Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama
kita kenal. KB artinya merencanakan jumlah anak sesuai kehendak kita, dan
menentukan sendiri kapan kita ingin hamil (Kesrepro, 2010).
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi Hartanto,
2004). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1996, setiap tahun
lebih dari 600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan
saat melahirkan, 99% kematian itu terjadi di negara berkembang. Dalam
jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak
diinginkan terjadi di muka bumi ini (Dipo Handoko, 2010).
Saat ini diketahui jumah penduduk Indonesia sebesar 225,5 juta
penduduk dengan rata-rata petumbuhan penduduk sebesar 1,3%. Pemerintah
merencanakan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk tersebut hingga
1,14% pada tahun 2009 (Depkes, 2008).
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK),
pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan
konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hanafi
Hartanto, 2004).
Secara pendekatan sosioekonomi pengontrolan kelahiran penting
untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberi efek yang positif terhadap
kebahagian keluarga juga lingkungan sekitar (Cunningham, 2005).
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB
AKDR menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR
penulis mampu:
a. Menjelaskan konsep dasar teori KB
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada akseptor
KB AKDR
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR
dalam bentuk catatan SOAP.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
1. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk. (2008) adalah suatu tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan.
d. Mengatur interval diantara kehamilan.
e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk. (2008), kontrasepsi
berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara lain:
a. Dapat dipercaya.
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
e. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
4

f. Mudah pelaksanaannya.
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur
secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
a. Masa menunda kehamilan.
b. Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan.
c. Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.

B. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.

C. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)


Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan.
Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan
angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan
keuntungan ekonomi dan kesehatan.
5

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang


nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker
uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit
menular seksual, seperti HIV. Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi
mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-kadang merugikan
kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut
akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan
risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan
ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak
kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga
membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih
balk dengan merencanakan proses reproduksinya.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab
dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan
keuntungan seseorang mengikuti program KB.

D. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan
pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara:
1. Menekan keluarnya sel telur (ovum).
2. Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai
mencapai ovum.
3. Mencegah nidasi
6

E. Macam-macam Jenis Kontrasepsi


a. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
1) Pengertian
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum
wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif
dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang
menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun
kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum
dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon
pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang
seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, sangat efektif,
reversibel, dan berjangka panjang (dapat bertahan sampai 10 tahun.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010 : MK 75)

2) Cara Kerja
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
b) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit mesuk ke dalam alat
7

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk


fertilitas
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010 : MK 75)

3) Gambaran, Efektivitas,, Respon Pengguna, dan Keuntungan


Nonkontrasepsi
Walaupun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan oleh
kurang dari satu persen wanita berisiko hamil , jenis ini merupakan
kontrasepsi reversible yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Alat kontrasepsi ini menggunakan berbagai bahan dengan bentuk beragam.
Biasanya bahan dasar alat kontrasepsi tersebut adalah polietilen, suatu
plastic elastis. Bahan dasar alat kontrasepsi tersebut haruslah tidak
menyebabkan inflamasi pada uterus yang normal, merupakan alat yang
fleksbel saat dimasukkan dan dilepas, dan mampu mempertahankan
ingatannya sehingga alat kontrasepsi tersebut dapat kembali kebentuknya
semula ketika berada pada posisinya di dalam tubuh.
AKDR memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang.
Benang-benang ini memudahkan pelepasan alat kontasepsi dan
memungkinkan seorang wanita memeriksa dirinya secara berkala untuk
memastikan apakah AKDR tetap di tempat, dan memungkinkan pemeriksa
dengan cepatmengidentifikasi keeradaan AKDR.
Ada dua jenis AKDR yang mengandung obat (medicate) dan tidak
mengandung obat adalah alat kontrasepsi yang ditambah zat kimiawi ke
dalam bahan dasarnya untuk meningkatkan keefektifan alat ini dengan
menurunkan angka kehamilan, angka alat kontrasepsi yang lepas dari
tubuh secara spontan, dan meminimalkan efek samping penggunaan
AKDR. Dua jenis AKDR yang tersedia di Amerika Serikat merupakan
jenis yang mengandung obat, yakni Cooper T 380A (ParaGard) dan
system intauterus pelepasan levonorgestrel (LNG-IUS/Mirena). AKDR
tanpa obat meliputi Loop Lippes, yang sampai saat ini masih digunakan di
8

Indonesia tetapi tidak tersedia lagi di Amerika Serikat sejak tahun 1985,
dan cincin stainless steel yang sebagian besar masih digunakan di Negara
Cina. Menurut sejarah, AKDR dinamai menurut nama individu yang
mengembangkan alat kontrasepsi tersebut atau menciptakan beberapa
bentuk AKDR tersebut, atau bentuk AKDR itu sendiri.
Mekanisme AKDR terutama adalah mencegah pembuahan. Ion-ion
Cooper yang berasal dari AKDR tembaga mengubah isi saluran telur dan
cairan endometrium sehingga dapat mempengaruhi sel telur di dalam
saluran telur serta fungsi sperma. AKDR hormonal merusak motilitas
saluran telur dan mengentalkan lendir serviks sehingga cairan serviks
menjadi lebih lengket. Selain itu, sperma sulit masuk kedalam serviks
sehingga mengganggu motilitas sperma. AKDR juga memiliki mekanisme
kerja sekunder berupa reaksi terhadap zat asing local yang membuat
endometrium menjadi tempat yang tidak sesuai untuk penanaman hasil
pembuahan dan kemungkinan membuat AKDR menjadi alat kontrasepsi
yang efektif sebagai metode kontrasepsi darurat. Kendati demikian, bila
AKDR sudah berada di tempatnya, mekanisme kerja utamanya bukan
untuk mematikan sel ovum atau aborsi.
Beberapa pengguna AKDR menunjukkan respons yang baik
terhadap penggunaan AKDR karena metode kontrasepsi ini tidak berkaitan
langsung dengan aktivitas hubungan seksual itu sendiri. Keuntungan
tambahannya ialah bahwa wanita yang menggunakan AKDR tidak perlu
memikirkan persiapan kontrasepsi setiap hari atau setiap bulan. Wanita
yang merasa enggan memasukkan jarinya ke dalam vagina mengkin
keberatan memeriksa benang serviks setiap kali menstruasi berakhir.
Beberapa orang keberatan terhadap kemungkinan munculnya efek
samping yang berkaitan dengan AKDR, dan beberapa wanita mengatakan
tidak menyukai keadaan bahwa terdapat sesuatu benda asing di dalam
tubuh mereka.
Baik AKDR tembaga maupun hormonal memiliki keuntungan
nonkontrasepsi. Tekanan yang tercipta dari AKDR tembaga dan AKDR
9

plastic tanpa obat kemungkinan member perlindungan terhadap kanker


endometrium. AKDR hormonal mengurangi jumlah hari-hari menstruasi,
meningkatkan konsentrasi hemoglobin, merupakan terapi yang efektif
untuk menoragia, dan dapat mencegah atau mengobati anemia.
Karena,kerja progestin levonorgestrel, banyak wanita mengalami
amenorea atau oligomenorea. Tidak ada alat kontrasepsi AKDR yang
member perlindungan terhadap HIV atau penyakit menular seksual. Inilah
alas an mengapa AKDR hanya dianjurkan untuk pasangan yang tidak
memiliki penyakit dan pasangan monogami. Apabila tidak, maka
penggunaan kondom merupakan salah satu tindakan penunjang selain
penggunaan AKDR (Varney, 2008)

4) Jenis-jenis AKDR :
a) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)
yang cukup baik.
b) Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal
32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c) Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar,
small (kecil), dan mini.
10

d) Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk
tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.
5) Kontraindikasi dan Efeksamping
a) Kontraindikasi
Berikut adalah kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) pada seseorang wanita, yang dilakukan oleh bidan.
(Varney, 2008)
(1) Kehamilan
(2) Penyakit Inflamasi Pelvik (PID)
(3) Karsinoma serviks atau uterus
(4) Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung
(kontraindikasi karena penderita penyakit ini rentan terhadap
endokarditis bacterial). Prolaps katup mitral tidak tercakup
disini
(5) Keberadaan miomata, malformasi congenital, atau anomali
perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
(6) Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit
Wilson (penyakit genetic dituunkan yang mempengaruhi
metabolism tembaga sehingga mengakibatkan penumpukan
tembaga di berbagai organ dalam tubuh) kontraindikasi hanya
untuk penggunaan AKDR dengan tembaga.
11

