Anda di halaman 1dari 168

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian ibu merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, aspek sistem
pelayanan kesehatan, maupun faktor-faktor non-kesehatan secara optimal. Salah satu
indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. (Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Ditjen Bina Gizi Dan KIA Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Terjadinya lonjakan AKI ini sebenarnya sangat ironis ketika indikator yang
mempengaruhi AKI secara langsung seperti kunjungan pemeriksaan ibu hamil bulan
pertama dan keempat (K1 dan K4), persalinan dengan ditolong tenaga kesehatan dan
cakupan kunjungan nifas tiga kali (kf-3) justrul mengalami perbaikan. K1 naik dari
95,7% pada tahun 2011 menjadi 96,8% pada tahun 2012, begitu juga K4 naik dari
88,3% menjadi 90,2%. Sedangkan persalinan ditolong tenaga kesehatan naik dari
886,4% menjadi 88,6% dan cakupan KF-3 juga mengalami kenaikan dari 77,0%
menjadi 82,5%. Dengan naiknya empat indikator ini, seharusnya mampu
memperbaiki AKI. (BKKBN, 2013).
Berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah sebasar 19 per 1000 kelahiran
hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementrian
Kesehatan RI menunjukan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan
persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang
meninggl di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak
(Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Data AKI dan AKB di Jawa Barat masih tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan Provinsi lainnya di Indonesia, dimana AKI dan AKB sydah mengalami
penurunann yaitu AKI 850 kasus pada tahun 2011 menjadi 747 kasus pada tahun
2012, sedangkan AKB dari 5077 kasus tahun 2011 menjadi 4431 kasus pada tahun
2012. Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2012 menunjukan AKI di Jawa Barat
sebesar 109,2 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB di Jawa Barat sebesar
6,4 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Barat, 2012)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten
Bandung berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 AKB Kabupaten
Bandung 34,75 per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKI mengacu ke Jawa Barat
yaitu pada tahun 2008 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung, 2011).
Berdasarkan survey yang telah dilakakukan didapatkan bahwa AKI dan AKB
pada tahun 2012 ini masih jauh dari target pencapaian yang mengacu pada nilai
Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102/100.000
kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/100 kelahiran
hidup (KH) pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih bersih dan kerja
keras karena kondisi saat ini, AKI 359/100.000 KH dan AKB 32/1000 KH
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Upaya sterategis yang dilakukan dalam upaya Menekan Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa
setiap kehamilan mengandung mengandung resiko, walaupun kondisi kesehatan ibu
sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood
Initiative ditindak lanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh
Presiden yang melibatkan berbagai sektor pemerintahan di samping sektor
kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah
kematian ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke
masyarakat. Di tahun 2000, Kementrian Kesehatan RI memperkuat strategi
intervensi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan
strategi Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan
meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal
yang besar, yaitu Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi tersebut dikarenakan 52,6%
dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi
tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara
signifikan. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Peran bidan dalam membantu seorang membantu seorang perempuan dalam
memyesuaikan diri dengan kehamilannya adalah memberikan dukungan emosional,
informasi dan sran serta mendeteksi gangguan psikologi keterampilan tersebut
dibutuhkan untuk meningkatkan hubungan saling membantu antara perempuan dan
bidan, untuk berkomunikasi secara efektif, memberikan dukungan dan kemampuan
untuk mendengarkan saat dibutuhkan. (Asrinah, 2010)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dalam kesempatan ini akan
melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif dimulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir secara mandiri dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan pembuatan laporan yang berjudul Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. S G1P0A0 Gravida 39-40 Minggu Janin Tunggal
Hidup Intrauterine Dengan Keadaan Normal Di BPM BIDAN TETI AM,KEB

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi, dengan
adanya bidan sebagai tenaga kesehatan mempuyai peran penting dalam upaya
penurunan AKI dan AKB. Oleh karena itu penulis tertarik utuk melakukan
manajemen asuhan Kebidanan secara Komprensif pada ibu hamil, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir yaitu pada Ny. S Di BPM Bidan Teti AM, Keb pendekatan
asuhan kebidanan.
1. 3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
1.2.2 Tujuaan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada Ny. S
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar pada asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. S
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
terhadap asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan tindakan segera, konsultasi
kolaborasi atau rujukan terhadap asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. S
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan komprehensif
pada Ny. S
6. Mahasiswa mampu melakukan penataksanaan asuhan kebidanan
komprehensif Ny. S
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi penatalaksanaan terhadap asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. S
1. 4 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu
yang telah di peroleh selama perkuliahan dalam melaksanakan pengetahuan
dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Ny. S
Ny. S Mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai standar
pelayanan kebidanan, dan dapat menjadi sumber informasi dan motivasi
yang bermanfaat untuk Ny. Bahwa pentingnya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan dan pemantauan khususnya dalam pemeriksaan
Asuhan Kebidanan secara Komprehensif.
2. Bagi BPM
Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan
terhadap pasien sesuai dengan standar asuhan yang telah ditetapkan dan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi di masa mendatang dan selalu
memberikan asuhan yang terbaik kepada setiap pasien sehingga pasien
puas dengan pelayanan yang diberikan.
3. Bagi Penulis
Dapat menerapkan suatu ilmu yang telah diperoleh dalam
melakukan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif dan
berkesinambungan pada masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir dengan berkualitas.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengembangkan pengetahuan dan materi perkuliahan baik
di instusi maupun di lahan praktek sesuai dengan program studi
kebidanan ataupun dalam pendidikan kesehatan lainnya yang berkaitan
dengan masalah kebidanan, dan sebagai studi kepustakaan mengenai
asuhan pelayanan kebidanan yang komprehensif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.


Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 bulan 3
triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan ke empat dari 3 bulan sampai 6 bulan, triwulan ke tiga dari bulan
ke 7 sampai 9 bulan. (Saiffudin, 2006).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum, dilanjukan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat
fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi dalam tiga bagian:

1. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu).


2. Kehamilan triwulan ke dua (antara 12 sampai 28 minggu).
3. Kehamilan triwulan ke tiga (antara 28 minggu sampai 40 minggu).
(Saiffudin, 2010).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan


yang terdiri dari, ovulasi pelepasan ovum, terjadinya migrasi spermatozoa
dan ovum terjadi konsepsi dan pertumbuuhan zigot, terjadinya nidasi
(implantasi) pada uterus, terjadinya pembentukan plasenta,dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010).

Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita


dalam siklus reproduksi. Kehamilan di mulai dari konsepsi dan berakhir
dengan permulaan persalinan. Selama kelamilan ini terjadi perubahan-
perubahan, baik perut, fisik maupun psikologi ibu. (Varney, 2007).

2.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut (saiffudin, 2006) tujuan antenatal adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi;
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi;
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan;
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin;
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI Ekslusif;
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Saiffudin, 2006)

2.1.3 Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang


terdiri dari:

1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Jumlah oogonium pada wanita:
Bayi baru lahir : 750.000
Umur 6-15 tahun : 439.000
Umur 16-25 tahun : 159.000
Umur 26-35 tahun : 59.000
Umur 36-45 tahun : 34.000
Menapouse : menghilang
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya
420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi
ovulasi.
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
3. Konsepsi
Merupakan pertemuan inti ovum dengan ini spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.
4. Proses nidasi atau implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma Vitellus
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam
keadaan metaphase. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti
bentuk anaptase dan telofase sehingga pronukleus-nya menjadi
hapoid. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. (Manuaba,
2010).

2.1.4 Tanda-tanda Kehamilan


Terdapat beberapa tanda-tanda kehamilan yang meliputi tanda
kemungkinan hamil, dan tanda pasti kehamilan. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing tanda kehamilan:
1. Tanda kemungkinan hamil
a. Tanda subjektif hamil
a) Terlambat datang bulan
b) Terdapat mual dan muntah
c) Terasa sesak atau nyeri bagian bawah
d) Terasa gerakan janin dalam perut
e) Sering kencing
Mereka yang sangat ingin punya anak, dapat merasakan tanda
subjektif tersebut pseudosiesis (hamil palsu).
b. Tanda objektif hamil
a) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan
memperhatikan tanda piscacek dan hegar.
b) Perubahan warna dan konsistensi rahim
c) Kontraksi
d) Terdapat ballutemen
e) Teraba bagian janin
f) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum
g) Terdapat hiperpigmentasi kulit
h) Terdapat kebiruan vagina atau selaput lendir vulva (tanda
chadwick)
i) Tes biologis positif
2. Tanda pasti kehamilan
a. Terdapat gerakan janin dalam rahim
b. Terdengar denyut jantung (usia kehamilan 12 minggu)
c. Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin
d. Pemeriksaan ultrasonografi
a) Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu
b) Terdapat fetal plate hamil 4 minggu
c) Terdapat kerangka janin hamil 12 minggu
d) Terdapat denyut jantung janin 6 minggu. (Manuaba. 2010).
2.1.5 Perubahan Fisiologis Kehamilan
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna dan pada payudara.
Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil ialah antara lain sebagai
berikut:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Rahim dan Uterus
Rahim yang semula sebesar ibu jari dan beratnya 30 gram,
pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram,
dengan panjang 20 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk
uterus seperti pada buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4
bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan
kembali seperti bentuk semula lonjong seperti telur. Hubungan
antara besar nya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting
diketahui, antara lain untuk diagnosis apakah wanita tersebut hamil
fisiologi atau hamil ganda, atau menderita penyakit seperti mola
hitatidosa, dan sebagainya.
Otot rahim mengalami hiperplasia dan hiportopi menjadi
lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin. Perubahan pada isthmus uteri makin tertarik
keatas dan menipis disebut segmen bawah rahim (SBR).
Petumbuhan rahim ternyata tidak sama kesemua arah, tetapi terjadi
pertumbuhan dengan cepat didaerah implantasi plasenta sehingga
bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama disebut
dengan tanda piskacek.
Keseimbangan hormonal yang mempengaruhi rahim yaitu
estrogen dan progestron sering terjadi perubahan kontraksi sehingga
progestron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim
yang disebut dengan braxton hicks.
2. Vagina (liang senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak semakin merah dan
kebiru-biruan. Hal ini disebut dengan tanda chadwick.
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan
16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm.
Kemudian ia mengecil setelah plasenta mulai terbentuk. Plasenta
juga mengambil alih fungsi korpus luteum untuk mengeluarkan
hormone estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil
oleh plasenta. Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal
ovulasi hormon relaxin, suatu immunureactive inhibun dalam
sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus luteum adalah sintesis dari
awal kehamilan. Kadar relaxin di sirkulasi marternal dapat
ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin
mempuyai pengaruh penenangan hingga pertumbuhan janin menjadi
baik hingga aterm.
3. Perubahan Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan
berat. Dapat teraba noduli-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli;
bayangan vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada
puting susu dan areola payudara. Kalau diperas keluar, air susu
jolong (kolostrum) berwarna kuning. (saiffudin, 2008).
b. Perubahan Sistem Endokrin
Menurut (Asrinah, 2010), perubahan fisiologis sistem endokrin
pada kehamilan meliputi:
1. Hormon Plasenta
Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin
mengubah organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar
estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan menekan
produksi tiroksin, kartikosteroid dan steroid, dan akibatnya plasma
yang mengandung hormon-hormon ini akan meningkat jumlahnya.
2. Kelenjar Hifofisis
Kelenjar Hifofisis Anterior meningkat sampai 30-50% yang
menyebabkan wanita hamil mengalami pusing. Efek meningkatnya
reaksi prolaktin adalah ditekannya produksi estrogen dan
progesteron pada masa kehamilan.
3. Kelenjar Tiroid
Dalam kehamilan, umumnya kelenjar tiroid akan
mengalami pembesaran kira-kira 13% karena adanya hyperplasia
dari jaringan glandula dan peningkatan vaskularitas.
4. Kelenjar Adrenal
Karena di rangsang oleh hormone estrogen, kelenjar
adrenal memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga
kartikosteroid, termasuk ACHT dan hal ini terjadi dari umur 12
minggu samapai masa aterm.
c. Perubahan Musculoskeletal
Estrogen dan relaksasi memberi efek maksimal pada relaksasi otot
dan ligament pelvic pada akhir kehamilan, pada saat kelahiran simfisis
pubis melebar samapi 4 mm sampai usia gestasi 32 minggu.
Meningkatnya pergerakan pelvic menyebabkan pergerakan pada vagina
dan hal ini menyebabkan sakit punggung dan ligament pada hamil tua.
(Asrinah, 2010).
d. Perubahan Sistem Perkemihan
Ureter membesar tonus otot-otot saluran kemih menurun akibah
pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju
pitrasi meningkat hingga 60%-150%. Dinding saluran kemih bisa
tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara. Kadar keratin, ureadan asam urat dalam darah
mungkin menurun namun ini dianggap normal. (Asrinah, 2010).
e. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
1. Jantung
Meningkatnya beban kerja meningkatnya otot jantung
mengalami hipertrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur
pembesaran jantung, pembesaran uterus menekan jantung keatas
dan kekiri. Selama hamil kecepatan dadrah meningkat (jumlah
darah yang dialirkan oleh jantung dala setiap denyutnya). Denyut
jantung meningkat setelah usia kehamilan 4 minggu sementara
tekanan sistolik hampir konstan, tekanan diastolik menurun drastis
pada trimester I, mencapai yang terendah pada usia kehamilan 16-
20 minggu. (Asrinah, 2010).
2. Volume Darah
Volume darah meningkat sekitar 30-50% pada kehamilan
tunggal dan 50% pada kehamilan kembar. Volume darah total
merupakan kombinasi volume plasma yang meningkat 33% dari
nilai sebelum hamil. Semua ini menyebabkan hemodelusi, yang
terlihat pada kadar hematokrit, yang rendah, yang dikenal dengan
anemia fisiologis pada kehamilan dan sering terjadi pada usia
kehamilan 24-32 minggu. Peningkatan volume darah total dimulai
pada awal trimester pertama, yang kemudian meningkat pesat
hingga menjelang minggu ke 32. Setelah itu(Varney, 2007).
Batas-batas fisiologisnya adalah:
1. Hb : 10 gr %
2. Eritrosif : 3,5 juta/mm3
3. Leukosit : 8000-1000/mm
f. Perubahan sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan
muntah. Selain itu, juga terjadi perubahan peristaltik dengan gejala
sering lapar/perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu, terjadi
muntah muntah banyak sampai lebih dari 10 kali perhari (Hiperemesis
Gravidarum).
Saliva meningkat, dan pada trimester pertama, mengeluh mual dan
muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas
dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resorbsi
makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala muntah
(emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari disebut sakit
pagi (Morning Sicness). (Asmirah, 2010).
g. Perubahan Sistem Pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk bisa
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma
akibat dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.
Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dari sekitar 20-25% dari
biasanyan. (Asrinah, 2010).
h. Perubahan Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh Melanophore Stimulating Hormon Lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpimentasi ini terjadi
pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,
linea nigra, chloasma gravidarum. Setelah persalinan, hiperpigmentasi
akan menghilang. (Asrinah, 2010).
i. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Menurut (Asrinah, 2010) peningkatan berat badan ibu selama
kehamilan menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan
janin. Analisis dari berbagai penelitian menunjukan bahwa berat badan
yang bertambah berhubungan dengan perubahan fisiologis yang terjadi
pada kehamilan dan lebih dirasakan pada ibu primigravida untuk
menambah berat badan pada masa kehamilan.
Perkiraan peningkatan berat badan:
1. 4 kg dalam kehamilan 20 minggu
2. 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester
akhir)
3. Totalnya sekitar 12,5 kg
Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan berat badan; adanya
edema, proses metabolis, pola makan, muntah atau diare, dan merokok.
IMT diklasifikasikan dalam 4 katagori:
1. IMT rendah(<19,8)
2. IMT normal (19,8-26)
3. IMT tinggi (>26-29)
4. IMT obesitas (>29)
Peningkatan BB total selama hamil yang disarankan berdasarkan BMI
sebelum hamil:
1. IMT rendah (12,5-18 kg)
2. IMT normal (11,5-16 kg)
3. IMT tinggi (7,0-11,5kg)
4. IMT obesitas ( 6 kg)
(Asrinah, 2010)
2.1.6 Perubahan Psikologis Kehamilan
Perubahan Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami
perubahan psikologis dan pada sat ini pula wanita akan mencoba untuk
beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut:
1. Trimester I (Priode Penyesuaian)
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya;
b. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.
Hal ini dilakukan untuk meyakinkan dirinya.
c. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama;
d. Oleh karena perutnya yang masih kecil, kehamilan merupakan
rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada
orang lain atau malah mungkin dirahasiakannya.
e. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda setiap wanita,
tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
2. Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik)
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi;
b. Ibu sudah biasa menerima kehamilannya;
c. Merasakan gerakan janin;
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran;
e. Lobido meningkat;
f. Menuntut perhatian dan cinta;
g. Merasa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya;
h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil laiinya atau
pada orang lain yang baru menjadi ibu;
i. Ketertarikan dan aktivitas berfokus pada kehamilan, kelahiran,
dan persiapan untuk peran baru.
3. Trimester III (Periode Penantian Penuh Kewaspadaan)
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menari;
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu;
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya;
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan ke khawatirannya;
e. Merasa sedih karena akan terpisah oleh bayinya;
f. Merasa kehilanga perhatian;
g. Perasaan mudah terluka (sensitif);
h. Libido menurun (Sulistyawati, 2009)
2.1.7 Gejala dan Tanda Bahaya Kehamilan
Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi
secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh
berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan
tanda bahaya selam kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan
ibu hamil. Faktor pridesposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya
juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan sebagai upaya maksimal
untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya. (Saiffudin,2010).
A. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12%
kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umunya (60-
80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang di temui pada sel
spermatozoa atau sel ovum. Biasanya kejadian diatas terjadi pada
kehamilan dengan molahidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
dengan uji kehamilan yang jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan biasanya dan adanya masa di
adneksi bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasentaprevia. Perdarahan yang terjadi
sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim
yang menjadi tempat implementasi plasenta tersebut. Plasenta previa
menjadi penyebab dari 25% kasus perdarahan antepartum. Bila
mendekati persalinan perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40%) atau vase previa (5%).
B. Preeklamsi
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 mingu
disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering di
diagnosakan sebagai preeklamsia. Gejala dan tanda lain dari
preeklamsia adalah sebagai berikut:
1. Hipereklamsia (itritabilitas susunan saraf pusat)
2. Sakit kepala atau selfagia (frotal atau oksifital) yang ridak
membaik dengan pengobatan umum.
3. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, selalu
berkunang-kunang.
4. Nyeri epigastrik.
5. Oliguria (luaran kurang dari 500ml/24 jam).
6. Tekanan darah sistolik 20-3- mmHg dan diastolik 10-20 mmHg di
atas normal.
7. Proteinuria (diatas positif 3)
8. Edema menyeluruh.
C. Nyeri hebat di Daerah Abdomenopelvikum
Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester dua dan
tiga disertai dengan riwayat dan tanda0tanda dibawah ini, maka
diagnosis nya mengarah pada solusio plasenta baik disertai dengan
perdarahan maupun perdarahan yang tersembunyi. Tanda-tandanya
yaitu:
1. Trauma abdomen
2. Pre eklamsia
3. Tinggi pundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
4. Bagian-bagian janin sulit teraba
5. Uterus tegang dan terasa nyeri
6. Janin mati di dalam rahim
D. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan
serius selama kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Muntah berlebih yang berlangsung selama kehamilan
2. Dysuria
3. Mengigil atau demam
4. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
5. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya.
2.1.8 Asuhan Kebidanan Antenatal Care
Asuhan antenatal adalah adalah upaya preventif program pelayan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Ada 6 ulasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas
kesehatan.
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya.
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi.
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kwalitas kehamilan dan merawat bayi.
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
(Saiffudin, 2010).
2.1.9 Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini di beri angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan. 28-
36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, pada ibu
hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran sebagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan yang
kemungkinan dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan.
Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomis
dan fisiologis kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagai metode yang tersedia. (Saiffudin, 2010).
2.1.10 Anamnesis
Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang lengkap pada awal kehamilan
memberikan dasar untuk menegakan diagnosis dan pengobatan terhadap
kelainan-kelainan yang membahayakan kehamilan. (C. Ralph, 2009).
A. Informasi Umum
Catatlah umur pasien, usia, alamat, pekerjaan ibu dan suami, lamanya
menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.
B. Keluhan Saat Ini
Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu, dan lamanya mengalami
ganguan tersebut.
C. Riwayat Haid
Dapatkan priode haid terakhir (HPHT) dan priode menstruasi
sebelumnya. Kemudian hidunglan TTP. Disamping itu, catatlah hal-hal
berikut:
1. Tanda-tanda dan gejala saat ini
2. Adanya infeksi, pengobatan, trauma, kemungkinan paparan dengan
zat-zat fototoksis, terutama yang terjadi pada kehamilan sekarang.
3. Riwayat Menstruasi
1) Usia saat menarce
2) Interval periode menstruasi
3) Lama, jumlah darah, spotting antara dua menstruasi
4) Dismenore
5) Leukorea
4. Kontasepsi: metode, lama, penerimaan atau alasan penghentian.
D. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Untuk setiap kehamilan, catatlah lama, jenis terminasi, komlikasi,
hasil dan tindak lanjut persalinan. Pada kehamilan dengan anak hidup
tanyakan jenis kelamin dan kesejahteraannya sekarang serta usahakan
untuk menilai sikap ibu terhadap setiap anak.
E. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Identifikasi masalah
2. Identifikasi penyulit(pre eklamsia atau hipertensi pada kehamilan)
3. Penyakit lalin yang diderita
4. Gerakan bayi dalam kandungan
F. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Diabetes melitus, hipertensi atau hamil kembar, adanya kelainan
bawaan.
G. Riwayat Penyakit Ibu
Penyakit yang pernah diderita, DM (Diabetes Melitus), HDK
(Hipertensi Dalam Kehamilan), infeksi saluran kemih, penyakit
jantung, infeksi virus berbahaya, alergi obat atau makanan tertentu,
pernah mendapatkan tranfuse darah dan indikasi tindakan tersebut,
inkompatibilitas rhesus, paparan sinar X atau rongen.
H. Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan
Dilatasi atau kuretase, reparasi vagina, seksio caesarea, serviks
incompetent, operasi nnon ginekologi.
I. Riwayat Mengikuti Program Berencana
J. Riwayat Imunisasi
K. Riwayat menyusui. (saiffudin, 2010)

