ATRAUMATIC CARE
DOSEN : AYU PUSPITA, Ners., M.Kep
DISUSUN OLEH :
MAHASISWA TINGKAT II B
LEONARDO 2018.C.10a.0975
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Atraumatic Care. Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya.
saya menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1
BAB 2
2.1.1 Paradigma Keperawatan
Anak......................................................................5
2.1.2 Prinsip-prinsip Keperawatan
Anak...............................................................6
2.2 Perawatan Atraumatic Pada
Anak...................................................................6
2.2.1 Definisi Perawatan Atraumatic Pada
Anak...................................................6
2.2.2 Prinsip Perawatan Atraumatic Pada Anak....................................................7
2.2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi..........................................................10
2.2.4 Permainan Terapeutik.................................................................................12
2.2.5 Pencegahan Kecelakaan Pada
Anak............................................................13
2.2.6 Intervensi Keperawatan..............................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Diharapkan dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai
konsep atraumatic care sehingga dapat hendaknya diaplikasikan dalam pemberian
asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2 Prinsip-prinsip Perawatan Anak
Prinsip-prinsip dalam asuhan keperawatan anak (Hidayat, 2005) yaitu:
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.
Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari
ukuran fisik saja, karena anak mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan menuju proses kematangan
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab komprehensif
dalam memberikan asuhan keperawatan anak misalnya anak tidak
merasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi
atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sabagai makhluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang.
6
keperawatan anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih
dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan.
Menurut (Whaley and Wong 1995) dalam Wong (2005) atraumatic care
merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim pelayanan kesehatan
melalui intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor yang dialami
oleh anak dan keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan
atraumatik juga disebut dengan perawatan yang terapeutik yang meliputi pada
pencegahan trauma, hasil diagnosa, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi yang
akut maupun kronis. Dan Wiggins (1994) dalam (Wong, 2005) mengungkapkan
bahwa stresor lingkungan yang sering dialami oleh anak adalah lingkungan rumah
sakit yang tidak nyaman bagi mereka yang mengakibatkatkan anak stress selam
dirawat dirumah sakit.
7
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang,
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat di
rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya,
maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak
cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak
bereaksi negatif waktu pulang ke rumah (Mc.Ghie, 1996) dalam Juli (2008).
Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat
dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan
materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga. Jika dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk
penyembuhan sangat berkurang.
8
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya,
distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak
dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk
tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan
apa yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang
tua. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik
anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau
prosedur yang akan dilakukan pada anak. Aktivitas bermain dilakukan
perawat pada anak akan memberikan keuntungan seperti meningkatkan
hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak,
dan bisa mengekspresikan perasaan anak. Pertimbangkan untuk
menghadirkan orang tua pada saat dilakukan atau prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan
menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang
tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
9
atau individu pada mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang
menyebabkan kondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno, 2007).
10
anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan,
perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
11
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat
MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan
kontrol
Reaksi yang muncul :
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
a. bertanya-tanya
b. menarik diri
c. menolak kehadiran orang lain.
12
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
13
Hal ini merupakan kecelakaan yang umum terjadi pada anak-anak di
bangsal rumah sakit. Tempat tidur harus dirancang sehingga bagian sisi
tempat tidur dapat dikunci dan cukup tinggi sehingga anak yang mulai
berjalan tidak dapat memanjat keluar. Karena itu perawat harus menjamin
bahwa sisi tempat tidur terkunci setelah menyelesaikan suatu tindakan.
2. Mandi
Tersiram air panas ataupun tenggelam merupakan konsekuensi dari
perencanaan dan prosedur yang sembrono. Oleh karena itu suhu air harus
aman bagi anak. Untuk mencegah tenggelam maka diperlukan pengawasan
yang konstan selama mandi. Tidak selalu memungkinkan untuk mencegah
anak masuk kamar mandi, karena hal ini sebagian besar tergantung pada
penataan bangsal.
3. Obat-obatan Penyimpanan
Obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hukum yang mengikat
semua perawat. Selama pembagian obat harus dibawah pengawasan
perawat.
4. Peralatan (rumah sakit)
Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat dipakai dan
secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman seperti termometer, mainan
dari rumah sakit, spuit, dan lain-lain.
14
d. Surat menyurat, bertemu teman sekolah
3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
b. Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
c. Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
d. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang
tua dalam perencanaan kegiatan
4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
a. Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri
b. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
c. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
d. Tunjukkan sikap empati
e. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
a. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua
untuk belajar.
b. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit
anak.
c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
e. Memberi support kepada anggota keluarga.
6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
a. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
b. Mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.
2) Kenalkan pada pasien yang lain.
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
15
5) laksanakan pengkajian.
6) Lakukan pemeriksaan fisik.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena
bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk
perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan
kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic car
ebukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian
pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak
dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis. Aktivitas
bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang
banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif
dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya
maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara
efektif.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai perawatan atraumatik,
dapat menunjang kita dalam mengaplikasikan konsep ini saat praktek keperawatan
anak di RS dan dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 Cetakan 3 Jilid
Ke 2. Jakarta: Salemba Medik.
Bets, Cecili Lynn.. 2009. Buku Saku : Keperawatan Pediatric Edisi 5 Cetakan Pertama.
Jakarta: EGC.
Kurniawati, Sri. 2009. Skripsi: Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan
Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan. Medan: USU
Repository.
Mansjoer, Arif Et All. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Breving, R. M., Ismanto, A. Y., Onibala, F. (2015). Pengaruh penerapan
atraumatic care terhadap respon kecemasan anak yang mengalami
hospitalisasi di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof. DR.
R.D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan. 3(2): 1-9
17