit

Ny. D G2P1A0 umur 24 tahun Usia kehamilan 32 minggu 4 hari

A janin tunggal, hidup intrauterin, PUKA, presentasi kepala, belum


masuk PAP keadaan umum ibu dan janin baik

P
 Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan
seimbang
 Anjurkan ibu untuk tetap memantau pergerakan janin
 Anjurkan ibu untuk memperhatikan tanda-tanda bahaya yang
mungkin akan terjadi
 Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 14 -
03-2017 atau jika ada keluhan
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PERSALINAN

Tanggal : 15 April 2017

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan perut terasa mules dan perut tegang semakin sering

2. Ibu mengatakan perut mules dari jam 17:20 siang tadi.

3. Ibu mengatakan ada keluar darah bercampur lendir dari kemaluan.

4. Ibu mengatakan senang dan cemas menghadapi persalinannya.

Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik.

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda vital

a. Tekanan darah : 110/ 70 mmHg.

b. Denyut nadi : 82 x/menit.

c. Pernapasan : 22 x/menit.

d. Temp : 37,2oC.

e. TB : 154 cm.

f. BB Saat ini : 67 kg.

4. Pemeriksaan Fisik dalam batas normal.

5. HPHT : 02-07-2016

TTP : 09-04-2017

UK : 41 Minggu
6. Palpasi

a. His : Ada, teratur

b. Leopold I : TFU 30 cm, Pada fundus teraba bagian yang bulat,

lunak dan tidak melenting (bokong).

c. Leopold II : Pada sisi kanan perut ibu teraba bagian yang

memapan, keras dan memanjang (punggung

janin). Pada sisi kri perut ibu teraba bagian

bagian kecil dan kosong (ekstremitas janin).

d. Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba bagian bulat,

keras dan melenting (kepala janin)

e. Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk Pintu atas

panggul

f. TFU : 30 cm

g. TBBJ : 2945 gram

7. Auskultasi

a. DJJ :+

b. Frekuensi : 148 x/ menit

8. Genetalia

 Inspeksi

1) Vulva dan Vagina

2) Luka : Tidak ada

3) Kemerahan : Tidak ada

4) Varices : Tidak ada

5) Lainnya :-
6) Perineum : Tidak ada bekas luka jahitan

7) Luka : Tidak ada

8) Bekas Luka : Tidak ada

9) Varices : Tidak ada

 VT (Vaginal Touch) :

1) Atas indikasi : Inpartu

2) Konsistensi cervik : Lembek.

3) Effacement : 70%

4) Pembukaan cervik : 7 cm.

5) Ketuban : (-)

6) Presentasi : Kepala

Assesment

Diagnosa : Ny. D G2 P1 Ao usia 24 tahun, usia kehamilan 41

minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin, persentasi

kepala,kepala sudah masuk PAP, ibu dan janin dalam

keadaan baik fase aktif dilatasi maksimal.

Masalah :Nyeri Inpartu Kala I

Kebutuhan :

1. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu

2. Dukungan atau suport dari orang terdekat.

3. Pemberian posisi yang nyaman


Planning

Tanggal/
No. Tindakan Paraf
Jam

1. Mengobservasi Keadaan Umum, Tanda Tanda Vital


dan kemajuan persalinan tiap 4 jam bila ada
keluhan yang meliputi Tanda-tanda Vital ,
kontraksi, pembukaan, produksi urine dan DJJ
setiap setengah jam.

2. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang


dilakukan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini
pembukaan 4 cm, keadaan ibu dan janin baik,
dimana rasa sakit yang dialami ibu merupakan hal
yang dialami untuk kemajuan persalinan.

3. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung


kemih dikamar mandi dan meminta keluarga untuk
menemani.
Menganjurkan ibu tehnik relaksasi, yaitu:
1. Ibu diminta tarik nafas panjang dari hidung
kemudian dibuang dari mulut sewaktu ada
kontraksi begitu seterusnya.
2. Ibu diminta untuk miring kearah punggung
janin agar lebih rileks.

4. Memberi dukungan kapada ibu bahwa ibu


bisa/mampu dalam menghadapi persalinan dan
mengajak orang terdekat ibu untuk memahami ibu
agar ibu merasa nyaman.

5. Mempersiapkan alat-alat untuk melahirkan, yaitu:


a. Saft 1
1. Partus Set
a) Sarung tangan DTT 2
b) ½ koher.
c) Gunting tali pusat.
d) Klem arteri 2
e) Gunting episiotomy
f) Umbilicard cord
g) Kassa

2. Kapas DTT di dalam tromol.


3. Kom kecil.
4. Spuit 3cc.
5. 1 ampul oksitosin, 1 ampul metergin, 1 ampul
lidokain.
6. Kapas alkohol.
7. Korentang
8. Monokuler.
9. Klorin spray.
10. Bengkok
11. Kain bersih.
12. Alat vital sign.
b. Saft 2
1. Cairan infuse
2. Piring plasenta.
3. Set infus.
4. Set Hecting (Pinset anatomis dan sirurgis,
nald folder, gunting benang)
5. Handscoon steril
c. Saft 3
1. Kom air DTT
2. Kom ai klorin 0,5 %
3. Celemek
4. Pelindung kepala
5. Masker.
6. Kacamata.
7. Handuk.
8. Sarung.
9. Pakaian ibu dan pakaian bayi.
d. Lampu sorot

6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat


tidak ada his untuk menambah tenaga saat meneran
nanti dan menganjurkan ibu untuk tidak meneran
saat ada his sebelum pembukaan lengkap karena
akan menyebabkan odema jalan lahir sehingga akan
mempersulit kelahiran bayi.

7. Memberikan ibu posisi yang nyaman pada saat


persalinan dan manganjurkan ibu untuk miring ke
kiri atau ke kanan yang tujuannya untuk
melancarkan sirkulasi darah dn mempercepat
penurunan kepala bayi.

8. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang


dilakukan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini
pembukaan 10 cm, keadaan ibu dan janin baik,
dimana rasa sakit yang dialami ibu merupakan hal
yang dialami untuk kemajuan persalinan.
DATA PERKEMBANGAN (Kala II)

Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan bahwa perutnya semakin sakit dan kontraksinya semakin


sering
2. Ibu mengatakan mempunyai rasa ingin BAB dan meneran.

Data Objektif :

1. Keadaan Umum : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. HIS : 5 – 6 x 10 menit durasi 50 detik
4. VT : 10 cm
Portio tidak teraba, presentasi kepala, tidak ada bagian yang menumbung,
adanya tekanan spinkter ani, vulva membuka dan perineum menonjol.

Assesment :

Diagnosa : Ibu inpartu kala II

Masalah : Nyeri Inpartu Kala II

Kebutuhan :

1. Ajarkan ibu teknik relaksasi


2. Asuhan Persalinan Normal
3. Pimpin ibu meneran
Planning :

N Tanggal/ Nama
Tindakan
o. Jam & Paraf

1 Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu.


Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
DJJ : 146 x/menit
HIS : 5-6 x 10 menit durasi 50 detik
VT : 10 cm
Portio tidak teraba, presentasi kepala, tidak ada bagian
yang menumbung, adanya tekanan spinkter ani, vulva
membuka, perineum menonjol.
Ev : Ibu sudah tahu hasil pemeriksaannya.

2 Informasikan pada ibu bahwa saat ini ibu dalam proses


persalinan pembukaan lengkap.
Menginformasikan pada ibu bahwa saat ini ibu dalam
proses persalinan pembukaan lengkap dan ibu boleh
meneran saat ada his dengan menarik nafas panjang dari
hidung kemudian meneran tanpa mengeluarkan suara,
dagu menempel dada.
Ev : Ibu sudah mengerti.

3 Berikan asuhan persalinan yang aman dan bersih.


Memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih:
1. Mengenali tanda-tanda bersalin:
2. Ibu mempunyayi keinginan untuk meneran
3. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus dan
vulva
4. Perineum menonjol
5. Vulva membuka
6. Memastikan perlengkapan sudah siap
7. Mengenakan alat pelindung diri
8. Memakai sarung tangan DTT
9. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik.
10. Minta pendamping untuk membantu ibu meneran.
11. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyayi dorongan kuat.
12. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm letakkan kain bersih1/3 dibokong
ibu.
13. Membuka set partus.
14. Memakai sarung tangan DTT
15. Saat kepala bayi membuka vulva lindungi
perineum dengan kain bersih.
16. Memeriksa lilitan tali pusat Menunggu hingga
kepala bayi melakukan putar paksi luar.
17. Melahirkan bahu.
18. Setelah bayi lahir, telusuri tangan, badan sampai
kekaki.
19. Pegang kedua kaki bayi denga cara mencekam.
20. Letakkan bayi diatas perut bayi.
Melakukan penilaian spontan
Evaluasi : bayi lahir pukul 03.45 wib, segera menangis
kuat JK : perempuan, BB : 3100 gram, PB : 50 cm

4 Lakukan penanganan BBL.


Melakukan penanganan BBL
1. Menilai bayi, letakkan di atas perut ibu, APGAR
score 9/10, menangis kuat, gerakan aktif dan
warna kulit merah.
2. Mengeringkan bayi, selimuti bayi
3. Memotong tali pusat: klem tali pusat ±3cm dari
umbilicus, kemudian urut isi tali pusat kearah
maternal, klem kedua ±2cm dari klem pertama,
meregangkan tali pusat hati-hati dan melindungi
bayi dari guntingan dengan jari, menggunting tali
pusat di antara ke dua klem.
4. Mengikat tali pusat dengan benang DTT,dan
membungkusnya dengan kain kassa.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan Inisiasi
Menyusui Dini
6. Menyelimuti bayi dengan kain hangat.
Ev : telah dilakukan penilaian terhadap bayi
DATA PERKEMBANGAN (Kala III)

Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya


2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules-mules
Data Objektif :

1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Pols : 82 x/i
c. RR : 20 x/i
d. Temp : 36,2 °c
4. Pemeriksaan kebidanan
Abdomen :
a. TFU : Setinggi pusat
b. Konsistensi uterus : Keras
c. Kandung kemih : Kosong
d. Plasenta : Belum lahir
Tanda-tanda pelepasan plasenta tali pusat memanjang, semburan
darah tiba-tiba dan uterus globuler

Assesment :

Diagnosa : Ibu inpartu Kala III


Masalah : Ibu mengatakan perut masih mules

Kebutuhan : Lakukan menajemen aktif kala III

Planning :

Nama
No. Jam Tindakan
& Paraf

1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pasenta akan


segera keluar.
Menginformasikan kepada ibu bahwa plasenta akan segera
keluar.
Ev : Ibu mengerti penjelasan bidan.

2. Lakukan manajemen aktif kala III.


Melakukan manajemen aktif kala III
1. Menyuntikkan Oksitosin 10 IU secara IM di paha
kanan ibu.
2. Melakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali).
3. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva
4. Meletakkan satu tangan diatas perut ibu secara
dorsokranial diatas sympisis dan tangan yang satu
menegangkan tali pusat.
5. Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus, menarik
tali pusat kearah bawah dan atas mengikuti kurve jalan
lahir sambil memberikan tekanan berlawanan arah
pada uterus
6. Jika plasenta telah terlihat diintroitus vagina, lahirkan
plasenta hingga selaput ketuban terpilih dengan
lembut dan perlahan melahirkan selaput plasenta.
Ev : Placenta lahir pervaginam jam 03.50 wib.

3. Lakukan Masase uterus.


Melakukan massage pada uterus agar uterus tetap
berkontraksi.
Ev : Uterus berkontraksi.

4. Memeriksa keadaan plasenta


Ev : selaput plasenta utuh dan lengkap.
5. Memeriksa perineum dengan mendekapkan kasa steril di
perineum untuk mengetahui mengetahui ada tidaknya
laserasi jalan lahir
Ev : setelah diperiksa tidak ada luka jalan lahir.

6. Ajarkan ibu/keluarga/pendamping untuk memasase fundus


uteri, mengajarkan ibu/keluarga/pendamping masase
fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi yang baik
sehingga tidak terjadi perdarahan
Ev : ibu dan keluarga sudah melakukan masase secara
bergantian.

DATA PERKEMBANGAN (Kala IV)

Data Subjektif :

1. Ibu senang atas kelahiran bayinya.


2. Ibu mengatakan perutnya masih mules-mules

Data Objektif :

1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Pols : 80 x /i
c. RR : 20 x /m
d. Temp : 36,2°c
4. Pemeriksaan Kebidanan
 Abdomen
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Konsistensi uterus : Keras dan bulat
c. Kandung kemih : Kosong
Assesment :

Diagnosa : Ibu inpartu kala IV

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

1. Pantau Tanda-tanda Vital ibu.

2. Pantau Kontraksi.

3. Pantau Perdarahan

Planning :

N
Jam Tindakan Paraf
o.

1 Observasi Keadaan Umum, Tanda-tanda Vital, Perdarahan Pervaginam,


kontraksi, perdarahan, dan kandung kemih. Mengobservasi Keadaan Umum,
Tanda-Tanda Vital, Perdarahan Pervaginam, kontraksi, perdarahan, dan
kandung kemih dengan hasil:

Waktu TD Na Suhu TFU Kontr Kandung Perdarah


di aksi kemih an

04.00 110/ 82 36,2 2 jari dibawah Baik Kosong 20 cc


80 pusat

04.15 110/ 82 2 jari dibawah Baik Kosong


80 pusat

04.30 110/ 80 36,4 2 jari dibawah Baik Kosong 30 cc


70 pusat

04.45 110/ 80 2 jari dibawah Baik Kosong


80 pusat

05.15 110/ 88 2 jari dibawah Baik Kosong


80 pusat

05.45 120/ 86 36,8 2 jari dibawah Baik Kosong 30 cc


80 pusat
Ev : kondisi ibu telah dipantau

2 Bersihkan ibu dan ganti pakaian dengan pakaian yang bersih


Ev : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.

3 Dekatkan bayi pada ibu, mendekatkan bayi pada ibu untuk disusui
Ev : ibu sudah menyusui bayinya.

4 Membereskan alat, tempat dan membersihkan diri


Ev : alat dan tempat sudah dibersihkan

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan senang dengan kelahirn bayinya

2. Ibu mengatakan nyeri pada daerah perineum

3. Ibu mengatakan perutnya masih mules.

Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda-tanda Vital

a. TD : 110/80 mmHg

b. P : 82 x/i

c. RR : 22 x/i

d. T : 36,7 ̊ C

4. Pemeriksaan Fisik (Payudara)


a. Pengeluaran : Kolostrum

b. Bentuk : simetris kanan dan kiri

c. Puting susu : menonjol

5. Uterus

a. TFU : 2 jari dibawah pusat

b. Kontraksi : baik

c. Konsistensi uterus : keras

6. Pengeluaran lochea : lochea rubra

a. Warna : Merah

b. Jumlah : ±1 pembalut tidak penuh

c. Konsistensi : Cair

Assesment

Diagnosa : Ny. D usia 24 tahun P2A0 Postpartum 6 jam

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : pantau perdarahan kandung kemih dan kontraksi

