Anda di halaman 1dari 45

TEKHNIK PEMBERIAN

OBAT SECARA PARENTERAL

SOFFA ABDILLAH, SST


PENGERTIAN
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan
dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian
obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara:
1. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan
yang berada dibawah lapisan dermis.
2. Intracutan (IC)/ Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke
dalam lapisan dermis, dibawah epidermis
3. Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan
otot tubuh
4. Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena
Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara
intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan
intraarticular untuk pemberian obat perenteral ini
Prinsip Pemberian Obat (12
Benar)
1. Benar Klien
a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien
dengan memeriksa gelang identifikasi dan meminta
menyebutkan namanya sendiri.
b. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
c. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah
obat
d. Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
a. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
b. Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang
tepat
c. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca
label obat minimal tiga kali:
1) Pada saat melihat botol atau kemasan obat.
2) Sebelum menuang/menghisap obat.
3) Setelah menuang/ mengisap obat
a. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
b. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
c. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat1
1. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
2. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan
untuk obat yang bersangkutan.
3. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah
dosis yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang
diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung
kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
4. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat
tertentu.
4. Benar Waktu Pemberian1
1. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
3. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
4. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
5. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
6. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
1. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh
harus tepat dan memadai.
2. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan
sebelum memberikan obat-obat peroral
3. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan
obat melalui rute parenteral
4. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap
bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan.
6. Benar Dokumentasikan
.   Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi
yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal
medikasi klien   
  Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan
masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat
seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat
yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan
yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah
pembeian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan
obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang
diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit, dsb.
Lanjutan…
8. Hak klien untuk menolak: Klien berhak untuk
menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajian: Perawat selalu memeriksa TTV
(Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10. Benar evaluasi: Perawat selalu melihat/ memantau
efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
Lanjutan…
11. Benar reaksi terhadap makanan     Obat memiliki
efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum
atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan
harus diberi satu jam sebelum makan misalnya
tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus
diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain     Pada penggunaan
obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazol penggunaan pada penyakit kronis
Beberapa hal yang harus diperhatikan
saat menyiapkan obat
Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin,
insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang.
Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat
belumpasti. Buka sebelum diberikan pada klien.
Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan
obat-obat dan
kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa
label untuk memastikan isinya sesuai.
Lanjutan…
Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut
pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat.
Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca
jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus.
Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian
awal, seperti tanda vital.
Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya
Prinsip
Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh,
obat disiapkan dan diberikan dengan menggunakan prinsip steril.
Larutan obat, jarum dan spuit yang telah terkontaminasi, akan
menyebabkan terjadinya infeksi. Obat-obat yang diberikan
melalui parenteral ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat
yang diberikan melalui sistem gastrointestinal, karena obat tidak
perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal
sebelum akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah.
 Obat intra muscular diabsorbsi lebih cepat daripada oabt
subcutaneous atau ontradermal, karena otot memiliki jaringan
pembuluh darah yang lebih banyak daripada kulit atau jaringan
subkutan.
Lanjutan Prinsip
Obat intradermal merupakan obat yang diabsorbsi
paling lambat karena obat harus melalui beberapa
jaringan epitel sebelum akhirnya masuk kedalam
pembuluh darah. Karena itu cara intradermal
digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk
mengetahui reaksi organ dan jaringan terhadap adanya
alergi, yang biasa disebut skin test.
 Absorbsi melalui subcutaneos relatif lambat tetapi
efektif untuk absobsi sejumlah obat yang tidak
diabsorbsi melalui sistem gastointestinal.
Keuntungan pemberian obat melalui
parenteral
Obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh
darah.
Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak
dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau
malah akan dihancurkan olehnya.
Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau
tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau
menelan obat oral.
Kerugian Pada Pemberian Obat Melalui
Parenteral
Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan
disuntuk.
Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan
tidak nyaman pada klien.
Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada
jaringan.
Pemberian obat melalui parenteral juga dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan tehnik
steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini.
Pemberian obat perenteral ini kontraindikasi untuk klien yang
mengalami masalah perdarahan atau sedang mendapatkan
terapi antikoagulan.
Spuit
Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan
cair atau suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk :
ampul, vial dan unit disposible.
Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan
spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml.
Spuit yang lebih dari 5 ml jarang digunakan untuk
menyuntik SC atau IM.
 Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk
menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5
-1 ml dan dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran
1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit tuberkulin ini
digunakan untuk memberikan obat dibawah ml.
Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan
menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui parenteral.
Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan
(kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan
sesuai dengan label) serta tanggal kadaluarsa obat pada label
vial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan
obat dan vial:
1. Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial
2. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat
menyiapkannya.
3. Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini.
4. Buang bekas ampul pada tempat khusus (Safety box)
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Alergen yang digunakan untuk test dapat menyebabkan
reaksi sensitivitas atau alergi.
2. Yakinkan tersedianya obat antidot (epinephrine
hydrochloride, bronchodilator dan antihistamin) di unit
sebelum dimulai
3. Reaksi alergi atau sensitivitas ini dapat FATAL
4. Jika obat mual atau nyeri diberikan dalam bentuk yang
berbeda (oral, parenteral atau rektal), biarkan Klien memilih
sebelum menyiapkan obat.
5. Jika klien confuse, diperlukan bantuan untuk menstabilkan
tempat tusukan dan mencegah kerusakan jaringan dari jarum
Tempat injeksi IM
Pengkajian sebelum injeksi dilakukan,
difokuskan pada:
Program pemberian obat dari dokter
Tempat penusukan terakhir, alergi dan respon Klien
pada penyuntikan sebelumnya, yang tercatat pada
catatan keperawatan klien
Tanda-tanda pada tempat tusukan (memar, kemerahan,
kerusakan kulit, nodul atau edema)
Faktor yang menentukan ukuran jarum yang sesuai
(umur dan ukuran tubuh klien, tempat injeksi,
viskositas dan efek sisa dan obat)
INTRAVENA
Pengertian Injeksi Intravena
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena secara langsung dengan menggunakan spuit
(alat suntik) dengan sudut 15 – 30 derajat sejajar dengan vena
Tujuan Injeksi Intravena
Tujuan suntikan Untuk memperoleh reaksi obat cepat diabsorbsi daripada
dengan injeksi parental, Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan,
Untuk memasukan obat kedalam jumlah yang lebih besar.
Lokasi Injeksi Intravena:
Pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika)
Pada tungkai (vena saphenous)
Pada leher (vena jugularis)
Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis)
Pada mata kaki (vena dorsal pedis)
Lokasi Injeksi Intravena:
Pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika)
Pada tungkai (vena saphenous)
Pada leher (vena jugularis)
Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis)
Pada mata kaki (vena dorsal pedis)
Lanjutan…
Banyak dari para tenaga medis yang melakukan suntik
intravena pada bagian lengan tangan.
suntikan harus diusahakan berpindah-pindah, misalnya
suntikan awal di lengan kanan, maka suntikan kedua di
lengan kiri. Ini untuk menghindari efek atropi pada
daerah suntikan, yang bisa mengganggu proses absorbsi
suntikan. Biasanya tempat ideal adalah lengan atas,
namun bagi yang melakukan suntik sendiri, bagian perut
dan paha luar adalah tempat yang dibutuhkan. Akan
tetapi saran untuk melakukan suntik dengan tenaga
medis yang telah berpengalam sangant di anjurkan.
Bahaya Injeksi Intravena
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan
terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat,
karena dengan cara ini “benda asing” langsung
dimasukan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah
mendadak turun dan timbulnya shock atau kepala terasa
pusing. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan
terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah
meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi
intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan anatara 50-
70 detik lamaya dan harus dilakukan oleh tenaga medis
yang sudah berpengalaman.
SUB CUTAN
Tempat penyuntikan dengan sudut 45 derajat
1. Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu
2. Paha sebelah luar 1/3 dari sendi panggul
3. Perut sekitar umbilikal
Kekurangan SC adalah kesulitan mengontrol
kecepatan absorpsi dari deposit SC, terjadi komplikasi
lokal (iritasi dan nyeri pada tempat injeksi) sehingga
tempat injeksi harus berganti-ganti untuk mencegah
akumulasi obat yang tidak terabsorpsi karena dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.
Penyuntikan SC di Musculus Deltoid
INTRAMUSCULAR (IM)
Tempat Penyuntikkan dengan sudut 90 derajat:
1. Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS
(Spina Iliaca Anterior Superior) ke tulang ekor (os
coksigis)
2. Otot paha
3. Otot pangkal lengan
Suntikan IM untuk imunisasi bayi
INTRACUTAN (IC)
Tujuan:
1. Mendapatkan reaksi setempat
2. Memberikan kekebalan/ imunisasi
Sudut 10-15 derajat
Tempat Penyuntikkan:
1. Lengan atas : 3 jari  dibawah sendi bahu, ditengah
musculus deltoideus. ex: imunisasi BCG
2. Lengan bawah:  bagian depan 1/3 dari lekukan
siku, di kulit yang sehat jauh dari pembuluh darah
Suntikan IC untuk skin test (tes alergi
antibiotik)
KESIMPULAN
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat
yang dilakukan dengan menyuntikkan obat ke jaringan
tubuh yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Subcutaneous (SC)
2. Intracutan (IC)
3. Intramuscular (IM)
4. Intravenous (IV)
SELAMAT BERLATIH

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai