Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENCEGAHAN KESAKITAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA

SITUASI DARURAT BENCANA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tanggap Darurat Bencana dalam Kesehatan
Reproduksi

Dosen Pengajar :

Willa Follona SST., M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Shalsabilla Syifa Fauzia P3.73.24.1.20.036

Sinta Dewi P3.73.24.1.20.038

Siti Ambarwati P3.73.24.1.20.039

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN TAHAP SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur kehadirat
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah pencegahan kesakitan maternal dan neonatal pada situasi
darurat

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal serta mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga Makalah tanggap darurat dengan topik pencegahan
kesakitan maternal dan neonatal pada situasi darurat dapat bermanfaat serta memberikan
pembelajaran untuk pembaca.

Jakarta, 25 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4

1.1 Latar belakang 4

1.2 Rumusan masalah 4

1.3 Tujuan Penulisan 4

BAB II 5

PEMBAHASAN 5

2.1 Pertolongan Persalinan dalam situasi darurat bencana 5

2.2 Tata laksana dan koordinasi rujukan maternal dan neonatal pada situasi bencana
darurat 8

2.3 Penanganan Menolong Persalinan saat Situasi Bencana 11

BAB III 15

PENUTUP 15

3.1. Kesimpulan 15

3.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ibu hamil, ibu pasca persalinan dan bayi baru lahir merupakan kelompok rentan,
terlebih pada saat bencana. Mereka memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga
diperlukan penanganan yang tersendiri, misalnya untuk pemenuhan kebutuhan gizi,
pemantauan ibu hamil risiko tinggi, pemantauan ibu pasca-persalinan, dll. Pada situasi
normal, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tinggi dan jumlah kematian akan dapat meningkat pada situasi krisis kesehatan
sehingga upaya mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
harus menjadi prioritas penting. Pada situasi krisis kesehatan, pelayanan kesehatan
reproduksi ada kalanya tidak tersedia bahkan justru meningkat pada situasi bencana.
Ibu hamil dapat melahirkan sewaktu-waktu dan bisa saja terjadi komplikasi, sehingga
membutuhkan layanan kesehatan reproduksi berkualitas. Penanggung jawab komponen
maternal neonatal harus berkoordinasi untuk memastikan setiap ibu hamil, ibu
melahirkan dan bayi baru lahir mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana pertolongan persalinan dalam situasi darurat bencana


2. Bagaimana tata laksana dan koordinasi rujukan maternal dan neonatal dalam situasi
bencana
3. Bagaimana penanganan menolong persalinan dalam situasi bencana

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pertolongan persalinan dalam situasi darurat bencana


2. Mengetahui tata laksana dan koordinasi rujukan maternal dan neonatal dalam situasi
bencana
3. Mengetahui penanganan menolong persalinan dalam situasi bencana
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertolongan Persalinan dalam situasi darurat bencana

Pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dalam situasi darurat
Krisis merupakan salah satu topik yang akan dipelajari dalam Paket Pelayanan Awal
Minimum (PPAM) dalam situasi Krisis. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi.
Kondisi ini akan lebih buruk bila terjadi Krisis, arena terganggunya sistem kesehatan.
Sampai saat ini data kasus kematian ibu pada daerah Krisis belum terdokumentasi,
sehingga data yang digunakan sebagai rujukan adalah Angka Kematian Ibu pada situasi
normal.

2.1.1 Asuhan persalinan dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Asuhan persalinan merupakan pelayanan prioritas dalam kondisi Krisis. Proses


melahirkan terdiri dari persalinan, kelahiran dan periode segera setelah kelahiran.
Proses ini harus terjadi di fasilitas kesehatan yang memastikan adanya privasi,
aman, khusus dan dilengkapi dengan pemenuhan alat serta petugas kesehatan yang
kompeten yang diperlukan dan transportasi serta komunikasi ke rumah sakit
rujukan untuk kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal.

Petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa semua fasilitas layanan


memiliki protokol klinis/SOP serta tindakan kewaspadaan standar terkait dengan
penanganan limbah untuk cairan ketuban, darah dan plasenta. Mencuci tangan dan
kewaspadaan standar lainnya harus dilakukan. Selain perawatan esensial selama
persalinan dan kelahiran, pelayanan PONED harus dilakukan di tingkat pusat
kesehatan masyarakat untuk menangani komplikasi selama kelahiran termasuk
masalah-masalah bayi baru lahir, atau menstabilkan ibu sebelum dirujuk ke rumah
sakit. Pastikan petugas kesehatan telah terampil tentang prosedur penanganan
kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal Informasikan protokol/ SOP secara luas
tentang obat-obatan, peralatan dan suplai tersedia di semua pusat kesehatan.
Seperti halnya kedaruratan maternal, kedaruratan neonatal tidak selalu dapat
diprediksi. Misalnya, mungkin saja bayi tidak bernafas sehingga staf harus siap
untuk melakukan resusitasi neonatus di setiap persalinan. Lebih jauh lagi,
komplikasi ibu dapat menyebabkan bayi baru lahir terganggu secara bermakna
sehingga petugas kesehatan harus siap sebelum kelahiran terjadi.

Tanda bahaya pada kehamilan merupakan faktor penentu untuk melakukan


intervensi medis yang digunakan dalam menangani komplikasi kebidanan yang
merupakan penyebab utama kematian maternal di seluruh dunia. Menggambarkan
tanda bahaya terkait dengan pelayanan PONED dan PONEK. Sejumlah layanan
penting tidak disebutkan tetapi dimasukkan ke dalam tanda-tanda bahaya ini.
Misalnya, saat melakukan bedah sesar berarti tindakan anestesi/ pembiusan harus
diberikan.

Apabila situasi sudah mulai stabil dan memungkinkan, bisa dilaksanakan


pemberian pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang lain seperti ANC dan
PNC melalui pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif pada kondisi normal.

2.1.2 Hal-hal yang diperhatikan saat pertolongan persalinan pada situasi


darurat bencana

1. Kenali Tanda-Tanda persalinan

Menurut (Rosyati, 2017) tanda dan gejala persalinan yaitu sebagai berikut.

1) Tanda Inpartu
● Penipisan serta adanya pembukaan serviks.
● Kontraksi uterus yang menyebabkan berubahnya serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
● Keluar cairan lendir yang bercampur dengan darah melalui
vagina.
2) Tanda-tanda persalinan
● Ibu merasa ingin meneran atau menahan napas bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
● Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada bagian rektum
dan vagina.
● Perineum mulai menonjol.
● Vagina dan sfingter ani mulai membuka.
● Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin meningkat.
2. Pindahkan ibu bersalin ke lokasi yang aman

Memindahkan ibu bersalin ke tempat khusus untuk bersalin di beberapa


tempat seperti pos kesehatan yang sudah tersedia di lokasi pengungsian atau di
tempat lain yang sesuai yang tersedianya pelayanan (tenaga yang kompeten
dan alat serta bahan yang sesuai standar) persalinan normal dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal (PONED dan PONEK) di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Sebisa mungkin jauhkan ibu dari
lokasi titik gempa/bencana lainnya, takut terjadi gempa/bencana susulan, jika
tidak memungkinkan untuk dipindahkan, maka jika ibu tersebut di dalam
rumah usahakan berada di bawah meja untuk menghindari kejatuhan benda
benda yang ada di sekitar rumah jika terjadi gempa/bencana susulan, jika
berada di luar maka tempatkanlah di lapangan luas yang jauh dari
bangunan-bangunan yang berisiko untuk roboh.

3. Tenangkan Ibu

Ibu yang akan bersalin harus berada dalam situasi yang tenang, suasana hati
dan psikologis yang tenang akan mempengaruhi hormon ibu dalam lancarnya
proses persalinan. Oleh karena itu sebisa mungkin tenangkan ibu yang akan
bersalin agar tidak panik, dampingi terus, berikan teh manis hangat, dan
usap-usap punggungnya agar terasa rileks, usahakan orang terdekatlah yang
mendampinginya

4. Panggil Bantuan

Hal pertama yang harus dilakukan seorang penolong saat tiba di tempat
kejadian bencana adalah menilai potensi bahaya yang ada di lokasi, yang
mungkin mengancam pasien, penolong ataupun orang lain di sekitar tempat
kejadian. Hubungi ambulan gawat darurat untuk pertolongan medis dan
paramedis, bisa menghubungi 118 atau 119 jika menggunakan telepon, hub
112 jika menggunakan telepon seluler

5. Siapkan Air bersih, makanan, dan P3K


Tersedianya Kit persalinan di lapangan merupakan paket alat, obat dan bahan
habis pakai untuk pertolongan persalinan. Perlu dipastikan alat dan obat
lengkap serta periksa tanggal kadaluarsa dari obat-obatan tersebut. Kit
didistribusikan kepada bidan yang bertugas di daerah terdampak/di lokasi
pengungsian. Pastikan tersedia transportasi dan akses menuju lokasi
terdampak. Kit diberikan apabila tidak tersedia peralatan pertolongan
persalinan/alat-alat kebidanan mengalami kerusakan atau hilang saat terjadi
bencana. Pastikan ada persediaan air bersih agar proses persalinan bisa
berjalan aman dan jauh dari infeksi, pastikan ibu harus mendapatkan nutrisi
makanan dan minum yang cukup, karena proses persalinan membutuhkan
banyak energi, lalu pastikan tersedia selimut atau kain yang bersih untuk
menyelimuti bayi baru lahir agar tidak terjadi hipotermi, P3K pun harus ada,
setidaknya berisi kasa steril, povidone iodine, alcohol, gunting yang steril dan
sarung tangan steril terutama untuk memotong tali pusat ketika bayi lahir.
Bersalin adalah suatu proses alamiah yang tidak bisa ditunda-tunda, kondisi
yang mendesak bisa memaksa persalinan terjadi dimanapun dan kapanpun,
maka dari itu kita semua pasti suatu saat akan membutuhkan sedikit ulasan
artikel ini, terima kasih semoga bermanfaat.

2.2 Tata laksana dan koordinasi rujukan maternal dan neonatal pada situasi bencana
darurat

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya meningkatkan


mutu pelayanan kesehatan yang memberikan dampak penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi akibat keterlambatan penanganan kegawatdaruratan (Sulistyoningtyas, L.,
2020)

Perlu disadari bahwa Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana dimana
bencana bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi dengan tepat. Ibu hamil termasuk
dalam kelompok rentan dalam bencana, dimana kelompok masyarakat rentan
(vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Karena bila tidak ditangani dengan baik
akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti abortus (keguguran),
kelahiran prematur, stres, perdarahan dan gawat janin. Kejadian bencana akan
berdampak terhadap stabilitas tatanan masyarakat.Kelompok masyarakat rentan
(vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Salah satu kelompok rentan dalam
masyarakat yang harus mendapatkan prioritas pada saat bencana adalah ibu hamil, ibu
melahirkan dan bayi (Setyaningrum, N. dkk., 2022)

Memastikan ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal dan


rujukan 24 jam/7hari. Perlu dilakukan penilaian tentang kondisi fasilitas kesehatan
termasuk fasilitas puskesmas PONED dan RS PONEK, apakah fasilitas tersebut masih
berfungsi dan apakah tenaga kesehatan terlatih dan alat dan bahan untuk penanganan
kegawatdaruratan kebidanan tersedia dan mencukupi. Data tersebut dapat dipergunakan
untuk membangun system rujukan termasuk merujuk ke fasilitas PONED dan PONEK
yang masih berfungsi setelah Krisis. Perlu dipastikan bahwa sarana transportasi
termasuk ambulans, perahu motor dan alat transportasi lain tersedia karena pada Krisis
berskala besar seringkali fasilitas infrastruktur seperti jalan dan jembatan banyak yang
rusak dan terputus. Perlu dipikirkan alat transportasi alternatif untuk mencapai fasilitas
rujukan. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam memastikan ketersediaan
pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal dan rujukan 24 jam/7hari adalah
sebagai berikut:

1. Pada setiap kehamilan dapat terjadi komplikasi sewaktu waktu yang dapat
mengakibatkan keadaan kegawatdaruratan maternal neonatal. Untuk itu
penanggung jawab komponen maternal neonatal wajib memastikan
tersedianya:
● Petugas kesehatan terlatih dengan jadwal jaga 24 jam/7hari
● Alat dan obat kegawatdaruratan tersedia
● Sistem rujukan yang berfungsi (transportasi, radiokomunikasi,
stabilisasi pasien, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju)
2. Jika pelayanan rujukan 24 jam/ 7 hari tidak tersedia maka penanggung jawab
komponen maternal neonatal perlu memastikan adanya petugas kesehatan di
puskesmas yang tetap dapat melakukan pelayanan kegawatdaruratan maternal
neonatal melalui bimbingan dan konsultasi ahli.
3. Pelayanan dan asuhan pasca keguguran

Bagaimana membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan


komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit.
Kapan sistem rujukan untuk darurat kebidanan harus disediakan. Sesegera mungkin,
sistem rujukan, termasuk sarana komunikasi dan transportasi, yang mendukung
manajemen komplikasi kebidanan, harus tersedia untuk digunakan oleh populasi
pengungsi internal 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Sistem rujukan harus
memastikan bahwa wanita yang mengalami komplikasi kehamilan atau kelahiran
dirujuk dari masyarakat ke fasilitas Pelayanan kesehatan dasar di mana Perawatan
Kegawatdaruratan kebidanan dasar (PONED) tersedia dan ke fasilitas dengan layanan
Kegawatdaruratan kebidanan komprehensif (PONEK). Persyaratan yang dibutuhkan
untuk sistem rujukan agar efektif bekerja selama 24 jam dan 7 hari (24/7) sebagai
berikut

1. Sistem rujukan harus memiliki transportasi sepanjang waktu. Misalnya,


apabila ada tenaga kesehatan yang meninggalkan kamp dan membawa serta
kendaraan atau ambulans bersamanya, ada transportasi yang
menggantikannya. Foto ambulans yang standby di pengungsian
2. Sistem komunikasi harus dibangun agar apabila seorang wanita yang hendak
melahirkan dan mengalami komplikasi, seperti persalinan macet, maka ia
dapat mencapai fasilitas perawatan kesehatan. Dengan adanya sistem
komunikasi ini, tenaga kesehatan di lapangan bisa berkonsultasi dengan tenaga
yang lebih ahli apabila belum memungkinkan untuk merujuk pasien karena
faktor keamanan atau akses ke fasilitas rujukan yang terputus. Komunikasi
radio sangat membantu untuk sistem rujukan.
3. Fasilitas rujukan harus memiliki staf yang memenuhi syarat, peralatan dan
supply medis untuk menangani kebutuhan ekstra yang diajukan kepadanya
oleh populasi pengungsi internal.

Suatu sistem rujukan yang memadai memerlukan protokol rujukan yang rinci yaitu
bilamana dan kemana harus dirujuk serta pencatatan yang memadai dari kasus-kasus
yang dirujuk. Hal ini membutuhkan koordinasi, komunikasi, kepercayaan dan saling
pengertian antara bidan dan diantara puskesmas dengan rumah sakit yang memiliki
fasilitas yang lebih lengkap. Suatu sistem rujukan yang efektif harus pula
memperhitungkan keadaan keamanan, keadaan geografis dan kesulitan transportasi.

Dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal diharapkan


komplikasi atau dampak yang ditimbulkan akibat bencana bisa diminimalisir sebaik
mungkin, dengan harapan AKI di Indonesia bisa mengalami penurunan, terlepas dari
kondisi Indonesia yang dikenal sebagai negara rawan terjadi bencana.
2.3 Penanganan Menolong Persalinan saat Situasi Bencana

Pelayanan persalinan merupakan pelayanan prioritas dalam kondisi bencana.


Proses melahirkan terdiri dari persalinan, kelahiran dan periode segera setelah
kelahiran. Proses ini harus terjadi di fasilitas kesehatan yang memastikan adanya
privasi, aman, khusus dan dilengkapi dengan pemenuhan alat serta petugas kesehatan
yang kompeten yang diperlukan dan transportasi serta komunikasi ke rumah sakit
rujukan untuk kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal.

Petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa semua fasilitas


layanan memiliki protokol klinis/Standar Operating Prosedur (SOP) serta tindakan
kewaspadaan standar terkait dengan penanganan limbah untuk cairan ketuban, darah
dan plasenta. Mencuci tangan dan kewaspadaan standar lainnya harus dilakukan.

Pada pertolongan persalinan saat bencana, bidan harus memastikan penerapan


PPAM Kesehatan reproduksi dengan langkah sebagai berikut:

a) Melakukan pendataan dan pemetaan ibu hamil;


b) Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa tempat seperti
pos kesehatan, di lokasi pengungsian, atau di tempat Iain yang sesuai
persalinan;
c) Memastikan tersedianya perlengkapan persalinan (kit ibu hamil, kit pasca
persalinan) yang akan diberikan pada ibu hamil yang akan melahirkan dałam
waktu dekat;
d) Memastikan masyarakat mengetahui adanya layanan pertolongan persalinan
dan kegawatdaruratan maternal neonatal;
e) Ketersediaan alat kontrasepsi yang mencukupi.

Hal yang perlu dilakukan pada pelayanan persalinan dalam kondisi bencana
adalah:

1. Menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan Partograf

Partograf harus digunakan untuk setiap kelahiran untuk memantau kemajuan


persalinan, kondisi ibu dan fetus secara ketat serta sebagai alat bantu
pembuatan keputusan untuk penanganan lebih lanjut dari rujukan.
2. Pencegahan perdarahan pasca melahirkan

Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan.
Manajemen aktif kala tiga akan mengurangi risiko plasenta tertahan dan
perdarahan pasca melahirkan. Petugas kesehatan kompeten harus melakukan
manajemen aktif kala tiga ke semua ibu. Tata laksana ini mencakup:

a) Pemberian obat uterotonika (oksitosin), kepada ibu dalam waktu satu


menit setelah kelahiran bayi;

Oksitosin merupakan uterotonika yang direkomendasikan untuk


pencegahan dan perawatatan perdarahan pasca persalinan atonik. Perlu
diperhatikan kesulitan untuk memastikan praktek penyuntikan aman
dan ada tidaknya lemari pendingin untuk penyimpanan oksitosin.
Karena oksitosin mengalami penurunan keaktifitasannya jika disimpan
pada suhu yang tidak tepat.

b) Peregangan tali pusat terkendali;


c) Masase uterus dari luar setelah plasenta dilahirkan.

Langkah-langkah perawatan segera bayi baru lahir:

a) Pastikan bahwa penolong memakai sarung tangan atau sudah mencuci


tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan;
b) Jaga agar ruang persalinan tetap hangat;
c) Keringkan bayi, singkirkan kain yang basah dan bungkus bayi dengan
kain yang kering dan hangat. Beri tutup kepala. Tunda memandikan
bayi sampai setidaknya 6 jam;
d) Jepit tali pusatdengan menggunakan alat yang bersih (lebih baik bila
steril) untuk memotong tali pusat (kira-kira sepanjang 3 jari dari
pangkal tali pusat);
e) Jaga agar bayi tetap bersama ibunya untuk memastikan tetap hangat
dan sering menyusui;
f) Bantu ibu dengan proses menyusui pertama kali (dalam 1 jam setelah
kelahiran);
g) Bersihkan mata bayi segera, dan berikan salep mata;
h) Beri perhatian untuk sering mencuci tangan bagi orang yang
menangani bayi Kontak kulit ke kulit, termasuk inisiasi menyusu dini,
ASI eksklusif dan dukungan medis, emosional, psikologis dan fisik
untuk ibu dan bayi tanpa memisahkan mereka.
i) Jika bayi prematur dan/atau bayi kecil, lakukan metode Kanguru:
- Mendekap bayi agar kulit bayi bersentuhan langsung dengan
pendekapnya
- Posisi bayi telungkup dada ketemu dada diantara kedua
payudara, kepala bayi menoleh ke satu sisi, mata bayi dapat
saling kontak dengan ibu dan kaki bayi berposisi seperti kaki
kodok
- Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan
istirahat;
- Metode kangguru ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau
anggota keluarga yang dewasa Iainnya;
- Metode kangguru bisa dilakukan sambil bekerja, juga untuk
rujukan.

Perawatan pasca bersalin lanjutan:


a) Jaga agar bayi bersama ibunya bersihkan tali pusat dengan air bersih
dan jaga agar tetap kering. Jangan menutup tali pusat dengan plester
atau kain;
b) Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir:
- Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum
tanda infeksi berat;
- Bayi kejang;
- Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang;
- Sesak nafas;
- Bayi merintih tanda sakit berat;
- Pusar kemerahan sampai dinding perut;
- Demam atau tubuh teraba dingin;
- Mata bayi bernanah banyak;
- Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit
akan kembali Iambat dehidrasi berat;
- Kulit bayi terlihat kuning pada < 24 jam setelah lahir atau lebih
dari 14 hari atau kuning sampai telapak tangan dan kaki Buang
air besar/tinja berwarna pucat.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dalam situasi darurat
Krisis merupakan salah satu topik yang akan dipelajari dalam Paket Pelayanan Awal
Minimum (PPAM) dalam situasi Krisis. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi.
Kondisi ini akan lebih buruk bila terjadi Krisis, arena terganggunya sistem kesehatan.
Sampai saat ini data kasus kematian ibu pada daerah Krisis belum terdokumentasi,
sehingga data yang digunakan sebagai rujukan adalah Angka Kematian Ibu pada situasi
normal.

Sistem rujukan harus memastikan bahwa wanita yang mengalami komplikasi


kehamilan atau kelahiran dirujuk dari masyarakat ke fasilitas Pelayanan kesehatan
dasar di mana Perawatan Kegawatdaruratan kebidanan dasar (PONED) tersedia dan ke
fasilitas dengan layanan Kegawatdaruratan kebidanan komprehensif (PONEK)

Dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal diharapkan


komplikasi atau dampak yang ditimbulkan akibat bencana bisa diminimalisir sebaik
mungkin, dengan harapan AKI di Indonesia bisa mengalami penurunan, terlepas dari
kondisi Indonesia yang dikenal sebagai negara rawan terjadi bencana.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa, kita harus selalu mencari berbagai ilmu pengetahuan dan
memahami hal tersebut. Pengetahuan yang dimiliki mahasiswa diharapkan dapat
membantu dan memberikan pertolongan persalinan dalam situasi darurat bencana.
Maka dari itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dan memahami
berbagai ilmu pengetahuan khususnya mempelajari mengenai dasar pencegahan
kesakitan maternal dan neonatal pada situasi darurat dan penerapannya.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Pelayanan : Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.

Kristiana, Lusi dan Ristrini. (2013). Sistem Pelayanan Kesehatan Tanggap Darurat Di
Kabupaten Ciamis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 16(3). 297 – 304.

Atika, Zummatul. (2019). Pertolongan Ibu Melahirkan Saat Terjadi Bencana. Surabaya:
Stikes Surabaya.

Setyaningrum, N. dkk.. (2022). Manajemen Bencana dalam Keperawatan. Koto Baru:


Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim

Sulistyoningtyas, L. (2020). Sistem Rujukan Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Maternal


Perinatal di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pamenang, 2(1), 6-16.

Anda mungkin juga menyukai