Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nur Fadila

NPM : 6221315

Kls : 1D

Tugas : Resume artikel HIV dalam kehamilan

HIV atau human immune deficiency virus adalah retrovirus yang menginfeksi
system imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun gangguan fungsi sistem
tersebut. Jika kerusakan funsi imunitas berlanjut, akan menimb ulkan berbagai infeksi
ataupun gejala sindrom acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Infeksi HIV
merupakan salah satu penyulit pada kehamilan yang paling sering terjadi di beberapa
negara. HIV bahkan masih menjadi penyebab utama kematian wanita usia reproduktif, salah
satu penyebabnya karena akses pelayanan kesehatan pada kasus transmisi vertical masih
belum memadai hanya 20% wanita hamil yang mendapat akses pelayanan anti-retroviral
(ARV).Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan RNA virus termasuk lentivirus
family retrovirus. Virus ini menyerang komponen sistem imunitas seluler manusia yaitu sel
limfosit T-CD4 makrofag, dan sel Langerhans. Infeksi HIV dapat menular melalui hubungan
seksual, darah dan transmisi vertical dari ibu ke anak. Faktor resiko penular HIV adalah
pengguna napza suntik (penasun), kelompok homoseksual dan orang yang berganti-ganti
pasangan seksual. Bayi yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi ARV sebelum kelahiran
tidak ditemukan adanya transmisi vertikel pada ibu dengan viral load <50 kopi/ml.

Masa inkubasi dari paparan menuju penyakit klinis rata-rata tiga hingga enam
minggu. Gejala umum HIV adalah demam, lemas, kemerahan di kulit, pusing,
limpadenopati, faringitis, myalgia, mual, dan diare. Setelah gejala mereda, tingkat viremia
biasanya akan menurun. Skrining HIV pada kunjungan prenatal pertama meningkatkan
kemungkinan terdiagnosisnya infeksi HIV, sedangkan pemeriksaan HIV pada trimester 3
meningkatkan kemungkinan teridentifikasinya infeksi HIV baru.

Beberapa strategi PMTCT telah di kembangkan untuk menekan insiden transmiis


antara lain penggunaan kondom, skrining kedua pasangan dan tatalaksana infeksi menular
seksual. Selain strategi tersebut, Prep (pre exposure propylaksis) oral menggunakan ARV
merupan salah satu strategi yang di tetapkan WHO. PrEP di ketahui efektif menekan angka
transmisi HIV sebanyak 92-96% pada pasangan heteroseksual jika pasangan yang terkena
HIV telah tersupresi virusnya selama 6 bulan. Setiap ibu hamil dengan HIV sebaiknya di beri
konseling mengenai pilihan pemberian makanan bagi bayi, persalinan aman serta KB pasca
persalinan, pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak, asupan gizi, dan
hubungan seksual selama kehamilan (termasuk penggunaan kondom secara teratur dan
benar). Jenis persalinan yang di sarankan pada wanita hamil dengan infeksi HIV
dipengaruhi adanya kontraindikasi obstetric dan viral load pada usia gestasi 36 minggu. Bagi
wanita dengan viral load <50 kopi/ml tanpa kontra indikasi obstetric, disarankan persalinan
pervaginam. Bagi wanita dengan viral load >400 kopi/ml, disarankan persalinan dengan
seksio sesarea. Untuk wanita dengan viral load 50-399 kopi/ml pada usia gestasi 36 minggu
seksio sesarea dapat di pertimbangkan sesuai perkiraan viral load, lama terapi, faktor
obstetric dan pertimbangan pasien. Bagi wanita dengan riwayat seksio sesarea dan viral
load kurang dari 50 kopi/ml, dapat di coba persalinan pervaginam. Saat seksio sesarea yang
di sarankan adalah usia gestasi 38 hingga 39 minggu. Amniotomi saat persalinan
pervaginam dalam kondisi ibu mengkonsumsi ARV dan tersupresi virusnya, tidak
meningkatkan resiko transmisi perinatal. Bila ibu masih dalam kondidi viremia tindakan
amniotomi, penggunaan vakum atau forsep, dan episiotomy di hindari karena berpotensi
meningkatkan resiko transmisi. Bayi yanglahir dari ibu HIV harus mendapat ARV provilaksis
(zidovudine) sejak umur 12 jam selama 6 minggu yang kemudian dilanjutkan dengan
profilaksis kotrimoksazol hingga disgnosis HIV dapat di singkirkan atau usia 12 bulan.

Infeksi HIV dapat menurunkan jumlah sel CD4+ yang di sebabkan oleh efek
sitopatik virus dan kematian sel. Jumlah sel T yang hilang selama perjalanan dari mulai
infeksi hingga tahap lanjut jauh lebih besar disbanding jumlah sel yang terinfeksi, hal ini di
duga akibat sel T yang terinfeksi kronik di aktifkan dan rangsang kronik menimbulkan
apotosis. Kehamilan yang mempengaruhi aktivasi imun sel T CD8 berhubungan erat dengan
jumlah CD4 sebagai indicator status imunitas. Kehamilan akan menekan ekspresi limfosit
CD8 ini, kehamilan tidak mempengaruhi aktivasi CD8 namun aktivasi CD8 akan menurun
pada wanita hamil positif HIV.

Anda mungkin juga menyukai