Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

“Mengidentifikasi Perkembangan KB di Indonesia”

DOSEN PENGAMPU :

Ai Ana Rodiana, M. Keb

DISUSUN OLEH:

Yuliawati (A.15.20.0043)

Zahra Fadhilah (A.15.20.0044)

Zulfa Salsabila (A.15.20.0045)

Eva Sriyani (A.15.20.0046)

Kamila Tsamratul Fuadah (A.15.20.0047)

Lulu Muhaeroh (A.15.20.0048)

Mega Lestari (A.15.20.0049)

Nia Akmalia (A.15.20.0050)

Siti Asiah (A.15.20.0051)

AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga “Mengidentifikasi Perkembangan KB di
Indonesia”.

Makalah ini saya susun dengan maksimal dan saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan
keluarga ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Cianjur, 16 maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 LatarBelakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1. Sejarah Perkembangan KB di Indonesia...............................................3


2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB....................4
2.3. Organisasi yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia........5

BAB III PENUTUP..................................................................................................16

3.1. Kesimpulan.........................................................................................16
3.2. Saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara ke 4 yang mempunyai jumlah penduduk
terbanyak di dunia dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang minim.Untuk
meningkatkan SDM diperlukan upaya peningkatan kecerdasan terutama di bidang
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi (Sarwono, 2005, hal. 204).
Berdasarkan data yang diperoleh sekitar 10% remaja putri melahirkan anak
pertamanya pada usia 15-19 tahun. Kehamilan remaja menyebabkan peningkatkan
risiko angka kematian pada ibu dan bayi lebih tinggi dibandingkan pada wanita
yang hamil pada usia 20 tahun. Hal ini terjadi dikarenakan kebanyakan remaja tidak
memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas,
yang disebabkan kurangnya informasi tentang pendidikan seks di kalangan remaja,
mereka juga tidak memiliki akses pelayanan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi (Widyastuti, Rahmawati, Ningrum, 2010, hal. 102).
Untuk menanggulangi masalah ini salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi maka dicanangkan program Keluarga Berencana
(KB). Tujuan dari program KB adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, termasuk dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas (BKKBN, 2005, hal. 45).Oleh karena itu, saya membuat makalah terkait
“Mengidentifikasi perkembangan KB di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan masalah pokok
penelitian, yaitu “Mengidentifikasi perkembangan KB di Indonesia”

1
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan KB di Indonesia?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia?
3. Apakah organisasi yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan KB di Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di
Indonesia
3. Untuk mengetahui organisasi organisasi yang mempengaruhi KB di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan KB di Indonesia

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia dirintis oleh para ahli kandungan
sejak tahun 1950-an dengan maksud untuk mencegah angka kematian ibu dan bayi yang
tinggi pada waktu itu.

Pada tahun 1957, terbentuklah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)


yang merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang KB. Namun, aktivitasnya
banyak mendapat hambatan, terutama dengan adanya KUHP nomor 283 yang melarang
penyebarluasan gagasan mengenai keluarga berencana.

Pada tahun 1967, akhirnya PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta, diambil keputusan bahwa dalam
usahanya mengembangkan dan memperluas program KB, PKBI akan bekerjasama dengan
instansi pemerintah. Pada tahun itu juga, Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisi kesadaran pentingnya merencanakan jumlah anak dan
menjarangkan kelahiran sebagai hak asasi manusia. Setelah urun rembuk dengan para
menteri serta tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, pada tanggal 17 Oktober
1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan status sebagai
Lembaga Semi Pemerintah. Kemudian pada tahun 1970, ditetapkanlah Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai
kepalanya. Pada tahun 1972, lembaga ini resmi menjadi Lembaga Pemerintah Non-
departemen yang berkedudukan langsung di bawah Presiden.

3
2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia

Faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia yaitu sosial


ekonomi, budaya, pendidikan, status wanita dan agama, (Handayani, 2010, hal. 17).

a. Sosial ekonomi

Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia


akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia.
Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang
digunakan.Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu
mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi
keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.

Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara akan


lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih
tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.

b. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode


kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat
mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat
pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia
layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan
yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan


keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode.Beberapa studi telah

4
memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan
yang lebih berpendidikan.Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan
menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi.

d. Agama

Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam


memilih metode.Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa
sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama
islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita
mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan
sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka
dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat
menjadi masalah.

e. Status wanita

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka


memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi.Di daerah daerah
yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang
lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki
lebih banyak suara dalam mengambil keputusan.Juga di daerah yang wanitanya
lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh
berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami
sebelum layanan KB dapat diperoleh.

2.3 Organisasi – organisasi yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia

I. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

5
PKBI merupakan salah satu LSM yang menjadi pelopor keluarga
Berencana dan berkomitmen meningkatkan status kesehatan reproduksi rakyat
Indonesia.

a) Sejarah

Riwayat perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) adalah suatu


riwayat kepeloporan. Misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan
manusia yakni persoalan reproduksi, yang padanya melekat berbagai norms,
tabu dan juga peraturan-peraturan, Bagi pengerak-penggeraknya motivasi
kemanusiaan, menolong sesama untuk kesehatan dan kesejahteraan ekonomi,
merupakan dorongan yang penting.

PKBI didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 bertempat di gedung IDI A


Dr. Sam Ratulangi 29 Jakarta, yang melibatkan tokoh-tokoh pendiri antara lain
seperti DR R.Soeharto, Ny. Dr. Hurustiati Soebandrio, Ny Nani Soewondo SH,
Ny Untung, Ny H.RABS Samsuridjal, Prof DR. Sarwono, Prawirohardjo , Ny
Pojotomo, Dr. M. Judono, Dr.R.Hanifa Winyosastro, Ny Roem, Dr. Koen S
Martiono. Tokoh seperti Dr Abraham Stone (telah meninggal) dan Mrs Dorathy
Brush (juga telah wafat) bersama Dr. R Soeharto (juga telah wafat) pernah
menghadap Presiden Soekarno yang saat itu tetap tidak membenarkan usaha
keluarga berencana secara luas terbuka atau sebagai unsur politik
kependudukan, meskipun demikian beliau dapat menyetujui keluarga berencana
dengan cara tubektomi sekalipun demi kesehatan dan keselamatan sang ibu.

Pada tahun 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang
dikoordiner oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Pada tahun 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang
dikoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

6
b) Filosofi

Perkumpulan percaya bahwa keluarga adalah pilar utama untuk


mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah
keluarga bertanggung jawab, yaitu keluarga yang menunaikan tanggung
jawab dalam dimensi kelahiran, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan
masa depan.

· Dimensi Kelahiran : Artinya bahwa kelahiran anak dalam setiap keluarga


terjadi atas keinginan yang direncanakan.

· Dimensi Pendidikan artinya bahwa pendidikan dalam setiap keluarga


ditujukan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan
dan kepribadian, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk setiap
anggota keluarga serta dilaksanakan secara dialogis.

·Dimensi Kesehatan, artinya bahwa kesehatan keluarga ditujukan untuk


terpenuhinya kebutuhan hidup sehat yang mengutamakan upaya pembebasan
dari ketergantungan obat-obatan kimiawi (lebih prefentif dari pada kuratif).

·Dimensi Kesejahteraan artinya bahwa kesejahteraan itu mencerminkan


martabat manusia (human dignity) lebih daripada pemilikan harga (not
having but being).

·Dimensi Masa depan artinya bahwa masa depan anak itu ditentukan sendiri
oleh mereka, dan bukan oleh orang tuanya.

c) Misi

Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggung


jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program,
pengembangan jaringan, dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kependudukan secara umum dan secara khusus di bidang kesehatan

7
reproduksi.

d) Nilai.

Tidak membedakan ras, agama, warna kulit, aliran politik, umur,


jenis kelamin, status ekonomi dan fisik.Melakukan pendekatan pelayanan
yang manusiawi, holistic dan berkelanjutan.Berpegang teguh pada semangat
profesionalisme, kemandirian, kepeloporan, dan kerelawanan, dan tidak
semata-mata untuk mencari keuntungan (not merely to profit) Menjunjung
tinggi nilai-nilai kesetaraan, demokratisasi, dan keadilan social.

e) Struktur Organisasi

Struktur organisasi PKBI berbentuk vertical dari tingkat pusat,


daerah/propinsi dan cabang/kabupaten. Terdiri dari 2 kelompok pelaku
organisasi yaitu kelompok pengambil kebijakan umum (governing body)
dan kelompok staf pelaksana (Executive Team) Untuk membantu tugas
mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan umum
(Governing Body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team), Untuk
membantu tugas mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan
perkumpulan, dibentuk pula Panitia Ahli yang terdiri dari para pakar
dibidangnya dan sudah memahami PKBI dan dunia LSM.

Struktur organisasi staf pelaksana dipimpin oleh Direktur pelaksana pusat,


Direktur Pelaksana diangkat dan bertanggung jawab kepada pengurus
Nasional Khusus untuk mengelola Wisma PKBI, Pengurus menunjuk
langsung seorang Manager Wisma PKBI, Pengurus langsung seorang
Manager wisma dan bertanggung jawab kepada PHN.

· Tujuan

8
Memperkuat kemampuan organisasi, membangun komunikasi internal dan
eksternal di semua tingkatan, meningkatkan profesionalisme dan
memperluas akses ke sumber-sumber dana dan pendukung lainnya.

Area Kegiatan:

1) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan perkumpulan di


semua tingkat dalam rangka mendapatkan dan menggali dana untuk
pelaksanaan program-programnya.

2) Mengembangkan Sumber Daya Manusia, baik bagi staf dan relawan


melalui pelatihan dan berbagai cara lain di perkumpulan maupun di lembaga
lain.

3) Mengintensifkan bimbingan dan pertemuan-pertemuan teknis.

4) Mengembangkan dan menerangkan system Informasi management pada


semua tingkatan untuk memenuhi kebutuhan internal dan ekternal.

5) Memperkuat citra perkumpulan melalui pengembangan jaringan dengan


pihak lain, lembaga donor, pemerintah, media dan melalui penyebaran
informasi mengenai konsep "Keluarga Bertanggung Jawab" dan kegiatan-
kegiatan perkumpulan.

6) Memperluas peran Perkumpulan untuk mengakomodasi kebutuhan


pelatihan internal dan eksternal.

7) Mengembangkan alat management, khususnya pedoman supervises ke


cabang-cabang.

II. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional).

9
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan
untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program
nasional.

Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan


dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang
dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.

· Dasar pertimbangan pembentukan BKKBN

1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan


lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.

2. Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat


maupun pemerintah secara maksimal.

3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan


terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

· Tugas pokok BKKBN

1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha


pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-
unit pelaksana.

2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok


kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga
Berencana Nasional.

3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-


pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

10
4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing
maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras
dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan


yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi


6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN.

Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning)


dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif.

Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan


programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan.

· Perkembangan BBKBN dimasa sekarang

v VISI : Keluarga berkualitas 2015.

v MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal,


sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak
reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan
promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga,
serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.

· Tugas pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan


keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

11
· Landasan hukum

TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN; UU No. 22/1999 ttg OTODA; UU No.
10/1992 ttg PKPKS; UU No. 25/2000 ttg PROPENAS; UU No. 32/2004 ttg
PEMERINTAHAN DAERAH; PP No. 21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS;
PP No. 27/1994 ttg PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN; KEPPRES
No. 103/2001; KEPPRES No. 110/2001; KEPPRES No. 9/2004;
KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001

· Filosofi BKKBN : Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga


berencana.

· Grand Strategi:

1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program


KB.

2. Menata kembali pengelolaan program KB.

3. Memperkuat SDM operasional program KB.

4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan


KB.

5. Meningkatkan pembiayaan program KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik,


profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran,
kreatif/ inovatif.

Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan,


pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian,
pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased),
pendekatan lintas sektor.

12
· Strategi

1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB


nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.

2.Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan


kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat
sampai dengan tingkat daerah.

· Tujuan

1. Keluarga dengan anak ideal.

2. Keluarga sehat.

3. Keluarga berpendidikan.

4. Keluarga sejahtera.

5. Keluarga berketahanan.

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.

7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS )

13
Contoh Kasus :

Ibu ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang lama dan tidak ingin jika
mempengaruhi kualitas dan produksi ASI-nya, karena ibu sedang menyusui dan berencana
untuk menyusui selama ± 2 tahun. Setelah menjelaskan tentang implan bahwa implan tidak
menganggu produksi dan kualitas ASI. Maka, ibu setuju dengan tindakan yang akan
dilakukan dan keadaan fisik ibu yang mendukung untuk melaksanakan tindakan
pemasangan. Tindakan pemasangan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai
rencana dan tahap pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan. Peneliti tidak menemukan
hambatan yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien dan
keluarga yang kooperatif dan adanya sarana serta fasilitasi yang mendukung dalam
pelaksanaan tindakan.

Pasca pemasangan implan, menganjurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan


luka insisi untuk mencegah infeksi dan eksplusi. Pada kunjungan pertama, Ny “N” masih
merasakan nyeri dan bengkak pada bekas pemasangan implan, klien tetap diberikan
konseling tentang rasa nyeri, bengkak dan tampak merah yang dirasakan merupakan hal
yang normal, suatu proses penyembuhan dan akan hilang 3 atau 5 hari pasca pemasangan.
Bekas luka pemasangan tersebut tetap harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pasca
pemasangan untuk mencegah infeksi dan komplikasi lainnya (Saifuddin, 2010). Tidak
menekan atau membuka plaster/band aid sampai luka insisi sembuh. Ny “N” mengerti
dengan apa yang dijelaskan dan melakukan apa yang telah dianjurkan.

Pemantaun kedua pada hari ketiga yaitu Ny “N” merasakan nyeri dan bengkak
semakin berkurang, menganjurkan untuk tetap menjaga kebersihan luka bekas pemasangan
implan dan Ny “N” melakukan hal tersebut.

Pemantuan ketiga pada hari ketujuh pasca pemasangan implan, Ny “N” sudah tidak
merasakan nyeri dan bengkak serta kering bagian lengan bekas pemasangan implan,
plaster/band aid terlepas pada hari kelima pasca pemasangan implan.

14
Pada pemantauan kali ini menjelaskan kembali pada ibu tentang efek samping implan yaitu
adanya perubahan pola haid seperti amenorea (tidak haid), spotting (pendarahan bercak),
eksplusi (keluarnya kapsul implan), infeksi, berat badan naik/turun dan menganjurkan
untuk menghindari benturan atau tekanan pada daerah insisi tersebut, ibu bisa segera
bekerja seperti biasanya secara rutin dan ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan akan
melakukan apa yaang dianjurkan.

Pemantauan keempat dilakukan pada hari ke tiga puluh lima pasca pemasangan
implan, Ny “N” merasakan nyeri pada lengan yang terpasang implan, ketika mengangkat
barang yang berat, nyeri segera menghilang ketika beban diletakkan. Menganjurkan pada
Ny “N” untuk tidak memakai lengan yang terpasang implan mengangkat barang yang berat,
memindahkan barang yang berat untuk wanita tidak anjurkan untuk mengangkat, ibu
mengerti dengan yang dijelaskan dan tidak akan melakukan lagi hal tersebut.

Pada pemantauan terakhir hari kelima puluh enam, keadaan ibu selama menjadi
akseptor baru implan, Ny “N” mengalami amenorea dan penurunan berat badan. Hal ini
telah diberikan tindakan asuhan kebidanan yaitu menjelaskan kepada ibu tentang salah satu
efek samping implan yaitu dapat menyebabkan amenorea (tidak haid), kemungkinan besar
salah satu faktor ibu tidak haid yaitu karena saat ini ibu sedang menyusui. Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa menyusui selama 8 kali dalam sehari, selama ± 6
bulan merupakan metode amenorea laktasi. Ibu sebelumnya sudah mengetahui efek
samping dari implan sehingga ibu siap dan menerima hal tersebut.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Program Kb adalah program Yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menekan


laju pertumbuhan penduduk Yang semakin tahun semakin meningkat. Program KB
mempunyai lebih banyak keuntungan dari pada kerugiannya, maka sebaiknya kita juga
harus mendukung pemerintah untuk melaksanakan program kb dengan cara pembicaraan
santai kepada para tetangga, ikut berpartisipasi dalam rangka penyuluhan program kb dari
desa ke desa. Pemerintah harus menyiapkan semua hal yang di perlukan untuk
mensukseskan program KB, seperti pembenahan infrastruktur posyandu di pedesaan,
penyuluhan program KB Dan lain lain. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.

3.2 Saran
Sebaiknya jika seorang wanita sudah ingin menikah atau telah memiliki keluarga
sebaiknya ia mengatur jarak kehamilan antara anak yang satu dan yang lain serta
sebaiknya melahirkan cukup dua anak saja karena pemerintah juga sudah membuat
program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk mengatur kehidupan keluarga
serta menurunkan anggka kelahiran di Negara Indonesia khususnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://asuhankebidanan29.blogspot.com/2017/10/mengidentifkasi-perkembangan-kb-di.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

https://stikesypib.ac.id/blog/sejarah-keluarga-berencana-di-dunia-internasional-dan-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai