Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,

perawatan bayi baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes,

2009:1). Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap

mengutamakan materi pokok (Depkes, 2009:7). Tingginya angka kematian

ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan, kematian

seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak hebat,tidak hanya dalam hal

kehilangan suatu kehidupan namun juga karena efeknya pada kesehatan dan

usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan. World Health Organization

(WHO) tahun 2007 memperkirakan sekitar 75-85% dari seluruh wanita hamil

akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya

serta mengancam jiwanya. Departemen kesehatan menyebutkan angka

kematian ibu di Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan

segera setelah persalinan, Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan

sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan

penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK)

pada saat kehamilan sebesar 37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar

1
2

40% (Puspitasari, 2012:1054-1060). Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo

menyebutkan angka kematian ibu di Ponorogo tahun 2014 mencapai

149,4/100.000 kelahiran hidup, jumlah kasus mencapai 15 AKI. Untuk

menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan

kehamilan,kelahiran dan nifas, upaya untuk mempercepat penurunan AKI

telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood

yang mendapat perhatian besar dan dukungan dalam berbagai pihak baik

dalam maupun luar negeri,pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah

diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam

menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS), yang dicanangkan

oleh pemerintah pada tahun 2000. Untuk mempercepat pencapaian program

MDG’s diperlukan upaya percepatan penurunan AKI dengan diharapkan

kesadaran terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan menjadi

meningkat, program yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan untuk

mendukung langkah tersebut adalah kelas ibu hamil (Puspitasari, 2012:1054-

1060).

Data ibu hamil di indonesia adalah 5.191.116, data ibu hamil di

Jawa Timur 679460, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo jumlah

ibu hamil pada tahun 2014 sekitar 13801, jumlah ibu hamil di Wilayah

Puskesmas Babadan sejumlah 540 ibu hamil sedangkan jumlah ibu hamil di

Kelurahan Kadipaten Wilayah Kerja Babadan Kabupaten Ponorogo sejumlah

42, dengan total 240 kelas ibu hamil dari 31 Wilayah Kerja Puskesmas di

Kabupaten Ponorogo. Wilayah Puskesmas Kecamatan Babadan Kabupaten

Ponorogo merupakan puskesmas yang mempunyai jumlah kelas ibu hamil


3

terbanyak yaitu 24 kelas ibu hamil yang tersebar di 8 Kelurahan dan yang

mengikuti kelas ibu hamil di Kelurahan Kadipaten Wilayah Kerja Babadan

Kabupaten Ponorogo sejumlah 32 dari 3 kelas ibu hamil. Hasil dari studi

pendahuluan yang dilaksanakan di kelas ibu hamil di Kelurahan Kadipaten

Wilayah Kerja Puskesmas Babadan Kabupaten Ponorogo pada tanggal 10

Januari 2015 dengan metode kuesioner pada 10 responden di dapatkan hasil

persepsi tentang kelas Ibu hamil ada 6 (6%) responden mempunyai persepsi

positif, sedangkan 4 (4%) responden mempunyai persepsi negatif.

Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat

latihan maupun di rumah dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil

ke arah persalinan yang fisiologis selama tidak ada keadaan patologis yang

menyertai kehamilan. Senam hamil bukan hanya sekedar senam seperti

olahraga biasa yang membuat tubuh menjadi segar dan bugar, namun senam

hamil terbukti dapat membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama

kehamilan dan sangat membantu dalam proses persalinan (Syafrudin,2011).

Dengan senam hamil serta latihan untuk mengkoordinasikan semua kekuatan

saat persalinan diharapkan secara normal, tidak terlalu takut, akan

mengurangi rasa sakit dan mempunyai kepercayaan diri yang tetap mantap.

Melalui senam hamil diperoleh keadaan prima dengan melatih dan

mempertahankan kekuatan otot dinding perut, otot dasar panggul serta

jaringan penyangganya untuk berfungsi saat bersalin berlangsung. Senam

juga meningkatkan kemampuan mengkoordinasikan kekuatan kontraksi otot

rahim sehingga tercapai hasil optimal menuju jalan lahir, dan meningkatkan

kesegaran rohani dan jasmani ibu hamil (Bandiyah, 2009:68). Sesungguhnya


4

senam hamil bukanlah suatu hal yang aneh dan luar biasa karena wanita-

wanita di negara maju sangat menyukai senam dan latihan fisik, baik saat

hamil maupun diluar kehamilan, untuk menjaga kondisi fisik dan mentalnya.

Di Indonesia hal ini baru disadari oleh sekelompok masyarakat kota–kota

besar yang modern dan maju demikian pula halnya, dengan latihan senam

hamil (Mochtar, 2010:56).

Pada dasarnya pelaksanaan kelas ibu hamil dan senam hamil

merupakan bentuk intervensi yang dilakukan petugas kesehatan dengan buku

KIA yang menjadi referensi utamanya, kelas ibu hamil dan senam hamil

dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pendekatan belajar orang dewasa

(BOD), metode yang digunakan pendekatan belajar orang dewasa adalah

ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan praktik, curah pendapat, penugasan,

stimulasi diharapkan mampu mengoptimalisasi peningkatan pengetahuan dan

keterampilan ibu hamil mengenai kehamilan dan perawatan bayi baru lahir

(Dinkes, 2009 :12). Ibu beserta suami dan anggota keluarga yang lain harus

sudah merencanakan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan

(Depkes,2009:25).

Berdasarkan paparan di atas tentang pentingnya kelas ibu hamil,

maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi ibu

hamil dalam mengikuti kelas ibu hamil di Kelurahan Kadipaten Wilayah

Kerja Puskesmas Babadan Kabupaten Ponorogo.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian adalah

“Bagaimanakah persepsi ibu hamil dalam mengikuti kelas ibu hamil di

Kelurahan Kadipaten Wilayah Kerja Puskesmas Babadan Kabupaten

Ponorogo?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi ibu hamil dalam

mengikuti kelas ibu hamil di Kelurahan Kadipaten Wilayah Kerja Puskesmas

Babadan Kabupaten Ponorogo.

D. Manfaat penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian nanti, diharapkan hasil dari

penelitian tersebut dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber data penelitian

selanjutnya tentang hubungan kelas ibu hamil dengan lamannya

persalinan kala I dan II.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Sebagai wawasan serta bahan bacaan atau referensi guna menambah

pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan tentang persepsi ibu hamil dalam

mengikuti kelas ibu hamil.

b. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengalaman secara langsung sekaligus sebagai

pegangan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini, serta


6

sebagai sumber data penelitian tentang persepsi ibu hamil dalam

mengikuti kelas ibu hamil.

c. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan pengetahuan

tentang kelas ibu hamil.

d. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan

dalam meningkatkan penyuluhan tentang kelas ibu hamil.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Ibu Hamil

2.1.1 Pengertian

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan

bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan,

nifas, KB pasca persalinan, pencegahan kompllikasi, perawatan bayi baru lahir dan

aktivitas fisik/ senam hamil (Kemenkes RI, 2012). Kegiatan dalam kelas ibu hamil

adalah pembahasan materi buku KIA dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

diikuti diskusi dan tukar pengalaman antara ibu hamil/suami/keluarga dan petugas

kesehatan.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta

masimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar

pengalaman, tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis

serta dapat dilaksankan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil

difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil,

yang terdiri atas buku KIA, lembar balik (flip chart), pedoman pelaksanaan kelas ibu

hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu hamil. Fasilitator kelas

ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang telah mendapakan pelatihan

fasilitator kelas ibu hamil atau melalui on job training (Kemenkes RI, 2012).

9
10

Beberapa keuntungan kelas ibu hamil antara lain (Kemenkes RI, 2012) :

1 Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas

ibu hamil yang memuat mengenai (1) pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin

sehat, (2) persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, (3) pencegah

penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat, (4)

perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal serta (5) aktifitas fisik ibu

hamil.

2 Materi lebih komperhensif sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam

persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil sebelum penyajian materi

3 Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik

tertentu

4 Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur

dengan baik

5 Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan

materi dilaksanakan

6 Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan

7 Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan

penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.

2.1.2 Tujuan Kelas Ibu Hamil

2.1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami

tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, persalinan aman, nifas

nyaman, ibu selamat, bayi sehat, pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi

dan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta bayi sehat, perawatan bayi baru
11

lahir agar tumbuh kembang optimal, serta aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI,

2012).

2.1.2.2 Tujuan Khusus

1 Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu hamil/ suami/

keluarga/ dengan ibu hamil/ suami/ keluarga) dan antara ibu hamil/ suami/ keluarga

dengan petugas kesehatan/ bidan tentang (1) pemeriksaan kehamilan agar ibu dan

janin sehat, (2) persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, (3)

pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan

bayi sehat, (4) perawaan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal serta (5)

aktivitas fisik ibu hamil.

2 Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :

a) Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat (apakah kehamilan itu?, tanda

kehamilan, keluhan yang sering dialami ibu hamil, perubahan fisik ibu hamil,

perubahan emosional ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan

pada ibu hamil, menjaga ibu dan janin sehat, hal-hal yang harus dihindari oleh

ibu selama hamil, mitos/tabu, dan persiapan menghadapi persalinan.

b) Persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat (tanda-tanda awal

persalinan, tanda-tanda persalinan, proses persalinan, inisiasi menyusu dini

(IMD), KB pasca persalinan, pelayanan nifas, menjaga ibu bersalin dan nifas

serta bayi seta, hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas)

c) Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan agar ibu dan bayi sehat (penyakit

malaria, gejala dan akibatnya, cara penularan malaria, cara pencegahan

malaria, infeksi menulas seksual (IMS), gejala umum, HIV dan AIDS, cara

pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil, Kurang ebergi kronis (KEK), Anemia,
12

tanda bahaya pada kehamilan, tanda bahaya pada persalinan, tanda bahaya dan

penyakit pada ibu nifas, dan sindroma pasca melahirkan).

d) Perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optima (tanda bayi lahir sehat,

perawatan bayi baru lahir, pelayanan neonates (6 jam – 28 hari), tanda bahaya

pada bayi baru lahir, cacat bawaan, perawatan metode kangguru (PMK), posisi

dan perlekatan menyusui yang benar, pemberian imunisasi, menjaga bayi agar

sehat, hal-hal yang harus dihindari, mitos dan akta kelahiran).

e) Aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2012).

2.1.3 Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta ibu hamil sebaiknya semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut,

dengan usia kehamilan 4-36 minggu, atau pada usia kehamilan 22-36 minggu untuk

mengikuti kegiatan tambahan dalam kelas ibu hamil yaitu senam hamil. Pada usia

kehamilan tersebut ibu sudah cukup kuat, tidak takut terjadi keguguran, dan efektif

untuk mengikuti senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10

orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat

mengikuti berbagai materi penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau

materi yang lain (Kemenkes RI, 2012).

2.1.4 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta,

LSM dan masyarakat

1. Fungsi dan peran (Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas)

Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran

pada masing-masing level yaitu Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas


13

2. Fasilitator dan Narasumber

Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah

mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (melalui on the job training) dan

setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitas kelas ibu hamil. Dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan nara sumber untuk

menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil

adalah ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta dengan ventilasi dan

pencahayaan yang cukup, alat tulis menulis, buku KIA, lembar balik kelas ibu hami,

buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, alat peraga

(KB kit, food model, boneka, dll), tikar/karpet, bantal, kursi, buku senam hamil, dan

CD senam hamil.

4. Tahapa Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

a) Pelatihan bagi pelatih

b) Pelatihan bagi fasilitator

c) Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan

steakholder

d) Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil

e) Pelaksanaan kelas ibu hamil

f) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1.5 Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali pertemuan selama hamil

atau sesuai dengan kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan,
14

materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir

pertemuan dapat dilakukan aktifitas fisik/senam ibu hamil. Aktivitas fisik/ senam ibu

hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setalah

sampai dirumah diharapkan dapat dipraktekkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan

kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu

pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit.

2.1.6 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian,

serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan

bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Evaluasi

dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negative

pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Monitoring dan evaluasi perlu

dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk menilai dan memantau

pelaksanaan kelas ibu hamil. Seluruh pelaksanaan kegiatan dalam kelas ibu hamil

dibuatkan pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003). Semakin baik pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya


15

kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas maka akan membuat ibu hamil mampu

mengambil keputusan dan menentukan tindakan untuk mengikuti kelas ibu hamil.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Mubarak

(2007) adalah :

1). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap

sesuatu hal agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat dipungkiri makin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, sehingga

semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya.

2). Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik maupun

kurang baik akan berpengaruh terhadap psikologis seseorang dan akhirnya dapat

membentuk sikap positif maupun negatif dalam kehidupannya.

3). Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental). Aspek fisik meliputi perubahan ukuran, proporsi,

dan ciri-ciri baru. Aspek psikologis atau mental berhubungan dengan taraf berfikir

seseorang yaitu semakin bertambah umur makan akan semakin matang dan

dewasa.

4). Sumber Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru.

Informasi dapat diperoleh dari petugas kesehatan, petugas non kesehatan, dan

media massa. Menurut Notoatmodjo (2003) bila seseorang banyak memperoleh

informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas


16

5). Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan lebih banyak, karena dengan bekerja seseorang akan

lebih banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.

2.3 Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia

dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Persepsi ibu

hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik dari faktor intenal maupun eksternal

terhadap objek yang sama, sehingga nantinya akan mempengaruhi perilaku ibu

tehadap pelaksanaan kelas ibu hamil. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang

beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

2.3.1 Pengertian Persepsi

Kotler (2000) menyebutkan persepsi adalah proses yang digunakan oleh

seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan

informasi guna menciptakan gambar dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya

tergantung pada rangsangan fisik tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Individu dapat memiliki

persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena ada tiga persepsi yaitu persepsi

selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.

Persepsi menurut Wiji Suwarno (2009) adalah suatu proses membuat penilaian

atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam

lapangan penginderaan seseorang, penginderaan ini mengakibatkan manusia mulai

memberikan penilaian baik atau buruk, enak atau tidak enak, dan lain-lain. Kemuadian

penilaian itu dijadikan suatu kesan yang dapat menstimulus kegiatan untuk
17

mengadaptasi diri. Jika penilaian seseorang terhadap sesuatu baik, maka akan

mengulangi kegiatan tersebut di kesempatan lain.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi

merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan

atau menanggapi yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala

sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2.3.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai

berikut :

1 Adanya Objek yang dipersepsi

2 Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

mengadakan persepsi

3 Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

4 Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian

sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan individu,

perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun

persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

Menurut Notoatmodjo (2010) Faktor penyebab yang mempengaruhi persepsi dapat

dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor Eksternal dan Internal

2.3.3.1 Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana

seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang


18

sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Faktor internal adalah faktor yang datang

dari dalam individu. Faktor ini lebih didominasi oleh keadaan individu tersebut dalam

mengartikan dan memahami persepsi. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil

persepsi, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan psikologis. Apabila

segi fisiologisnya (jasmani) terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi

seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti pengalaman, perasaan, kemampuan

berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam

mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 2010). Adapun yang termasuk ke dalam faktor

internal adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

1. Pengalaman/Pengetahuan, yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa

lalu atau yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan

interpretasi.

2. Harapan atau expectation terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap

stimulus.

3. Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang

perhatian dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus

secara berbeda.

4. Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.

5. Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

6. Budaya, seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun

akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.


19

2.3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu. Dalam hal ini

adalah stimulus dan lingkungan. Lingkungan yang melatarbelakangi stimulus juga

akan berpengaruh pada persepsi, terlebih apabila objek persepsi adalah manusia. Objek

yang sama tetapi dengan stimulus sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi

yang berbeda (Walgito. 2003). Apa yang kita perhatikan dipengaruhi oleh faktor

situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determin (faktor

yang menentukan) perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention

getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain

gerakan, intensitas stimuli, hal-hal yang baru, dan peluang.

2.4 Perilaku

Menurut Bimo Walgito perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan

stimulus internal yang memberikan respon eksternal. Stimulus internal adalah stimulus

yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis, dan stimulus eksternal adalah

segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan. Menurut

Soekidjo Notoatmodjo, perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang

mempengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang.

Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respon juga sangat

tergantung pada karakteristik seseorang.

Pengertian perilaku dapat disimpulkan sebagai totalitas dari pengahayatan dan

reaksi seseorang yang langsung terlihat atau tidak terlihat. Timbulnya perilaku akibat

interelasi stimulus internal dan eksternal yang diperoses melalui kognitif, afektif dan

motorik.
20

2.4.1 Teori Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model (HBM) dikenal sebagai model pengharapan suatu nilai,

yang intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri dalam perilaku

sehat bila mereka meniai hasil (menjadi sehat) terkait perilakunya dan mereka berfikir

bahwa perilaku tersebut dapat memberikan hasil (Edberg,2007). Berdasarkan teori ini

maka ada beberapa pertimbangan yang menetukan perhatian perilaku kesehatan

seperti :

1. Perceived Susceptibility adalah anggapan akan adanya ancaman penyakit yang

bisa menimpa seseorang. Ini berarti bahwa seseorang baru akan bertindak jika

telah dirasakan adanya ancaman suatu penyakit terhadap dirinya.

2. Perceived Severity/ Seriousness yaitu pertimbangan terhadap tingkat keseriusan

suatu ancaman. Semakin serius suatu ancaman penyakit maka semakin kuat

dorongan seseorang bertindak untuk menghindarinya.

3. Perceived Benefit yaitu pertimbangan keuntungan yang selalu menjadi salah satu

pertimbangan dalam mengambil suatu tindakan. Jika tindakan/perubahan perilaku

yang dianjurkan dipandang menguntungkan maka seseorang cenderung akan

bertindak atau berubah perilakunya. Keuntungan ini bisa berupa pertimbangan

bahwa perilaku/tindakan yang diambil akan efektif atau efisien dalam

menghindari atau mengobati suatu ancaman penyakit

4. Perceived Barrier yaitu pertimbangan hambatan yang mungkin akan dihadapi

dalam mengambil suatu tindakan atau perubahan perilaku. Hambatan tersebut bisa

berupa pertimbangan biaya yang mahal, mengandung bahaya, tidak

menyenangkan atau memakan waktu yang lama.


21

5. Other variabel yaitu variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi

tindakan/perilaku seperti faktor umur, pendidikan, psikologi, dan faktor social

lainnya.

6. Self Efficacy, variabel ini menyangkut kemampuan diri seseorang untuk bertindak

atau mengubah perilakunya atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

untuk perubahan perilaku yang kompleks yang membutuhkan waktu lebih lama.

Berikut adalah bagan teori Health Belief Model :


22

Variabel demografi (umur,


jenis kelamin, agama, dll) Persepsi manfaat dari
Variabel sosiopsikologi tindakan preventif
(kepribadian, kelas social, dikurangi persepsi
dll) hambatan dari tindakan
Variabel structural preventif
(pengetahuan tentang
penyakit, lama kontak
dengan penyakit, dll

Persepsi kerentanan Kemungkinan


terhadap penyakit dan Persepsi ancaman mengambil tindakan
persepsi keseriusan dari suatu penyakit preventif yang
dari suatu penyakit dianjurkan

Dorongan untuk bertindak


- Media massa
- Sarana dari yang lain
- Postcard
- Penyakit dari anggota
keluarga atau teman
- Artikel Koran atau majalah

Gambar 2.1

Helath Belief Model (dari Backer MH, Haefner DP, Kasl SV, dkk. Model psikososial
dan korelasi yang dipilih berhubungan dengan perilaku kesehatan individu. Med Care
1977 dalam Pender, 1996)
23

2.4.2 Proses Adopsi Perilaku

Rogers (1986) seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi melalui

proses yaitu :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Interest yaitu orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

dalam dirinya)

4. Trial yaitu seseorang sudah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption adalah orrang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Herri Zan Piter dan Namora Lumongga Lubis (2010) faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku antara lain :

1. Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau

perubahan-perubahan secara mendalam dari hasil pengalaman dari rangsangan

eksternal dan keadaan fisiologis. Dengan emosi seseorang terangsang untuk

memahami objek atau perubahan yang disadari sehingga memungkinkan

mengubah sikap atau perilakunya. Bentuk emosi yang berhubungan dengan

perubahan perilaku yaitu rasa marah, gembira, bahagia, sedih, cemas, takut, benci

dan sebagainya

2. Persepsi adalah pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman dan yang lain sebagainya. Setiap orang

memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Melalui persepsi
24

seseorang mampu untuk mengetahui atau mengenal objek melalui alat

penginderaan. Persepsi dipengaruhi oleh minat, kepentingan, kebiasaan yang

dipelajari, bentuk, latar belakang, kontur kejelasan, atau kontur letak.

3. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna mencapai suatu tujuan

tertentu. Hasil motivasi akan terwujud dari perilakunya, karena dengan motivasi

individu terdorong memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosial.

4. Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar

berkaitan dengan kematanagn dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku

sosial dan kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilakunya.

5. Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap

situasi-situasi baru secara cepat dan efektif serta memahami berbagai

interkonektif dan belajar dengan menggunakan konsep-konsep abstrak secara

efektif.

2.5 Penelitian Terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi Handayai, 2014 tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil di kota

Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain case control, kasus dalam penelitian ini

adalah ibu hamil yang berpartisipasi dalam kelas ibu hamil sedangkan control adalah

ibu hamil yang tidak pernah berpartisipasi dalam kelas ibu hamil. Sampel yang

digunakan adalah 45 untuk kasus dan 45 untuk control yang dipilih melalui

consecutive sampling, data dianalisis secara bivariate menggunakan uji chi square dan

secara multivariate menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitiannya adalah faktor

yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil di Kota

Denpasar tahun 2014 adalah status bekerja, pengetahuan, sikap dan dukungan suami.
25

Dukungan suami merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi ibu

hamil dalam kelas ibu hamil

Penelitian yang dilakukan oleh Linarsih tahun 2012 tentang Pengaruh Kelas

Ibu Hamil Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Ibu Hamil Mengenai

Kesehatan Ibu dan Anak Di Wilayah Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen.

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan jumlah sampel 42

ibu hamil. Uji statistic yang digunakan adalah paired sampel t-test. Hasil penelitian

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, ketrampilan sebelum

dan sesudah pelatihan, sehingga program kelas ibu hamil perlu dikembangkan untuk

menekan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ratifah tahun 2013 dengan hasil

penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tenang

kelas ibu hamil dengan motvasi ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil di Puskesmas 2

Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Metode yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 76

responden ibu hamil dengan cara total sampling.


26

Anda mungkin juga menyukai