Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

KASUS GANGGUAN SEKSUALITAS DAN DISFUNGSI SEKSUAL

Oleh :
Yanti Ariska F422266

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
KASUS

Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke PMB mengeluh belakangan ini tidak ada gairah
untuk melakukan hubungan seksual dan ketika melakukan hubungan seksual sering merasa
kesakitan. Hasil anamnesa, 2 bulan yang lalu melahirkan anak ke 3 dan masih menyusui, saat
ini menggunakan kontrasepsi IUD, 2 anak sebelumnya berusia 7 dan 5 tahun, sehari-hari ibu
bekerja sebagai pegawai bank. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmhg, N 80x/menit, S 36,8 °C,
R 20x/menit, putting susu menonjol ASI+, abdomen tidak ada kelainan, genetalia tampak
keputihan berwarna bening tidak berbau.

Pertanyaan :

1. Apakah yang menyebabkan keluhan tersebut?


Penyebab kasus ini adalah karena pasien sendang dalam masa nifas di mana hormone
estrogen menurun yang menyebabkan gairah menjadi berkurang, berikut penyebab
rasa sakit pada saat perhubungan antara lain.
a. Kurang Pelumas dan Foreplay : Tidak melakukan foreplay dan kurangnya pelumas
dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit saat berhubungan intim. Kamu bisa coba
gunakan pelumas tambahan dan juga melakukan foreplay yang cukup.
b. Penyakit Menular Seksual : Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore,
dapat menyebabkan iritasi pada vagina. Inilah yang dapat menimbulkan rasa sakit
saat berhubungan.
c. Pada pria, lesi yang muncul di penis akibat penyakit menular seksual juga bisa
menyebabkan hubungan intim jadi tidak nyaman. Jadi, cobalah periksa kondisi
penis, apakah terdapat lesi, luka, atau benjolan yang tidak biasa.
d. Vaginismus : Vaginismus adalah kondisi ketika otot-otot di dalam atau di sekitar
Miss V menutup rapat. Ini dapat membuat hubungan intim jadi terasa menyakitkan
atau bahkan tidak mungkin bagi wanita.
e. Vaginitis :Vaginitis mengacu pada peradangan Miss V. Secara khusus,
pertumbuhan berlebih bakteri atau ragi (disebabkan oleh jamur candida) di vagina
dapat menyebabkan iritasi, keluarnya cairan, nyeri dan gatal.
f. Kadar Hormon Estrogen yang Rendah :Wanita pascamenopause khususnya,
mungkin mengalami penurunan kadar hormon estrogen. Ini dapat membuat lapisan
vagina lebih tipis dan kurang mampu meregang, sehingga memunculkan rasa sakit
dan sensasi terbakar saat berhubungan intim.
g. Lichen Sclerosus : Ini juga bisa jadi penyebab sakit saat berhubungan intim pada
wanita pasca menopause. Lichen Sclerosus adalah kondisi ketika kulit pada area
kelamin menjadi bersisik dan meradang.
h. Masalah Kulup : Pria yang tidak disunat dapat mengalami kondisi yang bernama
kulup ketat, atau phimosis. Saat kulup yang kencang ditarik ke belakang dengan
sengaja atau saat ereksi, bisa terjadi robek, berdarah, meradang, dan rasa sakit.
i. Kelengkungan penis yang tidak normal : Kelengkungan penis yang tidak normal
dapat menyebabkan ereksi yang menyakitkan atau kesulitan saat berhubungan
intim. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh hipospadia, di mana uretra terbuka dari
ujung penis. Kelengkungan abnormal dapat berkembang dari waktu ke waktu jika
bekas luka berkembang pada penis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit
Peyronie, atau jaringan parut dari trauma atau infeksi sebelumnya. Ini dapat
menjadi penyebab sakit saat berhubungan intim.
j. Alergi : Pada wanita, nyeri saat melakukan aktivitas seksual bisa terjadi karena
alergi terhadap suatu bahan. Misalnya alergi terhadap kondom lateks atau produk
seperti sabun dan sampo. Selain wanita, pria juga bisa mengalami alergi. Beberapa
pria mungkin mengalami reaksi alergi terhadap cairan vagina atau bahan kimia
yang ditemukan dalam berbagai bentuk kontrasepsi.
k. Hipersensitivitas pada Pria : penisbisa menjadi sangat sensitif setelah orgasme dan
ejakulasi, yang bisa membuat hubungan seksual terus berlanjut menyakitkan. Ini
berarti kamu perlu membatasi berapa kali hubungan intim bisa dilakukan. Cobalah
bicarakan hal ini dengan pasangan.
2. Bagaimana fisiologi seksual dan siklus respon seksual ? apakah ada perbedaan antara
respon seksual wanita dan pria?
Siklus respons seksual mengacu pada urutan perubahan fisik dan emosional yang
terjadi saat seseorang terangsang secara seksual dan berpartisipasi dalam aktivitas
yang merangsang secara seksual, termasuk hubungan intim dan masturbasi.
Mengetahui bagaimana tubuh Anda merespons selama setiap fase siklus dapat
meningkatkan hubungan Anda dan membantu Anda menentukan penyebab disfungsi
seksual. Ada beberapa model berbeda yang diusulkan dari siklus respons seksual.
Yang diulas di sini adalah salah satu yang lebih sering dikutip. Respon yang paling
umum: pria suka to the point, wanita suka pelan-pelan; pria gampang orgasme, wanita
lebih sulit.
3. Apakah kondisi ibu yang sedang menyusui mempengaruhi respon seksual?
Iya hal ini mempengaruhi gairah seksual wanita, Pada masa menyusui, hormon yang
ada di dalam tubuh wanita akan berubah. Salah satunya adalah hormon estrogen, yang
dikenal sebagai hormon untuk membangkitkan gairah seks. Hormon estrogen ini akan
menyusut saat Anda berada di masa menyusui.
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi respon seksual wanita dan pria?
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah adalah pengetahuan,
meningkatnya libido seksual, media informasi, norma agama, orangtua, dan pergaulan
semakin bebas. Siklus respons seksual digambarkan memiliki empat fase: Keinginan
(libido). Gairah (kegembiraan). Orgasme. Resolusi. Baik pria maupun wanita bisa
mengalami fase-fase ini, meski waktunya mungkin berbeda. Misalnya, sangat tidak
mungkin kedua pasangan mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Selain itu,
intensitas respon dan waktu yang dihabiskan di setiap fase bervariasi dari orang ke
orang. Banyak wanita tidak akan melalui fase seksual dalam urutan ini.

KASUS
Seorang Perempuan usia 21 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya mengatakan anaknya
baru saja di perkosa semalam. Selama anamnesa perempuan tersebut tidak menjawab
pertanyaan yang bidan berikan.
Pertanyaan :
1. Apa yang dapat bidan lakukan untuk kasus di atas?
Peran bidan dalam mengatasi masalah kekerasan seksual antara lain mensuport secara
psikologis korban, melakukan pendampingan, melakukan perawatan fisik korban dan
merekomendasikan crisis woman center.
2. Apakah ciri perkosaan dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik? Bagaimana cirinya?
Saat melakukan pemeriksaan fisik, gunakan prinsip “head to toe”. Artinya,
pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis dari ujung kepala sampai ke
ujung kaki. Pelaksanaan pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan keadaan umum
korban. Apabila korban tidak sadar atau keadaan umumnya buruk, maka pemeriksaan
untuk pembuatan visum dapat ditunda dan dokter fokus untuk ”life saving” terlebih
dahulu. Selain itu, dalam melakukan pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan
keterangan korban yang didapat saat anamnesis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
dapat dibagi menjadi pemeriksaan umum dan khusus. Pemeriksaan fisik umum
mencakup:
 tingkat kesadaran
 keadaan umum,
 tanda vital,
 penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain),
 afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya),
 pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas),
 status generalis,
 tinggi badan dan berat badan,
 rambut (tercabut/rontok)
 gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga),
 kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang
tercabut atau patah),
 tanda-tanda perkembangan seksual sekunder,
 tanda-tanda intoksikasi NAPZA, serta
 status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah
kemaluan.
Pemeriksaan fisik khusus bertujuan mencari bukti-bukti fisik yang terkait dengan
tindakan kekerasan seksual yang diakui korban dan mencakup pemeriksaan:
- daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan
lunak atau bercak cairan mani;
- penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan), yaitu apakah adanya rambut
pubis yang terlepas yang mungkin berasal dari pelaku, penggumpalan atau
perlengketan rambut pubis akibat cairan mani;
- daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian dalam (adanya perlukaan
pada jaringan lunak, bercak cairan mani);
- labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada
perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani;
- vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian
bawah), apakah ada perlukaan;
- hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan,
adanya perlukaan seperti robekan, memar, lecet, atau hiperemi). Apabila
ditemukan robekan hymen, catat jumlah robekan, lokasi dan arah robekan
(sesuai arah pada jarum jam, dengan korban dalam posisi litotomi), apakah
robekan mencapai dasar (insersio) atau tidak, dan adanya perdarahan atau
tanda penyembuhan pada tepi robekan;
- vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
- serviks dan porsio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan
dan adanya cairan atau lendir;
- uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan;
- anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi berdasarkan
anamnesis;
- mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,
- daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari
bercak mani atau air liur dari pelaku; serta
- - tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut.
Kesulitan utama yang umumnya dihadapi oleh dokter pemeriksa adalah pemeriksaan
selaput dara. Bentuk dan karakteristik selaput dara sangat bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai