Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Pada KB dan Kesehatan Reproduksi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik pada


Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BD.7007)

Oleh:

Ferditasus Meisaroh
P07124522105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Pada KB dan Kesehatan Reproduksi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik pada


Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BD.7007)

Disusun Oleh :

Ferditasus Meisaroh
P0712522105

Pembimbing Klinik
Sri Subiyantun, S.SiT., M.Kes
(……………………………..)

Pembimbing Akademik
Yuliasti Eka P,S.ST,MPH (…………………………..)
NIP.198107052002122001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Nanik Setiyawati, SST., Bdn., M.Kes


NIP 198010282006042002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi. Penulisan Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Holistik pada Program Studi Pendidikan Profesi Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Laporan Pendahuluan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta,
2. Nanik Setiyawati, SST., Bdn., M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan untuk membuat laporan
pendahuluan ini,
3. Yuliasti Eka P,S.ST,MPH selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan dan kebijakan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
4. Sri Subiyantun, S.SiT., M.Kesselaku pembimbing klinik yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan pendahuluan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, Januari 2023


Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana 5
B. Kontrasepsi 6
C. Kesehatan Reproduksi 29
D. Kewenangan Bidan 34
BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian 36
B. Data Subyektif 36
C. Data Obyektif 36
D. Rencana Tindakan 38
DAFTAR PUSTAKA 40

4
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana (KB)
1. Definisi
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan.1
Program keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur jarak
interval kehamilan, merencanakan waktu kelahiran yang tepat dalam
kaitanya dengan umur istri, serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.1
2. Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya 1
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
4. Manfaat Program KB
Ada beberapa manfaat untuk berbagai pihak dari adanya program KB:
a. Manfaat bagi Ibu

5
Untuk mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran sehingga dapat
memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan yang
berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan kesehatan
mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta
melakukan kegiatan lainnya.
b. Manfaat bagi anak yang dilahirkan
Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang hamil dalam
keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan mendapatkan perhatian,
pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak
tersebut memang diinginkan dan direncanakan.
c. Bagi suami
Program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik,
mental, dan sosial karena kecemasan berkurang serta memiliki
lebih banyak waktu luang untuk keluarganya.
B. Kontrasepsi
1. Definisi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim.2
2. Macam – Macam Kontrasepsi KB
Menurut Atika Proverawati, 2010, macam – macam kontrasepsi yaitu3 :
a. Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
1) MAL (Metode Amenorea Laktasi)
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif untuk menekan ovulasi, metode ini memiliki 3 syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:
a) Ibu belum megalami haid

6
b) Bayi disusui secara eksklusif dan sering, sepanjang siang dan
malam, ≥ 8 kali sehari
c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya adalah risiko
kehamilan tinggi bila tidak menyusui bayinya secara benar.
2) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet tipis yang
dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang
dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada
vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan
sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital
wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka
kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.5
3) Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan
senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami
menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak
memerlukan alat atau obat sehingga relatif sehat untuk digunakan
wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
4) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa
subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk
menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu
basal, dan metode lendir serviks.
5) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah
sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh
akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
6) Spermicida

7
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat
mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel
telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,
aerosol (busa atau foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila
dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan alat atau obat kontrasepsi
yang bahan bakunya mengandung sejumlah hormon kelamin wanita
(estrogen dan progresteron), kadar hormon tersebut tidak sama untuk
setiap jenisnya. Alat kontrasepsi homonal termasuk dalam jenis
meliputi suntik, pil, dan implan.2
1) Suntik Kombinasi
a) Pengertian
Suntik kombinasi adalah kontrasepsi suntik yang berisi
hormon sintesis estrogen dan progerteron. Jenis suntikan
kombinasi adalah 25 mg Depo Medrokdiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi Intramuskuler
sebulan sekali, dan 50 mg Noretrindon Enantat dan 5 mg
Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan
sekali. Komposisi pada KB suntik kombinasi:
1) Suntikan 1 bulan sekali mengandung
medroxyprogesterone acetate 50 mg/ml, dan estradiol
cypionate 10 mg/ml.
2) Suntikan 2 bulan sekali mengandung
medroxyprogesterone acetate 60 mg/ml, dan estradiol
cypionate 7,5 mg/ml.
3) Suntikan 3 bulan sekali mengandung
medroxyprogesterone acetate 120 mg/ml, dan estradiol
cypionate 10 mg/ml10
b) Efektivitas

8
Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan)
selama tahun pertama penggunaan.
c) Cara kerja suntik kombinasi adalah:
(1) Menekan ovulasi
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu
(3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d) Keuntungan suntik kombinasi adalah :
(1) Risiko terhadap kesehatan kecil
(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
(4) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(5) Mengurangi jumlah perdarahan
(6) Mengurangi nyeri haid
(7) Mencegah anemia
(8) Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium
(9) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
(10) Mencegah kehamilan ektopik
(11) Melindungi dari penyakit radang panggul
e) Keterbatasan suntik kombinasi adalah :
(1) Perubahan poal haid
(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan (akan hilang
pada suntikan kedua atau ketiga)
(3) Ketergantungan pada pelayanan kesehatan
(4) Efektivitasnya rendah bila bersamaan dengan obat
tuberculosis dan obat epilepsi
(5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati

9
(6) Penambahan berat badan
(7) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau
HIV/AIDS
(8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
f) Kontraindikasi suntik kombinasi adalah:
(1) Kehamilan
(2) Riwayat kanker payudara
(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
(4) Menyusui dibawah 6 bulan pascapersalinan
(5) Penderita hepatitis
(6) Usia >35 tahun yang merokok
(7) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah
tinggi (>180/110 mmHg)
(8) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing
manis > 20 tahun
(9) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migrain
g) Efek samping pada suntik kombinasi adalah
(1) Amenorea :Bila tidak terjadi kehamilan tidak perlu diberi
pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak
berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali
ke klinik bila tidak datangnya datangnya haid masih
menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon progestin dan
estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
(2) Mual atau pusing atau muntah : Pastikan tidak ada
kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil,
informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan
hilang dalam waktu dekat.

10
(3) Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting): Bila hamil
lakukan rujuka dan bila tidak hamil cari penyeba
perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang
terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut
dan mengkhawatirkan, mengganti metode kontrasepsi
lain.
2) Suntik Progestin
a) Pengertian
Suntik Progestin merupakan kotrasepsi suntikan yang berisi
hormon progesteron.
b) Jenis Suntik Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) 150
mg DMPA setiap 3 bulan sekali secara intamuskuler
(2) NET-EN (Noretindron Enanthate) 200 mg setiap 2 bulan
secara intramuskuler
c) Efektivitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi, dengan
0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah di tentukan.
d) Cara Kerja
Cara kerja suntik progestin adalah:
(1) Mencegah ovulasi
(2) Mengentalkan lendir serviks, sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
e) Keuntungan suntik progestin adalah:
(1) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

11
(2) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak
serius pada terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah
(3) Tidak berpengaruh pada ASI
(4) Sedikit efek samping
(5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(6) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
(7) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
(8) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
(9) Mencegah penyakit radang panggul
(10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit.
f) Keterbatasan suntik progestin adalah:
(1) Sering di temukan gangguan haid, seperti:
(a) Siklus haid yang memendek atau memanjang
(b) Perdarahan yang banyak atau sedikit
(c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting)
(d) Tidak haid sama sekali
(2) Permasaahan berat badan merupakan efek samping
tersering
(3) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau
HIV/AIDS
(4) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian, karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
(5) Terjadi perubahan pada lipit serum pada penggunaan
jangka panjang
(6) Pada penggunaan jangka panjang menurunkan kepadatan
tulang

12
(7) Pada penggunaan jangka panjang menimbulkan
kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
h) Kontraindikasi suntik progestin adalah:
(1) Hamil atau di curigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran)
(2) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara
(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
(4) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,
terutama amenore
(5) Diabetes mellitus disetai komplikasi
i) Efek samping suntik progestin adalah :
(1) Amenorea : Apabila tidak hamil, maka tidak perlu
pegobatan apapun. Jelasan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim dan nasihat untuk kembali ke
klinik. Namun bila klien hamil, lakukan rujukan dan
hentikan penyuntikan. Jangan berikan terapi hormonal
untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi
perdarahan juga, rujuk ke klinik
(2) Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting): )
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,
tetapi itu bukan hal yang serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.
(3) Mual, pusing, atau muntah : Informasikan bahwa
kenaikan berat badan sebanyak 1 – 2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontasepsi lain.

13
3) Pil Kombinasi
a) Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri. 4
b) Jenis KB Pil kombinasi menurut Sulistyawati (2013) yaitu1:
(1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,
dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
(2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan
dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi.
(3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin,
dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
c) Evfektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97%.5
d) Cara kerja KB Pil kombinasi menurut Saifuddin (2010) yaitu6:
(1) Menekan ovulasi
(2) Mencegah implantasi
(3) Mengentalkan lendir serviks

14
(4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
e) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu5:
(1) Tidak mengganggu hubungan seksual
(2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
(3) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
(4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
(5) Mudah dihentikan setiap saat
(6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
(7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
f) Keterbatasan pil kombinasi adalah :
(1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
(2) Mual pada 3 bulan pertama
(3) Pusing
(4) Nyeri payudara
(5) Berat badan naik sedikit
(6) Berhenti haid
(7) Mengurangi produksi ASI
(8) Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga
resiko stroke dan gangguan pembekuan darah vena
dalam sedikit meningkat
(9) Tidak mencegah IMS.
g) Yang dapat Menggunakan Pil Kombinasi:
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak maupun yang belum memiliki anak
(3) Gemuk atau kurus
(4) Mengginginkan metode dengan efektivitas tinggi

15
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI
ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut
(7) Pasca keguguran
(8) Anemia karena haid berlebihan
(9) Nyeri haid hebat
(10) Siklus haid tidak teratur
(11) Riwayat KET
(12) Kelainan payudara jinak
(13) Kencing manis tanpa komplikai pada ginjal, pembuluh
darah, mata, dan saraf
(14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis,
atau tumor ovarium jinak
(15) Menderita tuberculosis (kecuali yang sedang
menggunakan rimaficin)
h) Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi:
(1) Kehamilan (diketahui atau dicurigai)
(2) Menyusui eksklusif
(3) Perdarahan pervaginam atau uterus yang tidak
terdiagnosis
(4) Penyakit hati akut (hepatitis)
(5) Perokok dengan usia >35 tahun
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah
>180/100 mmHg
(7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing
manis > 20 tahun
(8) Kanker payudara atau di curigai kanker payudara
(9) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi atau
riwayat epilepsi)
(10) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

16
4) Mini Pil (Pil Progestin)
a) Pengertian
Mini Pil atau pil progestin merupakan kontrasepsi yang
megandung hormon sintesis progesteron.
b) Jenis mini pil :
(1) Kemasan dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau
350 µg noretrindon
(2) Kemasan dengan isi 28 pil 75 µg desogestrel.4
c) Efektivitas
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan mini pil jangan
sampai terlupa satu atau dua tablet atau jangan sampai
terjadi gangguan gastrointestinal (nuntah, diare) karena
akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
d) Cara kerja mini pil, yaitu :
(1) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus
(2) Perubahan dalam motilitas tuba
(3) Perubahan dalam fungsi corpus luteum
(4) Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau
daya hidup spermatozoa
(5) Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi
ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi.
e) Keuntungan mini pil :
(1) Tidak menghambat laktasi sehingga cocok untuk ibu
yang menyusui
(2) Aliran darah yang keluar pada periode menstruasi serta
disminorea akan berkurang jika wanita menggunakan pil
yang hanya mengandung progestin
(3) Tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit
kardiovaskuler, tromboembolisme vena, hipertensi,
cocok untuk penderita penderita diabetes dan migren
fokal

17
(4) Dapat digunakan untuk klien yang tidak biasa
mengkonsumsi estrogen.
(5) Kesuburan cepat kembali
(6) Tidak mengganggu hubungan seksual
(7) Sedikit efek samping
(8) Dapat dihentikan setiap saat
(9) Mencegah kanker endometrium
(10) Melindungi dari penyakit radang panggul
(11) Menurunkan tingkat anemia
f) Keterbatasan mini pil adalah
(1) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan
sela, spotting, amenorea)
(2) Penigkatan / penurunan berat badan
(3) Harus digunakan setiap hari
(4) Bila lupa satu jam saja, kegagalan menjadi lebih besar
(5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau
jerawat
(6) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari100
kehamilan)
(7) Efektivitasnya rendah bila bersamaan denga obat
tuberculosis dan obat epilepsi
(8) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau
HIV/AIDS
(9) Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah
muka.
g) Kontraindikasi mini pil adalah
(1) Hamil (diketahui atau dicurigai)
(2) Perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis
(3) Penyakit arteri berta pada masa lalu atau saat ini
(4) Kelainan lipid berat
(5) Menderita penyakit trofoblastik

18
(6) Kehamilan ektopik sebelumnya
(7) Menderita penyakit hati, adenoma atau kanker hati saat
ini
h) Efek samping dan penanganan mini pil adalah
(1) Amenorea (tidak terjadi perdarahan) :
(a) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak
perlu tindakan khusus, cukup konseling.
(b) Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat
klien khawatir, rujuk ke klinik atau RS.
(c) Bila hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan.
(d) Bila kehamilan ektopik, lakukan rujukan
(e) Jangan berikan obat-obat hormonal untuk
menimbulkan haid karena tidak ada gunanya
(2) Perdarahan tidak teratur atau spotting:
(a) Bila tidak ada masalah kesehatan atau tidak hamil,
tidak perlu tindakan khusus.
(b) Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian
tersebut, perlu dicari metode konrasepsi lain
5) Implan
a) Pengertian
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah
kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan
pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku melalui
insisi tunggal dalam bentuk kipas.
b) Jenis Implan
Jenis - jenis Implan, yaitu:
(1) Norplant yaitu terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4
mm, yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel, dan lama
kerjanya 5 tahun

19
(2) Jadena dan Indoplant yaitu terdiri dari dua batang yang
diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan lama kerja 3
tahun
(3) Implanon yaitu terdiri dari satu batang putih lentur
dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c) Cara kerja
Cara kerja dari kontrasepsi implan adalah menebalkan
mukus serviks sehingga tidak dapat melewati sperma,
perubahan terjadi setelah pemasangan implan. Progestin juga
menekan pengeluaran Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.
Lonjakan LH direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonogestrel, mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi.
d) Keuntungan implant adalah:
(1) Sangat efektif dan berdaya kerja hingga 3-5 tahun
(2) Begitu dilepas, fertilitas cepat kembali
(3) Bebas dari berbagai efek samping akibat estrogen
(4) Setelah pemasangan, tidak ada sesuatu yang perlu diingat
berkenaan dengan kontrsepsi.
(5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(6) Tidak mengganggu ASI
(7) Klien hanya perlu ke klinik jika ada keluhan
(8) Dapat dicabut sewaktu –waktu sesuai kebutuhan.
e) Keterbatasan implant adalah:
(1) Susuk KB atau Implan harus dipasang dan diangkat oleh
petugas kesehatan yang terlatih
(2) Lebih mahal
(3) Sering timbul perubahan haid.

20
(4) Efek minor seperti sakit kepala, jerawat
(5) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS
(6) Kemungkinan rasa tidak nyaman atau infeksi pada
tempat pemasangan.
(7) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi
harus pergi ke klinik untuk pencabutan
(8) Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat
tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat)
f) Kontraindikasi implant adalah:
(1) Kehamilan atau diduga hamil
(2) Perdarahan saluran genitalis yang tidak terdiagnosis
(3) Alergi terhadap komponen implan
(4) Adanya penyakit hati berat
(5) Tumor yang bergantug pada progesteron
(6) Porfiria akut
(7) Riwayat penyakit tromboembolik masa lalu atau saat ini
(8) Penyakit sistemik kronis (misal diabetes)
(9) Faktor resiko penyakit arteri
(10) Peningkatan profil lipid
(11) Penyakit hati aktif dan hasil fungsi hati abnormal dengan
tingkat keparahan sedang, penyakt batu ginjal
g) Efek samping :
(1) Amenorea :
(a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu pengobatan
apapun, culup konseling.
(b) Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat
implan dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.

21
(c) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
kehamilan, cabut implan dan jelaskan bahwa
progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila terjadi
kehamilan ektopik, rujuk klien. Tidak ada gunanya
memberikan obat hormon untuk memancing
timbulnya perdarahan
(2) Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting):
informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai
terutama pada tahun pertama, tetapi itu bukan hal yang
serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
(3) Ekspulsi : cabut kapsul yang ekspulsi. Periksa apakah
kapsul yang lain masih di tempat, dan apakah terdapat
tanda – tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada insersi
dan kapsul masih berada di tempatnya, pasang kapsul
baaru di tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi
cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau anjurkan menggunakan
kontrasepsi lain.
(4) Infeksi pada daerah insersi : bersihkan dengan air dan
sabun atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk
7 hari. Apabila tidak membaik, cabut implan dan pasang
yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi lain.
(5) Berat badan naik atau turun : informasikan kepada klien
bahwa perubahan berat badan 1 – 2 kg adalah normal. Kaji
ulang diet klien apabila perubahan berat badan 2 kg atau
lebih. Apabila perubahan tidak dapat di terima, bantu klien
mencari metode lain.
6) Intra Uterine Device (IUD)
a) Pengertian

22
Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim
merupakan alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa
kerangka dari plastik yang fleksibel yang diselubungi kawat
halus yang terbuat dari tembaga (Cu), sangat efektif,
reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun :
CuT.380A).6
b) Jenis
IUD jenis CuT 380A berbentuk huruf T, diselubungi kawat
halus yang terbuat dari tembaga (Cu), dan tersedia di
Indonesia. IUD jenis lain yang beredar di Indonesia adalah
NOVA T (Schering)
c) Efektivitas
IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif. Dari 0,6-
0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama terdapat
1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.
d) Keuntungan IUD adalah:
Keuntungan pemakaian IUD yakni
(1) Hanya memerlukan sekali pemasangan untuk jangka
waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah.
(2) Tidak menimbulkan efek sistemik, efektivitas cukup
tinggi, reversible, dan cocok untuk penggunaan secara
massal.
(3) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit,
kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya
kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(5) Tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu
penggunaan kontrasepsi
(6) Metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan
dan pemeriksaan berulang

23
(7) IUD dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir), dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
(8) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
e) Keterbatasan IUD
Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :
(1) Terdapat perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan
menometroragia)
(2) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual
(3) Pemakaian IUD juga dapat mengalami komplikasi seperti,
merasakan sakit selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau di
antaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangannya benar).
(4) IUD tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik
digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan, penyakit radang panggul
(PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
IUD karena PRP dapat memicu infertilitas, dan tidak
mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena
fungsi IUD untuk mencegah kehamilan normal
f) Kontraindikaasi IUD:
Adapun kontraindikasi pengguna IUD diantaranya:
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk
penderita penyakit kelamin, pernah menderita radang
rongga panggul
(3) Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal\

24
(4) Riwayat kehamilan ektopik
(5) Penderita kanker alat kelamin
(6) Alergi terhadap tembaga (hanya untuk alat yang
mengandung tembaga)
(7) Ukuran ronga rahim kurang dari 5 cm
g) Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya, yaitu :
(1) Perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
(2) Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama
setelah pemasangan
(3) Spotting antar waktu menstruasi.
(4) Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah
banyak.
(5) Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi
expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau
seluruhnya.
(6) Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak
nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim
c. Kontrasepsi Mantap
1) Pengertian
Kontrasepsi mantap merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
secure contraception, nama lain dari kontrasepsi mantap adalah
sterilisasi. Sterilisasi merupakan suatu tindakan atau metode yang
menyebabkan seorang wanita tidak dapat hamil lagi. Secara
sederhana kontrasepsi mantap atau sterilisasi dapat diartikan
sebagai cara atau metode ber-KB dengan melakukan pembedahan
pada saluran benih, baik berupa pemotongan dan atau pengambilan
sebagian atau hanya melakukan pengikatan.
2) Jenis Kontrasepsi Mantap

25
Kontrasepsi mantap terbagi menjadi dua sesuai dengan jenis
kelamin pelaku kontrasepsi mantap tersebut. Pada laki-laki
sterilisasi dikenal dengan vasektomi atau medis operatif pria
(MOP), sedangkan pada wanita disebut tubektomi, atau medis
operatif wanita (MOW).
a) Vasektomi
(1) Pengertian
Vasektomi merupakan suatu tindakan operasi pemotongan
saluran vas deferens (saluran yang membawa sel sperma
dari buah zakar ke penis). Vasektomi adalah kontrasepsi
operatif minor pada pria dengan mengeksisi bilateral vas
deferens. Prosedur vasektomi ini sangat aman, sederhana
dan efektif. Dimana memakan waktu operasi yang singkat
dan hanya menggunakan anastesi lokal.
(2) Efektivitas
(a) Hanya sekali pemasangan dapat efektif dalam jangka
panjang.
(b) Kontrasepsi vasektomi tidak berpengaruh pada fungsi
seksual pria dan disfungsi seksual pada pria yang
divasektomi terjadi diakibatkan oleh: memiliki penyakit
penyerta, merokok dan mengkonsumsi alhokol dengan
jangka waktu panjang serta dalam volume berlebihan
pengguna narkoba, dan yang memiliki tingkat stress
berlebihan.
(3) Kekurangan Vasektomi
(a) Adanya kemungkinan pendarahan ataupun nyeri yang
diakibatkan oleh operasi.
(b) Timbul perasaan tidak enak didaerah operasi
dikarenakan mengalami pembengkakan, sehingga
dianjurkan untuk memakai penyangga dan pakaian

26
dalam yang halus untuk menghindari gesekan terhadap
luka.
(c) Kemungkinan akan timbul rasa penyesalan
dikarenakan kontrasepsi jenis ini merupakan
kontrasepsi permanen.
(4) Efek samping
Pada pengguna vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat
merugikan, sperma yang diproduksi akan kembali diserap
tubuh tanpa menyebab gangguan metabolisme, rasa nyeri
atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya
hanya berlangsung beberapi hari, infeksi akibat perawat
bekas operasi yang tidak bagus atau disebabkan karena dari
lingkungan luar bukan dari vasektomi dan vasektomi tidak
berpengaruh terhadap kemampuan laki-laki untuk
melakukan hubungan seksual.7
(5) Indikasi dan kontraindikasi Metode Operasi Pria (MOP)
(a) Indikasi MOP yaitu menunda kehamilan, mengakhiri
kesuburan, membatasi kehamilan dan setiap pria, suami
dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki
jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak6.
(b) Kontra indikasi MOP yaitu infeksi kulit lokal misalnya
scabies, infeksi traktus genetalia, kelainan skrotum atau
sekitarnya (varicocele,hydrocele besar, filariasis, hernia
inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas operasi hernia,
skrotum yang sangat tebal), penyakit sistemik
(penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner yang baru) dan riwayat
perkawinan, psikologi atau seksual yang tidak stabil8.
(6) Komplikasi Metode Operasi Pria (MOP)
Komplikasi yang terjadi pada pria yang menggunakan
Metode Operasi Pria (MOP) antara lain :

27
(a) Komplikasi minor : 5% dan 10% pria mengalami
masalah lokal minor setelah prosedur. Setelah efek
anestesia lokal hilang (sekitar dua jam), pasien akan
merasa sedikit tidak nyaman yang biasanya dibantu
dengan mengkonsumsi penghilang rasa sakit ringan
(paracetamol atau aspirin). Sebagian besar pria
menyadari adanya pembengkakan dan memar ringan di
sekitar area operasi yang berlangsung selama beberapa
hari. Terkadang terjadi infeksi dan membutuhkan
antibiotik. Apabila merasakan adanya nyeri, bengkak
atau kemerahan yang menetap, segera hubungi dokter
umum9.
(b) Komplikasi mayor : hematoma (terjadi masa bekuan
darah dalam kantong skrotum yang berasal dari
pembuluh darah yang pecah), terapi untuk hematoma
kecil adalah kompres es dan istirahat beberapa hari,
untuk hematoma besar skrotum kembali dibuka, ikat
pembuluh darah dan lakukan drainase. Komplikasi
lainnya yaitu infeksi, sperm granuloma (bocornya
spermatozoa kedalam jaringan sekitarnya). Terapi untuk
granuloma yang kecil adalah kompres es, istirahat
cukup, dan pemberian NSAID, dan untuk granuloma
besar harus dilakukan eksisi8.
b) Tubektomi
(1) Pengertian
Tubektomi atau MOW (metode operatif wanita) yaitu
tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan
maksud untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka
panjang sampai seumur hidup.7
(2) Efektivitas dan manfaat MOW :
(a) Sangat efektif (0,2 – 4 kehamilan per 100 perempuan)

