merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa Ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah
melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus
cukup beristirahat, dimana Ibu harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan
post partum. Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak tcrjadi pembengkakan akibat tersumbatnya
pembuluh darah Ibu.
Pada ibu normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau kateter dan tanda-tanda
vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi kc wc dcngan dibantu, satu atau
dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta untuk melakukan latihan menarik
nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mcngayunkan tungkainya dari
tepi ranjang.
Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani
analgesia epidural, pemuiihan sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah
itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik.
Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap.
Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari
ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh
pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi dan sembuhnya luka.
Terkait dengan mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
Mobiliasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan Ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu
masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama
buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, teranggunya fungsi
otot dan lain-lain. Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, sistem
sirkulasi di dalam tubuh pun bisa bcrfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian
menyebutkan earlyambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan
aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa
menyebabkan infeksi. Jangan melakukan moblisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.
Latihan postnatal dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari sekali dengan pengawasanBidan. Pada
beberapa Rumah Sakit, fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-hari tertentu
setiap minggu.
Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mengikuti
latihan ketika di Rumah Sakit dan akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan
otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul
sehingga mencegah atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah di
seluruh tubuh.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
MOBILISASI DINI
Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
karena hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirian.
Menurut Siregar (2009), mobilisasi dini adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang
harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan, minimal 8 24 jam setelah persalinan.
Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan (Saleha, 2009).
1.
Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
a.
b.
Mengurangi infeksi post partum yang timbul adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.
c.
d.
2009).
e.
f.
Mempercepat fungsi ASI (Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme
2.
g.
h.
Menurut Carpenito (2000), tahap-tahap dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1)
2)
3)
Miring ke kiri-kanan
Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling
baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini
juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal.
b)
Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang
menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices
adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat
menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices
ataupun infeksi
c)
Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman
jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman
d)
e)
Ke kamar mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan tidak ada
keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan.
3.
Menurut Carpenito (2000), kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini adalah :
a. Dapat menyebabkan aliran darah tersumbat
Menurut Admin (2009) untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang
dapat menyebabkan masalah mobilisasi dini dapat segera dilakukan.
b.
Menurut Chapman (2006), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi pasca persalinan
adalah sebagai berikut:
a. Rendahnya pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam mewujudkan pelaksanaan
mobilisasi dini pasca persalinan. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah terhadap manfaat dari
mobilisasi maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya. Pengetahuan yang
dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu postpartum tersebut akan
mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa ada kecenderungan apabila
pengetahuan seseorang baik terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai
sikap positif terhadap masalah yang dihadapinya, dan sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu kurang
terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap negatif.
Tingginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap respon dan tanggapan terhadap suatu
obyek atau situasi baru. Tanggapan tersebut akan menimbulkan gambaran dari seseorang untuk menerima
atau menolak hal baru yang diterimanya. Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi
dini tentu saja akan mempengaruhi sikap dalam pelaksanaan mobilisasi dini post partum.
b.
c. Depresi
Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami depresi. Biasanya depresi berlangsung
sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya
berupa mudah tersinggung , menangis, tanpa sebab, gelisah, takut pada hal yang sepele (Chapman, 2006).
d. Nyeri atau rasa tidak nyaman
Rasa nyeri setelah melahirkan membuat ibu enggan untuk mulai belajar mclakukan pergerakan,
dimana seluruh alat reproduksi mengalami perubahan, rasa nyeri saat buang air kecil, buang air besar. Hal
ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman, besar kemungkinan ibu akan lebih memilih
berbaring terus, diatas tempat tidur, dan pelaksanaan mobilisasi tentu saja akan terhambat (Chapman,
2006).
e. Kecemasan
Kecemasan ibu terhadap ketidakmampuan dalam melakukan mobilisasi sangat berpengaruh pada
tingkat keberhasilan saat melakukan pergerakan, ibu harus mempunyai keyakinan untuk dapat melakukan
mobilisasi dengan cepat dan tepat. Mobilisasi yang dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang benar
dan bertahap dapat mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh secara umum (Chapman, 2006).
5.
Menurut Siregar (2009), ada enam hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan mobilisasi dini,
diantaranya :
a. Rasa kepercayaan diri untuk dapat melakukan mobilisasi dengan cepat adalah salah satu cara untuk
melatih mental
b. Mobilisasi yang dilakukan segera mungkin dengan cara yang benar dapat mempercepat proses pemulihan
kondisi tubuh
c. Gerakan tubuh saja tidak menyebabkan jahitan lepas atau rusak, buang air kecil harus dilatih karena
biasanya setelah proses persalinan normal timbul rasa takut untuk buang air kecil, dan akhirnya kesulitan
untuk buang air kecil
d. Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap agar sernua sistem sirkulasi dalam tubuh bisa menyesuaikan
diri untuk dapat berfungsi dengan normal kembali
e.
Jantung perlu menyesuaikan diri, karena pembuluh darah harus bekerja keras selama masa pemulihan.
Mobilisasi yang berlebihan bisa membebani kerja jantung.
f.
Tetap memperhatikan pola nutrisi. Sebaiknya mengkonsumsi yang berserat, supaya proses pencemaan
lancar dan tidak perlu terlalu mengedan saat buang air besar.
.
.
.
Berdiri
Duduk
Berpindah dari satu kelompok lain, seperti :
Dari tempat tidur ke kursi,
Berjalan : dengan bantuan (1). Penyangga kaki dari logam, 2). Sepatu khusus, 3). Bidai, 4). Kaki palsu),
Menggerakkan tubuh, bahu, tangan dan lengan untuk berbagai macam gerakan, seperti : 1).
Menggerakkan dan melepaskan pakaian, 2). Menjaga kebersihan pribadi, 3). Mengerjakan pekerjaan
rumah tangga
Melakukan gerakan badan
Kursi roda : di dorong oleh orang lain di jalanan sendiri. (Roper, 2002)
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien :
Mempertahankan kenyamanan
Bentuknya meliputi :
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke
atas abdomen.
Tujuan :
1.
Pemeriksaan alat genetalia
2.
Proses persalinan
3.
Pemasangan alat kontrasepsi
6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest)
Pada posisi genu pektoral, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur.
Tujuan : pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid
2. Memindahkan pasien dari tempat tidur satu ke kursi roda
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda.
Tujuan :
1.
melatih otot skelet mencegah kontraktur
2.
Mempertahankan kenyamanan pasien
3.
mempertahankan kontrol diri pasien
4.
Memindahkan pasien untuk pemeriksaan (diagnosa, fisik)
3. Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat
Pada tindakan ini pemindahan pasien dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan ini
dapat dari tempat tidur atau ke brankart atau dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain.
Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh melakukan
pemindahan sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien ke tempat tidur ke kursi
roda.
Tujuan : Memindahkan pasien dari rungan satu ke ruangan yang lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan
diagnostik atau pindah ruangan)
2. Tulang
Merupakan jaringan hidup yang mempulnyai banyak suplai darah.Tulang dapat tumbuh dan memperbaiki
dirinya. Fungsi tulang sebagai tuas untuk menggerakkan otot-otot dan menyimpan kalsium dan fosfat,
mengeluarkannya bila dibutuhkan.
3. Tendon
Merupakan jaringan ikat yang kuat, berwarna putih dan tidak elastis untuk melekatkan otot pada tulang.
4. Ligamen
Merupakan pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian
lain untuk menyangga suatu organ.
5. Otot
Otot dibagi menjadi 3, yaitu:
Otot skeletal yaitu otot yang ditemukan pada tulang rawan atau kulit. Dikendalikan melalui sistem
syaraf pusat, serat-seratnya memperlihatkan garis-garis melintang.
Otot polos ditemukan pada dinding visera dan pembuluh darah. Dikendalikan melalui sistem syaraf
otonom, serat-seratnya tidak memperlihatkan garis melintang.
Otot jantung yang hanya ditemukan di jantung
6. Sistem syaraf
Jaringan syaraf dibentuk dari neuron yang sel-selnya terkadang mengalami proses yang sangat panjang
dikhususkan untuk penghantar implus syaraf yang menyokong dan memberi makan neuron-neuron. Neuron
adalah unit dasar sistem persyarafan. (Cambridge Comunication Limited, 1998)
g. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI
1. Penyakit tertentu dan cidera
Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipe
aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang
mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan.
2. Budaya
Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan
halus dan merasa tabu bila mengerjakan aktivitas berat dan pria cenderung melakukan aktivitas lebih berat.
3. Energi
Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa
mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia
pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.
h. RESIKO BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI
Berbagai masalah dapat terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini, misalnya :
1.
Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat klien
sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.
2.
Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak
dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama.
3.
Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada
posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
4.
Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh adanya
gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta
kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.
F. Tahapan Mobilisasi
Menurut Anggraini (2010), karena lelah setelah melahirkan, ibu hsudah diperboleharus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalanjalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi,
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Menurut Sujuyatini (2011), pelaksanaan ambulasi dini pada ibu post partum dilakukan secara bertahap
dan disesuaikan dengan kondisi ibu. Setelah persalinan selesai ibu bisa mengawali ambulasi dengan
latihan menarik nafas dalam dan latihan tungkai secara sederhana. Kemudian dilanjutkan dengan duduk
dan menggoyangkan tungkainya ditepi tempat tidur. Jika ibu tidak merasa pusing, ibu bisa melanjutkan
berjalan.
MOBILISASI POST SC
b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.