2.1.11 Pemeriksaan fisik


Lakukan pemeriksaan umum secara lengkap dengan penekanan
khusus pada organ reproduksi dan system yang paling dipengaruhi oleh
kehamilan. Pemeriksaan kepala, telinga, mata, hidung, dan tenggorokan
sebaiknya dicatat. Auskultasi jantung dan paru yang cermat merupakan
keharusan. Penyakit-penyakit serius sering dijumpai pertama kali selama
pemeriksaan fisik (misalnya anemia, tuberculosis, tumor payudara), karena
itu pemeriksaan menyeluruh sangat penting. Penilaian pemeriksaan
menekan hal-hal berikut:
A. Pemeriksaan Umum
Catatlah tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, dan
respirasi. Catat berat badan, bentuk tubuh, dan status gizi. Nilailah
hal-hal berikut:
1. Kulit dan rambut. Gangguan-gangguan metabolik (misalnya
hipotiroidisme) sering uncul pertama kali dalam bentuk perubahan
kulit.
2. Mulut. Nilailah kebersihan mulut dan periksa adanya epulis.
(anjurka pasien memeriksakan diri kedokter gigi untuk
pencegahan).
3. Leher. Periksalah adanya masa abnormal atau limpadinopati.
Pembesaran kelenjar tiroid difus ringan yang fisiologis yang
terdapat pada sekital 60% pasien hamil.
4. Payudara. Lakukan pemeriksaan payudara dengan cermat.
Sebaiknya berikan perhatian khusus terhadap putting susu. Ini
merupakan saat yang baik untuk memulia diskusi tentang
menyusui.
5. Perut. Terutama pemeriksaan hal-hal berikut:
a. Kontur, tinggi (berapa sentimeter diatas simpisis pubis), dan
konsistensi fundus uteri serta hubungannya dengan organ atau
penanda laiinya. Catatlah letak jantung janin dan frekuensinya.
b. Organ-organ dalam perut yang dapat teraba seharusnya dapat
dikenali, dan massa abnormal atau benda asing harus
diidentifikasi, termasuk hernia, (umbilikalis, inguinalis,
femoralis, dan lumbasis). Hernia sering bertambah besar saat
hamil.
6. Ekstermitas. Catatlah perkembangan, defomitas dan keterbatasan
gerak kaki, tangan dan punggung. Verises dan edema harus
dijelaskan dan diobati jika perlu.
B. Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul berharap dapat dilakukan kapan saja sebelum
cukup nulan tetapi sangat berguna pada awal kehamilan ( misalnya
ukuran uterus vs usia kehamilan yang terhitung). Berikan perhatian
khusunya untuk hal-hal berikut.
1. Varises vulva dan vagina. Pelebaran vena ini akan berdarah saat
melahirkan.
2. Serviks dan uterus. Untuk mengamati konsistensi, posisi serta
derajat penipisan dan dilatasi serviks. Catatlah tempat dan
perluasan laserasi serviks sebelumnya, karena robekan dapat
berulang pada tempat-tempat ini selama kelahiran.
3. Massa pelvis. Bedakan antara ovarium dan tumor pelvis atau
tumor retroperitoneal lainnya. Lakukan pemeriksaan
menggunakan USG.
4. Pengukuran panggul. Pengukuran klinis yang siperlukan untuk
memperkirakan diameter pintu atas panggul dan bawah panggul
adalah sebagai berikut:
1) Diameter Biishial (BI)
2) Diameter sagittal posterior pintu bawah panggul (PS)
3) Diameter antreroposterior pintu bawah panggul (AP)
4) Diameter interspinarium mispelvis.
5) Konjungata diagonalis pintu atas panggul (DC)
C. Laboratorium
1. Pemeriksaan
1) Analisis urin rutin
2) Analisis tinja rutin.
3) Hb, MCV
4) Golongan darah
5) Antigen Hepatitis B virus
6) Antibody Rubella.
7) HIV, VDRL
2. Ultrasonografi, rutin pada saat kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin. (Saiffudin, 2010).
2.1.12 Kunjungan Berkala Asuhan Antenatal
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan
teratur. Bila kehamilan normal, jumlah kunjungan cukup empat kali: satu
kali pada terimester I, satu kali trimester II, dan dua kali pada trimester III.
Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan
untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan
yang terjadi pada ibu hamil.
Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan
pencatata:
1. Keluhan yang dirasakan oleh ibu
2. Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
a. Umum (tekanan darah, respirasi, nadi, temperatur tubuh)
b. Abdomen (tinggi fundus uteri, letak janin setelah 34 minggu,
presentasi janin, denyut jantung janin).
c. Pemeriksaan tambahan (proteinurine, glukosuria, keton)
3. Menilai kesejahteraan janin.
a. Pengukuran tinggi fundus uteri terutama >20 minggu yang akan
disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan.
Tinggi fundus yang sesuai dengan usia kehamilan.
b. Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)
c. Gerakan janin
d. Gerakan janin yang menjilang dalam waktu 48 jam dikaitkan
dengan hipoksia berat atau janin meninggal.
e. Denyut jantung janin
f. Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan
diatas, juga dilakukan pula pemeriksaan tentang:
a. Penilaian besar janin, letak dan presentasi
b. Penilaian luas panggul

2.1.13 Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama
tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat
dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas
kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil
dan keluarganya termasuk rencana persalinan (dimana penolong, dana,
pendamping dan sebagainya) dan cara merawat bayi. Beberapa informasi
penting tersebut adalah sebagai berikut (Saiffudin, 2010).

2.1.14 Nutrisi Bagi Ibu Hamil


A. Karbohidrat atau Energi
Kebutuhan gizi pada ibu hamil tergantung pada berat badan
sebelum hamil, dan berat badan selama kehamilan. Pada trimester I
dan II dibutuhkan energi yang cukup banyak karena pertumbuhan janin
yang begitu pesat. Pada trimester II dan III direkomendasikan kenaikan
berat badan sebesar 285-300 kalori dampak kekurangan energi pada
ibu hamil dapat mengakibatkan intra-uterine Growik Restriction
(IUGR) bahkan dapat mengakibatkan kematian.
B. Ptotein
Protein dibutuhkan untuk perkembangan janin, uterus, jaringan
payudara, hormone, penambahan cairan darah serta persiapan laktasi.
Sebanyak 2/3 dari protein sebaiknya berasal dari protein hewani,
selama kehamilan diperlukan sebanyak 12g/hari. Sumber protein
hewani terdapat pada daging, ikan, unggas, telur, kerang dan sumber
nabati bisa didapat dari kacang-kacangan.
C. Lemak
Kalori utama yang di butuhkan untuk pertumbuhan janin
sekama kehamilan adalah lemak. Lemak adalah sumber daya vital,
selain itu juga untuk pertumbuhan jaringan plasenta.
D. Vitamin
Asam Folat dan vitamin B12 berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
volume sarah janin dan plasenta (pembentukan sel darah merah), B12
merupakan metabolisme protein penting. Vitamin B6 untuk pembuatan
amino dalam tubuh. Vitamin C untuk mencegah terjadinya ripture
membrane, sebagai semen jaringan ikat dan pembuluh darah. Vitamin
A berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan, gigi, serta tulang juga
penting kesehatan mata, kulit, rambut, serta mencegah cacat ambaean.
Vitamin D untuk mencegah terjadinya hipokalsemia, dapat membantu
penyerapan kalsium dan posfor yang berguna untuk menetralisir tulang
dan gigi. Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel, jaringan, dan
integrasi sel darah merah. Vitamin K bila terjadi kekurangan dapat
mengakibatkan gangguan pada bayi.
E. Minerah
Kalsium (Ca) sebagian besar untuk pertumbuhan tulang pada janin.
Fosfor berfungsi untuk pembentukan rangka gigi dan janin serta
menaikan metabolisme kalsium pada ibu. Zat Besi (Fe), untuk
meningkatkan jumlah eritrosit ibu untuk mencegah terjadinya anemia.
Seng (Zn), berguna dalam pembentukan tulang, selubung saraf, serta
tulang belakang. Flour, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Yodium, jika kekurangan yodium bisa mengakibatkan pertumbuhan
anak terhambat. Natrium, dapat memegang peranan penting dan dapat
memengaruhi keseimbangan cairan tubuh pada ibu hamil. (Hutahaea,
2013).
2.1.15 Standar Asuhan Kehamilan
1. Pelayanan standar meliputi 24 standar yang dapat dikelompokan
sebagai berikut:
a. Stanfdar pelayanan umum (2 standar)
b. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
c. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
d. Standar pelayanan nifas (3 standar)
e. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetrik neonatal (9
standar)
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal sebagai berikut:
a) Standar 1: identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah, berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b) Standar 2: pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal,
pemeriksaan meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin
secara seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/kelainan,
terutama anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV,
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan
kesehatan, serta tugas terkait lain yang diberikan oleh puskesmas.
Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila
ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan
yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c) Standar 3: Palpasi Abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan badominal secara seksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan
bila usia kehamilan bertambah, memeriksakan posisi, bagian
terendah janin, dan masuknya kepala janin rongga panggul,
mencari kelainan letak, melakukan rujukan tepat waktu.
d) Standar 4: pengelolahan dini anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan, dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Standar 5: Pengolahan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan mengemukakan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala
preeklamsia laiinnya, lalu mengembil tindakan yang tepat serta
merujuknya.
f) Standar 6: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarga trimester 3 untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan telah direncanakan dengan baik, bersih, aman
dan disamping persiapan transfortasi dan biaya untuk menrujuk
menyenangkan, bila tiba-tiba terjadi keadaan kegawatdaruratan.
Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari
program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilaksanakan
oleh bidan di poliklinik, BPS, Puskesmas dan rumah sakit. Standar
Asuhan Minimal Antenatal Care (10T), yaitu:
1. Timbang Berat Badan
Penimbangan berat badan saat hamil penting untuk
mengetahui perkembangan janin. Dengan melakukan
penimbangan berat badan secara rutin dapat diketahui adanya
peningkatan berat badan normal atau tidak. Normal
penambahan berat badan pada ibu hamil adalah trimester 1: 1
kg, trimester II: 5 kg dan Trimester III: 5,5 kg (Bobak, 2005).

2. Ukur (Tekanan Darah)


Tekanan darah ibu hamil sebaiknya dibawa 140/90 mmHg
dan waspadai setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu, ibu
mengalami kenaikan tekanan darah.
3. Ukur (Tinggi) Fundus uteri
Tinggi Fundus uteri diukur dari simpisis pubis sampai
dengan fundus uteri dalam cm.

4. Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

5. Pemberian tablet Fe
Pemberian zat besi pada masa kehamilan dimulai dengan
pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat minimal masing-masing 90 tablet.
(Saiffudin, 2009).
6. Tes terhadap penyakit menular
PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan dengan janin dengan
segala akibatnya. Oleh karena itu tes terhadap PMS perlu
dilakukan agar dapat di diagnosa secara dini dan mendapatkan
pengobatan secara tepat.
7. Pemeriksaan laboratorium
8. Tatalaksana kasus
9. Tabungan persalinan
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pada saat antenatal temu wicara sangat penting karena kakn
terjamin terlaksanannya asuhan yang baik pada masa antenatal,
intranatal, postnatal dan neonatal.
2. Standar Asuhan Kehamilan
a. Kunjungan antenatal care (ANC) minimal:
1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu).
2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu).
3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu).
2.1.16 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
a. Konseling persiapan laktasi
b. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi:
1. Biaya persalinan
2. Penentuan tempat dan pertolongan persalinan
3. Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambilan keputusan
4. Baju ibu dan bayi, serta perlengkapannya.
5. Surat-surat fasilitas kesehatan
6. Pembagian peran jika ibu berda di RS.
7. Transfortasi
8. Nutrisi
c. Memantau kesejahteraan janin
Ibu pantau dan rasakan gerakan janin minimal 10 kali dalam 12
jam, atau ibu bisa lakukan USG dan dartang ke bidan untuk
pemeriksaan DJJ.
d. Konseling ketidaknyamanan dan cara mengetasi masalah pada TM III:
1. Seperti ibu mengeluh sering BAK itu wajar terjadi karena kandung
kemih ibu tertekan oleh bayi yang akan lahir. Kosongkan saat ada
dorongan untuk kencing, perbanyak minum saat siang hari, batasi
minum kopi, teh dan soda karena dapat lebih sering buang BAK,
berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah
diuresis.
2. Rasa pegal punggung itu wajar terjadi karena berat janin yang
dikandung semakin lama semakin bertambah dan menekan pada
saraf-saraf yang berada pada sekitar pinggang, posisi tulang
belakang juga tertarik kedepan. Hal tersebut dapat diatasi dengan
mengurangi aktifitas berat, dan mengajarkan mengenai body
mekanik.
e. Kunjungan Ulang
Pemeriksaan yang ideal adalah;
1. Sedini mungkin ketika haidnya trlambat 1 bulan.
2. Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 28 minggu.
3. Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 36 minggu.
4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 36 minggu
5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
f. Tanda bahaya pada kehamilan
1. Perdaraha pervaginam
a) Perdarahan pervaginam dalam kehamilan ada yng bersifat
fisiologis maupun patologis. Perdarahan yang bersifat fisiologis
terjadi pada awal kehamilan yang terjadi oleh proses
implantasi. Sedangkan perdarahan pervaginam yang bersifat
patologis ada dua yaituyang terjadi pada awal kehamilan dan
pada masa kehamilan lanjut.\
b) Perdarahan pada awal kehamilan, pada usia kehamilan kurang
dari 22 minggu sampai sebelum persalinan, tanda-tandanya
yaitu keluar tanda merah, perdarahan banyak disertai nyeri,
dapat di curigai dengan abortus, kehamilan etrofik atau
kehamilan mola.
c) Perdarahan pada kehamilan usia lanjut, terjadi setelah 22
minggu sampai sebelum persalinan, tanda-tandanya yaitu
keluar darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan,
perdarah banyak dan terus menerus disertai nyeri, biasanya
dikarenakan plasenta previa, solusio plasenta, dan rupture uteri,
atau ada pembekuan darah.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan
sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan.
3. Penglihatan/pandangan kabur
Masalah visual yang mengidentifikasi keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) dan
berkunang-kunang.
4. Bengkak pada muka dan tangan
Hamppir seluruh ibu hamil akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki. Bengkak dapat menunjukan adanya masalah
besar yang serius apabila bengkak yang muncul pada muka dan
tangan tidak hilang setelah istirahat, disertai sakit kepala hebat,
pandangan mata kabur, hal ini merupakan tanda anemia, gagal
jantung atau preeklamsi.
5. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menyebabkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah istirahat.
6. Gerakan bayi yang berkurang
Gerakan janin terjadi pada usia kehamilan 20-24 minggu
bayi harus sering bergerak paling sedikit 3 kali dalam priode 3 jam.
Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat serta jika ibu makan dan minum dengan baik. Ibu hamil
perlu melaporkan jika terjadi penurunan/gerakan yang berhenti.
(Dewi 2011).
g. Konseling tentang aktivitas seksual
Hubungan seksual selama hamil tidak tetapi hubungan seksual
dilarang jika ada riwayat seperti:
1. Riwayat abortus dan kelainan prematur
2. Perdarahan pervaginam
3. Koitus harus dialkuakn secara hati-hati terutama pada minggu
pertama kehamilan
4. Ketuban sudah pecah koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin.
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang terakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalian sejati, yang di tandai oleh perubahan progresif
pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Varney, 2008).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu), tanpa
disertai adanya penyulit. (JNPK-KR, 2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan di
dorong keluar melalui jalan lahir. (Saiffudin, 2011).
Persalinan eutosia adalah persalinan yang berjalan dengan
kekuatan sendiri (spontan dalam bentuk belakang kepala, aterm, dan
hidup). Persalinan ini menunjukan bahwa antara 3P, yaitu power,
passage, passanger telah terjalin kerja sama yang baik. (Manuaba,
2014).
2.2.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Pemeriksaan
yang dilakukan pada ibu bersalin yaitu:
1. Menilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya,
tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh.
2. Menilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi)
3. Mekukan pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen dilakukan
untuk:
1) Menentukan tinggi fundus uteri
2) Memantau kontraksi uterus
3) Memantau denyut jantung janin
4) Menentukan presentasi
5) Menentukan bagian bawah janin
4. Melakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam meliputi:
1) Memeriksa apakah ada luka atau masa (benjolan) di daerah
genetalia eksterna.
2) Menilai cairan vagina dan menentukan apakah ada bercak
darah, perdarahan pervaginam atau mekonium.
3) Menilai pembukaan dan penipisan serviks.
4) Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil tidak teraba
saat pemeriksaan dalam.
5) Menilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian bawah tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.
(JNPK-KR, 2008).
2.2.3 Klasifikasi atau Jenis Persalinan
Ada dua klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia
kehamilan:
1. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan:
1) Persalinan normal (spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
(LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
2) Persalinan buatan
Adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar.
3) Persalinan anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
1) Abortus (keguguran)
Adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.
2) Persalinan prematur
Adalah persalinan dengan usia kehamilan 28-36 minggu
dengan berat janin kurang dari 2499 gram.
3) Persalinan mature (aterm)
Adalah persalinan denga usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat janin diatas 2500 gram.
4) Persalinan Seretinus
Adalah persalian dengan usia kehamilan adalah lebih dari
42 minggu atau 2 minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir.
(Asrinah, 2010).
2.2.4 Sebab-sebab mulainya Persalinan
1. Teori Keregangan
Obat rahim mempuyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan di
mulai.
2. Teori penurunan progesteron
Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga
menimbulkan his atau kontraksi.
3. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan oksitosin bertambah sehingga dapat
mengakibatkan his.
4. Teori pengaruh prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan.
5. Teori plasenta menjadi tua
Dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan
menyebabkan villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesteron turun. Hal ini menimbulkan kekejangan
pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi rahim.
6. Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga menganggu sirkulasi
uteroplasenter.
7. Teori berkurangnya nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada
janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.
(Asrinah, 2010).
2.2.5 Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi empat tahapan (empat kala)
yaitu:
1. Kala I (satu) persalinan
Kala I ini yaitu tahapan persalinan yang dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya), hingga Cerviks membuka lengkap (10 cm). Kala I
persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:
1) Fase laten
a. Sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membukan 3 cm
c. Pada umumnya, fade ini berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yakni:
a. Fase akselerasi
Dalam waktu dua jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, yaitu dalam
pembukaan 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10
cm). Pada primigravida berlangsung 12 jam dan pada
multigravida 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam
(primigravida) atau lebih dari 1-2 cm/jam (multigravida).
2. Kala II (dua) persalinan
Persalinan kala II dimulai ketika sudah pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II ditentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap 10 cm atau
2) Terlihat bagian kepala bayi melalui intoitus vagina.
3. Kala III (tiga) persalinan
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
4. Kala IV (empat) persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum (Asmirah, 2010).
2.2.6 Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalina normal adalah proses adaptasi dan
akomodasi yang tepat antara bagian kepala terhadap berbagai segmen
panggul, agar prosesnpersalinan dapat berlangsung atau perubahan posisi
bagian terendah. (Asrinah, 2010).
Gerakan-gerakan pada mekanisme persalinan normal dalam proses
persalinan normal, kepala bayi akan melakukan gerakan-gerakan utama
meliputi:
1. Turunnya kepala
Turunnya kepala di bagi dalam:
1) Masuknya kepala dalam pintu atas panggul (PAP)
a. Masuknya kepala kedalam PAP pada primi terjadi di bulan
terakhir kehamilan sedang pada multipara terjadi pada
permulaan persalinan.
b. Kepala masuk ke PAP biasanya dengan sutura ganitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan.
c. Masuknya kepala melintasi PAP dalam kuadran
synclitinus,yaiutu arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang PAP atau sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan rahir atau tepat diantara simpisis atau agak belakang
mendekati promontorium.
d. Kepala yang masuk dengan keadaan asynclitimus yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang PAP atau satura
segitalis agak kedepan mendekati simpisis ataua agak
kebelakang mendekati promontorium.
Asynclitumus posterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati
simpisis dan dari parietal belakang lebih rendah dari parietal
depan, atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut lacip ke
arah PAP.
Asynclitimus anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga pariental depan lebih rendah dari
parietal belakang apabila arah sumbu kepala membuat lancip
ke depan dengan PAP.
2. Majunya Kepala
a. Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
rongga panggul dan biasanya baru mulai pda kala II.
b. Pada multipara majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi secara bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan refleksi, putaran paksi
dalam dan ekstensi.
Etiologi majunya kepala:
a) Tingkat cairan intrauterin
b) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong.
c) Kekuatan mengedan.
d) Meluruskan badan anak oleh pelurusan bentuk rahim

b. Fleksi
1. Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah hingga
ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.
2. Dengan fleksi kepala memasuki rongga panggul pada ukuran
yang kecil, yaitu diameter sub oksipitobregmatika 9,5 cm dan
dengan sirkumferensia sub oksipitobregmatika (30).
3. Sampai didasra panggul, kepala janin dalam keadaan fleksi
maksimal. Etiologi dari fleksi:
1) Fleksi disebabkan karena anak mendorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
2) Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak
simetris dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, tahanan
oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala akan menurun
atau menurut hukum koppel.
c. Putaran paksi dalam
1. Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar kedepan ke bawah
simpisis.
2. Dalam hal mengadakan rotasi, ubun-ubun kecil akan memutar
kearah depan sampai dasar panggul, sehingga dasar panggul
ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis.
3. Putaran paksi dalam merupakan usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentul jalan lahir, khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
4. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan
terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III, kadang-kadang
baru setelah kepala sampai di dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah
dari kepala.
2) Bagian terendah kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genetalia antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteriorposterior.
4) Akibat kombinasi elatisitas diafragma pelvis dan tekanan
intra uterin. Disebabkan oleh his yang berulang-ulang
sehingga kepala mengadakan rotasi.
d. Ekstensi
Setelah kepala janin sampai didasar panggul dan ubun-ubun
kecil dibawah simfisis, maka dengan siboksiput sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan depleksi untuk dapat
dilahirkan atau terjadilah ekstensi.
Sebab ekstensi:
1. Depleksi kepala/ ekstensi dikarenakan sumbu jalan lahir dapa
pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk memulainya.
2. Bila terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya.
3. Pola kepala bekarja dua kekuatan, yang satu mendesak
kebawah dan yang satu disebabkan tahanan dasar panggul yang
menolaknya ke atas, sehingga kekuatannya kearah depan atas.

e. Putaran paksi luar


1. Setelah kepala lahir, kepala anak memutar kembali kearah
punggung untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
pungung anak atau untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena tekanan paksi dalam.
2. Gerakan ini disebut juga putaran resusitasi atau putaran
balasan.
3. Selanjutnya putaran diteruskan hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber ichisdicum sepihak.
4. Gerakan selanjutnya, ukuran bahu/ diameter bisacromial
menempatkan diri dalam diameter anteriorposterior dari pintu
bawah panggul.
Sebab-sebab putaran paksi luar:
Karena bahu didalam rongga panggul menyesuaikan diri
dengan bentuk pangggul yang dilaluinya.

f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah
simpisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang,
kemudian bahu depan menyusul, dan selanjutnya seluruh anak
badan mnyusul searah dengan paksi jalan lahir. (Asrinah, 2010).

2.2.7 APN (Asuhan Persalinan Normal) 60 langkah:


Berikut 60 langkah APN menurut
I. Melihat dan mendengar adanya tanda-tanda persalinan kala dua:
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua:
1) Ibu mempuyai keinginan untuk meneran.
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan perlengkapan perlengkapan, bahan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi segera pada ibu
dan bayi baru lahir.
Untuk asupan bayi baru lahir atau resisutasi, siapkan:
1) Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat.
2) 3 haduk/ kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
3) Alat pengisap lendir.
4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
1) Menggelar akin di perut bawah ibu.
2) Menyiapkan oksitosin 10 Unit
3) Alat suntik steri sekali pakai di dalam partus di dalam partus set.
3. Pakai clemet pelastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Menyiapkan dan melepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue
atau handuk pribadi yang kering dan bersih.
5. Pada sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntuk).
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kassa atau kapas
yang dibasahi air DTT.
1) Jika introitus vagina, perimneum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang.
2) Buang kapas atau kassa pembersiih (terkontamisi dengan wadah
yang tersedia).
3) Jika terkontaminasi, lakukan kontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
1) Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan lengkap lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10
menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uteru mereda
(relaksasi) untuk memastika DJJ masih dalam batas normal (120-
160x/menit).
II. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
MENERAN
11. Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menentukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
1) Tunggu hingga timbul kontraksi dan rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan kala aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada.
2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran seacra
benar.
12. Minta keluarga menyiapka posisi meneran jika ada rasa ingin meneran
atau kontraksi dengan kuat. Pada kondisi itu, ibu di posisikan setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau tibul kontraksi yang kuat.
1) Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
2) Dukungan dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
4) Anjurka keluarga memberi semangat dan dukungan untuk ibu.
5) Berikan cukup asupan cairan per-oran (minum).
6) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
7) Segera rujuk jika ibu belum atau tidak akan segara lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran 120 menit(2 jam) pada
primigravida atau 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu merasa belum ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
III. PERSIAPKAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut abwwah ibu,
jika kepala bayi sudah mebuka vulva vagina dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian kepala atas bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
IV. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas tepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
1) Jika tali pusat melilit leher secaralonggar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali ppusat di dua
tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala bayi lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkanibu untuk meneran untuk kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala searah bawah dan distal sehingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan keatas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bahu untuk menompang kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang leher
dan siku sebalah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuri tangan atas benrlanjut
kepungung, bokong, tukai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan
telunjuk antara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkar ibu
jari pada datu jari dan jari-jari laiinnya pada sisi lain yang lain agar
bertemu dengan jari telujuk.).
V. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian selintas
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis kuat dan/ bernafas tanpa kesulitan?
3) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah TIDAK lanjut kelangkah resusitasi
pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban adalah YA,
lanjut ke 26.
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari mukak, kepala dan bagian tubuh
laiinnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihka verniks, ganti
handuk basah dengan handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi dan
kondisi dan posisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan diberi suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 meni setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 Unit
(Intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk
dan jari tengah laiin menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal
dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian klem ini
pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu )9sekitar 5 cm) dan klem tali pusat
pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan peningkatan tali pusat
1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat pada sekitar 2 cm
klem tersebut.
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/Steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
3) Lepaskan klem dan masukan pada wadah yang telah disediakan.
32. Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari putting atau areola mamae ibu.
1) Selimuti bayi-ibu dengan kain kering dan hangat, pasang topi
dikepala bayi
2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
3) Sebagian bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu cukup menyusu dari satu payudara.
4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
meregangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas(dorso kranial)
secara mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat.
Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding uterus kearah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya boleh ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi
sesuai dengan sumbu jalan lahir) (kearah bawah sejajar lantai atas)
Jika tali pusat bertanbah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan karaterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung
kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat 15
menit berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tidakan plasenta
manual.
37. Saat plaseta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan.putar dan pegang plasenta hinggga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkna pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tang DTT/ Steril untuk
melakukan eksporasi sisa selaput kemusian jari-jari tangan atau
klem ovum DTT/ steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal.
Rangsang Taktil (Masase)Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakan tepalak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi aorta abdominalis, Tampon kondom-kateter jika uterus
tidak berkontraksi dal;am 15 detik setelah rangsang taktil/masase.
VI. MENILAI PERDARAHAN
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukan plasenta kedalam kantung plastic atau
tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan prineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan.
VII. ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik
47. Pantau keadaan ayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60x/menit)
Kebersihan dan keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
dalam dekotaminasi (10 menit), cuci bilas dan peralatan setelah
didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau
sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI. anjurka keluarga
untuk memberi ibu minum dan makanan yang diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan sarung tangan kotor denga klorin 0,5% balikan kedalam dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K1 1 mg IM di paha kiri dibawah lateral, periksa fisik baru lahir,
pernafasan bayi normal 40-60 x/menit) dan temperatau tubuh (normal
36,5-37,5C) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pertama vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha lateral. Letakan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisue atau handuk
prbadi.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan Kala IV persalinan.

2.2.8 Tanda Bahaya Persalinan


Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan/rujukan segera selama
kala I persalinan adalah adanya:
Tabel 2.4 Tanda Bahaya Kala I
Sumber: Asrinah (2010).
Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan atau
pemeriksaan keperawatan
Riwayat badah caesar 1. Segera rujuk ke fasilitas
yang mempuyai
kemampuan untuk bedah
caesar
2. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Perdarahan pervaginam selain Jangan melakukan
lendir bercampur darah (show) pemeriksaan dalam
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infuse dan berika
RL
3. Segara rujuk ibu ke
fasilitas yang memadai
4. Dampingi ibu ketempat
rujukan

Persalinan kurang bulan 1. Segera rujuk ibu


kefasilitas yang memadai
2. Damping ibu ketempat
rujukan
Ketuban pecah disertai mekonium 1. Baringkan ibu kesisi kiri
dan disertai gawat janin 2. Dengarkan DJJ
3. Segera rujuk ibu ke
fasilitas yang memadai
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) 1. Segera rujuk ibu ke
atau ketuban pecah pada fasilitas yang memadai
kehamilan kurang bulan (< 37 2. Dampingi ibu ke tempat
minggu) rujukan
Tanda-tanda atau gejala infeksi 1. Baringkan ibu ke sisi kiri
suhu >38c , menggigil, nyeri 2. Pasang infusi danberikan
abdomen, cairan ketuban berbau RL
3. Segera rujuk ibu ke fasitas
yang memadai
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Tekanan darah lebih dari 160/110 1. Baringkan ibu kesisi kiri
mmHg atau terdapat protein urine 2. Pasang infuse dan berikan
RL
3. Berikan dosis awal 4gr
MgSO4 20% IV selama
20 menit
4. Suntikan 10gr MgSO4
50% (5 gr pada bokong
kanan dan kiri
5. Segera rujuk ke fasilitas
kesehatan yang memadai
6. Damping ibu ke tempat
rujukan
TFU 40 cm atau lebih 1. Segera rujuk kefasilitas
(makrosomia, polihidramion, yang memiliki kemapuan
kehamilan ganda) penatalaksanaan untuk
melakukan bedah caesar
2. Damping ibu ketempat
rujukan
DJJ < 100 atau >180x/menit pada 1. Baringkan ibu miring kiri
dua kali penilaian dam waktu 5 dan anjurkan bernafas
menit secara teratur
2. Pasang infuse dan berikan
RL
3. Segera rujuk ibu
kefasilitas yang memadai
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Tali pusat menumbung (jika tali 1. Gunakan sarung tanga
pusat masih berdenyut) DTT, letakan satu tanga di
vagina dan jauhkan kepala
janin dari tali pusat
menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui
dinding abdomen agar
bagian terendah janin
menekan tali pusat.
2. Segera rujuk ibu
kefasilitas yang memiliki
kemampuan
penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetric dan
bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan ATAU
a. Minta ibu untuk
mengambil posisi
bersujud dan
pertahankan posisi ini
sampai ketempat
rujukan
b. Segera rujuk ibu
kefasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan
darurat obstetric dan
bayi baru lahir
c. Dampingi ibu
ketempat rujukan
Tanda dan gejala syok nadi cepat, 1. Baringkan ibu ke sisi kiri
tekanan darah menurun, pucat, 2. Jika mungkin naikkan
berkeringat, nafas cepat cemas, kedua kaki ibu untuk
bingung, produksi urine <30 meningkatkan aliran darah
ml/jam kejantung
3. Pasang infuse dan berikan
RL
4. Segera rujuk ibu ke
fasilitas yang memadai
5. Dampingi ibu ketempat
rujukan
Tanda gejala fase laten 1. Segera rujuk ibu
berkepanjangan kefasilitas yang memiliki
-Pembukaan cerviks <4cm setelah kemampuan
8 jam penatalaksanaan obstetric
- kontraksi teratur (>2xdalam 10 dan bayi baru lahir
menit) 2. Dampingi ibu sampai
ketempat rujukan

Tanda gejala belum inpartu 1. Anjurkan ibu untuk makan


Frekuensi kontraksi <2 x dan minum
dalam 10 menit dam lamanya 2. Anjurkan ibu untuk
< 20x detik bergerak bebas
Tidak ada perubahan pada 3. Jika kontraksi berhenti
cerviks dalam waktu 1-2 jam dan atau tidak ada
perubahan cerviks,
evaluasi DJJ, jika ibu ada
tanda-tanda kegawatan
pada ibu dan janin
persilahkan ibu pulang
dan nasehati ibu untuk:
Menjaga cukup
makan dan minum
Datang untuk
mendapatkan asuhan
jika terjadi
peningkatan frekuensi
dan lama kontraksi
Tanda dan gejala partus lama 1. Segera rujuk ibu
Pembukaan cerviks kefasilitas yang
mengarah kesebelah kanan memiliki kemampuan
garis waspada partograf. penatalaksanaan darurat
Pembukaan cerviks < 1 cm obstetric dan bayi baru
/jam lahir
Frekuensi kontraksi < 2x 2. Dampingi ibu ketempat
dalam 10 menit dan lamanya rujukan
< 40 detik

Tabel 2.5 Tanda Bahaya Kala II


Sumber: (Kemenkes RI, 2008)
Temuan Penilaian dan Rencana asuhan atau
pemeriksaan Perawatan
Tanda dan gejala syok: 1. Baringkan miring
Nadi 110x/menit atau lebih TD 2. Naikkan kedua kaki untuk
sistolik < 90 mmHg pusat pasi, meningkatkan aliran darah
berkeringat, kulit lembab ke jantung
3. Pasang infus RL, infuskan
1L dalam 15-20 menit.
Nafas >30x/menit 1. Segera rujuk kefasilitas
Cemas, bingung /tidak sadar, yang memiliki
produksi urine < 300 cc/jam kemampuan
penatalaksanaan gawat
2. Damping ibu ke tempat
rujukan
Tanda gejala preeklamsi ringan: 1. Nilai ulang tekanan darah
TD diastolik 90 -110 mmHg, setiap 15 menit
Protein urine hingga 2+ 2. Baringkan miring kiri dan
cukup istirahat
3. Bila gejala berat maka
tatalaksana sebagai pre-
eklamsi berat
Tanda gejala pre-eklamsi berat: 1. Baringkan miring ke kiri
TD diastolik 110 mmHg atau 2. Berikan infuse RL
lebih dan sistolik > 90 mmHg 3. Berikan dosis awal 4g
dengan kejang, nyeri kepala, MgSO4 40% IV dengan
gangguan penglihatan kecepatan 1 g/menit
4. Berikan dosis
pemeliharaan dan segera
rajuk dan damping ibu
ketempat rujukan
Tanda gawat janin 1. Baringkan miring kiri
DJJ <120 atau >160x/menit anjurkan ibu menarik
sebagai tanda awal gawat janin nafas
DJJ <100 atau >180x/menit 2. Nilai ulang DJJ setelah 5
menit, jika DJJ abnormal
rujuk ibu kefasilitas yang
lebih memadai
3. Damping ibu ke tempat
rujukan
Kepala bayi tidak turun 1. Anjurkan meneran sambil
jongkok atau berdiri
2. Jika grafik penurunan
melewati garis waspada
segera rujuk ke fasilitas
rujukan
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Tanda-tanda distosia bahu, kepala 1. Perasat Mc Robert
bayi tidak melakukan paksi luar, 2. Prone Mc Robert
kepala bayi keluar kemudian (menunging)
tertarik ke dalam vagina (kepala 3. Perasat Cork-screw dari
kura-kura) Wood
4. Perasat Schwatz-Dixon
Air ketuban bercampur mekonium 1. Nilai DJJ, jika tidak
normal tangani sabagai
gawat janin
2. Setelah bayi lahir, lakukan
segera penanganan BBL,
jika tisak bernafas maka
hisap lendir, lanjukan
tindakan lanjutan sesuai
dengan hasil penilaian
Tali pusat menumbung 1. Nilai DJJ, jika ada segera
erujuk ke fasilitas yang
memadai
2. Jika DJJ tidak ada beritahu
keluarga dan lahirkan bayi
dengan cara yang paling
aman
Lilitan tali pusat 1. Jika longgar, lepaskan
melewati kepala bayi
2. Jika erat lakukan
penjepitan dan potong tali
pusat, kemudian lahirkan
bayi dengan segera
Kehamilan kembar tak terdeteksi 1. Nilai DJJ
2. Jika bayi kedua dengan
presentasi kepala dan
segera turun, biarkan
kelahiran berlangsung
seperti bayi pertama
3. Jika kondisi tersebut tidak
memenuhi baringkan ibu
miring kiri
4. Segera rujuk kefasilitas
yang memadai
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan

Tabel 2.6 Tanda Bahaya Kala III dan Kala IV


Sumber: (KemenKes RI, 2008)

Nilai Rencana Asuhan atau


Perawatan
Resensio Plasenta 1. Jika plasenta terlihat
lakukan PTT, minta ibu
untuk meneran dan setelah
lahir lakukan masase
uterus
2. Jika plasenta masih
kedalam uterus dan
perdarahan minimal
berikan oksitosin 10 unit
IM, segera rujuk dan
damping ibu ke tempat
rujukan
3. Jika plasenta masih dalam
uterus dan perdarahan
berat, infuse RL dengan
20 unit oksitosin dan
lakukan manual plasenta
4. Jika tidak memenuhi
syarat dan kompeten rujuk
ibu ke fasilitas yang
memadai
Avulse (putus tali pusat) 1. Palpasi uteru untuk menilai
kontraksi dan minta ibu
meneran
2. Saat plasenta terlepas
lakukan DP. Jika mungkin
cari tali pusat dan keluarkan
plasenta
3. Setelah plasenta lahir
lakukan masase uterus
4. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 menit, tangani
sebagai resensio plasenta.
Robekan vagina, perineum atau 1. Lakukan pemeriksaan
cerviks secara hati-hati
2. Jika laserasi derajat satu
atau dua lakukan penjahitan
3. Jika derajat tiga atau empat
atau robekan serviks,
pasang infus RL dan segera
rujuk ibu kefasilitas yang
memadai
Atonia uteri Lakukan KBE dan KBI

2.2.9 Partograf
Partograf adalah alat yang dipakai untuk memantau kemajuan
persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan
dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai saat pembukaan 4 cm (fase
aktif). Partograf sebaiknya di buat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalina tersebut normal atau dengan komplikasi.
(Saiffudin, 2008).
Halaman depan partograf menginstrusikan observasi dimulai dari
fase aktif persalinan dan menyediakan lajur kolom untuk mencatat hasil-
hasil pemeriksaan pada fase aktif persalinan yang meliputi : (JNPK-KR,
2008).
1. Informasi tentang ibu:
1) Nama, umur
2) Gravida, para, abortus
3) Nomor catatan medic
4) Tanggal dan waktu mulai di rawat
5) Waktu pecah nya ketuban
2. Kondisi janin
1) DJJ
Catat dan periksa DJJ dilakukan setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Catat DJJ dengan tada
titik pada garis yang sesuai kemudian hubungkan yang satu
dengan titik yang laiinnya.
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setia melakukan pemeriksaan daalm dan
catat dikotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Lambang-
lambangnya:
U : selaput ketuban masih utuh
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban berwarna
mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban kering

3) Penyusupan (moulage) kepala janin


Nilai penyusupan setiap melakukan pemeriksaan dalam dan
catat dibawah jalur air ketuban. Gunakan lambang-lambang
berikut:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah di
palpasi
1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin numpang tindih tetapi masih
dapat dipisah
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapat di pisah
3. Kemajuan Persalinan
1) Pembukaan Cerviks
Catat pembukaan cerviks setiap 4 jam (lebih sering jika
terdapat penyulit) dengan mencamtumkan tanda X sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan Cerviks.
2) Penurunan bagian terbawah janin
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam (setiap melakukan
PD). Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan Cerviks
selalu diikuti dengan penurunan bagian terbawah janin. Tapi,
ada kalanya penurunan ini baru terjadi pada saat pembukaan
mencapai 7 cm.
Tabel 2.7 Perlimaan Dan Penurunan Kepala
Sumber: (Saiffudin, 2002)
Pemeriksaan Pemeriksaan Dalam Keterangan
Luar
3/5 G - Kepala diatas PAP,
mudah digerakan
4/5 a H I-II Sulit digerakan,
bagian terbesar kepala
belum masuk PAP
3/5 r H II-III Bagian terbesar kepala
belum masuk PAP
2/5 i H III+ Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5 s H III-IV Kepala di dasar
panggul
0/5 H IV Di perineum

Garis waspada di mulai pada pembentukan cerviks 4 cm


dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm/jam. Garis bertindak tertera
sejajar dan disebalah kanan garis waspada. Jika pembukaan cerviks
telah dilampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka
hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.
4. Jam dan waktu
1) Waktu mulai nya fase aktif persalinan
2) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian
5. Kontraksi Uterus
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit. Catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi setiap 30 menit.
Lama kontraksi (dalam detik). Nyatakan lamanya kontraksi
dengan:
Beri titik jika lamanya kontraksi < 20 detik
Beri garis jika lamanya kontraksi 20-40 detik
Isi penuh kotak jika lamanya kontraksi > 40 detik

6. Obat-obatan yang diberikan


1) Oksitosin
2) Obat-obatan laiinnya dan cairan IV yang diberikan
7. Kondisi ibu
1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit dan diberi tanda
titik ( ), sedangkan tekanan darah dilakukan setiap 4 jam dan
diberi tanda panah dan temperatur di ukur setiap 2 jam.
2) Urin (Volume, aseton atau protein)
Ukur dan catat pengeluaran urine ibu sedikitnya 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Halaman belakang partograf
merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang diukur selama
proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan yang
dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir.
Gabar 2.7 Partograf

2.2.10 Asuhan Persalinan


1. Kala I
a. Dukungan Persalinan
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan
merupakan ciri dari asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung
artinya kehadiran aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Dukungan tersebut antara lain meliputi:
a) Lingkungan
Sikap bidan adalah sangat penting, mungkin lebih penting
dari pada bentuk fisik lingkungan tersebut. Ruangan persalinan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi
keadaan darurat bisa ditangani dengan cepat dan efisien.
b) Dampingi persalinan
Dukungan persalinan kala I dapat diberikan dengan cara
menghadirkan orang dianggap penting oleh ibu untuk
mendapingi selama proses persalinan seperti suami, keluarga,
atau teman dekat. Suami atau keluarga dianjurkan untuk
berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang
dapat memberikan kenyamanan pada ibu.
c) Mobilisasi
Ibu dianjurkan untuk mengubah posisi dari waktu ke waktu
agar merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan
lebih cepat karena ibu merasa menguasai keadaan.
d) Pemberian Informasi
Suami harus diberi informasi selengkapnya tentang
kemajuan persalinan dan perkembangannya selama proses
persalinan.
e) Teknik relaksasi
Jika ibu telah diajarkan teknik-teknik relaksasi, ia harus
diingatkan mengenai hal itu dan didukung sewaktu ia
mempraktekan pengetahuannya.
f) Percakapan (Komunikasi)
Bila seorang ibu berada dalam persalinan, akan ada
waktunya untuk bercakap-cakap dalam dan ada waktunya
untuk diam.
g) Dorongan semangat
Bidan harus berusaha memberikan dorongan semangat
kepada ibu selama proses persalinan.
b. Perawatan fisik
a) Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan
berganti pakaian, ataau bila tidak cukup, dengan menyeka
tubuh dan mengganti pakaiannya.
b) Posisi
Pada kala I, biasanya secara naluri ibu bergerak mencari posisi
yang nyaman dan tetap pada posisi tersebut selama kala I,
posisi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a. Berdiri di belakang meja dan rileks
b. Berdiri menghadap pasangan
c. Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks
d. Duduk dikursi menggunakan bantal menghadap kebelakang
e. Rileks dengan posisi menunging dan merebah kepala pada
bantal.
c) Kontak fisik
Ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap , tetapi mungkin akan
terasa nyaman dengan kontak fisik. Suaminya dianjurkan untuk
memegang tangan pasien, menggosok punggungnya, menyeka
wajahnya dengan washlap, atau hanya mendekapnya.
d) Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama
persalinan mungkin akan merasa pijatan yang sangat
meringankan.
e) Perawatan kandung kemih dan perut
Anjurkan ibu untuk menggosongkan kandung kemih secara
rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit 2
jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika
kandung kemih dirasakan penuh.
2. Kala II
Penatalaksanaan asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan
tanggung jawab bidan pada waktu penatalaksanaan asuhan kala I
persalinan, yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu
2. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin
3. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan
4. Perawatan tubuh wanita
5. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya serat keluarga.
6. Persiapan kelahiran
7. Penatalaksaan kelahiran
8. Pembuatan keptutusan untuk penatalaksanaan kala II kelahiran
a. Pemantauan Maternal
Pemantauan maternal pada persalinan kala II harus dilakukan
secara kontinu. Evaluasi kontinuitas kesejahteraan ibu
mencangkup point-point yang digunakan untuk mengepaluasi
kala I persalinan, yaitu sebagai berikut:
a) Tanda-tanda vital
b) Pengosongan kandung kemih
c) Hidrasi dan keadaan umum ibu
d) Evaluasi kemajuan persalinan
1. Kontraksi
2. Tanda-tanda persalinan kala II
a. Ibu merasa ingin meneran
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vaginannya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan spingter ani membuka
e) Upaya meneran pada ibu
Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin
meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman,
bimbing ibu untuk meneran serta efektif dan benar
mengikuti alamiah terjadi.
Cara meneran yaitu sebagai beriku:
1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
2. Beritahu ibu untuk tidak menahan nafas saat meneran
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara
kontraksi
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih
mudah untuk meneran apabila lutut ditarik ke arah dada dan
dagu di tempelkan di dada.
5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong ketika meneran
6. Bidan tidak diperbolehkan untuk melakukan pendorongan pada
fundus karena akan meningkatkan kejadian distosia bahu.
a) Integritas perineum
Integritas perineum dievaluasi untuk menentukan apakah
kelahiran kemungkinan dapat dengan perineum yang utuh
apakah episiotomi diindikasikan.
b) Kebutuhan episiotomi
c) Pemantauan fetal
Evaluasi kesejahteraan janin pada kala II merupakan kelanjutan
dari pemantauan kesejahteraan janin pada kala I. Termasuk
evaluasi hal sebagai berikut:
1. Kenormalan letak, presentasi dan variasi janin
2. Adaptasi janin terhadap pelvis
3. Frekuensi dan pola DJJ
4. Evaluasi kenormalan mekanisme persalinan
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari dari 30 menit (Saiffudin, 2010). Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memeperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar
2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta di lepas ke segmen
bawah rahim
3) Tali pusat bertambang panjang
4) Terjadi perdarahan (Sulistyawati, 2010).
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu:
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3. Massase fundus uteri (JNPK-KR, 2008).
4. Kala IV
Di mulai saat lahirnya plasenta sampai jam pertama
postpartum (Saiffudin, 2010). Asuhan dan pemantauan kala IV
diantaranya:
1. Lakukan rangsangsangan taktil uterus untuk merangsang uteru
berkontraksi lebih kuat dan baik.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri
setinggi atau beberapa jari dibawwah pusat.
3. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan
luasnya robekan yaitu:
a. Derajat I : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan posisi luka baik.
b. Derajat II : Derajat I ditambah dengan otot perineum. Di jahit
menggunkan teknik jelujur.
c. Derajat III : Derajat II ditambah dengan otot sfingter an.
d. Derahat IV: Derajat III ditambah dengan dinding depan rektum
Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi
perineum derajat III dan IV, dan harus segara rujuk.
5. Evaluasi keadaan umum ibu
6. Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV
dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan (JNPK-KR, 2008).

2.2.11 Peran Bidan dalam Persalinan


Peran bidan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini
adanya kompilikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan
dan dukungan pada ibu bersalin (Saiffudin, 2010).
Menurut JNPKKR peran bidan dalam proses persalinan diantaranya:
1. Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
2. Melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan
aman.
3. Secara rutin bidan melakukan panatalaksanaan aktif persalinan kala
tiga.
4. Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin pada saat kepala janin meregang perineum. (JNPK-
KR, 2008).

2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saiffudin, 2011).
Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil
(Varney, 2008).
Masa nifas (perineum) adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali dalam keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2005).
Masa nifas inni terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Peurperium Dini (Periode Immediate Postpartum).
Merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai
dengan masa kepulihan dimana ibu sudah di perbolehkan
mobilisasi jalan. Pada masa ini sering terjadi banyak masalah,
misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh kerena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.

2. Puerperium Intermedial (Periode early postpartum 24 jam-1)


Merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu. Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
minggu perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serat ibu dapat
menyusui dengan baik.
3. Remote puerperium
Merupakan waktu yang di perlukan untuk pulih dan saat
sempurna terutama bila ibu selama hamil maupun bersalin ibu
mempuyai komplikasi masa ini bisa berlangsung 3 bulan bahkan
lebih lama sampai setahun. Periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
2.3.2 Asuhan Masa Nifas
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan
asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya
bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti
sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Tujuan dari
pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis.
2. Mendekati masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan perawatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta
perawatanbayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan Kb( Saleha, 2009).
2.3.3 Program dan Kebijakan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir
untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah
yang terjadi. (Saleha, 2009).
2.8 Tabel Kunjungan Postpartum
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah 1. Mencegah persalinan
persalinan pada masa nifas
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan
dan memberi rujukan jika
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling
kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga
mengenai bagaimana
mencegah terjadinya
perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Memberikan ASI pada
awal masa ibu.
5. Mengajarkan cara
mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah
hipotermia. Jika menolong
persalinan maka bidan
harus menjaga ibu dan
bayi untuk dua jam
pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu
dan bayi dalam keadaan
stabil.
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi
persaliana uteerus berjalan normal,
uterus berkontraksi,
fundus di bawah
umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, dan
tidak adaa bau.
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi, atau
kelainan pasca persalinan.
3. Memastikan ibu cukup
makanan, cairan dan
istirahat.
4. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan
pada bayi cara merawat
tali pusat dan bagaimana
menjaga bayi tetap hangat.

3 2 minggu setelah Sama seperti pada asuhan


persalinan enam hari setelah
persalinan
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu
persalinan tentang penyulit-penyulit
yang dialami atau
bayinya.
2. Memberikan konseling
untuk KB secara dini.
Sumber: Saleha, 2009

2.3.4 Perubahan Fisiologis Pada Nifas


1. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Tabel 2.9 Perubahan Uterus
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari 1000 gram
dibawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat 750 gram
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 500 gram
simfisis
6 minggu Normal 50 gram
Sumber: Saleha, 2009.
2) Lokhia
Lokhia adalah cairan secretyang berasal dari cavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Berikut ini adalah
beberapa jenis lokhia yang terdapat pada waktu pada masa
nifas.
a. Lokhia lubra
Berwarna merah karena barisi darah segar dan sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo
dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah
lokhia yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.
b. Lokhia sanguilenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke-3 samapi ke-7 hari pasca
persalinan.
c. Lokhia alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian semakin lama
semakin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu
atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan
putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-
sel desidua (Saleha, 2009).
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya
trombosit, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,
mempuyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin, setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
4) Serviks
Segera setelah berakhir kala IV, serviks menjadi
sangat lembek, kendur dan terkulai. Serviks tersebut bisa
melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks aka
terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang
tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil. Rongga leher
serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha,
2009)
5) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan
puerperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding
tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi
jarang sekali kembali seperti ukuran seorang multipara
(Saleha, 2009).
6) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempuyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
a. Produksi susu
b. Sekresi susu atau let down
Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan ketika
hormon yang dihasilkan plasenta sudah tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon latogenik). Sampai
ketiga hari melahirkan, efek prolaktin pada payudara
mulai bisa dirasakan. Pembuluh payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak dan rasa sakit (Saleha, 2009).
7) Sistem pencernaan
Seorang wanita bisa merasakan lapar dannisap
makanan nya setalah dua jam persalinan. Kalsium amat
penting utuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana
pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan
janin, juga pada ibu masa laktasi.
Mual muntah terjadi pada akibat produksi saliva meningkat
pada kehamilan trimester 1, gejala ini 6 minggu setelah
HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi
pada ibu nifas. Ibu nifas pada partus lama mudah terjadi
ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak
adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan
buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga
membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi
karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka
perineum (Saleha, 2009).
8) Sistem perkemihan
Kandung kemih pada puerperium mempuyai
kapasitas secara relatif. Oleh karena itu distensi yang
berlebihan, urine residual yang berlebihan dan pengosongan
yang tidak sempurna harus diwaspadai dengan seksama.
Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan
kembali normal pada dua sampai delapan minggu setelah
persalinan (Saleha, 2009).
9) Sistem muskulokeletal
Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamen
rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh kebelakang.
Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur
dapat diatasi dengan latihan-latiahn tertentu. Mobilitas
sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara
perlahan-lahan (Saleha, 2009).
10) Sistem Endokrin
a. Oksitosin
Oksitosin disekresi dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan. Hormon
oksitosin perperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Hal tersebut membantu uteru kembali ke
bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk
mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui bayinya kadar prolaktin
tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel
dalam ovarium yang tertekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun
dalam 14-21 hari setalah persalinan. Sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang
mengontrol ovarium ke arah permulaan pada produksi
estrogen dan progestron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi dan menstruasi.
c. Estrogen dan Progestron
Selama hamil volume darah normal meningkat
walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Dierkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Disamping itu, progestron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi peragsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta nagina
(Saleha, 2009).
11) Perubahan-perubahan tanda vital
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C.
Setelah partus dapat naik kurang lebih 0,5 C dari
keadaan normal, namun tidak akan melebihi 0,8C.
Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu
badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38C,
mungkin terjadi infeksi pada klien.
b. Nadi dan pernafasan
Nadi sekitar antara 60-80 denyutan permenit setelah
patrus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat
takikardia dan suhu tidak panas mungkin terdapat
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
seperti keadaan semula.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila
tidak tedapat penyakit-penyakit lain yang disertainya
dalam bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
12) Sistem hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel
darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Leukosit
akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama
postpartum. Jumlah hemoglobin, hematoktir, serta eritrosit
akan sangat bervariasi pada awal nifas sebagai akibat dari
volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang
berubah-ubah (Saleha, 2009).

2.3.5 Tanda Bahaya Masa Nifas


Tabel 2.10 Tentang Bahaya Masa Nifas
Perdarahan Infeksi Hipertensi
Perdarahan hebat 1. Demam 1. TD naik >140/90
dari vagina/tiba-tiba 2. Respirasi cepat mmHg
bertambah banyak 3. Nadi cepat 2. Sakit kepala terus
4. Tromboflebitis menerus, nyeri
5. Pengeluaran vagina ulu hati, masalah
yang baunya penglihatan
membusuk 3. Pembengkakan di
6. Rasa sakit dibagian wajah tangan dan
bawah abdomen kaki
7. Demam, muntah,
rasa sakit waktu
BAK, dan merasa
tidak enak badan
8. Payudara berubah
menjadi merah, panas,
terasa sakit
9. Kehilangan nafsu
makan dalam waktu
yang sama
Sumber: Saifudin, 2010.

2.3.6 Peran Bidan


Peran bidan pada masa nifas antara lain:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4. Menangani komplikasi ata masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

2.4 Bayi Baru Lahir


2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dalam presntasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa ada cacat
bawaan. Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyusuaikan diri dari kehidupan intrauterin (Rukiyah,
2010).
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.
Pembagian umur bayi beru lahir adalah:
1. Umur 0-7 hari disebut neonatal dini
2. Umur 8-28 hari disebut neonatal lanjut
Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi yaitu:
1. Neonatus cukup bulan (37-42mg)
2. Neonatus kurang bulan (37 mg)
3. Neonatus lebih bulan (42 mg)
Klasifikasi neonatus menurut berat lahir yaitu:
1. Sesuai masa kehamilan (2500-4000)
2. Kecil masa kehamilan (<2500)
3. Besar masa kehamilan (>4000)
Klasifikasi neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
1. Berat antara 2500-4000 gram
2. Panjang badan 45-54 cm
3. Lingkar kepala 33-37 cm
4. Lingkardada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala
(Saiffudin, 2011).

2.4.2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


1. Perubahan pernafasan
Sistem pernafasan adalah sistem yang paling tertantang
ketika perubahan dari lingkungan intrauterine ke lingkungan
ekstrauterin. Bayi baru lahir harus segera mulai bernafas begitu
lahir ke dunia. Organ yang paling bertanggung jawab untuk
oksigenasi janin sebelum lahir adalah plasenta. Selama gestasi, ada
banyak perkembangan yang menyediakan infrasruktur untuk
awitan pernafasan. Janin mengembangkan otot-otot yang
diperlukan untuk bernafas dan menunjukan gerakan pernafasan
sepanjang trimester ke dua dan ketiga. Alveoli berkembang
sepanjang gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin untuk
menghasilkan sufaktan, fosfolifid yang mengurangi tegangan
permukaan pada tempat pertemuan antara udara-alveoli. Ruang
interstisial antara alveoli sangat tipis sehingga memungkinkan
kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran
udara (Varney, 2008).
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada
hari hari sebelum persalinan dan selama persalinan. Janin cukup
bulan disiapkan pada banyak level untu memulai pernafasan yang
berhasil (Varney, 2008).
Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa
tanpa gangguan yang; (1) membantu perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi dewasa (2) mengosongkan paru dari cairan, (3)
menetapkan volume paru neonatus dan karakterisktik fungsi paru
pada bayi baru lahir, dan (4) mengurangi tekanan ateri vurmonali
(Varney, 2008).
Ketika kepala dilahirkan lendir keluar dari hidung dan
mulut. Banyak bayi yang lahir mengap-mengap dan bahkan
menangis pada saat itu. Oleh karena itu, pengisapan mulut dan
hidung dengan suction karet tidak diperlukan. Penggunaan alat
pengisap, seperti suction karet atau suction dinding harus dibatasi
jika usaha nafas bayi baru lahir berkurang atau ketika mekonium
perlu dibersihkan dari jalan nafas (Varney, 2008).
2. Perubahan sirkulasi
Aliran darah plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Tindakan ini menandakan suplay oksigen plasenta dan
menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-
reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru
sebagai respon terhadap tarikan nafas pertama. sirkulasi janin
merupakan karakteristik berupa sistem tekanan darah. Karena paru
adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran
darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang
teroksigenasi melalui paru yang malah mengalir melalui lubang
antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah
yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewah mengalir ke
otak melalui duktus atreriosus (Varne, 2008).
Tabel 2.11 Respon Pernafasan Normal dan Abnormal
Normal Abnormal
Frekuensi rata-rata 40 kali permenit -
Rentang: 30-60 kali permenit -
Pernafasan diafragma dan abdomen Retrasi interkosta, retraksi
prosesusxipoedeus
Harus bernafas melalui hidung Nafas cuping hidung
- Suara dengkur pada saat ekspirasi
Sumber: (Varney, 2008).
3. Termoregulasi
Bayi baru lahir memiliki kecendrungan lebih cepat stres
karena perubahan suhu lingkungan. Karena suhu didalam uterus
berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin
biasanya lebih tinggi 0,6 Cdaripada suhu ibu. Pada saat lahir,
faktor yang berperan dalam kehilangan panas dan bayi baru lahir
meliputi area permukaan tubuh, bayi baru lahir yang luas berbagai
tingkat insulasi lemak subkutan. Dan derajat fleksi otot. Bati
cukup bulan dengan berat badan lahir tinggi dan fleksi otot yang
baik memiliki perlindungan alami terbaik terhadap kehilangan
panas. Namun, kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat sampai 2 hari setelah lahir,
bahkan jika bayi lahir sampai cukup bulan dan sehat. Bidan
berkewajiban untuk mengorganisasikan lingkungan kelahiran
sehingga kehilangan panas pasa bayi baru lahir yang basah dapat
diminimalkan (Varney, 2008).
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme:
(1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, (4) evaporasi. Tempat
kelahiran harus dipersiapkan dengan adekuat untuk meminimalkan
kehilangan panas pada neonatus (Varney, 2008).
4. Perubahan pada darah
Nilai darah pada bayi baru lahir bervariasi dari pada nilai
pada orang dewasa atau anak yang lebih tua. Bidan harus
menyadari rentan nilai untuk keadaan normal dan implikasi setiap
nilai abnormal terhadap bayi baru lahir. Bayi baru lahir dilahirkan
dengan nilai hematocrit atau hemoglobin yang tinggi. Konsentasri
hemoglobin normal memiliki rentan 13,7 sampai 20,0 g/dL.
Apabila nilai hematroktit di peroleh dengan menggunakan sampel
dari penusukan ditumit, nilainya dapat lebih tinggi dari nilai
normal akibat statis vena pada kaki. Nilai lebih tinggi dari 65%
perlu dikonfirmasi dengan sampel vena (Varney, 2008).
5. Sistem Gastroinstetinal
Sistem gastroinstetinal pada bayi baru lahir cukup bulan
relative matur. Sebelum janin cukup bulan mempraktekan perilaku
mengisap dan meneran. Reflek muntah dan batuk yang matur telah
lengkap pada saat lahir. Mekonium, walaupun steril, mengandung
debris cairan amnion dan bahwa saluran tersebut memulai saluran
cerna (Varney, 2008).
6. Sistem imun
Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah sikap yang
signifikan. Ketidak maturan fungsional ini membuat neonatus
rentan terhadap banyak infeksi dan respon alergi. Sistem imun
yang matur memberikan bayi imunitas alami maupun yang didapat
(Varney, 208).

2.4.3 Penanganan Bayi Baru Lahir


Penilaian klinik tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas
dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat
vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan
hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan
refleks-refleks primitif seperti menghisap dan mencari puting susu
(Saiffudin, 2011).
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah:
1. Membersihkan jalan nafas
Bayi yang normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
a. Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakan dibawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi
kepala diatur sedikit mengadah kebelakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan
rangsangan ini biasanya bayi segera nangis.
2. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum/sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali
pusat dipotong untuk memudahkan tindakan resusitasi pada
bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu lahir, belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat, suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuh nya stabil. Suhu
tubuh bayi harus di catat (Saiffudin, 2011).

2.4.4 Inisiasi Menyusui Dini


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan program yang
didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa kontak
bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir akan berdampak
positif untuk perkembangan bayi.(Saiffudin, 2009). Segera setelah
bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi terungkap
didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan
jika lebih sampai bayi dapat menyusui sendiri (JNPK-KR, 2008).
Keuntungan inisiasi menyusui dini pada bayi:
1. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segara keluar yang sesuai dengan kebutuhan bayi
2. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi
3. Meningkatkan kecerdasan
4. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas
5. Meletakan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi
6. Mencegah kehilangan panas
7. Merangsang kolostrum segera keluar
Keuntungan inisiasi menyusu dini untuk ibu:
1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
2. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (JNPK-
KR, 2008).

2.4.5 Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan indikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yaang memerlukan perhatian keluarga dan pertolongan
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauannya
meliputi:
1. Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal ini dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
setelah lahir meliputi: kemampuan mengisap kuat atau lemah,
bayi tampak aktif atau lunglai, dan bayi kemerahan atau biru.
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan menilai
terhadap atau tidak nya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut, seperti:
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b. Gangguan pernafasan
c. Hipotermia
d. Infeksi
e. Cacat bawaan dan trauma lahir (Saiffudin, 2011).

2.4.6 Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir


1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 per menit
2. Kehangatan terlalu panas (>38C atau terlalu dingin <36C)
3. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama dan ahri
ke 11), biru atau pucat, memar
4. Pemberian ASI hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
5. Talu pusah merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah
6. Infeksi; suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah), bau busuk, pernafasan sulit
7. Tinja/kemih; tidak berkemih dalam waktu 24 jam, tinja
lembek, sering hijau tua atau lendir atau darah pada tinja
8. Aktivitas; mengigil, atau menangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas-lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saiffudin
2011).

2.4.7 Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resistan. Anak
di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Rukiyah, 2010
dalam Notoatmojo, 1997).
Atau imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja.
Sehingga, untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi
laiinya. Maka dari itu, pada bayi baru lahir ada beberapa jenis
imunisasi dasar yang wajib diberikan (Rukiyah,2010).
Tabel 2.12 Jadwal Imunisasi
Jenis Vaksin Jumlah Vaksin Selang Waktu Sasaran
Pemberian
BCG 1 kali Bayi 0-11 bulan
DPT 3 kali (DPT 1,2,3) 4 minggu Bayi 2-11 bulan
Polio 3 kali (polio 1,2,3) 4 minggu Bayi 2-11 bulan
Campak 1 kali Anak 9-11 bulan
DT 2 kali 4 minggu Anak kelas 1 SD
wanita
TT 2 kali 4 minggu Anak kelas VI
wanita
Sumber: (Rukiyah, 2010)

2.4.8 Peran Bidan


Memberikan asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir serta
mengajarkan kepada orang tua dan memberikan motovasi agar
menjadi orang tua yang percaya diri (Sulistyawati, 2010).
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
Program keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur
jumlah dan jarak yang di inginkan. Agar dapat mencapai hal
tersebut, maka dibuatlah beberapa cara alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga
(Sulidtyawati, 2011).
Keluarga berencana merupakan program pemerintah yang
bertujuan untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki
informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak
kehamilan (Saiffudin 2010).

2.5.2 Metode dan Jenis Kontrasepsi


I. Metode Kontrasepsi Alami
1) Metode Amenore Laktasi (MAL) menurut Saiffudin 2012
Metode amenore laktasi adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberi ASI tanpa tambahan makanan dan
minuman apapun laiinya. Metode ini dapat digunakan
sebagai kontrasepsi apabila:
a. Menyusui secara penuh (full breast feeding) lebih efektif
bila pemberian 8x sehari
b. Belum haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan
Metode kontasepsi ini efektif sampai 6 bulan dan
harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontasepsi
laiinya .
Cara kerja: penundaan atau penekanan ovulasi
1) Keuntungan kontrasepsi
a. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan
pasca persalinan
b. Segera efektif
c. Tidak mengganggu senggama
d. Tidak ada efek samping secara sistematik
e. Tidak perlu pengawasan medis
f. Tidak perlu obat atau alat
g. Tanpa biaya
2) Keuntungan Nonkontrasepsi
Untuk bayi:
a. Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI)
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari
air, susu lain atau formula, atau alat minum yang
dipakai.
Untuk ibu:
a. Mengurangi perdarahan pascapersalinan
b. Mengurangi resiko anemia
c. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
3) Keterbatasan
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
b. Mungkin dilaksananakan secara kondisi sosial
c. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau
hanya sampai dengan 6 bulan
d. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus
hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
4) Yang dapat menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur
kurang dari 6 bulan dan ibu belum mendapatkan haid
setelah persalinan.
5) Yang seharusnya tidak memakai MAL
a. Sudah mendapat haid setelah bersalin
b. Tidak menyusui secara ekslusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam
II. Motode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
a. Metode kelender
Metode kalender merupakan prinsip berkala, yaitu
tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk
menentukan masa subur istri digunakan tiga patokan, yaitu:
1) Ovulasi terjadi 142 sebelum haid yang akan datang.
2) Sperma dapat bidup dan membuahi selama 48 jam
setelah ejakulasi.
3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi apabila konsepsi ini dicegah, koitus harus di
hindari sekurang-kurangnya 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam
sebelum ovulasi.
Tampaknya cara ini mudah dilaksanakan, tetapi
dalam praktiknya sukar untuk menentukan saat ovulasi
dengan tepat, karena hanya sedikit wanita yang mempuyai
daur haid teratur, dan juga dapat terjadi variasi terutama
pasca persalinan dan pada tahun-tahun menjelang
menopause.
Cara menentukan masa aman yaitu dengan cara,
dicatat lama siklus haid selama tiga bulan terakhir, tentukan
lama siklus haid terpendek dan terpanjang dikurang 11 hari.
Dua angka yang diperoleh merupakan masa subur. Dalam
jangka waktu subur tersebut pasangan suami istri tersebut
harus pantang melakukan hubungan seksual, sedangkan diluar
waktu tersebut merupakan waktu aman.
Sebagai contoh, jika seseorang wanita mempuyai
siklus haid yang bervariasi dari 28 sampai 36 hari, maka
perhitungannya adalah 28-28=10, dan 36-11=25. Pada contoh
ini konsepsi dapat terjadi pada hari ke 10 hingga hari ke 25
daur haid. Masa aman ialah hari ke 1 sampai ke 9 siklus haid,
dan hari ke 26 sampai 9 hari sesudah haid yang akan datang.
Umumnya makin teratur daur haid maka akan semakin kecil
tingkat kegagalan dengan cara ini (Sulistyawati, 2011).
b. Metode Lendir Serviks Billings
Dengan metode ini klien dapat mengenali masa
subur dengan membantu lendir serviks yang keluar dari
vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan
pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu
di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering atau
basah. Tidak dianjurkan untuk pemeriksaan dalam vagina.
(Saiffudin, 2012).
a) Hari-hari kering : setelah darah haid bersih,
kebanyakan ibu mempuyai 1- beberapa hari tidak terlihat
adanya lendir dan daerah vagina terasa kering, ini
dinamakan hari-hari kering.
b) Hari-hari subur : ketika terobsevasi adanya lendir
sebelum ovulasi, ibu dianggap subur ketika adanya
lendir, walalupun jenis lendir yang kental dan lengket.
Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di
serviks dan hari-hari subur sudah dimulai.
c) Hari puncak : adalah hari terkahir adanya lendir
paling licin, mulur dan ada perasaan basah.
c. Metode Suhu Basal
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah
dengan suhu basal tubuh. Menjelaang ovulasi suhu basal
tubuh akan menurun dan kurang lebih dalam 24 jam setelah
ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari
pada suhu sebelum ovulasi. Fenomeda ini dapat digunakan
untuk menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat dengan
teliti setiap hari. Sehu basal di ukur waktu pagi segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas. Dibawah ini
diberikan sebuah contoh pencataan suhu basal tubuh seorang
wanita. (Sulistyawati, 2011).
Pengguna suhu basal dan penentuan masa aman
seperti diatas akan meningkatkan daya guna pantang berkala.
Namun suhu basal tubuh dapat pula meningkatkan pada
beberapa kondisi infeksi, ketengana dan waktu tidur tidak
teratur. Oleh karena itu, dianjurkan agar tidak melakukan
hubungan seksual sampai terlihat suhu setiap tiga hari (pada
waktu pagi) berturut-turut. Panjang siklus haid teratur ialah
28-30 hari. Dengan mengenal tanda-tanda premenstruasi,
maka saat ovulasi dapat diperkirakan (Sulistyawati, 2011).
a) Efek samping
Pantang yang terlalu lama dapat menimbulkan
frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
kondom atau tablet vagina saat berhubungan seksual.
b) Daya guna
Daya guna metode ini secara teoritis adalah 15
kehamilan per 100 wanita pertahun, daya guna pemakai
ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya
guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola cara
rintangan, misalnya kondom atau spermisida disamping
pantang berkala.
d. Metode Simtomternal
Ibu harus mendapatkan intruksi untuk metode lendir
serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan masa subur ibu
dengan mengamati suhu basal dan lendir serviks (Saiffudin,
2012).
a) Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada
malam hari pada hari kering dengan terselang sehari
selama masa tidak subur, ini adalah aturan hari kering
(aturan awal). Aturan yang sama dengan metode lendir
serviks.
b) Masa subur dimulai ketika ada perasaan basah atau
munculnya lendir, ini adalah aturan awal. Aturan yang
sama dengan metode lendir serviks, bertentangan
senggama sampai masa subur berakhir.
c) Pantang bersenggama sampai hari puncak dan aturan
perubahan suhu telah terjadi.
d) Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama
sebagai akhir masa subur, selalu ikuti aturan yang paling
konservatif, yaitu yang mengidentifikasi masa subur yang
paling panjang.

d. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga
berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi (Saiffudin, 2012).
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak
ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat
di cegah (Saiffudin, 2012).
a. Manfaat kontrasepsi
a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
b) Tidak menganggu produksi ASI
c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lain
d) Tidak ada efek samping
e) Dapat digunakan setiap waktu
f) Tidak membutuhkan biaya
b. Manfaan Nonkontrasepsi
a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga
berencana
b) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih
dekat dan pengertian yang sangat dalam.
c. Keterbatasan
a) Efektivitas tergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan
per 100 perempuan pertahun)
b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
c) Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual.
d. Dapat dipakai untuk
a) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana
b) Pasangan yang taat beragama atau mempuyai alasan
filosofi untuk tidak memakai metode lain.
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan
segera
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara,
sambil menunggu metode yang lain.
e) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
f) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak
teratur.
e. Tidak dapat dipakai untuk
a) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
c) Suami yang memerlukan kelainan fisik atau
psikologis
d) Ibu yang mempuyai pasangan yang sulit untuk diajak
kerjasama
e) Pasangan yang kurang dapat saling komunikasi
f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama
terputus
f. Intruksi bagi klien
a) Meningkatkan kerja sama dan membangun saling
pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan
pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati
penggunaan metode senggama terputus.
b) Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu
menggosongkan kandung kemih dan membersihkan
ujung penis untuk menghilangkan sperma dari
ejakulasi sebelumnya.
c) Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera
mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan
mengeluarkan sperma diluar vagina.
d) Pastikan prai tidak terlambat mengeluarkannya
e) Senggama tidak dianjurkan pada masa subur
III. Metode Kontrasepsi Sederhana dengan Alat (BARIER)
a. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang berguna untuk
mencegah kehamilan sekaligus juga mencegah infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, kondom efektif
bila dipakai secara benar.
Kondom merupakan selubung atau karet yang dapat
membuat dari berbagai bahan antara lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang di pasang
pada penis saat berhubungan seksual. Standar kondom dapat
dilihat dari ketebalan pada umumnya standar ketebalan
adalah 0,02 mm (Saiffudin, 2012).
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar
pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa
pasangan, memakai kondom tidak efektif karena tidak
memakai secara konsisten. Secara ilmiah di dapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per
100 perempuan pertahun (Saiffudin, 2012).
b. Diafragma
Alat kontasepsi berbentuk diafragma atau (cap)
jarang di pakai di Indonesia, karena memerlukan bidan atau
dokter untuk memasanggnya. Diafraga terbuat dari karet
berbentuk karet, dipakai untuk menutup serviks. Terdapat
dalam berbagai ukuran. Banyak ukuran menurut besar
kecilnya. Sebaiknya dipakai dengan mengoleskan krim atau
jelly pada permukaannya. Alat ini tidak disediakan oleh
program keluarga berencana nasional. Diafragma dimasukan
kedalam vagina sampai menutupi mulut rahim. Dikeluarkan
lagi setelah 8 jam bersetubuh (Irianto, 2014).
Kontrasepsi diafragma merupakan kontrasepsi yang
tidak biasa di Indonesia. Kontrasepsi ini adalah kontrasepsi
barier yang tidak mengurangi kenikmatan hubungan seksual
karena terjadi skin to skin kontak antara penis dengan vagina
dan dapat meningkatkan frekuensi sentuhan pada G-spot
dalam. Sayangnya diafragma memiliki keefektivitasan yang
paling pendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi laiinya,
selain itu pemasangan harus dipasang oleh tenaga kesehatan
dan harganya relatif lebih mahal (Irianto,2014).
c. Spermisida
Lebih akrab dengan nama tisu KB. Kontrasepsi
yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma.
Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet, tablet vagina atau
aerosol (spray). Sebelum melakukan hubungan, alat ini
dimasukan ke dalam vagina setelah 5-10 menit hubungan
seksual dapat dilakukan. Banyak orang yang tidak mengerti
menggunakan alat kontrasepsi ini. Sehingga tidak menjadi
efektif karen akontrasepsi ini harus digabung dengan alat lain
seperti diafragma (Irianto, 2014).
IV. Metode Hormonal
a. Pil kombinasi
Merupakan jenis kontrasepsi berupa pil yang berisi
estrogen dan progestron dalam dosis tertentu. Contohnya
ovral, eugynon, ovulen, liyndiol. Pil adalah alat kontrasepsi
yang efektif dan revefersible tetapi harus diminum setiap hari
dan pada bulan pertama efek samping beruma mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan akan segera
menghilang. Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis yaitu:
a) Monopasik yaitu pil yang tersedia dalam 21 kemasan
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestron
dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
b) Bifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progestron
dengan dua dosis yang berbeda serta 7 tablet tanpa
hormon aktif.
c) Tripasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengendung hormon aktif estrogen dan progestron
dengan 3 dosis yang berbeda serta 7 tablet tanpa hormon
aktif (Saiffudin, 2012).
b. Pil progestin (Minipil)
a) Cocok untuk perempuan yang menyusui yang ingin
memakai pil KB
b) Sangat efektif pada masa laktasi
c) Dosis rendah
d) Tidak menurunka produksi ASI
e) Tidak memberikan efek samping estrogen
f) Efek samping pertama adalah gangguan perdarahan,
perdaraha bercak, atau perdarahan tidak teratur
(Saiffudin, 2012).
c. Suntikan Kombinasi
Menurut Irianto 2014, kontrasepsi ini dapat
mempengaruhi produksi ASI. jenis suntikan kombinasi
adalah 25 mg Depo Medrosiprogestron asetat dan 5 mg
Estradiol Siponat yang diberikan secara Intra Muskular,
kontrasepsi suntik ini diberikan sebulan sekali. Sangat efektif
yaitu 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan (Saiffudin,
2012).
d. Suntikan Progestin
Merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif serta
aman, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi,
kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.
Kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan sekali (Saiffudin,
2012).
V. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Nama lain AKBK adalah implan, implan adalah metode
kontrasepsi yang dipakai di lengan atas bagian sebelah dalam.
Bentuknya silastik (lentur). Waktu pemakaian implan bervariasi
tergantung dari jenisnya. Ada yang efektif dalam jangka waktu 5
tahun (Norplant), 3 tahun (implanon, jedena, indoplant).
VI. Alat Kontrasspsi Dalam Rahin (AKDR)
AKDR disebut juga Intra Uterine Device (IUD) merupakan
alat kontrasepsi yang sangat efektif, refersible, dan berjangka
panjang (Saiffudin, 2012).
VII. Suntikan Progestin (3 bulan)
Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan
yang berisi hormon progestin yang disuntikan kedalam tubuh
wanita secara priodik (3 bulan sekali). Keuntungan
menggunakan KB suntik adalah praktis, efektif dan aman dengan
tingkat keberhasilan lebih dari 99%. Tidak membatasi usia dan
alat kontrasepsi KB suntuk 3 bulan tidak mempengaruhi ASI dan
cocok bagi ibu yang sedang menyusui dan ingin menggunakan
kontrasepsi (Irianto, 2014).
Kontrasepsi suntikan progestin merupakan kontrasepsi
yang sangat efektif dan aman, selain itu juga dapat dipakai oleh
semua perempuan pada usia produktif serta cocok untuk masa
laktasi kerena tidak mempengaruhi produksi ASI. tetapi
penggunaan jenis kontrasepsi ini kembalinya kesuburan akan
lebih lambat sekitar antara 4 bulan (Saiffudin, 2012).
Suntikan Progesti Menurut Saiffudin, 2012: jenis suntika
progestin 3 bulan yaitu Depo Medroksipropogesteron Asetat
(DEPOPROVERA), mengadung 150 mg DMPA, yang diberikan
3 bulan dengan cara disuntik dengan cara intramuskular di
daerah bokong.
1. Cara kerja
a. Mencegah ovulasi
b. Mengetalkan lendir serviks
c. Menjadikan selaput lendir lahir tipis dan atropi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2. Efektivitas
Kontrasepsi ini memliki keefektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Awal
penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
ditentukan.
3. Keuntungan suntikan progestron
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan dalam jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan seksual
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak selalu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai
perimenopouse
i. Membantu pencegahan kanker endometrium dan
kehamilan ektropik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle cel).
4. Keterbatasan suntikan progestron
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c) Perdarahan tidak teratur atau perdaraha bercak
(spootting).
d) Tidak haid sama sekali (amenore)
b. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali setiap tiga bulan untuk
disuntikan.
c. Tidak dapat dihentikam sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering dalam kontrasepsi ini
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
penyakit menular seksual, virus hepatitis B, atau virus
HIV.
f. Terlambatnya klembali kesuburan bukan karena terjadi
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melaiinkan
kerena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan).
g. Terjadi perubahan pada lipid serum pada pengguna
jangka panjang.
h. Pada gangguan jangka panjang dapat sering menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
5. Yang dapat menggunakan suntika progestin
a. Usia reproduksi
b. Nulipara yang sudah memiliki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas tinggi
d. Sedang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus atau keguguran
g. Telah banyak anak tetapi belum berkehendaki tubektomi
h. Perokok
i. Tekanan darah <180/110mmHg, dengan masalah
pembekuan darah atau anemia
j. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiburat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
k. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
l. Sering lupa apabila menggunakan pil.
m. Anemia defisiensi besi.
n. Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak
boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
6. Yang tidak boleh menggunakan suntikan progestin
a. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000kelahiran).
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenore
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
e. Diabetes melitus disertai komplikasi
7. Waktu Mulai Menggunkan Kontrasepsi Suntikan Progestron
a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak
hamil.
b. Mulai hari pertama sampai ke 7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan
setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7
hari setelah disuntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu
telah menggunkan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu
sampai haid berikutnya datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan
ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi jenis suntik
yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan
pada saat jadwal kontrasepsi suntik sebelumnya.
f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan
ibu ingin menggantinya dengan ibu ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segara
diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya
datang. Bila ibu disuntik setelah ke 7 hari berikutnya
haid, ibu tersebut tidak boleh berhubungan seksual
selama 7 hari.
g. Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi
hormonal. Suntikan pertama dapat diberika pada hari
pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat
diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid asalkan
ibu tersebut tidak hamil.
h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan ibu tidak boleh berhubungan seksual.
8. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuskular dalam daerah pantat.
Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segara dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
b. Bersihkan kulit yang akan dibersihkan dengan kapas
alkohol yang dibasahi oleh alkohol, biarkan kulit kering
sebelum disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila
terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkan.

2.6 Deteksi Dini


2.6.1 Deteksi Dini Ibu Hamil Berisiko
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna,
kegiatan deteksi dini ibu hamil berisiko perlu lebih digalakkan baik
difasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Dalam rangka itulah,
deteksi ibu hamil berisiko perlu difokuskan keadaan yang
menyebabkan kematian ibu bersalin dirumah dengan pertolongan
dukun bayi. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pada ibu hamil.
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak kehamilan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun.
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan kurang dari
23,5 cm.
6. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi,
dan riwayat cacat kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang dan
panggul (Saiffudin, 2009).
2.6.2 Deteksi Dini dan Komplikasi Pada Ibu Bersalin
1. Deteksi dini patologi Kala II
a. Tanda gejala syok
Menilai nadi, tekanan darah, pernafasan kondisi
keseluruhan, dan urin. Tanda atau gejala syok; nadi cepat,
lemah (110kali/menit atau lebih) tekanan darah rendah
(sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat pasi, berkeringat atau
dingin, kulit lembab, napas cepat (lebih dari 30 kali/menit),
cemas atau bingung tidak sadar, dan produksi urine sedikit
(kurang dari 30 ml/jam).
b. Tanda gejala dehidrasi
Peribahan nadi (100 kali/menit atau lebih), urin
pekat. Produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
c. Tanda gejala Infeksi
Nadi cepat (110 kali/menit atau lebih), temperatur tubuh
lebih dari 38 C mengigil,air ketuban atau cairan dari vagina
berbau.
d. Tanda gejala pre-eklamsi
Tekanan darah diastolik 90/110 mmHg, proteinurine hingga
2+.
e. Tanda gejala pre-eklamsi atau eklamsi
Tekanan darah diastolic 110 mmHg atau lebih, tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, kejang setiap saat.
f. Tanda inersia uteri
Kurang dari 3kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-
masing kontraksi berlangsung kurang dari 40 detik (Asrinah,
2010).
2.6.3 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar
60% kematian ibu terjadi melahirkan dan sampai 50% dari kematian
pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama
ini perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu,
namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sisten rujukan,
maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian
dan morbiditas ibu. Patologi yang sering terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut.
1. Infeksi nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
2. Perdarahan pada masa nifas
Penyebab perdarahan pada masa nifas adalah sebagai berikut; (1)
sisa plasenta dan polip plasenta, (2) endometritis peurpeuralis,
(3) sebab- sebab fungsional dan (4) perdarahan luka.
3. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal
ini dihubungkan, dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma
kandung kemih pada persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang
sering.
Sistitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih
(dysuria), sering berkemih, dan tak dapat untuk berkemih.
Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca
persalinan umumnya merupakan tanda bahaya adanya infeksi.
4. Patologi menyusui
Masalah menyusui umunya terjadi dalam dua minggu
pertama masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian
petugas kesehatan sangat diperlukan agar masalah menyusui
dapat segera ditangulangi. Sehingga tidak menjadi penyulit atau
penyebab kegagalan menyusui (Saleha, 2009).
2.6.4 Deteksi Dini Bayi Baru Lahir
1. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tabel 2.14 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda Bahaya Yang Harus Diwaspadai Pada Bayi Baru Lahir
Pernafasan Sulit atau lebih dari 60 kali per menit
Kehangatan Terlalu panas (> 38Catau lebih dingin < 36C).
Warna Kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat, memar.
Pemberian ASI Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
Tali pusat Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
Infeksi Suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
Tinja/kemih Tidak berkemih selama 24 jam, tinja lebek, sering,
hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
Aktivitas Menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengentuk, lunglai,
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus
Sumber: Saiffudin, 2011
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Antenatal Kunjungan Pertama

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. S G1A0P0

38-39 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN DENGAN


KEADAAN NORMAL

DI BPM. TETI NURYATI,AM.KEB

TAHUN 2017

Hari/Tanggal : Kamis, 21- 09-2017

Waktu : 12.30 WIB

Tempat : BPM Bidan Teti AM, Keb

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama : Ny. S Nama Ayah : Tn.R
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp.Nagrak RT 04/07 Desa Jatisari Kec. Cangkuang
B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 21-09-2017
2. Alasan kunjungan : Untuk pemeriksaan kunjungan
3. Keluhan : Tidak ada keluhan
4. Riwayat mentruasi
Menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus menstruasi kurang lebih
30, lamanya 5 hari konsistensi darah kental dengan sedikit
gumpalan, warna merah kecoklatan, 2-3 kali ganti pembalut/hari,
tidak ada disminore.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan belum
pernah mengalami keguguran.
6. Riwayat kehamilan ini
a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan
belum pernah mengalami keguguran.
b. HPHT : 27-12-2016
c. TP : 03-10-2017
d. Keluhan-keluhan kehamilan :
1) Trimester I : mual-muntah, pusing
2) Trimester II : Tidak ada keluhan
3) Trimester III : sakit pingang
e. Gerakan janin: gerakan janin di rasakan pertama kali pada usia
kehamilan 16 minggu, pergerakan dirasakan 1x/hari.
f. Keluhan yang dirasakan
1) Mudah lelah
2) Mual dan muntah yang lama tidak ada
3) Nyeri perut tidak ada
4) Panas dan menggigil tidak ada
5) Penglihatan kabur tidak ada
6) Rasa nyeri/panas waktu BAK tidak ada
7) Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya tidak ada
8) Pengeluaran cairan pervaginam tidak ada
9) Sakit kepala berat/terus menerus tidak ada
10) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai tidak ada
11) Oedema tidak ada
g. Riwayat ANC
1) Ibu mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap
bulan di BPM Bidan Teti.
2) Imunisasi :
TT 1: sebelum hamil
TT 2: trimester II
7. Pola sehari-hari
No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil
1 Pola nutrisi:
a. Makan
Frekuensi 2-3x/hari 2-3x/hari
jenis makanan Nasi, lauk, sayur Nasi dan sayur
makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Jenis minum Air putih Air putih
Frekuensi 7-8 gelas/hari 10 gelas/hari
2 Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 3-4x/hari 4-5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Masalah Tidak ada Tidak ada
b. BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsisten Lembek Lembek
Warna Kuning feses Kuning feses
Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Pola istirahat dan tidur Siang: 3 jam Siang: 1 jam
Malam: 9 jam Malam: 5 jam
Keluhan: tidak ada Keluhan: tidak
ada

4 Personal Hygiene Mandi


Gosok Gigi 2x/hari 2x/hari
Keramas 2x/hari 2x/hari
Perawatan payudara 1x/hari 1x/hari
Perawatan vulva Saat mandi setelah Saat mandi,
BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
5 Pola aktivitas Ibu mengerjakan Ibu mengerjakan
pekerjaan rumah tanpa pekerjaan rumah
bantuan orang lain dengan bantuan
suami
6 Pola seksual 3x/minggu, tidak ada 1x/minggu tidak
masalah ada masalah

7 Kebiasaan
Merokok Tidak pernah Tidak pernah
Konsumsi
Berakohol Tidak pernah Tidak pernah
Obat-obatan terlarang Tidak pernah Tidak pernah

8. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
9. Riwayat penyakit
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti penyakit
jantung, kista, asma, diabetes, hipertensi dan penyakit menular seperti
tuberkulosis dan hepatitis. Ibu mengatakan tidak pernah di Rawat di
Rumah Sakit.
10. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, diabetes, tidak ada
yang memiliki penyakit menular serta tidak ada yang memiliki
kelainan kongenital.
11. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini pernikahan pertama bagi ibu dan suaminya,
usia ibu saat menikah pertama 20 tahun dan usia suami saat menikah
22 tahun, lamanya pernikahan 9 bulan.
12. Riwayat sosial dan budaya
Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan yang direncanakan oleh ibu
dan suami, ibu juga merasa senang dengan kehamilan yang pertama,
ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilan ini.
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Ibu berencana
melahirkan di BPM Bidan Teti, ibu sudah mempersiapkan persalinan
ini dari mulai biaya, pendamping saat ibu bersalin, pendonor darah,
perlengkapan ibu dan bayi, dan kendaraan. Ibu mengatakan adat
istiadat yang berhubungan dengan kehamilan masih ada.
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 83x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 37,0c
4. Antropometri
a. Tinggi badan : 149 cm
b. Berat Badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Saat hamil : 71 kg
3) LILA : 11 cm
5. Kepala
a. Rambut :warna hitam tidak ada rontok, kulit kepala bersih
b. Muka
1) Bentuk : simetris
2) Oedema : tidak ada
3) Tidak ada kloasma dan perut buncit
c. Mata
1) Bentuk : simetris
2) Konjungtiva : merah muda tidak anemis
3) Sklera : putih tidak ada ikterus
d. Telinga
1) Bentuk : simetris
2) Pendengaran : tidak ada
3) Fungsi pendengaran : baik
e. Hidung
1) Polip : tidak ada
2) Nyeri tekan : tidak ada
3) Pengeluaran : tidak ada
f. Mulut dan gigi
1) Bentuk : simetris
2) Bibir : lembab, tidak pucat
3) Stomatitis : tidak ada
4) Karies : tidak ada
5) Gigi palsu : tidak ada
6) Gusi : tidak berubah
6. Leher
a. Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran
b. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
c. Vena jugulari : tidak ada peningkatan tekanan
d. Kelanjar limfe : tidak ada pembesara
7. Dada
a. Bunyi nafas : vesikuler
b. Bunyi jantung : reguler
c. Retraksi dinding dada: tidak ada
8. Payudara
a. Bentuk :simetris
b. Areola : ada hyperpigmentasi
c. Keadaan putting : menonjol dan bersih
d. Pengeluaran :ada pengeluaran kolostrum warna nya
kuning
e. Benjolan : tidak ada
f. Nyeri tekan : tidak ada
9. Abdomen
1) Inspeksi : tampak membesar sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka operasi, ada striae
gravidarum, ada linea nigra, tidak ada
bekas luka.
2) Palpasi
a. TFU : 29 cm
b. Leopold I : teraba dibagian bulat tidak melenting di
bagian fundus (bokong)
c. Leopold II : teraba bagian janin sebelah kiri (PUKI)
perut ibu, dan teraba bagian kecil-kecil janin
disebelah kanan perut ibu.
d. Leopold III : teraba bagian bulat, keras, melenting dan
sudah masuk PAP
e. Leopold IV : divergen
f. Perlimaan : 4/5
g. TBBJ : 155x(29-13)=2790
3) Auskultasi
DJJ : 135x/menit, reguler
10. Punggung dan pinggang : normal, tidak ada oedema tidak ada nyeri
punggung dan pingang.
11. Ekstermitas atas dan bawah
1) Atas
Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, jumlah jari lengkap 10
2) Bawah
Tidak ada varises, kuku tidak pucat, refleks patella positif pada
kedua kaki, jumlah jari lengkap 10.
12. Genetalia
a. Tanda chadwich : ada
b. Varices : tidak ada
c. Kelenjar bartholini : tidak ada
d. Pengeluaran : tidak ada
13. Anus
a. Hemoroid : tidak ada
B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
III. ANALISA
Diagnosa : Ny. S G1A0P0 38-39 minggu janin tunggal hidup
intrauterin dengan keadaan normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : konseling kebutuha kehamilan trimester III yaitu:
1. Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
2. Kebutuhan nutrisi
3. Pakaian yang baik untuk ibu
4. Personal hygiene
5. Body mekanik
6. Persiapan persalinan
7. Tanda-tanda persalinan
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Evaluasi : ibu mengetahuinya
2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu ketidaknyamanan pada
trimester III kehamilan yaitu ibu mengatakan pegal-pegal pada bagian
paha hingga pinggang terutama saat bangun dari duduk atau tidur.
Menjelaskan kepada ibu bahwa ini merupakan hal yang normal terjadi
ini dikarenakan janin semakin berkembang dan besar. Menganjurkan ibu
untuk bangun secara pelan-pelan.
Evaluasi : ibu mengerti hasil penjelasan yang diberikan dan mengetahui
bahwa keluhannya tersebut merupakan suatu keadaan yang normal
terjadi pada trimester tiga kehamilan.
3. Memberitahukan ibu tentang pola istirahat yang baik
Evaluasi : ibu mengerti dan mengetahuinya
4. Mengenjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu
nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan dengan porsi yang lebih banyak
dibandingkan dengan sebelum hamil untuk asupan gizi bagi ibu dan
janin, meminum air putih minimal 8 gelas sehari ditambah susu untuk
ibu hamil serta tidak boleh lupa untuk mengkonsumsi tablet Fe 1x sehari
agar ibu tidak anemia.
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan dan akan
memperlihatkan asupan nutrisinya.
5. Mengenjurkan ibu untuk memakai celana longgar, bersih dan tidak ada
ikatan ketat pada daerah perut agar tidak menimbulkan sesak dan tidak
menekan perut, memakai bra yang menyokong payudara. Memakai
pakaian dan celana dalam yang selalu bersih agar ibu tetap nyaman dan
sehat.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan
6. Memberitahukan tanda bahaya kehamilan yaitu sakit kepala hebat,
penglihatan kabur, bengkak muka dan tangan, sakit perut hebat, gerakan
janin berkurang atau menghilang, dan pengeluaran darah pervaginam.
Ibu dianjurkan segera datang ke tempat pelayanan kesehatan jika ibu
mengalami tanda bahaya kehamilan.
Evaluasi : ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang
ketempat pelayanan kesehatan jika ibu mengalami tanda bahaya
kehamilan.
7. Memberitahukan ibu mengenai tanda-tanda persalinan yaitu:
a. Merasakan kontrasi dari perut bagian atas menjalar hingga pinggang
yang terjadi secara teratur dan berangsung dalam jangka waktu yang
lama.
b. Keluarnya lendir bercampur darah dari kemaluan dalam jumlah yang
cukup banyak.
c. Keluarnya air-air (air ketuban) dari kemaluan. Pengeluara air-air
lendir ini tidak semua ibu yang akan melahirkan merasakannya.
Pengeluaran air-air ini seperti ibu ingin BAK namun ibu tidak dapat
menahannya. Saat ibu mengalami tanda-tanda diatas, segeralah
datang ketempat pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Evaluasi : ibu dapat mengulangi penjelasan mengenai tanda-tanda
persalinan dan akan melakukan anjuran bidan ketika merasakan
tanda-tanda persalinan.
8. Memberiktahukan ibu mengenai persiapan persalinan yang harus sudah
dipersiapkan seperti menentukan pertolongan persaliandan tempat
persalinan, menyiapkan persiapan persalinan, menyiapkan donor darah
jika sewaktu-waktu dibutuhkan ibu, menanyakan bidan kepada bidan
kepan perkiraan tanggal persalinan, menyiapkan kendaraan jika
sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu kerumah sakit, dan menyiapkan kain,
handuk, pakaian bayi, dan pakaian bayi untuk ibu.
Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mempersiapkan dan sudah
mengetahui tanggal persalinan.
9. Memberitahu kunjungan ulang ibu untuk datang 1 minggu kemudian
dan bila ada keluhan segara datang kebidan atau kepetugas kesehatan
laiinya.
Evaluasi : ibu mengerti dan mengetahuinya.
3.1.1 ASUHAN ANTENATAL KUNJUNGAN ULANG

ASUHAN ANTENATAL KEBIDANAN PADA NY. S G1A0P0 GRAVIDA 39-


40 MINGGU JANIN TUNGGAL INTRAUTERIN

DENGAN KEADAAN NORMAL DI BPM BIDAN TETI AM. KEB

TAHUN 2017

Tanggal pengkaji : Kamis, 28-09-2017

Tempat : BPM Bidan Teti AM,.Keb

Waktu : 11.15 WIB

Nama pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA OBJEKTIF
A. Identitas
Nama : Ny. S Nama Ayah : Tn.R
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa: Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp.Nagrak RT 04/07 Desa Jatisari Kec. Cangkuang
B. Status Kesehatan
Datang pada tanggal 28 September 2017 jam 11.15 WIB
Keluhan : Tidak ada keluhan

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 83x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 37,0c
4. Antropometri
a. Tinggi badan : 149 cm
b. Berat Badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Saat hamil : 71 kg
3) LILA : 11 cm
5. Kepala
a. Rambut :warna hitam tidak ada rontok, kulit kepala bersih
b. Muka
1) Bentuk : simetris
2) Oedema : tidak ada
3) Tidak ada kloasma dan perut buncit
c. Mata
1) Bentuk : simetris
2) Konjungtiva : merah muda tidak anemis
3) Sklera : putih tidak ada ikterus
d. Telinga
1) Bentuk : simetris
2) Pendengaran : tidak ada
3) Fungsi pendengaran : baik
e. Hidung
1) Polip : tidak ada
2) Nyeri tekan : tidak ada
3) Pengeluaran : tidak ada
f. Mulut dan gigi
1) Bentuk : simetris
2) Bibir : lembab, tidak pucat
3) Stomatitis : tidak ada
4) Karies : tidak ada
5) Gigi palsu : tidak ada
6) Gusi : tidak berubah
6. Leher
a. Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran
b. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
c. Vena jugulari :tidak ada peningkatan
tekanan
d. Kelanjar limfe : tidak ada pembesara
7. Dada
a. Bunyi nafas : vesikuler
b. Bunyi jantung : reguler
c. Retraksi dinding dada: tidak ada
8. Payudara
a. Bentuk :simetris
b. Areola : ada hyperpigmentasi
c. Keadaan putting : menonjol dan bersih
d. Pengeluaran :ada pengeluaran kolostrum warna
nya kuning
e. Benjolan : tidak ada
f. Nyeri tekan : tidak ada
9. Abdomen
1) Inspeksi : tampak membesar sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka operasi, ada striae
gravidarum, ada linea nigra, tidak ada
bekas luka.
2) Palpasi
a. TFU : 32 cm
b. Leopold I :teraba dibagian bulat tidak melenting di
bagian fundus (bokong)
c. Leopold II : teraba bagian janin sebelah kiri (PUKI)
perut ibu, dan teraba bagian kecil-kecil
janin disebelah kanan perut ibu.
d. Leopold III : teraba bagian bulat, keras, melenting dan
sudah masuk PAP
e. Leopold IV : divergen
f. Perlimaan : 4/5
g. TBBJ : 155x(29-13)=2790
3) Auskultasi
DJJ : 135x/menit, reguler
10. Punggung dan pinggang : normal, tidak ada oedema tidak
ada nyeri punggung dan pingang.
11. Ekstermitas atas dan bawah
1) Atas
Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, jumlah jari lengkap
10.
2) Bawah
Tidak ada varises, kuku tidak pucat, refleks patella positif
pada kedua kaki, jumlah jari lengkap 10.
12. Genetalia
a. Tanda chadwich : ada
b. Varices : tidak ada
c. Kelenjar bartholini : tidak ada
d. Pengeluaran : tidak ada
13. Anus
Hemoroid : tidak ada

B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
III. ANALISA
Diagnosa : G1A0P0 Gravidarum 39-40 minggu, janin tunggal hidup
intrauterin dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Konseling Trimester III, yaitu:
a. Ketidaknyamanan trimester III
b. Kebutuhan nutrisi
c. Persiapan persalinan
d. Tanda-tanda persalinan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan merasa senang hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan trimester III yang
lain seperti sakit pinggang dan nyeri pada bagian punggung, serta
menjelaskan body mekanik (sikap tubuh) menyarankan untuk
menganjal punggungnya pada saat tidur agar sakit punggung ibu
berkurang.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan akan mencobanya.
3. Memberikan konseling pola istirahat, pola aktivitas dan nutrisi ibu
karena semakin bertambah usia kehamilan maka ibu disarankan untuk
menjaga kesehatan ibu dan janinnya, memngurangi aktivitas yang
memberatkan ibu sehingga ibu akan lebih mudah lelah, serta ibu harus
sering diperhatikan nutrisi (makanan) karena kebutuhan ibu dan janin
sangat banyak ketika hamil.
Evaluasi: Ibu mengerti mengenai penjelasan yang akan diberikan dan
akan lebih memperhatikan pola istirahat, pola akyivitas dan pola
nutrisi.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
yaitu nasi, sayuran, lauk-pauk, buah-buahan dengan porsi yang lebih
banyak dibandingkan dengan sebelum hamil untuk asupan gizi bagi
ibu dan janin, meminum air putih minimal 8 gelas sehari ditambah
susu untuk ibu hamil serta tidak boleh lupa untuk mengkonsumsi obat
tablet Fe 1x sehari agar ibu tidak anemia.
Evaluasi : Ibu mengertti dengan yang dijelaskan dan akan
memperhatikan asupan nutrisinya.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara dengan cara
meminjat dan mengompresnya dengan air hangat, yang dimana
perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan produksi ASI.
perawatan payudara dapat dilakukan setika sebelum mandi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahuinya.
6. Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti mules
yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan ketuban dari jalan lahir
akibat pecahnya selaput ketuban.
Evaluasi : ibu mengerti dan mengetahuinya
7. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan yang harus sudah
dipersiapkan seperti menentukan pertolongan persalinan dan tempat
persalinan, menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan donor darah jika
sewaktu-waktu dibutuhkan ibu, menanyakan kepada bidan kapan
perkiraan tanggal persalinan, menyiapkan kendaraan jika sewaktu-
waktu ibu dan bayi perlu ke Rumah Sakit, dan menyiapkan kain
handuk, pakaian bayi, dan pakaian ganti untuk ibu.
Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mempersiapkan dan sudah
mengetahui tanggal persalinan.
8. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada kehamila Ny. S
Evaluasi : pendokumentasian sudah dilakukan.
3.2 Asuhan Kebidanan Intranatal

3.2.1 Asuhan Kebidanan Intranatal Kala I

ASUHAN KEBIDANAN ITRANATAL PADA NY. S G1P0A0


PARTURIENT 39-40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRAUTERIN DI BPM BIDAN TETI
TAHUN 2017

No. RM : 05/BPM/III/17
Tanggal : 01-10-2017
Jam : 06.30 WIB
Tempat : BPM Bidan Teti
Pengkaji : Amna Zulfa
I. Data Objektif
A. Identitas
Nama : Ny. S Nama Ayah : Tn.R
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp.Nagrak Rt 04/07 Desa Jatisari Kec. Cangkuang
B. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ibu mengaku hamil 9 bulan, sudah merasa mules dan sudah keluar
air-air dari jalan lahir, dan ibu masih merasakan pergerakan janin
sampai sekarang.
2. Riwayat Menstruasi
Menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus menstruasi 28 hari,
lamanya 5 hari, konsisten darah kental dengan sedikit gumpalan,
warna merah kecoklatan, 2-3 ganti pembalut/hari ada disminore.
3. Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama danbelum
pernah kegugura.
HPHT : 27-12-2016
Taksiran Persalinan : 03-10-2017
Usia kehamilan : 39 minggu
Gerakan janin dalam 24 jam terakhir : > 10 kali dalam 24 jam
ANC : 8x
Hasil Pemeriksaan ANC : tidak terdapat komplikasi
Imunisasi TT : 2x
a. TT I : sebelum Hamil
b. TT 2 : usia kehamilan 4 bulan
Obat yang di konsumsi : Fe
Senam Hamil : tidak Dilakukan
Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Mual muntah
Trimester II : tidak ada keluhan
Trimester III : tidak ada keluhan
4. Pola sehari-hari
a. Makan terakhir : Nasi, sayur
b. Pola istirahat terakhir : 3 jam
c. Pola eliminasi terakhir : BAB kemaren malam
BAK pukul 06.25
5. Riwayat penyakit ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti penyakit
jantung, kista, asma, diabetes, hipertensi dan penyakit menular seperti
tuberkulosis dan hepatitis. Ibu mengatakan tidak pernah di Rawat di
Rumah Sakit.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, diabetes, tidak ada
yang memiliki penyakit menular serta tidak ada yang memiliki
kelainan kongenital.
7. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini pernikahan pertama bagi ibu dan suaminya,
usia ibu saat menikah pertama 20 tahun dan usia suami saat menikah
22 tahun, lamanya pernikahan 9 bulan.
8. Riwayat sosial dan budaya
Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan yang direncanakan oleh ibu
dan suami, ibu juga merasa senang dengan kehamilan yang pertama,
ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilan ini.
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Ibu berencana
melahirkan di BPM Bidan Teti, ibu sudah mempersiapkan persalinan
ini dari mulai biaya, pendamping saat ibu bersalin, pendonor darah,
perlengkapan ibu dan bayi, dan kendaraan. Ibu mengatakan adat
istiadat yang berhubungan dengan kehamilan masih ada.

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/90 mmHg
b. Nadi : 83x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,5
4. Antropometri
a. Tinggi badan : 149 cm
b. Berat Badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Saat hamil : 71 kg
3) LILA : 11 cm
5. Kepala
a. Rambut :warna hitam tidak ada rontok, kulit kepala bersih
b. Muka
1) Bentuk : simetris
2) Oedema : tidak ada
3) Tidak ada kloasma dan perut buncit
c. Mata
1) Bentuk : simetris
2) Konjungtiva : merah muda tidak anemis
3) Sklera : putih tidak ada ikterus
6. Abdomen
a. Inspeksi : tampak membesar sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka operasi, ada striae
gravidarum, ada linea nigra, tidak ada bekas
luka.
b. Palpasi
TFU : 29 cm
Leopold I : teraba dibagian bulat tidak melenting di
bagian fundus (bokong)
Leopold II : teraba bagian janin sebelah kiri (PUKI)
perut ibu, dan teraba bagian kecil-kecil
janin disebelah kanan perut ibu.
Leopold III : teraba bagian bulat, keras, melenting dan
sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen
Perlimaan : 4/5
c. Auskultasi
DJJ : 135x/menit, reguler
d. Ekstermitas
a. Atas
Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, jumlah jari lengkap
10
b. Bawah
Tidak ada varises, kuku tidak pucat, refleks patella positif
pada kedua kaki, jumlah jari lengkap 10.
c. Genetalia
Vulva/vagina : Tidak ada Kelainan
Potio : Tebal dan Lunak
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : kepala
Posisi : oksiput kiri depan
Penurunan : Stasion 0
Molase :0
Bagian menumbung : tidak ada
B. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 10,6
Glukosa urine :-
Protein urine :-
Lain lain : Tidak ada
III. ANALISA
Diagnosa : G1A0P0 Parturient 39-40 minggu kala I Fase
aktif janin tunggal intra uteri presntasi belakang
kepala dan keadaan normal.
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Pemantauan Janin
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu tentang penatalaksanaan dan pemeriksaan, bahwa
ibu dalam keadaan baik, tidak ditemukan kelainan pada hasil
pemeriksaan dan bayi dalam keadaan baik. Ibu juga sudah masuk
persalinan pada fase aktif.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
2. Memberitahukan ibu bahwa persalinan adalah proses alamiah yang
terjadi pada seorang wanita, untuk itu ibu tidak perlu terlalu
mencemaskan persalinan ini, ibu hanya harus berusaha tetap tenang
dan terus bersemangat serta berdoa agar persalinan lancar.
Memberikan dukungan dan menyarankan pada keluarga untuk terus
memberikan dukungan kepada ibu tetap bersemangat.
Evaluasi : ibu mengatakan akan merasa tenang dan bersemangat,
keluarga tampak mendukung.
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas pada ibu. Teknik relaksasi dapat
dilakukan dengan menarik nafas panjang dalam hidung saat ada mules
dan mengeluarkan secara pelan-pelan melalui mulut, dan ibu dilakukan
sentuhan dalam punggung dan pinggang ibu sambil dipijat untuk
mengurasi rasa mules.
Evaluasi : ibu tampak melakukan teknik relaksasi pada saat mules,
suami atau keluarga tampak memijat punggung dan pinggang ibu
sambil mengajak ibu berdoa.
4. Bersama keluarga memberikan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu
berupa membantu ibu dalam perubahan posisi. Menyarankan dan
membantu ibu untuk minum, makan dan beristirahat disela-sela
kontraksi dan menyarankan ibu untuk tidak menahan BAK.
Evaluasi : ibu posisi miring kiri dan ibu minum
5. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi, serta menyiapkan dan
memastikan kelengkapan alat dan obat- obatan yang digunakan dalam
proses persalinan, yang disiapkan yaitu perlengkapan ibu dan bayi,
partus set, hecting set dan obat-obatan.
Evaluasi : perlengkapan ibu dan bayi, partus set, hecting set dan obat-
obatan sudah siap digunakan.
6. Memantau kemajuan persalinan
Evaluasi : memantau kemajuan persalinan dengan partograf.

3.2.2. Asuhan Kebidanan Intranaral Kala II


ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA II
Hari/tanggal : minggu, 01-10-2017
Pukul : 13.30 WIB
Pengakaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules semakin kuat dan sering, keluar lendir bercampur
darah yang semakin banyak, merasa ingin buang air besar, dan merasa ingi
mengedan karena ada tekanan pada anus.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 83x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 37,0
4. Abdomen
Kontraksi/his : 5x10`40``
DJJ :136x/menit, reguler
5. Genetalia
a. Infeksi : Tidak ada oedema dan tidak ada pengeluaran
lendir bercampur darah.
b. Pemeriksaan dalam
Vulva vagina : tidak ada kelainan
Portio : tidak teraba
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : utuh
Kepala : station 2
Posisi : oksiput kiri depan
Molase :0
Bagian menumbung : tidak ada
III. ANALISA
Diagnosa : G1A0P0 gravida 39-40 minggu parturient aterm kala II
janin tunggal hidup intrauteri dengan keadaan normal.
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : 1. Dukungan emosional

2. Teknik mengedan
3. Asuhan sayang ibu

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi
baik, pembukaan sudah lengkap, dan ibu sudah boleh mengedan.
Evaluasi : ibu sudah tau hasi pemeriksaan
2. Mengajarkan teknik mengedan dengan baik yaitu kedua tangan ibu
dibawah lipatan lutut dan menarik paha kearah dada sejauh mungkin.
Kepala ditekuk hingga bahu menyuntuh dada, mata dibuka dan melihat
kearah perut, saat ada his ibu dapat mengedan, dan ibu dianjurkan untuk
beristirahat atau minum dan mengatur nafasnya saat tidak ada his.
Mengajurkan untuk mengedan tanpa dengan suara tenggorokan karena
dapat lebih menguras tenaga.
Evaluasi : ibu dapat mengedan dengan benar, tampak mengatur nafasnya
di sela kontraksi.
3. Memberikan semangat pada ibu dan menyarankan keluarga untuk terus
memberikan dukungan emosional pada ibu. Bersama keluarga
memberikan asuhan sayang ibu dengan mengelap keringat ibu,
membantu menjaga posisi ibu, memberi minum dan sebagainya.
Evaluasi : keluarga tampak menyemangati ibu dan berdoa, ibu tampak
masih semangat, ibu minum teh
4. Meletakan handuk diperut ibu dan kai 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
Mendekatkan alat. Menggunakan sarung tangan dan menghisap
oksitosin.
Evaluasi : kain dan handuk bersih siap digunakan, alat dan penolong
sudah siap.
5. Memantau kesejahteraan janin
Evaluasi : DJJ 135x/menit
6. Setelah kepala bayi membuka 5-6 cm, ibu diposisikan terlentang
kembali, kemudian melindungi prenium dengan satu tangan dibawah
kain bersih dan kering. Ibu jari berada pada salah satu peerineum dan 4
jari yang lain dan tangan pada kepala bayi. Menahan belakang kepala
bayi agar posisi kepala tetap pleksi saat keluar secara bertahap melewati
introitus dan perineum.
Evaluasi : Untuk melindungi perineum dan keluarnya kepala bayi secara
bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan. Berlebih pada vagina
dan perineum.
7. Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti mengedan dan
meminta untuk bernafas cepat. Memeriksa leher bayi apakah terdapat
lilitan tali pusat atau tidak.
Evaluasi: tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi.
8. Meletakan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, menekan kepala
kearah lateral tubuh bayi sehinga tubuh depan melewati simpisis.
Setelah bahu depan lahir, menggerakan keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dilahirkan.
Evaluasi :Telah lahir bayi dan dada bayi.
9. Saat bahu bawah lahir, selanjutnya menggeser tangan bawah kearah
perineum dan menyanggah bahu dan lengan atas bayi, menggunakan
tangan yang sama untuk menompang lahirnya siku dan tangan posterior
samping lateral tubuh bayi saat lahir, tangan atas menelusuri dan
memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior, melanjutkan
penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong
dan kaki, dari arah belakang menyisipkan jari telunjuk atas diantara
kedua kaki bayi yang kemudian di pegang depan ibu jari dan ketiga jari
tangan laiinnya.
Evaluasi : seluruh tubuh telah lahir
10. Melakukan penilaian awal bayi baru lahir sambil meletakan diperut ibu,
mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali telapak tangan.
Evaluasi : Bayi lahir spontan jam 14.55, jenis kelamin laki-laki, bayi
langsung menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, tidak ada
kelainan dan tidak ada cacat, berat badan 2800 kg pajang badan 50 cm
11. Memeriksa adanya janin kedua.
Evaluasi : tidak ada janin kedua.

3.2.3 Asuhan Kebidanan Intranatal Kala III


ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA III

Hari/tanggal : Minggu, 01-10-2017


Pukul : 15.01 WIB
Pengkaji : Amna Zulfa
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya telah lahir dengan
selamat dan masih merasa mules dan lemas.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : kompomentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 66x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu :36,00C
4. Abdomen : uterus membundar, kontraksi baik keras, TFU sepusat
kandung kemih kosong.
5. Genetalia :tampak tali pusat di vulva, plasenta belum lahir, semburan
darah secara tiba-tiba.
III. ANALISA
Diagnosa : P0A0 kala III dengan keadaan baik
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : manajemen aktif kala III
IV. PENATALAKSANAN
1. Memberitahukan ibu akan diberikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3
paha sebalah kanan anterolateral.
Evaluasi : ibu setuju telah disuntikan dan oksitosin telah di berikan
2. Melakukan penjepitan tali pusat menggunakan umbilikal klem dengan
jarak 2 cm dari pusat bayi kemudian menjepit lagi tali pusat
menggunakan klem dengan jarak 3 cm dari umbulikal klem.
Evaluasi : teli pusat telah di jepit.
3. Memotong tali pusat diantara klem dan umbilikal klem dengan
menggunakan gunting tali pusat.
Evaluasi : tali pusat telah di potong.
4. Memindahkan klem 5 cm di depan vulva.
Evaluasi : klem 5 cm di depan vulva.
5. Melakukan penanganan tali pusat terkendali (PTT) dan melakukan
dorsol kramnial serta melahirkan plasenta.
Evaluasi : ada pemanjangan tali pusat dan plasenta lahir 14.39 WIB.
6. Melakukan massase fundus uteri sebanyak 15 kali agar dapat
berkontraksi dengan baik.
Evaluasi : kontraksi uterus baik.
7. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput amnion.
Evaluasi; Plasenta lengkap.

3.2.4 Asuhan Kebidanan Intranatal Kala IV

ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA IV

Tanggal : 01-10-2017

Jam : 15.05 WIB

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengetakan merasa lelah karena proses persalinan sudah
terlewati namun masih terasa lemas dan nyeri di bagian bekas jahitan.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 81x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,4 C
4. Abdomen
Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
keras, kandung kemih kosong.
5. Genetalia
Inspeksi ; terdapat luka laserasi derajat I, perdarahan 150
cc.
III. ANALISA
Diagnosa : P1A0 kala IV
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pemantauan Kala IV persalinan

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memeriksa laserasi jalan laahir dan perdarahan
Evaluasi : Terdapat laserasi jalan lahir, laserasi derajat I, perdarahan
150 cc.
2. Melakukan penilaian ulang kontraksi uterus dan perdarahan pervagina.
Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara massase fundus uteri dan
menyarankan untuk memberitahu kesehatan bila uterus merasa lembek.
Evaluasi :Uterus berkontraksi baik, Perdaraha berkurang. Ibu dan
keluarga dapat melakukan massase fundus dengan benar.
3. Memberikan asuhan sayang ibu dengan cara menganjurkan ibu untuk
makan dan minum. Membersihkan badan ibu dan lingkungannya,
mengganti baju ibu, seta menyarankan kepada ibu untuk tidak menahan
BAK atau BAB paling lama 2 jam sekali agar tidak menghambat
kontraksi rahim ibu juga sebaiknya berjalan kekamar mandi sendiri
untuk mempercepat kembalinya organ reproduksi.
Evaluasi : ibu tampak bersih dan nyaman, ibu minum air teh
manis. Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan dengan benar.
4. Melakukan pemantauan/ observasi Tekanan darah, frekuensi nadi, suhu,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan 15
menit pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua.
Evaluasi: Pemantauan terlampir pada belakang partograf, pemantauan
dilakukan dalam 15 menit, pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua.
5. Membersihkan alat-alat dengan prinsip pencegahan infeksi. Semua alat
bekas pakai direndam di larutan 0,5% selama 10 menit.
Evaluasi : Alat-alat dalam peroses pembersihan (Dekontaminasi).
6. Memberikan antibiotik amoxcilin 500 mg 3x1 peroral, analgetik asam
mefenamat 3x1 peroral dan Fe 1x1.
Evaluasi : Obat telah diberikan.
7. Melengkapi pendokumentasian asuhan kebidanan
Evaluasi :Dokumentasi asuhan kebidanan intranatal pada Ny. S telah
selesai.
3.3 Asuhan Kebidanan Postnatal

3.3.1 Asuhan Kebidana Posnatal 6 jam

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 6 JAM PADA NY. S P1A0

DI BPM BIDAN TETI,. AM.KEB

TAHUN 2017

Tanggal : 01-10-2017

Jam : 21.00 WIB

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama ibu : Ny. S Nama ayah : Tn.R
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa: Sunda Suku/Bangsa : sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp.Nagrak Rt 04/07 Desa Jatisari Kec. Cangkuang

B. Status Kesehatan
1. Keluhan utama : Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya.
2. Pola 6 Jam terakhir
Ibu mengatakan 6 jam terakhir sudah makan nasi, sayur dan
lauk-pauk, tidak ada makanan pantangan. Ibu mengatakan 6 jam
terakhir ini sudah minum 2-3 gelas air putih dan teh manis. Ibu
mengatakan dalam 6 jam terakhir belum BAB dan sudah 1 kali
BAK. Ibu sudah dapat miring kanan atau kiri, duduk, turun dari
tempat tidur dan sudah dapat pergi ke kamar mandi untuk mengganti
pembalut dengan bantuan keluarga.
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Tempat melahirkan di BPM Bidan Teti AM,.Keb ditolong oleh
bidan. D dan Mahasiswa.
b. Ibu
1) Jenis persalinan :Spontan
2) Plasenta lahir :Spontan
3) Komplikasi : Tidak ada
4) Perenium : Laserasi Derajat I
5) Perdaraha : 150 ml
c. Bayi
1) Lahir tanggal : 03 oktober 2017, pukul 14.55 WIB
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) BB : 2800 gram, PB 50 cm
4) Komplikasi : Tidak ada
5) Tidak ada cacat bawaan, masa gestasi: 39-40 minggu, dengan
keadaan baik.

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 22x/menit
Nadi : 82x/menit
Suhu : 37,0 C
4. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
5. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limpe,
Tidak ada peningkatan vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid,
tidak ada pembesaran getah bening.
6. Payudara
1) Inspeksi : bentuk simetris, keadaan bersih,
pengeluaran ada, kolostrum warna kuning.
2) Palpasi : Benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada,
pembesaran kelenjar axiler tidak ada.
7. Abdomen
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi uterus : Baik, Keras
c. Kandung kemih : Kosong
8. Genetalia
a. Vulva dan vagina : Tidak ada oedema, tidak ada varices dan
hematoma.
b. Perinium : Tidak terdapat luka jahitan.
c. Pengeluaran : Darah berwarna merah (lochea lubra),
konsisten cair, bau normal, banyaknya 1 pembalut.
9. Perineum : Terdapat luka laserasi derajat I
10. Anus : Tidak ada hemoroid

III. ANALISA
Diagnosa : P1A0 Postpartum spontan 6 jam dalam keadaan normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pendidikan pada ibu postpartum mengenai:
1. Pencegahan perdarahan
2. Nutrisi
3. Istirahat
4. Mobilisasi
5. ASI ekslusif
6. Teknik menyusui
7. Perawaatan payudara

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu
baik.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegah perdarahan yaitu
dengan cara masase uterus setiap 15 menit sekali, mengajarkan ibu cara
masase uterus dan mengecek uterus ibu selalu berkontraksi dengan keras.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan tampak
melakukannya.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan serta
makanan yang bergizi serta tinggi protein, gizi seimbang untuk membantu
memperlancar produksi ASI dan membantu memulihkan kondisi ibu.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengkonsumsi makanan yang bergizi
tinggi protein dan gizi seimbang.
4. Memberikan konseling kepada ibu untuk istirahat yang cukup atau pada
saat bayinya tidur, ibupun dapat beristirahat. Menganjurkan istirahat 6-7
jam dan jangan dulu melakukan aktivitas yang terlalu berat. Ibu harus
menjaga pola istirahatnya karena harus selain menjaga kondisi, ibu juga
akan sering terbangun di malam hari untuk menyusui bayinya. Sehingga
sangat penting untuk memiliki waktu istirahat yang cukup untuk dan
menjada kualitas tidur.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah buang air kecil di kamar mandi seperti
biasa.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dan memberitahukan bahwa luka
jahitan dalam keadaan baik sehingga tidak masalah bagi ibu untuk buang
air besar dan buang air kecil seperti di kamar mandi seperti biasa. Ibu
harus cebok menggunakan air bersih dingin biasa dan jangan cebok
dengan air hangat.
Evaluasi: ibu mengerti dan sudah buang air kecil di kamar mandi.
6. Beritahu ibu mengenai personal hyglene yaitu dengan menganjurkan ibu
merawat dan menjaga kebersihan perineum dan vulva yaitu dengan cara
menganjurkan ibu untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin serta menganjurkan kepada ibu untuk
membersihkan vulvanya setelah BAB dan BAK dengan air dingin dari
arah depan kebelakang dan dikeringkan dengan handuk atau tissue serta
memberitahukan ibu untuk sering mengganti pembalut dengan yang baru
apabila pembalut sudah merasa penuh.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran yang diberikan.
7. Memberi konseling kepada ibu mengenai proses laktasi, pengertian dan
manfaat ASI ekslusif 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan
laiinnya, sehingga pemberian ASI menjadi lebih optimal. Selain membuat
bayi dan ibu menjadi lebih sehat, pemberian ASI selama 6 bulan dapat
digunakan sebagai metode kontrasepsi alami.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu akan
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan.
8. Menjelaskan cara melakukan perawatan payudara yaitu dengan
membersikan payudara terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi baby
oil lalu ditempelkan pada bagian areola dan puting selama 6 menit untuk
membersihkan kotoran yang menempel ada payudara, kemudian
tempatkan pada kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian
urut keatas terus kesamping, lalu kebawah dan melintang sehingga tangan
menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara
(pemijatan untuk masing-masing payudara sebanyak 15-20 kali)
dilakukan bergantian untuk masing-masing payudara, dilanjutkan dengan
langkah telapak tangan menompang payudara kemudian jari-jari tangan
dikepalkan, kemudian jari-jari tangan kanan mengurut payudara dari
pangkala kearah puting selanjutnya rangsang payudara dengan
menggunakan air hangat dan air dingin secara bergantian masing-masing
10 kali, caranya dengan membasuh payudara dan selanjutnya
mengompresnya (selama 30 detik sampai 1 menit setiap kompresan).
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.
9. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan teknik yang benar yaitu:
a. Ibu mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur
atau kursi, kaki ibu disangga, ibu harus merasa rileks.
b. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan ibu, muka bayi
mengadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu.
Posisi bayi haruis sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke
perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya
menghadap ke ibu. Kepala harus sejajar dengan tubuhnya, tidak
melengkung kebelakang atau pun menyamping, telinga, bahu, dan
panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
c. Ibu mendekati bayi ketubuhnya. Bayi harus berada di dekat payudara
ibu dan ibu tidak harus mencondongkan tubuhnya dan bayi tidak
meregangkan leher untuk mencapai putting susu ibu.
d. Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi keputing susu ibu
sehingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu
memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan
empat jarinya dibagian bawah payudara dan ibu jari diatas. Ibu jari
dan telunjuk harus membentuk huruf C . Semua jari ibu tidak boleh
terlalu dekat dengan areola.
e. Sentuhkan puting ke bibir bawah bayi. Tunggu hingga bayi membuka
mulutnya lebar-lebar, lalu cepat masukan puting ke tengah mulut bayi,
diatas lidah, dan bawa bayi kearah ibu.
f. Pastikan bawah sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.
Dagu bayi rapat kepayudara ibu dan hidungnyan menyentuh bagian
atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang telah dijelaskan dan terlihat
pada saat ibu menyusui bayinya dengan bimbingan teknik menyusui
yang benar.
10. Menjelaskan mengenai tanda bahaya pada masa nifas seperti sakit kepala
hebat, nyeri ulu hati serta pandangan kabur, mudah lelah, sulit tidur,
demam, nyeri atau panas saat BAK, nyeri perut keluaran cairan berbau
busuk dari kemaluan, payudara sangat sakit bila disentuh, bengkak pada
payudara, putting susu lecet, kesulitan saat menyusui, dan ibu merasa
sedih. Serta menyarankan ibu untuk segera menemui petugas kesehatan
apabila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
Evaluasi : ibu dapat menyebutkan kembali 8 tanda bahaya pada masa
nifas.
11. Mengakhiri pertemuan dan menganjurkan ibu untuk melapor pada bidan
jika ada keluhan dan tanda bahaya seperti yang sudah dijelaskan, dan
memberitahu akan kunjulang ulang ke rumah hari kemudian tanggal 30
september 2017.
Evaluasi : Ibu mengatakan bersedia melapor bila ada masalah atau
keluhan.
12. Memperbolehkan ibu dan bayi untuk pulang kerumah karena kondisi ibu
dan bayi baik serta mengingatkan untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan sebalumnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan.
13. Melakukan Pendokumentasian SOAP pada Ny. S
Evaluasi ; Pendokumentasian SOAP sudah dilakukan.
3.3.2 Asuhan Kebidanan Postnatal 6 hari

ASUHAN KEBIDANAN POSNATAL6 HARI PADA NY. S


DIRUMAH NY. S TAHUN 2016

Tanggal Pengkaji : 0 7Oktober 2017

Pukul : 14.25 WIB

Tempat : Ny. S

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang karena sekarang kesehatan ibu sudah pulih
kembali dan bayinya sehat. Ibu megatakan keadaan baik, tidak ada
keluhan, ibu menyusui bayinya dengan ASI ekslusif, proses menyusui ibu
tidak ada keluhan, ASI keluar banyak dan bayi menyusu kuat dan sering.
Ibu mengatakan masih terasa linu pada bagian perineumnya.
II. DATA OBJEKTIF
1. keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 83x/menit
Suhu : 37,1 C
Respirasi : 22x/menit
4. Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, skelera
berwarna putih.
5. Payudara : Simetris, tidak ada pembengkakan, pengeluaran
ASI baik
6. Abdomen : TFU pertengahan pusat simpisis, kandung kemih
kosong.
7. Ekstermitas :Tidak ada oedema, Tidak ada tanda tromboplebitis.
8. Vulva/vagina : Tidak ada pembengkakan bartholine, dan kelenjar
skene, tidak ada oedema dan hematoma, pengeluaran lochea sanguilenta,
banyaknya normal.

III. ANALISA
Diagnosa : P1A0 Postpartum 6 hari dalam keadaan normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan :
1. Konseling masa nifas dan tanda bahaya masa nifas
2. Proses laktasi dan dukungan dalam memberikan ASI
3. Pemberian asupan nutrisi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan
normal (baik)
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan tanda-tanda bahaya postpartum: seperti demam tinggi
perdarahan yang banyak, sakit kepala yang hebat, bendungan ASI ibu
bila ibu menemukan salah satu tanda diatas supaya ibu segera datang
kepetugas kesehatan.
Evaluasi : ibu mampu mengulang apa yang dijelaskan dan bergegas ke
petugas kesehatan jika terdapat tanda tersebut.
3. Mengingat kembali bahwa ibu istirahat yang cukup agar tidak kelelahan.
Evaluasi : ibu bersedia untuk mengatur waktu untuk tidur.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses laktasi, dimana
pemberian ASI minimal 2 jam sekali, dan apabila bayi tidur di
bangunkan. Ibu lebih sering makan pepaya produksi ASI tetap banyak.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Mengingatkan ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu dengan menganjurkan
ibu untuk makan banyak, tidak ada pantangan makanan dan minuman
dan minum banyak 8 gelas perhari untuk pemulihan dan untuk
memperbanyak produksi ASI ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan konseling yang telah diberikan dan akan
banyak makan sayur dan buah dan banyak minum air putih.
6. Mengakhiri kunjungan dan mengingatkan ibu untuk datang kepelayanan
kesehatan bila terdapat keluhan.
Evaluasi : Ibu akan datang bila terdapat keluhan.
7. Memberitahu ibu bahwa akan kunjungan ulang pada postpartum 2
minggu.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia.

3.3.3 Asuhan Kebidanan Postnatal 2 Minggu

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 2 MINGGU PADA NY. S


DIRUMAH NY. S TAHUN 2017

Tanggal pengkaji : 12 oktober 2017

Tempat : Rumah Ny. S

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perdarahan yang keluar berwarna coklat
kekuningan dan tidak berbau. Ibu tidak ada keluhan, pola makan masih
banyak peroses menyusui lancar ASI ibu keluar banyak, ibu sudah bisa
merawat bayinya dengan baik.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,9 C
4. Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih.
5. Payudaran : Simetris, putting susu menonjol, keadaan bersih,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan pengeluaran ASI banyak.
6. Abdomen : TFU tudak teraba, kandung kemih kosong.
7. Vulva/vagina : Tidak ada pembengkakan, tidak ada hematoma,
pengeluaran lochea alba, tidak terdapat luka parud dan tidak ada tanda-
tanda infeksi
8. Ekstermitas
Atas : Simetris, tidak ada oedema dan kuku tidak pucat.
Bawah : Simetris, tidak ada oedema dan varices, tidak ada
kemerahan pada betis.

III. ANALISA
Diagnosa : P1A0 postpartum 2 minggu dalam keadaan normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Konseling masa nifas dan tanda bahaya masa nifas
2. pemberian asupan nutrisi
3. konseling merawat bayi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa kondisi keadaan ibu dan bayi
normal (baik)
Evaluasi : ibu dan keluargan mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengingatkan kembali bahwa ibu perlu istirahat yang cukup agar tidak
kelelahan.
Evaluasi : Ibu bersedia mengatur waktu untuk tidur dan istirahat.
3. Mengingatkan ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu dengan menganjurkan
ibu untuk makan banyak, tidak ada pantangan untuk makan dan minum
banyak 8 gelas perhari untuk pemulihan dan untuk memperbanyak
produksi ASI ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan konseling yang telah diberikan dan akan
banyak makan sayur dan buah banyak minum air putih.
4. Memberikan konseling dengan bagaimana cara oerawatan payudara
dengan cara breast care dan mengompres payudara dengan cara
mengompresnya dengan air dingin dan hangat agar mempermudah
lajunya ASI.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang sudah diajarkan.

5. Mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui yang benar, menyuruh ibu


mempergakan bagaimana posisi ibu yang sering dilakukan ketika
memberikan ASI menberikan tahukan ketika ibu kurang tepat
melakukannya.
Evaluasi : ibu mengerti dan senang diberitahu informasi tersebut.
6. Mengingatkan ibu tentang cara menjaga kehangatan, kebersihan dan
kenyamanan bayi dan menyusui bayi setiap bayi menginginkannya.
Evaluasi : ibu mengingat tentang menjaga kehangatan bayi, cara merawat
bayi dan menyusui bayi.
7. Mengakhiri kunjungan dan mengingatkan ibu untuk datang kebidan
terdekat apabila terjadi keluhan.
Evaluasi : ibu akan datang ila terdapat keluhan.
8. Memberitahu ibu bahwa akan kunjungan ulang pada postpartum 6 minggu.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia.
3.3.4 Asuhan Kebidanan Postnatal 6 Minggu
ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 6 MINGGU

Hari/Tanggal : 12 November 2017


Waktu :15.22 WIB
Tempat : Rumah Ny. S

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa dirinya dalam keadaan baik dan sudah bisa
beraktivitas seperti biasanya.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36,8 C
4. Mata : simetris, konjungtiva merah muda dan skelera
putih
5. Payudara : Simetris, putting susu menonjol, keadaan bersih,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan pengeluaran ASI banyak.
6. Abdomen : TFU tidak teraba, kadung kemih kosong
7. Genetalia : tidak ada kelainan, tidak ada oedema, tidak ada
varices, pengeluaran pervaginam sudah tidak ada dan belum ada
pengekuaran menstruasi.
8. Ekstermitas
Atas : Simetris, tidak ada oedema, dan kuku tidak pucat.
Bawah : Simetris, tidak ada oedema dan varices, tidak ada
kemerahan pada betis.
III. ANALISA
Diagnosa : P1A0 Postpartum 6 minggu dengan keadaan ibu normal.
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : Konseling mengenai:
1. Mengevaluasi ibu tentang penyulit masa nifas dan
bayi.
2. Alat kontrasepsi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan ibu dan keluarga bahwa ibu dalam keadaan baik dan
normal.
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa senang.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi asupan nutrisinya dengan
mengkonsumsi makanan dan minuma yang bergizi agar produksi ASI
banyak, ibu sehat dan bayipun sehat. Nutrisi yang dianjurkan seperti,
mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti ikan, danging, tahu,
tempe, serta sayuran dan buah-buahan dan minum susu.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran yang diberikan.
3. Mengingatkan kembali untuk tetap memberi ASI saja sampai usia 6
bulan, memberi ASI minimal 2-3 jam sekali, meskipun bayi sedang
tertidur tetap harus dibangunkan untuk diberikan ASI. ASI ekslusif 6
bulan sangat efektif untuk metode KB ilmiah, sehingga dalam jangka
waktu 6 bulan ibu dan suami bisa berdiskusi mengenai alat
kontrasepsi yang akan digunakan nanti.
Evaluasi : ibu mengerti yang dijelaskan dan akan memeberikan terius
ASI ekslusif selama 6 bulan pada bayinya.
4. Memberitahu ibu dan suami lat kontrasepsi baik keuntungan maupun
kerugiannya. Jika ibu sudah memutuskan akan menggunaka yang
mana, ibu dapat datang kebidan praktek atau ke puskesmas untuk
berKB.
Evaluasi : ibu mengetahui tentang alat kontrasepsi dan tertarik untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan.
5. Mengakhiri kunjungan dan mengingatkan ibu untuk memeriksa diri
bila terdapat keluhan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan yang dianjurkan.
6. Melakukan pendokumentasian SOAP pada Ny. S
Evaluasi : Pendokumentasian SOAP telah dilakukan.
3.4.2 Asuhan Kebidana Neonatal Usia 6 jam

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL 6 JAM

Hari/ Tanggal : minggu, 01 oktober 2017

Waktu : 21.00 WIB

Tempat : BPM Bidan Teti,. AM,. Keb

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi dapat menyusui dan tidak rewel.
2. Status Kesehatan
a. Riwayat Pemberian ASI
Bayi sudah dapat menyusu, terakhir menyusu adalah 2 jam yang lalu.
b. Riwayat Eliminasi
Bayi sudah buang air kecil 1 kali, dan sudah buang air besar.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compomentis
3. Berat badan : 2800 gram
4. Panjang badan : 50 cm
5. Tanda-tanda Vital
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,8 0c
Respirasi : 36x/menit
6. Kepala : Tidak ada kelainan
7. Dada dan payudara : Bentuk simetris, retraksi tidak ada, puting susu
simetris, dan sejajar, pembesaran mamae tidak ada,
paru-paru tidak terdengar ronchi atau wheezing.
8. Abdomen :bentuk datar, tali pusat keadaan baik, kering, tidak
ada perdarahan dan tidak ada tanda infeksi.
9. Ekstermitas
a. Atas : Warna kemerahan dan tidak dingin
b. Bawah : Warna kemerahan dan tidak dingin
10. Genetalia dan anus : Miksi dan defekasi positif

III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam dengan
keadaan Normal.
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan :
1. Pencegahan Hipotermi
2. pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perawatan tali pusat, perawatan
bayi, pemberian ASI ekslusif, imunisasi dan teknik menyusui.
3. Tanda Bahaya Bayi Baru lahir

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu bahwa keadaan bayi baik dan diperlukan observasi
untuk memantau keadaan bayi
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayi.
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai:
a. Motivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif karena merupakan
nutrisi yang sangat baik bagi bayi. ASI ekslusif harus diberikan
sampai usia 6 bulan tanpa makanan tambahan lain.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bayi akan diberikan ASI ekslusif
b. Memberitahukan ibu mengenai cara perawatan tali pusat yaitu
membalutnya, dengan menggunakan kassa kering dan bersih serta
tidak boleh basah, tidak boleh menggunakan alkohol ataupun obat-
obatan yang dioleskan langsung ke tali pusat. Saat memandikan bayi
pun, tali pusat harus ikut dimandikan dengan dibilas air, disabuni dan
dibilas lagi kemudian dibalut dengan kassa.
Evaluasi : ibu mengerti dan segera melakukan yang dianjurkan
c. Mengajarkan ibu cara teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi
harus dekat dengan ibu, putting susu dan areola harus tercakup mulut
bayi dan bayi tidak mengeluarkan bunyi saat menyusui. Bayi harus
disusui minimal 2-3 jam sekali dan bayi harus menyusu sampai
kenyang. Jika bayi sedang tidurpun harus dibangunkan jika memang
sudah waktunya menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan segera melakukan apa yang dianjurkan.
d. Mengingatkan ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai
jadwal yang terdapat dalam buka KIA, 1 bulan kemudian merupakan
jadwal imunisasi BCG dan Polio, ibu dapat kembali kefalitas
kesehatan agar bayinya mendapatkan imunisasi tersebut.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan apayang dianjurkan.
3. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu malas
atau bahkan tidak dapat menyusu, kejang, tidak sadar, nafas tidak normal,
badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak biru pada
tangan/kaki/bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam. Jika ada tanda
bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus segera memeriksakan
bayinya kepetugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan membawa bayinya ke petugas kesehatan
jika terdapat tanda bahaya pada bayinya.
4. Memberitahukan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya dengan
memakai topi, sarung tangan, kaus kaki, dan membungkus atau
membendong bayi dengan pernel serta menyelimuti dengan kain bersih.
Mengganti popok dan pakaian bayi jika basah dan jangan biarkan jendela
atau pintu terbuka, serta menyala lampu penghangat berjarak kurang lebih
30 cm dari bayi.
Evaluasi : Usaha menjaga kehangatan bayi telah dilakukan, bayi tampak
nyaman serta tidak hipotermi.
5. Melengkapi pendokumentasian SOAP asuhan bayi baru lahir pada bayi
Ny. S
Evaluasi : Pendokumentasian SOAP telah dilakukan.

3.4.3 Asuhan Kebidanan Neonatal Usia 6 hari

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL USIA 6 HARI

Hari/Tanggal : Sabtu, 7-10-2017

Jam : 14.25 WIB

Pengkaji : Amna Zulfa

Tempat : Rumah Ny. S

I. DATA SEBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya baik dan tidak ada keluhan, tali pusat sudah
puput, BAK dan BAB normal, menyusu kuat, istirahat cukup.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Berat badan : 2900 gram
4. Panjang badan : 51 cm
5. Tanda-tanda vital
Nadi : 135x/menit
Terpirasi : 49x/menit
Suhu : 37,00C
6. Kepala : Sutura Datar
7. Mata : Konjungtiva berwarna merah, sklera berwarna putih
8. Leher : tidak ada pembengkakan
9. Abdomen : Tidak ada pembengkakan saat menangis, tali pusat suda
puput, dan tidak ada tanda infeksi
10. Gerakan : aktif
11. Kulit : Tidak ikterus, tidak ada tanda sianosis.

III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari dengan
keadaan normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan :
1. Pencegahan hipotermi
2. Pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perawatan bayi, pemberian ASI
ekslusif dan imunisasi.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan
normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya.
2. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya dengan
memakai topi, sarung tangan, kaos kaki, dan membungkus atau
membendong bayi dengan pernel serta menyelimuti dengan kain bersih.
Mengganti popok dan pakaian bayi jika basah dan jangan biarka jendela
atau pintu terbuka.
Evaluasi : Usaha kehangatan bayi telah dilakukan, bayi tampak nyaman
serta tidak hipotermi.
3. Memotivasi ibu untuk memberi ASI ekslusif karena merupakan nutrisi
yang sangat baik bagi bayi. ASI ekslusif harus di berikan sampai usia 6
bulan tanpa makanan tambahan lain.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan memberikan ASI ekslusif.
4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi harus dekat
dengan ibu, putting susu dan areola harus tercakup mulut bayi dan bayi
tidak mengeluarkan bunyi saat menyusui. Bayi harus di susui minimal 2-3
jam sekali dan bayi harus menyusu sampai kenyang. Jika bayi sedang
tidurpun harus dibangunkan jika memang sudah waktunya untuk
menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan segera melakukan yang dianjurkan.
5. Mengingatkan ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkapsesuai
jadwal yang terdapat dalam buku KIA, 1 bulan kemudian merupakan
jadwal imunisasi BCGdan polio 1, ibu dapat kembali kefasilitas kesehatan
agar bayinya mendapatkan imunisasi tersebut.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan yang dianjurkan.
6. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu
malas atau bahkan tidak dapat menyusu, kejang, tidak sadar, nafas tidak
normal, badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak
biru pada tangan/kaki/bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam. Jika ada
tanda bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus segera memeriksa
bayinya ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan membawa bayinya ke petugas kesehatan
jika terdapat tanda bahaya pada bayinya.
7. Memberitahu ibu bahwa akan ada kunjungan rumah 1 minggu kedepan
untuk melihat perkembangan kesehatan ibu dan bayi.
Evaluasi : Ibu setuju untuk dilakukan kunjungan ulang.
8. Melengkapi pendokumentasian SOAP asuhan bayi baru lahir pada By. A
Evaluasi : Pendokumentasian SOAP telah dilakukan.

3.4.4 Asuhan Kebidanan Neonatal 2 Minggu

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL 2 MINGGU

Tanggal : 12 oktober 2017


Tempat : Rumah Ny. S
Pengkaji : Amna Zulfa
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya baik dan tidak ada keluhan, BAK dan
BAB normal, bayi menyusu kuat, istirahat cukup.

II. DATA SUBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Berat badan : 3100 gram
4. Panjang Badan : 52 cm
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 140x/menit
Respirasi : 52x/menit
6. Kepala : Tidak ada kelainan
7. Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, sklera putih,
tidak ada tanda infeksi, refleks labirin positif.
8. Hidung : Tidak ada pengeluaran, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
9. Mulut : Refleks rooting positif, refleks sucking positif,
refleks swallowing positif.
10. Leher : Tidak ada pembengkakan
11. Abdomen : Bentuk simetris, tali pusat sudah puput.
12. Ekstermitas
a. Atas : Warna kemerahan dan tidak dingin
b. Bawah : Warna kemerahan dan tidak dingin
13. Genetalia : Tidak ada kelainan, Tidak ada pengeluaran
14. Kulit : Tidak ikterik, tidak ada tanda sianosis

III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan 2 minggu
dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : pencegahan Hipotermi, mengingatkan pemberian ASI
ekslusif, tanda bahaya pada bayi.

IV. PENATALAKSANA
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan
baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya
2. Memberitahukan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya dengan
memakai topi, sarung tangan, kaos kaki, dan menbukus atau membedong
bayi dengan pernel serta menyelimuti dengan kain bersih. Mengganti
popok dan pakaian bayi jika basah dan jangan biarkan jendela atau pintu
terbuka.
Evaluasi : Usaha menjaga kehangatan bayi telah dilakukan, bayi tampak
nyaman serta tidak hipotermi.
3. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif karena merupakan
nutrisi yang sangat baik bagi bayi. ASI ekslusif harus diberikan sampai
usia 6 bulan tanpa makanan tambahan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bayi akan diberikan ASI ekslusif.
4. Mengingatkan ibu mengenai teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi
harus dekat dengan ibu, putting susu dan areola harus tercakup mulut bayi
dan bayi tidak mengeluarkan bayi saat menyusui. Bayi harus disusui
minimal 2-3 jam sekali dan bayi harus menyusu sampai kenyang. Jika
bayi sedang tidurpun harus dibangunkan jika memang sudah waktunya
untuk menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan segera melakukan yang dianjurkan.
5. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi yaitu malas atau
bahkan tidak dapat menyusu, kejang, tidak sadar, napas tidak normal,
badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak biru pada
tangan/kaki/ bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam. Jika ada tanda
bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus segera memeriksa bayinya
kepetugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan membawa bayinya kepetugas kesehatan
jika terdapat tanda bahaya pada bayinya.
9. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 4 minggu
kedepan untuk melihat perkembangan kesehatan ibu dan bayi.
Evaluasi : Ibu setuju untuk dilakukan kunjungan ulang.
10. Melengkapi pendokumentasian SOAP asuhan bayi baru lahir pada By. A
Evaluasi : Pendokumentasian SOAP telah dilakukan.

3.4.5 Asuhan Kebidanan Neonatal Usia 6 Minggu

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL 6 MINGGU

Tanggal : 12 November 2017

Tempat : Rumah Ny. S

Pengkaji : Amna Zulfa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya baik dan tidak ada keluhan, BAK dan BAB
normal, bayi menyusu kuat, istirahat cukup.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Berat Badan : 3500 gram
4. Panjang badan : 53 cm
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,60C
Nadi : 141x/menit
Respirasi : 51x/menit
6. Kepala : Tidak ada kelainan
7. Mata
Konjungtiva berwarna merah muda, sklera putih, tidak ada tanda infeksi,
refleks labirin positif.
8. Telinga
Letak antara telinga sejajar lurus dengan mata, yidak ada pengeluaran
apapun, keadaan daun telinga nnormal.
9. Hidung
Tidak ada pengeluaran, tidak ada pernafasan cuping hidung
10. Mulut
Refleks positif, rekleks sucking positif, refleks swallowing positif.
11. Leher
Tidak ada pembengkakan, refleks tonic neck positif.
12. Abdomen
Bentuk simetris, tali pusat sudah puput.
13. Ekstermitas
Atas : Warna kemerahan dan tidak dingin
Bawah : Warna kemerahan dan tidak dingin

III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6
minggu dengan keadaan normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan :
1. Pencegahan diare
2. Pendidikan kesehatan pola ibu mengenai perawatan bayi, pemberian
ASI ekslusif dan imunisasi.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada iu bahwa bayi dalam keadaan
baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya.
2. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif karena merupakan
nutrisi yang sangat baik bagi bayi. ASI ekslusif harus diberikan sampai
usia 6 bulan tanpa makanan tambahan lain.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bayi akan diberikan ASI ekslusif.
3. Mengingetklan ibu mengenai teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi
harus dekat dengan ibu, putting susu dan areola harus tercakup mulut bayi
dan bayi tidak mengeluarkan bunyi saat menyusui. Bayi hatus disusui
minimal 2-3 jam sekali dan bayi harus menyusui sampai kenyang. Jika
bayi sedang tidurpun harus dibangunkan jika memang sudah waktunya
untuk disusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan segera melakukan yang dianjurkan.
4. Mengingat ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan lingkungan bayi
agar bayi tidak terkena diare, untuk ibu atau siapapun yang mau
memegang bayinya harus mencuci tangan nya terlebih dahulu.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan.
5. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi yaitu malas atau
bahkan tidak dapat menyusu, kejang, tidak sadar, napas tidak normal,
badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak biru pada
tangan/kaki/ bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam. Jika ada tanda
bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus segera memeriksa bayinya
kepetugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan membawa bayinya kepetugas kesehatan
jika terdapat tanda bahaya pada bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk datang kebidan saat bayi berusia 2 bulan untuk
memberi imunisasi DPT/HB/HIB 1 dan polio 2.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan datang saat bayi berusia 2 tahun.
7. Melakukan pendokumentasian SOAP asuhan bayi baru lahir pada By. A
Evaluasi : pendokumentasian SOAP telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 ANC (Antenatal Care)
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mengenai asuhan konprehensif
pada klien bernama Ny. S di BPM Bidan Teti Amd. Keb penulis membuat
beberapa pernyaan diantaranya:
4.1.1 Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny. S
Dari standar asuhan Antenatal yang dilakukan kepada Ny. S, dapat
dibandingkan dengan teori dan asuhan yang dilaksanakan.
Teori:
Memperhatikan tujuan asuhan kehamilan yaitu pengawasan
antenatal, maka jadwal kunjungan telah dibuat yang terstandar paling
minimal yaitu 4x selama kehamilan, antara lain:
1. Satu Kali pada trimester I
2. Satu kali pada trimester II
3. Dua kali pada trimester III
(Sulistyawati, 2009).
Praktik:
Selama kehamilan ini pada Ny. S melakukan yaitu 1 kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II, dan 2x pada trimester III, dan akan
selalu melakukan kunjungan hingga melahirkan.
Analisa
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, pada Ny. S G1A0P0
pemeriksaan kehamilan dan pengawasan antenatal sesuai dengan
kebijakan program pemerintah mengenai kebijakan program kunjungan
antenatal care. Ny. S melakukan kunjungan antenatal, sebanyak 4x selama
kehamilan ini.
4.2 Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. S
a. Kala I
Praktik:
Pada tanggal 03 oktober 2017 pukul ... WIB Ny. S datang ke BPM Bidan
Teti Amd.keb,

Anda mungkin juga menyukai