Anda di halaman 1dari 26

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Farmakologi


Dosen Pengampu : Vina Fuji Lastari, S.Kep., Ners.
Semester : Non Reg brebes I (satu)
Nama : EPA TRIASTUTI
Nim : CKX0170008

Jawablah pertanyaan dibawah ini menurut pemahaman anda !


1. Apa saja peran perawat dalam ilmu farmakologi ?
2. Apa yang anda ketahui tentang farmakokinetik dan farmakodinamik ?
3. Bagaimana cara kerja obat-obatan jenis diuretik ?
4. Sebutkan golongan obat jenis analgetik ! Dan berikan contoh obat pada masing-
masing golongan tersebut ?
5. Sebutkan 3 contoh obat yang termasuk golongan analgetik, lengkap dengan indikasi,
efek samping dan cara pemberian !
Jawaban :
1. Peran perawat dalam ilmu farmakologi
Membantu dalam pemberian obat,menjelaskan efek samping dan indikasi dari
obat,maka dari itu perawat perlu mengetahui ilmu Farmakologi dalam tindakan kolaboratif
hendaknya terlebih dahulu dapat difahami pengertian farmakologi itu sendiri oleh seorang
perawat.
Tujuan pengorganisasi farmakologi adalah agar dokter dan perawat dapat memiliki
dan menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran dan
keamanannya.
Perawat ubertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan
obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi
bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada
efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi
, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang
diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting,
karena :
a. Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
b. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa obat itu
benar diminum oleh pasien.
c. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu.
d. Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
1. Prinsip-prinsip pemberian obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh
perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahan
kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan
turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis
yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:
a. Benar Klien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab
dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus
diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang
identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas kliendan meminta klien
menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama
sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap
klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat
harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan.
Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi (sekolah,
kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk
secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.
b. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh seorang dokter, dokter
gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang
dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus
ditandatangani oleh dokter yang Perintah pengobatan mungkin diresepkan
menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah : (1)
tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat, (4) rute pemberian,
(5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan
kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah
yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak
lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter
tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and Hayes, 1996 ).
 Perawat bertanggungjawab untuk mengikuti perintah yang tepat
 Perawat harus menghindari kesalahan yaitu dengan membaca label obat
minimal 3x:
 Pada saat melihat botol atau kemasan obat
 Sebelum menuang atau mengisap obat
 Setelah menuang atau mengisap obat
 Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
 Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
 Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
c. Benar Dosis Obat
 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat
dan dosis obat yang diresepkan atau diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain.
 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
d. Benar Waktu Pemberian
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
 Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua
kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap
6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat
dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
yang tertentu.
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan unutk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu.
 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan.
 Memberikan obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan.
 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
e. Benar Cara Pemberian
 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral.
 Menggunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral.
 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.
f. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan.
g. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada
pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti
manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat
dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat
dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari selama sakit dan sebagainya.
h. Benar Hak Klien untuk Menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
inform consent dalam pemberian obat.
 Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan
informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
 Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung
jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan
mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan .
i. Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa ttv sebelum pemberian obat.
j. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
k. Benar Reaksi terhadap Makanan
Obat memliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang
diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan.
l. Benar Reaksi dengan Obat Lain
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol
penggunaan pada penyakit kronis.

2. Implikasi keperawatan dalam pemberian obat


Implikasi keperawatan dalam farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
proses keperawatan antara lain pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi :
a. Keadaan pasien/identifikasi pasien
 Usia : Bayi, Anak-anak , Dewasa Dan Lansia
 Reaksi : Bagaimana Reaksi pasein setelah minum obat.
 Pola kebiasaan : Kebiasaan pasien pada waktu minum obat, misalnya dengan
memakai air minum, pisang dan lain-lain.
 Persepsi pasien tentang obat : khasiat obat, sugesti terhadap obat.
b. Keadaan obat / identifikasi obat
 Dosis obat sesuai umur pasien
 Bentuk obat apakah padat , cair suspensi
 Pengunaan obat : oral, sub-lingual, ditelan atau dikunyah.
c. Efek samping obat (side effect)
d. Etiket
 Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat luar diberi ektiket
biru).
 Tanggal/bulan/tahun kadaluarsa obat.
 Jenis obat (sedative, antihistamine, antibiotic, deuresis dll.
e. Keadaan pasien
Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi atau tidak
f. Ada tidaknya riwayat alergi obat
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis
dengan jelas pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat
lain yang lebih aman.
3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN
KOLABORASI PEMBERIAN OBAT
a. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
b. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika
mempersiapkan obat :
 Saat mengambil obat
 Saat membuka/menuang atau mencampur
 Saat mengembalikan.
c. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas
jangan dipakai.
d. Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar
e. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
f. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali
jelas ditugaskan kepada kita.
g. Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
h. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah
memberikan obat.
i. Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan masing-
masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-lain.
j. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada
tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.
k. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar
dengan mata.
l. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
m. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang
bertanggung jawab.
n. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:
a. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai
obat.
b. Mendukung keefektivitasan obat.
c. Mengobservasi efek samping dan alergi obat
d. Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
e. Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
f. Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan tanggung
jawab besar bagi perawat.
Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan
pengintrepretasian instruksi sesuai dengan penatalaksanaan obat. Obat harus tidak
diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat kegawatan. Tanggung
jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang memiliki
wewenang.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien
merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan
pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan
pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip
dalam pemberian obat.

2. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK


A. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan
ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan,
2009).
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran
cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah
cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus
halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter
persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat di masukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport
pasif.

Proses Absorbsi Obat


a. Metode absorpsi
 Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi
obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul
kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi
pada kedua sisi membrane seimbang.
 Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah
dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel.
Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
 Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
 Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
 Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran
cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung
dan memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained
release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal
ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat
menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi
sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

2. Distribusi

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah,segera terdistribusi ke orgn berdasarkan
jumlah aliran darahnya. Organ dengan
aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan ototlebih lambat

b. Permeabilitas kapiler

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat

c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat
terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
3. Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran
endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang
lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit,
juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit
hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal.
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi
aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru
terutama untuk eliminasi gas anastetik umum(Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat
dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk
menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di
dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
B. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang
terjadi (Gunawan, 2009).
1. Mekanisme Kerja Obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya
pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan
dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya
menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas
intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut
antagonis.
2. Reseptor Obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga
dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-
reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen.
Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat
menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
3. Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik.
Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim.
Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga
diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang
oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang
menyebabkan efek perangsangan.
4. Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah
(ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan
enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
5. Antagonisme Farmakodinamik
a. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
b. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan
efek farmakologi secara instrinsik
6. Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
a. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
b. Perubahan sifat osmotic
c. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat
terjadi efek diuretic
d. Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.
e. Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan
kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
f. Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan
metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP
sehingga eksitabilitasnya menurun.
g. Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA
yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
h. Masuk ke dalam komponen sel
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam
asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti
ini disebut antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.

3. CARA KERJA OBAT-OBATAN JENI DIURETIK


PENGERTIAN DIURETIK
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi
Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam
keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi
meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam
tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine
dan darah (Halimudin, 2007).
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal (Ahmad, 2009).
Pengaruh diuretik terhadap sekresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu
diuretik (Ahmad, 2009).
Berdasarkan cara bekerja Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah
dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic
apabila memenuhi 4 syarat: (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. (2) tidak atau
hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal. (3) secara farmakologis merupakan zat yang
inert, dan (4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolic (Katzung, 1998). Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat
diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas
plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli (Aidan, 2008).
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat
yang tinggi, atau adanya faktor lain(Aidan, 2008).
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga
terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na
sedikit. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah
dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea,
gliserin dan isisorbid (Aidan, 2008).
Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi
glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan
kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk
menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma (Aidan, 2008).
Beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:
1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk
mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darahj
keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan
menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit).
2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak yang
mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak yang yang
tidak mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian
otak yang injuri untuk pembengkakan (membesar).
3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada infuse lambat
dalam menurunkan Peningkatan Tekanan intra cranial.
4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal. ini
dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus dalam
mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal.
5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek yang sinergis dalam
menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol diberikan 15 menit
sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status
volume cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik(Aidan, 2008).
2. Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase bikarbonat.
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan
air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu
digunakan secara berselang-seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek
diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi
berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+
Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk
ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air.
Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja
dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam
dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid(Aidan, 2008).
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih
lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan
penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan
ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang
dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih
ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak
digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya
hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan
waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya
adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes
daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan
jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan
amilorida).
Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika
lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K,
proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya
adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip
dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap
hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga
dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada
gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%.
Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini
diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan
tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek
sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan
potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten:
Aldacton, Letonal(Aidan, 2008).
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan
epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak
digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki
kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh
obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan
untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di
bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi
sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca.
Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ;
asam etakrinat, furosemid dan bumetamid (Aidan, 2008).

4. GOLONGAN OBAT JENIS ANALGETIK DAN CONTOH OBAT PADA


MASING-MASING GOLONGAN TERSEBUT
ANALGETIK

Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Penyebab sakit/ nyeri.
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan
algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin
dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan
prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1,
E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.
Mekanisame:
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik:
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
a. Metadon.
Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di
rumah sakit.
Efek tak diinginkan:
 Depresi pernapasan
 Konstipasi
 Gangguan SSP
 Hipotensi ortostatik
 Mual dam muntah pada dosis awal
Methadon

b. Fentanil.
Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.

Fentanil
c. Kodein
Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya
disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

n
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal
dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-
narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek analgesiknya sama dengan aspirin.

Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.


Ibuprofen
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

Acetaminophen

c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
5. JENIS OBAT ANALGESIK : FUNGSI, EFEK SAMPING, DOSISNYA

Analgesik adalah sejenis obat yang dibuat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa
harus menghilangkan kesadaran seseorang. Analgesik memiliki sifat seperti narkotik, yaitu
menekan sistem saraf pusat dan mengubah persepsi terhadap rasa sakit yang diderita.
Analgesik sering kali digunakan bersamaan dengan beberapa jenis obat-obatan lainnya
seperti parasetamol dan kodein.

1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)

Merupakan jenis obat analgesik yang memiliki reaksi tubuh terhadap gangguan organ
tubuh (inflamasi) yang tidak terlalu kuat. Obat ini sangat tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh wanita hamil dan ibu menyusui.

Cara Kerja NSAID

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi kerja enzim prostaglandin (zat kimia yang
dihasilkan tubuh yang membuat rasa nyeri, demam, dan peradangan) sehingga menghasilkan
tingkatan yang lebih rendah. Akibatnya dapat mengurangi peradangan, rasa nyeri, dan
demam itu sendiri.

Beberapa jenis obat-obatan yang termasuk golongan ini antara lain :

ASPIRIN

Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, demam, serta saat terjadinya suatu peradangan.
Obat ini juga bisa digunakan untuk mengobati serta mencegah apabila terjadi serangan
jantung, stroke ataupun rasa nyeri pada dada.

Beberapa merk dagang untuk aspirin antara lain, Arthritis Pain, Ascriptin Enteric, Aspir 81,
Aspir-Low, Bayer Aspirin, Bayer Childrens Aspirin, Bufferin, Easprin, Ecotrin, Ecpirin,
Fasprin, Halfprin, Miniprin, St. Joseph Aspirin.
Penggunaan Aspirin
 Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anak-anak maupun remaja yang sedang terkena
demam, gejala flu, maupun cacar air, karena obat ini dapat menimbulkan efek samping
yang fatal bagi mereka. Seperti mereka akan mengalami syndrom reye, yaitu semcm
penyakit langka dimana cara kerjanya dengan mempengaruhi cara kerja otak dan hati.
 Bagi pasien yang mengalami gangguan perdarahan pada usus, perdarahan hemofilia,
maupun penderita yang alergi terhadap NSAID, sebaiknya menghindari penggunaan obat
ini.
 Pada wanita hamil, obat ini bisa mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi janin.
Yaitu gangguan pada jantung serta menurunnya berat badan saat lahir nantinya. Untuk
itu sebaiknya menghindari pemakaian obat ini.
 Bagi pasien yang mengalami gangguan asma, maag, penyakit hati, jantung, ginjal,
hipertensi, maupun polip, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Efek Samping Aspirin


Efek samping aspirin : Gatal-gatal, gangguan pernafasan, terjadi pembengkakan (pada wajah,
lidah, bibir, dan tenggorokan), mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.

Saat pasien menghentikan penggunaan aspirin, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti
mengalami kebingungan, halusinasi, gangguan pernafasan, kejang,mual, muntah, atau sakit
perut yang parah, batuk darah atau muntah yang, demam, serta mengalami pembengkakan
pada bagian tertentu.

IBUPROFEN

Merupakan salah satu anti inflamasi yang bekerja untuk mengurangi hormon penyebab
demam, peradangan dan nyeri pada tingkat ringan hingga sedang, seperti pada penderita sakit
kepala, sakit gigi, sakit punggung, arthritis, kram saat menstruasi, atau pada saat mengalami
cedera ringan.

Tentang Ibuprofen
 Beberapa merk dagangnya antara lain, Advil, Genpril, Midol, Motrin, Nuprin.
 Dosis penggunaan obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam.
Kontra indikasi :
 Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi bypass
jantung, karena obat ini dapat mengancam jantung seperti terjadinya serangan jantung
atau stroke.
 Bagi penderita yang memiliki sejarah penyakit jantung, stroke, gagal jantung, hipertensi,
maag, asma, gangguan hati, ginjal, polip, maupun gangguan perdarahan sebaiknya
menghubungi dokter sebelum mengkonsumsi obat ini, karena dapat mengakibatkan efek
serius pada perut atau usus, termasuk perdarahan.
 Bagi wanita hamil dan menyusui, penggunaan ibuprofen selama 3 bulan dapat
membahayakan janin.
Efek samping :
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain timbulnya ruam,telinga berdenging,
sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.

CELEBREX (CELEXOCIB)

Digunakan untuk mengurangi hormon penyebab radang dan nyeri pada tubuh, seperti
arthritis, ankylosing spondylitis, nyeri haid, serta polip pada usus.

Dosis pemakaian : 100 hingga 400 mg perhari.

Kontra indikasi :

 Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi jantung,
karena obat ini dapat menimbulkan serangan jantung atau stroke.
 Bagi penderita yang memiliki riwayat sejarah serangan jantung, stroke, penyakit jantung,
gagal jantung, tekanan darah tinggi, maag, gangguan hati , penyakit ginjal, epilepsi,
asma, polip, gangguan pembekuan darah, maupun yang alergi terhadap jenis NSAID
seperti aspirin, sulfa, dan yang lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum
menggunakannya, karena obat ini dapat mengakibatkan efek serius pada perut atau usus.
 Begitu juga bagi wanita hamil, maupun menyusui, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum penggunaanya, karena dapat membahayakan kondisi
janin.

Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini seperti timbulnya gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan), gangguan pada
perut ( seperti diare, kembung, sering buang gas), pusing, gugup, hidung meler atau
tersumbat, sakit tenggorokan, dan timbulnya ruam pada kulit.

Anda mungkin juga menyukai