Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEBIDANAN

POST PARTUM BLUES

Disusun oleh:
Menik Kustiningsih
198211042009022003

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK


2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Post Partum Blues ini.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk kenaikan
golongan, dan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta wawasan.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mohon maaf atas kekurangan tersebut. Penyusun
juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan saran yang membangun.
Harapan penyusun semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua

Depok

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II Pembahasan........................................................................................................3
A. Definisi.......................................................................................................................3
B. Etiologi.......................................................................................................................3
C. Patofisiologi................................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang Post Partum Blues................................................................8
F. Pencegahan Post Partum Blues...................................................................................8
G. Penanganan...............................................................................................................10
H. Penatalaksanaan........................................................................................................11
BAB III Penutup ...........................................................................................................13
A.Simpulan....................................................................................................................13
B.Saran..........................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa
kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa
khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan
emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup
dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi,
kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan
dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis,
mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan
peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai
gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan post partum blues?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep dasar medis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan post partum blues

2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan definisi post partum blues
b. Menjelaskan etiologi post partum blues
c. Menjelaskan patofisiologi post partum blues
d. Menjelaskan manifestasi klinis post partum blues

1
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang post partum blues
f. Pencegahan post partum blues
g. Penanganan post partum blues
h. Menjelaskan penatalaksanaan post partum blues
i. Menjelaskan asuhan keperawatan post partum blues

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi,
atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen
dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional
Ibu.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi
pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan
psikologi yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga
kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum
nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada
saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa
berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus
terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,
cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi
bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama
setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity
blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.

B. Etiologi
1. Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:
Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara
bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik

3
noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi
2. Faktor demografik yaitu umur dan paritas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Takut kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll )
5. Takut untuk memulai hubungan suami istri ( ML ), anak akan terganggu
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti; tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga
kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril
(misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat
ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul
permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan
istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan
mertua, problem dengan si sulung.

 Individu yang beresiko

1) Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi


sebelum hamil
2) Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti
kehilangan suaminya.
3) Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca
melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
4) Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
5) Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak
diharapkan
6) Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
7) Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan
teman
8) Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar,
atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu.

4
9) Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan
bayi.
10) Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
11) Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.

C. Patofisiologi
Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika
mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa
kehidupan yang menekan. Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan
hormonal, bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat
menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga
mencari bantuan dokter.
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari
dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985)
menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi
perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti
beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan
melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar,
penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan
menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi post partum blues, walau
demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan
dukungan keluarga yang tepat.
Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal.
Perubahan kadar hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan
suasana hati biasa terjadi sesaaat sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi
(ketegangan pramenstruasi) dan setelah persalinan (depresi post partum).
Perubahan hormone serupa biasa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang
mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan
factor factor yang berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi
karena atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik
bias menyebabkan terjadinya depresi secara ; langsung, misalnya ketika penyakit

5
tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone. Yang bias menyebabkan
terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis rematoid
menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak
langsung. Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus
penyebabnya merusak otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika
menimbulkan dampak negative terhadap kehidupan penderitanya
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional
setelah melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang
umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-
IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala
adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe gangguan mood pascasalin,
diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum
psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
(Regina dkk, 2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Masih menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum
bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
“kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum,
ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang
paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan
ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang
yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya
akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi
adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tamapak tidak
terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif,
tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu
6
yang dapat berlangsung berbulan – bulan. Sloane dan Bennedict (1997)
menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa
setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.Llewellyn–Jones (1994),
menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada masa postpartum
mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang
menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional
merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama
masa setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan
sampai satu tahun

D. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah
melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
1. sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia
2. tidak sabar
3. Penakut
4. tidak mau makan
5. tidak mau bicara
6. sakit kepala sering berganti mood
7. mudah tersinggung ( iritabilitas)
8. merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan
9. tidak bergairah
10. tidak percaya diri
11. khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
12. tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
13. merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja 
dilahirkan
14. merasa tidak menyayangi bayinya
15. insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
7
masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.

E. Pemeriksaaan Penunjang Post Partum Blues


Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan
acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu.
Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan
validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi
selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat
pada post-partum blues

F. Pencegahan Post Partum Blues


a. Persiapan diri yang baik, artinya persiapan diri yang baik padasaat

kehamilan

sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan

mengurangi terjadinya resiko depresi post partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan

adalah dengan membaca artikel atau buku yang ada kaitannyadengan kelahiran,

mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu dapat

memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu

sudah siap dalam hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat dihindari

b. Olahraga dan nutrisi yang cukup, dengan olahraga dapat menjaga kondisi

dan

stamina sehingga dapat membuat kedaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik,

baik asupan makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum.

Usahakan mendapatkan keseimbangan dari kedua hal ini.

