Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
GARDENIA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH :

WINDY WIDIYA
(2018.C.10a.0991)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Studi Kasus ini Disusun Oleh :
Nama : Windy Widiya
Nim : 2018.C.10a.0991
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Lapotan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.
A Diagnosa Medis Pneumonia dan Kebutuhan Oksigenasi
di ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melaksanakan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh
Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PENGUJI PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nia Pristina, S.Kep., Ners Erik Sihombing, S.Ke., Ners

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Meilitha Carolina, M.Kep.

ii

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Kebutuhan
Oksigenasi Pada Tn.A dengan Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang Gardenia
RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Erik Sihombing,S.Kep., Ners selaku kepela ruang Flamboyan RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Dahlia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 8 Juni 2020

Penyusun
iii

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................6
1.1 Latar Belakang....................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................8
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................8
1.4.1 Untuk Mahasiswa.....................................................................8
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya..................................................8
1.4.3 Untuk Institusi..........................................................................8
1.4.4 Untuk IPTEK............................................................................9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................10


2.1 Konsep Penyakit .......................................................................................10
2.1.1 Definisi...........................................................................................10
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................10
2.1.3 Etiologi...........................................................................................14
2.1.4 Klasifikasi......................................................................................15
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................15
2.1.6 Manifestasi Klinik..........................................................................17
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................17
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................18
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................18
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar..........................................................................19
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................................27
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................27
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................28
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................29
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................34
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................34

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................35


3.1 Pengkajian.................................................................................................35
3.1.1 Identitas Klien..................................................................................35
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan....................................................35
3.1.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................36
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan......................................................................39
3.1.5 Sosial-Spiritual................................................................................41
3.1.6 Data Penunjang ...............................................................................42
3.1.7 Penatalaksanaan Medis....................................................................43
3.2 Tabel Analisa Data....................................................................................46

4
3.3 Rencana Keperawatan...............................................................................50
3.4 Implementasi Dan Evaluasi.......................................................................55

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................62


4.1 Kesimpulan...................................................................................................65
4.2 Saran.............................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimanu pulmonary
alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer
menjadi inflame dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia
juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau fisika dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum
alkohol (Murwani, A : 2013). Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian
dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada
anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi
Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir
disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di
seluruh dunia. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia
sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu
untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit
di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di
negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk 2
November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat
kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap penyakit.

Menurut WHO (World Health Organization) angka kematian akibat


pneumonia pada tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian
tertinggi terjadi di negara berkembang sebanyak 92% atau 29.000 orang/hari
(Rahman dkk, 2014). Kematian sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular
seperti pneumonia (15 %), diare (9%), dan malaria (7%) (WHO, 2013).Di
Indonesia, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap
1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari usia, ini
meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40% individu
yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara 5-10%
diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di Indonesia
adalah sekitar 20-30%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki

6
episode berulang dari pneumonia. Cakupan penemuan pneumonia yang ditemukan
dan diobati sesuai dengan standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2015 sebanyak 455 orang(1.93%) lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah
penderita pneumonia pada tahun 2014 sebesar 462 orang (1,9%).

Menurut data yang di peroleh dari kementrian kesehatan indonesia angka


kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang, salah satunya
Indonesia. Tahun 2010 di Indonesia, pneumonia termasuk dalam 10 besar
penyakit rawat inap di rumah sakit. Angka kematian penyakit tertentu atau crude
fatality rate (CFR) akibat penyakit ini pada periode waktu tertentu dibagi jumlah
kasus adalah 7,6 persen. Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia
menyebabkan 15 persen kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015.
Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak
dibawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun. Tercatat jumlah penderita
radang paru tersebut mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal.
Pneumonia adalah penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri, jamur,
dan virus. Jenis bakteri yang paling umum menyebabkan pneumonia
adalah Streptococcus pneumoniae.  Namun secara umum, berikut adalah faktor-
faktor penyebab pneumonia: Pneumonia akibat jamur. Jenis pneumonia ini paling
sering dialami oleh orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
mengidap penyakit kronis, Pneumonia akibat virus. Pneumonia juga bisa
disebabkan oleh virus yang menjadi pemicu flu  atau pilek. Biasanya yang paling
sering mengalami pneumonia ini adalah balita, Pneumonia aspirasi. Pneumonia
ini disebabkan karena pengidap tidak sengaja menghirup objek asing, contohnya
muntah, ludah, ataupun makanan dan minuman, Jenis kuman yang menjadi
penyebab pneumonia juga dipengaruhi oleh lokasi tempat penularan terjadi.
Contohnya, kuman penyebab pneumonia yang ada di lingkungan umum berbeda
dengan jenis kuman penyebab pneumonia yang ada di rumah sakit. Kuman
penyebab pneumonia sendiri bisa menyebar ketika pengidap sedang bersin atau
batuk. Virus dan bakteri penyebab pneumonia yang terkandung dalam bintik-
bintik liur yang dikeluarkan pengidap saat batuk atau bersin bisa menginfeksi
orang lain yang tidak sengaja menghirupnya. Risiko kamu terkena penyakit ini
pun semakin tinggi bila memiliki faktor-faktor berikut: Bayi dan anak-anak di

7
bawah usia 2 tahun, Lansia berusia di atas 65 tahun, Memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lemah akibat penyakit atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti
steroid, Punya kebiasaan merokok, Mengidap penyakit kronis, seperti asma,
diabetes, gagal jantung, ataupun penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), Lagi
menjalani pengobatan kanker,  seperti kemoterapi, Pernah mengidap penyakit
stroke sebelumnya, Sedang dirawat di rumah sakit. Pasalnya, virus dan bakteri
penyebab pneumonia cukup banyak ditemukan di rumah sakit.

Penanganan pada kasus pneumonia yang masih tergolong ringan, pengidap


tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pengobatan bisa dilakukan sendiri di rumah
dengan mengonsumsi antibiotik yang diresepkan oleh dokter serta banyak
beristirahat dan minum. Selain itu, pengidap juga dianjurkan untuk melakukan
hal-hal berikut agar gejala pneumonia bisa cepat mereda. Minum obat pereda rasa
sakit, seperti parasetamol atau ibuprofen yang bisa membantu menurunkan
demam. Namun, bagi pengidap pneumonia yang punya alergi terhadap aspirin
atau mengidap asma, tukak lambung dan gangguan hati, konsumsi obat pereda
rasa sakit tidak dianjurkan. Jangan mengonsumsi obat batuk. Batuk justru
merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru. Oleh karena itu,
hindari meredakan gejala batuk dengan cara mengonsumsi obat batuk. Melainkan,
kamu bisa minum air hangat yang dicampur madu dan lemon untuk mengurangi
batukmu. Berhenti merokok. Bila kamu sudah terdiagnosis mengidap penyakit
pneumonia, sebaiknya segera berhenti merokok karena kebiasaan ini bisa
memperparah pneumonia. Orang yang memiliki kondisi fisik yang sehat biasanya
bisa segera pulih setelah 2—3 minggu melakukan pengobatan. Namun, apabila
gejala pneumonia tidak kunjung membaik setelah 48 jam, sebaiknya segera
periksakan diri ke dokter. Oleh karena mungkin saja obat antibiotik yang kamu
minum kurang efektif atau pneumonia disebabkan oleh faktor lain. Pada kasus
pneumonia yang sudah parah, pengidap perlu dirawat inap di rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan medis. Di rumah sakit, pengidap akan diberikan
antibiotik dan cairan tubuh lewat infus, serta oksigen untuk membantu
pernapasan.

8
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat laporan studi kasus
tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan Pneumonia di Ruang Gardenia
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Untuk menambah wawasan dan
memberika informasi bagaimana cara pengobatan dan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami pneumonia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis
Pneumonia dan Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi di ruang Gardenia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Pneumonia di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka raya.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa mampu melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
diagnosa medis Pneumonia dan kebutuhan dasar manusia Oksigenasi.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.
A dengan diagnosa medis Pneumonia dan kebutuhan dasar manusia
Oksigenasi.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa
medis Pneumonia dan kebutuhan dasar manusia Oksigenasi.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis
Pneumonia dan kebutuhan dasar manusia Oksigenasi.

9
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis Pneumonia dan
kebutuhan dasar manusia Oksigenasi.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari Asuhan Keperawatan pada
Tn. A dengan diagnosa medis Pneumonia dan kebutuhan dasar manusia
Oksigenasi.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari Asuhan Keperawatan
pada Tn. A dengan diagnosa medis Pneumonia dan kebutuhan dasar
manusia Oksigenasi yang sudah dilaksanakan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Pneumonia secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidik dan Rumah Sakit)
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Pneumonia dan Asuhan Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien
dengan diagnosa medis Pneumoni melalui Asuhan Keperawatan yang
dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Untuk IPTEK
Serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat
yang dapat membantu.

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Pneumoni
2.1.1 Definis
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimanu pulmonary
alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer
menjadi inflame dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia
juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau fisika dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum
alkohol (Murwani, A : 2013).
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh terpapar infeksius (Bruner & Sudarth : 2012),
Pneumonia adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong
udara kecil di ujung saluran pernafasan dalam paru-paru. Pada pengidap
pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernafasan
dalam paru akan membengkak dan di penuhi cairan.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Saluran pernafasan dibagi atas dua bagian :
2.1.2.1 Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan
epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara
yang dihirup.
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung)
yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke
rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali
dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh
bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.

11
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar
tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang nasofaring (di
belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring
(laringo faring).
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri
atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan.

2.1.2.2 Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus,
segmen bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan.
1) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang
kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra
thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.
2) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah;
sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam
lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian
percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.

3) Paru-paru

12
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri
di dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.
Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura
parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura
yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas
dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut
terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut,
dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
2.1.2.3 Fisiologi pernafasan
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) didalam
tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.
1) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan
udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi
kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga
alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan
relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah
juga dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus
ciliaris yang sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron
dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians
(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya surfaktan yang terdapat pada

13
lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan
masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau
keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya
paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
dapat keluar secara maksimal.
2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan
CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhinya, di antaranya, pertama, luasnya
permukaan paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri
atas epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam
darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan
O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
pCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat,
afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3) Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan
Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%).
Kemudian pada transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (5%), kemudian
sebagian menjadi HCO berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di
antaranya curah jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi
sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh
kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi
denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban
yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir

14
diastol, natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi
aksi, kalsium berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain
dalam menentukan proses transportasi adalah kondisi pembuluh darah
latihan/olahraga (exercise), hematokrit (perbandingan antara sel darah dengan
darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit, dan Hb (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2012).

2.1.3 Etiologi
Menurut Arif mansjoer, dkk, 2013 Pneumonia bisa disebabkan oleh sebagai
berikut :
2.1.3.1 Bakteri 
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti: Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa. 
2.1.3.2 Virus 
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Adapun contoh virusnya adalah virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus, sitomegalovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma, Pneumococcus,
Streptococcus dan Staphilococcus.
2.1.3.3 Jamur 
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos. 
2.1.3.4 Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
2.1.3.5 Aspirasi
Biasanya disebabkan oleh makanan, cairan dan muntah.

2.1.3.6 Inhalasi
Disebabkan oleh racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

15
2.1.4 Patofisiologi (Patway)
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan
virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri
patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah
mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag(S. A. Price, 2014, Hal 804-814).

16
2.1.5.1 WOC PNEUMONIA
Etiologi : jamur, bakteri, virus, protozoa

Terhirup/teraspirasi

Masuk ke paru-paru

Proses peradangan

Pneumonia

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone


V
Pompaan darah tidak adekuat Reaksi radang pada Pompaan darah tidak Kuman terbawa di Reaksi radang pada
Reaksi radang pada adekuat saluran pencernaan
bronchus dan alveolus bronkus dan alveolus
bronchus dan alveolus
Curah jantung menurun Infeksi saluran
Aliran darah ke ginjal Fibrolisis dan
Fibrolisis dan pencernaan
Akumulasi sekret menurun pelebaran atelektasis
pelebaran atelektasis
Suplai O2 Ke Jaringan Menurun
Peningkatan flora normal
Gangguan ventilasi Produksi urine menurun
Gangguan difusi dalam usus Gangguan difusi
Kebutuhan O2 ridak
mencukupi
Dispnea (sesak nafas) Peningkatan peristaltik usus
Suplai oksigen ke 1. Gangguan Eliminasi Suplai oksigen ke
jaringan menurun Urin jaringan menurun
1. Penurunan curah 2. Defisit pengetahuan malabsorbsi
1. Pola nafas tidak efektif jantung
2. Perfusi jaringan Stimulus nyeri Diare Kelelahan
jantung

Nyeri Akut 1. Defisit nutrisi Intoleransi Aktivitas


2.1.5 Manifestasi klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Misnadiarly 2014, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat
dibagi menjadi:

2.1.5.1 Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2.1.5.2 Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.
2.1.5.3 Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki
2.1.5.4 Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada
karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
2.1.5.5 Tanda infeksi ekstrapulmonal

2.1.6 Komplikasi
Menurut Suyono (2013) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura
dan emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial
akut berupa efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus
50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma
pneumoniae sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik,
dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga
terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan
ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis
yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat
kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi
karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di

18
lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia,
tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


Menurut (Arif Muttaqin, 2011), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut.
2.1.7.1 Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.1.7.2 Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah): tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
2.1.7.3 Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab.
2.1.7.4 Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin. 
2.1.7.5 LED : meningkat 
2.1.7.6 Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia. 
2.1.7.7 Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah 
2.1.7.8 Bilirubin : mungkin meningkat 
2.1.7.9 Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut.
2.1.8.1 Kemoterapi 
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila
berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat

19
proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu
perlu penyesuaian dosis.

2.1.8.2 Pengobatan Umum 


1) Terapi Oksigen
2) Hidrasi 
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral 
3) Fisioterapi 
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenisasi


2.2.1 Definisi
Oksigen(O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh.Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
oksigen setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi
(Wartonah & Tarwoto 2003).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Carpenito, 2006).
Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi
respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme
yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan
CO² (hasil pembakaran sel).

2.2.2 Fisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1) Menghirup udara (inpirasi)

20
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk
melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi :
volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih
kecil.
2) Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
3) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa factor:
1. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
4) Difusi
1. Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
2. Luasnya permukaan paru-paru.
3. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan.
4. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi

21
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
5. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat
HB.
5) Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
2.2.3 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen:
1) Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya konsetrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan atas, peningkatan sputumyang berlebihan pada
saluran pernapasan.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya O2.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam, ibu
hamil,luka,dll.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskletal yang abnormal, penyakit kronik
seperti TBC paru.
2) Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur, yang disebabkan kurangnya surfaktan.
2) Bayi dan balita, adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko saluran pernapasan dan
merokok.

22
4) Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantungdan paru-
paru.
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3) Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas menyebabkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menyebabkan anemia, sehingga daya ikat
oksigen menurun, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
2) Aktivitas fisik: latihan akan meningkatkan kebutuhan oksigen
(meningkatkan heart rate dan respirasi).
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Alkohol dan obat-obatan: menyebabkan asupan nutrisi dan Fe
menurun yang mengakibatkan penurunan hemoglobin. Alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan: Menyebabkan metabolisme meningkat.
4) Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi)
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Konsentrasi oksigen pada
dataran tinggi cenderung lebih rendah, sehingga tubuh berespon
untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan untuk
memenuhi oksigenasi jaringan).
2.2.4 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi adalah proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru, apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.

23
Proses difusi adalah penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan, yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.5 Menifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
2.2.6 Komplikasi
1) Hipoksia
2) Hipoksemia
3) Hiperkapnia
4) Gagal napas
5) Gagal Jantung
6) Kematian
2.2.7 Pemeriksaan Diagnaostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1) EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

24
2) Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
4) Foto thorax : deviasi mediastinal adanya tegangan (tension).
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
Secara umum, langkah awal untuk mengatasi gangguan oksigen adalah
dengan terapi oksigen.
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
1) Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap, 2005). Yang
termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu.
2) Kateter nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O2
stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat
juga dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan
konsentrasi O2 lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap, 2005).
3) Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O2
stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul
dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2

25
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul
hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap, 2005).
4) Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi O2
yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi
dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi
O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah
(Harahap, 2005).
5) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi
O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender.
Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
6) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi
O2 yang diperoleh dapat mencapai 98%, tidak mengeringkan selaput lendir. 
Kerugian kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005)
7) Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi
oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi
O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu
sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas
yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk
mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat
diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini ±
4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk
pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan
kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2(Harahap,
2005).Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada
aliran rendah.

26
2.2.9 Masalah Oksigenisasi
1) Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen.
2) Perubahan Pola Nafas
1. Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit
karena paru-paru terjadi emboli.
2. Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang
terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi
jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
4. Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
6. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7. Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri.
8. Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
3) Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat
infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
4) Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
2.2.10 Penatalaksanaan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- Pembersihan jalan nafas
- Latihan batuk efektif

27
- Suctioning
- Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
- Atur posisi pasien ( semi fowler )
- Pemberian oksigen
- Teknik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan Pertukaran Gas
- Atur posisi pasien ( posisi fowler )
- Pemberian oksigen
- Suctioning
4) Nyeri Akut
- Berikan tekhnik relaksasi
- Atur posisi pasien (semi fowler)
- Pemberian analgetik

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis
data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien . Adapun tujuan utama dari
pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus
mengenai keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan
asuhan keperawatan. (Arif mutaaq, 2013). Pengkajian pada laparatomi
meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit psikososial.
a) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat,
dan tanggal masuk rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan/Perawatan

28
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit
emfisema bervariasi, antara lain : Demam, berkeringat dan menggigil,
Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau,
atau disertai darah, Sesak napas, nyeri dada ketika menarik napas
atau batuk, Mual atau muntah, diare, selera makan menurun, lemas,
detak jantung menjadi cepat.
b) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan penyakit Pneumonia biasanya diawali dengan Demam,


berkeringat dan menggigil, Batuk kering atau batuk dengan dahak kental
berwarna kuning, hijau, atau disertai darah, Sesak napas, nyeri dada ketika
menarik napas atau batuk, Mual atau muntah, diare, selera makan
menurun, lemas, detak jantung menjadi cepat.

c) Riwayat Penyakit Sebelumnya


Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita
penyakit yang lain seperti TB paru, asma, kanker, dan lain-lain. Hal ini
perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor predisposisi.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang
mungkin dapat menyebabkan penyakit Pneumonia

2.3.1.1 Pemeriksaan fisik


B1 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok ada,batuk sejak tahun 2017 batuk
produktif, pada malam hari, batuk darah sejak 2019, warna merah muda namun
batuk darah sudah terartasi, sputum warna hijau, batuk produktif, nyeri dada,
sesak nafas saat beraktivitas, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
teratur, suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan wheezing, terdapat nyeri
tekan pada ulu hati.

29
Keluhan : klien mengatakan “ saya sering batuk-batuk berdahak dan juga sering
sesak nafas dan terkadang saya merasa nyeri pada bagian ulu hati saya nyerinya
menjalar sampai ke bahu”.
Masalah Keperawatan:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pola nafas tidak efektif
- Nyeri akut
B2 Cardiovasculer (Blood)
Pasien tidak ada nyeri dada, tidak ada pusing, pasien tidak ada merasa
sakit kepala dan tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak
mengalami clubing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat,
capillary refill <2 detik, tidak terdapat tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan
suara jantung normal S1, S2.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
B3 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik),
M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),
kesadaran Tn.A composmenthis, pupil Tn.L isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada
pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih danbawang, pasien mampu
membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu
melihat orang-orang disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III
(okulomotorius): pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat cahaya. Syaraf
kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata ke atas dan
kebawah. Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah nasi, buah, dan
ikan. Syaraf VI (abdusen): pasien dapat melihat benda sekitar, Syaraf kranial VII
(fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris.
Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu mendengarkan dengan
jelas. Syaraf kranial IX (glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit,
manis, asam dan asin. Syaraf kranial X (vagus): pasien dapat berbicara dengan

30
jelas. Syaraf kranial XI (assesorius): pasien mampu menoleh kekiri dan ke kanan.
Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan lidahnya dengan
baik.
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Tn. A
negatif. Refleks kanan dan kiri positif tidak ada yang mengalami kekakuan, uji
sensasi Tn.A tidak di kaji .
Keluhan : klien tampak tremor, aktivitas klien sehari-hari seperti ke toilet dan
makan di bantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas
B4 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine±6x/hari, sekitar 1200 cc/ 24 jam warna urine
kuningdan bau khas (amoniak).
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
B5 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigilengkap dan tidak terdapat caries, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan konsistensi feses
lunak.
Tidak ada masalah keperawatan
B6 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises,tidak ada kekakuan, serta
ukuran otot simetris, tulang belakang normaldan uji kekuatan otot ekstremitas
atas44dan ekstremitas bawah 44 tidak ada deformitas, peradangan, perlukaan dan
patah tulang.
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah

31
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (D.0001
Hal.18)
2.3.2.2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah. (D.0005 Hal.26)
2.3.2.3 Risiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi. (D.0142 Hal.304)
2.3.2.4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. (D.0056 Hal.128)
2.3.2.5 Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap. (D.0077 Hal.172)
2.3.2.6 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi. (D.0032 Hal.81)
2.3.2.7 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral. (D.0036 Hal.87)

2.3.3 Intervensi Keperawatan


2.3.3.1 Diagnosa 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum.
1) Tujuan :
1) Pasien tampak tenang
2) Pasien tidak sesak
3) Respirasi dalam batas normal
4) Tidak ada retraksi dada
5) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
2) Kriteria hasil :
(1) Batuk teratasi
(2) Nafas normal
(3) Bunyi nafas bersih
(4) Tidak terjadi Sianosis

32
3) Intervensi:
Intervensi Rasional
1) Kaji frekuensi/kedalaman 1) Takipnea, pernafasan dangkal
pernafasan dan gerakan dada dan gerakan dada tak simetris
sering terjadi karena
ketidaknyamanan.

2) Auskultasi area paru, catat 2) Penurunan aliran darah terjadi


area penurunan 1 kali ada pada area konsolidasi dengan
aliran udara dan bunyi nafas cairan.

3) Ajarkan teknik batuk efektif 3) Batuk adalah mekanisme


pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4) Penghisapan sesuai indikasi. 4) Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena
batuk efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sesuai 5) Cairan (khususnya yang hangat)
kebetuhan. memobilisasi dan mengeluarkan
secret.
6) Kolaborasi dengan dokter 6) Alat untuk menurunkan spasme
untuk pemberian obat sesuai bronkus dengan mobilisasi
indikasi: mukolitik. sekret, analgetik diberikan
untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan
pernafasan.

2.3.3.1 Diagnosa 2 :  pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan


pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
1) Tujuan   :
1) Jalan nafas paten (bersih)
2) Suara nafas normal
3) Mampu melakukan batuk efektif
4) Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
2) Kriteria hasil :

33
(1) Tidak nampak sianosis
(2) Nafas normal
(3) Tidak terjadi sesak
(4) Tidak terjadi hipoksia
(5) Klien tampak tenang
3) Intervensi
Intervensi Rasional
1) Kaji frekuensi/kedalaman dan 1) Manifestasi distress
kemudahan bernafas pernafasan tergantung pada
indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan
umum.
2) Observasi warna kulit, membran 2) Catat adanya sianosis
mukosa dan kuku. perifer (kuku) atau sianosis
sentral. Sianosis kuku
menunjukkan vasokontriksi
respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun
sianosis pada daun telinga,
membran mukosa dan kulit
sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.

3) Kaji status mental. 3) Gelisah mudah terangsang,


bingung dan somnolen
dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan
oksigen serebral.

4) Tinggikan kepala dan dorong 4) Tindakan ini meningkat


sering mengubah posisi, nafas inspirasi maksimal,
dalam dan batuk efektif. meningkat pengeluaran
secret untuk memperbaiki
ventilasi tak efektif.

5) Kolaborasi Berikan terapi oksigen 5) Mempertahankan PaO2 di


dengan benar misal dengan nasal atas 60 mmhg. O2 diberikan
plong master, master venturi. dengan metode yang
memberikan pengiriman
tepat dalam toleransi
pernapasan.

34
2.3.3.2 Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
1) Tujuan:
- TTV batas Normal
- TD :120/80 mmHg,
- N:87x/m
- RR : 23/m
- S : 36,5 0C.
2) Klien tampak rileks
3) Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah meringis
4) Nyeri berkurang
- Skala nyeri 1-0
2) Kriteria hasil :
(1) Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
(2) Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
3) Intervensi
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital dengan 1) Selama awal periode ini,
ketat khususnya selama awal potensial untuk fatal dapat
terapi terjadi.
2) Tunjukkan teknik mencuci 2) Efektif berarti menurun
tangan yang baik penyebaran/perubahan infeksi.
3) Batasi pengunjung sesuai 3) Menurunkan penularan
indikasi. terhadap patogen infeksi lain
4) Potong keseimbangan istirahat 4) Memudahkan proses
adekuat dengan aktivitas penyembuhan dan
sedang. Tingkatkan masukan meningkatkan tekanan alamiah
nutrisi adekuat.
5) Kolaborasi untuk pemberian 5) Berikan antimikrobial sesuai
antibiotic. indikasi dengan hasil kultur
sputum/darah misal penicillin,
eritromisin, tetrasiklin,
amikalin, sepalosporin,
amantadin.

2.3.3.3 Diagnosa 4:Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen.

35
1) Tujuan : 
1) Klien mampu melakukan aktivitas secara perlahan
2) Klien dapat duduk sendiri
3) Tidak terjadi kekakuan pada otot klien
1) Kriteria hasil :
(1) Nafas normal
(2) Sianosis tidak terjadi
(3) Irama jantung normal
2) Intervensi

Intervensi Rasional
1) Evaluasi respon pasien terhadap 1) Merupakan kemampuan,
aktivitas kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan interan.

2) Berikan lingkungan tenang dan 2) Menurunkan stress dan


batasi pengunjung selama fase rangsangan berlebihan,
akut sesuai indikasi. meningkatkan istirahat.

3) Bantu pasien memilih posisi 3) Pasien mungkin nyaman


nyaman untuk istirahat atau dengan kepala tinggi, tidur di
tidur. kursi.

4) Bantu aktivitas perawatan diri 4) Meminimalkan kelelahan dan


yang diperlukan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.

2.3.3.4 Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses inflamasi
1) Tujuan:
1) Meningkatkan intake makanan
2) IMT normal : 18-24
3) Menunjukkan perubahan pola makan
4) Meningkatkan nafsu makan
2) Kriteria hasil :
(1) Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

36
(2) Pasien mempertahankan meningkat BB
3) Intervensi :
Intervensi Rasional
1) Identifikasi faktor yang 1) Pilihan intervensi tergantung
menimbulkan mual/muntah, pada penyebab masalah
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
2) Jadwalkan atau pernafasan 2) Menurun efek manual yang
sedikitnya 1 jam sebelum berhubungan dengan penyakit
makan. ini.
3) Berikan makan porsi kecil dan 3) Tindakan ini dapat meningkat
sering termasuk makanan masukan meskipun nafsu
kering (roti panggang) makan mungkin lambat untuk
makanan yang menarik oleh kembali.
pasien.
4) Evaluasi status nutrisi umum, 4) Adanya kondisi kronis
ukur berat badan dasar. keterbatasan ruangan dapat
menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.

37
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Nama Tn.A, Umur 69 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Suku Bangsa
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMA,
Status Perkawinan Menikah, Alamat Jl.Bukit Raya VI, Tgl 8 MRS Juni
2020
Diagnosa Medis : Pneumonia.
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluahan Utama
Pasien mengatakan’’saya merasa sesak nafas saat batuk”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 7 Juni 2020 pasien mengalami sesak nafas
dan nyeri pada bagian dada. Pada tanggal 8 Juni 2020 pasien di bawa ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri di ulu hati, nyeri dada menjalar
kebahu lengan sebelah kiri, sesak nafas, dan mual. Di IGD pasien mendapatkan
terapi infus NaCl 0,9% 16 tpm, injeksi ranitidine 50 mg (IV), nebulizer combivent
+ flixotide, oksigen 2-3 lpm. Kemudian klien di pindahkan ke ruang Gardenia
untuk mendapatkan terapi selanjutnya.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan, seperti
hipertensi, penyakit diabetes melitus, , pasien tidak pernah dioperasi
sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita gagal ginjal.

38
3.1.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Tn. A)
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
: Meninggal

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien tampak sesak nafas, kesadaran pasien compos menthis, berbaring
terlentang, penampilan cukup rapi, terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badankurus, suasana hati baik, berbicaralancar, fungsi kognitif orientasi waktu
pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orangpasien dapat
mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempatpasien
mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit.Insight baik, mekanisme
pertahanan diri maladaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
97 x/menit, pernapasan 24 x/menit dan suhu360C.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

39
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok ada,batuk sejak tahun 2017 batuk
produktif, pada malam hari, batuk darah sejak 2019, warna merah muda namun
batuk darah sudah terartasi, sputum warna hijau, batuk produktif, nyeri dada,
sesak nafas saat beraktivitas, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
teratur, suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan wheezing, terdapat nyeri
tekan pada ulu hati.
Keluhan : klien mengatakan “ saya sering batuk-batuk berdahak dan juga sering
sesak nafas dan terkadang saya merasa nyeri pada bagian ulu hati saya nyerinya
menjalar sampai ke bahu”.
Masalah Keperawatan:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pola nafas tidak efektif
- Nyeri akut
3.1.3.5 Cardiovasculer (Blood)
Pasien tidak ada nyeri dada, tidak ada pusing, pasien tidak ada merasa
sakit kepala dan tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak
mengalami clubing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat,
capillary refill <2 detik, tidak terdapat tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan
suara jantung normal S1, S2.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik),
M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),
kesadaran Tn.A composmenthis, pupil Tn.L isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada
pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih danbawang, pasien mampu
membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu
melihat orang-orang disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III
(okulomotorius): pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat cahaya. Syaraf
kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata ke atas dan

40
kebawah. Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah nasi, buah, dan
ikan. Syaraf VI (abdusen): pasien dapat melihat benda sekitar, Syaraf kranial VII
(fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris.
Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu mendengarkan dengan
jelas. Syaraf kranial IX (glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit,
manis, asam dan asin. Syaraf kranial X (vagus): pasien dapat berbicara dengan
jelas. Syaraf kranial XI (assesorius): pasien mampu menoleh kekiri dan ke kanan.
Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan lidahnya dengan
baik.
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Tn. A
negatif. Refleks kanan dan kiri positif tidak ada yang mengalami kekakuan, uji
sensasi Tn.A tidak di kaji .
Keluhan : klien tampak tremor, aktivitas klien sehari-hari seperti ke toilet dan
makan di bantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine±6x/hari, sekitar 1200 cc/ 24 jam warna urine
kuningdan bau khas (amoniak).
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigilengkap dan tidak terdapat caries, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan konsistensi feses
lunak.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)

41
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises,tidak ada kekakuan, serta
ukuran otot simetris, tulang belakang normaldan uji kekuatan otot ekstremitas
atas44dan ekstremitas bawah 44 tidak ada deformitas, peradangan, perlukaan dan
patah tulang.
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergipasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan
sarden. Suhu kulit Tn. A hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor
kulit cukup baik tekstur halus maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan
parut tidak ada, tekstur rambut lembut, distribusi rambut merata, bentuk kuku
simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn.A berkurang, gerakan bola mata normal, skelera
kuning/ikterius, konjungtiva anemis, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri
yang di rasakan pasien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau kacamata.
2). Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak
ada kelainan, kebersihan cukup bersih,
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan menerima keadaannya sekarang, pasien mengatakan
ingin cepat sembuh dam dapat beraktivitas kembali.

42
3.1.4.2 Nutrisidan Metabolisme
Tinggi badan160cm, berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan saat sakit 43
kg. Diet TKTP (nasi lembek) , tidak kesukaran menelan atau normal.
TB : 160 Cm
BB sekarang : 43 Kg
BB Sebelum sakit : 60 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 43
(2,56)²
= 16,79 ( Kurus)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 3-4 sendok saja 1 piring makan
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, lauk, sayur, Nasi, lauk, sayur
buah
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 700 cc/24 jam 1500 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Nafsu makan kurang Baik
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Tn. A di Ruang Gardenia

Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi

3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan
pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam dan siang hari 1-2 jam
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

3.1.4.4 Kognitif
Pasien mengatakan mengetahui apa yang dialami pasien sekarang ini
Masalah keperawatan :tidak ada masalah.

43
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien dapat menerima kondisinya, ideal diri: pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang laki-
laki yang berusia 69 Tahun yang sudah menikah,harga diri: pasien merasa
dihormati dan dihargai,Peran: pasien adalah seorang ayah dan sebagai kepala
keluarga.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat setelah beraktivitas pasien
merasa sesak,
Masalah Keperawatn: Intoleransi aktivitas
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada keluarga bila
ada masalah untuk mengurangi beban pikiran dan untuk mendapatkan solusi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan ia percaya penyakit yang diderita sekarang dapat di
tangani dengan bantuan tenaga medis.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik pada keluarga, petugas kesehatan
dan pasien yang ada diruangan.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dan keluarga cukup baik, ditandai dengan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien berhubungan baik dengan teman, petugas kesehatan maupun orang
lain.

44
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Pasien sangat dekat dengan keluarga, anak, dan istrinya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.
3.1.5.7 kegiatan beribadah
Sebelum sakit pasien beribadah digereja, sesudah sakit pasien hanya
berdoa ditempat tidur

3.1.6 Data Penunjang (Radiologi, Laboratorium, Penunjang lainnya)


3.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium 8 Juni 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa-sewaktu 134 mg/dl <200
Ureum 31 mg/dl 21-53
Creatinin 1,49 mg/dl 0,7-1,5

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


WBC 12,53 x10^3/uL 4.00-10.00
RBC 5,30 x 10^6/uL 3.50-5.50
HGB 15,2 g/dl 11.0-16.0
PLT 202 x10^3/uL 150-400

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Natrium (Na) 136 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium (K) 3,7 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Calcium (Ca) 1,09 mmol/L 0,98-1,2 mmol/L

3.1.6.2 Pemeriksaan Laboratorium 9 Juni 2020


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa-sewaktu 121 mg/dl <200

45
3.1.6.3 pemeriksaan laboratorium 12 Juni 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa-sewaktu 114 mg/dl <200

3.1.6.4 Pemeriksaan Radiologi 11 Juni 2020 Hasil pemeriksaan Toraxs normal.

Pemeriksaan CT-Scan toraks lebih sensitif dalam mendeteksi kelainan


minor pada paru, namun tidak ada indikasi untuk melakukan pemeriksaaan CT-
Scan toraks pada pasien pneumonia namun dengan gambaran foto toraks normal.

3.1.6.5 Pemeriksaan Laboratorium 12 Juni 2020


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Natrium (Na) 138 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium (K) 2,9 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Calcium (Ca) 1,10 mmol/L 0,98-1,2 mmol/L

3.1.7 Penatalaksanaan Medis Pada Tanggal 12 Juni 220


Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Infus 20 tpm Intravena NACL 0.9% OTSU 500 mL
Nacl juga memiliki fungsi
0,9% sebagai pengatur
keseimbangan cairan tubuh,
mengatur kerja dan fungsi
otot jantung, mendukung
metabolisme tubuh, dan
merangsang kerja saraf.
Drip KCl 20 mEq Intravena Kalium klorida adalah obat

46
suplemen mineral dengan
fungsi untuk mengobati
atau mencegah jumlah
kalium yang rendah dalam
darah.
Injeks 2 x 30gr Intravena Obat ini digunakan untuk
i mengatasi gangguan pada
lansop sistem pencernaan akibat
razole produksi asam lambung
yang berlebihan, seperti
sakit maag dan tukak
lambung. Selain itu, obat ini
juga bisa meredakan gejala
akibat naiknya asam
lambung ke kerongkongan,
seperti kesulitan menelan
dan batuk berkepanjangan.
Infus 1 x 400 mg Intravena Moxifloxacin adalah obat
moxif yang digunakan untuk
loxaci mengobati berbagai infeksi
n bakteri. Obat ini termasuk
dalam kelas obat yang
disebut antibiotik kuinolon.
Ia bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan
bakteri.
Nebul /12 jam Nasal Combivent adalah obat yang
izer digunakan untuk mengatasi
combi penyakit saluran
vent pernapasan, seperti PPOK
atau asma. Obat ini juga
diindikasikan untuk
perawatan penyumbatan
hidung, radang selaput
lendir dan
bronkospasme.Obat ini
memiliki kandungan
albuterol atau salbutamol
sulfat dan ipratropium
bromida.Combivent
memiliki cara kerja dengan
membuka saluran udara ke
paru-paru serta melakukan
relaksasi atau
mengendurkan otot-otot
pada saluran napas.

47
Nebul /12 jam Nasal untuk meredakan dan
izer mencegah gejala
Pulmi serangan asma, seperti sesak
cort napas dan mengi. Obat ini
bekerja langsung pada
saluran pernapasan dengan
mengurangi peradangan dan
pembengkakan saluran
napas, saat serangan asma
terjadi. 
sucral 3 x 2 sdm Oral Sucralfate atau sukralfat adalah
fate obat untuk mengobati tukak
pada usus halus. Sucralfate
akan membentuk lapisan
pelindung pada tukak untuk
melindunginya dari infeksi
lanjutan. Lapisan pelindung ini
akan membantu mempercepat
proses penyembuhan tukak.
Sirup 3 X 10 ml Oral obat yang digunakan untuk
OBH meredakan batuk yangdisertai
gejala flu seperti demam, sakit
kepala, bersin, dan hidung
tersumbat.

Palangka Raya,12 Juni 2020


Mahasiswa,

(Windy Widiya)

48
3.1.8 Analisa data
Data Subyektif dan Data Obyektif Kemungkinan Masalah
Penyebab

DS : Klien mengatakan “ saya merasa sesak Reaksi radang


nafas pada saat batuk” pada bronkus dan
Pola nafas
DO :Klien tampak sesak setelah aktivitas tidak efektif
alveolus
 Adanya retraksi
Akumulasi sekret
dada
 TTV :
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 97 kali/menit Obstruksi jalan
RR : 24 kali/menit nafas
Suhu : 36℃
 Klien memiliki
riwayat merokok Gangguan
 Klien memiliki ventilasi
riwayat batuk darah warna merah muda
 Klien tampak

49
sesak Pola nafas tidak
 Pemeriksaan efektif
Laboratorium 8 Juni 2020

Jenis Hasil Nilai normal


pemeriksaan
Glukosa- 134 mg/dl <200
sewaktu
Ureum 31 mg/dl 21-53
Creatinin 1,49 mg/dl 0,7-1,5

DS : Pasien mengatakan nyeri pada ulu Reaksi radang Nyeri akut


hatinya. pada bronkus dan
P : nyeri timbul saat aktivitas
alveolus
Q : seperti ditusuk-tusuk
Akumulasi sekret
R : nyeri ulu hati
S : skala nyeri 3
Obstruksi jalan
T : nyeri hilang timbul nafas

DO :
1. Pasien tampak meringis Nyeri akut
2. erdapat nyeri tekan pada ulu hati
3. Nyeri dibagian ulu hati
4. Skala nyeri 3
5. Hasil TTV :
TD :120/80 mmHg, N:87x/m
RR : 23/m
S : 36,5 0C.

DS : Klien mengatakan tidak bisa melakukan Reaksi radang Intoleransi


aktivitas secara mandiri akibat badannya lemah pada bronkus dan aktivitas
dan gemetaran. alveolus
DO :
Gangguan difusi
1. Klien tampak lemah
2. Aktivitas klien tampak di bantu oleh
keluarga

50
3. Klien hanya berbaring Suplai oksigen ke
4. Klien tampak sesak setelah aktivitas jaringan menurun

Kelelahan

Intoleransi
aktivitas

DS : Pasien mengatakan kurang nafsu makan. Reaksi radang Defisit


pada bronkus dan Nutrisi
DO : alveolus
1. Makan hanya 3-4 sendok
2. TB : 160 Cm Kuman terbawa
BB sekarang : 43 Kg di saluran
BB Sebelum sakit : 60 Kg pencernaan
IMT = BB
(TB)²
= 43 Infeksi saluran
(2,56)² pencernaan
= 16,79 ( Kurus)
3. Klien tampak lemah
4. Klien mengeluhkan mual Peningkatan flora
5. HB : 15,2 g/uL normal dalam
6. Diet TKTP : Nasi lembek usus

Peningkatan
peristaltik usus

Mual

Defisit nutrisi
DS: Klien mengatakan kurang mengetahui Pneumonia Defisit
tentang penyakit yang di deritanya. Pengetahuan
DO : Perubahan status
kesehatan
1. Klien tampak bingung saat ditanya
penyakitnya
2. Klien tidak mengetahui cara pengobatan
Kurang terpajan
penyakitnya
informasi

51
Defisit
pengetahuan

3.1.9 Prioritas Masalah


3.1.9.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas ditandai dengan
klien tampak batuk Klien tampak bernafas menggunakan dada dan perut,
adanya suara nafas tambahan wheezing, TTV : TD: 140/80 mmHg, Nadi:
97 kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu: 36℃, klien memiliki riwayat
batuk darah warna merah muda, klien memiliki riwayat merokok.
3.1.9.2 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan Pasien tampak
meringis, terdapat nyeri tekan pada ulu hati, nyeri dibagian ulu hati, skala
nyeri 3.
3.1.9.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai
oksigen ditandai dengan klien tampak lemah, ADL : 4, aktivitas klien
tampak di bantu oleh keluarga, klien hanya berbaring, klien tampak sesak
setelah aktivitas.
3.1.9.4 Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan proses infeksi ditandai
dengan makan hanya 3-4 sendok, IMT : 16,79, klien tampak lemah, klien
mengeluhkan mual, HB : 15,2 g/uL, diet TKTP : nasi lembek.
3.1.9.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi
ditandai dengan klien tampak bingung saat ditanya penyakitnya, klien
tidak mengetahui cara pengobatan penyakitnya.

52
3.3Intervensi
Nama Pasien : Tn.A

Ruang Rawat : Gardenia

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


1) Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan balon ETT 1. Untuk mengetahui perbedaan
efektif berhubungan keperawatan selama 1x7 jam, setiap 4-8 jam tekanan balon ETT.
dengan sesak nafas diharapkan sesak berkurang 2. Cegah ETT terlipat 2. Agar tidak terjadi resistensi jalan
atau hilang. (kinking) nafas menjadi tinggi.
Kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan mulut 3. Untuk menjaga kebersihan mulut
1. Pasien tampak tenang (Sikat gigi, pelembab bibir) pasien
2. Pasien tidak sesak 4. Jelaskan kepada pasien dan/ 4. Agar pasien dan keluarga
3. Respirasi dalam batas keluarga tujuan dan mengetahui tujuan dari pemasangan
normal prosedur pemasangan jalan jalan nafas buatan.
4. Tidak ada retraksi dada nafas buatan kolaborasi 5. Untuk pemberian intubasi ulang.
5. Tidak menggunakan otot 5. Kolaborasi intubasi ulang
bantu pernafasan jika terbentuk mucous plug
yang tidak dapat dilakukan
penghisapan .
2) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui seberapa berat
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Observasi tanda-tanda vital nyeri yang dirasakan
inflamasi parenkim diharapkan nyeri dapat 3. Beri posisi tirah baring yang 2. Untuk mengetahui keadaan umum
paru berkurang, dengan kriteria nyaman pesien
hasil : 4. Ajarkan pesien tehnik relaksasi 3. Dengan posisi nyaman pesien
1. TTV batas Normal dan distraksi beristirahat
TD :120/80 mmHg, 5. Jelaskan kepada pasien dan 4. Membantu pesien untuk pesien
N:87x/m keluarga tentang nyeri mengurang nyeri
RR : 23/m 6. Lanjutkan pemberian terapi 5. Dengan menjelaskan tentang nyeri
S : 36,5 0C. obat analgetik sesuai jadwal pengetahuan pasien bertambah
2. Klien tampak rileks 6. Untuk mengurangi rangsangan nyeri
3. Klien tidak menunjukkan
ekspresi wajah meringis
4. Nyeri berkurang
5. Skala nyeri 1-0
3) Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji aktivitas klien sehari-hari 1. Aktivitas menggambar kekuatan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Awali TD, nadi, pernafasan. fisik klien
ketidakseimbangan diharapkan klien tidak 3. Membantu klien melakukan 2. Manifestasi kardiopulmonal dari

54
suplai oksigen mengalami intoleransi aktivitas upaya jantung dan paru-paru untuk
aktivitas, dengan kriteria 4. Berikan lingkungan tenang membawa jumlah oksigen
hasil: 5. Melatih dan membimbing klien 3. Meningkatkan motivasi klien untuk
1. Klien mampu melakukan dalam merubah posisi beraktivitas sesuai dengan
aktivitas secara perlahan 6. Membantu klien melakukan kemampuannya
2. Klien dapat duduk sendiri gerakan-gerakan ringan 4. Meningkatkan istirahat untuk
3. Tidak terjadi kekakuan menurunkan kebutuhan kebutuhan
pada otot klien oksigenasi tubuh.
5. Salah satu alternatif untuk
meningkatkan aktivitasnya
6. Agar tidak terjadinya kekauan pada
otot-otot klien
4) Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi klien, turgor 1. Untuk mengidentifikasi derajat
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam kulit, berat badan dan derajat kurang nutrisi dan menentukan
mual dan proses diharapkan nutrisi klien kekurangan berat badan pilihan intervensi
infeksi terpenuhi sebagian dengan 2. Berikan penjelasan tentang 2. Meningkatkan pengetahuan dan
kriteria hasil : pentingnya makanan yang kepatuhan untuk menjalankan
1. Meningkatkan intake adekuat dan bergizi program diet sesuai aturan
makanan 3. Anjurkan klien makan sedikit- 3. Untuk meningkatkan intake

55
2. IMT normal : 18-24 sedikit tapi sering makanan pada klien
3. Menunjukkan perubahan 4. Pertahankan kebersihan mulut 4. Agar meningkatkan nafsu makan
pola makan klien pada klien
4. Meningkatkan nafsu 5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Untuk menentukan makanan yang
makan dalam pemberian makanan tepat untuk klien
5) Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. 1. Mempermudah dalam memberikan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam penyakitnya penjelasan pada klien
kurangnya terpajan diharapkan pengetahuan klien 2. 2. Meningkatkan pengetahuan klien
informasi bertambah dengan kriteria identifikasi penyebab, dan dan mengurangi cemas.
hasil : jelaskan kondisi tentang klien. 3. Mempermudahkan untuk
1. Klien mengetahui 3. melakukan intervensi keperawatan
penyakitnya pengobatan alternatif 4. Untuk mengetahui tingkat
2. Klien mengetahui cara 4. pengetahuan klien tentang
pengobatan penyakitnya klien tentang penyakitnya dan penyakitnya
cara pengobatannya

56
3.4 Implementasi dan Evaluasi

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Tanggal Keperawatan
Jam
Selasa, 12 Diagnosa 1 1. Mengkaji frekuensi, kedalaman S : klien mengatakan sesak sudah mulai
Juni 2020 pernafasan dan ekspansi dada berkurang
Pukul 08.15 2. Mengauskultasi suara nafas dan catat O :
WIB adanya bunyi nafas tambahan  Sesak berkurang
3. Memberikan posisi semi fowler  Suara nafas vesikuler
4. Melanjutkan pemberian oksigen  Bunyi nafas tambahan wheezing
sesuai indikasi  Klien berbaring dengan posisi semi
fowler
 Terpasang oksigen 2 lpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada

57
2. Auskultasi suara nafas dan catat
adanya bunyi nafas tambahan
3. Berikan posisi semi fowler
4. Lanjutkan pemberian oksigen sesuai
indikasi

Selasa, 12 Diagnosa 2 1. Memberikan posisi semi fowler S: Klien mengatakan batuk sedikit berkurang
Juni 2020 2. Mengajarkan relaksasi nafas dalam dan dahaknya sedikit bisa di keluarkan
Pukul 08.25 dan batuk efektif O:
WIB 3. Menganjurkan klien minum air  Klien berbaring dengan posisi semi fowler
hangat  Klien tampak melakukan latihan batuk
4. melanjutkan pemberian oksigen efektif
sesuai indikasi  Klien tampak minum air hangat
 Terpasang oksigen 2 lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. berikan posisi semi fowler
2. ajarkan batuk efektif
3. menganjurkan klien minum air hangat
4. lanjutkan memberi obat nebulizer sesuai

58
jadwal
5. lanjutkan pemberian oksigen sesuai
indikasi
Selasa, 12 Diagnosa 3 1. Mengobservasi skala nyeri S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri
Juni 2020 2. Mengobservasi tanda-tanda vital pada bagian ulu hatinya.
O:
Pukul 08.25 3. Memberi posisi tirah baring yang
1. Pasien tampak meringis
WIB nyaman 2. Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
4. Mengajarkan pesien tehnikrelaksasi 3. Hasil TTV :
TD :140/80 mmHg,
dan distraksi
N:87x/m
5. Menjelaskan kepada pasien dan RR : 23/m
keluarga tentang nyeri S : 360C.
4. Klien berbaring dengan posisi semi
fowler
5. Klien mampu melakukan teknik
relaksasi nafas dalam setelah di ajarkan
6. Klien dan keluarga mengetahui
penyebab nyeri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi skala nyeri
2. Observasi tanda-tanda vital

59
54
3. Beri posisi tirah baring yang nyaman
4. Ajarkan pesien tehnik relaksasi dan
distraksi
5. Lanjutkan pemberian terapi obat
analgetik sesuai jadwal
Selasa, 12 Diagnosa 4 1. Mengkaji aktivitas klien sehari-hari S : klien mengatakan dapat sedikit-sedikit
Juni 2020 2. Membantu klien melakukan aktivitas melakukan aktivitasnya
Pukul 08.30 3. Melatih dan membimbing klien O :
WIB dalam merubah posisi  klien tampak mereng kiri dan kanan
4. Membantu klien melakukan gerakan-  aktivitas klien masih di bantu
gerakan ringan  Klien dapat menggerakkan kaki dan
tangannya
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
1. Kaji aktivitas klien sehari-hari
2. Bantu klien melakukan aktivitas
3. Latih dan membimbing klien dalam
merubah posisi
4. Bantu klien melakukan gerakan-

60
gerakan ringan

Selasa, 12 Diagnosa 5 1. Mengkaji Status Nutrisi Klien, Turgor S : Klien mengatakan sudah bisa makan
Juni 2020 Kulit, Berat Badan Dan Derajat sedikit-sedikit tapi nafsu makan masih kurang.
Pukul 08.35 Kekurangan Berat Badan O:
WIB 2. Memberikan Penjelasan Tentang  Berat badan klien 43 kg
Pentingnya Makanan Yang Adekuat  Klien sedikit memahami tentang cara
Dan Bergizi pemenuhan nutrisi setelah dijelaskan
3. Menganjurkan Klien Makan Sedikit-  Klien tampak makan sedikit-sedikit
Sedikit Tapi Sering  Mulut klien tampak cukup bersih
4. Mempertahankan Kebersihan Mulut A : Masalah Belum Teratasi
Klien P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji status nutrisi klien
2. Berikan penjelasan tentang pentingnya
makanan yang adekuat dan bergizi
3. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit
tapi sering
4. Pertahankan kebersihan mulut klien
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makan

61

56
Selasa, 12 Diagnosa 6 2. Mengkaji pengetahuan klien tentang S : Klien mengatakan sudah mulai mengetahui
Juni 2020 penyakitnya tentang penyakitnya.
Pukul 08.35 3. Menjelaskan tentang penyakit, O :
WIB identifikasi penyebab, dan jelaskan  Klien memahami tentang penyakit yang
kondisi tentang klien. diderita
4. Menjelaskan tentang program  Klien tampak mengetahui cara
pengobatan alternatif pengobatan
5. Menanyakan kembali pengetahuan  Klien tampak bisa mengulang
klien tentang penyakitnya dan cara penjelasan
pengobatannya A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilhentikan

62
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah
penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan
Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir
disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun
di seluruh dunia. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia
sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada pada risiko
tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat
tinggi penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif
rendah dari penyakit di negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia
telah menyatakan untuk 2 November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk
warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan
terhadap penyakit.
Berdasarkan kasus tersebut intervensi yang di lakukan adalah Bersihan
jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial.
Berdasarkan kasus tersebut implementasi yang di lakukan adalah diagnosa
mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada, mengauskultasi
area paru, mengajarkan teknik batuk efektif, melanjutkan pemberian obat
sesuai indikasi.
Berdasarkan kasus tersebut menurut penulis masalah pola nafas tidak
efektif teratasi sebagian dan lanjtukan intervensi, bersihan jalan nafas tidak
efektif teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi, nyeri aku teratasi sebagian
dan lanjutkan intervensi, intoleransi aktivitas teratasi sebagian dan lanjutkan
intervensi, defisit nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi dan lanjutkan
intervensi, defisit pengetahuan masalah teratasi dan intervensi di hentikan.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa

63
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien denganPneumonia, serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya
4.2.2 RSUD dr. Doris Sylvanus
Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang
(Gardenia), penulisan laporan studi kasus ini di dapat sebagai referensi bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia,
serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,
khususnya pada pasien dengan Pneumonia
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasian.

64
DAFTAR PUSTAKA
Arif mansjoer, dkk. 2013. Buku Saku Patofisiologi :Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Ed 8
Volume 2. Jakarta : EGC.
Dahlan, Z. 2013.Klasifikasi PneumoniaSerba-Serbi Pneumonia. Yogyakarta:
DIVA press.
Murwani, A. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Pneumonia.Jakarta : EGC
Muttaqin Arif dan Sari Kumala.2012. Buku Ajaran Keperawatan
Pneumonia.Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Ed. 4. Jakarta: EGC.
Rizaldi, A. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

65

Anda mungkin juga menyukai