Anda di halaman 1dari 15

TOPIK

KEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN MUDA

A. Definisi kegawatdaruratan pada kehamilan muda

Kegawatdaruratan kehamilan muda merupakan salah satu komplikasi

terbanyak pada kehamilan berupa perdarahan yang bisa di kaitkan dengan

kejadian abortus misscarriage yang di maksud sebagai prdarahan

kehamilan muda adalah perdarahan melalui vagina yang terjadi pada masa

kehamilan, bukan perdarahan dari organ / sistem organ lain.

Perdarahan pervagina merupakan keluhan umum yang banyak di jumpai

oleh ibu yang mengalami masa kehamilan muda dan merupakan penyebab

cukup tinggi teruma jika di ketahui ada perdarhan pada kehamilan. Oleh

karena itu, setiap perdarahan pada awal kehamilan dapat di anggap akan

menggancam kelangsungan kehamilan.perdarahan kehamilan muda dapat

di sebabkan oleh bermacam macam keadaan, tetapi yang tersering adalah

abortus penyebab lain adalah KET dan molahidatidosa.

B. Pengkajian kegawatdaruratan pada kehamilan muda

a. Perdarahan pervaginam

Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan :

Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya

dan sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva

(jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri),

dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).


b. Klien tidak sadar/kejang

Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan,

periksa: tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih

dari 38C)

c. Demam yang berbahaya

Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa

temperatur (lebih dari 39C), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru

(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen),

payudara bengkak.

d. Nyeri abdomen

Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan

darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/

menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status kehamilan).

e. Perhatikan tanda-tanda berikut :

Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit

kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.Peran

bidan pada kegawatdaruratan kebidanan.

C. Dignosa kegawatdaruratan pada kehamilan muda

Dari hasil pengkajian diatas dapat ditegakan diagnosa

Bidan dan dokter akan melakukan pemantauan janin selam akehamilan,

untuk mendeteksi komplikasi potensial yang terjadi. Salah satu metode

pengetahuan yang digunakan adalah pemantauan denyut jantung janin atau

yang lebih dikenaal sebagai fetal hearth rate (FHR) monitoring.


FHR monitoring dapat membantu dokter mengidentifikasi:

 Perkembangan hipoksia ( kondisi ketika janin tidak menerima

jumlah oksigen yang cukup) dengan menganalisis pola denyut

jantung janin

 Kontraksi ibu

 Respon janin terhadap hipoksia

 Resiko-resiko lain

D. Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan pada kasus : abortus

imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit,

KET, Molahidatidosa

a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena akibat

akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22

minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar

kandungan (saifuddin AB, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal,2006).

Macam macam / jenis dan derajat abortus :

1. Abortus imminiens

Imminiens merupakan abortus tingkat prmulaan, terjadi

perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup

dan hasil konsepsi masih baik di dalam uterus. Abortus Iminens

(Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya

terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama

hari atau minggu serta dapa mempengaruhi satu dari atau lima

wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari

kehamilan ini akan berakhir dengan abortus . Abortus iminens

didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20

minggu

mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat

berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai

sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti

saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma

serviks, kehamilan ektopik,

dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens

karena dapat memberikan perdarahan pada vagina.

Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi

vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain

membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi .

 Tanda dan gejala abortus imminiens :

 Perdarahan sedikit/ bercak

 Kadang di sertai rasa mules/ kontraksi

 Pemeriksaan dalam belum ada pembukaan


 Palpasi : tinngi fundus uteri sesuai usia

kehamilan (uterus membesar sebagaimana usia

kehamilan)

 Hasil tes kehamilan positif

 Penatalaksanaan

 Tirah baring

Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah

aliran darah ke uterus dan mengurangi terangsang

mekanis.

 Periksa tanda tanda vital (suhu ,nadi, pernapasan,

tekanan darah).

 Kolaborasi dalam pemnerian sedativa (untuk

mengurangi rasa sakit dan cemas), tokolisis dan

progesteron, preparat hematimik (seperti sulfas ferosus

atau tablet besi).

 Hindari intercouse

 Diet tinggi protein dan tambahan vitamin c

 Berikan vulva minimal 2X sehari untuk mencegah

infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat

2. Abortus inspiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil

ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar

gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat

dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa

dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang

perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan

yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi

harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan

mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan

kontraindikasi.

 Tanda dan gejala

 Perdarahan banyak disertai bekuan

 Mules hebat (kontraksi makin lama, makin kuat, dan

makin sering)

 Ostium uteri eksternum mulai terbuka (serviks terbuka)

 Pada palpasi tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

 Penatalaksanaan

 Apabila bidan menghadapi kasus abortus

insipiens, segera konsultasi dengan dokter

kebidanana sehingga pasien mendapat

penanganan yang cepat.

 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, banyak

pervorasi pada kerokan lebih besar, maka


sebaiknya proses abortus di percepat dengan

pemberian infus oksitosin.

 Biasanyanya penatalaksanaan di lakukan pada

kehamilan kurang dari 12 minggu, yang di sertai

perdarahan adalah pengeluaran janin atau

pengosongan uterus memakai kuret fakum atau

cunam abortus, di susul dengan kerokan

memakai kuret tajam.

 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih

tertinggal, di lakukan pengeluaran secara

manual

3. Abortus inkomplit

Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil

konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian

tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus

berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap

terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap

sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan

berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi

sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus

insipiens.

 Tanda dan gejala :


 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa

terdapat bekuan darah

 Rasa mules (kontraksi) tambah hebat

 Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka

 Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat di

raba dalam cavum uteri atau kadang kadang

sudah menonjol dari eksternum atau sebagian

jaringan keluar

 Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa

janin di keluarkan dapat menyebabkan syok

 Penatalaksanaan

Dalam menghadapi kasus abortus inkomplit, bidan

dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga tidak

merugikan pasien.penatalaksanaan yang biasanya di

lakukan pada kasus abortus inkomplit ini adalah :

 Bila di sertai syok karena perdarahan, di berikan

infus cairan fisiologis Nacl atau RL dan

transfusi darah selekas mungkin

 Setelah syok di atasi, di lakukan kerokan uret

tajam dan di berikan suntikan untuk

mempertahankan kontraksi otot otot uterus


 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih

tertinggal, di lakukan pengeluaran plasenta

secara manual.

 Di berikan antibiotika untuk mencegah infeksi.

4. Abortus komplit

Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus

komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada

abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi

rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari

perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka

rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga

dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus

masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau

endometritis pasca abortus harus dipikirkan.

 Tanda dan gejala :

 Perdarahan banyak

 Mules sedikit atau tidak ada (kontraksi uterus)

 Ostium uteri telah menutup

 Uterus sduah mengecil

 Ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa

dalam uterus

 Diagnosis komplit di tegakkan bila jaringan

yang keluar juga di periksa kelengkapannya


 Penatalaksanaan

 Untuk mendapatkan gambaran yang jelas

tentang abortus komplit, bidan dapat

berkonsultasi dengan dokter shingga tidak

merugikan pasien.

 Tidak memerlukan tetapi khusus, tetapi untuk

membantu infolusi uteri dapat di berikan

methergin tablet

 Bila pasien anemia dapat di berikan sulfas

perous (zat besi) atau transfusi darah

 Di berikan antibiotika untuk mencegah infeksi

 Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin dan

mineral

5. Kehamilan ektopik terganggu (KET)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang pertumbuhn sel

telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding

endometrium Atau suatu kehamilan yang mengalami abortus

atau pun ruptur dengan tempat implantasi abnormal.angka

kejadian ini dapat meningkat seiring dengan adanya resiko

berupa faktor infeksi genetalia interna.

 tanda dan gejala

 sakit seperti tertusuk di perut panggul bahu dan

leher
 nyeri pada salah satu sisi di bagian bawah perut

yang memburuk seiring waktu

 nyeri di dubur daat buang air besar

 perdarahan ringan hingga berat dari vagina,

dengan warna darah yang lebih gelap dari darah

menstruasi

 puisng atau lemas

 diare

 Penatalaksanaan

Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan

membutuhkan tindakan bedah. Tindakan bedah ini

dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif

( biasanya salpingotomi ) dan tindakan itu dilakukan

dengan jalan laparaskopi atau laparatomi. Laparatomi

merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara

hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak terlatih

dengan laparaskopi, fasilitas dan persediaan untuk

melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan

teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak

kasus, pasien-pasien ini membutuhkan salpingektomi

karena kerusakan tuba yang banyak.

6. Molahidatidosa
Mola berasal dari Bahasa Latin yaitu “mola” yang berarti

konsepsi palsu sedangkan hidatidosa berasal dari Bahasa

Yunani yaitu “hydatis” yang berarti setetes air atau kista yang

berisi air.Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang

berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan

hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa

degenerasi hidropik.Mola hidatidosa merupakan kehamilan

abnormal yang ditandai oleh beberapa vesikel seperti anggur

yang mengisi dan meregangkan rahim, biasanya dengan tidak

adanya janin utuh.

 Tanda dan gejala

Gejala Klinis

a) Perdarahan pervaginam merupakan gejala yang

sering dijumpai yaitu pada 90% kasus. Biasanya terjadi

pada trimester pertama. pasien mengeluhkan gejala ini

sebelum 3 bulan kehamilan dan hanya sepertiganya

yang mengalami perdarahan dengan jelas. Darah

bercampur dengan cairan gelatin yang berasal dari

rupture kista

b) Nyeri perut bagian bawah dengan berbagai derajat

yang diakibatkan
oleh pelebaran uterus yang berlebihan, perdarahan yang

tersembunyi, jarang diakibatkan oleh perforasi uterus

dikarenakan invasive mola, infeksi atau kontraksi uterus

saat mengekspulsi kan isinya.

c) Gejala konstitusional, seperti: pasien tampak sakit

tanpa alasan yang jelas, muntah berlebihan dikarenakan

kadar korionik gonadotropin yang tinggi dialami pada

sekitar 14-32% dan sekitar 10% mengalami muntah

berat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Sesak

nafas akibat embolisasi dari sel trofoblas (2%).

Tampilan tirotoksik seperti tremor, takikardia dijumpai

pada sekitar 2% kasus dikarenakan meningkatnya kadar

korionik tirotropin.

d) Ekspulsi vesikel seperti anggur secara pervaginam

merupakan diagnostik mola. Sekitar 50% kasus mola

tidak diduga sampai ekspulsi

sebagian atau seluruhnya.

 Penatalaksanaan

Apabila bidan menghadapi penderita dengan gambran

klinuks kehamilan ektopik, maka tugas bidan adalah


merujuk penderita ke pusat pelayanan kesehatan yang

lebih lengkap untuk mempersiapkan evaluasi dan

memperbaiki keadaan umum bila di perlukan.

Sebagai gambaran penatalaksanaan medis, prinsip

penanganan adalah :

 Memperbaiki keadaan umum misalnya dengan

pemberian transfusi darah untuk memperbaiki

syok atau anemia dan menghilangkan atau

mengurangi penyakit seperti preeklamsia dan

tirotoksikosis.

 Pengeluaran jaringan mola (evakuasi), ada 4

cara yaitu :

o Uretase

o Histerektomi (pengangkatan rahim )

o Terapi provilaksis dengan sitostatika

o Pemeriksaan tindak lanjut

 Tunda kehamilan dengan kontrasepsi

 Memberikan dukungan emosi pada penderita

ibu dan keluarga

 Komplikasi

 Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan

syok, bila tidak segera di tangani dapat berakibat

fatal
 Perdarahan yang berulang ulang dapat

mnyebabkan anemia

 Infeksi sekunder

 Pervorasi karena tindakan dan keganasan

 Dapat menjadi karsinoma.

Anda mungkin juga menyukai