28
(b) Bersifat permanen
(c) Tidak memperngaruhi proses menyusui
(d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
(e) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan
anestesi lokal
(f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada
efek dalam produksi hormon ovarium)
(h) Pada beberapa kasus, dapat menghilangkan penyakit -
penyakit kebidanan dan penyakit kandungan.7
(3) Kekurangan
(a) Secara teknis pembedahan lebih kompleks
dibandingkan dengan vasektomi sehingga memerlukan
beberapa hari pemulihan
(b) Pendarahan menstruasi yang lebih berat mungkin sekali
terjadi
(c) Memerlukan pembiusan secara umum
(d) Biaya mahal.7
(4) Indikasi dan Kontraindikasi MOW :
(a) Indikasi MOW yaitu menunda kehamilan, mengakhiri
kesuburan, membatasi kehamilan dari suatu pasangan
usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan
tidak ingin menambah anak6.
(b) Kontra indikasi MOW yaitu hamil (yang sudah
terdeteksi atau dicurigai), perdarahan pervaginam yang
belum terdeteksi, tidak boleh menjalani proses
pembedahan, kurang pasti mengenai keinginannya
untuk fertilitas di masa depan, dan belum memberikan
persetujuan tertulis.
(5) Komplikasi yang mungkin terjadi :

29
(a) Infeksi luka : apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik. Dan bila terdapat abses, lakukan drainase
dan obati seperti yang terindikasi
(b) Demam pasca operasi : obati berdasarkan apa yang
ditemukan
(c) Hematoma : lakukan observasi, biasanya hal ini akan
berhenti dengan berjalannya waktu, tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif
(d) Rasa sakit pada lokasi pembedahan : pastikan adanya
infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang di
temukan
(e) Perdarahan superfisial : mengontrol perdarahan dan
obati berdasarkan apa yang ditemukan.
C. Kesehatan Reproduksi
1. Definisi
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah
keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi.10
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan
sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan
pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sudah menikah.2
2. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan
Reproduksi yang menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung
jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan
dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang

30
sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan Angka
Kematian Ibu.10
3. Skrining Kesehatan Reproduksi pada Wanita
Screening (skrining) adalah suatu upaya atau pemeriksaan untuk
mencari kemungkinan suatu kelainan di antara orang atau sekelompok
orang yang tidak mempunyai keluhan atau gejala dari kelainan tertentu
11
. Skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang-
orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam
kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak mengidap
penyakit (as likely or unlikely to have disease) yang menjadi objek
skrining.11
4. Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah menemukan penyakit dalam stadium dini
dan melakukan pengobatan awal sehingga akan mengurangi angka
kematian dan keparahan akibat suatu penyakit. Tujuan menjalankan
skrining bukan saja mendeteksi awal suatu kelaianan tetapi yang lebih
penting adalah membantu agar hidup lebih lama dan lebih baik11.
Skrining secara umum bukanlah suatu tes diagnostik. Skrining
dilakukan pada orang atau sekelompok orang yang tak mempunyai
keluhan klinis untuk menentukan kemungkinan menderita atau
kemungkinan tidak menderita. Karena itu, selanjutnya harus dilakukan
tes diagnostik pada orang atau kelompok orang yang mungkin
menderita itu untuk menetapkan apakah memang betul menderita
penyakit.11
5. Macam – Macam Skrining
Berikut beberapa skrining kesehatan yang sebaiknya dilakukan oleh
untuk wanita:
a. Skrining tekanan darah
Tes atau skrining tekanan darah dilakukan untuk
mengetahui tekanan darah, guna memantau risiko hipertensi.
Wanita berusia mulai 20 tahun dianjurkan untuk memeriksakan

31
tekanan darah setidaknya dua tahun sekali. Pada wanita usia 40
tahun ke atas, perlu rutin memeriksakan tekanan darah, terutama
jika memiliki faktor risiko hipertensi, seperti obesitas. Pemeriksaan
ini juga penting bagi wanita hamil, untuk menghindari
risiko preeklamsia dan eklamsia.
b. Skrining Kolesterol
Jangan anggap remeh kadar kolesterol yang sudah melebihi
ambang batas. Mulai usia 20 tahun, wanita dianjurkan untuk
rutin memeriksakan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini
berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner. Lakukan
skrining kolesterol setidaknya lima tahun sekali. Jika berusia lebih
dari 45 tahun, skrining ini perlu dilakukan lebih penting lagi.
Sebab, risiko penyakit jantung akan meningkat seiring
bertambahnya usia.
c. Skrining untuk kanker payudara
Skrining ini bertujuan untuk memeriksa apakah ada tanda-
tanda kanker payudara, termasuk juga apakah berisiko atau tidak.
Jika ada keluarga yang pernah mengalami, berarti risiko terkena
kanker payudara lebih tinggi. Skrining unruk pemeriksaan
payudara terdiri atas dua pemeriksaan, yaitu pemeriksaan fisik dan
mamografi (USG), juga bisa melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), sebagai salah satu cara deteksi dini yang dapat
di lakukan secara rutin.
d. Mamografi
Mamografi masih merupakan rangkaian pemeriksaan pada
payudara untuk mendeteksi kanker payudara. Wanita yang berusia
40-49 tahun disarankan melakukan mamografi setiap 1-2 tahun,
demikian juga wanita berusia 50-75 tahun. Namun, jika ada
anggota keluarga yang pernah menderita kanker payudara, berarti
faktor risikonya lebih tinggi. Apabila memiliki faktor risiko yang
tinggi, disarankan untuk menjalani mamografi satu tahun sekali.

32
Prosedur mamografi dilakukan menggunakan rontgen dosis
rendah yang diarahkan ke bagian payudara. Pemeriksaan ini sangat
membantu mendeteksi kanker payudara secara sedini mungkin.
e. Pap smear
Ini adalah skrining untuk mendeteksi kanker leher rahim
(serviks). Skrining ini hendaknya dilakukan oleh wanita berusia 21
tahun ke atas, terutama bagi wanita yang telah aktif berhubungan
seksual. Pada saat pap smear, akan dilakukan pengambilan sampel
sel dari serviks, kemudian diperiksa di laboratorium guna
mendeteksi ada atau tidaknya sel kanker atau pra kanker. Pap
smear dianjurkan setidaknya tiap lima tahun sekali pada usia 30
tahun ke atas.11
6. Gangguan Kesehatan Reproduksi
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam:11
a. Kelainan siklus menstruasi
1) Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori
amenorrhea primer jika wanita di usia 16 tahun belum
mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah
yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria
amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan
atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus
menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian, amenorrhea
adalah apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90 hari.
Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,
tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari wanita
tersebut. Kemungkinan penyebab lain yaitu gangguan gizi dan
metabolism, hormonal, tumor pada alat kelamin, atau terdapat
penyakit menahun12.
2) Oligomenorrhea

33
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk
jarak interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu
menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari12.
3) Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus
menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari.
b. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu perdarahan
yang berlebihan atau banyak, perdarahan yang panjang, dan
perdarahan yang sering12. Secara umum terdiri dari:
1) Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler
dalam interval yang normal, durasi dan aliran darah lebih
banyak.
2) Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler,
durasi dan aliran darah berlebihan atau banyak.
3) Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang
dari 21 hari.
c. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
1) Premenstruasi Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi,
dapat menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Saat
PMS, gejala yang sering timbul adalah mengalami kram perut,
nyeri kepala, pingsan, berat badan bertambah karena tubuh
menyimpan air dalam jumlah yang banyak serta pinggang terasa
pegal12.
2) Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat
dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang
berat. Dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat

34
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan
suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan
sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare
dapat terjadi sebagai gejala menstruasi12.
d. Keputihan
Selain gangguan haid, keputihan sering terjadi pada hampir
semua wanita. Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari
liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta
disertai rasa gatal setempat. Cairannya berwarna putih, tidak
berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan ada kelainan. Penyebab keputihan dapat secara
normal yang dipengaruhi oleh homon tertentu12.
D. Kewenangan Bidan terhadap Kasus
Bidan memiliki peran luar biasa dalam kehidupan seorang wanita,
bidan adalah pendamping perempuan selama siklus reproduksi kehidupan
seorang perempuan. Seorang bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
harus sesuai dengan landasan hukum, wewenang dan standar bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan. Kewenangan bidan terkait dengan
Program KB secara umum didasarkan pada Permenkes Nomer 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan13.
Salah satu kewenangan bidan dalam program KB yaitu melakukan KIE
KB. Kewenangan atributif bidan dalam program KB dalam lingkup tugas
mandiri tercantum dalam Pasal 9 huruf c Permenkes nomer 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktek Bidan yang disebutkan bahwa
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Selain Pasal 9 huruf c, kewenangan bidan dalam program KB
berdasarkan lingkup tugas mandiri juga tertuang di dalam Pasal 12 yaitu
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana. Sedangkan kewenangan mandat yang diperoleh

35
bidan dalam lingkup tugas pemerintahan tercantum di dalam Pasal 13 dan
15.13

Pada Permenkes 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan,


Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual, disebutkan pada pelayanann
kontrasepsi pasal 23 kewenangan yang dapat dilakukan adalah:

1. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23 ayat (2) huruf a dilakukan untuk menyiapkan klien dalam memilih
metode kontrasepsi.
2. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pemberian komunikasi, informasi dan edukasi;
b. pelayanan konseling;
c. penapisan kelayakan medis; dan
d. permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan.
3. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang perencanaan keluarga.
4. Pelayanan konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada klien mengenai
pilihan kontrasepsi berdasarkan tujuan reproduksinya.
5. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dan pelayanan konseling sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b harus dilakukan secara memadai sampai klien
dapat memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi yang akan
digunakan.
6. Penapisan kelayakan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan kajian tentang kondisi
kesehatan klien yang akan disesuaikan dengan pilihan metode
kontrasepsi yang akan digunakan.

36
7. Permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan secara tertulis atau lisan.

37
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
Jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
No. RM : Sebagai identitas pasien
B. Data subyektif
Dalam pengkajian data subyektif yang perlu kita tanyakan yaitu :
a. Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain dan untuk
mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu dalam
mengembangkan hubungan interpersonal
b. Umur : Untuk mendeteksi hubungan umur dan penyulit yang mungkin
terjadi.
c. Alamat : untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal, karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pasien.
d. Agama : Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang yang di
anutnya.
e. Suku bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk
memperoleh gambaran tentang budaya yang dianut pasien apakah
bertentangan atau mendukung pola-pola kesehatan.
f. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan
mempengaruhi sikap sikap perilaku kesehatan seseorang, serta
mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan pasien.
g. Pekerjaan : untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi
pasien.
h. Riwayat mestruasi : untuk mengetahui keteraturan pola menstruasi
pasien.
i. Eksplorasi persepsi pasien mengenai kondisinya, pengaruh budaya atau
etnis, gaya hidup dan pola adaptasi pasien.
j. Evaluasi seberapa ketidaknyaman yang dialami pasien.

C. Pengkajian Data Obyektif

38
Pada data obyektif, hal – hal yang perlu dilakukan yaitu memeriksa :
1. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan pasien dengan keluhan yang
dialaminya
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien.
b. Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien.
c. Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien.
d. Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.
b. Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
c. Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva.
d. Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan
di hidung.
e. Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.
f. Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan
normal.
g. Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid,
limfe dan vena jugularis.
h. Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan puting,
cairan yang keluar dan hiperpigmentasi areola.
i. Abdomen: untuk mengetahui pembesaran abdomen, bekas luka, dan
benjolan abnormal
j. Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi
dan pengeluaran pada vagina.
k. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.
l. Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.
4. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat
pemeriksaan.

39
D. Rencana tindakan atau penatalaksanaan
Rencana tindakan atau penatalaksanaan merupakan pengembangan
rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah - langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan
dan disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).
Langkah- langkah asuhan kebidanan fisiologi holistik KB dan kesehatan
reproduksi yang dapat dilakukan yaitu :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
2. Berikan KIE tentang masalah yang dihadapi klien
3. Berikan inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan tindakan sesuai kebutuhan klien
5. Atur jadwal kunjungan ulang pada klien
6. Lakukan dokumentasi

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta :


Salemba. Medika
2. Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika
3. Proverawati, Atikah, Islaley AD, Aspuah S. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica; 2010
4. Hartanto, Hanafi. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Jakarta: Pustaka. Sinar Harpan
5. Handayani. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar. Harapan
6.  Saifudin, A Bari, 2010, Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Tridasa. Printer
7. Mulyani S.N, dan Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika
8. Ambarwati, W. A dan Neni , S . (2012).Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
9. Glasier, A and Ailsa G. 2012. Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Edisi 4.Jakarta: EGC.
10. KemenKes RI. 2016 Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta
11. Purwanto, Heru ( 2012 ), Skrining Kanker, Filosofi dan Aplikasi, CDK-
196/ vol. 39, no. VIII
12. Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.
Salemba Medika: Jakarta
13. PMK RI Nomor.28 tahun 2017 tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
14. Aisa, Sitti, Anggrita Sari, Juli Oktalia, Nurmiaty, dan J.M Metha. 2018.
Panduan Penulisan Catatan SOAP dalam Pendokumentasian kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
15. Kemenkes.2021. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga
Berencana.Kemenkes
16. Veisi, F dan Zangeneh, M. 2013. Comparison of Two Different
Injectable Contraceptive Methods: Depot-medroxyProgesterone

41
Acetate (DMPA) and Cyclofem. Journal of Family and Reproductive
Health, 7(3), pp.109- 113.
17. Fitrianti, Ayu dkk. 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Rasional. Jurnal Penelitian Terapan Kebidanan, Volume 7
No.2

18. Sofro, M. 2015. 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan.


Yogyakarta: D-Medika

19. Marini Iskandar, dkk. 2022. PENGARUH EDUKASI MODUL ABPK


KB TENTANG METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WUS. Jurnal Kebidanan
Kestra (JKK). Vol 5 (1)
20. Permenkes, 2021. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan,
Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

42

Anda mungkin juga menyukai