bentuk oral. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti pasien
yang tidak sadar/kejang (stesolid supp), hemoroid (anusol), konstipasi (dulcolax
supp).
c. Topikal yaitu pemberian obat melalui membran mukosa atau kulit misalnya tetes
mata, spray, krim, losion, salep.
d. Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui saluran cerna atau diluar usus
yaitu melalui vena (perinfus/perset).
e. Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak dipakai karena aman,
nyaman, dan ekonomis dan obat juga dapat diabsorpsi melalui rongga mulut seperti
Tablet ISDN.
10. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan
cara mencocokkan program pengobatan pada pasien, nama, nomor register, alamat
untuk mengidentifikasi kebenaran obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien
dengan nama yang sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu
obat, dan klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.
11. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok
khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan dengan mempertimbangkan berat badan klien (mg/BB/hari), dosis obat
yang diminta/diresepkan, dan tersedianya obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien.
12. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan
informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk menanyakan nama generik
dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien meragukan obatnya, maka perawat
harus memeriksanya lagi dan perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari
obat yang diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat mengembalikan obat ke
tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan obat dari
tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi. Itulah 12 Obat Benar.
Untuk kepentingan terbaik pasien dan menghindari malpraktik, maka 12 Obat Benar
atau Prinsip 12 Benar Cara Pemberian Obat harus dipahami dan dilaksanakan
dengan baik oleh setiap perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit. Hak-hak
pasien sebagai konsumen harus terlindungi dan jadilah pasien cerdas sehingga
dapat mengontrol perawatan yang diberikan
Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur,
spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat
benar untuk diberikan kepada pasien.
3.
Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4.
1.
2.
3.
4.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
5.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.
Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.
Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan