Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu

diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan

tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dengan yang

lain. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha

untuk kehamilan yang dialami oleh wanita. (......).Sejak awal mula

pemerintahan orde baru, tepatnya sejak taun 1967, kebijakan vertilitas lebih

ditujukan pada upaya pengendalian kelahiran penduduk. Di Indonesia,

pegendalian vertilitas (vertility control) lebih dikenal sebagai program KB.

Salah satu inti program KB adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui

pengatura kelahiran, memperkecil angka kematian ibu dan bayi, dan

meningkatkan kualitas program KB.

Jumlah pasangan usia subur (PUS) dari tahun ke tahun semakin

meningkat, untuk itu perlu di upayakan pula kelangsungan pemakaian

kontrasepsi pada PUS, termasuk pembinaan paska persalinan. Denan itu

diharapkan setelah melahirkan sedini mungkin PUS menjadi asektor KB. Pada

umumnya setelah melahirkan hingga selesai masa menyusui bayi, seorang ibu
tidak memakai alat kontrasepsi. Beberapa hasil enelitian mengungkapkan

adanya keengganaan penggunaan kontrasepsi pada masa menyusui,

disebabkan adanya katakutan pemekaian kontrasepsi akan mempengaruhi

produksi ASI. Disamping itu di kalangan masyarakat ada anggapan bahwa

menyusui merupakan salah satu alternatif upaya pengaturan kehamilan secara

alamiah (kontrasepsi alami). Dalam arti selama manyusui kecil kemungkinan

untuk seorang ibu akan hamil kembali.

Efektifitas kontrasepsi alamiah dari proses menyusui paling tinggi

pada awal paska melahirkan dan kemudian berangsur-angsur menurun terjadi

karena ketidaksuburan secara alamiah pada pasca melahirkan, dan sebagian

besar karena frekuensi menyusui yang tertinggi pada awal kehidupan bayi.

Semakin jauh dari persalinan, ibu seharusnya tidak lagi dapat berharap bahwa

menyusui dapat mencegah kehamilan. Setelah melewati 6 bulan pertama

kehidupan bayi, dan jika siklus menstruasi telah kembali, kontrasepsi lewat

proses menyusui tidak lagi dapat diandalkan, untuk memeperpanjang jarak

kalahiran, ibu-ibu menyusui harus menggunakan metode kontasepsi yang

cocok pada bulan-bulan pertama setelah melahikan.

Dampak jika tidak mengikuti program Keluarga Berencana apa ????

Program KB erat kaitannta dengan menyyusui. Menyusui dapat

melindungi ibu dari kahamilan hingga selama 6 bulan setelah melahirkan

dengan ketentuan jika ibu tidak mendapat menstruasi selama periode 6 bulan
dan memberikan ASI secera penuh atau sekurang-kurangnya 85 % makanan

bayi adalah ASI.

Di Kota Kupang berdasarkan data awal dari Puskesmas Kota

Kupang .... berapa PUS, WUS . Dari Pus tersebut berapa yang tidak mengikuti

KB atau ...... ??????. Pemilihan kontrasepsi apa ?????? yang baik sehinggan

tidak menghentikam pemberian asi.

Oleh karena itu ......program Kb dapat meningkatkan pemberian ASI

pada ibu yang menyusui. ........... bila telah melewati 12 bulan akan kembali

mendapat haid sebelum menghentikan pemberian ASI. Bebrapa penelitian

menunjukan bahwa ada 1 % sampai 13 % ibu yang menyusui bisa hamil

kembali tanpa lebih dahulu mengalami haid. Kamalina sebelum haid lebih

kecil kemungkinannya pada bulan-bulan pasca melahirkan di bandingkan

bulan-bulan berikutnya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1.2.1 Pernyataan Masalah

Kontrasepsi adalah menghindari pertemuan antara sel telur dan sel

sperma dimana tujuan dari kontrasepsi adalah menunda kehamilan.

Menjarangkan kehamilan dan mencegah kehamilan. Beragam alat

kontrasepsi yang digunakan membuat ibu dapat membuat pilihan

yang tepat tetapi dapat juga membingungkan ibu dalam memilih

metode yang tepat, selain itu waktu memulai pemakaian kontrasepsi

juga sangat penting karena pada ibu yang menyusui pasca persalinan
masa intertile lebih lama tetapi kembalinya kesuburan tidak dapat

dipastikan dengan demikian bila pengetahuan tentang metode

kontrasepsi pasca persalinan kurang maka penggunaan kontrasepsi

pasca persalinan yang tidak adekuat yang berkorelasi terhadap

terjadinya kehamilan yang lebih cepat dari yang diharapkan.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

Berdasarkan permasalaha n diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaiamana tingkat pengetahuan ibu primipara

tentang keluarga berencana pasca persalinan di RST WIRASAKTI

KUPANG.

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu primipara tentang

keluarga berencana yang digunakan pada periode pasca persalinan.

1.3.2 Tujuan Khusus: pengertian,

1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu primipara tentang manfaat

keluarga berencana.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu primipara tentang tujuan

keluarga berencana.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu primipara tentang metode-

efektif kontrasepsi pasca persalinan.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang keuntungan

metode kontrasepsi.
5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu primipara tentang

hubungan menyusui dan kontrasepsi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam penulisan karya

tulis ilmiah khususnya dalam penelitian hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi pasca persalinan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi atau perbandingan bagi mereka yang

berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya dan penelitian ini

dapat dijadikan media untuk ,mengembangkan dan menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh khususnya dalam bidang

keperawatan.

1.4.3 Bagi Responden

Diharapkan dari hasil penelitian responden bisa mengetahui

pentingnya keluarga berencana.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Konsep Primipara

Ibu primipara adalah seorang ibu yang pernah melahirkan bayi untuk pertama

kalinya (Prawiroharjo, 1994).

2.1.2 Konsep Keluarga Berencana

2.1.2.1 Pengertian

Keluarga berencana menurut WHO dalam (Hartanto, 2004) adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB,

pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara

menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

reproduksi utama dengan yang lain. Peningkatan dan perluasan

pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang

dialami oleh wanita (.............................. 2007).

2.1.2.2 Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera

yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan

kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga. Tujuan program keluarga berencana adalah

memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan

bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup

rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (.......)

2.1.2.3 Tujuan KB

Tujuan KB berdasar RENSTRA BKKBN 2005-2009 meliputi:

keluarga dengan anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan,


keluarga sejahtera, keluarga berketahanan, keluarga yang terpenuhi

hak-hak reproduksinya, penduduk tumbuh seimbang (PTS).

???? Manfaat Keluarga Berencana

A. Untuk Ibu: dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran,

ibu mendapatkan manfaat berupa: Perbaikan kesehatan badan

krena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka

waktu yang terlalu pendek, peningkatan kesehatan mental dan

sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk

mengasuh anak-anak, untuk beristirahat dan menikmati waktu

luang serta melakukan kegitatan lainnya (Gunawan Dkk, 1999).

B. Untuk Ayah: Memperbaiki kesehatan fisiknya, memperbaiki

kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta

lebih banyak waktu luang untuk keluarga (Gunawan Dkk,

1999).

C. Untuk anak yang akan dilahirkan: Dapat tumbuh secara wajar

karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat, sesudah

lahir anak tersebut akan memperoleh perhatian, pemeliharaan

dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut

memang diinginkan dan direncanakan.

2.1.2.5 Dampak Program KB

Program KB memberikan dampak, yaitu menurunkan angka kematian

ibu dan anak; penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;


peningkatan kesejahteraan keluarga; peningkatan derajat kesehatan;

peningkatan mutu dan layanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi; peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;

pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

2.1.3 Konsep Kontrasepsi Pasca Persalinan

2.1.3.1 Pengertian

Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari / mencegah terjadinya kehamilan akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat

mencegah terjadinya kehamilan (JHPIEGO, 2008).

2.1.3.2 Jenis Kontrasepsi Pasca Persalinan

A. Metode Amenore Laktasi ( MAL)

Metoda amenore laktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang bisa

dimulai sejak bayi lahir sampai 6 bulan pasca persalinan jika pasien

memenuhi 3 kriteria yang telah ditetapkan. 3 kriteria itu adalah : Pasien

belum menstruasi ( lochia pada 8 minggu awal masa pascapersalinan tidak

dianggap sebagai perdarahan menstruasi. Setelah perode ini 2 hari

perdarahan atau bercak pada pasien dianggap sebagai menstruasi pasien

sudah kembali ), bayi menyusui secara penuh atau hampir penuh,

didefinisikan sebagai: Bayi disusui pada saat siang dan malam, bayi disusui

dengan jarak tidak boleh lebih dari 4 jam, bayi tidak mendapat makanan

atau minuman tambahanlainnya, umur bayi kurang dari 6 bulan.


B. Spermicide

Cream jelli dan tablet atau cairan berbusa yang disebut juga

spermicide adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak

atau melumpuhkan spermatozoa dalam vagina sehingga Walk

dapat membuahi sel telur. Behan kimia yang aktif ini berbentuk

tablet, foam (busa) atau cream yang harus ditempatkan didalam

vagina setinggi mungkin dekat serviks. Foam dan cream juga

bertindak sebagai penghalang spermatozoa yang masuk kedalam

serviks (care mekanik). Obatobatan tersebut dapat dipakai

sebagai usaha tunggal untuk kontrasepsi tetapi akan lebih

berhasil apabila disamping itu sang suami memakai kondom.

Semprotan dapat menghilangkan days spermiside jangan

dilakukan segera sesudah melakukan persetubuhan tetapi

tunggulah hingga sedikit-dikitnya 8 jam sesudah persetubuhan.

Efektifitas : Cukup efektif bile dipakai dengan kontrasepsi lain

seperti kondom dan diafragma. Angka kegagalan teoritis 3%.

Praktis berkisar 1030%. Keuntungan: murah, mudah didapat,

tidak perlu resep dokter, Mudah dipakai sendiri, dapat

mencegah penularan penyakit kelamin, Sebagai pelicin.

Kerugian : Memerlukan motivasi terns menerus dan dapat


menimbulkan te6adinya iritasi. Cara menggunakan : tablet

direndam dulu sebelum dimasukan kedalam vagina 5 merit

sebelum berhubungan, pada jelly, cream dimasukkan sebelum

berhubungan, setelah itu tidak boleh bangun 8 jam sesudah atau

pasta senggama, perlu diberi ulang pada waktu senggama ulang.

C. Kondom

Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tak

berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang tegang sebelum

dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung

didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian

mencegah tedadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar

juga berguna untuk mencegah penularan penyakit kelamin.

Indikasi pemakaian kondom: 6 minggu sesudah vasektomi,

kondom perlu dipakai sampai selama 6 minggu sesudah

vasektomi (sampai mani tidak mengandung spermatozoa lagi,

yang dapat diketahui lebih jelas dengan pemeriksaan

laboratorium), sementara menunggu pemasangan AKDR,

sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang

diminum, apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih

dari 36 jam, apabila diduga ada penyakit kelamin, sementara

menunggu diagnosis yang pasti, bersamaan dengan pemakaian

spermiside, Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi


yang tersedia atau yag dipakai, Sebagai cara yang dipilih oleh

pasangan-pasangan tertentu.Cara keda: Kondom adalah

mencegah spermatozoa bertemu dengan ovum/sel telur pada

waktu senggama karena cairan semen tertempung oleh kondom

(cairan bibit laki-laki/air mani). Efektifitas: Sangat efektif bila

dipakai dengan cara yang benar setiap kali bersenggama. Angka

kegagalan teoritis 3%. Praktis berkisar 5-20%. Keuntungan:

murah, mudah didapat, tidak perlu resep doktcr, mudah dipakai

sendiri, dapat mencegah penularan penyakit kelamin, efek

samping hampir tidak ada, mudah dibawah kemanapun

dugunakan sewaktu-waktu, tidak membebani istri. Kerugian :

mengganggu kenyamanan saat bersenggama, selalu memakai

kondom yang bare, Selalu harus ada persediaan, kadang-kadang

ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya, tingkat

kegagalannya cukup tinggi, bila terambat memakainya, sobek

bila memasukkannya tergesa-gesa.

D. Koitus interuptus

Koitus interuptus adalah metode kontrasepsi dengan cara

Senggama dijalankan sebagaimana biasanya tetapi pada puncak

senggama kemaluan prig (penis) dikeluarkan dari vagina

sehingga mani keluar diluar vagina. Cara ini tidak berbahaya

baik fisik maupun mental. Cara ini tidak dapat diandalkan


karena : memerlukan penguasaan diri yang tinggi, kemungkinan

ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah

dari zakar dan masuk kedalam vagina sehingga dapat terjadi

kehamilan, meskipun sudah dilakukan pencabutan sebelum

mani menyemprot.

Keuntungan : efektif bila digunakan dengan benar dan tidak

mengganggu produksi ASI, tidak ada efek samping, dapat

digunakan setiap waktu dan tidak membutuhkan biaya.

Kerugian: efektifitas tergantung kepada kesediaan pasangan

untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya

(angka kegagalan 4-18 kehamilan per seribu perempuan per

tahun), efektifitas akan ber alan turun apabila sperma dalam 24

jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis dan memutuskan.

E. AKDR

AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam

rahim yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik

(polietiline) ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak,

tetapi adapula yang dililit dengan tembaga yang bercampur

perak. Selain itu ada pula yang dibatangp.ya berisi hormon

progesteron. Cara keda: Meningkatkan getaran tuba sehingga

pada waktu blastokista sampai kerahim endometrium belum siap

untuk menerima nidasi hasil konsepsi, Menimbulkan reaksi


jaringan sehingga ter adi reaksi peradangan yang juga akan

melarutkan blastokista dan Lilitan logam menyebabkan reaksi

anti fertilitas. Indikasi: Merupakan cara KB efektif terpilih yang

sangat diprioritskan pemakaiannya pada ibu dalam face

menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan. Bisa juga

yang ingin menunda kehamilan dengan jenis AKDR mini.

Kontraindikasi: Kehamilan, Gangguan perdarahan, Peradangan

pada alat kelamin, Kecurigaan tumor gangs di alat kelamin,

Tumor jinak dirahim dan Kelainan rahim kongenital. Efektifitas

dan keuntungan AKDR: Efektifitas AKDR tinggi dengan angka

kegagalan berkisar 1% : Lippes loop sebagi generasi pertama

dipakai selama diinginkan kecuali bila ada kelutian, Cu T 200

B, Cu 7, ML Cu 250 sebagai generasi kedua dapat dipakai

selama 3 - 4 tahun, IUD generasi ketiga antara lain Cu T 380 A,

ML cu 380, Medusa pessar selama 10 tahun. Keuntungan:

Praktis, ekonomis, mullah dikontrol, aman jangka panjang dan

kembalinya kesuburan tinggi, Tidak dipengaruhi faktor lupa

seperti pit, tidak mengganggu hubungan suami istri, relatif

murah, dapat digunakan jangka panjang (10 Tahun), dapat

dipasang segera setelah melahirkan, cocok untuk ibu-ibu

menyusui. Kerugian: AKDR tidak dapat dilepas sendiri, hares

dilakukan oleh bidan atau dokter terlatih, perlu pemeriksaan

bagi calon pemakai tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.


Efek samping dan komplikasi AKDR adalah perubahan siklus

haid, kadang haid lebih lama, merasakan sakit dan kejang

beberapa hari setelah pemasangan, perdarahan berat pads waktu

haid atau diantara haid, yang memungkinkan menjadi penyebab

anemia, perforasi Binding rahim dengan gejala rasa sakit atau

nyeri yang tiba-tiba, dan atau. perdarahan.

Kontraindikasi AKDR adalah perempuan yang sedang hamil,

ada gangguan perdarahan, ada peradangan alai kelamin,

dicurigai ada kanker pads leher rahim, adanya tumor jinak

(BKKBN, 2006).

Hubungan Kontrasepsi dan menyusui ?????


PROPOSAL PENELITIAN

SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG


KELUARGA BERENCANA PASCA PERSALINAN DI RUANG
BERSALIN RST WIRASAKTI KUPANG

OLEH

DIAN NATALIA NAWA HOKE


PO.530320110101
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2012
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian penjelasan

(explanatory Research), yaitu penelitian yang dilakukan utnuk menjelaskan

hubungan antara variabel bebas debgan variabel terikat melalui pengujian

hipotesis. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,

yaitu peneliti melaksanankan pengambilan data dari suatu sampel dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Pendekatan yang

digunakan penelitian ini menggunakan pendekatan crossecsional, yaitu subyek

hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap varoabel

pada saat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai