Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ALAT KONTRASEPSI SUNTIK


STASE PELAYANAN KONTRASEPSI

AULYA KHOIRUNNISA
H522178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
A. Summary Konsep Alat Kontrasepsi
1. Definisi Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan (BKKBN, 2012).
Kontrasepsi adalan tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapat objek-objek tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan suami istri dan untuk menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Hartanto, 2015).
Alat kontrasepsi adalah cara atau alat yang digunakan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Seorang wanita bisa
mendapatkan kehamilan apabila sperma bertemu dengan sel telur.
Penggunaan alat kontrasepsi akan mencegah sel telur dan sel sperma
bertemu, menghentikan produksi sel telur, menghentikan
penggabungan sel sperma dan sel telur yang telah dibuahi yang
menempel pada lapisan rahim (Rodiah, 2022).
2. Cara Kerja Alat Kontrasepsi
Menurut BKKBN (2018), cara kerja alat kontrasepsi adalah:
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi bertemunya sel telur dengan sperma
3. Manfaat Alat Kontrasepsi
a. Membantu tumbuh kembang anak
Menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan dapat
membantu tumbuh kembang anak. Penggunaan kontrasepsi dapat
mencegah kehamilan dan kelahiran yang terlalu dekat sehingga
orang tua bisa fokus merawat dan mengasuh anak yang baru lahir.
Kementerian Kesehatan RI menyebut, perencanaan
kehamilan akan membantu tumbuh kembang anak. Orang tua bisa
memberi perhatian penuh dan kasih sayang yang lebih banyak. ASI
yang diberikan pun akan lebih maksimal.
b. Mengurangi risiko kematian ibu dan anak
Penggunaan alat kontrasepsi membantu mencegah
kehamilan dan kelahiran jarak dekat. Studi menunjukkan
persalinan jarak dekat dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan
anak.
c. Meningkatkan kualitas keluarga
Alat kontrasepsi berguna untuk merencanakan kehamilan.
Kehamilan dan kelahiran yang terencana dapat membuat orang tua
mengatur keluarga lebih baik termasuk dari segi ekonomi. Kualitas
keluarga yang terencana akan meningkatkan dibandingkan dengan
yang tidak.
d. Hubungan seks semakin bergairah
Manfaat menggunakan alat kontrasepsi adalah dapat
membuat hubungan seks semakin bergairah tanpa harus takut akan
kehamilan yang tidak terencana.
e. Mengurangi risiko kanker rahim
Alat kontrasepsi juga memiliki manfaat jangka panjang
termasuk mengurangi risiko kanker rahim. Dikutip dari Healthline,
perempuan yang menggunakan pil KB kombinasi memiliki
kemungkinan 50% lebih kecil terkena kanker rahim. Efek ini
bahkan disebut bisa bertahan selama 20 tahun setelah berhenti
mengkonsumsi.
f. Mengurangi risiko kista ovarium
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terbentu
selama ovulasi. Kista ovarium ini tidak berbahaya tapi dapat
menyakitkan terutama pada orang dengan PCOS.
Alat kontrasepsi hormonal yang berisi hormone estrogen dan
progesterone dapat mencegah ovulasi, sehingga kista ovarium pun
tidak terbentuk.
g. Membuat menstruasi lebih tidak sakit
Studi menunjukkan 31% perempuan yang menggunakan pil
KB mengalami menstruasi yang tidak sakit dibandingkan saat tidak
mengkonsumsi pil KB.
Pil KB hormonal dapat membantu mencegah ovulasi sehingga
rahim tidak mengalami kontraksi yang sering menyebabkan kram
saat ovulasi.
h. Menghilangkan jerawat hormonal
Fluktuasi hormonal kerap menjadi pemicu timbulnya jerawat.
Dengan meminimalkan fluktuasi ini, kontrasepsi hormonal bisa
membantu mencegah jerawat hormonal. Studi yang dipublikasikan
di PubMed Central menunjukkan pil KB yang mengandung
estrogen dan progesterone pil KB kombinasi dapat membantu
mengurangi jerawat hormonal.
4. Syarat-Syarat Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007), kontrasepsi yang ideal harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan
seksual
e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
f. Mudah pelaksanaannya
g. Murah harganya sehingga dapat terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
5. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi
Menurut Manuaba (2002) dan Hartanto (2004) konsep
pemilihan kontrasepsi adalah sebagai berikut :
a. Fase menunda kehamilan
Untuk menunda kehamilan, sebaiknya memilih pil KB dan
suntikan KB untuk menghindari kemungkinan gangguan alat
genetalia interna. Digunakan bagi PUS yang usia istri <20 tahun.
b. Fase menjarangkan kehamilan antara 2-4 tahun
Periode usia istri antar 20 sampai 30-35 tahun merupakan
periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Metode
kontrasepsi yang dapat digunakan adalah minipil, pil KB, suntikan,
IUD, kontrasepsi mantap.
c. Fase mengakhiri kehamilan
Periode umur istri diatas 30 tahun terutama diatas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
Metode kontrasepsi yang dapat digunakan adalah kontrasepsi
mantap, IUD, norplant, suntikan KB, pil KB.
6. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pemilihan Kontrasepsi
a. Pasangan dan motivasi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama,
jumlah keluarga yang diinginkan dan pengalaman dengan metode
kontrasepsi yang lalu.
b. Kesehatan : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik dan panggul
c. Metode kontrasepsi : efektivitas, efek samping dan biaya
(Proverawati, 2010).
7. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
Menurut Rodiah (2022), ada banyak jenis alat kontrasepsi yaitu
sebagai berikut :
a. Kontrasepsi Alami
Cara ini dilakukan dengan menghitung masa subur wanita
secara manual melalui perhitungan siklus menstruasi. Metode ini
bisa dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh, perubahan pada
cairan vagina, hingga menghitung menggunakan kalender.
b. Pil KB
Pil KB menjadi alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan.
Pil ini mengandung hormone estrogen dan progesterone yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya ovulasi. Ada 2 jenis pil yang
dapat ditemui, yaitu pil KB kombinasi dan pil yang hanya
mengandung progesterone.
c. Kondom
Alat kontrasepsi ini dapat dipasang pada alat kelamin pria atau
wanita. Kondom pria ini berfungsi untuk mencegah masuknya
sperma ke dalam vagina ketika sedang berhubungan. Kelebihan
dari kondom adalah harganya terjangkau, memberikan
perlindungan dari bahaya penularan penyakit Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan sangat mudah didapatkan. Namun, alat
kontrasepsi ini hanya bersifat sekali pakai.
Sedangkan kondom wanita merupakan alat kontrasepsi berupa
plastik yang dipasang menyelubungi vagina. Di bagian ujungnya
terdapat cincin plastik yang berperan untuk menyesuaikan posisi
alat kelamin pria ketika berhubungan. Sama halnya dengan
kondom pria, kondom wanita juga memberikan perlindungan dari
IMS, tetapi kurang efektif dibandingkan dengan kondom pria.
d. Suntik
Alat kontrasepsi berupa suntik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu KB
suntik yang memiliki waktu jangka waktu 3 bulan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dan KB suntik yang hanya bisa bertahan
selama 1 bulan. Metode ini disinyalir lebih efektif dibadingkan
dengan mengkonsumsi pil KB. Akan tetapi, harganya relative
mehal dan tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap
penyakit menular seksual.
e. Implant
Alat kontrasepsi jenis ini memiliki bentuk dan seukuran batang
korek api dan dimasukkan ke bagian bawah kulit, biasanya pada
lengan bagian atas. KB implant akan mengeluarkan hormone
progestin secara perlahan dan bisa mencegah terjadinya kehamilan
hingga 3 tahun. Sama halnya dengan suntik, KB implant terbilang
mahal dan memiliki beberapa efek samping seperti menstruasi
tidak teratur, pembengkakakn dan memar pada area kulit yang
terpasang dan tidak efektif untuk mencegah penularan IMS.
f. IUD
IUD merupakan singkatan dari intrauterine device, memiliki
bentuk seperti huruf T. Alat KB ini dipasang pada rahim untuk
menghalangi sperma dari proses pembuahan. Secara umum, IUD
memiliki 2 bentuk utama, yaitu IUD yang dibuat dari tembaga,
misalnya ParaGard yang memiliki ketahanan hingga 10 tahun dan
IUD yang memiliki kandungan hormone, seperti Mirena yang
harus diperbarui setiap per 5 tahun.
B. Summary Konsep Alat Kontrasepsi Suntik
1. Definisi Alat Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada
wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate
(DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Muscular (IM) di
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid)
(Maryani, 2005).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntikyang berisi hormone
sintesis estrogen dan progesterone :
1. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) Depo Provera.
Mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan.
2. Depo Noretisteron (Norethindrone Enannthane) Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat yang diberikan setiap 1
bulan.
(Hartanto, 2004)
3. Cara Pemberian KB Suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pemberian KB suntik
dilakukan melalui penyuntikan intra muscular dalam di region gluteus
atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat
gemuk. Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang-
kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal dalam darah
lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. Dosis DMPA yang
dianjurkan adalah 150mg dan Noretisteron Enantat (NET-ET) adalah
200mg dengan cara sebagai berikut :
a. Vial DMPA harus dikocok dengan baik sebelum dimasukan ke dala
tabung suntik. Di beberapa negara, prosedur pemberian yang baru
adalah dengan tabung suntik yang sudah terisi.
b. Vial NET-EN harus dihangatkan hingga mendekati suhu tubuh.
c. Suntikan pertama harus diberikan dalam 5 hari pertama dari
permulaan siklus menstruasi.
d. Suntikan berikutnya diberikan sesuai jadwal yang dicatatkan di
kalender untuk klien, DMPA biasanya di berikan setiap ±7 hari,
sementara jadwal optimal NET-EN lebih rumit. Selama 6 bulan
pertama, NET-EN harus di berikan sekali setiap ±5 hari dan
kemudian seiap ±7 hari untuk memaksimalkan efek sekaligus
meminimalkan efek samping.
e. DMPA memiliki batas keamanan yang jauh lebih besar untuk
penundaan suntikan berikutnya daripada NET-EN dan dapat
ditunda tanpa menyebabkan ansietas sampai 16 minggu. Interval
yang lebih lama mungkin masih aman, tetapi pasien perlu di
beritahu bahwa ada kemungkinan sedikit peningkatan risiko
kegagalan kontrasepsi. Atas alasan medikolegal, akan lebih
bijaksana jika dilakukan uji kehamilan apabila interval memanjang
melebihi 12 minggu.
4. Cara Kerja KB Suntik
a. Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur.
b. Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan
lendir mulut rahim (serviks).
c. Tidak dapat mengeluarkan atau memasuki kehamilan yang sudah
terjadi.
5. Indikasi
DMPA menurut Glaster dan Gebbie (2004), mungkin memberi manfaat
khusus bagi wanita dengan penyakit-penyakit tertentu, seperti :
a. Endometriosis
b. Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik dalam
mencegah risiko carcinoma endometrium.
c. Penyakit medis tertentu lainnya.
6. Kontraindikasi
a. Kontraindikasi secara mutlak
1) Terdapatnya riwayat tromboflebilitis
2) Kelainan serebro vaskuler
3) Fungsi hati kurang baik
4) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi
5) Varises berat
6) Adanya kehamilan
b. Kontraindikasi secara relatif
1) Hipertensi
2) Diabetes
3) Perdarahan abnormal pervaginam
4) Fibromioma uterus
(Saifuddin, 2006)
7. Efektivitas
KB suntik menurut BKKBN (2012), sangat efektif untuk
mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan. Menurut
Glasier & Gebbie (2005), angka kegagalan yang pernah dilaporkan
hampir semua studi skala besar di berbagai komunitas yaitu dibawah
0,5 per 100 wanita oer tahun untuk DMPA. Angka kegagalan dengan
NET-EN sedikit lebih tinggi tetapi biasanya tetap dibawah 1 per 100
wanita per tahun. Insidensi kehamilan ektopik sangat rendah.
Kontrasepsi suntik sebulan sekali juga memiliki angka kegagalan yang
sangat rendah yaitu < 0,5 per 100 wanita per tahun.
Efektivitas KB suntik yang tinggi disebutkan oleh Krisnandi
(2015), dengan kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0,3
kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian atau 1 dari
333 pemakai masih bisa hamil.
8. Efek Samping dan Penatalaksanaannya
a. Perubahan siklus mentruasi
Suntik KB dapat menyebabkan terjadinya perubahan siklus
mesntruasi baik menjadi lebih panjang maupun lebih pendek.
Ketika pemakaian pertama, terjadi menstruasi berkepanjangan,
flek (spotting), lalu haid akan menjadi jarang atau berhenti sama
sekali. Sekitar 40% wanita berhenti haid setelah satu tahun
permakaian.
Ini adalah efek samping yang tidak berbahaya, sehingga tidak
perlu ibu khawatirkan. Sebab, berhentinya menstruasi tidak berarti
“darah kotor” menstruasi jadi menumpuk. Ini karena kontrasepsi
hormonal menekan penebalan dinding rahim yang biasanya luruh
dalam bentuk darah haid, sehingga tidak ada “darah” yang ahrus
diluruhkan. Jika ibu ingin menghindari efek ini, ibu bisa memilih
IUD atau KB implant sebagai alternative.
b. Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik berkisar antara
1-2 kilogram per tahun. Penyebabnya, hormone progesterone pada
KB suntik dapat meningkatkan nafsu makan dengan cara
memengaruhi pusat pengendalian nafsu makan pada hipotalamus.
Supaya berat badan tetap terkontrol setelah melakukan suntik
KB, ibu dapat menerapkan pola makan sehat. Perbanyak asupan
sayur dan buah-buahan agar ibu bisa merasa kenyang lebih lama.
Tidak lupa, jadwalkan olahraga rutin supaya berat badan tetap
ideal.
c. Tidak bisa langsung hamil setelah suntik berhenti
Beda halnya dengan IUD, implant maupun pil KB, pengguna
KB suntik harus sedikit bersabar ketika merencanakan kehamilan
kembali. Pasalnya setelah berhenti memakai alat kontrasepsi ini,
kesuburan baru akan kembali sekitar 10 bulan setelahnya, tetapi
bisa juga lebih cepat. Tidak dapat memprediksi berapa lama
kesuburan akan kembali karena efek KB pada setiap orang
berbeda-beda.
Sementara itu pengguna IUD, implant dan pil KB dapat
langsung subur kembali setelah alat dilepas atau berhenti minum
pil KB. Hal ini sebenarnya wajar karena efek konsumsi obat yang
belum habis. Jika ingin merencanakan kehamilan, hendaknya
hentikan pemakaian KB suntik beberapa bulan sebelumnya.
d. Penurunan gairah seksual
Salah satu cara kerja hormone progesterone adalah
mengentalkan lendir pada vagina. Selain itu, suntikam progestin
dapat mengubah makanan sumber karbohidrat menjadi lemak yang
sulit bereaksi terhadap air. Artinya semakin banyak kadar lemak
pada tubuh, kadar air justru menjadi lebih sedikit.
Hal ini membawa pengaruh pada vagina yang menjadi lebih
kering. Akibatnya, wanita kerap merasa sakit saat berhubungan
seksual. Apabila tidak segera melakukan penanganan, efek
samping yang paling sering terjadi adalah penurunan gairah
seksual. Bisa disiasati kondisi ini dengan melakukan foreplay yang
lebih lama atau memakai pelumas. Jika ibu dan pasangan masih
tetap tidak nyaman, coba beberapa posisi seks yang cocok.
Menciptakan mood yang baik sebelum berhubungan seks juga bisa
menjadi pemantik gairah.
e. Sakit kepala, nyeri payudara dan perubahan suasana hati
Baik sakit kepala, nyeri payudara maupun perubahan suasana
hati adalahefek samping dari perubahan hormonal setelah
masuknya progestin dalam tubuh setelah mendapatkan suntik KB.
Pada beberapa wanita, suasana hati cepat berubah dan timbul
amarah yang lebih sering dari biasanya. Meski cukup umum, tidak
semua wanita yang melakukan KB suntik mengalami efek tersebut.
Namun untuk membantu mengurangi rasa nyeri bisa
mengkonsumsi paracetamol. Apabila efek sampingnya sampai
membuat tidak nyaman segera diskusikan dengan dokter.
f. Berkurangnya kepadatan tulang
Studi menyebutkan, penggunaan KB suntik dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya penipisan tulang.
Ini adalah gejala awal osteoporosis yang memang lebih rentan
terjadi pada wanita.
Meski begitu, tidak akan sampai pada risiko patah tulang.
Seharusnya dengan menjaga konsumsi makanan yang mengandung
vitamin D dan kalsium, efek negative ini bisa berkurang.
g. Muncul jerawat
Perubahan hormon yang terjadi akibat KB suntik dapat
menyebabkan berbagai masalah pada kulit, seperti munculnya
jerawat.
Ini karena hormone progesterone dapat menyebabkan sekresi
pada kelenjar minyak dan lemak pada wajah secara berlebihan,
sehingga berpotensi menimbulkan jerawat.
Untuk mengurangi kemungkinan masalah kulit ini, jagalah
kebersihan wajah dengan rajin mencuci muka sebelum tidur untuk
membersihkan sisa make up atau kotoran yang menempel setelah
beraktivitas, selain itu juga bisa menggunakan masker alami untuk
meredakan peradangan.
(Fadli, 2023).
Literatur Riview

Judul Riset, Peneliti dan Tahun Metode Penelitian Rekomendasi Penelitian


“Hubungan Efek Samping dengan Menggunakan metode observasional Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kecemasan Akseptor KB Suntik 3 Bulan” analitik dengan pendekatan cross sectional paling banyak akseptor KB suntik 3 bulan
study. dengan tidak memiliki efek samping
(73,3%) dan tingkat kecemasan ringan
(44,0%). Terdapat hubungan yang
signifikan antara efek samping dan tingkat
kecemasan akseptor KB suntik 3 bulan di
Puskesmas Bulango Selatan (p= 0,0001).
Disarankan agar ibu lebih mengetahui
informasi tentang alat kontrasepsi KB
suntik 3 bulan guna dalam menekan
jumlah pertumbuhan penduduk dan
berperan penting dalam program KB.
“Hubungan Antara Pengetahuan Akseptor Menggunakan metode korelasional Didapati bahwa terdapat hubungan yang
KB Suntik dengan Ketepatan Waktu dengan pendekatan cross sectional. bermakna antara pengetahuan dengan
Suntik KB di BPS Khanifah Kabupaten ketepatan waktu suntik ulang yang
Tangerang Provinsi Banten” dikarenakan p-value yang memiliki
Krisdiana R, Ernawati (2021). pengetahuan kurang memiliki risiko 1,48
kali untuk tidak tepat waktu dibandingkan
responden dengan pengetahuan cukup atau
baik. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya
pengambilan data tidak hanya melalui
kuisioner saja melainkan ditambah dengan
wawancara mendalam juga untuk
mengetahui sejauh mana responden
mengetahui tentang KB suntik.
“Pengaruh KB Suntik pada Akseptor KB Menggunakan desain cross sectional yang Didapati bahwa terdapat pengaruh yang
Terhadap Efek Samping Pemakaian bersifat analitik. bermakna antara gangguan haid akseptor
Kontrasepsi Suntik” KB terhadap pemakaian KB suntik,
Meysetri FR, Amir AY, Jesica F (2021). terdapat pengaruh yang bermakna antara
perubahan berat badan serta pengaruh
yang tidak bermakna antara sakit kepala
akseptor KB terhadap pemakaian KB
suntik.
“Analisis Faktor-Faktor yang Menggunakan metode survei analitik Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor
Berhubungan dengan Pemilihan Alat dengan desain penelitian cross sectional. yang berhubungan dengan pemilihan
Kontrasepsi KB Suntik oleh Akseptor KB kontrasepsi KB suntik pada akseptor KB di
di Desa Kedunggulu Kabupaten Nganjuk” Desa Nganjuk, terdapat hubungan yang
Farina, Nuansa AM, Susilowati, Endang signifikan antara faktor usia, faktor
(2017) dukungan pasangan dan faktor terjadinya
efek samping dengan pemilihan KB suntik
sedangkan faktor pendidikan tidak
berhubungan secara signifikan dengan
pemilihan kontrasepsi KB suntik.
“Gambaran Efek Samping Kontrasepsi Jenis penelitian yang digunakan yaitu Hasil penelitian menunjukkan
Suntik pada Akseptor KB Suntik” penelitian deskriptif. karakteristik akseptor KB berdasarkan
Sari, Wulan S, Eka Y (2015) umur dan paritas belum memenuhi pola
kontrasepsi rasional. Efek samping yang
dialami akseptor KB suntik berupa
gangguan menstruasi, perubahan berat
badan, pusing dan sakit kepala. Sedangkan
efek samping mual mayoritas dialami oleh
akseptor KB suntik cyclofem. Penulis
mengharapkan bahwa bidan dapat
memberikan informasi atau konseling
kepada ibu mengenai efek samping KB
suntik DMPA yang lebih besar daripada
suntik cyclofem sehingga pasien dapat
menentukan pilihan alat kontrasepsi yang
sesuai. Kemudian perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
korelasi faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi terjadinya efek samping
pada akseptor KB suntik.
DAFTAR PUSTAKA

Fadli R. 7 efek samping melakukan suntik KB dan cara mengatasinya. [Online].


2023 [cited 2023 Oct 28]; Available from; URL;
https://www.halodoc.com/artikel/7-efek-samping-melakukan-suntik-kb-dan-cara-
mengatasinya

Farina, Nuansa AM, Susilowati, Endang. Analisis Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik oleh AKseptop KB di
Desa Kedunggulu Kabupaten Nganjuk. Jurnal Akademi Farmasi Putera Indonesia
Malang. 2017; 3(1); 1-9.

Krisdiana R, Ernawati. Hubungan antara pengetahuan akseptor KB suntik dengan


ketepatan waktu suntik KB di BPS Khanifah Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2021; 27(1); 26-33.

Meysetri FR, Amir AY, Jesica F. pengaruh KB suntik pada akseptor KB terhadap
efek samping pemakaian kontrasepsi suntik. Jurnal Kesehatan. 2023; 4(2); 533-9.

Rodiah. Kontrasepsi tepat tingkatkan kesehatan reproduksi. [Online]. 2022 [cited


2023 Oct 28]; Available from; URL: https://yankes.kemkes.go.id
/view_artikel/1143/kontrasepsi-tepat-tingkatkan-kesehatan-reproduksi

Sari SW, Suherni, Purnamaningrum YE. Gambaran efek samping kontrasepsi


suntik pada akseptor KB suntik. Jurnal KIA. 2015; 8(2); 30-4.

Sitepu J, Pasarbu A. Hubungan efek samping dengan kecemasan akseptor KB


suntik 3 bulan. Health and Sport Journal. 2022; 4(1); 23-30.

Anda mungkin juga menyukai