Support mental dan lingkungan sekitar, support mental sangat diperlukan pada

8
periode post partum. Dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari keluarga,

teman dan lingkungan sekitar. Jika ingi bercerita ungkapkan perasaan emosi dan

perubahan hidup yang dialami kepada orang yang dipercaya dapat menjadi

penggemar yang baik. Ibu post partum harus punya keyakinan bahwa lingkungan

akan mendukung dan selalu siap membantu jika mengalami kesulitan. Hal tersebut

akan membuat ibu merasa lebih baik dan mengurangi resiko terjadinya depresi post

partum

c. Ungkapkan apa yang dirasakan, ibu post partum jangan memendam

perasaan

sendiri. Jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami

maupun teman terdekat. Petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk

mengungkapkan perasaan dan emosi ibu agar lebih nyaman.

d. Mencari informasi tentang depresi post partum, informasi tentang depresi

post

partum yang kita berikan akan sangabermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor –

faktor pemicu sehingga dapat mengantisipikasi atau mencari bantuan jika

menghadapi kondisi tersebut. Ibu juga harus mempelajari keadaan dirinyasehingga

ketika sdar terhadap kondisi ini akan mendapat bantuan secepatnya. Bergabung

dengan orang yang pernah mengalami depresi post partum dapat membantuibu

memperoleh informasi terhadap gejala dan hal nyata yang dialami.

e. Menghindari perubahan hidup yang drastis, maksudnya perubahan hidup

yang

drastis sesudah kelahiran aka berpengaruh terhadap emosional ibu sehingga sebisa

mungkin sebaiknya dihindari misalnya pindah kerja, pindah kerumah yang baru.

Hiduplah dengan wajarseperti sebelum melahirkan

9
f. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan

rumah,

merawat tanaman dan pekerjaan rumah tangga lainnya yang dapat membantu

melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum. Saat kondisi ibu

masih labil bisa dilampiaskan dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu

dapat meminta dukungan dari keluarga dan lingkungan meski mempunyai

pembantu rumah tangga ibu dapat melakukan aktivitas tersebut.

G. Penanganan

Post partum blues atau gangguan mental pasca salin seringkali terabaikan

dan tidak di tangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam

beberapa saat melahirkan.mereka merasakan ada satu hal yang salah namun

mereka sendiri tidak benar – benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila

mereka pergi mengunjungi dokter dan sumber – sumber lainnya. Penanganan

gangguan mental pascca salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan

gangguan mental pada momen – momen lainnya. Para ibu yang mengalami post

partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini

membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya.para ibu ini

membutuhkan pertolongan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang

harus dipenuhi.

Cara mengatasinya antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau

hal lain yang ingin diungkapkan, bicarakan rasa cemas yang dialami, sikap tulus

ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah melahirkan, bersikap

10
fleksibel dan tidal terlau perfeksionis dalam mengurus bayi dan rumah tangga,

belajar tenang dan menarik nafas panjang dan meditasi, kebutuhan istirahat yang

cukup, tidurlah ketika bayi sedang tidur, berolahraga ringan, bergabung dengan

kelompok ibu - ibu baru, dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami, keluarga

teman sesama ibu, konsultasikan kepada dokter atau orang yang profesional agar

dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan melakukan pengawasan.

Hal – hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut : minta bantuan

suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat, beritahu suami tentang apa

yangdirasakan oleh ibu, buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat

bayi, meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri, biasanya ibu

merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang

kemandirian.

H. Penatalaksanaan
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
dilakukan dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

11
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
d. Dengan cara peningkatan support mental

4. Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga


diantaranya :

1) Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan


rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
2) Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi
3) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya
4) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
5) Memperbanyak dukungan dari suami
6) Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
7) Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
8) Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
9) mengganti suasana, dengan bersosialisasi
10) Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat
dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b) Tidurlah ketika bayi tidur
c) Berolahraga ringan
d) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g) Bersikap fleksibel
h) Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i) Bergabung dengan kelompok ibu

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Postpartum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk


2. Banyak penyebab terjadinya postpartum blues yaitu
3. Orang dikatakan mengalami postpartum blues jika mengalami gejala – gejala
sebagai berikut
4. Penderita postpartum dapat dideteksi melalui skrinning yaitu dengan kuisioner
yang berupa pertanyaan tentang rasa cemas
5. Penanganan pada post partum blues ini bermacam – macam caranya
6. Asuhan keperawatan pada pasien postpartum blues pada dasarnya harus holistik
yaitu menyeluruh dari bio-psiko-sosio-spiritual dan melibatkan orang tua si anak
yaitu ayah dan ibu sia anak

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami
konsep dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat
diberikan kepada pasien yang menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini
dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering
tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita
yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka
diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. 

13
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4. Jakarta:
EGC.
Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep Dasar dan
Askep Postpartum Blues. http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-
pustaka-konsep-dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011.
Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa
Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES.
diakses tanggal 09 januari 2011.
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made,
Jakarta : EGC.
   

Anda mungkin juga menyukai