FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG TAHUN 2023 A. Summary Konsep Alat Kontrasepsi 1. Definisi Alat Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan (BKKBN, 2012). Kontrasepsi adalan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapat objek-objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2015). Alat kontrasepsi adalah cara atau alat yang digunakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Seorang wanita bisa mendapatkan kehamilan apabila sperma bertemu dengan sel telur. Penggunaan alat kontrasepsi akan mencegah sel telur dan sel sperma bertemu, menghentikan produksi sel telur, menghentikan penggabungan sel sperma dan sel telur yang telah dibuahi yang menempel pada lapisan rahim (Rodiah, 2022). 2. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Menurut BKKBN (2018), cara kerja alat kontrasepsi adalah: a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi b. Melumpuhkan sperma c. Menghalangi bertemunya sel telur dengan sperma 3. Manfaat Alat Kontrasepsi a. Membantu tumbuh kembang anak Menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan dapat membantu tumbuh kembang anak. Penggunaan kontrasepsi dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang terlalu dekat sehingga orang tua bisa fokus merawat dan mengasuh anak yang baru lahir. Kementerian Kesehatan RI menyebut, perencanaan kehamilan akan membantu tumbuh kembang anak. Orang tua bisa memberi perhatian penuh dan kasih sayang yang lebih banyak. ASI yang diberikan pun akan lebih maksimal. b. Mengurangi risiko kematian ibu dan anak Penggunaan alat kontrasepsi membantu mencegah kehamilan dan kelahiran jarak dekat. Studi menunjukkan persalinan jarak dekat dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan anak. c. Meningkatkan kualitas keluarga Alat kontrasepsi berguna untuk merencanakan kehamilan. Kehamilan dan kelahiran yang terencana dapat membuat orang tua mengatur keluarga lebih baik termasuk dari segi ekonomi. Kualitas keluarga yang terencana akan meningkatkan dibandingkan dengan yang tidak. d. Hubungan seks semakin bergairah Manfaat menggunakan alat kontrasepsi adalah dapat membuat hubungan seks semakin bergairah tanpa harus takut akan kehamilan yang tidak terencana. e. Mengurangi risiko kanker rahim Alat kontrasepsi juga memiliki manfaat jangka panjang termasuk mengurangi risiko kanker rahim. Dikutip dari Healthline, perempuan yang menggunakan pil KB kombinasi memiliki kemungkinan 50% lebih kecil terkena kanker rahim. Efek ini bahkan disebut bisa bertahan selama 20 tahun setelah berhenti mengkonsumsi. f. Mengurangi risiko kista ovarium Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terbentu selama ovulasi. Kista ovarium ini tidak berbahaya tapi dapat menyakitkan terutama pada orang dengan PCOS. Alat kontrasepsi hormonal yang berisi hormone estrogen dan progesterone dapat mencegah ovulasi, sehingga kista ovarium pun tidak terbentuk. g. Membuat menstruasi lebih tidak sakit Studi menunjukkan 31% perempuan yang menggunakan pil KB mengalami menstruasi yang tidak sakit dibandingkan saat tidak mengkonsumsi pil KB. Pil KB hormonal dapat membantu mencegah ovulasi sehingga rahim tidak mengalami kontraksi yang sering menyebabkan kram saat ovulasi. h. Menghilangkan jerawat hormonal Fluktuasi hormonal kerap menjadi pemicu timbulnya jerawat. Dengan meminimalkan fluktuasi ini, kontrasepsi hormonal bisa membantu mencegah jerawat hormonal. Studi yang dipublikasikan di PubMed Central menunjukkan pil KB yang mengandung estrogen dan progesterone pil KB kombinasi dapat membantu mengurangi jerawat hormonal. 4. Syarat-Syarat Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2007), kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Dapat dipercaya b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus f. Mudah pelaksanaannya g. Murah harganya sehingga dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan 5. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi Menurut Manuaba (2002) dan Hartanto (2004) konsep pemilihan kontrasepsi adalah sebagai berikut : a. Fase menunda kehamilan Untuk menunda kehamilan, sebaiknya memilih pil KB dan suntikan KB untuk menghindari kemungkinan gangguan alat genetalia interna. Digunakan bagi PUS yang usia istri <20 tahun. b. Fase menjarangkan kehamilan antara 2-4 tahun Periode usia istri antar 20 sampai 30-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan adalah minipil, pil KB, suntikan, IUD, kontrasepsi mantap. c. Fase mengakhiri kehamilan Periode umur istri diatas 30 tahun terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan adalah kontrasepsi mantap, IUD, norplant, suntikan KB, pil KB. 6. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pemilihan Kontrasepsi a. Pasangan dan motivasi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan dan pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu. b. Kesehatan : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan panggul c. Metode kontrasepsi : efektivitas, efek samping dan biaya (Proverawati, 2010). 7. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Menurut Rodiah (2022), ada banyak jenis alat kontrasepsi yaitu sebagai berikut : a. Kontrasepsi Alami Cara ini dilakukan dengan menghitung masa subur wanita secara manual melalui perhitungan siklus menstruasi. Metode ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh, perubahan pada cairan vagina, hingga menghitung menggunakan kalender. b. Pil KB Pil KB menjadi alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Pil ini mengandung hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk mencegah terjadinya ovulasi. Ada 2 jenis pil yang dapat ditemui, yaitu pil KB kombinasi dan pil yang hanya mengandung progesterone. c. Kondom Alat kontrasepsi ini dapat dipasang pada alat kelamin pria atau wanita. Kondom pria ini berfungsi untuk mencegah masuknya sperma ke dalam vagina ketika sedang berhubungan. Kelebihan dari kondom adalah harganya terjangkau, memberikan perlindungan dari bahaya penularan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dan sangat mudah didapatkan. Namun, alat kontrasepsi ini hanya bersifat sekali pakai. Sedangkan kondom wanita merupakan alat kontrasepsi berupa plastik yang dipasang menyelubungi vagina. Di bagian ujungnya terdapat cincin plastik yang berperan untuk menyesuaikan posisi alat kelamin pria ketika berhubungan. Sama halnya dengan kondom pria, kondom wanita juga memberikan perlindungan dari IMS, tetapi kurang efektif dibandingkan dengan kondom pria. d. Suntik Alat kontrasepsi berupa suntik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu KB suntik yang memiliki waktu jangka waktu 3 bulan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan KB suntik yang hanya bisa bertahan selama 1 bulan. Metode ini disinyalir lebih efektif dibadingkan dengan mengkonsumsi pil KB. Akan tetapi, harganya relative mehal dan tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap penyakit menular seksual. e. Implant Alat kontrasepsi jenis ini memiliki bentuk dan seukuran batang korek api dan dimasukkan ke bagian bawah kulit, biasanya pada lengan bagian atas. KB implant akan mengeluarkan hormone progestin secara perlahan dan bisa mencegah terjadinya kehamilan hingga 3 tahun. Sama halnya dengan suntik, KB implant terbilang mahal dan memiliki beberapa efek samping seperti menstruasi tidak teratur, pembengkakakn dan memar pada area kulit yang terpasang dan tidak efektif untuk mencegah penularan IMS. f. IUD IUD merupakan singkatan dari intrauterine device, memiliki bentuk seperti huruf T. Alat KB ini dipasang pada rahim untuk menghalangi sperma dari proses pembuahan. Secara umum, IUD memiliki 2 bentuk utama, yaitu IUD yang dibuat dari tembaga, misalnya ParaGard yang memiliki ketahanan hingga 10 tahun dan IUD yang memiliki kandungan hormone, seperti Mirena yang harus diperbarui setiap per 5 tahun. B. Summary Konsep Alat Kontrasepsi Suntik 1. Definisi Alat Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Muscular (IM) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2005). Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntikyang berisi hormone sintesis estrogen dan progesterone : 1. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) Depo Provera. Mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan. 2. Depo Noretisteron (Norethindrone Enannthane) Noristerat. Mengandung 200 mg noretindron enantat yang diberikan setiap 1 bulan. (Hartanto, 2004) 3. Cara Pemberian KB Suntik Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pemberian KB suntik dilakukan melalui penyuntikan intra muscular dalam di region gluteus atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat gemuk. Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang- kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. Dosis DMPA yang dianjurkan adalah 150mg dan Noretisteron Enantat (NET-ET) adalah 200mg dengan cara sebagai berikut : a. Vial DMPA harus dikocok dengan baik sebelum dimasukan ke dala tabung suntik. Di beberapa negara, prosedur pemberian yang baru adalah dengan tabung suntik yang sudah terisi. b. Vial NET-EN harus dihangatkan hingga mendekati suhu tubuh. c. Suntikan pertama harus diberikan dalam 5 hari pertama dari permulaan siklus menstruasi. d. Suntikan berikutnya diberikan sesuai jadwal yang dicatatkan di kalender untuk klien, DMPA biasanya di berikan setiap ±7 hari, sementara jadwal optimal NET-EN lebih rumit. Selama 6 bulan pertama, NET-EN harus di berikan sekali setiap ±5 hari dan kemudian seiap ±7 hari untuk memaksimalkan efek sekaligus meminimalkan efek samping. e. DMPA memiliki batas keamanan yang jauh lebih besar untuk penundaan suntikan berikutnya daripada NET-EN dan dapat ditunda tanpa menyebabkan ansietas sampai 16 minggu. Interval yang lebih lama mungkin masih aman, tetapi pasien perlu di beritahu bahwa ada kemungkinan sedikit peningkatan risiko kegagalan kontrasepsi. Atas alasan medikolegal, akan lebih bijaksana jika dilakukan uji kehamilan apabila interval memanjang melebihi 12 minggu. 4. Cara Kerja KB Suntik a. Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur. b. Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks). c. Tidak dapat mengeluarkan atau memasuki kehamilan yang sudah terjadi. 5. Indikasi DMPA menurut Glaster dan Gebbie (2004), mungkin memberi manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit-penyakit tertentu, seperti : a. Endometriosis b. Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik dalam mencegah risiko carcinoma endometrium. c. Penyakit medis tertentu lainnya. 6. Kontraindikasi a. Kontraindikasi secara mutlak 1) Terdapatnya riwayat tromboflebilitis 2) Kelainan serebro vaskuler 3) Fungsi hati kurang baik 4) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat reproduksi 5) Varises berat 6) Adanya kehamilan b. Kontraindikasi secara relatif 1) Hipertensi 2) Diabetes 3) Perdarahan abnormal pervaginam 4) Fibromioma uterus (Saifuddin, 2006) 7. Efektivitas KB suntik menurut BKKBN (2012), sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan. Menurut Glasier & Gebbie (2005), angka kegagalan yang pernah dilaporkan hampir semua studi skala besar di berbagai komunitas yaitu dibawah 0,5 per 100 wanita oer tahun untuk DMPA. Angka kegagalan dengan NET-EN sedikit lebih tinggi tetapi biasanya tetap dibawah 1 per 100 wanita per tahun. Insidensi kehamilan ektopik sangat rendah. Kontrasepsi suntik sebulan sekali juga memiliki angka kegagalan yang sangat rendah yaitu < 0,5 per 100 wanita per tahun. Efektivitas KB suntik yang tinggi disebutkan oleh Krisnandi (2015), dengan kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0,3 kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian atau 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil. 8. Efek Samping dan Penatalaksanaannya a. Perubahan siklus mentruasi Suntik KB dapat menyebabkan terjadinya perubahan siklus mesntruasi baik menjadi lebih panjang maupun lebih pendek. Ketika pemakaian pertama, terjadi menstruasi berkepanjangan, flek (spotting), lalu haid akan menjadi jarang atau berhenti sama sekali. Sekitar 40% wanita berhenti haid setelah satu tahun permakaian. Ini adalah efek samping yang tidak berbahaya, sehingga tidak perlu ibu khawatirkan. Sebab, berhentinya menstruasi tidak berarti “darah kotor” menstruasi jadi menumpuk. Ini karena kontrasepsi hormonal menekan penebalan dinding rahim yang biasanya luruh dalam bentuk darah haid, sehingga tidak ada “darah” yang ahrus diluruhkan. Jika ibu ingin menghindari efek ini, ibu bisa memilih IUD atau KB implant sebagai alternative. b. Kenaikan berat badan Kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik berkisar antara 1-2 kilogram per tahun. Penyebabnya, hormone progesterone pada KB suntik dapat meningkatkan nafsu makan dengan cara memengaruhi pusat pengendalian nafsu makan pada hipotalamus. Supaya berat badan tetap terkontrol setelah melakukan suntik KB, ibu dapat menerapkan pola makan sehat. Perbanyak asupan sayur dan buah-buahan agar ibu bisa merasa kenyang lebih lama. Tidak lupa, jadwalkan olahraga rutin supaya berat badan tetap ideal. c. Tidak bisa langsung hamil setelah suntik berhenti Beda halnya dengan IUD, implant maupun pil KB, pengguna KB suntik harus sedikit bersabar ketika merencanakan kehamilan kembali. Pasalnya setelah berhenti memakai alat kontrasepsi ini, kesuburan baru akan kembali sekitar 10 bulan setelahnya, tetapi bisa juga lebih cepat. Tidak dapat memprediksi berapa lama kesuburan akan kembali karena efek KB pada setiap orang berbeda-beda. Sementara itu pengguna IUD, implant dan pil KB dapat langsung subur kembali setelah alat dilepas atau berhenti minum pil KB. Hal ini sebenarnya wajar karena efek konsumsi obat yang belum habis. Jika ingin merencanakan kehamilan, hendaknya hentikan pemakaian KB suntik beberapa bulan sebelumnya. d. Penurunan gairah seksual Salah satu cara kerja hormone progesterone adalah mengentalkan lendir pada vagina. Selain itu, suntikam progestin dapat mengubah makanan sumber karbohidrat menjadi lemak yang sulit bereaksi terhadap air. Artinya semakin banyak kadar lemak pada tubuh, kadar air justru menjadi lebih sedikit. Hal ini membawa pengaruh pada vagina yang menjadi lebih kering. Akibatnya, wanita kerap merasa sakit saat berhubungan seksual. Apabila tidak segera melakukan penanganan, efek samping yang paling sering terjadi adalah penurunan gairah seksual. Bisa disiasati kondisi ini dengan melakukan foreplay yang lebih lama atau memakai pelumas. Jika ibu dan pasangan masih tetap tidak nyaman, coba beberapa posisi seks yang cocok. Menciptakan mood yang baik sebelum berhubungan seks juga bisa menjadi pemantik gairah. e. Sakit kepala, nyeri payudara dan perubahan suasana hati Baik sakit kepala, nyeri payudara maupun perubahan suasana hati adalahefek samping dari perubahan hormonal setelah masuknya progestin dalam tubuh setelah mendapatkan suntik KB. Pada beberapa wanita, suasana hati cepat berubah dan timbul amarah yang lebih sering dari biasanya. Meski cukup umum, tidak semua wanita yang melakukan KB suntik mengalami efek tersebut. Namun untuk membantu mengurangi rasa nyeri bisa mengkonsumsi paracetamol. Apabila efek sampingnya sampai membuat tidak nyaman segera diskusikan dengan dokter. f. Berkurangnya kepadatan tulang Studi menyebutkan, penggunaan KB suntik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya penipisan tulang. Ini adalah gejala awal osteoporosis yang memang lebih rentan terjadi pada wanita. Meski begitu, tidak akan sampai pada risiko patah tulang. Seharusnya dengan menjaga konsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan kalsium, efek negative ini bisa berkurang. g. Muncul jerawat Perubahan hormon yang terjadi akibat KB suntik dapat menyebabkan berbagai masalah pada kulit, seperti munculnya jerawat. Ini karena hormone progesterone dapat menyebabkan sekresi pada kelenjar minyak dan lemak pada wajah secara berlebihan, sehingga berpotensi menimbulkan jerawat. Untuk mengurangi kemungkinan masalah kulit ini, jagalah kebersihan wajah dengan rajin mencuci muka sebelum tidur untuk membersihkan sisa make up atau kotoran yang menempel setelah beraktivitas, selain itu juga bisa menggunakan masker alami untuk meredakan peradangan. (Fadli, 2023). Literatur Riview
Judul Riset, Peneliti dan Tahun Metode Penelitian Rekomendasi Penelitian
“Hubungan Efek Samping dengan Menggunakan metode observasional Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecemasan Akseptor KB Suntik 3 Bulan” analitik dengan pendekatan cross sectional paling banyak akseptor KB suntik 3 bulan study. dengan tidak memiliki efek samping (73,3%) dan tingkat kecemasan ringan (44,0%). Terdapat hubungan yang signifikan antara efek samping dan tingkat kecemasan akseptor KB suntik 3 bulan di Puskesmas Bulango Selatan (p= 0,0001). Disarankan agar ibu lebih mengetahui informasi tentang alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan guna dalam menekan jumlah pertumbuhan penduduk dan berperan penting dalam program KB. “Hubungan Antara Pengetahuan Akseptor Menggunakan metode korelasional Didapati bahwa terdapat hubungan yang KB Suntik dengan Ketepatan Waktu dengan pendekatan cross sectional. bermakna antara pengetahuan dengan Suntik KB di BPS Khanifah Kabupaten ketepatan waktu suntik ulang yang Tangerang Provinsi Banten” dikarenakan p-value yang memiliki Krisdiana R, Ernawati (2021). pengetahuan kurang memiliki risiko 1,48 kali untuk tidak tepat waktu dibandingkan responden dengan pengetahuan cukup atau baik. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya pengambilan data tidak hanya melalui kuisioner saja melainkan ditambah dengan wawancara mendalam juga untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang KB suntik. “Pengaruh KB Suntik pada Akseptor KB Menggunakan desain cross sectional yang Didapati bahwa terdapat pengaruh yang Terhadap Efek Samping Pemakaian bersifat analitik. bermakna antara gangguan haid akseptor Kontrasepsi Suntik” KB terhadap pemakaian KB suntik, Meysetri FR, Amir AY, Jesica F (2021). terdapat pengaruh yang bermakna antara perubahan berat badan serta pengaruh yang tidak bermakna antara sakit kepala akseptor KB terhadap pemakaian KB suntik. “Analisis Faktor-Faktor yang Menggunakan metode survei analitik Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor Berhubungan dengan Pemilihan Alat dengan desain penelitian cross sectional. yang berhubungan dengan pemilihan Kontrasepsi KB Suntik oleh Akseptor KB kontrasepsi KB suntik pada akseptor KB di di Desa Kedunggulu Kabupaten Nganjuk” Desa Nganjuk, terdapat hubungan yang Farina, Nuansa AM, Susilowati, Endang signifikan antara faktor usia, faktor (2017) dukungan pasangan dan faktor terjadinya efek samping dengan pemilihan KB suntik sedangkan faktor pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan pemilihan kontrasepsi KB suntik. “Gambaran Efek Samping Kontrasepsi Jenis penelitian yang digunakan yaitu Hasil penelitian menunjukkan Suntik pada Akseptor KB Suntik” penelitian deskriptif. karakteristik akseptor KB berdasarkan Sari, Wulan S, Eka Y (2015) umur dan paritas belum memenuhi pola kontrasepsi rasional. Efek samping yang dialami akseptor KB suntik berupa gangguan menstruasi, perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala. Sedangkan efek samping mual mayoritas dialami oleh akseptor KB suntik cyclofem. Penulis mengharapkan bahwa bidan dapat memberikan informasi atau konseling kepada ibu mengenai efek samping KB suntik DMPA yang lebih besar daripada suntik cyclofem sehingga pasien dapat menentukan pilihan alat kontrasepsi yang sesuai. Kemudian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya efek samping pada akseptor KB suntik. DAFTAR PUSTAKA
Fadli R. 7 efek samping melakukan suntik KB dan cara mengatasinya. [Online].
2023 [cited 2023 Oct 28]; Available from; URL; https://www.halodoc.com/artikel/7-efek-samping-melakukan-suntik-kb-dan-cara- mengatasinya
Farina, Nuansa AM, Susilowati, Endang. Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik oleh AKseptop KB di Desa Kedunggulu Kabupaten Nganjuk. Jurnal Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang. 2017; 3(1); 1-9.
Krisdiana R, Ernawati. Hubungan antara pengetahuan akseptor KB suntik dengan
ketepatan waktu suntik KB di BPS Khanifah Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2021; 27(1); 26-33.
Meysetri FR, Amir AY, Jesica F. pengaruh KB suntik pada akseptor KB terhadap efek samping pemakaian kontrasepsi suntik. Jurnal Kesehatan. 2023; 4(2); 533-9.