(7) Ukuran uterus dengan alat periksa (sande) berada di luar batas
yang ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang cara
memasukkan AKDR (sesuai pernyataan ini, uterus harus
terekam pada kedalaman 6-9 cm pada ParaGrad dan Mirena).
(8) Risiko tinggi penyakit menular seksual (mis., pasangan seksual
yang berganti-ganti atau pasangan memiliki pasangan seksual
berganti-ganti)
(9) Riwayat kehamilam ektopik atau kondisi yang dapat
empermudah kehamilan ektopik merupakan kontraindikasi
hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
(10) Servisitis atau vaginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan
berhasil diobati), terutama bila disertai riwayat infeksi
klamidia atau gonorea atau vaginosis bacterial pada saat ini
atau yang kambuhan. Infeksi pelvis akibat penggunaan AKDR
cenderung terjadi akibat organism yang masuk ke dalam
rongga uterus selama prosedur memasukkan AKDR. Infeksi
pelvik yang disebabkan oleh penyakit menular seksual.
(11) AKDR sudah ada di dalam rongga uterus dan belum
dikeluarkan
(12) Penyakit hati akut meliputi hepatitis virus aktif atau tumor hati.
(13) Dicurigai atau diketahui terkena karsinoma payudara
merupakan kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR
hormonal
(14) Trombosos vena dalam/embolisme paru kontaindikasi hanya
pada AKDR hormonal.
(15) Sakit kepala migren dengan gejala neurologis fokal merupakan
kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
Bidan juga harus mengevaluasi secara seksama keberadaan dan
implikasi beberapa kondisi berikut kemudian memutuskan apakah ia
harus melakukan pemasangan AKDR. (Varney, 2008)
12

(1) Riwayat penggunaan sebelumnya yang tidak berhasil atau ada


masalah dengan penggunaaan AKDR
(2) Riwayat respon vasovagal yang berat.

b) Efek Samping dan Komplikasi


Efek samping dan dan komplikasi berikut merupakan keadaan yang
umum terjadi pada saat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
(1) Sinkop vasovagal saat pemasangan AKDR
(2) Bercak darah dank ram abdomen sesaat setealah pemasangan
AKDR
(3) Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan
tersebut terjadi bersamaan selama beberapa hari setelah
pemasangan AKDR.
(4) Nyeri berat yang berlanjutakibat kram uterus
(5) Dismenorea, terutama yang terjadi selama satu sampai tiga
bulan pertama setelah pemasangan AKDR.
(6) Perubahan gangguan menstruasi (menoragia, metroragia,
amenore, oligomenorea)
(7) Perdarahan berat dan berkepanjangan
(8) Anemia
(9) Benang AKDR hilang, terlalu panjang, atau terlalu pendek.
(10) AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium
(11) AKDR terlepas spontan
(12) Kehamilan, baik AKDR masih tertanam dalam endometrium
atau setelah AKDR lepas spontan tanpa diketahui.
(13) Kehamilan ektopik
(14) Aborsi sepsis spontan
(15) Perforasi serviks atau uterus
(16) Penyakit inflamasi uterus (PID)
(17) Kista ovarium hanya pada penggunaan AKDR hormonal
13

(18) Bahaya akibat terpajan diatermi media (gelombang pendek dan


gelombang mikro) pada area abomen, sacrum, atau pelvic
hanya pada penggunaan AKDR tembaga.

6) Rencana Penatalaksanaan pada Penggunaan AKDR


Penatalaksanaan perawatan bagi wanita yang menggunakan AKDR
terdiri dari beberapa komponen berikut: (Varney, 2008)
a) Memberitahu tentang wanita angka keefektifan AKDR, member
informasi produk, membahas efek samping dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan memintanya menandatangani surat persetujuan
dalam brosur yang disediakan oleh pabrik.
b) Melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan pelvic, serta pemeriksaan laboratorium, yang
meliputi tes kehamilan, pap smear, pengambilan kultur klamidia dan
gonorea, serta pemeriksaan kadar hemoglobin/hematokrit.
c) Melakukan skrining terhadap penyimpangan dan semua kontraindikasi
saat akan melakukan pemasangan AKDR.
d) Memilih AKDR yang tepat bagi wanita
e) Memasang AKDR
f) Memberi pendidikan kesehatan kepada wanita tentang cara memeriksa
AKDR yang dimilikinya.
g) Member pengarahan kepada wanita tentang AKDR yang dimilikinya
dan tentang perawatan lanjutannya.
h) Membuat jadwal dan mengatur rencana kunjungan ulang.
i) Mengatur kemungkinan efek samping dan masalah yang akan terjadi
berkaitan dengan AKDR
j) Melepas AKDR bila ada indikasi.
Pemasangan AKDR memerlukan dua kali kunjungan. Kunjungan
pertama terdiri dari empat komponen pertama dalam rencana
penatalaksanaan dan kunjungan ini merupakan kunjungan sebelum
14

pemasangan AKDR. Selama kunjungan pertama, setelah klien


memutuskan ingin memasang AKDR, bidan perlu melakukan pengkajian
riwayat kesehatan menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pelvic,
sedangkan hasil dari pemeriksaan laboratorium dapat menyingkirkan
kontraindikasi sebelum pemasangan AKDR. Kemudian bersama-sama,
anda dan klien dapat menentukan jenis AKDR yang terbaik untuknya.
Bidan dapat member petunjuk antisipasi dan konseling pada saat
kunjungan pra-persiapan ini tentang prosedur pemasangan AKDR dan
memungkinkan efek samping selama tiga sampai enam bulan pertama.
(Varney, 2008)
7) Waktu Pemasangan AKDR
Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dan klien
bebas dari infeksi vagina atau uterus saat akan memasang AKDR.
Melakukan pemasangan AKDR pada saat menstruasi akan
menghilangkan resiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang
kemungkinan dalam keadaan hamil. Namun, klien lebih rentan terkena
infeksi akibat pemasangan AKDR selama masa menstruasi. Selain itu,
bila ada waktu menunggu yang terlalu lama atau klien tidak menyukai
pemberi pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur
pelvik selama masa menstruasi, klien tersebut mungkin tidak kembali
lagi. (Varney, 2008)
Prosedur pemasangan AKDR segera setelah melahirkan atau
setelah aborsi merupakan tindakan yang perlu diakali karena uterus telah
melunak. Kecuali seorang bidan benar-benar terampil melakukan
prosedur ini dan benar-benar mengenali kontur uterus pasca melahirkan,
maka prosedur ini berisiko leboh tinggi menimvbulkan perforasi. Akibat
proses involusi, maka angka kejadian AKDR terlepas juga menjadi lebih
tinggi. (Varney, 2008)
8) Obat-obatan pada Pemasangan AKDR
Sebelum pemasangan, beberapa dokter biasanya member pilihan
obat kepada klien, terutama bila klien merasa tegang dan cemas atau
15

memliki riwayat dismenorea. Beberapa obat yang ditawarkan antara lain


obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) atau analgesic oral setengah
sampai satu jam sebelum prosedur. Pilihan lain adalah penggunaan
anastesi local pada tempat memasukkan tenakulum atau blok para
serviks. Pada umumnya, tindakan ini tidak diperlukan atau tidak
dilakukan. Antibiotic profilaksis yang bermanfaat untuk mencegah
infeksi setelah AKDR dipasang tidak lagi dianggap bermanfaat saat
pemasangan AKDR dan tidak lebih penting daripada penapisan terhadap
kandidat pengguna AKDR, mempertahankan teknik aseptic,
menggunakan teknik steril ketat, dan membersihkan serviks. (Varney,
2008).
9) Kunjungan Ulang
Setelah AKDR dipasang pada seorang klien wanita, ia harus
diarahkan menggunakan preparat spermisida dan kondom pada bulan
pertama. Tindakan ini akan member tindakan penuh dari konsepsi karena
AKDR menghambat serviks, uterus, dan saluran tuba fallopi tempat yang
memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan
kurun waktu AKDR dapat terlepas secara spontan.
Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamnya dalam kurun
waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah
masa menstruasi pertamanya pasca pemasangan AKDR. Pada waktu ini
bulan pertama kemungkinan insiden AKDR lebih tinggi untuk terlepas
secara spontan telah berakhir. AKDR dapat diperiksa untuk
menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain pemeriksaan
AKDR secara mandiri dan beberapa efek samping langsung harus sudah
diatasi. Kunjungan ulang memberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan dan member semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan,
hal ini membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah pengguna AKDR.
(Varney, 2008)
a) Kembali memeriksakan diri setelah 4
– 6 minggu pemasangan AKDR
16

b) Selama bulan pertama menggunakan


AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid
c) Setelah bulan pertama pemasangan
hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila
mengalami :
(1) Kram / kejang diperut bagian bawah
(2) Perdarahan diantara haid atau setelah senggama
(3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual
d) Kembali ke klinik apabila :
(1) Tidak dapat meraba benang AKDR
(2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR
(3) AKDR terlepas
(4) Siklus terganggu / meleset
(5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
(6) Adanya infeksi.
10) Penatalaksanaan Efek Samping dan Masalah
a) Sinkop Vasovagal (pusing)
Walaupun jarang terjadi, sinkop dapat terjadi selama atau sesaat
setelah pemasangan AKDR. Diduga penyebabnya ialah nyeri
berlebihan, terutama pada wanita yang cukup sering gugup, penuh
ketakutan, atau emosional pada saat AKDR dipasang.
Apabila sinkop merupakan hal yang jarang dialami, sedapat
mungkin atur wanita pada posisi trendelenburg (pindahkan bantal
dibawah keplanya dan tempatkan dibawah panggul dan naikkan kedua
kakinya), pastikan jalan napasnya terbuka, dan upayakan agar ia tetap
hangat. Apabila diperlukan berikan bau-bauan sedap (garam-garaman
berbau). Apabila sinkop bertambah berat dan memerlukan tindakan
darurat, atropine intramuscular sebanyak 0,4-0,5 mg. atropine berfungsi
sebagai stimulant pernapasan dan sirkulasi. (Varney, 2008)
17

b) Bercak Darah Segera Setelah Pemasangan dan Pola Menstruasi serta


Perdarahan Selanjutnya
Peringatkan klien bahwa ia akan mengeluarkan bercak darah
segera setelah pemasangan AKDR dan berikan kepadanya pembalut
perineum untuk melindungi pakaiannya. Bercak darah atau perdarahan
serta haid yang lebih berat daripada biasa umum terjadi selama bulan-
bulan pertama, baik pada pengguna AKDR tembaga maupun AKDR
hormonal. (Varney, 2008)
Semua klien, tanpa memperhatikan jenis AKDR yang mereka
gunakan, harus mendapat konseling sebelum pemasangan AKDR
tentang apa yang akan terjadi selama masa menstruasi pasca-
pemasangan AKDR. (Varney, 2008)
Klien yang mengalami perdarahan hebat atau berkepanjangan,
menoragia dan/atau metroargia setelah masa awal penyesuaian uterus
terhadap AKDR harus dievaluasi untuk mengantisipasi AKDR terlepas
sebagian dan adanya keadaan patologis pada serviks dan uterus.
terlepsanya AKDR sebagian dapat dipastikan melalui langkah-langkah
berikut selama pemeriksaan speculum:
(1) Perhatikan apakah benang AKDR lebih panjang daripada yang
diharapkan
(2) Perhatikan apakah AKDR keluar dari tulang serviks eksternal
(3) Apabila anda tidak dapat melihat AKDR pada tulang seviks
eksternal, lakukan hal-hal berikut:
(a) Pasang tenakulum pada serviks
(b) Telusuri saluran serviks dengan sonde uterus untuk
menemukan AKDR di dalam saluran atau pada tulang serviks
internal.
c) Kram, Nyeri Punggung Bawah, dan Dismenorea
Kram yang berkisar dari kram ringan dan singkat pada multipara
sampai kram berat dan berlangsung selama beberapa hari pada nulipara,
terjadi bila uterus mengalami kontraksi dalam upaya mengeluarkan
18

AKDR. Apabila pemasangan AKDR mengakibatkan kram yang terus


merus terasa nyeri, maka klien tersebut perlu diprogramkan untuk
mendapat ibuprofen (Motrin; Advil) 400 mg po setiap 4 jam, sesuai
keprluan. (Varney, 2008)
Dismenorea selama satu sampai tiga bulan pertama setelah
pemasangan AKDR adalah hal yang umum terjadi. Keadaan tersebut
akan bertambah berat pada wanita yang sebelumnya sudah mengalami
dismenorea. Apabila terdapat nyeri kram, bidan dapat meprogramkan
analgesic untuk menguranginya serta tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan (seperti berbaring, berendam dalam air hangat di bak
mandi, kompres panas pada bagian abdomen atau punggung). (Varney,
2008)
d) Kehamilan
Risiko apabila klien mengalami kehamilan dengan AKDR yang
masih terpasang antara lain infeksi intrauterus, sepsis, abortus spontan,
abortus sepsis spontan, plasenta previa, dan persalinan premature. Klien
yang mengalami kehamilan dengan AKDR masih terpasang dalam
tubuhnya harus dievaluasi untuk melihat apakah ada kehamilan ektopik
mengingat insiden kehamilan pada kelompok klien ini sangat tinggi.
(Varney, 2008)
Apabila benang AKDR tidak terlihat pada ruling serviks atau
tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi untuk memastikan apakah AKDR masih berada di dalam
uterus, di luar uterus, atau hilang keseluryhan. Apabila AKDR hilang
dari uterus, anda harus berasumsi bahwa AKDR telah lepas secara
spontan . (Varney, 2008)
Apabila benang AKDR terlihat, maka AKDR dilepas tanpa
mempertimbangkan apakah klien dan pasangannya bersedia mengakhiri
kehamilan. AKDR tersebut harus dilepas karena angka kejadian aborsi
spontan lebih rendah pada klien yang AKDR-nya telah dilepas daripada
yang AKDR-nya masih terpsang selama kehamilan dank arena risiko-
19

risiko yang dijelaskan di atas akan berkurang bila AKDR dilepas.


(Varney, 2008)
e) Penyakit Inflamasi Pelvik (PID)
Apabila seorang klien memperlihatkan tanda dan gejala PID,
berikan terapi antibiotic secepatnya dan kemudan lepas AKDR-nya.
Beberapa dokter lebih menyukai menunggu beberapa hari sebelum
melepas AKDR sampai kadar antibiotic yang terapeutik dalam darah
dicapai kemudian AKDR baru dilepas. Ia harus diberi metode
kontrasepsi alternative. Pemasangan AKDR lain tidak boleh dilakukan
selama sedikitnya tiga bulan setelah keberhasilan terapi PID, bahkan
pada keadaan yang paling ringan sekalipun. Wanita tersebut harus
dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi yang berbeda.
(Varney, 2008)
f) Kehilangan Benang AKDR
Orang yang pertama kali menyadari bahwa benang AKDR telah
hilang biasanya adalah wanita yang menggunakannya. Biasanya, ketika
ia tidak dapat merasakan benang AKDR tersebut pada saat memeriksa
AKDR-nya sendiri. Pada situasi tersebut, ada tiga kemungkinan alas an
mengapa benang AKDR tidak terasa atau tidak terlihat pada saat
pemeriksaan spekulum. (Varney, 2008)
20

II. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Dengan KB


PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun)
Mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam kesehatannya
(Sarwono, 2005)
Usia reproduktif (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010 :
MK 75)
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan : Tingkat pendidikan
dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dan
taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan dengan informasi dan
pengetahuan yang terbatas. Hal ini juga berkaitan dengan pengambilan
keputusan (undang-undang sisdiknas, 2007 : 18).
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya , sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati,2009)
Pekerjaan : Wanita yang bekerja
21

Wanita yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus
anaknya dan akan cendrung membatasi jumlah anak (Arikunto:2002)
Alamat :
2. Keluhan utama :
 Haid lebih banyak
- AKDR
 Timbul bercak/flek-flek
- AKDR
 Keram
a. AKDR
 Nyeri haid
b. AKDR

3. Riwayat Kesehatan Klien :


a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
- Kontraindikasi pemasangan AKDR adalah pada seorang wanita
yang memiliki riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang
dapat mempermudah kehamilan ektopik merupakan
kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal (Varney,
2008).
- Kelainan bawaaan uterus yang abnormal atau tumor jinak,
kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm,
menderita infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak
diketahui penyebabnya tidak boleh mengunakan metode KB
AKDR.

Penyakit Kardiovaskuler :
- Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung
(kontraindikasi karena penderita penyakit ini rentan terhadap
endokarditis bacterial). Prolaps katup mitral tidak tercakup
22

disini. Hal ini menjadi kontraindikasi dari akseptor KB AKDR


(Varney, 2008).
Penyakit Darah :
Penyakit Paru-paru :
Thrombosis vena dalam/embolisme paru yang terjadi baru-baru
ini merupakan kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR
hormonal.
Penyakit Saluran Pencernaan :
Penyakit Ginjal & Saluran Kencing :
Penyakit Endokrin :
- Diabetes mellistus tanpa komplikasi boleh menggunakan metode :
1) Pil kombinasi
2) AKDR
- Diabetes mellistus > 20 tahun tidak boleh menggunakan metode :
1) Pil kombinasi
2) Suntikan kombinasi
- Diabetes mellistus disertai komplikasi tidak boleh menggunakan
metode suntikan progestin
- Ganguan toleransi glukosa (DM) tidak boleh menggunakan metode
implant
Penyakit Saraf :
- Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/ riwayat epilepsi)
tidak boleh menggunakan metode pil kombinasi
Penyakit Jiwa :
Penyakit Sistem imunologi :
Penyakit Infeksi :
- Menderita tuberkulosis (kecuali yang
menggunakan rifampisin) boleh menggunakan
metode pil kombinasi
23

- Sedang mengalami infeksi alat genital


(vaginitis, servisitis) tidak boleh menggunakan
alat kontrasepsi AKDR
b. Riwayat Kesehatan sekarang:
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan
keluhan s/d pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM,
hemofilia, kanker payudara) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS)
menahun (jantung, asma)
(Fraser & Cooper, 2009)

5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid,
banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.
- AKDR hormonal, terutama LNG-IUS, mengurangi
jumlah har-hari menstruasi, meningkatkan konsentrasi
hemoglobin, merupakan terapi yang efektif untuk
menoragia, dan dapat mencegah dan mengobati anemia
(Varney, 2008)
- Kerja prosgestin levonorgestrel, banyak wanita mengalami
amenorea atai oligomenorea. (Varney, 2008)

6. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N
U J BB/
o. Suami Ank Peny Jns Pnlg Tmpt Peny H M Abn Laktasi Peny
K K PB
24

- Nulipara dan yang telah memiliki anak, bahkan sudah memiliki


banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, atau setelah
mengalami abortus boleh menggunakan Kontrasepsi progestin.
- AKDR boleh digunakan dalam keadaan nulipara
7. Riwayat Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat
kntrasepsi, lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta
komplikasi yang terjadi selama pemakaian. Pemakaian
kontrasepsi sebelumnya dapat menjadi tolak ukur penggunaan
kontrasepsi sellanjutnya.
8. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Tingkat aktivtas seseorang dapat
Aktivitas mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam kesehatannya (Arikunto:2002)
Personal
Hygiene
Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat
tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat
mempengaruhi penetapan pemilihan metode
kontrasepsi. (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi : 2011)
Kebiasaan
AKDR dapat digunakan pada ibu dengan
perokok, sedang memakai antibiotik atau
antikejang, sedang menyusui. (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010 : MK
75)
Seksualitas Metode Kontrasepsi Kondom dapat melindungi
dari penyakit menular seksual (PMS)/HIV
25

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi :


2011)
AKDR tidak menggangu kenyamana seksual
(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2010 : MK 75)

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa
setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu
tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak.
(Prawirohardjo, S. 2003)

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
TD :
- Tekanan darah tinggi >180/110 mmHg, atau diastolik > 90 mmHg
atau sistolik >160 mmHg tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi pil kombinasi, metode kontrasepsi non hormonal
merupakan pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis
pelayanan KB hal : MK-31)
- Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek, Nadi > 100x/menit
merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana
memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan
jantung atau bekuan darah di dalam paru.
- Tekanan darah tinggi selama <180/110 mmHg boleh
menggunakan pil dan suntikan progestin
26

- Tekanan darah tinggi boleh menggunakan metode KB AKDR


(buku panduan praktis pelayanan KB 2007, MK 75)
Nadi : 60 – 100 kali permenit
Pernafasan : 20 kali permenit
Suhu : 36,5 – 37,2 0C
Antropometri :
Berat badan sekarang :
- Gemuk ataupun kurus boleh mengunakan metode KB AKDR
- Berat badan mencapai 70 kg perlu dilakukan tindakan evaluasi
lebih lanjut untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi
Implant
- Pada pasien yang menggunakan KB suntik biasa nya mengeluh
kenaikan berat badan rata-rata naik 1-2kg tiap tahun tetapi kadang
bisa lebih.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Kepala :
tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak tampak benjolan, distribusi
rambut merata.
 Wajah :
tidak tampak pucat, tampak simetris
 Mata :
Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan indikasi
adanya/penyakit hati pemilihan alat kontrasepsi nonhormonal lebih
diutamakan
 Hidung :
tampak simetris, tidak tampak pengeluaran/secret, tidak tampak
benjolan
 Mulut :
27

tampak simetris, tampak lembab, tampak bersih, tidak tampak


stomatitis, lidah tampak bersih
 Telinga :
tampak simetris, tidak tampak secret/serumen
 Leher :
tidak tampak pembesaran pada kelenjar tiroid, getah bening, dan
vena jugularis

 Dada :
Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Nyeri dada dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi implant
 Payudara :
Tampak bersih. Tampak simetris, tidak tampak retraksi
Penderita tumor jinak atau kanker payudara boleh
menggunakan metode AKDR
 Abdomen :
tidak tampak pembesaran, tidak tampak luka bekas operasi.
Nyeri abdomen hebat menandakan penyakit kandung empedu,
bekuan darah, pankreatitis (penggunaan PIL KB)
 Genitalia :
- Perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai dapat
dievaluasi tidak boleh mengunakan metode AKDR
- Tampak adanya varises pada vagina boleh menggunakan
metode AKDR
- AKDR hormonal merusak motilitas saluran telur dan
mengentalkan lendir serviks sehingga cairan serviks
menjadi lebih lengket (Varney, 2008)
 Ekstermitas :
28

- Pada penggunaan suntik kombinasi, Varises, rasa sakit dan


kaki bengkak menandakan indikasi risiko tinggi
penggumpalan darah pada tungkai
- Tampak adanya varises pada tungkai boleh
menngunakan metode AKDR.
- Edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu dilakukan
tindakan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penggunaan
alat kontrasepsi AKBK

Palpasi
 Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
 Wajah : tidak teraba oedema
 Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
 Hidung : tidak teraba benjolan
 Telinga : tidak teraba benjolan
 Leher :
tidak teraba oedema pada vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar
getah bening
 Payudara :
- Terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya
kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau kanker
payudara boleh menggunakan metode AKDR
- Teraba tumor / benjolan pada payudara yang menandakan adanya
kanker payudara atau riwayat kanker payudara tidak boleh
menggunakan metode AKBK (implant)
 Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
Nyeri tekan pada bagian bawah abdomen untuk mengetahui
kontra indikasi pemasangan AKDR (Varney, 2007)
 Genitalia :
adanya varises pada vulva boleh menggunakan metode AKDR
29

 Ekstermitas :
- Varises, rasa sakit dan kaki bengkak menandakan indikasi risiko
tinggi penggumpalan darah pada tungkai pada penggunaan
suntikan kombinasi
- teraba adanya varises pada tungkai boleh menngunakan
metode AKDR
- Edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu dilakukan tindakan
evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penggunaan alat
kontrasepsi Implant.
Auskultasi :
Dada :
- Nafas terdengar vesikuler
- Tidak terdengar suara nafas tambahan
Abdomen :
- Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi :
Ekstremitas :
- Refleks Ekstremitas atas
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
- Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-)

3. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Laboraturium :
- HB:
 Anemia bulan sabit tidak boleh menggunakan metode pil kombinas,
suntikan kombinasi,
30

 anemia bulan sabit dan anemia defisiensi zat besi boleh menggunakan
metode suntikan progestin dan implant
 AKDR hormonal, terutama LNG-IUS, mengurangi jumlah har-
hari menstruasi, meningkatkan konsentrasi hemoglobin,
merupakan terapi yang efektif untuk menoragia, dan dapat
mencegah dan mengobati anemia (Varney, 2008)
- PP test
Kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
pada seorang wanita adalah kehamilan baik itu dipastikan, dicurigai,
atau bahkan kemungkinan (mis., bila seseorang wanita melakukan
koitus tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak
periode menstruasi normal yang terakhir) (Varney, 2008)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : PAPAH usia ……. Dengan Akseptor KB AKDR
Masalah :
hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


1. Penyakit radang panggul

2. Kehamilan Ektopik Terganggu

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


31

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus


dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

2. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan


dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan
3. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien
Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan
sesuai kebutuhan klien (kontrasepsi hormonal, AKDR,
AKBK, atau metode sederhana). Pastikan 5 T sebelum
memberikan pelayanan kontrasepsi (tepat pasien, tepat
tempat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu).
4. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan
berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-
alat yang telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci
tangan merupakan tindakan pencegahan infeksi yang
penting dalam setiap tindakan.
5. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat
32

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau


pemberian KB.
Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan
mempengaruhi efektivitas dari cara pemakaian
atau penggunaan KB
6. Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek samping KB
yang digunakan/ingin digunakan klien
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek
samping kb dapat menjadi pertimbangan ibu dalam
menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan
mengingatkan kembali kepada ibu mengenai efek
samping KB, hal ini juga dapat mengurangi kecemasan
pada ibu

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
33

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari asuhan kebidanan pada
Akseptor kontrasepsi AKDR sebagai berikut:
1) Pengkajian data yang dilakukan dalam kasus tersebut telah terfokus pada
data-data yang dibutuhkan dalam membantu menegakkan diagnosis.
2) Proses analisis data atau interpretasi data, telah sesuai dengan data-data
yang menunjang serta sesuai dengan ketetapan nomenklatur dalam
kebidanan.
3) Rencana dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan dalam kasus
pada Akseptor kontrasepsi AKDR ini telah sesuai dengan kebutuhan klien
dan terfokus terhadap kebutuhan klien.
4) Evaluasi yang dilakukan dalam asuhan kebidanan dilakukan secara
langsung setelah pelaksanaan asuhan kebidanan, hal ini dilakukan untuk
menilai secara langsung keberhasilan dan keefektifan asuhan yang
diberikan.

B. Saran
1) Pelayanan yang baik telah diberikan oleh BPS Hj. Supriyatin,Amd.Keb
34

2) Diharapkan bidan dapat terus memotivasi untuk meningkatkan pengetahuan


dan keterampilannya.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono.

Prawiroharjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

The essential of contraceptive technology, johns hopkins population information


program, Baltimore, 1997

Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol. 2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai