Anda di halaman 1dari 264

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

merupakan indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan

masyarakat. Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang

ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium pada tujuan ke 4 dan 5.

Berdasarkan kesepakatan global (Milenium Development Goals / MDGs

2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga

perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia

mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi

102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH. Dari

hasi survey AKI dan AKB menunjukakkan penurunan dari waktu ke

waktu, yaitu berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 1990 AKB sebesar 68 per 1.000 KH, tahun 2007 sebesar 34 per 1.000

KH terjadi penurunan yang tajam, tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 KH.

Meskipun demikian, pada komponen kematian neonatal penurunannya

berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990-

an menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Menurut data di atas

dapat disimpulkan bahwa 55,8% dari kematian bayi terjadi pada periode

neonatal. Dari seluruh kematian neonatal, sekitar 78,5%-nya merupakan

kematian bayi umur 0-6 hari. (www.gizikia.depkes.go.id). Hasil survey AKI

dari tahun 1994-2012 antara lain tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 KH;
2

tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 KH; tahun 2002 sebesar 307 per 100.000

KH; tahun 2007 sebesar 228 per 100.000, namun terjadi peningkatan di tahun

2012 sebesar 359 per 100.000 KH. (www.depkes.go.id).

Berdasarkan data, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

dr. Harsono, Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur sudah

dibawah target Milenium Development Goals (MDGs) 2015, sebesar

102 kematian ibu per 100.00 KH. Secara rinci, data laporan kematian

ibu Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota melaporkan tahun 2011

sebesar 101,4 per 100.000 KH; tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 KH;

dan tahun 2013 sebesar 97,39 per 100,000 KH. (www.depkes.go.id).

Data AKI Kabupaten Jember tahun 2010 mencapai 55 kasus, 2011

mencapai 43 kasus, 2012 mencapai 43 kasus, 2013 mencapai 36 kasus, bulan

Agustus 2014 mencapai 20 kasus. Sementara untuk AKB tahun 2010

mencapai 398 kasus, 2011 mencapai 439 kasus, 2012 mencapai 424 kasus,

2013 sebanyak 402 kasus dan bulan Agustus 2014 sebanyak 167 kasus. Hal

ini dapat dilihat bahwa terjadi penurunan namun kecil untuk itu pemerintah

harus terus bekerja keras untuk menurunkan AKI dan AKB. (Depkes, 2014)

Faktor penyebab kematian ibu di Indonesia dibedakan menjadi dua

yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Laporan rutin

PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (30%),

eklampsia (20%), infeksi (7%), dan lain-lain(33%). Disamping itu kematian

ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu 3 Terlambat dan 4

Terlalu. Hal tersebut dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan,


3

sosial ekonomi, kedudukan dan peran perempuan, faktor budaya serta faktor

transportasi (Pusat Komunikasi Publik. Sekertariat Jendral Departement

Kesehatan). Penyebab Kematian Neonatal Berdasarkan (SKRT tahun 2001)

antara lain Asfiksia 29%, BBLR/Prematuritas 27%, Tetanus 10%, Masalah

Pemberian ASI 10%, Masalah Hematologi 6%, sedangkan berdasarkan

(Riskesdas tahun 2007) antara lain Gangguan/Kelainan Pernapasan 35,9%,

BBLR/Prematuritas 32,4%, Sepsis 12%, Hipotermi 6,3%, Kelainan

darah/Ikterus 5,6 %, Post Matur 2,8%, Kelainan Kongenital 1,4%.

(www.gizikia.depkes.go.id)

Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah AKI dan AKB baik

penyebab langsung maupun tidak langsung yaitu melaui program Safe

Motherhood Intiative. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah

diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam

menurunkan Angka Kematian Ibu melalui Making Pregnancy Safer (MPS)

yang di rencanakan oleh pemerintah pada tahun 2000, yang sudah ada pada 3

pesan kunci MPS. Oleh karena itu diadakan kegiatan skrining faktor

resiko pada semua ibu hamil sebagai komponen penting dalam asuhan

kebidanan. Sedangkan upaya persalinan yang aman ditujukan untuk

memastikan setiap ibu melahirkan ditolong oleh tenaga profesional.

(Prawiroharjo,2006)

Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 1994-2012 terjadi penurunan yang Signifikan tetapi relatif kecil, namun

ironinya terjadinya peningkatan di tahun 2012 dibandingkan SDKI tahun


4

2007 sehingga masih jauh dari harapan untuk mencapai penurunan AKI dan

AKB sesuai dengan target MDGs 2015. Dalam hal ini pemerintah harus

bekerja keras lagi dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Upaya pemerintah

dalam menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan menempatkan AKI dan

AKB sebagai program prioritas. Program tersebut meliputi kerjasama lintas

program dan lintas sektor yaitu penyuluhan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui buku KIA, P4K, penapisan persalinan, desa siaga,

pemberdayaan masyarakat (pembinaan kader dan dukun). Pemerintah harus

bekerjasama dengan Bidan sebagai pelaksana program dan dalam

memberikan asuhan bidan diharapkan mampu meberikan Asuhan Kebidanan

sesuai dengan pendekatan manajemen secara komprehensif (continuity of

care) yaitu asuhan kebidanan mulai dari Antenatal care, internatal care,

postnatal care, neonatal care, dan program keluarga berencana yang terencana

berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, bersalin,

neonatus, nifas dan pelayanan KB untuk dapat memperoleh dan menjalani

proses kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan pelayanan

KB yang dilakukan sesuai standart operasional pelayanan (SOP) sehingga

pelayanan menjadi aman dan memuaskan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan asuhan

komprehensif kepada Ny “S” di desa Darsono Kecamatan Arjasa Kabupaten

Jember, guna melaksanakan continuity of care pada saat kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dari LTA ini sebagai berikut” Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan

secara komprehesif pada Ny.S mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

neonatus dan pelayanan KB “.

1.3 Tujuan Penyusunan LTA

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of

care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan

di dokumentasikan dalam bentuk SOAP

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melaksakan Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian pada ibu

hamil mulai dari Pengkajian, Diagnosa, Penatalaksaan, sampai

dengan Evaluasi.

2. Melaksakan Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian pada

bersalin mulai dari Pengkajian, Diagnosa, Penatalaksaan, sampai

dengan Evaluasi.

3. Melaksanakan Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian pada Bayi

baru lahir mulai dari Pengkajian, Diagnosa, Penatalaksaan, sampai

dengan Evaluasi.
6

4. Melaksakan Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian pada ibu

Nifas mulai dari Pengkajian, Diagnosa, Penatalaksaan, sampai

dengan Evaluasi.

5. Melaksakan Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian pada

Akseptor Keluarga Berencana (KB) mulai dari Pengkajian,

Diagnosa, Penatalaksaan, sampai dengan Evaluasi.

1.4 Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan pada ibu hamil dengan

memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas,

neonatus dan KB.

2. Tempat

Bertempat di wilayah kerja Pukesmas Arjasa Kecamatan Arjasa

3. Waktu

Waktu yang diperlukan untuk pembuatan LTA adalah 3 bulan 3

minggu.

1.5 Manfaat

1) Institusi pendidikan

Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan

untuk penelitian lebih lanjut mengenai Asuhan Kebidanan secara

continuity of care mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

neonatus dan KB.


7

2) Lahan

Hasil laporan ini merupakan masukan bagi lahan sebagai bahan

evaluasi guna peningkatan pelayanan kesehatan serta penyuluhan

petugas kesehatan khususnya mengenai tanda bahaya kehamilan ke

masyarakat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak

3) Klien asuhan

Dengan adanya asuhan secara kontinyu klien dapat terpantau secara

dini tentang kemungkinan adanya tanda bahaya kehamilan

sehingga klien dapat melakukan persiapan persalinan dan dapat

bersalin dengan selamat dan aman .


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR / TEORI

2.1.1 KEHAMILAN

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,

lamanya hamil normal (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2010)

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

pada ibu dan lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka

seluruh system genetalia wanita mengalami perubahan yang

mendasar untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam rahim selama proses kehamilan berlangsung. (Serri hutahean,

2013)

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

(Manuaba, 2008)

2. Proses terjadinya kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan

dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa, dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan


9

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2010).

a. Ovulasi

Ovulasi adalah keluarnya sel telur (ovum) dari folikel de graff dan

pecahnya folikel degraff. Terjadinya ovulasi ini dipicu oleh LH yang

kadang mencapai 100 mu/ml plasma. Ternyata ovum yang masak ini

belum sepenuhnya masak karena intinya masih dalam stadium

metafasis dari pembelahan meiosis II. Pembelahan meiosis II baru

selesai bila pembuahan terjadi. (Yuni, 2009)

Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun,

hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan

terjadi ovulasi. Desakan folikel de graff ke permukaan ovarium

menyebabkan penipisan dan disertai devaskulaisasi. Selama

pertumbuhan menjadi folikel de graff, ovarium mengeluarkan hormon

estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin

mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi,

peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor tersebut manyebabkan

aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus. Dengan pengaruh

LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi proses

pelepasan ovum yang disebut ovulasi (Manuaba, 2010).

Ovulasi biasanya terjadi pada pertengahan siklus ovarium/ siklus

menstruasi. Banyak cara yang digunakan untuk menentukan saat


10

ovulasi, ovulasi terjadi pada hari ke 14 dari siklus 28 hari. Cara lain

adalah dengan memeriksa tempat rupturnya folikel.

Ada beberapa tanda dan test untuk mengenali waktu ovulasi yaitu

dengan adanya :

1) Rasa sakit diperut bagian bawah, yang terjadi pada pertengahan

siklus, disebut mid cyde pain disebabkan oleh iritasi peritoneum

oleh darah/ cairan folikel.

2) Perubahan temperatur basal. Menjelang dan saat ovulasi akan

terjadi kenaikan suhu badan. Sebelum ovulasi suhu basal wanita

rendah, sering kali dibawah 37°C. Setelah ovulasi seiring

peningkatan kadar progesterone, suhu basalnya meningkat.

3) Uji membenang yaitu menjelang ovulasi lendir serviks menjadi

lebih encer dan jernih, seperti putih telur sehingga dapat ditarik

seperti benang kira-kira 6-10 cm.

4) Fern test yaitu lendir serviks dibiarkan kering pada sebuah objek

glass (kira-kira 10 menit) dibawah mikroskop maka akan tampak

gambaran daun pakis.

Adanya gambaran fase sekresi pada endometrium.

a) Kenaikan kadar progesteron setinggi 2 mg/ml.

b) LH surge. Dengan pemeriksaan Radio Imuno Assay (RIA)

tanda ovulasi dilihat dengan kenaikan mendadak LH.

c) Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran folikel yang masak

dengan ukuran >1,7 cm (bisanya antara 1,7-2 cm).


11

d) Pemeriksaan Laparoskopi. Gambaran yang jelas terlihat

menggunakan laparoskopi dengan melihat langsung ovarium

untuk mencari adanya stigmata. Setelah terjadi ovulasi,

dibawah pengaruh LH sel granulosa mengalami hyperplasia,

hingga kemudian terbentuk korpus luteum yang menghasilkn

hormone progesterone dan juga estrogen. Tergantung apakah

terjadi pembuahan atau tidak, korpus luteum dapat menjadi

korpus luteum graviditatum atau menjadi korpus luteum

menstruatinum.

Bila tidak terjadi pembuahan kira kira 9 hari setelah

ovulasi, korpus luteum mengalami degenerasi dan beberapa

saat kemudian akan menjadi korpus albikans. Dengan

terbentuknya korpus albikans maka pembentuk hormone

progesteron dan estrogen mulai berkurang, bahkan berhenti

sama sekali. Ini menghasilkan iskemi dan nekrosis

endometrium yang kemudian disusul dengan menstruasi. Bila

terjadi pembuahan korpus luteum makin besar dan disebut

korpus luteum graviditatum dibawah pengaruh hormone

progesterone endometrium dipertahankan dalam stadium

sekresi dan siap menerima telur yang telah dibuahi (Yuni,

2009).
12

b. Konsepsi

Konsepsi adalah sebaagai pertermuan antara sperma dan sel telur

yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian

kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma),

ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet, dan implantasi

embrio didalam uterus (Yuni, 2009 ).

Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah

ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi

atau konsepsi :

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona

radiata (lapisan sel diluar ovum) yang mengandung persediaan

nutrisi dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler)

(Manuaba, 2010).

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi

korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder)

berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim didalam

granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida.

Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu

sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat

ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi

lebih dari satu sperma (Sarwono, 2009).

2) Pada ovum di jumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah

sitoplasma yang disebut vitelus (Manuaba, 2010).


13

3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona

pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada

zona pelusida (Manuaba, 2010).

Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane

nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor

spermatozoa dan mitokondrianya bergenerasi. Itulah sebabnya

seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal).

Masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus

ovum yang masih dalam metaphase untuk proses pembelahan

selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah anaphase

kemudian timbul telophase, dan benda kutub (polar body) kedua

menuju ke ruang perivitelina (Sarwono, 2009).

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling

luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang

mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama didalam

ampula tuba.

5. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

Spermatozoa hidup tiga hari didalam genetalia interna (Manuaba,

2010).

Hasil fertilisasi:

a) Kembalinya sel dengan jumlah kromosom diploid (2n) pada

manusia dengan jumlah diploid adalah 46.

b) Penurunan/ pewarisan sifat-sifat spesies.


14

c) Ini disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat ibunya dan

separuh sifat ayah.

d) Penentuan jenis kelamin.

e) Jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan. Pada

manusia struktur (46, XX) adalah wanita, sedangkan (46, XY)

adalah laki-laki.

f) Permulaan pembelahan segmentasi.

g) Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam akan

memulai pembelahan segmentasi pertama, yang disusul dengan

pembelahan-pembelahan selanjutnya dengan kecepatan tiap 10-12

jam (Yuni, 2009).

c. Nidasi

Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/ bersarangnya sel telur yang

telah dibuahi (fertilized egg) kedalam endometrium. Sel telur yang telah

dibuahi (zigot) akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri

atas sel-sel anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari

ketiga, bola tersebut terdiri atas 16 blastomer yng disebut morula (Yuni,

2009).

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium

blastula disebut blastokista, suatu bentuk yang bagian luarnya adalah

trofoblas dan di bagian dalamnya akan berkembang menjadi plasenta.

Dengan demikian, blatokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut

trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait


15

dengan keberhasilan nidasi (implantasi), proteksi imunitas bagi janin,

peningkatan aliran darah maternal kedalam plasenta, dan kelahiran bayi.

Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone human chorionic

gonadotropin (HCG) di mulai, suatu hormone yang memastikan bahwa

endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio

(Sarwono, 2009).

Nidasi terjadi karena trofoblas mempunyai daya untuk

menghancurkan sel-sel endometrium. Hancuran endometrium

dipergunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat nidasi biasanya

pada dinding depan dan dinding belakang didaerah fundus uteri.

Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan

mengalami perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau

perdarahan ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya).

Vili korion yang berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan

menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung banyak pembuluh

darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta

membuang karbondioksida dan produk sisa kedalam darah ibu.

Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang

terdapat antara telur dan dinding rahim disebut desidua basalis. Bagian

yang menutup blastosis atau desidua yang terdapat antara telur dan

cavum uteri ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus

adalah desidua vera (Yuni, 2009).


16

d. Pembentukan plasenta

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding

depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang

tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan cell inner akan

tertanam kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan

endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang bersasl dari

primer vili korealis (Manuaba, 2010).

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada

manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi

(Sarwono, 2009). Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri

umbilikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri umbilikalis masuk ke vili

korealis sehingga dapat melakukan pertukaran nutrisi dan sekaligus

membuang hasil metaolisme yang tidak diperlukan.

Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah,

mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke 10 sampai 11 setelah

konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio mendapat tambahan nutrisi dari

darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis menghancurkan

pembuluh darah arteri hingga terjadilah aliran darah pertama

reptroplasenter pada hari 14 sampai 15 setelah konsepsi. Bagian desidua

yang tidak hancur membagi plasenta menjdi sekitar 15 sampai 20

kotiledon maternal. Pada janin plasenta akan dibagi sekitar 200 kotiledon

fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan mengembang di tengah


17

aliran darah untuk menunaikkan fungsinya memberikan nutrisi,

pertumbuhan, dan perkembangan janin (Manuaba, 2010).

3. Perubahan Fisiologi Kehamilan Pada TM III

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Pada trimester III istmus lebih nyata menjadi bagian korpus

uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada

kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR

menjadi lebih lebrr dan tipis., tampak batas yang nyata antara

bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.

Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologi dinding uterus,

diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR.

a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas pusat

atau 1/3 jarak antar pusat ke prosesus xifoideus (25 cm).

b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat

dari prosesus xifoideus (27 cm).

c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus

xifoideus (30 cm).

d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah

prosesus xifoideus (33 cm)

Setelah minggu ke 28 kontraksi brakton hicks semakin

jelas, terutama pada wanita yang langsing. Umumnya akan

menghilang bila wanita tersebut melakukan latihan fisik atau


18

berjalan. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan kontraksi

semakin kuat hingga sulit dibedakan dari kontraksi untuk memulai

persalinan (Kusmiyati, Wahyuningsih dan Sujiyatini, 2010).

2) Serviks uteri

Serviks akan mengalami perlunakan atau pematangan secara

bertahap akibat bertambahnya aktivitas uterus selama kehamilan,

dan akan mengalami dilatasi sampai pada kehamilan trimester tiga

(Hutahaean, 2013).

3) Vulva dan Vagina

Pada kehamilan trimester III kadang terjadi peningkatan rabas

vagina. Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini

biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan

cairan tersebut akan lebih cair (Serri Hutahaean, 2013).

4) Mammae

Pada ibu hamil trimester tiga, terkadang terkadang keluar rembesan

cairan berwarna kekuningan dari payudara ibu yang disebut

kolostrum. Hal ini tidak berbahaya dan merupakan pertanda bahwa

payudara sedang menyiapkan ASI untuk menyusui bayi nantinya.

Progesteron menyebabkan puting menjadi lebih menonjol

(Hutahaean, 2013).
19

5) Kulit

Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% ibu

hamil. Sebenarnya, terdapat anggapan bahwa hal ini dikarenakan

peningkatan hormon penstimulasi melanosit (Melanosit

Stimulating Hormon). Namun demikian, estrogen dan progesteron

juga diperkirakan memiliki efek penstimulasi melanosit dan

sekarang menjadi penyebab pigmentasi kulit. Hiperpigmentasi

terlihat lebih jelas pada wanita berkulit gelap dan terlihat di area

seperti areola, perineum, dan umbilikus juga area yang cenderung

mengalami gesekan seperti aksila dan paha bagian dalam. Linea

alba berpigmen, yang sekarang disebut linea nigra terletak dari os

pubis sampai ke atas umbilicus. Pigmentasi wajah yang dialami

oleh sedikitnya setengah dari semua ibu hamil yang disebut

kloasma atau melasma atau topeng kehamilan. Oleh karena

peningkatan ukuran maternal, peregangan terjadi pada lapisan

kolagen kulit, terutama pada payudara, abdomen, dan paha. Pada

beberapa wanita, area yang mengalami peregangan maksimum

menjadi lebih tipis dan tanpa ada tanda-tanda peregangan tersebut,

striae gravidarum terlihat sebagai garis merah yang berubah

menjadi garis putih yang berkilau keperakan sekitar 6 bulan setelah

melahirkan (Serrii Hutahaean, 2013).


20

6) Sistem Traktus Uranius

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung

kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi

hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada

kehamilan tahap lanjut, pelvic ginjal kanan dan ureter lebih

berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat

dan ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmois disebelah kiri.

Perubah-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu

menambung urine dalam volume yang lebih besar dan juga

memperlambat laju aliran urine (Kusmiyati, Wahyuningsih dan

Sujiyatini, 2010).

7) Sistem Pencernaan

Pada kehamilan trimester III, lambung bera da pada posisi vertikal

dan bukan pada posisi normalnya, yaitu horizontal. Kekuatan

mekanis ini menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan

perubahan sudut persambungan gastro-esofageal yang

mengakibatkan terjadi refluks esofageal yang lebih besar.

Penurunan drastis tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah

relaksasi sfingter bawah esofagus merupakan predisposisi

terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi, dan hemoroid. Hemoroid

cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi

akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus


21

termasuk vena hemoroid. Hormon progesteron menimbulkan

gerakan usus semakin berkurang (relaksasi otot-otot polos)

sehingga makanan lebih lama di dalam usus. Hal ini dapat

menimbulkan konstipasi, dimana hal ini merupakan salah satu

keluhan dari ibu hamil. Konstipasi juga dapat terjadi karena

kurangnya aktivitas dan penurunan asupan cairan. Selain itu juga

perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang

membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam

perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan

lateral. Panasnya perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam

gastrik ke dalam esofagus bagian bawah. Sekitar 80% ibu hamil

mengalami nyeri uluh hati selama kehamilan, biasanya pada

trimester ketiga. Hal ini dianggap sebagai akibat adanya sedikit

peningkatan tekanan intragastrik yang dikombinasikan dengan

penurunan tonus sfingter bawah esofagus sehingga asam lambung

refluks ke dalam esofagus bagian bawah (Hutahaean, 2013).

8) Sistem Respirasi

Pada 32 minggu ke atas karena usus-usu tertekan uterus yang

membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa

bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami

derajat kesulitan bernafas.


22

9) Kenaikan Berat Badan

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari

mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan 11-12 kg.

10) Sirkulasi Darah

Hemodilusi penambahn volume darah sekitar 25% dengan

puncak pada kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit

mencapai level terendah pada minggu 30-32 karena setelah 34

minggu massa RBC terus meningkat tetapi volume plasma tidak.

Peningkatan RBC menyebabkan peyaluran oksigen pada wanita

dengan hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan pendek nafas. Hal

ini ditemukan pada kehamilan meningkat untuk memenuhi

kebutuhan bayi.

Aliran darah meningkat dengan cepat seiring pembesaran

uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat dua pulih kali

lipat, ukuran konsepstus, meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih

banyak oksigen diambil dari darah uterus selama masa kehamilan

lanjut (Genong, 1989). Pada kehamilan cukup bulan yanh normal,

seperenam volume darah total ibu berada didalam sistem

perdarahan uterus. Kecepatan rata-rata aliran darah uterus ialah 500

ml/menit dan konsumsi rata-rata oksigen uterus gravida ialah 25

ml/menit. Tekanan arteri maternal, kontraksi uterus dan posisi

maternal mempengaruhi aliran darah. Estogen juga berperan dalam

mengatur aliran darah uterus.


23

Dengan menggunakan alat ultrasound atau stetoskop janin,

pemberi pelayanan kebidanan dapat mendegar (1) uterine souffle

atau murmur, suatu bunyi aliran darah ibu bergegas menuju

plasenta, yang sinkron dengan nadi ibu (2) souffle funic yang

sinkron dengan frekuensi bunyi jantung janin dan disebabkan oleh

darah janin yang mengalir melalui tali pusat dan (3) frekuensi

denyut jantung janin (DJJ). Semua banyi ini adalah tanda pasti

kehamilan.

11) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan

tubuh secara bertahap terhadap dan peningkatan berat wanita

hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

mennyolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul

miring ke depan, penurunan tonus oto perut dan peningkatan berat

badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang

(realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergesar ke

depan. Kurva lumbo normal harus semakin melungkup dan di

daerah servikdorsal harus terbentuk kurvatura (fleksi anterior

kepala berlebihan) untuk mempertahankan keseimbangan.

Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkak saat berdiri

akan semakin membuat kurva punggung dan lumbal menonjol.

Pergerakan menjadi lebih sulit. Struktur ligamen dan otot tulang

belakang bangian tengah dan bawah mendapat tekanan berat.


24

Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini

tanpa keluhan. Akan tetapi wanita yang tua dapat mengalami

gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup berat selama

dan segera setelah kehamilan.

Otot dinding perut merengang dan akhirnya kehilangan sedikit

tonus otot. Selama trimester ketiga otot rektus abdominis dapat

memisah, menyebabkan isi perut menonjol. Setelah melahirkan

tonus otot secara bertahap kembali, tetapi pemisahan otot (diastasis

recti abdominis) menetap.

Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan

relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada

satu minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan

kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya

sebagai perpisapan proses persalinan, tulang publik melunak

menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacroccigus mengendur

membuat tulang coccigis bergeser ke arah belakang sendi panggul

yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit

pinggang. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami

perubahan karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk

mengkompensasi penambahan berat ini, bahu lebih ditarik ke

belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih

lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa

wanita.
25

Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristik pada

kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus

yang semakin membesar, lordosisi menggeser pusat gravitasi ke

belakang pada tungkai bawah. Mobilitas sendi sakroiliaka,

sakrokoksigeal dan sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan

rasa tidak nyaman di bagian bawah punggung, khususnya pada

akhir kehamilan. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa dan

lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosisis

yang besar dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar

bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan

medianus (crisp dan de Francesco, 1964). Ligament rotundum

mengalami hipertropi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang

mengakibatkan rasa nyeri pada ligament tersebut (Kusmiyati,

Wahyuningsih dan Sujiyatini, 2010).

4. Perubahan Psikologi Pada TM III

Kehamilan merupakan suatu kondisi perubahan citra tubuh dan

peran dalam anggota keluarga. Ibu hamil biasanya menunjukkan

respon psikologis dan emosional yang sama selama kehamilan.

Menurut teori rubin perubahan psikologis pada TM III meliputi

memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert dan

merefleksikan pengalaman yang lalu. (Hj. Saminem, 2009)

Sementara itu menurut varney (2007) perubahan psikologis yang

biasanya dialami ibu pada masa ini adalah.


26

a. Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Ibu

menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu

menjadi tidak sabar untuk segera melahirkan bayinya, dan ada

perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak kunjung

lahir pada waktunya.

b. Ibu merasa khawatir karena di masa ini terjadi perubahan peran

(persiapan ibu untuk menjadi orang tua). Selain itu khawatir

karena perubahan peran , ibu khawatir jika bayinya lahir cacat.

Akan tetapi kesibukan dalam mempersiapkan bayinya dapat

mengurangi rasa ini.

c. Hasrat seksual tidak seperti pada trimester sebelumnya. Hal ini

dipengaruhi oleh perubahan bentuk perut yang semakin

membesar dan adanya perasaan khawatir terjadi sesuatu

terhadap dirinya.

d. Ibu akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilannya. Ibu akan merasa canggung,

jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar

dari pasangannya. (Serri Hutahean, 2013)

5. Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil

a. Pengertian Antenatal Care

Antenatal care adalah serangkaian pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga proses


27

persalianan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar

tercapai kehamilan yang optimal. (Serri Hutahean, 2013)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Sarwono, 2009. Hal :278)

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

(Manuaba, 2010)

Pengawasan sebelum lahir (antenatal care) terbukti

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya

meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk

menghadapi persalinan, dengan pengawasan kehamilan dapat

diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi

kehamilan atau komplikasi hamil sehingga dapat diatasi. Keadaan

yang tidak dapat diatasi segera dirujuk ke tempat yang lebih lengkap

peralatannya sehingga mendapatkan perawatan yang optimal.

(Manuaba, 2009)

b. Jadwal pemeriksaan

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 3-4 kali, yaitu 1 kali

pemeriksaan pada trimester I dan II serta 2 kali pada trimester

III.
28

a) Pemeriksaan Kehamilan Pertama Pada Trimester Pertama

Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan

saat usia antara 0-3 bulan. Biasanya ibu tidak menyadari

kehamilan saat awak masa kehamilan, tetapi sangat

diharapkan agar kunjungan perta kehamilan dilakukan

sebelum usia kehamilan 12 minggu.

b) Pemeriksaan Kehamilan Kedua Pada Trimester Kedua

Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemerksaan kehamilan

sata usia kehamilan antara 13-28 minggu. Biasanya

kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia lehamilan

mencapai 26 minggu pemeriksaan ini biasanya berlangsung

20 menit saja.

c) Pemeriksaan Kehamilan Ketiga Pada Trimester Ketiga

Pemeriksaan kehamilan ketiga yaitu pemeriksaan yang

dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32 minggu.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan selama 20 menit dengan

komposisi pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan

kedua.

d) Pemeriksaan Kehamilan Keempat Pada Trimester Ketiga

Pemeriksaan kehamilan keempat ini merupakan pemeriksaan

kehamilan terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara

32-36 minggu. (Serri Hutahean, 2013)


29

Tabel 2.1

Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan

antenatal maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :

JENIS TRIMESTER TRIMESTER TRIMESTER

PEMERIKSAAN 1 2 3

Keadaan Umum   

Suhu Tubuh   

Tekanan Darah   

Berat Badan   

LILA 

TFU  

Presentasi Janin  

DJJ  

Pemeriksaan Hb  

Golongan Darah 

Protein Urin

Gula Darah atau 

Reduksi

Darah Malaria 

BTA

Darah Sifilis

Serologi HIV 

USG
30

Ket :

 : Rutin = Dilakukan Pemeriksaan Rutin

: Khusus = Dilakukan pemeriksaan atas indikasi

 : Pada daerah endemis akan menjadi pemeriksaan rutin

c. Tujuan pemeriksaan

Menurut sarwono (2007) tujuan pemeriksaan ANC adalah

sebagai berikut :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

dan social ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun dengan bayinya dengan trauma

seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Sarwono, 2007).
31

d. Kebijakan Program

Menurut sarwono (2012) pelayanan asuhan antenatal harus sesuai

standar yaitu “14 T” meliputi :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari Trimester I sampai Trimester III yang

berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap

minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu

mulai Trimester II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan

untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan rongga panggul. Tinggi badan ibu

hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk

terjadinya CPD (cephalo Pelvic Disproportion).

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila

melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya

preeklamsi yang dapat membayakan proses kehamilan dan

persalinan bila tidak ditangani.

3) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc Donald,

yakni dengan perabaan, adalah untuk menentukan umur

kehamilan (UK) berdasarkan minggu dan hasilnya bisa

dibandingkan dengan hasil wawancara mengenai hari pertama


32

haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan.

TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang

dicantumkan dalam HPHT, TFU ini dilakukan secara rutin untuk

mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Pembesaran

uterus pada perabaan TFU dapat ditafsirkan secara kasar seperti

berikut ini :

a. Tidak hamil/ normal sebesar telur ayam (± 30 g)

b. 8 minggu : Telur bebek

c. 12 minggu : Telur angsa

d. 16 minggu : Pertengahan simfisis ke pusat

e. 20 minggu : Pinggir bawah pusat

f. 24 minggu : pinggir atas pusat

g. 28 minggu : Sepertiga pusat ke xyphoid

h. 32 minngu : Pertengahan pusat ke xyphoid

i. 36- 42 minggu : 3 jari di bawah xyphoid

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan

Diberikan untuk mencegah anemia dalam kehamilan. Setiap

tablet mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat

500µg. Pemberian dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada

saat ibu tidak merasa mual, dan pemberian selama kehamilan

minimal sebanyak 90 tablet.


33

5) Pemberian imunisasi TT (T5)

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan

oleh tetanus. TT1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2

setelah 4 minggu dari TT1. Diharapkan bayi yang dilahirkan

akan terlindung dari tetanus neonatorum dalam kurun waktun 3

tahun.

Jadwal imunisasi TT ibu hamil :

a. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah

mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup

mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada

kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang

dicatat sebagai TT ulang juga.

b. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil

sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT

kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup

diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

c. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada

kehamilan ini dan kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT

1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Imunisasi TT Interval Durasi perlindungannya adalah

sebagai berikut:
34

1) TT1 Kunjungan antenatal pertama ( Langkah awal

pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus)

2) TT2 4 minggu setelah TT1 (3 tahun)

3) TT3 6 bulan setelah TT2 (5 tahun)

4) TT4 1 tahun setelah TT3 (10 tahun)

5) TT5 1 tahun setelah TT4 (25 tahun/seumur hidup)

6) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan

pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb  11 gr%, seorang ibu

hamil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg

zat besi dan 0,5 mg Asam Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau

lebih.

7) Pemeriksaan VDRL

8) Pemeriksaan protein urine atas indikasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada urin

mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala pre

eklamsi.

9) Pemeriksaan Reduksi urine atas indikasi

Untuk ibu hamil dengan riwayat kencing manis (Diabetes

Melitus). Bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula

darah untuk memastikan adanya Diabetes Gestasional (kencing

manis pada kehamilan).


35

10) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan

payudara

Caranya dengan senam payudara atau perawatan payudara untuk

ibu hamil, yang dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi, dimulai

pada usia kehamilan 6 minggu.

11) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil

12) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis

Obat ini perlu diberikan kepada ibu hamil yang merupakan

pendatang dari daerah yang endemis malaria maupun ibu hamil

yang tinggal di daerah yang endemis malaria. Selain itu juga

kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi

disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di

daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh

kembang.

14) Temu wicara/konseling dengan bidan atau dokter kandungan

anda.

Ditujukan untuk ibu hamil dengan masalah kesehatan

atau komplikasi yang memerlukan rujukan., yang dimaksudkan

untuk memberikan konsultasi atau melakukan kerja sama

penanganan. Tindakan yang harus dilakukan adalah :


36

a. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu

menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi.

b. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.

Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa

surat hasil rujukan.

c. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama

kehamilan.

d. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di

rumah.

e. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga

tentang rencana kelahiran.(Prawirohardjo. Sarwono. 2012)

Menurut definisi operasional indikator pelayanan

kesehatan ibu dan anak (2012) standar pelayanan kebidanan

terdiri atas :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Pemeriksaan tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas )

4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan
37

8) Tes laboraturium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB

pasca persalinan (Dinas Kesehatan, 2012)

P4K adalah suatu kegiatan dalam mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui

kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang

sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi

masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk

persiapan dan tindak dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru

lahir.

Berbagai istilah dalam program P4K maka perlu

memberikan batasan terhadap beberapa hal yang meliputi :

1) P4K Dengan Stiker

Adalah kepanjangan dari program perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi yang merupakan suatu kegiatan

yang difasilitasi oleh bidan desa dalam rangka peningkatan

peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu hamil termasuk

perencanaan penggunaan keluarga berencana (KB) pasca

persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media


38

motifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

2) Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker

Adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan

keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan

melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan

melibatkan peran aktif unsur – unsur masyarakat di

wilayahnya (kader, forum kesehatan ibu dan anak, pokja

posyandu, dan dukun)

3) Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak

Adalah suatu forum partisipatif masyarakat yang

melakukan pertemuan rutin bulanan, bertujuan

mengorganisir kegiatan P4K dan menjalin kerjasama

dengan bidan dan difasilitasi oleh bidan di desa dan

puskesmas. Forum ini bisa memanfaatkan forum- forum

yang telah ada di masyarakat desa, seperti : Gerakan Sayang

Ibu (GSI), forum desa siaga, pokja posyandu, dan lain – lain

yang biasanya diketahui oleh kepala desa)

4) Rencana Pemakaian Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan

Adalah kesepakatan suami istri sejak ibu masih hamil

sampai dengan setelah melahirkan untuk menggunakan

salah satu alat atau obat kontasepsi setelah proses

persalinan.
39

5) Persalinan Oleh Nakes

Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

trampil sesuai standart.

6) Kesiagaan

Adanya kesiapan dan kewaspadaan dari suami, keluarga,

masyarakat, atau organisasi masyarakat, kader, dukun dan

bidan dalam menghadapi persalinan dan kegawat daruratan

obstetri dan neonatal.

7) Tabulin (Tabungan ibu bersalin)

Adalah dana atau barang yang disimpan oleh keluarga atau

pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan

kemampuannya, yang pengelolaannya sesuai dengan

kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk

pembiyaa saat antenatal, persalinan, dan kegawatdaruratan.

8) Ambulan Desa

Adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan

bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon

ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan,

bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dll.

9) Calon Donor Darah

Adalah orang – orang yang dipersiapkan oleh ibu, suami,

keluarga, dan masyarakat yang sewaktu – waktu bersedia


40

menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu

melahirkan.

10) Buku KIA

Adalah buku pedoman yang dimiliki oleh ibu dan anak

yang berisi infomasi dan catatan kesehatan ibu dan anak.

Merupakan alat pencatat pelayanan kesehatan ibu dan anak

sejak ibu hamil, melahirkan, dan selama masa nifas hingga

bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun, termasuk pelayanan

KB, imunisasi, gizi, dan tumbuh kembang anak.

11) Pemberdayaan masyarakat

Adalah upaya aktif bidan untuk melibatkan unsur - unsur

masyarakat secara partisipatif dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kesehatan ibu dan anak

termasuk kegiatan perencanaan persalinan dan pasca

persalinan.

Tujuan program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi ( P4K ) :

1. Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasangnya stiker

program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K) di rumah ibu hamil agar diketahui :

a. Lokasi tempat tinggal ibu hamil

b. Identitas ibu hamil

c. Taksiran persalinan
41

d. Penolong persalinan

e. Pendamping persalinan

f. Fasilitas tempat persalinan

g. Calon donor darah

h. Alat kontrasepsi yang akan di gunakan

i. Biaya

2. Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian

metode KB pasca melahirkan yang sesuai dan disepakati

ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.

3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan

tepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan nifas.

4. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, kader dan

dukun. (Depkes RI, 2008)

e. Nasehat untuk ibu hamil TM III

1) Makanan diet untuk ibu hamil

Pada kehamilan triwulan ketiga, janin mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Umumnya

nafsu makan ibu sangat baik, dan ibu sering merasa lapar. Pada

masa ini dihindari makan berlebihan sehingga berat badan tidak

naik terlalu banyak. Banyak bahan makanan yang banyak

mengandung lemak dan hidrat arang seperti yang manis–manis dan

gorengan perlu dikurangi. Pada masa ini lambung menjadi sedikit


42

terdesak dan ibu merasa “perut penuh”, karena itu berikan makanan

dalam porsi kecil dan sering agar pemenuhan kebutuhan gizi dapat

terpenuhi (Manuaba, 2009).

2) Personal hygine

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cendrug untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama

daerah lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, dan daerah genetalia)

dengan cara dibersihkan dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan

mulut perlu mendapat perhatian karena sering kali mudah terjadi

gigi berlubang terutama pada ibu yang kekurangan kalsium (Yuni,

2009).

3) Pakaian selama kehamilan

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai. Baju hendaknya yang

longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap

keringat. Hal yang haris diperhatikan dan dihindari antara lain

sabuk dan stoking yang terlalu ketat, karena akan menggangu aliran

darah balik dan sepatu dengan hak tinggi akan menambah lordosis

dan sakit pinggang. Payudara perlu ditobang dengan bra yang

memadahi untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran

dan kecenderungan menjadi pendulans (Yuni, 2009).


43

4) Eliminasi ( BAK/BAB )

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup

lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal sehingga

kelamin menjadi cukup basah. Situasi basah ini menyebabkan

jamur (Trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal

dan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga sering

digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang

memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan

mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan

menjaga kebersihan sekitar alat kelamin, wanita harus sering

mengganti pelapis atau pelindung celana dalam. Akibat pengaruh

hormone progesterone, otot-otot tractus digestivus tonusnya

menurun, akibatnya motilitas saluran pencernaan menurun dan

menyebabkan obstipasi. Untuk mengatasi hal itu, ibu hamil

dianjurkan minum lebih dari 8 gelas. Wanita hamil sebaiknya diet

yang mengandung serat, latihan/senam hamil, dan tidak dianjurkan

memberikan obat perangsang dengan laxan (Yuni, 2009).

5) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan

sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat

sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang

kelahiran. Koitus tidak dibenarkan jika terdapat perdarahan

pervaginam, terdapat riwayat abortus berulang, abortus/ partus


44

prematurus imminen, ketuban pecah serviks telah membuka. Posisi

dengan sisi adalah posisi pilihan terutama pada trimester ketiga

karena posisi ini mengurangi energi dan tekanan pada perut yang

hamil. Posisi koitus yang menghindari tekanan langsung pada

payudara dan perut sangat dianjurkan untuk keadaan ini

(Yuni,2009).

6) Mobilisasi dan Body mekanik

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa

selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat melakukan

pekerjaan seperti menyapu, mengepel, memasak, dan

mengajar.Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan

kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu untuk

beristirahat. Secara anatomi, ligament sendi putar dapat

meningkatkan pelebaran/pembesaran rahim pada ruang abdomen.

Nyeri pada ligament ini terjadi karena pelebaran dan tekanan pada

ligament karena adanya pembesara rahim. Nyeri pada ligament ini

merupakan suatu ketidaknyamanan pada ibu hamil. Sikap tubuh

yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil.

1. Duduk

Tempatkan tangan di lutut dan tarik tubuh ke posisi tegak. Atur

dagu ibu dan tarik bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri.
45

2. Berdiri

Sikap berdiri yang benar sangat membantu ketika hamil disaat

berat janin semakin bertambah, jangan berdiri untuk jangka

waktu yang lama. Berdiri dengan menegakkan bahu dan

mengangkat pantat tegak lurus dari telinga sampai ke tumit.

3. Berjalan

Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi

atau tanpa hak. Hindari juga sepatu bertumit runcing karena

mudah menghilangkan keseimbangan.

4. Tidur

Sebaiknya setelah kehamilan 6 bulan hindari tidur terlentang,

karena tekanan rahim pada pembuluh darah utama dapat

menyebabkan pingsan. Tidur dengan kedua tungkai kaki lebih

tinggi daripada badan dapat mengurangi rasa lelah.

5. Bangun dari berbaring

Untuk bangun dari tempat tidur, geser terlabih dahulu tubuh

ibu dari tempat tidur, kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu

perlahan denagn kesua tangan , putar tubuh ibu perlahan lalu

perlahan turunkan kaki ibu. Diamlah dulu dalam posisi duduk

beberapa saat sebelum berdiri. Lakukan setiap kali ibu bangun

dari berbaring.
46

6. Membungkuk dan mengangkat

Terlebih dahulu menekuk lutut dan menggunakan otot kaki

untuk tegak kembali. Hindari membungkuk yang membuat

punggung tegang, termasuk untuk mengambil sesuatu yang

ringan sekalipun.

7) Senam hamil/ exercise

Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara

berjalan-jalan di pagi hari, berenang, berolahraga ringan dan

senam hamil. Senam hamil dilakukan setelah usia kehamilan

22 minggu. Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan

melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal

dalam persalinan normal serta mengimbangi perubahan titik

berat tubuh. Senam hamil ditujukan pada ibu hamil tanpa

kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai

kehamilan, yaitu penyakit ginjal, jantung, dan penyulit dalam

kehamilan (hamil dengan perdarahan, kelainan letak, dan

kehamilan dengan anemia).

Syarat senam hamil sebagai berikut :

1) Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh

dokter atau bidan.

2) Latihan dilakukan setelah kehamilan 22 minggu

3) Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin


47

4) Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau di klinik

bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil.

8) Istirahat / tidur

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat

tidur perlu diperhatikan dengan baik karena istirahat dan tidur

yangt teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani

untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. Tidur

pada malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam

keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam. Ibu hamil harus

menghindari posisi duduk dan berdiri terlalu lama.

9) Persiapan dan kelahiran bayi

Menjelang persalinan sebagian besar wanita takut menghadapi

persalinannya terutama bagi yang pertama kali.Disinilah

pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling mendukung

dengan penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan dengan

lancar. Kala I perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan akan

berjalan aman oleh karena kepala masuk ke pintu atas panggul,

bahkan pembukaan telah maju dengan baik.Kepala keluarga yang

sering berkonsultasi telah diberitahukan perkiraan tanggal

persalinan, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri, karena

sewaktu-waktu akan datang sakit perut disertai dengn tanda seperti

lender bercampur darah. Keluarga telah melakukan persiapan


48

penyambutan persalinan.Baju untuk persalinan untuk bayi sudah

dipersiapkan (Yuni, 2009)

10) Memantau kesejahteraan janin

Untuk melakukan pemantauan terhadap kesejahteraan janin

bisa menggunaka stetoskop laenac untuk mendengarkan denyut

jantung secara manual (auskultasi). Pemantauan kesejahteraan

janin yang dapat dilakukan ibu hamil adalah dengan menggunakan

“fetal movement” (pemantauan pergerakan janin), yaitu ibu hamil

mencermati dan mencatat setiap pergerakan janin yang

dirasakan.Pemantauan pergerakan janin dilakukan minimal selama

12 jam. (Yuni, 2009)

11) Perawatan buah dada

Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan

menjadi makanan utama bagi bayi karena itu jauh sebelumnya

harus dirawat BH yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran

buah dada yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah

suspension bukan menekan dari depan. Dua bulan terakhir

dilakukan massage kolostrum dikeluarkan untuk mencegah puting

susu kering dan mudah pecah dibersihkan menggunakan air sabun

dan biocream. Bila puting susu masuk ke dalam hal ini diperbaiki

dengan jalan menarik-narik keluar.


49

f. Tanda Bahaya Kehamilan

1) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan

dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran

pada umumnya (60-80%) disebabkan oleh kelainan

kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum.

Penyebab yang sama dan menimbulakan gejala perdarahan

pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran yang diatas

norml, pada umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa.

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20

minggu pada umumnya disebabkan oeh plasenta previa.

Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta

dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi tempat

implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang terjadi

perdarahan bercak berulang dan apabila ssegemn bawah

rahim mulai terbentuk disertai dengn sedikit penurunan

bagian terbawah janin, maka perdarahan muai meningkat

hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan

keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh

jalan lahir dapat menimbulkan pedarahan hebat tanpa

didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya.

Plasenta previa menjadi penyebab dari 25% kasus


50

perdarahan antepartum. Bila mnedekati saat persalianan,

perdarhan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40%)

atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan

antepartum. (Sarwono, 2013)

2) Pre-eklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas

normal sering diasosiasikan dengan preeklamsia. Data atau

informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hami

akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan

hipertensi kronis dengan preekamsi

Tanda dan gejala lain preeklamsia :

a) Hiperrefleksia

b) Sakit kepala atau sefalgia yang tidak membaik denan

pengobatan umum.

c) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur skotomata,

silau, atau berkunang-kunang.

d) Nyeri epigastrik

e) Oliguria

f) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20

mmHg diatas norma

g) Proteinuria (diatas positif 3)

h) Edema menyeluruh
51

i) Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan

trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan

tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosanya mengarah pada

solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan

(revealed) maupun tersembunyi (concealed).

Tanda dan gejala :

a) Trauma abdomen

b) Preeklamsia

c) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan

d) Bagian-bagian janin sulit diraba

e) Uterus tegang dan nyeri

f) Janin mati dalam rahim.

6. Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Hamil Dengan Masalah.

a. Sering buang air kecil

Keluahan lainnya yang sering muncul pada trimester ketiga

adalah seringnya buang air kecil (BAK). Janin yang sudah

sedemikian membesar menekan kandung kemih ibu akibatnya

kapasitas kandung kemih adi terbatas sehingga ibu sering

ingin BAK. Dorongan untuk bolk balik kekamar mandi inilah

yang mau tidak mau akan menggaggu istirahat ibu masuk

waktu tidurnya. Penanganan yang dilakukan untuk mengurangi


52

atau mengatasi keluhan ibu trimester ketiga di atas adalah

sebagai berikut .

1) Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2-3 jam sebelum

tidur.

2) Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur. Namun

agar kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi,

sebaiknya minumlah lebih banyak siang hari.

b. Nyeri punggung

Nyeri punggung merupakan nyeri punggung yang terjadi

pada area lumbosakral. Nyeri punggung biasanya akan meningkat

intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini

merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuhnya

(Varney, 2006; 542)

Penyebab awal sakit punggung adalah semakin besarnya

beban yang dibawa oleh perut ibu hamil. Selain itu, titik poros gaya

berat ibu berubah dengan mengikuti perut yang semakin membesar

ke depan. Postur tubuh ibu hamil yang cenderung melengkung ke

belakang membuat sambungan-sambungan tulang belakang

tertarik. Padahal, selama hamil plasenta di rahim ibu memproduksi

hormon progesteron yang melunakkan jaringan ikat penyangga

tulang belakang. Pelunakan ini menyebabkan jaringan melonggar.

Akibatnya, sambungan-sambungan tulang belakang yang tertarik

menjadi lebih sering bergeser, sementara bagian lainnya lebih


53

sering meregang. Inilah yang menimbulkan rasa sakit selama

kehamilan.

1) Hindari mengangkat beban terlalu berat.

2) Jangan mengangkat beban dengan membungkuk.

3) Saat memutar badan usahakan kaki juga ikut berputar sehingga

tulang belakang tidak terpilin.

4) Jangan memakai sepatu ber-hak tinggi agar distribusi beban

merata.

5) Pijat ringan dapat mengurangi nyeri

6) Olahraga yang dapat memperkuat otot perut dan mengurangi

nyeri bagian bawah.

7) Kompres dengan air dingin dan hangat secara bergantian

agar dapat meringankan nyeri tersebut. Apabila salah satu

kompres dianggap lebih enak maka pilih salah satu

diantaranya secara bergantian.

8) Pemakaian balsam antinyeri, minyak pijat, lotion bahkan

analgetik dapat meringankan beban nyeri tersebut.

c. Kram dan Nyeri pada Kaki

Menjelang akhir kehamilan, ibu akan sering mengalami

kekakuan dan pembengkakan (edema) pada tangan dan kaki,

akibatnya jaringan saraf menjadi tertekan. Tekanan ini

menimbulkan rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, sehingga

tangan dan kaki tidak merasakan apa-apa (kebas) dan


54

ototnya menjadi lemah. Gejala ini terasa ketika bangun tidur

di pagi hari dan membaik di siang hari. Penyebabnya

diperkirakan karena hormon kehamilan, kekurangan kalsium,

kelelahan, tekanan uterus pada otot, dan pergerakan yang

kurang sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Penanganan

yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi

keluhan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Saat kram terjadi, yang harus dilakukan adalah

melemaskan seluruh tubuh terutama bagian tubuh yang

kram. Dengan cara menggera-gerakkan pergelangan

tangan dan mengurut bagian kaki yang terasa kaku.

b) Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar

dengan tumit untuk mencegah kram mendadak.

c) Meningkatkan asupan kalsium.

d) Meningkatkan asupan air putih.

e) Melakukan senam ringan.

f) Ibu sebaiknya istirahat yang cukup. (Serri Hutahean, 2013)

d. Anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah

merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau atau masa

haemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya

sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Tarwoto, 2001)


55

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau

kadar < 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan

perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi

karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. (Sarwono,

2010)

Tabel 2.2

Kadar Hemoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil

menurut WHO

Jenis Kelamin Hb Normal Hb Anemia


Kurang Dari
(dr/dl)
Lahir aterm 13,5-18,5 13,5 (Ht 34 %)
Perempuan dewasa : tidak hamil 12 - 15 12 (Ht 36 %)
Perempuan dewasa : hamil
Trimester pertama : 0-12 minggu 11 - 14 11 (Ht 33 %)
Trimester kedua : 13-28 minggu 10 - 14 10 (Ht 31 %)
Trimester ketiga : 29- aterm 11 – 14 11 (Ht 33%)

2.1.2 Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup

bulan (37 minggu-42 minggu) persalinan terjadi spontan presentasi

belakang kepala berlangsung tidak lebih dari 18 jam tidak ada

komplikasi ibu maupun janin (WH0, 2013)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan


56

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2006)

2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal (APN)

Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi,

dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan

Normal harus mempunyai alasan dan bukti yang kuat tentang manfaat

intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.

Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan Asuhan

Persalinan Normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi

semua ibu bersalin di setiap persalinan oleh setiap penolong persalinan

dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat

terjadi dirumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan,

perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan

diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan

sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir

(Depkes RI, 2008)


57

3. Bentuk-bentuk Persalinan

Bentuk-bentuk persalinan menurut Manuaba, 2010 adalah sebagai

berikut:

a. Persalinan spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui

jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Bila persalinan dengan rangsangan atau tenaga dari luar dengan

ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria.

c. Persalinan dengan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari

luar dengan jalan pemberian rangsangan.

Yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak

memerlukan bantuan apapun dan mempunyai trauma persalinan

yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat

terjamin.

4. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Manuaba: 2010, adapun tanda-tanda persalianan diantaranya

adalah:

a. Kekuatan His

Makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin

pendek. His kala pertama, sifat kontraksi otot rahim kala pertama

adalah:
58

a) Kontraksi bersifat simetris

b) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai pusat dan

mempunyai kekuatan yang paling besar

c) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh partunutrien (ibu)

d) Intervalnya makin lama makin pendek

e) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan reflex

mengejan

f) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang telah berkontraksi

tidak akan kembali ke panjang semula

g) Setiap kontraksi mulai dari pace maker yang terletak sekitar insersi

tuba, dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan

kecepatan 2 cm/detik.

h) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah

perut, dan dapat menjalar kearah paha.

b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir

bercampur darah (show).

Dengan His persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan

perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan

pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada

kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh

darah pecah.
59

c. Dapat disertai ketuban pecah

Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu

pada persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai

semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir

tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban yang

masih utuh sampai bayi lahir lebih jarang ditemukan. Jika kebetulan

selaput ketuban ini masih utuh sampai kelahiran selesai, janin yang

lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan bagian yang

membungkus kepala bayi yang baru lahir kadang kala disebut sebagai

caul. Pecah ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan

kehamilan mana pun sdisebut sebagai ketuban pecah (Sarwono, 2009).

d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan

serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks)

Mendekati persalinan serviks semakin ”matang”. Kalau tadinya

semasa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang, dan lunak,

sekarang serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding,

serta mengalami sedikit penipisan (effacement). Dan kemungkinan

sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada

individu wanita dan paritasnya-sebagai contoh, pada masa hamil,

serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm,

sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup.

Perubahan serviks diduga akibat peningkatan Braxton hicks. Serviks

menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum


60

persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk

persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks, bidan dapat

meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses persalinan begitu

muncul kontraksi persalinan dan bahwa waktunya sudah dekat

(Varney, 2008)

5. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan

Menurut JNPK-KR tahun 2008, pengenalan dini terhadap

masalah dan penyulit persalinan, Pada saat memberikan asuhan bagi ibu

bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan

timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa “menunda pemberian

asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan resiko kematian dan

kesakitan ibu dan bayi baru lahir”. Selama anamnesa dan pemeriksaan

fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada

Tabel 5.1 dan segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan

tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat memberikan manfaat dan

memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman dan

lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan

bayi yang akan di lahirkan.

Tabel 2.3
Indikasi-Indikasi Untuk Melakukan Tindakan dan atau
Rujukan Segera Selama Kala Satu Persalinan.
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk Asuhan atau
dan atau pemeriksaan Perawatan
Riwayat beda sesar 1. Segera lakukan rujuk ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
61

2. Dampingi ibu ke tempat


rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Perdarahan pervaginam 1. Baringkan ibu kesisi kiri
selain lendir bercampur darah 2. Pasang infus menggunakan
(Show). jarum berdiameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau garam fisiologis
(NS).
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas
(Persalinan kurang bulan) yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Ketuban pecah disertai 1. Baringkan ibu miring kiri.
dengan keluarnya mekonium 2. Dengarkan DJJ.
kental 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan untuk
melakukan bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
dan bawa partus set, kateter,
penghisap lendir De Lee,
handuk/kain untuk
mengeringkan dan menyelimuti
bayi untuk mengantisipasi jika
ibu melahirkan di perjalanan.
Ketuban pecah dan air Dengarkan DJJ, jika ada tanda-
ketuban bercampur dengan tanda gawat janin laksanakan
sedikit mekonium disertai asuhan yang sesuai (lihat
tanda-tanda gawat janin dibawah).
Ketuban pecah (lebih dari 24 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas
jam) atau ketuban pecah pada yang mempunyai kemampuan
kehamilan kurang bulan (usia penatalaksanaa gawat darurat
obstetri.
kehamilan kurang dari 37
2. Dampingi ibu ke tempat
minggu) rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
62

Tanda-tanda dan gejala- 1. Baringkan ibu kesisi kiri.


gejala infeksi : 2. Pasang infus menggunakan
1. Temperatur > 38⁰c jarum berdiameter besar (ukuran
2. Menggigil 16 atau 18) dan berikan Ringer
3. Nyeri abdomen Laktat atau garam fisiologis
4. Cairan ketuban berbau (NS) dengan tetesan 125 cc /
jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu kesisi kiri.
160/100 dan atau terdapat 2. Pasang infus menggunakan
protein dalam urin (pre- jarum berdiameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan Ringer
eklamsia berat)
Laktat atau garam fisiologis
(NS).
3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4
20 % IV selama 20 menit.
4. Suntikan 10 gr MgSO4 50 % (5
gr IM pada bokong kiri dan
kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Tinggi fundus 40 cm atau 1. Segera lakukan rujuk ke fasilitas
lebih (makrosomia, yang mempunyai kemampuan
polihidramnion, kehamilan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat
ganda)
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Alasan: jika diagnosisnya adalah
polihidramnion, mungkin ada
masalah-masalah lain dengan
janinnya. Makrosomia dapat
menyebabkan distosia bahu dan
resiko tinggi untuk perdarahan
pasca persalinan.
63

DJJ kurang dari 100 atau 1. Baringkan ibu kesisi kiri.


lebih dari 180 x /menit pada 2. Pasang infus menggunakan
dua kali penilaian dengan jarum berdiameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan Ringer
jarak 5 menit (gawat janin)
Laktat atau garam fisiologis
(NS) dengan tetesan 125 cc /
jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Primipara dalam fase aktif 1. Baringkan ibu kesisi kiri.
kala satu persalinan dengan 2. Segera lakukan rujuk ke fasilitas
penurunan kepala janin 5/5 yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu kesisi kiri.
kepala (sungsang, letak 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas
lintang, dll) yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Presentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi
(adanya bagian lain dari lutut menempel ke dada atau
janin, misalnya: lengan atau miring kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas
tangan, bersamaan dengan
yang mempunyai kemampuan
presentasi belakang kepala). penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Tali pusat menumbung (Jika 1. Gunakan sarung tangan
tali pusat masih berdenyut) disinfeksi tingkat tinggi,
letakkan satu tangan di vagina
dan jauhkan kepala janin dari
tali pusat yang menumbung.
Tangan lain mendorong bayi
melalui dinding abdomen agar
64

bagian terbawah janin tidak


menekan tali pusatnya (minta
keluarga ikut membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil
posisi bersujud dimana posisi
bokong berada jauh diatas
kepala ibu dan pertahankan
posisi ini hingga tiba di tempat
rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Tanda dan gejala syok : 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
1. Nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkankedua
dari 110 x/ menit) kaki ibu untuk meningkatkan
2. Tekanan darah menurun aliran darah ke jantung.
(sistolik kurang dari 90 3. Pasang infus menggunakan
mmHg) jarum berdiameter besar (ukuran
3. Pucat 16 atau 18) dan berikan Ringer
4. Berkeringat atau kulit Laktat atau garam fisiologis
lembab, dingin (NS). Infuskan 1 lt dalam waktu
5. Nafas cepat (lebih dari 30 15 – 20 menit; dilanjutkan
x per menit) dengan 2 lt dalam satu jam
6. Cemas, bingung, atau pertama, kemudian turunkan
tidak sadar. tetesan menjadi 125 ml/jam.
7. Produksi urin sedikit 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas
(kurang dari 30 ml/jam). yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaa gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan. Berikan dukungan dan
semangat.
Tanda dan gejala fase laten 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas
berkepanjangan : yang mempunyai kemampuan
65

1. Pembukaan serviks penatalaksanaa gawat darurat


kurang dari 4 cm setelah 8 obstetri dan bayi baru lahir.
jam 2. Dampingi ibu ke tempat
2. Kontraksi tratur (lebih dari rujukan. Berikan dukungan dan
2 dalam 10 menit) semangat.
Tanda dan gejala belum 1. Anjurkan ibu untuk minum dan
inpartu : makan.
1. Frekuensi kontraksi 2. Anjurkan ibu untuk bergerak
kurang dari 2 kali dalam bebas.
10 menit 3. Jika kontraksi berhenti dan atau
2. Tidak ada perubahan pada tidak ada perubahan serviks,
serviks dalam waktu 1 evaluasi DJJ, jika tidak ada
hingga 2 jam tanda-tanda kegawatan pada ibu
dan janin, persilahkan ibu
pulang dengan nasehat untuk :
a. Menjaga cukup makan dan
minum.
b. Datang untuk mendapatkan
asuhan jika terjadi peningkatan
frekuensi dan lama kontraksi.
Tanda dan gejala partus 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas
lama: yang mempunyai kemampuan
1. Pembukaan serviks penatalaksanaa gawat darurat
mengarah ke sebelah obstetri dan bayi baru lahir.
kanan garis waspada 2. Dampingi ibu ke tempat
partograf rujukan. Berikan dukungan dan
2. Pembukaan serviks semangat.
kurang dari 1 cm per jam
3. Frekuensi kontraksi
kurang dari 2 kali dalam
10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik.

Rujuk ibu apabila didapatkan salah satu atau lebih penyulit

seperti berikut:

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan per vaginam

3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37

minggu)
66

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental

5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan

kurang dari 37 minggu)

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda atau gejala infeksi

10. Pre-eklamsia atau hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih

12. Gawat janin

13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala

janin masih 5/5

14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda ( majemuk )

16. Kehamilan ganda atau gemeli

17. Tali pusat menumbung

18. Syok

Tabel 2.4
batasan-batasan penyulit yang mungkin terjadi pada saat
persalinan

Kala Batasan Penyulit yang mungkin terjadi


I Pembukaan 0 1. Pembukaan lengkap, ketuban
sampai pecah sebagai akhir dari kala
lengkap.Wakt pertama.
2. His kuat mengancam rahim
u antara 10-
robek/ pecah Gangguan janin
67

14 jam dalam rahim (gawat janin).


3. Selaput janin pecah pada
pembukaan kecil Prolaps
(pengeluaran alat tubuh)
bagian kecil.
4. Gangguan pembukaan pintu
jalan lahir
Persalinan 1. Pengawasan lebih ketat
II janin 2. Keadaan gawat ibu dan janin
berlangsung dapat terjadi setiap waktu
3. Gangguan kekuatan untuk
selama 12 jam
persalinan janin
4. Gangguan putar paksi kepala
5. Ancaman robekan rahim
III Persalinan 1. Kontraksi otot rahim kuat
plasenta 2. Gangguan pelepasan plasenta
Berlangsung (rentensio plasenta)
3. Ancaman perdarahan
selama 10-15
menit
IV Observasi 2 1. Bahaya perdarahan
jam pasca mengancam pada 2 jam
melahirkan di pertama
2. Kontraksi otot rahim dapat
ruang
lemah dan menimbulkan
tersendiri perdarahan

6. Permulaan Terjadinya Persalinan

a. Penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot- otot rahim sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di

dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun

sehingga timbul his.


68

b. Teori oxytosin

Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu

tmbul kontraksi otot- otot rahim.

c. Keregangan otot- otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin

teregang otot- otot rahim makin rentan.

1) Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa- rupanya juga

memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa.

2) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah

satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan

bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,

intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada

setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar

prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah

perifer pada ibu- ibu hamil sebelum melahirkan atau selama

persalinan. (Buku ajar asuhan kebidanan persalinan, 2010; 4- 5)


69

7. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala 1

serviks membuka dari 0-10 cm. Kala I dinamakan juga kala

pembukaan. Kala II disebut dengan kala pengeluaran, oleh karena

karena keuataan his dan kekuatan mengedan,janin didorong keluar

sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta

terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut

diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum (Rohani,dkk,

2011).

a. Kala I

Kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai

dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi

lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala 1 dibagi

menjadi :

1) Fase laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari

0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

2) Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi

lagi menjadi :

a) Fase accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 sampai 4

cm yang dicapai dalam 2 jam.

b) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang

dicapai dalam 2 jam.


70

c) Fase decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm selama 2 jam.

b) Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II, adalah sebagai berikut:

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau

vagina.

d) Perineum terlihat menonjol.

e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukkan :

1) Pembukaan serviks telah lengkap.

2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina. (Rohani,dkk,

2011).

c) Kala III

Kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang dimulai dari

lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasena.


71

d) Kala IV

Kala 1V merupakan masa 1- 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam

klinik, atas pertimbangan- pertimbangan praktis masih diakui adanya

kala 1V persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa

dimulainya masa nifas (puerpurium), mengingat pada masa ini sering

timbul perdarahan. (Buku ajar asuhan kebidanan persalinan, 2010;

6- 7)

Pada kala IV dilakukan pemantauan perdarahan diantaranya

perdarahan karena robekan perineum dan vagina. Nilai perluasaan

laserasi perineum, derajat robekan perineum di bagi menjadi 4 :

a) Derajat I : laserasi yang terjadi pada bagian mukosa

vagina,komisura posterior, kulit perineum,

tidak perlu di jahit jika tidak da perdarahan

dan apasisi luka baik.

b) Derajat II : laserasi yang terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, dan

otot perineum, perlu di lakukan penjahitan.

c) Derajat III : laserai yang terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani, dilakukan

penjahitan.

d) Derajat IV : laserasi yang terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot


72

perineum, otot sfingter ani dan dinding

depan rektum. (JNPK-KR, 2008)

8. Partrograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan Utama dari

penggunaan patograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus

lama.

c. Data pelengkapan yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik

dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana itu dicatatkan secara

rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan membantu

penolong persalinan untuk:

1) Mencatat kemajuan persalinan.

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu.


73

Partograf harus digunakan:

a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakakn elemen penting dari asuhan persalinan.

Patograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal

maupun patologis. Patograf sangat membantu penolong persalinan

dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik

persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan

penyulit.

b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,

puskesmas, untuk bidan swasta dan rumah sakit,dll)

c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya

(Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum. Residen dan Mahasiswa

Kedokteran)

Penggunaan patograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan

bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu

serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka (Depkes RI, 2008).

Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas harus

mencatat kondisi ibu dan janinsebagai berikut:

a) DJJ

b) Air Ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina
74

- U : selaput utuh

- J : selaput pecah, air ketuban jernih

- M : air ketuban bercampur dengan mekonium

- D : air ketuban bernoda darah

c) Perubahan bentuk kepala janin

d) Pembukaan mulut rahim.

Dinilai pada setiap pemeriksaan pervaginam dan diberi tanda silang

(X).

e) Penurunan

Dicatat dengan tanda lingkaran (O)

f) Waktu

Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien

diterima.

g) Kontraksi

Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing

kontraksi dalam hitungan detik.

h) Oksitosin

Bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume

cairan infus dan dalam tetesan permenit

i) Obat yang diberikan

Catat semua obat lain yang diberikan

j) Nadi
75

Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)

k) Tekanan darah

Catatlah setiap 4 jam sekali dan tandai dengan anak panah.

l) Suhu tubuh

Catatlah setiap 2 jam sekali

m) Protein, aseton, volume urine

Catatlah setiap kali berkemih

Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatn harus melakukan penilaian terhadap

kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat

(Sarwono, 2006).

2.1.3 Bayi Baru Lahir

2. Pengertian BBL

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 40 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram. ( Synopsis Obstetri, EGC, Jakarta)

Bayi baru lahir normal dalah bayi baru lahir dengan berat badan

2500 gram sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu. Bayi baru lahir dengan usia 0-7 hari

disebut neonatal dini, sedangkan 0-28 hari disebut neonatal lanjut

(Eka Puspita Sari dan Kurnia Dwi Rimandini, 2014).

3. Tujuan Asuhan BBL


76

Memberikan asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat

masih diruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi

motivasi agar menjadi serangkaian perubahan tanda-tanda vital dan

tampil klinis jika bayi reaktif terhadap proses kelahiran (Muslihatun,

2010).

Walaupun sebagian besar persalinan terfokus pada ibu, tetapi

karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan

(bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan

berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga dalam

kondisi yang optimal.

4. Penilaian Awal BBL

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4

pertanyaan:

Sebelum bayi lahir:

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

Segera setelah bayi lahir,sambil meletakkan bayi di atas kain bersih

dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera

lakukan penilaian berikut:

c. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

d. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur

penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan


77

serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan

BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang

langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup

dilakukan manajemen BBL normal.

Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih

bulan (≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium

dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik

lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia (Kemenkes,2010).

5. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh bayi baru lahir,

belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera

dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru

lahir dapat mengalami hipotermia, sangat berisiko tinggi untuk

mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah

terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak

segera dikeeingkan atau diselimuti walaupun berada diruangan yang

relatif hangat.

a. Mekanisme Kehilangan Panas

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara

berikut:

1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.

Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri


78

karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan

diselimuti.

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih

rendah dari tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila

bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.

3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan didalam ruangan atau yang dingin akan

cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga

terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin,

hembsan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh

lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisi kehilangan panas

dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi

panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung) (Buku Acuan & Panduan APN, hal: 96)

b. Mencegah Kehilangan Panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:

1) Keringkan bayi dengan seksama.


79

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk

mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi

cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk

atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan

dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan

taktil untuk membantu bayi melalui pernafasannya.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.

Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali

pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan

ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain

yang hangat, kering dan bersih. Kain basah didekat tubuh bayi

dapat menyerap pans tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti

handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan

selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering).

3) Selimuti bagian kepala bayi

Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat.

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas

dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian

tersebut tidak tertutup.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh

dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk


80

menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian

ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru baru

baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas

tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau

selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari

selisih berat bayi pada saat berpakaian diselimuti dikurangi

dengan berat pakaian selimut. Bayi sebaiknya dimandikan

(sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam

beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan

hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru

lahir. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah

lahir.

6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru

lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya.

Menempatka bayi bersama ibunya adalah car yang paling

mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu

segera menyusukan bayinya dan mencegah papara infeksi pada

bayi (Buku Acuan & Panduan APN, hal: 97).


81

6. Pemotongan Tali pusat

a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat

1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat

dipotong.

2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm

dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan

tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah

ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan

tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari

tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang

lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting DTT atau steril.

4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%.

6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi

Menyusui Dini (Kemenkes, 2010).

b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat


82

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.

2) Janganmembungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga

kepada ibu dan keluarganya.

3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi,tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:

a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa

tali pusat mengering dan terlepas sendiri.

c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit

sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda

infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas

kesehatan.

7. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol

tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebagai salah satu dari

Evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang

harus diketahui oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah


83

dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut ibu selama paling

sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

mencari dan menemukan puting ibunya.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi

pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik

dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang

aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar

bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran

mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden

ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat

bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.

Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih

cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat

mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan

secara psikologi dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan

bayi.

Setelah lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya

dan tidak perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan

bayi karena bau cairan amnion pada tangan bayi akan

membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu yang

diberikan, bayi akan mulai menendang dan bergerak menuju

puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala

refleks menghisap seperti membuka mulut dan mulai mengulum


84

puting. Refleks menghisap pertama ini timbul 20 - 30 menit

setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini,

bayi dapat langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang

kadarnya maksimal pada 12 jam pascapersalinan (Sarwono, hal:

369)

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Dianjurkan agar tetap

melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama

kelahirannya walaupunbayi telah berhasil menghisap puting susu

ibu dalam waktu kurang 1 jam.

b. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

Inisiasi Menyusu Dini dan Ibu dapat mengenali bayinya siap

untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu menyusu selesai

dilakukan, prosedur tersebut seperti: menimbang, pemberian

antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-lain.

Prinsip menyusu / pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin

dan secara eksklusif.

Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi

tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke

kulit ibu. Biarkan kontak kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau
85

lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila

sebelumnya tidak berhasil. Bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau

keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses

ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk

menyusu, menolong bayi bila diperlukan (Depkes RI, 2008).

8. Pencegahan Perdarahan

Sampai saat ini angka kematian bayi teruama di negara

berkembang masih cukup tinggi. Di Indonesia 67% dari angka

kematian bayi merupakan kematian neonatus dimana salah satu

penyebabnya adalah perdarahan akibat defisiensi Vitamin K1

(PDVK). Penyakit hemoragik / perdarahan pada bayi baru lahir ini

berpotensi untuk menjadi kondisi yang serius. Dari data

epidemiologi, insiden terjadinya PDVK pada pasien baru lahir di

Eropa dan Asia adalah 4,4 - 7,2 per 100,000 kelahiran. Mortalitas

pada bayi yang mengalami PDVK adalah 10-15 %, sedangkan

kecatatan neurologik mencapai 40%. Menurut onset terjadinya,

PDVK diklasifikasikan menjadi 3 yaitu PDVK dini (umur 1-2 hari),

PDVK klasik ( umur 2-7 hari), dan PDVK lambat ( 2 minggu sampai

6 bulan ).

Melihat bahaya dari PDVK, Departemen Kesehatan telah

membuat kebijakan nasional yang berisi semua bayi baru lahir harus

mendapat profilaksis vitamin K1 (Fetomenadion).

a. Jenis vitamin yang K yang digunakan adalah viamin K1.


86

b. Vitamin K1 diberikan intramuskular atau oral.

c. Dosis untuk semua bayi baru lahir:

- Intramuskular, 1 mg dosis tunggal.

- Oral, 3x @2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-

7 hari dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan.

d. Bayi ditolong oleh dukun wajib diberikan vitamin K1 secara oral.

e. Penyediaan vitamin K1 dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, dosis oral 2

mg /tablet yang dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau

kelipatannya.

f. Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai

program nasional.

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir. ( Sarwono, hal : 371)

9. Pencegahan Infeksi Mata

Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat

diberikan setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan

diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep

mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan

dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis

infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam
87

setelah kelahiran. Adapun cara pemberian profilaksis mata

sebagai berikut:

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

b. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian

obat tersebut.

c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari

bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju

kebagian luar mata.

d. Ujung tabung salep mata tak boleh menyentuh mata bayi.

e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan

keluarga untuk tidak menghapus obat- obat tersebut

(Buku Acuan & Panduan APN, hal: 105)

10. Kebutuhan Kesehatan Pada BBL dengan Masalah

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan

sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0

sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun

melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus diantaranya adalah :

a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-

48 jam setelah lahir.

b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir


88

c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini

mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada

neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam

pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat

dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam

pertama.

Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi

baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam

keadaan sehat, yang meliputi :

1) Pemeriksaan dan perawatan Bayi Baru Lahir

a) Perawatan tali pusat.

b) Melaksanakan ASI eksklusif.

c) Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1.

d) Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotik.

e) Pemberian imunisasi hepatitis B-0

2) Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM


89

a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi

bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah, dan masalah

pemberian ASI.

b) Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum diberikan pada

waktu perawatan bayi baru lahir.

c) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan

ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan

perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan

buku KIA.

2.1.4 NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta serta selput yang diperlukan untuk memelihara kembali

agar kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih

6 minggu (Soleha, 2009)

Masa nifas (puerpurium) dalm bahasa latin, yaitu puer yang

artinya bayi dan porous yang artinya melahirkan atau masa

sesudah melahirkan (Soleha, 2009)

Tahapan yang terjadi pada masa nifas dibagi menjadi tiga antara

lain:

a. Periode Immediate post partum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena


90

atonia uteri. Oleh karena itu bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,

TD, dan suhu.

b. Periode early post partum (24 jam - 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokhe tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusi dengan baik.

c. Periode late post partum (1 minggu - 6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawtan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

Asuhan kebidan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi

sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti

sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha,

2009)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan daru pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut:

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

b) Mendeteksi masalah, mendeteksi dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun pada bayinya.


91

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, mengimunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari. Memberikan pelayanan KB

(Soleha, 2009)

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a) Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

b) Sebagai promotor hubungan yang erat antar ibu dan bayi

secar fisik dan psikologis.

c) Mengkondosikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman.

(Saleha, 2009)

3. Perubahan Fisologis Pada Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih

pertengahan antara umbilikus dan syimpisis atau sedikit

lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan

kemudian mengkerut, sehingga dalam dua minggu telah

turun masuk kedalm rongga pelvis dan tidak dapat diraba

lagi dari luar.


92

Tabel 2.5

Tinggi fundus dan berat uterus sesuai masa involusi

INVOLUSI TFU BERAT UTERUS

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 100 gram

jari dibawah pusat

1 minggu Pertengahan pusat 750 gram

sympisis

2 minggu Tidak teraba 500 gram

diatas sympisis

6 minggu Normal 50 gram

8 minggu Normal seperti 30 gram.

sebelum hamil

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar

dan menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya

kira-kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5

cm. Pada minggu keenam mengecil lagi sampai 2.4cm, dan akhirnya

akan pulih kembali. Disamping itu, dari cavum uteri keluar cairan sekret

disebut lokhea. Ada beberapa lokhea yakni:

1. Lokhea rubra(cruenta) berwarna merah karena berisi darah

segar dan sisa sisa selaput ketuban, selaput desidua, vernik

caseosa, mekoneum selama 2 hari paca persalinan.


93

2. Lokhea sanguelenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca

persalinan.

3. Lokhea serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu

kemudian menjadi bening. Cairan tidak berdarah agi pada

hari ke-7 sampai hari ke-14.

4. Lokhea alba adalah lokhea yang berwarna putih yang terjadi

pada hari setelah 2 minggu.

2) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi sangat

lembek dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet

terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang

mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat

laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan terjadi retak

karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian

luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat

empat minggu post partum (Soleha, 2009)

3) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan

suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur

luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran

seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga.

Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil yang dalam


94

proses pembentukan berubah menjaadi kurunkulae mitiformis yang

khas bagi wanita mutipara. (Soleha, 2009)

4) Payudara (mamae)

Pada wanita yang setelah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisioogis

yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down.

Sebelum 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi

barhou lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan

tidak ada lagi yang menghambatny kelenjar pitutuari akan

menghasilkan prolaktin (hormon laktogenik) sampai hari ketiga

setelah melahirkan, efek pada prolaktin pada payudara mulai bisa

dirasakan. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi darah

sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel asini

yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap

puting, reflek saraf merangsang lobus postorior pitutuari untuk

menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let

down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui

sinus laktifirus payudara ke duktus yang terdapat pada puting,

ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-

sel acini terangsang untuk enghasilkan ASI lebih banyak. Refleks

ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Soleha, 2009)
95

5) Perubuhan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak,

Hal ini disebabkan karena pada wwaktu melahirkan alat

pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi

kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi) kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya

buang air besar kembali teratur dapta diberikan diit atau makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan ynag cukup. Bila

usaha ini tidak berhasil dalam waktu atau dua atau tiga hari dapat

ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau obat

laxan yang lain (Ambarwati, 2010)

6) Perubahan sistem perkemihan

Hendaknya buang kecil bisa dilakukan sendiri secepatnya

kadang-kadang puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spesme oleh intensi

muskulus sfingter ani selam persalinan, juga oleh karena adanya

edema kandung kemih yang terjadi selam persalinan. Kadang-

kadang odema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra

sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam

puerpurium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah,

sehingga kandunng kemih penuh atau sesudah buang air kecil

masih tertinggal urine residual (Normal ± 15 cc). (Ambarwati,

2010)
96

7) Perubahan sistem muskoloskeletal

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur men

jadi ciut dan pulih kembali sehiragga tidak jarang uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum

menjadi kendur. Stabilisasi secara sempurna terjadi serat-serat

elastis kulit dan distensi berlangsung lama akibat besarnya uterus

pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk

sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

8) Perubahan Endokrin

a) Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang

besar pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan

hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon

plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

b) Hormon Pitutuary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita dengan

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu, FSH dan LH

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-4

dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak bagian

belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan


97

payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin seterusnya

bertindak atas otot yang menahan kontraksi mengurangi tempat

plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang menyusui

bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi

dan ini membantu uterus kembali ke bentuk uterus normal

dan pengelaran air susu.

d) Hipotalamik Pitutuary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali

menstruasi bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya

kader estrogen dan progesteron.

9) Perubahan Tanda-tanda Vital

a) Suhu Badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5ºc-

38ºc) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaaan normal

suhu badan akan biasa lagi.

b) Nadi

Dengan nadi normal pada dewasa 60-80x/menit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi akan menjadi lebih cepat.

Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah

abnormal hal ini disebabkan infeksi atau perdarahan post

partum tertunda.
98

c) Tekanan Darah

Biasanya berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah

tinggi pada ibu post partum dapat menandakan terjadi

preeklampsi post partum.

d) Pernapasan

Keadaan pernapasan selau berhubungan. Selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan

denyut nadi tidak normal pernapasan juga akan

mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran

pernapasan.

e) Perubahan Sistem Kardiovasuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-

400 cc. Bila kelahiran sectio caesaria kehilangan darah

dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah

dan hemokonsentrasi akan naik dan pada caesaria

hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal

setelah 4-6 minggu (Ambarwati, 2010)

10) Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah

meningkat.
99

4. Adapatasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas

a. Fase Taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada saat itu,

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan

ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti

mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi

positif terhadap lingkungannya oleh karena itu kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini

perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses

pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang meningkat

(Ambarwti, 2010)

b. Fase Taking Hold

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perubahan bayi. Pada masa ini mejadi sangat sensitif,

sehngga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatn untuk,

mengatasi kritian yang dialami ibu.

c. Fase Latting Go

Dialami setelah ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai secara

penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan


100

menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada

dirinya (Saleha, 2009)

d. Postpartum blues

Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau

sindroma ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek

ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan

ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:

1) Reaksi depresi / sedih / disforia

2) Sering menangis

3) Mudah tersinggung (iritabilitas)

4) Cemas

5) Labilitas perasaan

6) Cenderung menyalahkan diri sendiri

7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

8) Kelelahan

9) Mudah sedih

10) Cepat marah

11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula

gembira

12) Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya

13) Perasaan bersalah

14) Sangat pelupa.

Adapun cara untuk mengatasi postpartum blues:


101

1) Komunikasi segalah hal atau permasalahan yang ingin

diungkapkan

2) Bicara rasa cemas yang dialami

3) Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru

setelah melahirkan

4) Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam

mengurus bayi atau rumah tangga

5) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang atau meditasi

6) Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur

7) Berolahraga ringan

8) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

9) Dukungan tenaga kesehatan

10) Dukungan suami, keluarga, teman sesama ibu

11) Konsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar

dapat meminimalisasikan faktor resiko lainnya dan membantu

melakukan pengawasan. (Suherni. 2009)

5. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, men-deteksi, dan

menangani masalah – masalah yang terjadi (Saifuddin, 2008).

Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa

kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%


102

kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% diantaranya terjadi

dalam 24 jam pertama (Prawirardjo, 2006).

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan

kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada

masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas.

Tujuan kebijakan tersebut ialah:

a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.

b. Pencegahan terhadap kemungkinan kemungkinan adanya gangguan

kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas.

d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas.

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatansesuai

standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan

pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan

KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas. Adapun

frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut dipaparkan

sebagai berikut:

a. Kunjungan pertama, waktu 6 jam-3 hari setelah persalinan.

Tujuan :

1) Mencegah perdarahanmasa nifas karena persalinan atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila


103

perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena tonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Memberi supervisi kepada ibu ibu bagaimana teknik melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan,

maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama.

b. Kunjungan kedua, waktu 4-7 hari setelah persalinan.

Tujuan:

1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.

2) Evalusi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-

tanda adanya penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan

dengan asuhan pada bayi.

c. Kunjungan ketiga, 8-28 hari setelah persalinan.

Tujuan :

Sama seperti kunjungan hari keenam.


104

d. Kunjungan keempat, waktu 29-42 hari setelah persalinan.

Tujuan :

1) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Suherni, 2008)

Pelayanan yang diberikan adalah :

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ,

pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24

jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.

f) Perawatan Tali pusat

g) Melaksanakan ASI Eksklusif

h) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

i) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik Pemberian

Imunisasi Hepatitis B-0

j) Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan

kepada Ibu yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung

sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan ibu nifas adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter,


105

bidandan perawat. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan

kesehatansesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca

bersalin olehtenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada

ibu nifas diperlukanpemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan

meningkatkan cakupanKB Pasca Persalinan dengan melakukan

kunjungan nifas minimalsebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu

(Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak

(PWS-KIA), 2010).

6. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

Menurut Taufan dkk, 2014. Tanda-tanda bahaya yang perlu

diperhatikan pada masa nifas diantaranya, adalah:

a. Deman yang tinggi hingga melebihi 38o C

b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak

(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian

pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah

yang besar-besar dan berbau busuk

c. Nyeri perut hebat atau rasa sakit dibagian bawah abdomen atau

punggung, serta ulu hati

d. Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan nanar/ masalah

penglihatan

e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan

f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis dibagian betis atau

kaki
106

g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam

h. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk

menyusui.

i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsang, merasa sangat letih

atau nafas terengah-engah

j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

k. Tidak bisa buang air besar selama 3 hari atau rasa sakit waktu

buang air kecil

l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau

diri-sendiri.

7. Proses Laktasi Kebutuhan

a. Definisi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia

termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara

baik benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara

alami (Saleha, 2009).

b. Fisiologi laktasi

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta

meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih

dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau
107

ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun

drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat

inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini

terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh

hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada

ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin

dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh

hisapan bayi (Saleha, 2009).

1) Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh

serabut afferent dibawa ke hipotalamus ke dasar otak, lalu

memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone

prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu

sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah

prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan yaitu frekuensi, intensitas

dan lamanya bayi menghisap.

2) Refleks aliran (Let Down Refleks)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone

prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan

hormone oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam


108

darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli

dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari

alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. Refleks let-

down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat

juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari

let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang

dihisap oleh bayi, refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.

c. Dukungan bidan dalam pemberian ASI

Bidan mempunyai peranan penting dalam penatalaksanaan

pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan pemberian

ASI adalah didasarkan pada pemahaman perubahan anatomis

dan fisiologi yang terjadi pada wanita post partum. Secara

vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV. Secara horizontal

mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis (Saleha,

2009).

Dukungan bidan dalam pemberian ASI

1) Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan

selama beberapa jam pertama

2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk

mencegah masalah umum yang timbul

3) Bantulah ibu pada waktu pertama kali member ASI

4) Bayi harus ditempatkan dekat ibunya pada kamar yang

sama (roming-in)
109

5) Memberi ASI sesering mungkin, BBL minum ASI setiap 2-3

jam atau 10-12 x/24 jam

6) Hanya memberikan kolostrum dan ASI saja

7) Hindari susu botol dan kempengan/dot

d. Manfaat ASI

a) Bagi bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

2) Mengandung antibody

3) ASI mengandung komposisi yang tepat

4) Mengurangi kejadian karies dentis

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya

ikatan antara ibu dan bayi

6) Terhindar dari alergi

7) ASI meningkatkan kecerdasan pada bayi

8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi

pada payudara.

b) Bagi ibu

1) Aspek kontrasepsi

2) Aspek kesehatan ibu

3) Aspek penurunan berat badan

4) Aspek psikologis (Saleha, 2009).


110

e. Komposisi gizi dalam ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dan larutan protein,

lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

berdasarkan stadium laktasi (Saleha, 2009).

8. Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Nifas dengan Masalah

a. Bendungan ASI

Menurut prawirohardjo (2009) bendungan ASI adalah

peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka

mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan

overdistensi dari saluran system laktasi. Sedangkan menurut

manuaba (2010) bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada

saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Menurut Wheeler

(2010) bendungan ASI biasanya muncul bertahap menyebabkan

demam tinggi dan tidak berhungan dengan gejala sistemik.

Payudara terasa hangat dan tampak mengikat.

b. Penyebab bendungan ASI

Menurut Wiknjosastro (2009) ada faktor yang

menyebabkan terjadinya bendungan ASI diantaranya :

a) Hisapan bayi yang tidak aktif


111

Pada masa laktasi bila ibu tidak menyusui bayinya sesering

mungkin atau jika bayi tidak aktif maka juga akan

menimbulkan bendungan ASI.

b) Posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan

putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada

saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui

bayinya dan akan terjadi bendungan ASI

c) Putting susu terbenam

Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu karena bayi tidak dapat menghisap putting, areola,

kemudian bayi tidak menyusu dan akibatnya terjadi

bendungan ASI

d) Pengosongan mammae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada

ibu yang produksi ASInya berlebihan, apabila bayi sudah

kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan

maka terdapat sisa ASI didalam payudara. ASI tersebut yang

menimbulkan bendungan ASI

e) Putting susu terlalu panjang

Putting susu yang terlalu panjang menimbulkan kesulitan

pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat

menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk


112

mengerluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan

bendungan ASI.

m. Gejala bendungan ASI

Gejala bendungan ASI adalah :

a) Payudara bengkak

b) Payudara terasa keras

c) Payudara terasa panas dan nyeri

d) Payudara berwarna kemerahan (Saleha, 2009)

n. Pencegahan terjadinya bendungan ASI

a) Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum

30 menit) setelah dilahirkan

b) Susui bayi tanpa dijadwal

c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi

melebihi kebutuhan bayi

d) Perawatan payudara pascka persalinan

e) Menyusui sesering mungkin

f) Memakai BH yang dapat menyangga payudara

g) Hindari tekanan local pada payudara

o. Penatalaksanaan bendungan ASI

a) Keluarka sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara

lebih lembek

b) Keluarkan ASI sebelum menyusui sehingga ASI keluar

lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi


113

c) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan

kompres dingin dan hangat menggunakan handuk secara

bergantian kiri dan kanan. (Wiknjosastro, 2009)

c. Puting Susu Lecet

Puting lecet adalah hal terburuk yang dialami ibu menyusui,

selain sedikitmya produksi ASI atau bayi sakit.Beberapa ibu

mengalaminya hanya dalam waktu singkat dan segera hal ini dapat

diatasai setelah bayi sudah pintar menyusu.

Penyebab utama putting lecet adalah posisi pelekatan yang kurang

tepat.

Dengan memasukkan areola sebanyak-banyaknya maka putting

terletak diantara langit-langit mulut bayi yang keras dan lunak,

menyusu dengan menggunakan lidahnya sehingga lecet pada putting

dapat dihindari.Kondisi pipi bayi yang menyusu dengan benar yaitu

menggembung.Jika pipinya “kempot” berarti posisi menyusu tidak

tepat sehingga bisa menimbulkan resiko putting lecet.

Untuk mencagah putting susu agar tidak lecet (luka) adalah sebagai

berikut (Jenny, 2006):

1) Olesi putting susu dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui.

2) BH jangan terlalu keras atau ketat.

3) Posisi menyusui lakukan bervariasi.


114

4) Jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol dan

obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau putting susu.

5) Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar yaitu

dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking ibu

kesudut mulut bayi agar mulutnya terbuka.

Jika terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak menyusu selama 24

jam dan diberi salep diputing susu yang lecet, untuk mengurangi rasa

skit lakukan pengompresan es dan lakukan pengosongan ASI secara

normal.

2.1.5 Keluarga berencana

1. Pengertian KB

Pengertian program keluarga berencana menurut UU No 10 tahun

1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam

program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk

Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan

kemampuan produksi nasional. (Buku ajar pelayanan KB, 2010;28)


115

2. Tujuan KB

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi

dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan

pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa

mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. (Buku

ajar pelayanan KB, 2010; 29)

3. Macam KB dan cara kerjanya

1. Pil kombinasi

Pil kombinasi adalah pil yang efektif dan reversible, harus

diminum setiap hari, efek samping yang serius sangat jarang

terjadi, dapat dipakai semua ibu usia reproduksi, dapat di minum

setiap saat bila yakin tidak hamil, tidak dianjurkan untuk ibu

yang menyusui dan dapat digunakan sebagai kontrasepsi

darurat.

Jenis
116

a. Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon estrogen dan progestin dalam dosis

yang sama, dengan 7 tablet tanpa homon aktif.

b. Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dengan

dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c. Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dengan

tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Cara kerja

1) Menekan ovulasi

2) Mencegah implantasi

3) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma

4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan

sendirinya akan terganggu pula. (Buku panduan praktis

pelayanan kontrasepsi, 2010; 28-29)

2. Pil progestin (minipil)

Pil progestin adalah pil yang sangat efektif pada masa laktasi,

dosis rendah, cocok untuk perempuan menyusui, tidak

menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek samping

estrogen, dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Jenis
117

a. Kemasan dengan isi 35 pil yaitu 300 mg levonorgestrel atau

350 mg noretindron

b. Kemasan dengan isi 28 pil yaitu 75 mg desogestrel

Cara kerja

1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di

ovarium (tidak begitu kuat)

2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit

3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma

4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu. (Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,

2010; 48)

3. Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang

diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg

Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan

injeksi I.M. sebulan sekali

Cara kerja

1) Menekan ovulasi

2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi

sperma terganggu
118

3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Buku panduan

praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 34)

4. Suntikan progestin

Suntikan progestin adalah kontrasepsi sangat efektif, aman,

dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,

kembalinya kesuburan lebih lambat, rata- rata 4 bulan, dan

cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu :

a. Depo Medroksiprogestero Asetat (Depoprovera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3

bulan dengan cara disuntik intramuskular (didaerah

bokong)

b. Depo Norestiron Enantat (Depo Noresterat), yang

mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

Cara kerja

1) Mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma


119

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Buku panduan

praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 41)

5. Kondom

Kondom adalah alat kontrasepsi yang tidak hanya mencegah

kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS,

efektif bila dipakai dengan baik dan benar.

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik

(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada

penis saat hubungan seksual.

Cara kerja

a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel

telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet

yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak

tercurah ke dalam saluran reproduksi perempua.

b. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV

dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang

lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

(Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 17-18)

6. Implan

Implan adalah alat kontrasepsi yang dapat dipakai oleh

semua ibu dalam usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan


120

perlu pelatihan, nyaman, kesuburan segera kembali setelah

implan dicabut, dan aman dipakai pada masa laktasi.

Jenis

a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi

dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

b. Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira- kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68

mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c. Jadena dan implanont terdiri dari 2 batang yang diisi dengan

75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja

a. Lendir serviks menjadi kental

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga

sulit terjadi implantasi

c. Mengurangi transportasi sperma

d. Menekan ovulasi. (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2010; 53-54)

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang

dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi,

pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, haid

menjadi lebih lama dan lebih banyak, dan tidak boleh dipakai
121

oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual

(IMS).

Jenis

a. AKDR CuT-380A yaitu kecil, kerangka dari plastik yang

fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus

yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan

terdapat di mana- mana

b. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T

(Schering)

c. Selanjutnya yang akan dinahas adalah khusus CuT-380A

Cara kerja

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

fallopi.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus. (Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010;

74)

4. Indikasi dan kontraindikasi


122

1. Pil kombinasi

a. Indikasi

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak

3) Gemuk atau kurus

4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas

tinggi

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusi

6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI

eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang

dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut

7) Pasca keguguran

8) Anemia karna haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus

haid tidak teratur

9) Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak

10) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh

darah, mata, dan saraf

11) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis,

atau tumor ovarium jinak

b. Kontraindikasi

1) Hamil atau dicurigai hamil

2) Menyusui eksklusif
123

3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya

4) Penyakit hati akut (hepatitis)

5) Perokok dengan usia > 35 tahun

6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >

180/110 mmHg

7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau

kencing manis > 20 tahun

8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

9) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat

epilepsi)

10) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

(Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010;

30-31)

2. Pil progestin (minipil)

a. Indikasi

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki

anak

3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang

sangat efektif selama periode menyusui

4) Pasca persalinan dan tidak menyusui

5) Pasca keguguran
124

6) Perokok segala usia

7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <180/110

mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah

8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih

senang tidak menggunakan estrogen.

b. Kontraindikasi

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

4) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau

obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)

5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

6) Sering lupa menggunakan pil

7) Miom uterus, progestin memicu pertumbuhan miom

uterus

11) Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme

pembuluh darah. (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2010; 50)

3. Suntikan kombinasi

a. Indikasi

1) Usia reproduksi
125

2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki

anak

3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas

yang tinggi

4) Menyusui ASI pascaperslainan > 6 bulan

5) Pascapersalinan dan tidak menyusui

6) Anemia

7) Nyeri haid hebat dan haid teratur, riwayat

kehamilan ektopik

8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

c. Kontraindikasi

a. Hamil atau diduga hamil

b. Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan

c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

d. Penyakit hati akut

e. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan

darah tinggi (> 180/110 mmHg)

f. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing

manis > 20 tahun, keganasan pada payudara

12) Kelinan pembuluh darah yang menyebabkan sakit

kepala atau migraine. (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2010; 35)

4. Suntikan progestin
126

a. Indikasi

1) Usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki

anak

2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektivitas tinggi

3) Menyusui dan tidak menyusui

4) Setelah abortus atau keguguran, telah banyak anak

tapi tidak menghendaki tubektomi

5) Tekanan darah < 180/110 mmHg, anemia defisiensi

besi

6) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau

tidak boleh menggunakan pil kombinasi.

b. Kontaindikasi

1) Hamil atau dicurigai hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya

3) Amenorea

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara

5) Diabetes mellitus disertai komplikasi. (Buku

panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 43)


127

5. Kondom

a. Indikasi

1) Menderita penyakit kelamin

2) Mempunyai sensifitas terhadap secret wanita

3) Mengalami ejakulasi premature

4) Metode sementara sebelum menggunakan

kontrasepsi oral atau IUD

5) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar atau

tepat

b. Kontraindiksi

1) Alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom

tersebut

2) Tidak digunakan oleh pria dengan ereksi yang tidak

baik atau gangguan ereksi.

6. Implant

a. Indikasi

1) Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun yang

belum

2) Menghendaki pencegahan kehamilan jangka

panjang

3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

4) Pascapersalinan dan tidak menyusui,

pascakeguguran
128

5) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak

sterilisasi

6) Riwayat kehamilan ektopik, tekanan darah <

180/110 mmHg

7) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal

yang mengandung estrogen, sering lupa

menggunakan pil

b. Kontraindikasi

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

3) Benjolan, kanker payuda atau riwayat kanker

payudara

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi

a. Miom uterus, kanker payudara dan gangguan

toleransi glukosa. (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2010; 55)

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Indikasi

1) Usia reproduktif

2) Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang
129

3) Menyusui yang mengiginkan menggunakan

kontrasepsi

4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi,

risiko rendah dari IMS

6) Tidak menghendaki metode hormonal

7) Tidak menyukai minum pil setiap hari dan tidak

menghendaki kehamilan setelah 1- 5 hari senggama

b. Kontraindikasi

1) Sedang hamil dan perdarahan pervaginam yang

tidak diketahui

2) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,

servisitis)

3) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita abortus

4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor

jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri,

penyakit trofoblas yang ganas.

5) Diketahui menderita TBC pelvic, kanker alat genital

6) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (Buku

panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 76-77)


130

5. Efek samping KB

1. Efek samping pil kombinasi

a. Amenorea (tidak ada perdarahan atau spotting)

Penanganannya : periksa dalam atau tes kehamilan,bila

tidak hamil dank lien minum pil dengan benar, tenanglah

tidak datang haid kemungkinan besar karena kurang

adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium

b. Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi anafilaktik)

Penanganannya : Tes kehamilan, atau periksa ginekologik.

Bila tidak hamil sarankan minum pil saat makan malam

atau sebelum tidur

c. Perdarahan pervaginam atau spotting

Penanganannya : Tes kehamilan atau periksa ginekologik.

Sarankan minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan

bahwa perdarahan atau spotting hal yang biasa terjadi pada

3 bulan pertama, dan lambat laun akan berhenti. (Buku

panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 33)

2. Efek samping pil progestin (minipil)

a. Amenorea

Penanganannya : pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil

tidak perlu tindakan khusus cukup konseling saja. Bila

amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien

khawatir rujuk ke klinik. Bila hamil hentikan pil dan


131

kehamilan dilanjutkan. Jelaskan pada klien bahwa minimal

sangat kecil menimbulkan kelainan pada janin

b. Perdarahan tidak teratur atau spotting

Penanganannya : Bila tidak menimbulkan masalah

kesehatan atau tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus.

Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian

tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain. (Buku

panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 53)

3. Efek samping suntikan kombinasi

a. Amenorea

Penanganannya : Bila tidak hamil tidak perlu tindakan

khusus, jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam

rahim, anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila

datangnya haid menjadi masalah. Bila hamil rujuk klien,

hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormone

progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada

janin.

b. Mual, pusing, muntah

Penanganannya : Pastikan tidak ada kehamilan, bila hamil

rujuk, bila tidak hamil informasikan bahwa hal ini adalah

hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.


132

c. Perdarahan atau spotting

Penanganannya : Bila hamil rujuk, bila tidak hamil cari

penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa

perdarahanyang terjadi merupakan hal yang biasa. Bila

perdarahan berlanjut dan menghawatirkan klien, metode

kontrasepsi lain perlu dicari. (Buku panduan praktis

pelayanan kontrasepsi, 2010; 37-38)

4. Efek samping suntikan progestin

a. Amenorea

Penanganannya : Bila tidak hamil pengobatan apapun tidak

perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam

rahim, nasehati untuk kembali ke klinik. Bila hamil rujuk

dan hentikan penyuntikan.

b. Perdarahan atau spotting

Penanganannya : informasikan bahwa perdarahan ringan

sering di jumpai tetapi hal ini bukan masalah yang serius

dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien

tidak dapat menerima dan ingin melanjutkan suntikan maka

dapat disarankan 2 pilihan pengobatan yaitu 1 siklus pil

kontrasepsi kombinasi (30- 35 mg etinilestradiol),

ibuprofen (sampai 800 mg 3x/ hari untuk 5 hari) atau jenis

obat lainnya. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil

kombinasi dapat terjadi perdarahan.


133

c. Meningkatnya atau menurunnya berat badan

Penanganannya : Informasikan bahwa kenaikan atau

penurunan berat badan sebanyak 1- 2 kg dapat saja terjadi.

Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu

mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan

dan anjurkan metode kontrasepsi lain. (Buku panduan

praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 47-48)

5. Efek samping kondom

a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum

berhubungan)

Penanganannya : Buang dan pakai kondom baru atau pakai

spermisida digabung kondom

b. Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat

berhubungan

Penanganannya : Jika dicurigai ada kecoboran,

pertimbangkan pemberian Morning After Pil

c. Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)

Penanganannya : Reaksi alergi meskipun jarang dapat

sangat mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan

menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS,

berikan kondom alami.

d. Mengurangi kenikmatan hubungan


134

Penanganannya : Jika penurunan kepekaan tidak bisa

ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan

pemakaian metode lain. (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2010; 21)

6. Efek samping implant

a. Perdarahan bercak (spotting) ringan

Penanganannya : Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering

ditemukan terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada

masalah dank lien tidak hamil tidak diperlukan tindakan

apapun. Bila klien mengeluh dan ingin melanjutkan

pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu

siklus atau ibu profen 3 x 800 mg selama 5 hari

b. Ekspulsi

Penanganannya : Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa

apakah kapsul yang lain masih di tempat dan apakah

terdapat tanda- tanda infeksi di daerah insersi, bila tidak ada

dan kapsul lain masih ada maka memasang kapsul baru 1

buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi

cabut seluruh kapsul dan pasang kapsul baru pada lengan

yang lain atau anjurkan klien memilih metode kontrasepsi

lain.

c. Infeksi pada daerah insersi


135

Penanganannya : Bila terdapat infeksi tanpa nanah,

bersihakan dengan sabun dan air atau antiseptik. Berikan

antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan di lepas

minta klien untuk kembali satu minggu, apabila tidak

membaik cabut implant dan pasang pada lengan yang lain

atau ganti metode yang lain.

d. Berat badan naik atau turun

Penanganannya : Informasikan kepada klien bahwa

perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang

diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau

lebih. Apabia perubahan berat badan ini tidak dapat di

terima, bantu klien mencari metode lain. (Buku panduan

praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 59)

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Amenorea

Penanganannya : periksa apakah sedang hamil, apabila

tidak jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki

penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil

jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya

terlihat dan usi kehamilannya 13 minggu dan apabila

benangnya tidak terlihat atau usia kehamilan 13 minggu

AKDR jangan dilepas.

b. Kejang
136

Penanganannya : Pastikan dan tegaskan adanya penyakit

radang panggul dan penyebab lain dari kekejangan.

Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila

tidak ditemukan penyebab beri analgesik untuk sedikit

meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat

lepas AKDR dan bantu klien memilih metode yang lain.

c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

Penanganannya : Pastikan dan tegaskan adanya infeksi

pelvic dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan

patologis perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat

lakukan konseling dan pemantauan.

d. Benang yang hilang

Penanganannya : pastikan adanya kehamilan atau tidak,

tanyakan apakah AKDR terlepas, apabila tidak hamil dan

AKDR tidak terlepas berikan kondom, periksa talinya

didalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila

memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih)

setelah masa haid berikutnya.

e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai

adanya PRP

Penanganannya : pastikan pemeriksaan untuk IMS,

lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat

dicurigai menderita gonorrhea atau infeksi klamidial,


137

lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP obati dan

lepas AKDR sesudah 48 jam, apabila AKDR dikeluarkan

beri metode lain sampai masalahnya teratasi. (Buku

panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2010; 79) .

6. Konseling

a. Konseling merupakan aspek yang yang sangat penting dalam

pelayanan keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi

(KR). Dengan melakukan konnseling berarti petugas membantu

klien dalam memilih dan memutuskan dalam memilih alat

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya. Disamping

itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik

juga membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih

lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan

mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat

meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.

Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan

dengan baik karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak

menyadari pentingnya konseling. Padahal dengan konseling

klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider. Konseling

adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek

pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang

diberikan dan dibicarakan dalam satu kesempatan yakni saat

pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi


138

yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara

interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai

denganbudaya yang ada. Selanjutnya dengan informasi yang

lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien

dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed

choice ) yang akan digunakannya. (Buku panduan praktis

pelayanan kontrasepsi, 2010; 1)

2. Langkah – langkah konseling KB ( SATU TUJU )

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien

KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sudah

dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU

tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien

membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu

disbanding dengan langkah yang lainnya. Kata kunci SATU TUJU

adalah sebagai berikut :

a. SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara

ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien

untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa

yang akan dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang telah

diperolehnya.
139

b. T : Tanyakan kepada klien infirmasi tentang dirinya. Bantu klien

untuk berbicara tentang pengalaman keluarga berencana serca

pelayanan kesehatan reproduksi, tujun, kentingan, harapan, serta

keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan

kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada

klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak

isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita dihati klien.

Perlihatkan bahwa kita memahami, dengan memahami

pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat

membantunya.

c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa

pilihan reproduksi yang paling mungkin, temasuk pilihan

beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi

yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi

lain yang ada. Jjuga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang

mungkin diingini oleh klien. Uraika juga mengenai resiko

penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

d. TU : Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien

berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan

dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan

keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah

secar terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan

criteria dan keinginan klienterhadap setiap jenis


140

kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan

memberikan dukungan dengan piliha tersebut. Jika

memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut

dengan pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien

telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat

menanyakan : apakah anda sudah memutuskanpilihan jenis

kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan

digunakan?

e. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan

kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis

kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat atau obat

kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat atau obat

kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara

penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya

dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri

penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,

misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular

seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan

kontrasepsi pilihanya dan puji klien apabila dapat

menjawab dengan benar.

f. U : Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan

buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk

melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan


141

kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu

mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu

masalah. (Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,

2010; 3-4)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Depkes RI,

2007).

2. Pengertian Manajemen Kebidanan

Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk

pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.Manajemen kebidanan

menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh kepada

kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang

diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui

tahapan-tahapan dan langkah–langkah yang disusun secara sistematis

untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai

dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan

efisien, Standar 7 langkah varney.


142

3. Manajemen Kebidanan Menurut 7 Langkah Varney :

Penerapan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney:

a. Langkah I: Pengkajian Data

Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif

adalah sebagai berikut:

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat

ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Sunarsih, 2011).

Sedangkan data Obyektif adalah data yang diambil dari hasil

pemeriksaan fisik pada pasien (Alimul, 2006).

b. Langkah II: Interprestasi Data

Interprsstasi data menjadi masalah atau diagnosa yang

teridentifikasi secara spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya

digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasihkan sebagai

diagnosa tetapi dibutuhkan pertimbangan dalam mengembangkan

rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien (Varney, 2007).

c. Langkah III: Diagnosa Pontensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa pontesial lain berdasarkan

masalah dan diagnosa terbaru adalah suatu hal untuk antisipasi,

pencegahan jika mungkin, pengawasan penuh dan persiapan untuk

kejadian apapun. Perawatan ini vital untuk perawatan apapun. (Varney,

2007).
143

d. Langkah IV: Tindakan Segera

Langkah keempat menggambarkan sifat berkelanjutan dari

manajemen proses tidak hanya selama perawatan primer atau

kunjungan perinatal periodik, tapi selama bidan tersebut terus-menerus

bersama wanita.

Data mengindikasikan situasi darurat dimana bidan haruus

bertindak cepat untuk keselamatan ibu dan bayi, data lain

mengindikasikan situasi yang membutuhkan tindakan segera sambil

menunggu bantuan dokter, situasi lain tidaklah darurat tapi mungkin

membutuhkan konsultasi atau manajemen kolaborasi dengan dokter

(Varney, 2007).

e. Langkah V: Rencana Asuhan

Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang

komprehensif yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Suatu rencana

perawatan yang komprehensif meliputi hal-hal yang berkaitan. Apapun

yang berkaitan dengan aspek apapun dari perawatan harus disetujui

oleh kedua pihak baik oleh bidan atau wanita tersebut agar bersifat

efektif (varney, 2007).

f. Langkah VI: Implementasi dan Pelaksanaannya.

Langkah keempat adalah pelaksanaan perawatan yang

komprehensif. Hal ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

wanita yang bersangkutan, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Jika
144

bidan tidak melakukan sendiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan

pelaksanaannya.

Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi

komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab

mengimplementasikan yang efisien akan menimbulkan waktu dan biaya

serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen

implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara

berkala, akurat dan menyeluruh (varney, 2007).

g. Langkah VII: Evaluasi

Langkah terakhir evaluasi adalah satu langkah pemeriksaan dari

rencana perawatan, apakah kebutuhan “butuh–bantuan” yang

teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana dianggap efektif

jika terlaksana dan tidak terlaksana (Varney, 2007)

Dari hasil evaluasi sebelumnya dapat dilaksanakan asuhan

kebidana menggunakan langkah SOAP. 7 langkah varney dijadikan

menjadi beberapa langkah, yaitu: SOAP (Subyektif, Obyektif,

Assesment, dan Planning). SOAP didapatkan dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan

keadaan klien. Menurut Kepmenkes RI No: 936/MenKes/SK/VII/2007

adalaha sebagai berikut:

a) S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.


145

b) O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai

langkah I Varney.

c) A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa data subyektif

dan obyektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosa atau masalah.

2) Antisipasi diagnosa atau masalah pontensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi

atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4

varney.

d) P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7

Varney.
146

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ny ” S ” G2 P01000 UK 35-36 MINGGU T/H DENGAN KEHAMILAN

NORMAL DI PUSTU DARSONO

3.1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NORMAL

KUNJUNGAN : AWAL

NO REG : 3/2014

TANGGAL PENGKAJIAN : 28 – 02 - 2015

JAM : 12.30 WIB

TEMPAT : Kunjungan Rumah

OLEH : Ainun Nisafia

PENGKAJIAN DATA

3.1.1 DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny “S” Nama Suami : Tn “S”

Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun

Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Kopang Darsono Alamat : Kopang Darsono

No Telp : 082340053690 No Telp : 08771286276


147

b. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan hamil anak ke dua umur kehamilannya 9 bulan, saat ini

mengeluh sering buang air kecil sejak usia kehamilan 8 bulan.

c. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

1. HPHT : 19 – 06 - 2014

2. Gerakan janin pertama kali dirasakan : 5 bulan.

3. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Tidak ada

4. Keluhan umum lainnya : Tidak ada

5. Obat/jamu yang pernah dan sedang dikonsumsi : Tidak pernah

6. Keluhan buang air kecil : 8-9 kali perhari

7. Keluhan buang air besar : Tidak ada

d. RIWAYAT OBSTETRI LALU

ANA KEHAMILAN PERSALINAN BAYI NIFAS KB


K KE
USIA PEN JENIS PENY TEMP PE JK/B KEA U PEN LAK JENI LA
YUL ULIT AT NO B DA M YUL TASI S M
IT LO AN U IT A
NG R

1 Prematur - Spt - Bpm Bid PR/ meni - - - Sunti 2


(7 bulan) gemeli an 1500 ggal k th
PR/
2200

2. H A M I L I N I

e. RIWAYAT KESEHATAN

Jantung Ginjal Hepatitis



Diabetes Meillitus Hipertensi Riwayat Gemeli

Asma TBC

f. RIWAYAT PSIKOSOSIAL EKONOMI

1. Status perkawinan : Kawin 1 kali sah


148

2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Menerima

3. Penggunan alat kontrasepsi KB : suntik

4. Dukungan keluarga : Sangat mendukung

5. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

6. Pola kehidupan sehari-hari

POLA SEBELUM HAMIL SAAT HAMIL


NUTRISI - Makan 3 kali sehari - Makan 3-4 kali
porsi sedang. sehari porsi sedang.
- Komposisi : nasi, sayur, - Komposisi : nasi,
lauk-pauk. sayur, lauk-pauk.
- Minum air putih ± 8 - Minum air putih ±
gelas sehari. 7-8 gelas sehari.
- Kadang minum susu
1 gelas sehari .
- Minum tablet Fe,
dan Kalk (Calfera)
1x1, Vit C 1x1 Sehari,
Fe tidak teratur
ELIMINASI - BAB : 1x sehari. - BAB : 1x sehari.
- BAK : 4-5x sehari. - BAK : 8-9 x sehari.

AKTIVITAS - ibu melakukan semua - Ibu melakukan


pekerjaan ibu rumah pekerjaan ibu rumah
tangga seperti tangga seperti
memasak, menyapu memasak, mencuci,
dan mencuci baju. menyapu dengan
dibantu orang tua.
ISTIRAHAT/ - Siang : - - Siang : 1 jam
TIDUR - Malam : 7-8 jam sehari - Malam : 7-8 jam
sehari
PERSONAL - Mandi : 2x sehari - Mandi : 2x sehari
HIGIENS dikamar mandi. dikamar mandi.
- Gosok gigi 2x sehari - Gosok gigi 2x sehari
- Keramas 2 kali dalam - Keramas 2 kali
seminggu. dalam seminggu.
- BAK di kamar mandi - BAK di kamar mandi
dan BAB di sungai dan BAB di sungai
- Ganti celana dalam 2x - Ganti celana dalam
sehari 2-3x sehari
149

7. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : BPM .

8. Penghasilan keluarga : ± 1.000.000

perbulan.

3.1.2 DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Tinggi badan : 147 cm

3. Berat badan

Sebelum hamil : 43 kg

Sekarang : 52 kg

4. Lila : 25 cm

5. TP : 26 – 3 -2015

6. KSPR : 6

b. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

- Tensi : 110/70 mmHg

- Denyut nadi : 74 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu : 36,7 ºC

2. Pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi

- Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih.
150

- Gigi dan mulut : bersih, tidak ada stomatitis, karies dan

gusi berdarah.

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

- Payudara : payudara simetris, tidak ada benjolan

abnormal, hiperpigmentasi areola dan

papilla, papilla mammae menonjol + /

+, kolostrum +/+.

- Abdomen dan uterus:

a. Keutuhan (bekas luka) : Tidak ada bekas luka SC

b. Palpasi bagian janin :

Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian

fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting (bokong).

Leopold II : Disisi kanan perut ibu teraba bagian kecil

janin dan disisi kiri perut ibu teraba keras,

datar seperti papan (PUKI).

Leopold III : Bagian bawah rahim teraba bulat dan

keras (kepala) dan tidak bisa digoyang.

Leopold IV : Kedua tangan divergen. Perlimaan jari

menurut WHO 4/5 bagian.

c. TFU : 27 cm
151

d. TBJ : 2.325 gram

d. DJJ : 138 x / menit

- Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada oedema, varises, dan

reflek patella +/+ .

- Genetalia dan Anus : Tidak dikaji

3. Pemeriksaan penunjang

1) Tes Laboratorium sederhana

Macam Tes Lab Hasil Tes Lab


Urine Tidak dikaji
Darah Tidak dikaji

3.13 RUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

Ny “S” G2 P01000 UK 35-36 minggu T / H dengan kehamilan normal.

3.1.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kehamilannya

adalah normal.

H/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menginformasikan kepada ibu bahwa keluhan buang air kecil merupakan

hal yang normal karena kepala janin mulai turun dan kepala janin

menekan kandung kemih sehingga kapasitas kandung kemih menjadi

terbatas dan ada keinginan untuk sering buang air kecil.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan lega karena keluhan

yang dirasakan adalah hal normal dari kehamilan.


152

3. Memberikan KIE kepada ibu cara mengatasi keluhan sering kencing

yaitu dengan cara:

- Tidak mengurangi minum.

- Banyak minum di siang hari dan mengurangi minum sebelum tidur

agar tidak mengganggu waktu istirahat.

- Menghindari minum pada 2-3 jam sebelum tidur.

- Tidak menahan kencing ketika ada keinginan ingin kencing.

- Menghindari minuman yang mengandung cafein seperti teh, kopi dll

- Menjaga daerah genetalia agar tetap kering meskipun setelah buang

air kecil.

- Sering mengganti celana dalam setelah BAK dan BAB atau saat terasa

mulai basah karena jika tidak sering diganti akan mengiritasi daerah lipat

paha ibu.

H/ Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali penjelasan yang

diberikan.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (Hb) di

puskesmas Arjasa.

H/ Ibu mau memeriksakan Hb di Puskesmas.

5. Memberikan tablet Fe, dan Vit C sebanyak 10 tablet serta memberikan

KIE tentang manfaat Fe dan Vit C, bahaya jika tidak diminum.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

6. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mengawasi harus minum tablet

Fe dan vit C secara rutin.


153

H/ suami dan keluarga lain mau mengawasi ibu minum obat.

7. Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan

H/ Ibu berencana bersalin di tenaga kesehatan.

8. Memberikan KIE tentang perawatan payudara untuk persiapan

menyusui nantinya yaitu dengan mengompres puting susu dengan

minyak atau baby oil, dibersihkan dengan menggunakan air hangat.

H/ Ibu mengerti dan mau melaksanakan penjelasan yang diberikan.

9. Memberikan KIE tanda bahaya kehamilan pada TM III. Seperti

perdarahan pervaginam, gerakan janin berkurang, bengkak pada seluruh

tubuh, ketuban pecah sebelum waktunya.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

10. Menganjurkan ibu untuk makan makanan dengan pola gizi seimbang.

H/ ibu mengerti penjelasan dari bidan dan mau melaksanakan nasehat

yang diberikan.

11. Merencanakan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium di

puskesmas Arjasa pada tanggal 10-3-2015 dan segera periksa jika ada

keluhan.

H/ Ibu mau mau melakukan pemeriksaan laboratorium di puskesmas

Arjasa.
154

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ny ” S ” G2 P01000 UK 37-38 MINGGU T/H DENGAN ANEMIA

DI PUSKESMAS ARJASA

KUNJUNGAN : ULANG

NO REG : 3/2014

TANGGAL PENGKAJIAN : 10 – 03- 2015

JAM : 13.30 WIB

TEMPAT : Puskesmas Arjasa

OLEH : Ainun Nisafia

PENGKAJIAN DATA

3.1 DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny “S” Nama Suami : Tn “S”

Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun

Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Kopang Darsono Alamat : Kopang Darsono

No Telp : 082340053690 No Telp : 087712862764

b. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan masih sering buang air kecil, dan saat ini mengeluh

nyeri punggung
155

c. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

1. HPHT : 19-06 - 2014

2. Gerakan janin pertama kali dirasakan : 5 bulan.

3. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Tidak ada

4. Keluhan umum lainnya : Tidak ada.

5. Obat/jamu yang pernah dan sedang dikonsumsi : Tidak pernah.

6. Keluhan buang air kecil : 7-8x perhari

7. Keluhan buang air besar : Tidak ada

d. RIWAYAT OBSTETRI LALU

AN KEHAMILAN PERSALINAN BAYI NIFAS KB


AK USIA PEN JENIS PENY TEMP PE JK/B KEA U PEN LAK JENI LA
KE YULI ULIT AT NO B DA M YUL TASI S M
T LO AN U IT A
NG R

1 Prematur - Spt - Bpm Bid PR/ meni - - Sunti 2


(7 bulan) gemeli an 1500 ggal k th
PR/
2200
2. H A M I L I N I

e. RIWAYAT KESEHATAN

Jantung Ginjal Hepatitis

Diabetes Meillitus Hipertensi  Riwayat Gemeli

Asma TBC

f. RIWAYAT PSIKOSOSIAL EKONOMI

1. Status perkawinan : kawin 1 kali sah

2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : menerima

3. Penggunan alat kontrasepsi KB : suntik


156

4. Dukungan keluarga : sangat mendukung

5. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

6. Pola kehidupan sehari-hari

POLA SEBELUM HAMIL SAAT HAMIL


NUTRISI - Makan 3 kali - Makan 3-4 kali
sehari porsi sedang. sehari porsi sedang.
- Komposisi : nasi, - Komposisi : nasi,
sayur, lauk-pauk. sayur, lauk-pauk.
- Minum air putih ± - Minum air putih ±
8 gelas sehari. 6-7 gelas sehari.
- Minum susu 1
gelas sehari kadang.
- Minum tablet Fe,
(Calfera), kalk vit C
1x1 teratur
ELIMINASI - BAB : 1x sehari. - BAB : 1x sehari.
- BAK : 3-4x sehari. - BAK : 7-8 x sehari.

AKTIVITAS - ibu melakukan - Ibu setiap hari


semua pekerjaan ibu jalan-jalan pagi, dan
rumah tangga masih melakukan
seperti aktivitas rumah
memasak,menyapu tangga.
dan mencuci baju.
ISTIRAHAT/ - Siang : - - Siang : 1 jam
TIDUR - Malam : 7-8 jam - Malam : 7-8 jam
sehari sehari
PERSONAL - Mandi : 2x sehari - Mandi : 2x sehari
HIGIENS dikamar mandi. dikamar mandi.
- Gosok gigi 2 x - Gosok gigi 2x
sehari sehari
- Keramas 2 kali - Keramas 2 kali
dalam seminggu. dalam seminggu.
- BAK di kamar - BAK dikamar mandi
mandi dan BAB di dan BAB di sungai
sungai - Ganti celana dalam
- Ganti celana dalam 2x sehari
2x sehari

7. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : BPM


157

8. Penghasilan keluarga : ± 1.000.000

perbulan.

3.2 DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Tinggi badan : 147 cm

3. Berat badan

Sebelumnya : 43 kg

Sekarang : 52 kg

4. Lila : 25 cm

5. TP : 26 - 3 -2015

6. KSPR : 6

b. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

- Tensi : 110/70 mmHg

- Denyut nadi : 74 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu : 36,7 ºC

2. Pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi

- Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih.

- Gigi dan mulut : bersih, tidak ada stomatitis, karies dan

gusi berdarah.
158

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

- Payudara : payudara simetris, tidak ada benjolan

abnormal, hiperpigmentasi areola dan

papilla, papilla mammae menonjol + / +,

kolostrum +/+.

- Abdomen dan uterus:

a. Keutuhan (bekas luka) : tidak ada bekas luka SC

b. Palpasi bagian janin :

Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian

fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting (bokong).

Leopold II : disisi kanan perut ibu teraba bagian kecil

janin dan disisi kiri perut ibu teraba keras,

datar seperti papan (PUKI).

Leopold III : bagian bawah rahim teraba bulat, keras

(kepala) dan tidak bisa digoyang.

Leopold IV : kedua tangan divergen. Perlimaan jari

menurut WHO 4/5 bagian

c. TFU : 27 cm

d. TBJ : 2.325 gram

d. DJJ : 138 x/menit


159

- Ekstremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada oedema, varises, dan

reflek patella +/+ .

- Genetalia dan Anus : Tidak dikaji

3. Pemeriksaan penunjang

1) Tes Laboratorium sederhana

Macam Tes Lab Hasil Tes Lab


Urine Tidak dikaji
Darah Hb : 10,2 gr%

3.3. RUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

Ny “S” G2 P01000 UK 37-38 minggu T/H dengan Anemia

3.4. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu saat ini

dalam keadaan Anemia atau kurang sel darah merah.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

2. Menginformasikan kepada ibu bahaya ibu hamil dengan Anemia dapat

menyebabkan berat bayi lahir rendah, perdarahan post partum sehingga

menganjurkan ibu untuk minum rutin tablet tambah darah dengan teratur

sehari sekali karena manfaat Fe untuk mencegah terjdinya Anemia.

H/ ibu kooperatif dan mau minum talet Fe dengan teratur

3. Menjelaskan kembali pada ibu bahwa keluhan buang air kecil

merupakan hal yang normal.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

4. Mengevaluasi keluhan sering kencing yang dialami ibu :


160

H/ Ibu mengatakan keluhan kencing yang dialami tidak mengganggu

waktu istirahat dan ibu mampu mengatasi keluhannya.

5. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan sakit pinggang merupakan

keluhan yang normal hal ini disebabkan karena semakin besarnya usia

kehamilan menyebabkan perubahan anatomi pada tulang belakang

dimana beban tubuh ibu berada di punggung sehingga menyebabkan

sakit punggung.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu merasa lega

karena keluhannya merupakan hal yang normal dari kehamilan.

6. Memberikan KIE kepada ibu cara mengatasi keluhan sakit pinggang

yaitu dengan cara :

- Melakukan olahraga ringan atau senam hamil.

- Tidak berdiri terlalu lama.

- Istirahat yang yang cukup.

- Tidak memakai sandal atau sepatu hak tinggi.

- Melakukan masage daerah pinggang.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

7. Mengevaluasi tablet Fe yang diberikan diminum atau tidak

H/ suami mengatakan ibu sudah rutin minum tablet Fe karena selalu

diingatkan oleh suami dan keluarga lain.

8. Memberikan tablet Fe, Vit C, 10 biji dan menganjurkan ibu tetap minum

teratur serta pengawasan suami.

H/ ibu kooperatif dan mau mendengarkan apa kata suami


161

9. Mengingatkan kembali ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan

H/ Ibu berencana bersalin di tenaga kesehatan

10. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan perlengkapan persalinan dan

menganjurkan ibu untuk memasukkan perlengkapan di dalam tas.

H/ ibu berencana memasukkan perlenngkapan persalinan kedalam tas.

11. Mengingatkan kembali tanda bahaya kehamilan pada TM III.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan mampu mengulang

kembali penjelasan yang diberikan.

12. Memberitahu kepada ibu tanda mulainya persalinan yaitu mules terus-

menerus, keluar lendir bercampur darah, keuar air ketuban.

H/ Ibu mengerti penjelasan dari bidan.

13. Menganjurkan ibu segera datang ke tenaga kesehatan jika terdapat

tanda-tanda tersebut.

H/ Ibu mau datang ke tenaga kesehatan jika terdapat tanda-tanda

persalinan.

14. Menganjurkan ibu tetap melakukan perawatan payudara seperti yang

telah diajarkan sebelumnya.

H/ Ibu mengerti dan mau melaksanakan penjelasan yang diberikan.

15. Merencanakan ibu untuk USG tanggal 11-3-2015 dan akan di lakukan

kunjungan rumah satu minggu lagi pada tanggal 17-3-2015 atau segera

periksa jika ada keluhan.

H/ Ibu mau melakukan USG dan di kunjungi untuk dilakukan

pemeriksaan rutin.
162

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal / Jam SOAP


12-03-2015 S :Ibu mengatakan nyeri punggungnya
Jam 15.00 WIB berkurang setelah diajari senam hamil
O : K/U baik, TD 120/70 mmHg N 78X/menit,
RR 20x/ menit, S : 36,8 0C
Leopold I :TFU 3 jari dibawah PX,
Leopold II : PUKI
Leopold III : Let kep U
Leopold IV : kedua tangan divergen.
TFU : 28 cm
- Djj : 134 x/menit, teratur
- USG (11-03-2015)
Janin tunggal, hidup, letak kepala, TBJ 2360
gram, BPD 89 mm, FL 34,7 mm, plasenta
insersi dinding kanan, ketuban cukup
UK : 35 minggu
TP : 26-03-2015
A : G2 P01000 UK 37-38 minggu I/T/H
Dengan Kehamilan normal.
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa
perkiraan persalinan menurut USG tanggal
26-3-2015 sama dengan perkiraan bidan,
keadaan ibu dan bayinya sehat.
2. Menganjurkan ibu kunjungan satu mnggu lagi
atau segera jika ada keluhan.
163

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ny ” S ” G2 P01000 UK 38-39 MINGGU I/T/H DENGAN ANEMIA

PUSTU DARSONO

KUNJUNGAN : AKHIR

NO REG : 3/2014

TANGGAL PENGKAJIAN : 17- 03-2015

JAM : 15.00 WIB

TEMPAT : Kunjungan Rumah

OLEH : Ainun Nisafia

PENGKAJIAN DATA

3.1 DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny “S” Nama Suami : Tn “S”

Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun

Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Kopang Darsono Alamat : Kopang Darsono

No Telp : 082340053690 No Telp : 087712862764

b. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan Sering kram pada kaki


164

c. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

1. HPHT : 19 – 06 - 2014

2. Gerakan janin pertama kali dirasakan : 5 bulan.

3. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Tidak ada

4. Keluhan umum lainnya : Tidak ada

5. Obat/jamu yang pernah dan sedang dikonsumsi : Tidak pernah

6. Keluhan buang air kecil : 8-9 kali perhari

7. Keluhan buang air besar : Tidak ada

d. RIWAYAT OBSTETRI LALU

AN KEHAMILAN PERSALINAN BAYI NIFAS KB


AK USIA PEN JENIS PENY TEMP PE JK/B KEA U PEN LAK JENI LA
KE YULI ULIT AT NO B DA M YUL TASI S M
T LO AN U IT A
NG R

1 Prematur - Spt - Bpm Bid PR/ meni - - Sunti 2


(7 bulan) gemeli an 1500 ggal k th
PR/
2200

2. H A M I L I N I

e. RIWAYAT KESEHATAN

Jantung Ginjal Hepatitis

Diabetes Meillitus Hipertensi  Riwayat Gemeli

Asma TBC

f. RIWAYAT PSIKOSOSIAL EKONOMI

1. Status perkawinan : Kawin 1 kali sah

2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Menerima

3. Penggunan alat kontrasepsi KB : suntik


165

4. Dukungan keluarga : Sangat mendukung

5. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

6. Pola kehidupan sehari-hari

POLA SEBELUM HAMIL SAAT HAMIL


NUTRISI - Makan 3 kali - Makan 3-4 kali
sehari porsi sedang. sehari porsi 1
- Komposisi : nasi, piring.
sayur, lauk-pauk. - Komposisi : nasi,
- Minum air putih ± sayur, lauk-pauk.
8 gelas sehari. - Minum air putih
± 7-8 gelas
sehari.
Minum tablet Fe,
dan Kalk
(Calfera) 1x1, Vit
C 1x1 sehari
teratur.
ELIMINASI - BAB : 1x sehari. - BAB : 1x
- BAK : 4-5x sehari. sehari.
- BAK : 8-9 x
sehari.
AKTIVITAS - ibu melakukan - Ibu setiap hari
semua pekerjaan ibu jalan-jalan pagi,
rumah tangga dan masih
seperti melakukan
memasak,menyapu aktivitas rumah
dan mencuci baju. tangga.
ISTIRAHAT/ - Siang : - - Siang : -
TIDUR - Malam : 7-8 jam - Malam : 7-8 jam
sehari sehari
PERSONAL - Mandi : 2x sehari - Mandi : 2x sehari
HIGIENS dikamar mandi. dikamar mandi.
- Gosok gigi 2x - Gosok gigi 2x
sehari sehari
- Keramas 2 kali - Keramas 2 kali
dalam seminggu. dalam seminggu.
- BAK dikamar mandi - BAK dikamar
dan BAB di sungai mandi dan BAB
- Ganti celana dalam di sungai
2x sehari - Ganti celana
dalam 2x sehari
166

7. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : BPM

8. Penghasilan keluarga : ± 1.000.000

perbulan.

3.2 DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Tinggi badan : 147 cm

3. Berat badan

Sebelumnya : 52 kg

Sekarang : 53 kg

4. Lila : 25 cm

5. TP : 26 – 3 -2015

6. KSPR : 6

b. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

- Tensi : 110/70 mmHg

- Denyut nadi : 74 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu : 36,7 ºC

2. Pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi

- Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih.

- Gigi dan mulut : bersih, tidak ada stomatitis, karies dan


167

gusi berdarah.

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

- Payudara : payudara simetris, tidak ada benjolan

abnormal, hiperpigmentasi areola dan

papilla, papilla mammae menonjol + / +,

kolostrum (+)/(+).

- Abdomen dan uterus:

a. Keutuhan (bekas luka) : tidak ada bekas luka SC

b. Palpasi bagian janin :

Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian

fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting (bokong).

Leopold II : Disisi kanan perut ibu teraba bagian kecil

janin dan disisi kiri perut ibu teraba keras,

datar seperti papan (PUKI).

Leopold III : Bagian bawah rahim teraba bulat, keras

(kepala) dan tidak bisa digoyang.

Leopold IV : kedua tangan divergen. Perlimaan jari

Menurut WHO 4/5 bagian.

c. TFU : 28 cm

d. TBJ : 2.480 gram


168

d. DJJ : 138 x/menit

- Ekstremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada oedema, varises, dan

reflek patella +/+ .

- Genetalia dan Anus : Tidak dikaji

3. Pemeriksaan penunjang

1) Tes Laboratorium sederhana

Macam Tes Lab Hasil Tes Lab


Urine Tidak dikaji
Darah HB :10,2 gr%
Tgl : 10-3-2015
USG -Tunggal, Hidup, intra uter
Tgl : 11-3-2015 -UK : 35 minggu
Jam : 20.30 WIB - Plasenta : Fundus uteri
- TP : 26-03-2015
- TBJ : 2.367 gram
3.3. RUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

Ny “S” G2 P01000 UK 38-39 minggu I/T/H dengan Anemia.

3.4. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kehamilan ibu

normal.

H/ Ibu mengerti penjelasan dari yang diberikan

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan kram pada kaki merupakan hal

yang normal karena menjelang akhir kehamilan ibu akan sering

mengalami kekakuan yang mengakibatkan jaringan saraf menjadi

tertekan. Penyebabnya karena hormone kehamilan, kekurangan

kalsium, kelelahan, tekanan uterus pada otot, dan pergerakan yang

kurang sehingga sirkulasi darah tidak lancar.


169

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu merasa lega

karena keluhan yang dirasakan adalah hal yang normal dari

kehamilan. .

3. Memberikan KIE kepada ibu cara mengatasi keluhan kram dengan

cara :

- Melakukan olahraga ringan seperti jalan pagi atau senam hamil.

- Meningkatkan asupan kalsium seperti minum susu, makan sayuran

yang berwarna hijau, kacang - kacangan

- Meningkatkan asupan air putih

- Istirahat yang cukup

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

4. Merencanakan untuk mengulang kembali pemeriksaan laboratorium (Hb)

H/ Ibu mengerti dan kooperatif mau memeriksakan Hb ulang.

5. Mengingatkan kembali ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan

H/ Ibu berencana bersalin di tenaga kesehatan

6. Mengingatkan kembali ibu untuk mempersiapkan perlengkapan

persalinan dan menganjurkan ibu untuk memasukkan perlengkapan di

dalam tas.

H/ ibu berencana memasukkan perlengkapan persalinan kedalam tas

7. Memberitahu kembali kepada ibu tanda mulainya persalinan yaitu

mules terus-menerus, keluar lendir bercampur darah, keluar air

ketuban.

H/ Ibu mengerti penjelasan dari bidan


170

8. Mengingatkan kembali ibu untuk melakukan perawatan payudara

seperti yang telah diajarkan sebelumnya.

H/ Ibu mengerti dan mau melaksanakan penjelasan dari bidan

9. Mengingatkan kembali tanda bahaya kehamilan pada TM III. Seperti

perdarahan pervaginam, gerakan janin berkurang, bengkak pada

seluruh tubuh, ketuban pecah sebelum waktunya.

H/ Ibu mengerti penjelasan dari bidan

10. Memberikan tablet calfera (Fe, Kalk) 1x1 dan Vitamin C 1x1 sehari

H/ Ibu minum tablet Fe, Vit C dan kalk 1x1 sehari

11. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan satu minggu lagi ada tanggal

24-3-2014 atau segera periksa jika ada keluhan.

H/ Ibu mau dilakukan kunjungan rumah untuk memeriksakan

kehamilannya.
171

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PADA NY. ” S “G2 P01000 UK 39-40 MINGGU I/T/H INPARTU KALA 1

FASE AKTIF AKSELERASI

DI BPM BIDAN ISTIQOMAH

PENGKAJIAN DATA

Tempat : BPM Ny Istiqomah, Amd. Keb

Tanggal masuk dirawat : 23-03-2015

Tanggal dan jam pengkajian : 23-03-2015 jam 22.00 WIB

No. Register : 3/2014

Nama ibu/ nama suami : Ny. S / Tn. S

Umur ibu/suam : 22 Tahun / 24 Tahun

Agama ibu / suami : Islam / Islam

Pendidikan ibu / suami : SD / SD

Pekerjaan ibu / suami : IRT / Wiraswasata

Alamat : Dsn.kopang ,Darsono

No. Telp : 087712862764 / 085746359134

3.2.1 DATA SUBYEKTIF


1. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan mules-mules sejak jam 20.00 wib dan keluar lendir
bercampur darah sejak jam 21.00 wib.
2. RIWAYAT MENSTRUASI
Umur Menarche : 11 tahun
Lama Haid : 7 hari
Jumlah Darah Haid : 2x ganti pembalut sehari
Haid Terakhir : 19-06-2014
Dismenorea Spotting Menorragia
- - -
172

- Metroragia - Premenstruasi Syndrome


3. RIWAYAT PERKAWINAN
Kawin : 1 kali
Umur Istri : 19 tahun
Umur Suami : 21 tahun
Lama Perkawinan : 3 tahun
4.RIWAYAT OBSTETRI LALU
G2P01000

Keadaan
Tanggal Tempat Umur Jenis Pen Anak
No Penolong Anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan yulit JK/BB
Sekarang

1 17-11- Bidan Prematur Spontan Bidan - PR/130 Meninggal


2012 (7 Bulan) Gemelli 0
PR/220 Meninggal
0

H A M I L I N I

5. RIWAYAT HAMIL INI


Hamil Muda :  Mual  Muntah - Perdarahan
Lain-Lain : TT 3

Hamil Tua : - Pusing - Sakit Kepala - Perdarahan


Lain-Lain :
6. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU/OPERASI
Pernah dirawat : - Kapan : - Dimana : -
7. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
- Kanker - Penyakit hati - Hipertensi
- Penyakit Ginjal - Penyakit Jiwa - DM
 Gemeli - TBC - Epilepsi
8. RIWAYAT GYNECOLOGI
Infertiltas Infeksi Virus - Cervisitis Kronis - SC
- -
- Endometriosis - PMS - Polip Serviks
173

- Kanker Kandungan - Myoma - Pemerkosaan

9. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


Metode KB yang pernah dipakai : Suntik KB Lama : 1 tahun
Komplikasi KB : - Perdarahan - PID/Radang Panggul

10. POLA MAKAN/MINUM/ELIMINASI/ISTIRAHAT/PSIKOSOSIAL


Pola Sebelum Bersalin Saat Bersalin
Nutrisi - Makan : 3-4 kali - Makan : roti 2
sehari porsi sedang. potong jam
Komposisi nasi, 22.30 wib
ikan, sayur. - Minum : 1 botol
- Minum 6-7 gelas pocari sweet 500
belimbing air putih ml, 1 gelas teh
sehari ditambah hangat, air putih
tablet fe dan kalk. 500 ml.
-
Alkohol Alkohol
Obat-obatan Obat-obatan
Kopi / jamu Kopi/ jamu
Eliminasi - BAB : 1 kali sehari - Terakhir BAB
- BAK : 9-10 kali jam 06.00 WIB
sehari. - Terakhir BAK
jam 21.00 WIB
Istirahat / tidur - Siang : 1 jam - Siang : terakhir
sehari tidur jam 13.00-
- Malam : 7-8 jam 14.00 wib
Sehari - Malam : -
Sosial support  Suami  Suami
 Orang tua  Orang tua
 Mertua  Mertua
 Keluarga lain  Keluarga lain

3.2.2 DATA OBYEKTIF


1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB/TB : 53 kg / 147 cm
174

d. LILA : 25 cm
e. KSPR :6
f. TP : 26-03-2015
d. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20x/menit
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Mata
- Pandangan kabur Adanya pemandangan dua
-
Sclera ikterik Conjungtiva pucat
- -
- Dada dan Payudara
 Mamae simetris  Areola hiperpigmentasi
 Putting susu menonjol - Tumor
 Kolostrum (+)
- Ekstremitas
 Tungkai simetris  Edema (-/-)  Reflek (+/+)
3. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Obstetrik
- Abdomen :
Membesar dengan arah memanjang - Melebar

Pelebaran vena  Linea alba
-
 Linea nigra - Striae Lividae
Striae Lividae - Striae Albican
-
-- Bekas SC - Lain-lain

TFU : 28 cm
Letak punggung : PUKI
Presentasi : Kepala

- Nyeri tekan - Osborn test - Cekungan pada perut


175

Palpasi:
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian fundus

teraba lunak, bulat, tidak melenting (bokong).

Leopold II : Disisi kanan perut ibu teraba bagian kecil janin

dan disisi kiri perut ibu teraba keras, datar seperti

papan (PUKI).

Leopold III : Bagian bawah rahim teraba bulat dan keras

(kepala) dan tidak bisa digoyang.

Leopold IV : Kedua tangan divergen. Perlimaan jari menurut

WHO 4/5 bagian.

TBJ : 2.480 gram


Auskultasi DJJ : 143 x/menit Teratur Tidak teratur
 -
Bagian terendah : 3/5 bagian
His/kontraksi : Teratur 3x10 menit lamanya 30-40 detik
b. Ginekologi
- Ano-Genitalia
Inspeksi
- Darah - Lendir - Air ketuban
Inspekulo :-
Vaginal Toucher :vulva tidak ada keputihan, tidak ada kondiloma,
tidak ada tanda infeksi, vagina tidak ada benjolan,
VT O 4cm, eff 50 %, ket ( + ), preskep, HI, Molase
0, bagian kecil janin tidak ada.
Kesan panggul : Normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah : HB : 10,2 gr% (Tgl 28-2-2015)
b. CTG : Tidak dikaji
c. USG : intra uteri, tunggal, hidup, preskep (11-3-2015)
176

3.3. DIAGNOSA ATAU MASALAH


Ny. “S” G2P01000 UK 39-40 minggu I/T/H, letkep, keadaan jalan lahir

normal, KU ibu dan janin baik, inpartu kala I fase Aktif Akselerasi dengan

Anemia.

3.4 PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah pembukaan
4 dan memberitahu ibu kemungkinan bayinya akan lahir jam 04.00 wib.
H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan.
H/ Ibu jalan-jalan dan jongkok
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
H/ Ibu makan roti dua potong dan minum satu gelas teh hangat, 500
ml pocari sweet dan air putih.
4. Menganjurkan ibu tidak menahan kencing
H/Ibu kencing di kamar mandi dengan saat inginn kencing
5. Mengajarkan ibu tekhnik relaksasi penghilang rasa sakit
H/Ibu tarik napas panjang saat perutnya sakit.
6. Memberikan support mental
H/ ibu mengerti dan ibu semangat ingin bayinya segera lahir.
7. Memberikan informasi kemajuan proses persalinan
H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
8. Melakukan observasi, DJJ, HIS, Nadi, air ketuban setiap 30 menit, Suhu
setiap 2 jam, Pembukaan Servik, dan Penurunaan kepala setiap 4 jam atau
bila ada indikasi.
H/ Terlampir di patograf
177

3.2.5 CATATAN PERKEMBANGAN


Tanggal : 24-03-2015
Tgl/Jam Diagnosa CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
24-3- G2P0100 S: Ibu mengatakan ada dorongan yang kuat untuk meneran,
2015 0 Inpartu O: K/U baik, TD : 110/70, N : 80X/menit, S : 36,8 0C,
03.00 Kala II RR : 24 X/ menit, ketuban pecah
WIB A :Ny. “S” G2P01000 UK 39-40 minggu I/T/H, letkep,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik,
inpartu kala II

1. Melihat adanya tanda gejala kala II.


H/terlihat dorongan meneran, tekanan anus.
2. Memastikan kelengkapan pertolongan persalinan.
H/ alat sudah lengkap
3. Memakai APD
4. Melepaskan jam tangan dan mencuci tangan
dengan sabun dan mengeringkan dengan handuk
kering.
5. Memakai sarung tangan DTT sebelah kanan.
6. Memasukkan oksitosin 10 unit dalam spuit dengan
menggunakan tangan yang bersarung tangan dan
memasukkan dalam bak intrumen.
7. Membersihkan vulva dan perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam VT
H/ vula tidak ada keputihan, tidak ada kondiloma ,
tidak ada tanda infeksi, terdapat show, vagina tidak
ada benjolan, pembukaan servik : 10 cm, eff
100%, ketuban (-), kepala H III , denominator :
uuk.ki dep, tidak ada moulage dan bagian kecil
janin.
9. Mendekontaminasi sarung tangan ke larutan klorin
0,5% melepas sarung tangan dalam keadaan
terbalik.
10. Memeriksa DJJ (hasilnya : 138 x/ menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik tetapi kepala masih sedikit
tinggi dan mengajarkan ibu tekhnik cara meneran
yang benar.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan
posisi untuk meneran.
H/ibu miring ke kiri
13. Memimpin ibu meneran pada saat ada his yang
kuat.
H/ belum ada dorongan meneran kuat
14. Menganjurkan ibu miring ke kiri atau kanan jika
178

belum ada dorongan meneran


H/ ibu miring kiri
15. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu saat
kepala janin terlihat diameter 5-6 cm di vulva.
H/ kepala terlihat 5-6 cm depan vulva
16. Meletakkan underpad di bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat.
H/ Partus set dan obat esential sudah lengkap.
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
19. Melindungi perineum dengan tangan yang dilapisi
kain bersih, dan tangan yang lain melindungi
kepala agar tidak defleksi, setelah kepala tampak 5-
6 cm depan vulva.
H/ kepala sudah tampak 5-6 cm depan vulva
20. Memeriksa adanya liliran tali pusat
H/ tidak ada lilitan tali pusat
21. Menunggu kepala janin melakukan putar paksi luar
H/ Kepala sudah putar paksi luar
22 Memegang kepala secara bipariental, melahirkan
bahu depan dengan mengayunkan kepala ke
bawah dan melahirkan bahu belakang dengan
mengayunkan kepala ke atas.
23 Menggeser tangan kanan kearah perineum untuk
menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah
bawah dan tangan tassa meneluuri dan memegang
langan dan siku sebelah atas (setelah bahu lahir).
H/ bahu sudah lahir
24. Setelah tubuh dan lengan lahir menelurusi tangan
atas berlanjut punggung, bokong, tungkai, dan kaki,
memegang kedua mata kaki setelah tubuh dan
03.55 lengan lahir.
WIB 25. Melakukan penilaian selintas.
Bayi lahir hidup jam 03. 55 WIB, menangis kuat
tidak megap-megap, gerakan aktif, JK laki-laki
26. Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan
179

03.56 S : Ibu merasa lega karena bayinya lahir.


WIB O : K/U baik TD : 110/70 mmHg, N 78x/menit , S : 36,8 , :
RR: 22 X/ menit
A: P11001 dengan Kala III
P:
27. Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi
janin kedua.
H/ tidak ada janin kedua
28. Memberi tahu ibu akan di suntikkan oksitosin.
29. Menyuntikkan oksitosin secara IM pada paha luar
atas.
30. Menjepit tali pusat bayi kira-kira 3 cm dari
pusat bayi.
31. Memotong tali pusat dan mengikatnya.
32. Metakkan bayi di atas dada ibu agar kontak kulit
dengan ibu dan mampu menyusu secara dini.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
dan bersih serta memasangkan topi bayi.
34. Memindakan klem tali pusat hingga berjarak 5-6
cm dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu
dan tangan lain menegangkan tali pusat untuk
mendeteksi tanda pelepasata plasenta.
H/ uterus globuler, semburan darah, tali pusat
tambah
panjang.
36. Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat
kearah bawah, tangan lain mendorong secara dorso
kranial.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial
hingga plasenta lepas sambil menganjurkan ibu
sedikit meneran dan penolong menarik tali pusat
sejajar dengan lantai dan kemudian kearah atas
mengikuti poros jalan lahir.
04.05 38. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan setelah
WIB plasenta muncul di introitus vagian, memegang dan
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
melahirkan plasenta dan meletakkan pada wadah.
39. Melakukan masase fundus uteri dengan gerakan
melingkar dan lembut sampai kontraksi.
H/ kontraksi uterus baik.
40. Memerikasa bagian maternal dan fetal plasenta.
H/Selaput ketuban: utuh, Kotiledon: lengkap ,Lebar
: 17cm ,Tebal: 2,5cm , Panjang: 40 cm.
180

04.06 S : Ibu merasa tenang dan senang


WIB O : k/u baik 110/70mmHg,N: /82x/mnt,RR: 20x/mnt,
S:36,8, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus baik kandung kemih kosong.
A : P11001 dengan kala IV
P:
41. Mengevaluasi kemungkinan laserasi laserasi jalan
lahir.
H/ laserasi derajat satu (lecet pada kulit perineum,
mukosa vagina), tidak
dilakukan penjahitan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tanda adanya perdarahan.
H/ Kontraksi uterus baik, tidak ada tanda
perdarahan.
43. Membiarkan bayi tetap di dada ibu (IMD).
H/ Bayi tetap di dada ibu.
44. Menimbang dan mengukur bayi serta memberikan
salep mata tetrasiklin 1% dan Vit K1 setelah 1 jam
melakukan IMD.
H/ BB : 2650 gr, pengukuran PB : 47 cm, salep
mata tetrasiklin 1% diberikan.Vit K1 secara IM
dipaha kiri anterolateral.
45. Memberikan suntikan vitamin K1, kemudian
setelah satu jam memberikan suntikan HB0.
H/ Suntikan vitamin K1 diberikan pada paha kiri
antero lateral IM, HB 0 tidak diberikan karena
kosong.
46. Melanjutkan memantau kontraksi uterus dan
mencegah perdarahan.
H/ kontraksi uterus baik.
47. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan
masase uterus untuk memeriksa kontraksi uterus
baik.
48. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan
darah.
H/ Jumlah Pendarahan + 150 cc.
49. Memeriksa TD, N, Kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam I dan 30 menit pada jam II
H/ Terlampir pada lembar partograf.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan
bernafas dengan baik
H/ RR: 46 x/ menit, S:36,8 0C, DJ 138X /
menit.
51. Merendam semua alat bekas pakai kedalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit dan
181

semua alat dalam keadaan dibuka.


52. Membuang bahan terkontaminasi ke sampah
medis dan sampah non medis kedalam tempat
sampah non medis.
53. Membersihkan ibu dengan air DTT.
54. Memastikan ibu merasa nyaman
55. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan
larutan klorin.
56. Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan
kotor dalam keadaan terbalik dalam laritan
klorin 0,5 % selama 10 menit.
57. Mencuci tangan dengan sabun dan
mengeringkannya dengan menggunkan handuk
bersih dan kering.
58. Melengkapi partograf, lakukan asuhan kala IV
05.55 S : Ibu merasa sehat dan nyaman
WIB O : K/u Baik TD : 110/70 mmHg N : 80 X/menit, S :
36,8 0C, RR : 22 x/ menit, TFU : 2 Jari dibawah
pusat, UC : baik, Perdarahan : ± 25 cc, Kandung
kemih kosong. Pemeriksaan bayi DJ : 135 x/ menit, S
: 36,8 0C, BB : 2650 gram, PB 47 cm, Vit K sudah
diberikan, HB 0 belum diberikan
A : Ny. “S” P11001 2 Jam Post Partum
P :
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
H/ ibu belajar duduk, berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan keluarga.
3. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
H/ ibu bisa mempraktekkan menyusui bayinya
dengan benar.
4. Menganjurkan ibu menyusui bayinya secara
eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan makanan
H/ ibu mau menyusui bayinya secara eksklusif.
5. Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering
mungkin.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
6. Memberikan vitamin A (200.000 UI) 2 tablet dan
Fe 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk minum
tablet Fe dan Vitamin A 1x1 sehari, jarak
pemberian vitamin A 24 jam.
H/ ibu minum vitamin A dan Fe pada 2 jam post
partum 1 kali.
7. Memberikan KIE tanda bahaya masa nifas.
182

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan


09.55 S : Ibu merasa sehat dan nyaman
WIB O : K/u Baik TD : 110/70 mmHg N : 80 X/menit, S
: 36,8 0C, RR : 22 x/ menit
TFU : 2 Jari dibawah pusat, UC : baik,
Perdarahan : ± 25 cc, Kandung kemih kosong
A : Ny. “S” P11001 6 Jam Post Partum Dengan
Puerpurium Normal
P :
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan masa
nifas berjalan normal dan ibu di perbolehkan
pulang.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE pada ibu tentanng gizi
seimbang tidak boleh pantang terhadap
makanan.
H/ ibu kooperatif mau menuruti anjuran yang
diberikan.
3. Memberikan KIE tentang kebersihan diri
khususnya genetalia dengan ganti pembalut
minimal 2-3 kali sehari atau jika sudah terasa
basah segera mengganti pembalut.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai gurita
terlalu ketat sehingga hingga tidak mempengaruhi
peredaran darah.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan
5. Memberikan KIE pada ibu tentang tanda bahaya
masa nifas seperti : perdarahan pervaginam lokhea
berbau, demam tinggi.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan
mampu menyebutkan lagi.
6. Mengingatkan ibu kembali untuk menyusui bayinya
secara Eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan
makanan apapun dan menyusui tanpa jadwal.
H/ ibu mau menyusui bayinyai secara ekslusif.
7. Memberikan KIE perawatan tali pusat dengan kasa
kering saja.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan
8. Memberikan Fe 10 tablet dan melanjutkan minum
vitamin A satu tablet jarak 24 jam setelah
pemberian yang pertama.
H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
9. Menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan 3
hari lagi atau segera jika ada keluhan.
183

H/ ibu mau memeriksakan masa nifasnya pada


kunjungan hari ke-3
184

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

By.Ny “ S“ USIA 1 JAM

DI BPM BIDAN ISTIQOMAH

A. PENGKAJIAN DATA

BAYI BARU LAHIR

Tanggal : 24 – 03 - 20015

Pukul : 04.55 WIB

3.3.1 Data Subyektif

a. Biodata

Nama Bayi : Bayi Ny. “S”

Umur Bayi : 1 jam

Tgl/jam/lahir : 24 – 03 - 2015 / pukul 03.55 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

No status reg : 3/2014

Nama Ibu/ Ayah : Ny. “S” / Tn. “S”

Umur : 22 th / 24 th

Suku : Madura / Madura

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SD / SD

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat Rumah : Dsn Kopang - Darsono

Telp. : 087712862764 / 085746359134


185

b. RIWAYAT OBSTETRI

Anak Tanggal Tempat UK Jenis Penolo JK/ Penyul Keadaan Laktasi


Ke Lahir Persalina ng BB it
n
1 17-11- BPM Premat Spontan Bidan Pr - Meningg -
2012 ur Pr al
Mgg
2 24-3- BPM 39-40 Spontan Bidan Lk/ - Hidup Menyusu
1015 mgg 2.650 1x
jam gram selama 1
03.55 jam
WIB

3.3.2 DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : baik

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,8 o C

- Pernafasan : 44 x/menit

3. Djj : 136 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : tidak ada massa/area yang lunak dari

tulang tengkorak.

2. Fontanel

- Fontanel anterior : bentuk berlian / segi empat, sepanjang

sutura koronalis dan sutura sagitalis.


- Fontanel posterior : bentuk segitiga, sepanjang garis sutura

lambdoidalis dan sagitalis.


186

3. Mata : simetris, sclera putih, kornea jernih,

retina transparan, kelopak mata edema

biasanya tertutup

4. Telinga : simetris, puncak pinna berada pada

garis horizontal bersama bagian luar

kantus mata, pinna lentur, adanya

kartilago dan kembali ke bentuk

semula dengan cepat.

5. Hidung : simetris, berada pada garis tengah,

patensi nasal, rabas nasal yaitu mucus

putih encer

6. Mulut : simetris, membrane mukosa lembap,

berwarna merah muda, palatum utuh,

uvula ditengah, menyusu 1 kali saat

IMD.

7. Leher : simetris, pendek, gemuk, dikelilingi

lipatan kulit, tidak ada massa, dan

kelenjar tiroid berada ditengah

8. Klavikula : simetris, rata tanpa massa sepanjang

tulang.

9. Dada : retraksi sterna sedikit terlihat pada saat

inspirasi, terlihat prosesus xifoideus,

payudara simetris dan jarak anatara


187

putting berada pada garis sejajar

tanpa ada putting tambahan

10. Abdomen : bentuk silindris, tali pusat berwarna

putih kebiruan terdapat 2 arteri dan 1

vena.

11. Punggung : spina utuh, tidak ada lubang, massa

atau kurva yang menonjol

12. Genetalia : penis lurus, proposional terhadap tubuh,

meatus urinarius ditengah dan diujung

gland penis, skrotum besar, edema,

pendulus, tertutup dengan rugae,

terdapat smegma, perineum halus, anus

ditengah, paten. Testis dapat diraba

setiap skrotum.

13. Ektremitas atas : panjang simetris, fleksi penuh, telapak

tangan datar, terdiri dari 10 jari, jarak

antar jari sama, punggung kuku merah

muda

14. Ektremitas bawah : panjang simetris, fleksi penuh, terdiri

dari 10 jari kaki, jarak antar jari

sama, punggung kuku merah muda.


188

c. Pemeriksaan Neorulogis

a) Mata

- Reflek pupil : (+) / (+)

- Mata berkedip : (+) / (+)

b) Ektrimitas atas

Reflek palmar graps : (+) / (+)

c) Ektrimitas bawah

- Refleks plantar graps : (+) / (+)

- Reflek babinski : (+) / (+)

d) Moro : (+)

e) Sucking : (+) Kuat

d.Antropometri

a) BB : 2.650 gram

b) PB : 47 cm

c) Lingkar kepala : 34 cm

d) Lingkar dada : 33 cm

e.Eliminasi

- Miksi : belum

- Meconeum : belum

3.3.3 ANALISA

By Ny. “S” NCB SMK Normal Umur 1 Jam


189

3.3.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

bahwa keadaan bayi sehat dan normal.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

2. Menjaga agar bayi tetap hangat dengan segera membungkus dengan

kain bersih dan kering serta mengganti popok jika basah.

H/ bayi dalam keadaan di bedong menggunakan kain bersih dan

hangat

3. Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering.

H/ dilakukan perawtan tal pusat dengan menggunakan kasa kering.

4. Memberikan salep mata tetrasikin 1 % pada bayi.

H/ salep mata diberikan pada kedua mata bayi

5. Memberikan injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 paha kiri atas bagian

luar.

H/ injeksi Vit K1 diberikan pada paha kiri antero lateral bayi

6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar.

H/ ibu bisa mempraktekkan menyusui yang benar

7. Mengobservasi K/U, pernapasan, suhu serta meconeum

H/ K/U : baik, RR : 42x/ menit, S : 36,8x/menit, DJ : 138 x/menit.

8. Memberitahu KIE manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan

bayi.

H/ Ibu mengerti dan mau memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayi.
190

9. Menganjurkan ibu menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa

tambahan apapun termasuk air putih.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan mau menyusui bayinya

secara eksklusif.

10. Menganjurkan ibu mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal.

H/ ibu berencana mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal.

11. Memberikan KIE tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti

- Tali pusat berbau, kemerahan, keluar nanah.

- Bayi kejang (mulut mencucu).

- Bayi demam tinggi.

- Bayi kuning lebih dari 7 hari tidak menghilang.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

12. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan jika

terdapat tanda bahaya.

H/ ibu mengerti penjelasan dari bidan.

13. Memberitahu ibu bahwa ibu akan dikunjungan pada hari ke-2

H/ ibu mau dikunjungi oleh penulis.


191

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

By.Ny “ S“ USIA 2 HARI

DI PUSTU DARSONO

A. PENGKAJIAN DATA

KN I

Tanggal / Jam : 25 – 03 – 20015 / 09.00 WIB

Tempat : Kunjungan Rumah

3.1.1 Data Subyektif

c. Biodata

Nama Bayi : Bayi Ny. “S”

Umur Bayi : 2 hari

Tgl/jam/lahir : 24 – 03 - 2015 / pukul 03.55 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

No status reg : 2/2014

Nama Ibu/ Ayah : Ny. “S” / Tn. “S”

Umur Ibu : 22 th / 24 th

Suku Ibu : Madura / Madura

Agama Ibu : Islam / Islam

Pendidikan Ibu : SD / SD

Pekerjaan Ibu : IRT / Wiraswasta

Alamat Rumah : Dsn Kopang - Darsono

Telp. : 087712862764 / 085746359134


192

d. Riwayat Kehamilan Sebelumnya

Anak Tanggal Tempat UK Jenis Penolong JK/ Penyulit Keadaan Laktasi


Ke Lahir Persalinan BB

1 BPM Prematur Spontan Bidan Pr - Meninggal -


Mgg Pr

2 24-3- BPM 39-40 Spontan Bidan Lk/ - Hidup Menyusu


1015 mgg 2.650 6-7 x / hari
jam gram ditambah
03.55 susu
WIB formula ±
600 cc
karena
ASI
kurang

3.1.2 DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,8 o C

- Pernafasan : 44 x/menit

3. Djj : 136 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : tidak ada massa/area yang lunak dari

tulang tengkorak.

2. Fontanel

- Fontanel anterior : bentuk berlian / segi empat, sepanjang

sutura koronalis dan sutura sagitalis.

- Fontanel posterior : bentuk segitiga, sepanjang garis sutura


193

lambdoidalis dan sagitalis.

3. Mata : simetris, sclera putih, kornea jernih,

retina transparan, kelopak mata edema

biasanya tertutup.

4. Telinga : simetris, puncak pinna berada pada

garis horizontal bersama bagian luar

kantus mata, pinna lentur, adanya

kartilago dan kembali ke bentuk

semula dengan cepat.

5. Hidung : simetris, berada pada garis tengah,

patensi nasal, rabas nasal yaitu mucus

putih encer.

6. Mulut : simetris, membrane mukosa lembap,

berwarna merah muda, palatum utuh,

uvula ditengah. Minum ASI 7-8, susu

formula 600 cc.

7. Leher : simetris, pendek, gemuk, dikelilingi

lipatan kulit, tidak ada massa, dan

kelenjar tiroid berada ditengah

8. Klavikula : simetris, rata tanpa massa sepanjang

tulang.

9. Dada : retraksi sterna sedikit terlihat pada saat

inspirasi, terlihat prosesus xifoideus,


194

payudara simetris dan jarak antara

puting berada pada garis sejajar tanpa

ada putting tambahan.

10. Abdomen : bentuk silindris, tali pusat mulai kering

bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi

seperti pus dan kemerahan.

11. Punggung : spina utuh, tidak ada lubang, massa

atau kurva yang menonjol

12. Genetalia : penis lurus, proposional terhadap tubuh,

meatus urinarius ditengah dan diujung

gland penis, pendulus, tertutup dengan

rugae, perineum halus, anus ditengah,

paten. Testis dapat diraba setiap

skrotum.

13. Ektremitas atas : panjang simetris, fleksi penuh, telapak

tangan datar, terdiri dari 10 jari,

jarak antar jari sama, punggung

kuku merah muda.

14. Ektremitas bawah : panjang simetris, fleksi penuh, terdiri

dari 10 jari kaki, jarak antar jari sama,

punggung kuku merah muda


195

c. Pemeriksaan Neorulogis/reflek

1. Mata

- Reflek pupil : (+) / (+)

- Mata berkedip : (+) / (+)

2. Ektrimitas atas

Reflek palmar graps : (+) / (+)

3. Ektrimitas bawah

- Refleks plantar graps : (+) / (+)

- Reflek babinski : (+) / (+)

4. Moro : (+)

5. Sucking : (+) kuat

d. Antropometri

a) BB : 2.600 gram

b) PB : 47 cm

c) Lingkar kepala : 34 cm

d) Lingkar dada : 33 cm

e. Eliminasi

- Miksi : 7-8 kali sehrai

- Meconeum : 3-4 kali sehari Warna : hijau

kehitaman.

3.1 ANALISA

By Ny. “S” NCB SMK Normal Umur 2 Hari


196

3.2 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi sehat.

H/ ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang di berikan.

2. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga bayi tetap hangat dan kering

dengan mengganti popok atau baju jika basah.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

3. Memberikan suntikan HB0 pada 1/3 paha kanan

H/ suntikan HB0 diberikan pada paha kanan

4. Menginformasikan kepada ibu ASI ibu pasti akan cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi karena produksi ASI pada kedua payudara disesuaikan pada

kebutuhan bayi, jika ibu tidak sering menyusui pada payudara lama

kelamaan payudara yang tidak disusukan akan lebih kecil karena sudah

tidak emproduksi ASI lagi, dan masalah yang di hadapi ibu puting lecet

sehingga pemberian ASI tidak maksimal.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan

5. Memberikan KIE cara mengatasi masalah ASI ibu dengan :

- Tetap menyusukan pada payudara yang lecet

- Menyusui sesering mungkin pada kedua payudara meskipun lecet

- Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan apapun.

- Jangan menambah susu formula

H/ ibu mau menyusui bayinya sesering mungkin

6. Mengingatkan kembali ibu cara perawatan tali pusat dengan menggunakan

kasa kering saja tanpa alkohol atau ramuan apapun.


197

H/ Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang diberikan .

7. Memberikan KIE kepada ibu tentang cara merawat bayinya yaitu :

- Memandikan bayinya 2 kali sehari pagi dan sore dan mengganti kasa tali

pusat setiap habis mandi.

- Menjaga agar bayi tidak lembab jika berkeringat dilap menggunakan

kain bersih.

- Menjemur bayi setiap hari dipagi hari selama 10-15 menit.

- Tidak memberikan bedak pada lipatan paha atau daerah lipatan lain

yang dapat menyebabkan lembab sehingga ditumbuhi jamur pada

kulit.

- Menepu-nepuk punggung bayi jika setelah menyusui agar tidak

gumoh.

H/ ibu mengerti dan bisa mempraktekkan dan bayi dimandikan dukun.

8. Menganjurkan ibu mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal.

H/ ibu berencana mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal.

9. Memberikan KIE ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir umur 2 hari

seperti

- Tali pusat berbau, kemerahan, keluar nanah

- Bayi kejang (mulut mencucu)

- Bayi demam tinggi

- Bayi kuning lebih dari 7 hari tidak menghilang.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.


198

10. Menganjurkan ibu untuk segera memeriksakan bayinya ke tenaga

kesehatan jika terdapat tanda bahaya.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

11. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dikunjungi pada hari ke-7 dan harus

segera datang ketenaga kesehatan jika ada keluhan.

H/ ibu mau dikunjungi


199

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

By. Ny “ S“ USIA 7 HARI

DI PUSTU DARSONO

A. PENGKAJIAN DATA

KN II

Tanggal / Jam : 30– 03 – 20015 / 09.30 WIB

Tempat : Kunjnugan Rumah

3.3.1 Data Subyektif

a. Biodata

Nama Bayi : Bayi Ny. “S”

Umur Bayi : 7 hari

Tgl/jam/lahir : 24 – 03 - 2015 / pukul 03.55 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

No status reg : 3/2014

Nama Ibu/ Ayah : Ny. “S” / Tn. “S”

Umur : 22 th / 24 th

Suku : Madura / Madura

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SD / SD

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat Rumah : Dsn Kopang - Darsono

Telp. : 087712862764 / 085746359134


200

b. Riwayat Kehamilan Sebelumnya

An Tangg Tempat UK Jenis Penolong JK/ Penyulit Keadaan Laktasi


ak al Persalina BB
Ke Lahir n
1 BPM Prematur Spontan Bidan Pr - Meninggal -
Mgg Pr

2 24-3- BPM 39-40 Spontan Bidan Lk/ - Hidup Menyusui


1015 mgg 2.65 7-8x / hari
jam 0 ditambah
03.55 gram susu
WIB formulaa
± 600 cc.

3.2.1 DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,8 o C

- Pernafasan : 38 x/menit

3. Djj : 140 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : tidak ada massa/area yang lunak dari

tulang tengkorak.

2. Fontanel

- Fontanel anterior : bentuk berlian / segi empat, sepanjang

sutura koronalis dan sutura sagitalis.

- Fontanel posterior : bentuk segitiga, sepanjang garis sutura

lambdoidalis dan sagitalis.

3. Mata : simetris, sclera putih, kornea jernih,


201

retina transparan, kelopak mata edema

biasanya tertutup

4. Telinga : simetris, puncak pinna berada pada

garis horizontal bersama bagian luar

kantus mata, pinna lentur, adanya

kartilago dan kembali ke bentuk

semula dengan cepat

5. Hidung : simetris, berada pada garis tengah,

patensi nasal, rabas nasal yaitu mucus

putih encer.

6. Mulut : simetris, membrane mukosa lembab,

berwarna merah muda, palatum utuh,

uvula ditengah. Menyusu ASI 7-8 kali

sehari, susu formula ± 600 cc

7. Leher : simetris, pendek, gemuk, dikelilingi

lipatan kulit, tidak ada massa, dan

kelenjar tiroid berada ditengah.

8. Klavikula : simetris, rata tanpa massa sepanjang

tulang

9. Dada : retraksi sterna sedikit terlihat pada saat

inspirasi, terlihat prosesus xifoideus,

payudara simetris dan jarak antara

putting berada pada garis sejajar tanpa


202

ada putting tambahan

10. Abdomen : bentuk silindris, tali pusat sudah lepas

pada hari ke lima.

11. Punggung : spina utuh, tidak ada lubang, massa

atau kurva yang menonjol

12. Genetalia : penis lurus, proposional terhadap tubuh,

meatus urinarius ditengah dan diujung

gland penis, skrotum besar, pendulus,

tertutup dengan rugae, perineum halus,

anus ditengah, paten. Testis dapat

diraba setiap skrotum.

13. Ektremitas atas : panjang simetris, fleksi penuh, telapak

tangan datar, terdiri dari 10 jari,

jarak antar jari sama, punggung

kuku merah muda.

14. Ektremitas bawah : panjang simetris, fleksi penuh, terdiri

dari 10 jari kaki, jarak antar jari sama,

punggung kuku merah muda

c. Pemeriksaan Neorulogis/reflek
1. Mata

- Reflek pupil : (+) / (+)

- Mata berkedip : (+) / (+)


203

2. Ektrimitas atas

Reflek plantar graps : (+) / (+)

3. Ektrimitas bawah

- Refleks plantar graps : (+) / (+)

- Reflek babinski : (+) / (+)

4. Moro : (+)

5. Sucking : (+) kuat.

d.Antropometri

a) BB : 2.600 gram

b) PB : 47 cm

c) Lingkar kepala : 34 cm

d) Lingkar dada : 33 cm

e. Eliminasi

- Miksi : 7-8 kali sehari warna jernih

- BAB : 3-4 kali sehari warna kuning.

3.3 ANALISA

By Ny. “S” NCB SMK Normal Umur 7 Hari

3.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi sehat

H/ ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang diberikan

2. Menjelaskan kembali kepada ibu untuk menjaga bayi tetap hangat dan

kering dengan mengganti popok atau baju jika basah.

H/ Ibu mengerti dan selalu mengganti popok jika basah.


204

3. Mengevaluasi apakah ibu menyusui bayinya eksklusif atau masih

ditambahkan susu formula.

H/ Ibu masih menambahkan susu formula karena payudara ibu bengkak.

4. Mengulang kembali manfaat ASI bagi bayi dan ibu dibandingkan susu

formula.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan mau berusaha berhenti

menambah susu formula.

5. Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin tanpa jadwal.

H/ ibu mau menyusui bayinya sesering mungkin

6. Mengevaluasi pengetahuan ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir.

H/ Ibu mampu menyebutkan satu persatu tanda bahay bayi baru lahir dan

mengerti apa yang harus dilakukan jika ada tanda bahaya tersebut.

7. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan pada hari ke-14 atau segera

periksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan


205

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

By. Ny “ S“ USIA 14 HARI

DI PUSTU DARSONO

a) PENGKAJIAN DATA

KN III

Tanggal / Jam : 6– 04 – 20015 / 09.30 WIB

Tempat : Kunjngan Rumah

3.31Data Subyektif

a. Biodata

Nama Bayi : Bayi Ny. “S”

Umur Bayi : 14 hari

Tgl/jam/lahir : 24 – 03 - 2015 / pukul 03.55 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

No status reg : 3/2014

Nama Ibu/ Ayah : Ny. “S” / Tn. “S”

Umur : 22 th / 24 th

Suku : Madura / Madura

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SD / SD

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat Rumah : Dsn Kopang - Darsono

Telp. : 087712862764 / 085746359134


206

a. Riwayat Kehamilan Sebelumnya

Anak Tanggal Tempat UK Jenis Penolong JK/ BB Penyul Keadaan Lakta


Ke Lahir Persalin it si
an
1 7-11- BPM Prematur Spontan Bidan Pr - Meninggal -
2011 Mgg Pr

2 24-3- BPM 39-40 Spontan Bidan Lk/ - Hidup Meny


1015 mgg 2.650 usui
jam gram >10 x
03.55 / hari
WIB

3.3.2 DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,8 o C

- Pernafasan : 38 x/menit

3. Djj : 138 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : Tidak ada massa/area yang lunak dari

tulang tengkorak.

2. Fontanel

- Fontanel anterior : bentuk berlian / segi empat, sepanjang

sutura koronalis dan sutura sagitalis.

- Fontanel posterior : bentuk segitiga, sepanjang garis sutura

lambdoidalis dan sagitalis.

3. Mata : simetris, sclera putih, kornea jernih,


207

retina transparan, kelopak mata

edema biasanya tertutup

4. Telinga : simetris, puncak pinna berada pada

garis horizontal bersama bagian luar

kantus mata, pinna lentur, adanya

kartilago dan kembali ke bentuk

semula dengan cepat

5. Hidung : simetris, berada pada garis tengah,

patensi nasal, rabas nasal yaitu

mucus putih encer

6. Mulut : simetris, membrane mukosa lembab,

berwarna merah muda, palatum utuh,

uvula ditengah, minum ASI >10 kali

sehari.

7. Leher : simetris, pendek, gemuk, dikelilingi

lipatan kulit, tidak ada massa, dan

kelenjar tiroid berada ditengah

8. Klavikula : simetris, rata tanpa massa sepanjang

tulang

9. Dada : retraksi sterna sedikit terlihat pada

saat inspirasi, terlihat prosesus

xifoideus, payudara simetris dan jarak

anatara putting berada pada garis


208

sejajar tanpa ada putting tambahan

10. Abdomen : bentuk silindris, perut tidak kembung,

bising usus 2-3 kali.

11. Punggung : spina utuh, tidak ada lubang, massa

atau kurva yang menonjol

12. Genetalia : penis lurus, proposional terhadap tubuh,

meatus urinarius ditengah dan diujung

gland penis, skrotum besar, pendulus,

tertutup dengan rugae, perineum halus,

anus ditengah, paten. Testis dapat

diraba setiap skrotum.

13. Ektremitas atas : panjang simetris, fleksi penuh, telapak

tangan datar, terdiri dari 10 jari, jarak

antar jari sama, punggung kuku merah

muda.

14. Ektremitas bawah : panjang simetris, fleksi penuh, terdiri

dari 10 jari kaki, jarak antar jari sama,

punggung kuku merah muda

d. Pemeriksaan Neorulogis/reflek

1. Mata

- Reflek pupil : (+) / (+)

- Mata berkedip : (+) / (+)


209

2. Ektrimitas atas

Reflek plantar graps : (+) / (+)

3. Ektrimitas bawah

- Refleks plantar graps : (+) / (+)

- Reflek babinski : (+) / (+)

4. Moro : baik

5. Sucking : (+) kuat.

e. Antropometri

a) BB : 3.300 gram

b) PB : 47 cm

c) Lingkar kepala : 34 cm

d) Lingkar dada : 33 cm

f. Eliminasi

- Miksi : 10-11 kali sehari

- BAB : 3-4 kali sehari warna kuning keemasan

3.3.3 ANALISA

By Ny. “S” NCB SMK Normal Umur 14 Hari

3.3.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi sehat dan berat

badan bayi juga naik.

H/ ibu dan keluarga mengerti dan senang karena berat badan bayinya naik.

2. Memberikan KIE manfaat pemberian imunisasi dan akibatnya jika tidak

diberikan imunisasi.
210

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

3. Memberitahu ibu macam-macam imunisasi efek sampaing dan akibat jika

tidak diberikan.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan berencacana

mengimunisasikan bayinya.

4. Menganjurkan ibu mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal.

H/ Ibu berencana mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal di buku KIA.

5. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif tanpa

makanan tambahan selama 6 bulan dan mnyusui bayinya seserig mungkin.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

6. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan

jika terdapat tanda-tanda bahaya.

7. Memberitahu ibu akan dikunjungi 2 minggu lagi atau segera datang ke

tenaga kesehatan jika ada keluhan.

.
211

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”S” P11001

2 HARI PP DENGAN PUERPERIUM NORMAL

DI PUSTU DARSONO

A. PENGKAJIAN DATA

KUNJUNGAN :I

Tanggal / Jam : 25 Maret 2015 / 09.00 WIB

Tempat : Kunjungan Rumah

3.1.1. DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 24 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. KELUH AN UTAMA

Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke duanya di BPM bidan istiqomah

pada tanggal 24-3-2015 tidak ada penyulit apapun saat bersalin, saat ini

ibu mengeluh payudara sakit.


212

c. RIWAYAT OBSTETRI

PII00I

P
An Tgl Tempa UK Jenis Penoln Peny BB/ JK Keadaan anak Penyul Lakta
ak lahir t persali g ulit sekarang it nifas si
1
ke nan Persali
nan
1 17-11- BPM Sponta Bidan - PR/ Meninggal - -
1 2012 n 1500
(Gemel - PR/ Meninggal - -
i) 2200
0
2. 24-3- BPM 39- Sponta Bidan - LK/ Hidup - Men
0 15 40 n 2.650 yusui
Jam mg 7-8 x
04.55 g ditam
1 WIB bah
sufor
±600
cc

d. RIWAYAT KESEHATAN

Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis maupun

menular

Yang Lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis maupun

menular.

Keluarga : tidak ada yang pernah menderita penyakit kronis

maupun menular.

e. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

- Respon klien dan : Sangat senang

dukungan keuarga

- Kebiasaan minum- : ibu tidak pernah atau tidak sedang

minuman keras dan minum-minuman keras, jamu, dan

menggunakan obat- obat-obatan terlarang.

obatan
213

- Kepercayaan dan adat- : ibu percaya dengan adat- istiadat


istiadat seperti memakai stagen,

f. POLA KEHIDUPAN SEHARI HARI

POLA SAAT INI

NUTRISI Makan : 3-4 kali sehari porsi 1 piring


Komposisi : nasi, ikan, tahu, tempe, sayur
soap.
Minum : 6-7 gelas belimbing air putih,
1 gelas teh manis, dan 1 gelas
Susu.
ELEMINASI BAK : 4-5 x sehari
BAB : Belum BAB
AKTIVITAS Ibu menyusui bayinya dan merawat bayinya.
Untuk pekerjaan rumah tangga dibantu oleh
suami dan nenek.
ISTIRAHAT Siang : 1-2 jam
Malam : 5-6 jam sehari
SEKSUALITAS -
PERSONAL - Mandi : 2 x sehari
HYGINE - Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti pembalut : 2-3 kali sehari

3.2. DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Suhu : 36,5 C

- Pernafasan : 20 x/menit
214

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Payudara : simetris, puting susu menonjol (+) / (+),

ASI (+)/(+), Puting susu lecet (+) / (-),

Tidak berdarah.

- Abdomen

Fundus uteri : 3 jari di bawah pusat

Kontraksi uterus : baik

Kandung kencing : kosong

- Genetalia

Pengeluaran lokhea : lokhea rubra

Keadaan luka perineum : bersih, mulai kering tidak terdapat pus dan

tidak ada tanda infeksi.

- Ekstremitas : tidak ada odema pada punggung tangan,

tungkai dan kaki, tanda homan negative

3.3 ANALISA

Ny. “ P11001 2 Hari Post Partum dengan Puerperium Normal

Masalah : Puting susu lecet

3.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu baik

masa nifas berjalan dengan normal.

H/ ibu mengerti penjelasan dari bidan


215

2. Menginformasikan kepada ibu bahwa keluhan payudara sakit yang

disebabkan karena puting susu lecet disebabkan karena cara ibu

menyusui yang salah.

3. Memberikan informasi kepada ibu cara mengatasi puting susu lecet

yaitu dengan cara :

- Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dimana

perlekatan antara bayi dan payudara benar.

- Mengoleskan kolostrum atau ASI pada sekitar puting susu

setiap selesai menyusui.

- Memulai menyusui pada puting susu yang tidak lecet kemudian

menyusukan pada puting susu yang lecet.

- Mengistirahatkan payudaranya jika lecet bertambah berat dan ASI

tetap dikeluarkan dengan cara diperas dan ASI diminumkan

dengan menggunakan cangkir.

- Menganjurakan ibu tidak memberikan susu formula kepada

bayinya

H/ Ibu agak kaku pada saat diajarkan cara menyusui yang benar

pada payudara sebelah kanan.

4. Menginformasikan kepada ibu bahwa ibu tidak BAB selama 2 hari

masih dikatakan normal hal ini disebabkan karena masih dalam

penyesuaian masa nifas dan dikatakan tidak normal jika ibu tidak

BAB lebih dari 3-4 hari.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu merasa lega


216

karena keluhannya normal.

5. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi keluhan BAB nya dengan :

- Mengkonsumsi makanan yang berserat seperti (buah dan sayur)

- Banyak minum air putih minimal 10 gelas.

- Melakukan olahraga ringan seperti jalan-jalan dipagi hari.

H/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

6. Menganjurkan ibu menyusui bayinya dengan ASI saja seama 6 bulan

tanpa makan tambahan.

H/ Ibu memberikan susu formula karena ASI nya kurang.

7. Menjelaskan kepada ibu makan dengan pola gizi seimbang pada ibu

nifas dan tidak boleh pantang terhadap makanan.

H/ Ibu tidak pantang makan.

8. Mengingatkan ibu tetap melanjutkan minum tablet Fe sehari 1 kali

H/ Ibu minum tablet fe sehari 1 kali pada malam hari.

9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri khususnya daerah

genetalia.

H/ Ibu ganti pembalut setiap hari 2-3 kali sehari.

10. Memberitahu ibu tanda bahaya ibu Nifas seperti perdarahan

pervaginam, lokhea berbau, demam tinggi dan segera datang ke

tenaga kesehatan jika mengalami tanda-tanda tersebut.

H/ Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali tanda bahay pada

masa nifas.
217

11. Memberitahu ibu akan di kunjungi pada hari ke-7 atau segera periksa ke

bidan jika ada keluhan.


218

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”S” P11001

7 HARI PP DENGAN PUERPERIUM NORMAL

DI PUSTU DARSONO

4.1 PENGKAJIAN DATA

KUNJUNGAN : II

Tanggal / jam : 30 Maret 2015 / 09.30 wib

Tempat : kunjungan rumah

4.1.1 DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 28 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan payudara sebelah kanan bengkak dan nyeri dimulai

setelah puting lecet dan tidak sering menyusukan pada payudara sebelah

kanan.
219

c. RIWAYAT OBSTETRI

P11001

An Tgl Tempa UK Jenis Penoln Peny BB/ JK Keadaan anak Penyuli Lakta
ak lahir t persali g ulit sekarang t nifas si
ke nan Persali
nan
1 17- BPM Sponta Bidan - PR/ Meninggal - -
11- n 1500
2012 (Gemel PR/ Meninggal - -
i) - 2200

2. 24-3- BPM 39- Sponta Bidan - LK/ Hidup - Meny


15 40 n 2.650 usui
Jam mg 7-8
04.55 g kali
WIB susu
form
ula ±
600
cc

d. RIWAYAT KESEHATAN

- Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Yang Lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Keluarga : tidak ada yang menderita penyakit kronis maupun

menular.

e. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

- Respon klien dan : Sangat senang

dukungan keuarga

- Kebiasaan minum- : ibu tidak pernah atau tidak sedang

minuman keras dan minum-minuman keras, jamu, dan

menggunakan obat- obat-obatan terlarang.


220

obatan

- Kepercayaan dan adat- : ibu percaya dengan adat- istiadat

istiadat seperti memakai stagen.

f. POLA KEHIDUPAN SEHARI HARI


POLA SAAT INI
NUTRISI Makan 3-4 kali sehari porsi 1 piring
Komposisi : nasi, ikan, tahu, tempe, sayur
Minum 7-8 gelas belimbing air putih, 1 gelas
teh manis
ELEMINASI BAK : 4-5 x sehari
BAB : 4 kali selama 1 minggu ini
AKTIVITAS Ibu menyusui bayinya dan merawat bayinya.
Untuk pekerjaan rumah tangga semua
dikerjakan oleh suami dan nenek.
ISTIRAHAT Siang : 1-2 jam
Malam : 5-6 jam sehari
SEKSUALITAS -
PERSONAL - Mandi : 2 x sehari
HYGINE - Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti pembalut : 2-3 kali sehari

4.1.2 DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Suhu : 36,8 0C

- Pernafasan : 20 x/menit
221

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Payudara : simetris, puting susu menonjol (+) / (+),

ASI (+)/(+), puting lecet (-)/(-), payudara

sebelah kanan bengkak ASI keluar sedikit.

- Abdomen :

Fundus uteri : pertengahan sympisis dan pusat

Kontraksi uterus : baik

Kandung kencing : kosong

- Genetalia

Pengeluaran lokhea : lokhea sanguilenta

Keadaan luka perineum : bersih, tidak terdapat pus dan tidak

Ada tanda infeksi , tampak kering

- Ekstremitas : tidak ada odema pada punggung tangan,

tungkai dan kaki, tanda homan negative

4.1.3 ANALISA

Ny.“S” P11001 7 Hari Post Partum dengan Puerperium Normal

Masalah : Bendungan ASI

4.1.4PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu baik

masa nifas berjalan dengan normal.

H/ Ibu mengerti penjelasan dari bidan


222

2. Menjelaskan kepada ibu payudara bengkak disebakan karena adanya

bendungan ASI sehingga menyebabkan payudara bengkak dan ASI

harus dikeluarkan hal ini disebabkan ibu tidak sering menyusui.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

3. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi keluhan payudara bengkak

yaitu dengan cara :

- Mengeluarkan ASI dengan cara diperah jika bayi sulit menyusu.

- Mengajarkan cara perawatan payudara dengan menjaga payudara

tetap bersih dan kering serta memakai BH yang menyokong.

- Melakukan pijatan oksitosin untuk memperlancar pengeluaran ASI

- Menyusukan bayinya sesering mungkin tanpa jadwal pada kedua

payudara.

4. Menjelaskan kepada ibu makan dengan pola gizi seimbang pada ibu

nifas dan tidak boleh pantang terhadap makanan.

H/ ibu tidak pantang makan

5. Menjelaskan kepada ibu tetap melanjutkan minum tablet Fe, yang

diberikan oleh bidan.

H/ ibu masih minum tablet fe sehari 1 kali pada malam hari.

6. Menjelaskan kembali pada ibu tanda bahaya ibu Nifas seperti

perdarahan pervaginam, lokhea berbau, demam tinggi

H/ ibu mengerti dan mampu menyebutkan tanda bahaya masa nifas.

7. Memberitahu ibu 4 hari lagi akan melakukan kunjungan untuk memantau

asuhan yang diberikan berhasil atau tidak.


223

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal SOAP


Jumat / 3 April 2015 S : Tidak ada keluhan
O : K/U : baik , TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/ menit S : 36,8 0C, TFU tidak
teraba. Lokhea serosa
Payudara : puting susu menonjol (+)/(+),
payudara sudah tidak bengkak. ASI
(+)/(+).
A : Ny. S P11001 Post Partum Hari ke 11
dengan Puerpurium Normal
P :
1. Memberitahu ibu payudara kanan sudah
tidak bengkak.
2. Menganjurkan ibu tetap menyusukan
bayinya pada kedua payudaranya sesering
mungkin tanpa jadwal.
3. Menganjurkan ibu menyusui bayinya
sampai payudara terasa kosong.
4. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan
pijatan oksitosin.
5. Menganjurkan ibu menyusui bayinya
secara eksklusif.
6. Mengajurkan ibu menyusui bayinya
sesering mungkin.
7. Memberitahu ibu akan dikunjungi lagi
pada hari ke-14.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal pengkajian : 6 April 2015

Hari / Tangggal SOAP


Selasa / 7 April 2015 S : Tidak ada keluhan
O : K/U : baik , TD : 100/70 mmHg
N : 78 x/ menit S : 36,7 0C TFU tidak
Teraba. Lokhea alba
Payudara : puting susu menonjol (+)/(+),
payudara sudah tidak bengkak. ASI
(+)/(+).
A : Ny. S P11001 Post Partum Hari ke
14 dengan Puerpurium Normal.
P :
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa
keadaan ibu baik dan masa nifasnya
berjalan normal.
224

2. Menganjurkan ibu tetap menyusui


bayinya seserng mungkin.
3. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
melakukan pijat oksitosin dan tetap
melakukan perawatan payudara.
4. Menganjurkan ibu untuk kunjungan
nifas pada hari ke-28.
225

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”S” P11001

28 HARI PP DENGAN PUERPERIUM NORMAL

DI PUSTU DARSONO

PENGKAJIAN DATA

KUNJUNGAN : III

Tanggal / jam : 20 April 2015 / 15.30 wib

Tempat : kunjungan rumah

3.4.1. DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 28 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. KELUHAN UTAMA

Tidak ada keluhan


226

b. RIWAYAT OBSTETRI

P11001

Ana Tgl Tempa UK Jenis Penoln Peny BB/ Keadaan Penyul Laktas
k ke lahir t persali g ulit JK anak it nifas i
nan Persali sekarang
nan
1 17- BPM Sponta Bidan - PR/ Meninggal - -
11- n 1500
2012 (Geme PR/ Meninggal - -
li) - 2200

2. 24-3- BPM 39- Sponta Bidan - LK/ Hidup - Menyu


15 40 n 2.650 sui
Jam mg >10 x
03.55 g
WIB

c. RIWAYAT KESEHATAN

- Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis

maupun menular.

- Yang lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis

maupun menular.

- Keluarga : dalam keluarga tidak ada yang pernah

menderita penyakit kronis / menular.

d. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

- Respon klien dan : Sangat senang

dukungan keuarga

- Kebiasaan minum- : ibu tidak pernah atau tidak sedang

minuman keras dan minum-minuman keras, jamu, dan

menggunakan obat- obat-obatan terlarang.

obatan
227

- Kepercayaan dan adat- : ibu percaya dengan adat- istiadat

istiadat seperti memakai stagen.

f. POLA KEHIDUPAN SEHARI HARI


POLA SAAT INI
NUTRISI Makan 3-4 kali sehari porsi 1 piring
Komposisi : nasi, ikan, tahu, tempe, sayur
Minum 6-7 gelas belimbing air putih, 1
gelas teh manis
ELEMINASI BAK : 4-5 x sehari
BAB : 1 kali sehari
AKTIVITAS Ibu menyusui bayinya dan merawat bayinya,
mencuci, memasak, dan menyapu dengan
dibantu oleh nenek.
ISTIRAHAT Siang : 1 jam
Malam : 7-8 jam sehari
SEKSUALITAS -
PERSONAL - Mandi : 2 x sehari
HYGINE - Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti celana dalam : 2-3 kali sehari

3.2. DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Suhu : 37 0C

- Pernafasan : 22 x/menit
228

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Payudara : Simetris, puting susu menonjol (+) / (+),

ASI (+) / (+)

- Abdomen :

Fundus uteri : Tidak teraba

Kontraksi uterus : -

Kandung kencing : Kosong

- Genetalia

Pengeluaran lokhea : -

Keadaan luka perineum : bersih, kering tidak terdapat pus dan

tidak ada tanda infeksi.

- Ekstremitas : tidak ada odema pada punggung tangan,

tungkai dan kaki.

3.3 ANALISA

Ny. “ P11001 28 Hari Post Partum dengan Puerperium Normal

3.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu baik

masa nifas berjalan dengan normal.

H/ ibu mengerti penjelasan dari bidan.

2. Menjelaskan kepada ibu makan dengan pola gizi seimbang pada ibu

nifas dan tidak boleh pantang terhadap makanan.

H/ ibu tidak pantang makan

3. Mengevaluasi pengetahuan ibu tentang tanda bahaya nifas.


229

H/ ibu mampu menyebutkan tanda bahaya nifas

4. Memberikan KIE tentang imunisasi bayi yaitu tentang macam-macam

imunisasi, manfaat imunisasi, efek samping, jadwal imunisasi, akibat jika

tidak diberikan.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

5. Memberitahu ibu akan dikunjungi pada hari ke 38 untuk memberikan

konseling tentang KB atau segera periksa ke bidan jika ada keluhan


230

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”S” P11001

38 HARI PP DENGAN PUERPERIUM NORMAL

DI PUSTU DARSONO

A. PENGKAJIAN DATA

KUNJUNGAN : IV

Tanggal / jam : 30 April 2015 /10.30 wib

Tempat : kunjungan rumah

4.1.1. DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 28 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. KELUHAN UTAMA

Tidak ada keluhan


231

c. RIWAYAT OBSTETRI

P11001

An Tgl Tempat U Jenis Penolng Penyulit BB/ JK Keadaan Peny Lakta


ak lahir K persali Persalina anak ulit si
ke nan n sekarang nifas
1 17-11- BPM Sponta Bidan PR/ Meninggal - -
2012 n 1500
(Gemel PR/ Meninggal - -
i) 2200

2. 24-3- BPM 39 Sponta Bidan - LK/ Hidup - Meny


15 - n 2.650 usui
Jam 40 >10 x
03.55 mg sehari
WIB g

d. RIWAYAT KESEHATAN

- Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Yang Lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Keluarga : tidak ada yang pernah menderita penyakit

kronis / menular.

e. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

- Respon klien dan : Sangat senang

dukungan keuarga

- Kebiasaan minum- : ibu tidak pernah atau tidak sedang

minuman keras dan minum-minuman keras, jamu, dan

menggunakan obat- obat-obatan terlarang.

obatan
232

- Kepercayaan dan adat- : ibu percaya dengan adat- istiadat

istiadat seperti memakai stagen.

f. POLA KEHIDUPAN SEHARI HARI

POLA SAAT INI


NUTRISI Makan 3-4 kali sehari porsi 1 piring
Komposisi : nasi, ikan, tahu, tempe, sayur
Minum 6-7 gelas belimbing air putih, 1
gelas teh manis
ELEMINASI BAK : 4-5 x sehari
BAB : 1 kali sehari
AKTIVITAS Ibu menyusui bayinya dan merawat bayinya,
mencuci, memasak, dan menyapu dengan
dibantu oleh nenek.
ISTIRAHAT Siang : 1-2 jam
Malam : 5-6 jam sehari
SEKSUALITAS -
PERSONAL - Mandi : 2 x sehari
HYGINE - Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti celana dalam : 2-3 kali sehari

4.1.2 DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Suhu : 37 0C

- Pernafasan : 22 x/menit
233

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Payudara : simetris, puting susu menonjol (+) / (+),

ASI (+)/ (+).

- Abdomen :

Diastasis Recti : 1 jari

Kandung kencing : kosong

- Genetalia

Keadaan luka perineum : bersih, sudah kering.

- Ekstremitas : tidak ada odema pada punggung tangan,

tungkai dan kaki.

4.1.3 ANALISA

Ny. “S “ P11001 38 Hari Post Partum dengan Puerperium Normal

4.1.4 PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan

ibu sehat dan masa nifasnya berjalan dengan normal.

2. Mengusahakan ibu untuk segera ikut KB

H/ ibu mengerti penjelasan dari bidan

3. Memberikan KIE KB yaitu macam-macam jenis akseptor KB, efek

samping, cara kerja, dan kelebihannya.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan memilih memakai KB

suntik 3 bulan.

4. Menganjurkan bu tetap makan dengan pola gizi seimbang


234

H/ Ibu mengerti dan makan 4-5 kali sehari dan tidak pantang

makanan

5. Memberitahu ibu untuk segera datang ke bidan jika sudah mau memakai

KB.
235

5.1 ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

Ny “S” P11001 CALON AKSEPTOR BARU KB

DI PUSTU DARSONO

PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 30-4-2015

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : rumah pasien

5.1.1 DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 24 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. ALASAN KUNJUNGAN

Ingin konsultasi tentang KB dan ingin mengetahui KB yang cocok untuk

ibu yang sedang menyusui


236

c. RIWAYAT MENSTRUASI

1. Haid terakhir : belum menstruasi

2. Siklus : -

3. Teratur / tidak :-

4. Spotting :-

5. Volume :-

6. Sifat Darah :-

7. Disminorhea :-

8.. Fluor Albus :-

d. RIWAYAT OBSTETRI

P11001

Anak Cara Umur Nifas Riwayat Pemakaian


Ke Persa Anak Kontrasepsi
linan Seka Menyusui/tidak KB Lama Keluhan
rang Berapa lama
1 SptB Meninggal - Suntik 3 bulan -
gemeli 3 bulan

Spt B 1bulan Menyusui 13-14 - - -


13 hari kali sehari

d. RIWAYAT KESEHATAN

- Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Yang Lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis maupuN

menular.

- Keluarga : tidak ada yang pernah menderita penyakit kronis /

menular.
237

e. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

1. Status Perkawinan

- Kawin : 1 kali

- Umur istri : 19 tahun

- Umur suami : 20 tahun

- Lama perkawinan : 3 tahun

2. Keadaan Psikososial

- Respon Ibu dan Kelluarga : baik

- Persepsi Ibu Terhadap respon keluarga tentang KB : mendukung

- Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

3. Kebiasaan hidup sehat

Ibu tidak pernah merokok maupun minum-minuman berlakohol

4. Riwayat perekonomian

- Pekerjaan suami : swasta -Pekerjaan Istri : IRT

- Penghasilan suam : ± 1.000.000 - Pengahasilan : -

- Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan 3 orang

3.1.2 DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit
238

- Suhu : 37 C

- Pernafasan : 22 x/menit

- BB Sekarang : 45 kg

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Wajah : Tidak pucat

- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, skera putih.

- Payudara : Simetris, puting susu menonjol (+) / (+), ASI

(+) / (+),

- Abdomen : tidak ada pembesaran perut yang abnoral,

ada pembesaran uterus.

- Genetalia & anus : luka perineum kering

- Ekstremitas : tidak ada oedema pada kedua kaki dan

tangan, tidak ada varises pada kedua kaki.

c. Pemeriksaan Penunjang

- Inspekulo :-

- Pemeriksaan Dalam : -

- Hb :-

3. ANALISA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. “S” P11001 Calon Akseptor Baru KB

b. Masalah

-
239

4. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan.

H/ dari hasil pemeriksaan semua dalam keadaan normal.

2. Memberikan konseling pada ibu tentang alat kontrasepsi

berdasarkan tujuan pemakaiannya yaitu untuk menunda kehamilan,

menjarangkan kehamilan, dan fase tidak hamil lagi.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan mengatakan ingin

menjarangkan kehamilan.

3. Menjelaskan kepada ibu macam-macam alat kontrasepsi alamiah

hormonal dan non-hormonal, yang cocok untuk ibu menyusui

agar tidak mempengaruhi produksi ASInya.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

4. Menjelaskan keuntungan dan efek samping semua alat kontrasepsi

baik yang alamiah dan non-alamiah maupun hormonal dan non-

hormonal khususnya untuk ibu menyusui.

H/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

5. Menganjurkan ibu untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

dari semua alat kontrasepsi.

H/ ibu mengerti semua penjelasan yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk meminta pendapat suami tentang alat

kontrasepsi yang akan digunakan serta menganjurkan ibu untuk segera

memutuskan alat kontrasepsi yang akan digunakan.


240

H/ ibu mengatakan ingin mengguakan KB suntik 3 bulan sudah

berdiskusi dengan suami.

7. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke bidan bila sudah ingin

memakai KB.

H/ ibu ingin memakai setelah 42 hari setelah melahirkan.

.
241

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

Ny “S” P11001 AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 3 BULAN

DI PUSTU DARSONO

PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 4-5-2015

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Posyandu

5.1.1. DATA SUBYEKTIF

a. BIODATA

Nama : Ny ’’S” Nama : Tn ’’S’’

Umur : 22 tahun Umur : 26 thn

Suku : Madura Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kopang, Darsono Alamat : Kopang,Darsono

No. Telp : 087712862764 No. Telp : 085746359134

b. ALASAN KUNJUNGAN

Ibu ingin memakai KB


242

c. RIWAYAT MENSTRUASI

1. Haid terakhir : Masih dalam masa nifas belum menstruasi

2. Siklus : -

3. Teratur / tidak :-

4. Spotting :-

5. Volume :-

6. Sifat Darah :-

7. Disminorhea :-

8. Fluor Albus :-

d. RIWAYAT OBSTETRI

P11001
Anak Cara Umur Nifas Riwayat Pemakaian
Ke Persa Anak Kontrasepsi
linan Seka Menyusui/tidak KB Lama Keluhan
Rang Berapa lama
1 SptB Meninggal - Suntik 3 bln -
Gemeli 3 bln

2 Spt B 1bulan Menyusui 13-14 - - -


13 hari kali sehari

e. RIWAYAT KESEHATAN

- Sekarang : tidak sedang menderita penyakit kronis maupun

menular.

- Yang Lalu : tidak pernah menderita penyakit kronis maupuN

menular.

- Keluarga : tidak ada yang pernah menderita penyakit kronis /

menular.
243

f. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

a. Status Perkawinan

- Kawin : 1 kali

- Umur istri : 19 tahun

- Umur suami : 21 tahun

- Lama perkawinan : 3 tahun

d. Keadaan Psikososial

- Respon Ibu dan Kelluarga : baik

- Persepsi Ibu Terhadap respon keluarga tentang KB : mendukung

- Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

e. Kebiasaan hidup sehat

Ibu tidak pernah merokok maupun minum-minuman berlakohol

f. Riwayat perekonomian

- Pekerjaan suami : swasta -Pekerjaan Istri : IRT

- Penghasilan suami : ± 1.000.000 - Pengahasilan : -

- Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan 3 orang

5.1.2 DATA OBYEKTIF

a. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

2. Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit
244

- Suhu : 36,5 C

- Pernafasan : 20 x/menit

- BB Sekarang : 45 kg

b. PEMERIKSAAN FISIK

- Wajah : Tidak pucat

- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, skera putih.

- Payudara : Simetris, puting susu menonjol (+) / (+), ASI

(+) / (+),

- Abdomen : tidak ada pembesaran perut yang abnoral,

ada pembesaran uterus.

- Genetalia & anus :

- Ekstremitas : tidak ada oedema pada kedua kaki dan

tangan, tidak ada varises pada kedua kaki.

C. Pemeriksaan Penunjang

- Inspekulo :-

- Pemeriksaan Dalam : -

- Hb :-

5.1.3 ANALISA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. “S” P11001 Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan

b. Masalah

-
245

5.1.4 PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan penapisan yang sudah

dilakukan.

H/ dari hasil pemerikasaan dan penapisan, pasien bisa untuk

menggunakan metode KB suntik 3 bulan.

2. Memberikan konseling kembali tentang metode kontrasepsi suntik

KB 3 bulan mengenai keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi

suntik KB 3 bulan.

H/ ibu mengerti tentang penjelasan KB suntik 3 bulan dan ibu

sudah yakin untuk menggunakan metode KB suntik tersebut.

3. Memfasilitasi informed consent atau lembar persetujuan tindakan

medik dalam pelayanan kontrasepsi.

H/ ibu memutuskan memakai KB suntik 3 bulan dan menandatangani

persetujuan tersebut.

4. Langkah kerja :

a) Mencuci tangan

b) Mempersiapkan lokasi penyuntikan :

- Mengatur posisi ibu untuk penyuntikan daerah bokong.

- Menganjurkan ibu membuka pakaian didaerah yang akan

disuntik.

- Member tanda tempat yang akan disuntik.

- Membersihkan kulit tempat suntikan menggunakan kapas

beralkohol dengan cara memutar dari dalam ke luar.


246

c) Mempersiapkan penyuntikan :

- Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik.

- Mengocok vial DMPA, hingga semua obat larut.

- Membuka penutup vial DMPA.

a) Membuka kemasan spuit steril.

- Mengencangkan jarum suntik pada vial DMPA lalu menghisap

obat ke dalam spuit dan mengeluarkan udara dari spuit.

d) Memberikan suntikan :

- Menyuntikkan obat secara IM.

- Melakukan aspirasi.

- Memasukkan obat secara perlahan.

- Mencabut jarum dengan cepat.

e) Pasca suntikan :

- Menekan bekas suntikan dengan kapas alkohol, dan tidak

dimassase.

- Meletakkan jarum suntik ditempat safty box.

- Mencuci tangan.

5. Melengkapi kartu status peserta KB atau K IV.

H/ kartu status peserta KB sudah dilengkap.

6. Mengisi kartu akseptor dan memberikan pada ibu.

7. Memberitahu tanggal kembali untuk suntik KB selanjutnya yaitu

tanggal 30-7-2015.

H/ ibu mengerti kapan waktu untuk kembali suntik.


247

8. Melakukan pencatatan di buku register.


248

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny. “S” sejak

tanggal 28 Februari 2015 sampai 04 April 2015 atau sejak usia kehamilan Ny. “S”

berusia 35-36 minggu, bersalin, sampai 6 minggu post partum dan asuhan bayi

baru lahir 0 sampai dengan 28 hari serta sampai KB didapatkan hasil sebagai

berikut :

4.1 Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

Selama kehamilannya Ny. “S” melakukan kunjungan antenatal care (ANC)

sebanyak 12 kali kunjungan selama hamil yaitu 1 kali kunjungan pada TM I,

3 kali pada TM II, dan 8 kali pada TM III dan berdasarkan definisi

operasional indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak ANC dilakukan

minimal 4 kali kunjungan selama hamil yaitu 1 kali pada TM I, 1 kali pada

TM II, dan 2 kali pada TM III (Depkes, 2009). Sesuai dengan standar

tersebut Ny. “S” sudah memenuhi standart kunjungan ANC

Asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. “S” pada kehamilan

35-36 minggu sampai 39-40 minggu adalah pengkajian data dari data

subyektif dan data obyektif. Data subyektif terdiri dari pengkajian

biodata, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan,

riwayat obstetri yang lalu, riwayat kehamilan ini, riwayat kesehatan

ibu dan keluarga dan pola kebiasaan sehari-hari. Sedangkan data


249

obyektif didapatkan dari hasil pemeriksaan dimana sesuai dengan

standart pelayanan minimal ANC pemeriksaan menggunakan 10 T.

Pada kunjungan awal ditemukan masalah sering buang air kecil pada

kehamilan 35-36 minggu, merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan

trimester III karena terjadi penurunan kepala sehingga menekan

kandung kemih. Sesuai teori, janin yang sudah sedemikian membesar

menekan kandung kemih ibu. Akibatnya, kapasitas kandung kemih

jadi terbatas sehingga ibu sering ingin BAK (Serri hutahean, 2013).

pada usia kehamilan 37 minggu ibu mengalami masalah sakit

punggung, merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester III

karena titik tumpu ibu hamil berada di perut sehingga menyebabkan ibu

sering nyeri punggung. Sesuai teori nyeri punggung yang terjadi pada area

lumbosakral. Nyeri punggung biasanya akan meningkat intensitasnya

seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat

pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuhnya (Varney, 2006; 542) dan

pada kehamilan 38-39 minggu ibu mengalami keluhan kram pada

ekstremitas bawah. Keluhan-keluhan tersebut dalam batas normal dan

diberikan asuhan sesuai dengan keluhan ibu. (Serri Hutahean, 2013)

Dari data riwayat obstetri ibu, ibu pernah melahirkan bayi prematur

kembar dan bayi meninggal. Jarak kehamilan ibu 1 tahun 7 bulan

yaitu jarak kehamilan ibu kurang dari 2 tahun sehingga skore

kehamilan ibu 6 yang termasuk kehamilan resiko tinggi.


250

Pengkajian berdasarkan standart pelayanan minimum 10 T pada

Ny”S” didapatkan kenaikan berat badan ibu selama hamil sekitar 10

kg. Hal ini kenaikan berat badan ibu normal sesuai teori kenaikan

berat badan normal selama kehamilan menurut sarwono 2012 sekitar

9-13,9 kg.

Pada pemeriksaan tekanan darah, tekanan darah Ny. “S” selama hamil

dalam batas normal. Pemeriksaan status gizi yang dilakukan pada Ny. “S”

yaitu pengukuran lingkar lengan atas didapatkan bahwa lingkar lengan

atasnya adalah 24 cm, hal ini menandakan bahwa status gizi Ny. “S” dalam

batas normal. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Pada saat kunjungan pertama penulis melakukan pemeriksaan tinggi

fundus uteri didapatkan bahwa tinggi fundus uteri Ny. “S” yaitu 27 cm pada

saat usia kehamilan 35-36 minggu. Presentasi janin Ny. “S” yaitu presentasi

kepala dan punggung kiri serta sudah tidak bisa digoyang. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada kenyataannya dari kasus bahwa TFU ibu

lebih kecil seharusnya menurut teori TFU ibu 30 cm pada usia

kehamilan 36 minggu (Kusmiyati. 2010) . Sehingga penatalaksanaan

menurut kasus dengan menganjurkan ibu untuk makan dengan pola

gizi seimbang tetapi tidak berlebihan karena ditakutkan peningkatan

berat badannya terlalu berlebihan.

Penulis tidak melakukan pemberian imunisasi TT kali ini karena

status ibu saat ini adalah TT3 diberikaan di posyandu usia kehamilan 12

minngu (selama hamil di berikan 1 kali karena TT4 jaraknya 1 tahun lagi).
251

Untuk pemberian tablet zat besi (tablet Fe), Ny.“S” sudah mengkonsumsi

sejak usia kehamilan ±12 minggu di posyandu. Namun, Ny “S” dalam

mengkonsumsi tablet Fe tidak teratur dari usia kehamilan 12-35 minggu

dikarenakan bau fe yang amis. Pada awal kunjungan penulis memberikan

tablet Fe sebanyak 10 tablet dan akan memberikan tablet Fe sebanyak 10

tablet setiap melakukan kunjungan. Agar asuhan yang diberikan berhasil

penulis menganjurkan suami untuk melakukan pengawasan yang ketat agar

ibu mau mengkonsumsi tablet Fe dan menganjurkan ibu minum talet Fe

sehari 1 x pada malam hari dengan vitamin C serta menjelaskan

manfaatnya. Penulis melakukan pemantauan dengan cara melakukan

kunjungan langsung mengecek apakah tablet Fe benar diminum atau tidak.

Dari hasil pemantauan mulai dari pemberian Fe pada kunjungan awal

sampai dengan akhir tablet Fe yang diberikan penulis di minum sampai

habis. Ibu melakukan kunjungan di posyandu sebanyak 8 dan kunjungan

penulis sebanyak 4 kali. Berarti kira-kira 90 tablet sudah terpenuhi. Sesuai

dengan kebijakan pemerintah pemberian tablet Fe minimal 90 tablet. (Dinas

Kesehatan, 2012)

Dari hasil pemeriksaan laboratorium sederhana kadar Hb ibu

10,2 gr% pada trimaster 3 sehingga menurut prawirohardjo 2010 ibu

termasuk anemia dikatakan anemia jika Hb <11 pada TM 1 dan 3 dan Hb

10,5 gr% pada TM 2 karena adanya hemodilusi. (Sarwono, 2010). Dari

penatalaksanaan kasus sesuai dengan teori yaitu memberikan ibu


252

tablet Fe sebanyak 60 mg atau sama dengan 1 tablet fe per hari

sehingga dapat menaikkan 1 gr% / bulan. (Sarwono, 2010)

Pengkajian data Ny.”S” menggunakan standart pelayanan minimal

10 T . hal ini dikarenakan terbatasnya alat dan ada beberapa pelayanan

yang memang tidak perlu dilakukan pada Ny. “S”. Sedangkan kebijakan

pemerintah terbaru menurut (Sarwono 2012) standart pelayanan sudah 14

T.

Untuk pemeriksaan laboratorium sederhana protein urine,

glukosa, tidak dilakukan karena tidak ada indikasi. Sedangkan

pemeriksaan tes malaria tidak dilakukan karena daerah Ny. “S” bukan

daerah endemis malaria. Pemeriksaan tes sipilis dan HIV/AIDS tidak

dilakukan karena tidak ada indikasi kearah penyakit menular seksual yang

di tandai dengan tidak ada keluhan keputihan berbau dan gatal serta tidak

adanya sarana dan fasilitas. Seharusnya sesuai dengan program yaitu stadart

pelayanan minimal 10 T untuk pemeriksaan laboratorium sederhana dan

pemeriksaan sipilis dan HIV/AIDS dilakukan hal ini tidak dilakukan karena

keterbatasan alat.

Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan

pada Ny. “S”, suami, dan keluarga bersifat kooperatif sehingga tidak terjadi

kesulitan dalam memberikan asuhan kebidanan.


253

4.2 Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan

a. Kala I

Pada saat usia kehamilan memasuki 39-40 minggu yaitu pada

tanggal 23 maret 2015 pukul 22.00 WIB Ny. “S” datang ke BPM

bidan Istiqomah mengeluh mues-mules sejak jam 20.00 WIB

(23/3/2015) keluar lendir darah sejak jam 21.00 WIB (23/3/2015). Hal

ini sesuai dengan teori menurut (Manuaba, 2010) yang mengatakan bahwa

tanda mulainya persalinan dimulai dengan adanya his persalinan

pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,

interval makin pendek, kekuatannya makin besar, mempunyai

pengaruh terhadap pembukaan serviks, adanya pembukaan

menyebabkan keluarnya lendir bercampur darah. Sesuai dengan teori

Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil : VT O 4

cm, eff 50 %, ket ( + ), preskep, HI, Molase 0, tidak ada bagian kecil janin.

Sehingga Ny.”S” sudah memasuki inpatu kala I fase Aktif Akselerasi. Hal

ini sesuai dengan buku (Asuhan Persalinan Normal, 2008) yaitu kala I

dimulai dari pembukaan servik sampai menjadi lengkap (10 cm) dimana

proses ini dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase aktif

yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi : Fase

accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 sampai 4 cm yang dicapai

dalam 2 jam. Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm

yang dicapai dalam 2 jam.Fase decelerasi (kurangnya kecepatan), dari

pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.


254

Berdasarkan teori pada buku (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

menyebutkan bahwa Fase aktif serviks membuka dari 4-10 cm

membutuhkan waktu 6 jam (1 cm/jam). Sehingga pembukaan servik 10 cm

Ny”S” dari pembukaan 4 membutuhkan waktu selama 6. Namun, pada

pukul 03.00 WIB (24/3/2015) yaitu 5 jam kemudian ketuban pecah

dilakukan pemeriksaan VT 10 cm, eff 100%, ketuban (-) cairan berwarna

jernih, kepala H III, denominator : uuk.ki dep, tidak ada moulage dan

bagian kecil janin. Karena kepala masih tinggi pada H III sehingga Ny.”S”

tidak langsung di pimpin meneran tetapi menganjurkan ibu untuk merubah

posisi yaitu ibu tidur mirig ke kiri

b. Kala II

Pada Jam 03.35 WIB tanggal 24 Maret 2015 yaitu 35 menit

kemudian terdapat doran, teknus perjol, vulka sehingga ibu di pimpin

meneran. Pada jam 03.55 bayi lahir spontan hidup Asuhan yang diberikan

penulis yaitu segera saat bayi lahir maka penulis melakukan

penilaian selintas apakah bayi menangis kuat, atau megap-megap dan

apakah bergerak aktif atau lemas (Buku Acuan & Panduan APN,

hal: 96). Sehingga sesuai teori dilakukan penilaian selintas bayi menangis

kuat dan bergerak aktif Penilaian Apgar 1 menit pertama 8-9.

c. Kala III

Kala III (Pelepasan uri), manajemen aktif kala III segera dilakukan untuk

meminimalkan kejadian komplikasi


255

Pada jam 03.56 WIB melakukan manajemen aktif kala III

penyuntikan oksitosisn 10 unit kemudian menunggu sampai ada tanda-

tanda pelepasan plasenta 4 menit kemudian terdapat tanda-tanda pelepasan

plasenta yaitu tali pusat bertambah panjang, semburan darah, sehingga

melakukan dorongan dorso cranial dan 5 menit kemudian plasenta lahir

spontan pada jam 04.05 WIB.

Kala III Ny. “S” berlangsung selama 10 menit dengan perdarahan

± 100 cc. Manajemen Aktif kala III pada Ny. “S” berjalan dengan normal

tidak perlu dilakukan penyuntikan oksitosin kedua dan dan plasenta

manual.

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi

dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap

bahaya perdarahan. Setelah proses persalinan selesai maka penulis

memantau kondisi Ny. “S” selama 2 jam diantaranya yaitu melakukan

pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi,

keadaan kandung kemih, dan perdarahan dari hasil pemantauan tersebut

didapatkan hasil keadaan ibu baik, TD: 110/70 mmHg, N: 82 x/ menit, S:

36,8 0C, TFU: 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, keadaan

kandung kemih kosong, darah yang keluar ± 100 cc. Pada Ny. “S” terjadi

robekan perineum derajat 1 sehingga tidak perlu dijahit karena tidak

menimpulkan perdarahan yang aktif. Berdasarkan (Buku Asuhan

persalinan Normal, 2008) derajat luka perineum dibagi menjadi IV yaitu


256

robekan tingkat I yang mengenai mukosa vagina dan kulit perineum,

derajat II mengenai mukosa vagina, kulit perineum sampai otot, derajat III

mengeai kulit perineum, mukosa vagina, otot perineum sampai sfingter

ani, derajat IV mengenai kulit perineum, mukosa vagina, sfingter ani

sampai dengan otot depan rektum.

secara keseluruhan persalinan Ny. “S” berlangsung normal. Tidak ada

keluhan apapun.

4.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. “S” lahir spontan pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 03.55

WIB, bayi menangis kuat jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir

2.650 gram panjang 47 cm, tidak ada cacat kongenital.

Asuhan segera setelah lahir bayi lahir yaitu mengeringkan bayi

dan diletakkan diatas perut ibu, menjepit tali pusat dan memotong

tali pusat. Setelah itu mengganti kain dengan kain yang bersih dan

kering kemudian diletakkan diatas pertu ibu untuk kontak kulit

(IMD). Setelah 30 menit diatas perut ibu bayi berhasil melakukan

IMD dan bayi dibiarkan berda diatas perut ibu selama 1 jam.

Kemudian memberikan salep mata tetrasiklin 1%, penimbangan,

pengukuran dan injeksi Vit K1 untuk mencegah terjadinya

perdarahan setelah 1 jam pemberian vit K1 diberikan injeksi Hb 0,

tetapi tidak dilakukan karena pada saat itu vaksin kosong.

Asuhan pada kunjungan penulis melakukan kunjungan sebanyak 3

kali yaitu dimana pada KN 1 dilakukan pemberian imunisasi HB 0


257

karena pada segera setelah lahir belum diberikan. Selama melakukan

kunjungan ditemukan masalah bahwa bayi ditambahkan susu formula ±

600 cc pada hari ke-2 sampai hari ke-7 dikarenakan ada masalah pada

payudara ibu yaitu terjadi puting lecet dan bendungan ASI tetapi setelah

diberikan asuhan yang komprehensif tidak ada masalah apapun. Bayi

sudah tidak ditambahkan susu formula ibu mau menyusui bayinya secara

eksklusif. Dan tali pusat lepas pada hari ke-5 tidak ditemukan tanda-

tanda infeksi maupun tanda bahaya lain.

4.3 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta

selaput ibu memerlukan waktu 6 minggu agar alat-alat kandungan

kembali seperti sebelum hamil (Saleha, 2009). Pada masa nifas ini

perlu mendapat perhatian lebih karena banyak hal yang dapat terjadi pada

masa nifas ini, yaitu perdarahan dan infeksi.

Penulis melakukan kunjungan masa nifas 4-6 kali, hal ini sesuai

dengan menurut (Saifuddin, 2008) mengatakan bahwa kunjungan masa

nifas paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, men-deteksi, dan

menangani masalah – masalah yang terjadi. Da berdasarkan kebijakan

program masa nifas harus dilakukan oleh bidan sedikitnya 4 kali

kunjungan yaitu dalam hal ini penulis melakukan kunjungan nifas sesuai

dengan program yang ada 4-6 kali selama masa nifas. Selama
258

dilakukan kunjungan dari kunjngan 1-4 ditemukan beberapa masalah

diantaranya

a. Puting lecet pada hari ke 2. Puting lecet adalah hal terburuk yang

dialami ibu menyusui, selain sedikitmya produksi ASI atau bayi

sakit. Beberapa ibu mengalaminya hanya dalam waktu singkat dan

segera hal ini dapat diatasai setelah bayi sudah pintar

menyusu.(Jenny, 2006), dari hasil pengkajian puting susu lecet

pada Ny.”S” disebabkan karena posisi menyusui yang salah.

Penatalaksanaan puting susu lecet menurut Jenny 2006 yaitu denga

mengolesi putting susu dengan ASI sebelum dan sesudah

menyusui, memakai BH jangan terlalu keras atau ketat,

mengajarkan posisi menyusui, jangan membersihkan putting susu

dengan sabun, alcohol dan obat-obatan yang dapat merangsang

kulit atau putting susu. lepaskan hisapan bayi setelah menyusui

dengan benar yaitu dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari

kelingking ibu kesudut mulut bayi agar mulutnya terbuka. Suhan

yang diberikan penulis sesuai asuhan menurut (Jenny, 2006)

b. Bendungan ASI penatalaksanaan yang diberikan sesuai

berdasarkan pada Ny. “S” adalah dengan Mengeluarkan ASI

dengan cara diperah. Mengajarkan cara perawatan payudara

dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering serta

memakai BH yang menyokong. Melakukan pijatan oksitosin


259

untuk memperlancar pengeluaran ASI. Menyusukan bayinya

sesering mungkin tanpa jadwal pada kedua payudara.

Pada hari ke-2 ibu mengalami masih sering menceritakan

pengalaman kelahiran bayinya kepada keluarga dan tetangga. Menurut

(Ambarwati 2010) Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada

hari ke 7 ibu mulai bisa merawat bayinya sendiri seperti memakaikan

baju, menusui bayinya tetapi bayi masih dimandikan neneknya ibu

mengalami fase taking hold karena belum sepenuhnya ibu bisa

bertanggung jawab terhadap bayinya. Sedangkan menurut Ambarwati

seharusnya ibu sudah memasuki Fase Letting Go. Menurut Ambarwati

2010 Fase taking hold berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung

jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada fase ini ibu

menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan

dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

(Ambarwati, 2010). Ibu baru bisa ke Fase Letting Go pada hari ke -28.

Pada masa nifas ibu juga tidak mengalami Post Partum Blues

dikarenakan adanya dukungan dari keluarga khususnya suami.

4. 4 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada hari ke-38 setelah melahirkan, penulis melakukan

kunjungan IV nifas pada Ny. “S”. Sesuai dengan teori pada

kunjungan IV memberikan konseling tentang KB.


260

Sebelum menggunakan kontrasepsi penulis memberikan

konseling mengenai macam-macam alat kontrasepsi, keuntungan, efek

samping dari setiap kontrasepsi seperti alat kontrasepsi sederhana

seperti MAL, coitus, kondom. Metode kontrasepsi hormonal seperti pil

kombinasi, minipil, suntik kombinasi, suntik progestin, implant. Serta

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Dan penulis menganjurkan ibu

memakai alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi proses laktasi.

Dari penjelasan yang diberikan oleh penulis, ibu mengerti penjelasan

yang diberikan. Setelah berdiskusi dengan suami ibu memutuskan

memilih KB suntik 3 bulan. Penulis menganjurkan Ny. “S” untuk

mulai menggunakan KB setelah masa nifasnya berakhir yaitu pada hari

ke-42 .

Pada hari ke-43 setelah melahirkan, penulis melakukan

kunjungan ulang pada Ny. “S”. Dalam pemilihan penggunaan alat

kontrasepsi KB Ny. “S” memutuskan bahwa memilih KB suntik 3

Bulan. Pada saat itu ibu belum mengalami menstruasi tetapi masa

nifasnya sudah selesai sehingga penulis memberikan pelayanan KB

suntik 3 bulan dan memberitahu kapan ibu harus datang kunjungan

lagi.
261

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyusunan Tugas Akhir, maka dapat diambil

kesimpulan:

1. Asuhan Antenatal yang diberikan kepada Ny. S pada umur kehamilan 35-

39 minggu menggunakan standart pelayanan 10 T sedangkan program

pemerintah terbaru menggunakan 14 T. Di puskesmas Arjasa masih

belum menggnakan 14 T dikarenakan ada beberapa pemeriksaan tidak

perlu dilakukan karena tidak ada indikasi dan keterbatasan alat.. Selama

kehamilan tidak ada keluhan yang serius hanya dengan masalah ibu

sering kencing, sakit punggung, dan kram pada kai akan tetapi masalah

tersebut sudah teratasi serta janinnya dalam keadaan normal.

2. Asuhan intranatal dari kala I sampai kala IV, dilakukan sesuai dengan

asuhan persalinan normal, tidak ada kesenjangan dalam melakukan

asuhan intranatal, ibu dan bayi lahir tanpa ada penyulit maupun

komplikasi.

3. Asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali dengan

tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah dan

mendeteksi, serta melayani masalah-masalah yang terjadi. Selama

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas terdapat masalah

pembengkakan payudara akan tetapi masalah tersebut sudah teratasi.


262

4. Asuhan bayi baru lahir Ny. S yang dilanjutkan dengan asuhan kebidanan

1 jam, 2 hari, 7 hari, dan 14 hari postnatal tidak ditemukan masalah

serius hanya pemberian susu formula karena adanya masalah payudara

ibu akan tetapi masalah tersebut sudah teratasi.

5. Asuhan kebidanan pada akseptor KB Ny. “S” tidak ditemukan masalah

apapun.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan maka terdapat beberapa

saran yang harus diperhatikan untuk merubah menjadi lebih baik, meliputi:

5.2.1 Untuk Institusi Pendidikan

Memberikan kesempatan untuk memperluas area lahan praktek di

lapangan sehingga diharapkan mahasiswa dapat mahir dan mengenal

banyak kasus dilapangan yang tidak diterangkan dalam bacaan, refrensi

atau literatur yang ada, termasuk yang tidak diberikan di dalam kelas.

5.2.2 Bagi Lahan Praktek

Untuk bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat

memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara

dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan

sampai dengan KB.

5.2.4 Bagi Klien

Agar klien dan keluarga dapat menambah informasi seputar

kehamilannya, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB yang ibu alami.
263

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny Retna, Wulandari Diah.2010. Asuhan kebidanan Nifas.


Jogjakarta : Mitra Cendikia
BKKBN.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta : YBP-SP

Depkes RI.2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR

Handayani, Sri.2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama
Helen Varney, Jan M. Kriebs, dan Carolyn.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
vol 1. Jakarta : EGC
Hutahean, Serri.2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika

JNPK-KR, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jaringan


Nasional, Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi. Jakarta: JNPK-KR
Kusmiyati, yuni dkk. (2009). Perawatan ibu hamil. Fitramaya. Yogyakarta

Manuaba ida Ayu candradinata, ida bagus Gde fajar, ida bagus Gde manuaba
.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta
: EGC
Manuaba, I bagus gede dkk . 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC
Nugroho taufan, Nurrezki, Warnaliza Desi, Wilis.2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono.2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
264

Saifuddin,A.B,2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBPSP
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya

Tarwoto, Wasnidar.2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans
info Media

Winkjosastro. 2009. Ilmu Bedas Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawioihardjo

Anda mungkin juga menyukai