Planning

1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis

 TTV

TD : 120 / 80 mmHg

T : 36.90C

P : 84 x/menit

RR : 22 x/menit
 Kontraksi : Baik

 TFU : 2 jari dibawah pusat

 Laserasi : derajat 2

 Lochea : Rubra

 Kandung kemih : Kosong

 Kolostrum : Ada

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini

2. Mengajari ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya dan perawatan luka

perineumnya yaitu

a. Usahakan luka dalam keadaan kering ( keringkan setiap kali setelah

buang air)

b. Hindari menyentuh luka perineum dengan tangan tidak bersih

c. Bersihkan kemaluan selalu dari arah depan kebelakang

d. Jaga kebersihan daerah perineum (mengganti pembalut setiap kali

kalau sudah penuh)

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang personal hygiene nya

3. Menjelaskan pada ibu tentang fisiologis masa nifas yaitu :

a. Kontraksi (perut mules)

b. Keluarnya darah dari jalan lahir

Evaluasi : ibu sudah mengetahui fisiologi masa nifas

4. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentan bahaya masa nifas

a. Perdarahan yang berlebihan

b. Pengeluaran vagina yang berbau busuk

Evaluasi : ibu sudah mengetahui bahaya nifas


5. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup minimal

Siang : 1 jm/hari

Malam : 8 jam/hari

Dan mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi,sayuran,dan minum

air putih minimal 2 liter/hari untuk memperbanyak produksi ASI

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui nya

6. Memberi KIE tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI saja selama 6

bulan tanpa makanan tambahan

Evaluasi : Ibu berusaha akan memberi ASI ekslusif

7. Memberikan terapi obat :

- Amoxilin 3x1/hari

- Asam mefenamat 3x1/hari

- Tablet Fe 1x1/hari

Evaluasi : ibu berjanji untuk mengkonsumsi obat nya teratur


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

2. Ibu mengatakan senang memdengarkan tangisan bayinya setelah lahir.

3. Ibu mengatakan melahirkan bayinya 6 jam yang lalu

4. Ibu mengatakan berat badan lahir bayinya 3100 gr dan panjang badan 50

cm

Data Objektif :

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda Vital :

a. Suhu : 370 C

b. Pernapasan : 128 x/i

c. HR : 46 x/i

d. BB : 3100gram

3. Pemeriksaan Fisik secara Sistematis :


a. Kepala : Tidak ada caput

b. Ubun-ubun : Teraba

c. Muka : Tidak odema dan Simetris

d. Mata : Simetris kiri dan kanan

e. Telinga : Simetris kiri dan kanan

f. Mulut : Tidak ada kelainan

g. Hidung : Simetris kiri dan kanan

h. Leher : Tidak ada kelainan

i. Dada : Simetris kiri-kanan

j. Tali pusat : Tidak ada infeksi

k. Punggung : Tidak ada kelainan

l. Ektremitas : Tidak ada kelainan

m. Genitalia : Tidak ada kelainan

n. Anus : Berlubang

4. Refleks

a. Refleks Morrow              : Ada

b. Refleks Rooting              : Ada

c. Refleks Tonic Neck        : Ada

d. Refleks Graps                 : Ada

e. Refleks Sucking              : Ada

5. Antropometri

a. Berat badan              : 3100 gram

b. Panjang badan                : 50 cm

c. Lingkar kepala               : 36 cm
d. Lingkar dada                  : 34 cm

6. Eliminasi

a. Miksi                             : Sudah

b. Meconium                     : Belum

Assesment

Diagnosa : Bayi baru lahir usia 6 jam segera menangis, keadaan bayi

baik.

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

1. Observasi TTV dan Keadaan umum bayi

2. Pertahankan suhu tubuh bayi

3. Observasi tanda-tanda bahaya pada bayi

4. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi

5. Observasi intake dan output

6. Lakukan perawatan BBL

7. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif

Planning :

1. Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya saat ini

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda Vital :

Suhu : 37 0 C

Pernapasan : 128 x/i


HR : 46 x/i

BB : 3100 gram

PB : 50 cm

LK : 35 cm

LD : 33 cm

Anus : berlubang

Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

Evaluasi : ibu senang dengan kondisi bayinya saat ini

2. Merawat bayi dalam lingkungan yang bersih, kering dan hangat

Evaluasi : bayi telah dirawat di lingkungan yang kering dan bersih

3. Mengajari pada ibu cara merawat tali pusat dengan cara membungkus

dengan kassa steril tanpa dibubuhi apapun

Evaluasi : Ibu sudah mengetahuinya


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba menyajikan pembahasan dengan

membandingkan antara teori dengan menajemen asuhan kebidanan ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang diterapkan pada Ny. D pada pemeriksaan

kehamilannya.

1. Antental Care

Ny. D telah melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin diklinik Heny

Kasih, pada pemeriksaan kehamilan pada tanggal 14 februari 2017 dengan usia

kehamilan 32 minggu 4 hari, ibu mengatakan mengeluh sakit pada pinggangnya.

Dari pengkajian data objektif secara keseluruhan ibu mengeluh sakit pada

pinggangnya. Hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan baik, dan telah

diberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik.
Asuhan yang diberikan pada ibu sesuai dengan keluhannya yaitu

menjelaskan pada ibu bahwa rasa sakit pada pinggang yang ibu alami merupakan

proses dari tahap bagian terbawah janin memasuki pintu atas panggul, dan

menganjurkan ibu untuk menjaga mekanisme tubuh yang baik, misalnya tidur

dengan menggunakan bantal sebagai penyangga pada punggung ibu dan jangan

menggunakan sepatu hak tinggi.

2. Intranatal Care

Proses persalinan Ny. D berjalan dengan normal dan baik, tidak

mengalami penyulit, seperti kelainan his, distosia bahu atau pun perdarahan, lama

kala I yang dihitung dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap

berlangsung selama ± 10 jam.

Kala II berlangsung selama 25 menit, hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa kala II pada multigravida berlangsung tidak lebih dari 1 jam.

(Jenny, 2013).

Kala III berlangsung 5 menit dan menurut teori pada multigravida kala III

berlangsung rata–rata 30 menit ( Jenny, 2013). Dengan tanda-tanda tali pusat

memanjang, adanya semburan darah yang mendadak dan perubahan tinggi fundus.

Kala IV berlangsung selam 2 jam dan tidak ditemukan komplikasi,

perdarahan dalam batas normal ± 100 cc.

3. Postpartum Care
Masa puerperium adalah waktu yang diperlukan agar organ genetalia

interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional sekital 6

minggu (Manuaba, 2007).

Pada kunjungan nifas 6 jam post partum dilakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital dengan hasil TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,7ºc, RR:22

x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat , kontraksi uterus baik, lochea rubra,

perdarahan ± 100 cc, ibu sudah bisa buang air kecil, ibu sudah dapat menyusui

bayinya dengan baik, keluar ASI dari ke-2 payudara,mengajarkan ibu dan

keluarga untuk melakukan massase fundus uteri, melakukan boonding attchment

yaitu meletakkan bayi dalam dekapan ibu. Hal ini sesuai dengan teori yaitu

pemeriksaan untuk 6 jam post partum yaitu mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada salah satu anggota keluarga

bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian

ASI , melakukan boonding attachment untuk menjaga bayi agar tetap hangat.

(Vivian, 2011).

4. Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. D lahir pada usia kehamilan 41 minggu pada tanggal 15 April

2017, pada pukul 03.45 Wib secara spontan, menangis kuat, warna kulit

kemerahan, tidak ada cacat bawaan, anus berlubang, jenis kelamin perempuan,

dengan berat badan : 3100 gram, panjang badan: 50 cm, LK 36 cm, LD 34 cm,

reflek morro, rooting, sucking, grasping baik. Pada kasus ini neonatus cukup

bulan, sesuai dengan teori yaitu masa gestasi 37 - 42 minggu, berat badan 2500-
4000 gram, panjang 48-52 cm, kulit kemerahan. Dari hasil pemeriksaan yang

didapat, hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa ukuran

lingkar kepala 34-36 cm, lingkar dada 34 cm, hal ini sesuai dengan  teori dan

tidak ada kesenjangan.

Setelah bayi lahir  langsung dilakukan IMD dengan hasil bayi belum

mampu menyusu sendiri, bayi hanya mampu mencari puting dan kontak skin to

skin dengan ibu, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa IMD

dilakukan  setelah bayi lahir atau setelah tali pusat diklem dan di potong letakkan

bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit

ibu yang berlangsung selama 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat

menyusui sendiri. Hal ini telah sesuai dan tidak ada kesenjangan (APN, 2012).

Bayi Ny. D telah diberikan salep mata pada 1 jam setelah persalinan dan

telah diberikan imunisasi vitamin K dan hepatitis B, keadaan ini sesuai dengan

jadwal pemberian imunisasi yang dianjurkan yaitu pemberian vitamin K pada 1

jam pertama setelah persalinan dan 1 jam berikutnya pemberian hepatitis B dan

menganjurkan ibu untuk membawa bayinya imunisasi sesuai jadwal yang telah

ditentukan (Asuhan Neonatal Bayi Dan Anak Balita, Salemba Medika), (2010).

Asuhan yang diberikan adalah mengajarkan ibu teknik menyusui yang

benar dan cara merawat tali pusat, dengan menganjurkan ibu untuk tetap menjaga

kehangatan dan kebersihan bayi serta memberikan ASI hingga anak berusia 2

tahun dan ASI eksklusif hingga berusia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan asuhan

yang diberikan pada neonatal menurut Jenny J.S Sondakh (2013) yang meliputi :

a. Perawatan tali pusat

1. Perawatan dilakukan dengan tidak membubuhkan apapun pada pusat bayi


2. Menjaga pusat bayi agar tetap kering

3. Sisa tali pusat bayi akan segera lepas pada minggu pertama

b. Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti

popok sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan

terlalu dingin.

Dari hasil yang telah dilakukan selama kunjungan pada Ny. D di Klinik

Heny Kasih terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu :

1. Pada pemeriksaan ANC, tidak dilakukan pengukuran panggul karena alat

yang tidak tersedia dan tidak pernah dilakukan di klinik tersebut.

2. Pada ibu hamil tidak dilakukan pemeriksaan Hb dan protein urine karena

klinik tidak melakukan pemeriksaan tersebut.

3. Pada ibu hamil tidak diberikan imunisasi TT karena pemberian imunisasi

ini tidak diwajibkan dalam klinik tersebut

4. Pada ibu hamil tidak dilakukan tes VDRL karena alat yang kurang tersedia

di klinik

5. Pada saat pertolongan persalinan penulis menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek yaitu tempat pertolongan persalinan dan alat yang kurang

steril.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif kepada Ny.

D di klinik Heny Kasih, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa masa

kehamilan, persalinan dan nifas sesuai dengan harapan yaitu berlangsung normal

dan melahirkan bayi yang sehat. Hal ini tidak terlepas dari usaha berupa asuhan

kebidanan yang komprehensif dengan manajemen kebidanan sesuai dengan

kebutuhan klien.

5.2. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

 Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kehamilan pada Ny .D usia

24 tahun sesuai standart ANC.

 Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan persalinan pada Ny. D usia

24 tahun belum sesuai standart APN.

 Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan nifas pada Ny. D usia 24

tahun sesuai standart asuhan nifas.


 Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny .

D sesuai standart asuhan BBL.

2. Bagi institusi kesehatan ( klinik )

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan sesuai standar asuhan kebidanan melalui pendekatan

manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan BBL

sesuai standart.

3. Bagi klien

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan

ketentuan standart pelayanan asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai