PENGERTIAN Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara: 1. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah lapisan dermis. 2. Intracutan (IC)/ Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis 3. Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh 4. Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular untuk pemberian obat perenteral ini Prinsip Pemberian Obat (12 Benar) 1. Benar Klien a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri. b. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat c. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat d. Membedakan klien dengan dua nama yang sama 2. Benar Obat a. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan b. Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat c. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali: 1) Pada saat melihat botol atau kemasan obat. 2) Sebelum menuang/menghisap obat. 3) Setelah menuang/ mengisap obat a. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah b. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut c. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa 3. Benar Dosis Obat1 1. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien. 2. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. 3. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. 4. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu. 4. Benar Waktu Pemberian1 1. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 2. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan. 3. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. 4. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan 5. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan. 6. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat. 5. Benar Cara Pemberian (rute) 1. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai. 2. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral 3. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral 4. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan. 6. Benar Dokumentasikan . Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. 7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb. Lanjutan… 8. Hak klien untuk menolak: Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan Inform consent dalam pemberian obat. 9. Benar pengkajian: Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat. 10. Benar evaluasi: Perawat selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya. Lanjutan… 11. Benar reaksi terhadap makanan Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin. 12. Benar reaksi dengan obat lain Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang. Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belumpasti. Buka sebelum diberikan pada klien. Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai. Lanjutan… Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat. Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus. Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya Prinsip Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, obat disiapkan dan diberikan dengan menggunakan prinsip steril. Larutan obat, jarum dan spuit yang telah terkontaminasi, akan menyebabkan terjadinya infeksi. Obat-obat yang diberikan melalui parenteral ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat yang diberikan melalui sistem gastrointestinal, karena obat tidak perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal sebelum akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Obat intra muscular diabsorbsi lebih cepat daripada oabt subcutaneous atau ontradermal, karena otot memiliki jaringan pembuluh darah yang lebih banyak daripada kulit atau jaringan subkutan. Lanjutan Prinsip Obat intradermal merupakan obat yang diabsorbsi paling lambat karena obat harus melalui beberapa jaringan epitel sebelum akhirnya masuk kedalam pembuluh darah. Karena itu cara intradermal digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk mengetahui reaksi organ dan jaringan terhadap adanya alergi, yang biasa disebut skin test. Absorbsi melalui subcutaneos relatif lambat tetapi efektif untuk absobsi sejumlah obat yang tidak diabsorbsi melalui sistem gastointestinal. Keuntungan pemberian obat melalui parenteral Obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan olehnya. Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat oral. Kerugian Pada Pemberian Obat Melalui Parenteral Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk. Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat melalui parenteral juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan tehnik steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini. Pemberian obat perenteral ini kontraindikasi untuk klien yang mengalami masalah perdarahan atau sedang mendapatkan terapi antikoagulan. Spuit Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible. Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml jarang digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 -1 ml dan dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml. Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial: 1. Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial 2. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya. 3. Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini. 4. Buang bekas ampul pada tempat khusus (Safety box) Hal-hal yang harus diperhatikan 1. Alergen yang digunakan untuk test dapat menyebabkan reaksi sensitivitas atau alergi. 2. Yakinkan tersedianya obat antidot (epinephrine hydrochloride, bronchodilator dan antihistamin) di unit sebelum dimulai 3. Reaksi alergi atau sensitivitas ini dapat FATAL 4. Jika obat mual atau nyeri diberikan dalam bentuk yang berbeda (oral, parenteral atau rektal), biarkan Klien memilih sebelum menyiapkan obat. 5. Jika klien confuse, diperlukan bantuan untuk menstabilkan tempat tusukan dan mencegah kerusakan jaringan dari jarum Tempat injeksi IM Pengkajian sebelum injeksi dilakukan, difokuskan pada: Program pemberian obat dari dokter Tempat penusukan terakhir, alergi dan respon Klien pada penyuntikan sebelumnya, yang tercatat pada catatan keperawatan klien Tanda-tanda pada tempat tusukan (memar, kemerahan, kerusakan kulit, nodul atau edema) Faktor yang menentukan ukuran jarum yang sesuai (umur dan ukuran tubuh klien, tempat injeksi, viskositas dan efek sisa dan obat) INTRAVENA Pengertian Injeksi Intravena Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena secara langsung dengan menggunakan spuit (alat suntik) dengan sudut 15 – 30 derajat sejajar dengan vena Tujuan Injeksi Intravena Tujuan suntikan Untuk memperoleh reaksi obat cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parental, Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan, Untuk memasukan obat kedalam jumlah yang lebih besar. Lokasi Injeksi Intravena: Pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika) Pada tungkai (vena saphenous) Pada leher (vena jugularis) Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis) Pada mata kaki (vena dorsal pedis) Lokasi Injeksi Intravena: Pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika) Pada tungkai (vena saphenous) Pada leher (vena jugularis) Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis) Pada mata kaki (vena dorsal pedis) Lanjutan… Banyak dari para tenaga medis yang melakukan suntik intravena pada bagian lengan tangan. suntikan harus diusahakan berpindah-pindah, misalnya suntikan awal di lengan kanan, maka suntikan kedua di lengan kiri. Ini untuk menghindari efek atropi pada daerah suntikan, yang bisa mengganggu proses absorbsi suntikan. Biasanya tempat ideal adalah lengan atas, namun bagi yang melakukan suntik sendiri, bagian perut dan paha luar adalah tempat yang dibutuhkan. Akan tetapi saran untuk melakukan suntik dengan tenaga medis yang telah berpengalam sangant di anjurkan. Bahaya Injeksi Intravena Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock atau kepala terasa pusing. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan anatara 50- 70 detik lamaya dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang sudah berpengalaman. SUB CUTAN Tempat penyuntikan dengan sudut 45 derajat 1. Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu 2. Paha sebelah luar 1/3 dari sendi panggul 3. Perut sekitar umbilikal Kekurangan SC adalah kesulitan mengontrol kecepatan absorpsi dari deposit SC, terjadi komplikasi lokal (iritasi dan nyeri pada tempat injeksi) sehingga tempat injeksi harus berganti-ganti untuk mencegah akumulasi obat yang tidak terabsorpsi karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Penyuntikan SC di Musculus Deltoid INTRAMUSCULAR (IM) Tempat Penyuntikkan dengan sudut 90 derajat: 1. Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior) ke tulang ekor (os coksigis) 2. Otot paha 3. Otot pangkal lengan Suntikan IM untuk imunisasi bayi INTRACUTAN (IC) Tujuan: 1. Mendapatkan reaksi setempat 2. Memberikan kekebalan/ imunisasi Sudut 10-15 derajat Tempat Penyuntikkan: 1. Lengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu, ditengah musculus deltoideus. ex: imunisasi BCG 2. Lengan bawah: bagian depan 1/3 dari lekukan siku, di kulit yang sehat jauh dari pembuluh darah Suntikan IC untuk skin test (tes alergi antibiotik) KESIMPULAN Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat ke jaringan tubuh yang dapat dilakukan dengan cara: 1. Subcutaneous (SC) 2. Intracutan (IC) 3. Intramuscular (IM) 4. Intravenous (IV) SELAMAT BERLATIH