Anda di halaman 1dari 12

Kebutuhan dasar ibu nifas Ambulasi

merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa Ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah
melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus
cukup beristirahat, dimana Ibu harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan
post partum. Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak tcrjadi pembengkakan akibat tersumbatnya
pembuluh darah Ibu.
Pada ibu normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau kateter dan tanda-tanda
vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi kc wc dcngan dibantu, satu atau
dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta untuk melakukan latihan menarik
nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mcngayunkan tungkainya dari
tepi ranjang.
Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani
analgesia epidural, pemuiihan sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah
itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik.
Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap.
Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari
ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh
pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi dan sembuhnya luka.
Terkait dengan mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
Mobiliasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan Ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu
masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama
buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, teranggunya fungsi
otot dan lain-lain. Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, sistem
sirkulasi di dalam tubuh pun bisa bcrfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian
menyebutkan earlyambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan
aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa
menyebabkan infeksi. Jangan melakukan moblisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.

Latihan postnatal dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari sekali dengan pengawasanBidan. Pada
beberapa Rumah Sakit, fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-hari tertentu
setiap minggu.
Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mengikuti
latihan ketika di Rumah Sakit dan akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan
otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul
sehingga mencegah atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah di
seluruh tubuh.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1.

Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2.

Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik

3.

Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu

4.

Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

5.

Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).

MOBILISASI DINI
Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
karena hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirian.
Menurut Siregar (2009), mobilisasi dini adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang
harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan, minimal 8 24 jam setelah persalinan.
Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan (Saleha, 2009).
1.

Manfaat mobilisasi dini

Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
a.

Dapat melancarkan pengeluaran lochea


Menurut Lia (2008). Dengan melakukan mobilisasi dini post partum membantu mengeluarkan darah
dari jalan lahir.

b.

Mengurangi infeksi post partum yang timbul adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.

c.

Mempercepat involusio alat kandungan


Menurut Lia (2008) dengan melakukan mobilisasi dini post partum bisa mempelancar pengeluaran
darah dan sisa plasenta, kontraksi uterus baik sehingga proses kembalinya rahim kebentuk semula
berjalan dengan baik.

d.

Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan


Menurut Moechtar (1995) dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kandung kemih kembali
normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Laila,

2009).
e.

Meningkatkan kelancaran peredaran darah


Menurut Lia (2008) dengan melakukan mobilisasi dini post partum bisa mempelancar pengeluaran
darah dan sisa plasenta, kontraksi uterus baik sehingga proses kembalinya rahim kebentuk semula
berjalan dengan baik

f.

Mempercepat fungsi ASI (Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme

2.

g.

Ibu merasa lebih baik dan lebih kuat

h.

Menurunkan banyak frekuensi emboli paru pada postpartum

Tahap-tahap Mobilisasi Dini

Menurut Carpenito (2000), tahap-tahap dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1)

Rentang gerak pasif


Rentan gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien

2)

Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan menggunakan otot-ototnya
secara aktif misalnya, berbaring pasien menggerakkan kakinya.

3)

Rentang gerak fungsional


Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.
Pelaksanaan mobilisasi dini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut tidur terlentang dulu selama 8 jam,
kemudian boleh miring-miring, duduk, berdiri dan bejalan-jalan. Sebelum melakukan mobilisasi
terlebih dahulu melakukan nafas dalam dan latihan kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat
membantu tubuh melakukan adaptasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan keluhan lain yang
tidak di harapkan.Gerakan mobilisasi ini diawali dengan gerakan ringan seperti :
a)

Miring ke kiri-kanan
Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling
baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini
juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal.

b)

Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang
menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices
adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat
menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices
ataupun infeksi

c)

Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman
jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman

d)

Berdiri atau turun dari tempat tidur


Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur
dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah
kondisi terasa lebih nyaman.

e)

Ke kamar mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan tidak ada
keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan.

3.

Kerugian Mobilisasi Dini

Menurut Carpenito (2000), kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini adalah :
a. Dapat menyebabkan aliran darah tersumbat
Menurut Admin (2009) untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang
dapat menyebabkan masalah mobilisasi dini dapat segera dilakukan.
b.

Dapat menyebabkan pemulihan kondisi akan lebih lama pulih.

c. Dapat menyebabkan infeksi (Deep vein thrombosis)


Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi.
d. Dapat menyebabkan perdarahan
Menurut Laili (2009) Perdarahan yang abnormal dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi
membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
e. Peningkatan suhu tubuh
Menurut Lailia (2009) peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
4.

Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini

Menurut Chapman (2006), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi pasca persalinan
adalah sebagai berikut:
a. Rendahnya pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam mewujudkan pelaksanaan
mobilisasi dini pasca persalinan. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah terhadap manfaat dari
mobilisasi maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya. Pengetahuan yang
dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu postpartum tersebut akan
mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa ada kecenderungan apabila
pengetahuan seseorang baik terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai
sikap positif terhadap masalah yang dihadapinya, dan sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu kurang
terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap negatif.

Tingginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap respon dan tanggapan terhadap suatu
obyek atau situasi baru. Tanggapan tersebut akan menimbulkan gambaran dari seseorang untuk menerima
atau menolak hal baru yang diterimanya. Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi
dini tentu saja akan mempengaruhi sikap dalam pelaksanaan mobilisasi dini post partum.
b.

Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental


Persalinan merupakan proses yang melelahkan, saat persalinan ibu mengerahkan seluruh tenaganya
untuk melewati proses yang persalinan yang panjang. Tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering
memilih tidur dari pada melakukan pergerakan secara bertahap (Chapman, 2006).

c. Depresi
Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami depresi. Biasanya depresi berlangsung
sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya
berupa mudah tersinggung , menangis, tanpa sebab, gelisah, takut pada hal yang sepele (Chapman, 2006).
d. Nyeri atau rasa tidak nyaman
Rasa nyeri setelah melahirkan membuat ibu enggan untuk mulai belajar mclakukan pergerakan,
dimana seluruh alat reproduksi mengalami perubahan, rasa nyeri saat buang air kecil, buang air besar. Hal
ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman, besar kemungkinan ibu akan lebih memilih
berbaring terus, diatas tempat tidur, dan pelaksanaan mobilisasi tentu saja akan terhambat (Chapman,
2006).
e. Kecemasan
Kecemasan ibu terhadap ketidakmampuan dalam melakukan mobilisasi sangat berpengaruh pada
tingkat keberhasilan saat melakukan pergerakan, ibu harus mempunyai keyakinan untuk dapat melakukan
mobilisasi dengan cepat dan tepat. Mobilisasi yang dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang benar
dan bertahap dapat mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh secara umum (Chapman, 2006).
5.

Enam hal penting tentang mobilisasi

Menurut Siregar (2009), ada enam hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan mobilisasi dini,
diantaranya :
a. Rasa kepercayaan diri untuk dapat melakukan mobilisasi dengan cepat adalah salah satu cara untuk
melatih mental
b. Mobilisasi yang dilakukan segera mungkin dengan cara yang benar dapat mempercepat proses pemulihan
kondisi tubuh
c. Gerakan tubuh saja tidak menyebabkan jahitan lepas atau rusak, buang air kecil harus dilatih karena
biasanya setelah proses persalinan normal timbul rasa takut untuk buang air kecil, dan akhirnya kesulitan
untuk buang air kecil
d. Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap agar sernua sistem sirkulasi dalam tubuh bisa menyesuaikan
diri untuk dapat berfungsi dengan normal kembali

e.

Jantung perlu menyesuaikan diri, karena pembuluh darah harus bekerja keras selama masa pemulihan.
Mobilisasi yang berlebihan bisa membebani kerja jantung.

f.

Tetap memperhatikan pola nutrisi. Sebaiknya mengkonsumsi yang berserat, supaya proses pencemaan
lancar dan tidak perlu terlalu mengedan saat buang air besar.

MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM


a. DEFINISI MOBILISASI
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur,
kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999)
Mobilisasi dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
b. BENTUK MOBILISASI DINI

.
.
.

Berdiri
Duduk
Berpindah dari satu kelompok lain, seperti :
Dari tempat tidur ke kursi,

Dari kursi biasa ke kursi berlubang,

Dari kursi roda ke kloset duduk,

Dari lantai ke kursi atau tempat tidur,

Bangkit dari duduk,

Berjalan : dengan bantuan (1). Penyangga kaki dari logam, 2). Sepatu khusus, 3). Bidai, 4). Kaki palsu),

Menggerakkan tubuh, bahu, tangan dan lengan untuk berbagai macam gerakan, seperti : 1).
Menggerakkan dan melepaskan pakaian, 2). Menjaga kebersihan pribadi, 3). Mengerjakan pekerjaan
rumah tangga
Melakukan gerakan badan

Mobilisasi dengan bantuan alat mekanik

Kursi roda : di dorong oleh orang lain di jalanan sendiri. (Roper, 2002)

c. BENTUK LAIN MOBILISASI DINI


1. Membantu pasien duduk di tempat tidur

Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien :

Memenuhi kebutuhan mobilitas

Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas

Mempertahankan kenyamanan

Bentuknya meliputi :

Mengatur posisi pasien di tempat tidur


2. Posisi fowler

Posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk


Tujuan :
1.
Mempertahankan kenyamanan
2.
Memfasilitas fungsi pernafasan
3. Posisi SIM
Pada posisi ini pasien berbaring miring, baik miring ke kanan atau miring ke kiri.
Tujuan :
1.
Memberikan kenyamanan
2.
Melakukan hukna
3.
Memberikan obat per anus (supositorial)
4.
Melakukan pemeriksaan daerah anus
4. Posisi trendelenburg
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Tujuan :memperlancar peredaran darahke otak
5. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur.
Tujuan :
1.
Perawatan daerah genitalia
2.
Pemeriksaan genetalia
3.
Posisi pada proses persalinan
6. Posisi Litotomi

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke
atas abdomen.

Tujuan :
1.
Pemeriksaan alat genetalia
2.
Proses persalinan
3.
Pemasangan alat kontrasepsi
6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest)
Pada posisi genu pektoral, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur.
Tujuan : pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid
2. Memindahkan pasien dari tempat tidur satu ke kursi roda
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda.
Tujuan :
1.
melatih otot skelet mencegah kontraktur
2.
Mempertahankan kenyamanan pasien
3.
mempertahankan kontrol diri pasien
4.
Memindahkan pasien untuk pemeriksaan (diagnosa, fisik)
3. Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat
Pada tindakan ini pemindahan pasien dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan ini
dapat dari tempat tidur atau ke brankart atau dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain.
Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh melakukan
pemindahan sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien ke tempat tidur ke kursi
roda.

Tujuan : Memindahkan pasien dari rungan satu ke ruangan yang lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan
diagnostik atau pindah ruangan)

4. Membantu pasien berjalan


Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat mengkaji
beberapa toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri dan keseimbangan pasien untuk
menentukan jumlah bantuan yang diperlukan paien.
Aktivitas ini memungkinkan memerlukan alat seperti kruk dan tongkat. Namun ada prinsipnya, perawat
dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat.
Tujuan :
1.
Memulihkan kembali toleransi aktivitas
2.
Mencegah terjadinya kontraktur sendi
d. MANFAAT MOBILISASI DINI
1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium
2. Mempercepat involusi alat kandungan
3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme. (Manuaba, 1998)
Menurut Rambey, 2008 manfaat mobilisasi dini adalah :
1.
Melancarkan sirkulasi darah
2.
Membantu proses pemulihan
3.
Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga
pedarahan lebih lanjut
Menurut Fizari, 2009 manfaat lain dari mobilisasi dini adalah:
1.
Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2.
Faal usus dan kandung kencing lebih baik
3.
Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya
e. MACAM MOBILISASI DINI
1. Mobilisasi penuh
Yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal. Mobilisasi penuh mempunyai peranan
penting dalam menjaga kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis.
2. Mobilisasi sebagian
Yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi secara normal. Terjadi pada pasien dengan
gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari :
1.
Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma yang reversibel
2.
Pada sistem muskuloskeletal
3.
Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversibel (hemiplagi
karena kecelakaan).
f. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN GERAK
1. Sendi
Yaitu pertemuan antara dua atau lebih ujung tulang

2. Tulang
Merupakan jaringan hidup yang mempulnyai banyak suplai darah.Tulang dapat tumbuh dan memperbaiki
dirinya. Fungsi tulang sebagai tuas untuk menggerakkan otot-otot dan menyimpan kalsium dan fosfat,
mengeluarkannya bila dibutuhkan.
3. Tendon
Merupakan jaringan ikat yang kuat, berwarna putih dan tidak elastis untuk melekatkan otot pada tulang.
4. Ligamen
Merupakan pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian
lain untuk menyangga suatu organ.
5. Otot
Otot dibagi menjadi 3, yaitu:
Otot skeletal yaitu otot yang ditemukan pada tulang rawan atau kulit. Dikendalikan melalui sistem
syaraf pusat, serat-seratnya memperlihatkan garis-garis melintang.
Otot polos ditemukan pada dinding visera dan pembuluh darah. Dikendalikan melalui sistem syaraf
otonom, serat-seratnya tidak memperlihatkan garis melintang.
Otot jantung yang hanya ditemukan di jantung
6. Sistem syaraf
Jaringan syaraf dibentuk dari neuron yang sel-selnya terkadang mengalami proses yang sangat panjang
dikhususkan untuk penghantar implus syaraf yang menyokong dan memberi makan neuron-neuron. Neuron
adalah unit dasar sistem persyarafan. (Cambridge Comunication Limited, 1998)
g. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI
1. Penyakit tertentu dan cidera
Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipe
aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang
mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan.
2. Budaya
Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan
halus dan merasa tabu bila mengerjakan aktivitas berat dan pria cenderung melakukan aktivitas lebih berat.
3. Energi
Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa
mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia
pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.
h. RESIKO BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI

Berbagai masalah dapat terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini, misalnya :
1.
Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat klien
sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.
2.
Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak
dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama.
3.
Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada
posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
4.
Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh adanya
gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta
kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.

i. JENIS GERAKAN SENDI


1. Fleksi
Yaitu tindakan menekuk dua ujung sesuatu alat saling mendekati atau keadaan dua ujung sesuatu alat yang
tertekuk berekatan.
2. Ekstensi
Yaitu gerakan yang membesarkan sudut antara dua ujung tulang yang bersendi. Gerakan yang menjauhkan
ujung-ujung alat atau bagian tubuh.
Hiperektensi yaitu ekstensi lebih lanjut.
3. Abduksi
Yaitu gerakan anggota badan atau mata kesisi menjahui sumbu tengah tubuh
4. Rotasi
Yaitu gerakan memutari pusat axis dari tulang
5. Eversi
Yaitu tindakan memutarkan telapak kaki kebagian luar
6. Inversi
Yaitu putar bagian telapak kaki kebagian dalam membentuk sudut dari persendian
7. Pronasi
Yaitu pemutaran lengan bawah ke dalam
8. Supinasi
Yaitu gerakan memutar lengan bawah ke luar. (Hincliff, 1999).
B. Kontra-indikasi mobilisasi
Tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit-penykit berikut:
a. Anemia
b. Jantung
c. Paru-paru
d. Demam
e. Keadaan lain yang membutuhkan istirahat
(Jannah, 2011)
E. Macam Mobilisasi Dini
Menurut Jannah (2011), Mobilisasi dini dilakukan sebagai berikut:
a. Gerakan dan jalan-jalan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam ke jam
sampai hitungan hari
b. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat dan secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas
aktivitasnya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

F. Tahapan Mobilisasi
Menurut Anggraini (2010), karena lelah setelah melahirkan, ibu hsudah diperboleharus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalanjalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi,
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Menurut Sujuyatini (2011), pelaksanaan ambulasi dini pada ibu post partum dilakukan secara bertahap
dan disesuaikan dengan kondisi ibu. Setelah persalinan selesai ibu bisa mengawali ambulasi dengan
latihan menarik nafas dalam dan latihan tungkai secara sederhana. Kemudian dilanjutkan dengan duduk
dan menggoyangkan tungkainya ditepi tempat tidur. Jika ibu tidak merasa pusing, ibu bisa melanjutkan
berjalan.

MOBILISASI POST SC

TAHAP-TAHAP MOBILISASI DINI


mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :
1. 6 jam pertama ibu post SC
Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki
2. 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli
3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI
1. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batukbatuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan
pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkanbelajar
duduk selama sehari,
3. hari ke 3 sampai 5
a. belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.

b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.

Anda mungkin juga menyukai